Anda di halaman 1dari 11

BIOLOGI, EKOLOGI DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN

KARENA VIRUS

A. Virus Tanaman
a. Sejarah Virus Tanaman
Virologi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan
virus. Virologi tumbuhan penting dipelajari karena diperlukan untuk menghindari
kehilangan hasil tanaman akibat virus dan untuk mengetahui sifat virus dan
vektornya, serta struktur dan fungsi biologi makro molekul penyusun virus.
Virus pertama ditemukan Tahun 1576 dengan adanya patogen yang
menimbulkan gejala perubahan warna bunga tulip yang semula polos menjadi
setrip (bercak bergaris). Petani saat itu dapat mengimbas gejala setrip pada bunga
tulip, yaitu dengan penempelan umbi tanaman yang bunganya bergejala setrip
dengan umbi yang akan dijadikan bibit tanaman tulip. Tanaman tulip yang berasal
dari umbi yang telah mendapat perlakuan itu akan menghasilkan bunga bergejala
setrip, walaupun patogennya belum diketahui. Mekanisme penularan virus
tersebut belum dapat dijelaskan secara ilmiah oleh para pakar biologi hingga
tahun 1886, yaitu saat percobaan penularan virus tumbuhan yang dilakukan oleh
Prof. Adolf Mayer di Wageningen Agricultural University.
Percobaan Mayer tentang etiologi penyakit tanaman tembakau yang
menyebabkan gejala mosaik yang disebabkan oleh Tobacco Mosaic Virus (TMV).
Mayer sebagai ilmuwan yang pertama dapat mengimbas gejala mosaik dgn
menginjeksikan sap (ekstrak) dari tanaman sakit. Mayer juga membuktikan bahwa
sap tanaman sakit menjadi tidak infektif apabila sap dipanaskan sampai mendidih.
Mayer hanya menyimpulkan bahwa gejala mosaik pada daun tembakau tersebut
disebabkan oleh bakteri.
Dimitrii Ivanowski, ia mengulangi percobaan Mayer menunjukkan bahwa
patogen mosaik tembakau dapat melewati saringan yang tidak dapat dilalui oleh
bakteri. Martinus Beijerinck pada tahun 1898 juga mengulangi percobaan Mayer
dan ia melaporkan patogen mosaik tembakau dapat melewati saringan (filter) yang
tidak dapat dilewati oleh bakteri. Dari percobaan tersebut dapat disimpulkan,
patogen mosaik tembakau bukan bakteri tetapi cairan hidup yang membawa
penyakit (contagium vivum fluidum). Hasil penelitian Beijerinck telah membuka
jalan pada perkembangan virologi selanjutnya, sehingga ia disebut sebagai Bapak
Virologi.
b. Ciri Khas Virus Tanaman
Virus tumbuhan dalam beberapa hal berbeda dari virus yang menyerang
hewan atau bakteri. Salah satu perbedaan tersebut adalah mekanisme penetrasi
virus ke dalam sel inang. Virus tumbuhan hanya dapat masuk ke dalam sel
tumbuhan melalui luka yang terjadi secara mekanis atau serangga vektor. Hal ini
disebabkan oleh virus tumbuhan tidak mempunyai alat penetrasi untuk menembus
dinding sel tumbuhan. Sebaliknya, sebagian besar virus yang menyerang hewan
dan bakteri dapat melakukan penetrasi lansung melalui selaput sel, seperti
bakteriofage (virus yang menyerang bakteri) yang mempunyai alat penetrasi yang
dapat menembus selaput sel bakteri.
c. Makromolekul Penyusun Virus Tanaman
Struktur dasar virus adalah :
1. asam nukleat (RNA atau DNA) yang berfungsi sebagai genom virus
- Asam nukleat virus berupa RNA atau DNA, beruntai tunggal / single
strain (ss) ataupun beruntai ganda / double strain (ds).
- RNA virus dapat dibagi menjadi ribosomal RNA (rRNA), messanger
RNA (mRNA) atau transfer RNA (tRNA)
- Umumnya RNA virus single strand, beberapa virus RNA double strand
(Wound Tumor Virus dan Rice Dwarf Virus)
- Beberapa virus jenis asam nukleatnya DNA
contoh :
Maize Streak Virus
Geminivirus pada cabai

2. selubung protein (kapsid)


adalah susunan protein yang mengelilingi asam nukleat virus. Kapsid tersusun
atas subunit-subunit morfologis yang disebut kapsomer. Kapsomer sendiri
terdiri dari sejumlah subunit protein yang disebut protomer. Kadang-kadang
virus tertutup oleh mantel (envelope), yaitu suatu struktur yang tersusun atas
lipid, protein, dan karbohidrat yang mengelilingi asam nukleat virus.

3. Perbandingan asam nukleat dan protein berbeda untuk setiap virus, asam
nukleat 5% - 40% dari virus, sedangkan protein 60% - 90%
4. Virus memanjang : % asam nukleat rendah dan protein tinggi
5. Virus spherical : % asam nukleat tinggi dan protein rendah
d. Bentuk Virus
1. Bentuk T-Kompleks
Virus berbentuk T ini juga disebut dengan virus kompleks karena virus ini
memiliki banyak struktur. Struktur dari virus T ini ada 3 yaitu kepala, leher
dan ekor. Untuk kepala dari virus T ini memiliki capsid, asam nukleat DNA.
Pada struktur ekor terdapat selubung ekor, serabut ekor, lempeng dasar dan
jarum penusuk. Fungsi dari struktur lempeng dasar dan jarum penusuk ini
untuk menempelkan virus tersebut kepada sel inang. Virus berbentuk T ini
biasanya menyebabkan penyakit bakteriofag atau fage. Virus berbentuk T ini
menyerang bakteri E.Coli. Bakteriofag ini merupakan pembentuk virus baru.
Cara pembentukannya adalah 1 sel bakteri yang terkena virus akan
menghasilkan 100-300 virus baru. Bakteriofag ini dapat hidup di seluruh
lapisan, dimana bakteri dapat berkembangbiak. Seperti di tanah, air ataupun
saluran pencernaan pada hewan.

2. Bentuk Tabung
Bentuknya seperti batang yang panjang, agak kaku dan lentur (fleksibel).
Kapsid sebagai tabung silinder yang pendek berbentuk seperti helik yang
mengelilingi asam nukleat virus
contoh : virus yang menyebabkan penyakit mosaik pada tanaman tembakau
(TMV)
3. Bentuk Bulat
Virus yang memiliki bentuk bulat ada 2 macam, yaitu dan ada juga
1. Virus yang bulat telanjang .Virus yang berbentuk bulat telanjang ini hanya
memiliki struktur yang tersusun dari copsid dan asam nukleat.
2. Virus sampul atau virus envelope. untuk virus yang berbentuk virus sampul
atau virus envelope memiliki struktur tambahan. Selain memiliki capsid dan
asam nukleat, virus bulat sampul memiliki struktur neoramidase,
haemaglutinin dan lipid atau lemak. Struktur neoramidase ini memiliki fungsi
untuk merekatkan virus ke sel inang dan mengambil senyawa sel inang.
3. Haemaglutinin memiliki fungsi untuk menarik anti body sel inang, sehingga
sel inang anti bodynya akan lemah.
Bentuk tubuh bulat dimiliki oleh virus-virus penyebab penyakit AIDS, ebola,
dan influenza.

4. Bentuk Polihidral
Virus polihedral berbentuk seperti polihedron (seperti bentuk kristal).
Kapsomer di setiap permukaan berbentuk segitiga sama sisi.
e. Gejala Virus Tanaman
Tumbuhan yang terinfeksi virus dapat menimbulkan berbagai macam gejala
pada sebagian atau seluruh bagian dari tumbuhan. Gejala yang paling umum
adalah penurunan laju pertumbuhan dari tanaman yang menyebabkan
pengkerdilan (stunting). Hampir semua penyakit virus dapat menyebabkan
penurunan hasil dan memperpendek umur tanaman.
Gejala yang paling jelas dari tanaman yang terinfeksi virus biasanya tampak
pada daun, tapi beberapa virus dapat menyebabkan gejala pada batang, buah dan
akar dengan atau tanpa gejala pada daun. Virus tanaman tidak mempunyai enzim,
toksin atau senyawa lain seperti pada patogen lain, tetapi virus dapat
menyebabkan kerusakan pada tanaman. RNA virus adalah yang menyebabkan
terjadinya penyakit, tetapi jumlah RNA dalam jumlah besar belum tentu
menyebabkan timbulnya gejala penyakit.
f. Infeksi Virus Tanaman
1. Cucumber mosaic virus (CMV)
- Berbentuk bulat, diameter 29 nm
- Tidak mempunyai amplop
- Genom terdiri dari RNA, beruntai tunggal
- Termasuk dalam kelompok (+)ssRNA
- Virus ini juga menginfeksi sayuran lain seperti labu, melon, paprika,
kacang-kacangan dll. Ditularkan secara mekanis, oleh kutu daun (Aphis
craccivora, Myzus persicae) melalui mulut dan dapat ditularkan dalam biji
dan oleh gulma parasit, tali putri (Cuscuta sp.)
2. Rice tungro bacilliform virus (RTBV)
Penyebab penyakit tungro pada padi.
- Termasuk dalam kelompok dsDNA, family Caulimoviridae, genus
Tungrovirus
- Ditularkan oleh wereng hijau (Nephotettix virescens)
- N. virescens dapat memperoleh RTBV dalam 30 menit selama makan
8 jam dan dapat mempertahankan daya tularnya sampai 7 hari

3. Tomato spotted wilt virus (TSWV)


- TSWV termasuk dalam kelompok (-)ssRNA, family Bunyaviridae, genus
Tospovirus.
- Tospovirus ditularkan oleh thrips (ordo: Thysanoptera) yang dapat
menularkan lebih dari 13 jenis virus.
- TSWV dapat menginfeksi lebih dari 1000 spesies tumbuhan dan
menyebabkan kerusakan ekonomi yang signifikan bagi banyak tanaman
agronomi dan hortikultura.
B. Pengendalian Virus Tanaman
Pengendalian penyakit tumbuhan pada prinsipnya memperhatikan segitiga
penyakit yaitu semua penyakit patogenik dihasilkan dari interaksi di antara inang,
patogen dan faktor lingkungan. Apabila salah satu faktor tersebut tidak mendukung
maka penyakit tidak akan terjadi. Pengendalian dapat dicapai melalui :
 Eleminasi atau Meniadakan Patogen
Kalau patogen tidak ada dalam suatu areal, usaha untuk mencegah awal dapat
dilakukan dengan karantina tumbuhan dan sertifikasi benih dapat membantu
dalam hal ini. Perawatan dapat juga mencegah awal masuknya patogen ke dalam
area melalui peralatan, mesin, bagian tanaman yang terkontaminasi. Kalau
patogen sudah ada dalam suatu areal dapat dilakukan usaha untuk eleminasi atau
menurunkan jumlah inokulum yang ada. Mungkin eleminasi tepat dilakukan
dengan bahan kimia, fisika dan biologi. Praktek budidaya dapat dilakukan seperti:
rotasi tanaman, sanitasi dan sebagainya dapat digunakan untuk menurunkan
populasi patogen dan menurunkan intensitas penyakit
 Mencegah inang dari patogen
Bahan kimia pelindung pada permukaan tanaman dapat digunakan untuk
menurunkan kejadian penyakit. Sama halnya dengan menggunakan bahan kimia
yang bersifat sistemik dapat digunakan untuk melindungi tanaman dari penyakit.
Tetapi barangkali yang lebih baik untuk melindungi inang dari patogen dengan
menanam kultivar resisten.
 Memodifikasi lingkungan
Pada beberapa tempat kemungkinan cara memodifikasi lingkungan cocok untuk
perkembangan patogen. Tetapi secara normal sukar untuk mengendalikan
penyakit dengan cara ini. Tetapi dalam beberapa hal bisa berhasil. Contoh
pengendalian Phytophthora collar rot pada jeruk yang diakibatkan oleh
Phytophthora citropthora dapat berhasil melalui perbaikan drainase tanah. Ada
variasi strategi yang cocok untuk mengendalikan penyakit tumbuhan. Tetapi
dapat direkomendasikan yang paling tepat khususnya pada situasi tertentu dengan
harus mempertimbangkan beberapa hal seperti : pengendalian secara ekonomis
harus menguntungkan, cocok untuk diterapkan, pilihan yang tepat dan tidak
bermasalah untuk masa depan.
 Pengendalian Penyakit dengan cara Fisik dan Kimia :
1. Metode Fisik Pengendalian patogen dengan menggunakan metode ini dapat
dilakukan dengan perlakuan panas (sterilisasi dan pasturisasi), pendinginan,
pengasapan, penangkapan spora (spore trap) dan sebagainya.
Contoh : pengendalian penyakit bercak daun pada kubis yang disebabkan oleh
jamur Alternaria brassicae dan A. brassicicola dapat dikendalikan dengan
merendam biji ke dalam air panas pada suhu 50C selama 18 menit .
2. Metode kimia Pengendalian patogen tumbuhan dengan menggunakan bahan
kimia dapat berupa fungisida untuk mengendalikan jamur, bakterisida untuk
mengendalikan bakteri, nematisida untuk mengendalikan nematoda.
Contoh : Fungisida adalah bahan kimia yang mampu membunuh jamur
tertentu dan senyawa ini sering menghambat pertumbuhan jamur atau
menekan perkecambahan spora dan berfungsi sebagai agen fungistatik.
Fungisida dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Protektive yakni mampu melindungi tanaman atau bagian tanaman terhadap
infeksi akibat patogen pada bagian tanaman yang diaplikasikan.
b. Eradikan yakni diaplikasikan setelah patogen ada atau mengendalikan
penyakit setelah infeksi terjadi.
c. Systemik yakni senyawa yang diaplikasikan aktif setelah diabsorpsi dan
ditranslokasikan dalam tanaman.
DAFTAR PUSTAKA

Agrios J . N . (1996). Ilmu Penyakit Tumbuhan. Terjemahan Munzir Busnia dari Plant
Pathology. Gajah Mada University Press, Yogyakarta 713 hal.

Semangun, H. 1991. Penyakit-penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Gadjah Mada


University Press. 449 Hal.

Titisari, T. (2017). Pengaruh Pemberian Kitosan Dengan Dua Metode Aplikasi Yang


Berbeda Untuk Menekan Cucumber Mosaic Virus (CMV) Pada Tanaman Mentimun
(Cucumis sativus L.) (Doctoral dissertation, Universitas Brawijaya).

Ariyanti, N. A. (2012). Mekanisme infeksi virus kuning cabai (Pepper yellow leaf curl virus)
dan pengaruhnya terhadap proses fisiologi tanaman cabai. In Prosiding Seminar Biologi (Vol.
9, No. 1).

Akin, H.M. (2006). Virologi Tumbuhan. Kanisius Yogyakarta. 187 hal.

Anda mungkin juga menyukai