PENDAHULUAN
Virus berasal dari bahasa latin yang artinya racun. Virus didefinisikan
yang spesifik serta berkembang biak hanya di dalam sel hidup saja. Ditambahkan
oleh Bawden bahwa virus merupakan wujud submikroskopik yang infektif dan
dapat berkembang biak hanya dalam sel hidup serta dapat menimbulkan penyakit.
Menurut Gibbs dan Horizon virus adalah suatu parasit dengan berat genom asam
nukleat kurang dari 3 x 108 daltons, yang dapat ditularkan ke tanaman sehat, serta
biak. Dalam budidaya tanaman, virus merupakan salah satu penyebab penyakit
tanaman yang dapat menimbulkan kerugian yang cukup berarti baik secara
telah diketahui jauh sebelum orang mengenal penyakit tanaman yang disebabkan
Ciri khas yang dimiliki oleh virus dibandingkan dengan patogen tanaman
lainnya seerti bakteri, jamur ataupun nematoda adalah virus dapat bertingkah laku
inang, mengganggu komponen dan proses sel, memenuhi ruangan dalam sel,
fungsi sel lainnya. Beberapa contoh virus yang menyerang tanaman yaitu Tomato
1
Spotted Wilt Virus, Cucumbar Mosaic virus (CMV) dan Pepper yellow leaf
makalah ini untuk mengetahui gejala, mekanisme, dan penanggulangan dari ketiga
virus tersebut.
1. Apa itu Tomato Spotted Wilt Virus, Cucumbar Mosaic virus (CMV) dan
Cucumbar Mosaic virus (CMV) dan Pepper yellow leaf curl virus
(PYLCV)
1. Mengetahui Tomato Spotted Wilt Virus, Cucumbar Mosaic virus (CMV) dan
2
BAB II
PEMBAHASAN
dari dari famili Bunyaviridae yang menyerang tanaman. Sebagian besar anggota
dari Bunyaviridae merupakan patogen pada hewan dan juga manusia. TSWV
pertama kali dideskripsikan pada tahun 1915. Virus ini merupakan virus RNA
(Pappu, 2009). TSWV terdiri dari tiga segmen RNA, small (S), medium (M) dan
large (L). S dan M RNA adalah ambisense dalam organisasi genom virus,
sedangkan L RNA berada dalam polaritas negative (Ohnishi et al., 2001). Secara
total, genom dari Tomato Spotted Wilt Virus mengkodekan lima protein, yang
terbesar adalah RNA polimerase 330-kDa yang dikodekan oleh L RNA. M RNA
mengkodekan protein
prekursor glikoprotein Gn
mengkodekan protein
3
Gambar 1. Tomato Spotted Wilt Virus
Virus tersebut dapat ditemukan pada seluruh bagian tanaman yang telah
endoplasmik, vakuola sel dan sitoplasma. Morfologi atau bentuk partikel TSWV
adalah sperikel dengan diameter 80 – 120 nm yang dibungkus oleh suatu lapisan
seperti duri. Virus ini mempunyai kisaran inang sangat luas sekitar 370 spesies
semangka, nenas, zucchini, iris, krisan dan kacang tanah (Griep et al., 2000).
2.1.1 Gejala
Gejala yang ditimbulkan oleh virus ini bervariasi, tetapi biasanya dimulai
dengan hawar daun muda berupa bintik-bintik ungu atau coklat pada daun. Gejala
ini timbul pada bagian atas daun, berbeda dengan hawar daun yang disebabkan
oleh jamur yang sering dimulai pada bagian bawah daun. Pada infeksi yang lebih
lanjut, permukaan batang akan tampak goresan berwarna kecoklatan. Virus yang
berwarna pucat serta daun akan tergulung. Virus ini juga dapat menginfeksi buah
tomat. Gejala yang timbul pada buah yang matang yaitu timbulnya corak
berbentuk cincin kuning, beberapa buah juga dapat berwarna gelap dengan
permukaan kulit yang kasar sehingga biasa disebut alligator skin (Bost, 2018).
4
Gambar 1. Tomato
5
Gambar 3. Gejala berupa goresan pada batang
6
2.1.2 Mekanisme Penyakit
dorsalis (Ertunc, 2020). Infeksi dan replikasi TSWV di dalam tubuh thrips
merupakan suatu proses yang kompleks. Di dalam sel usus thrips, virus
mengalami propagasi. Dari sel usus virus akan berpindah ke visceral muscle cells,
dan kelenjar ludah. Kelenjar ludah merupakan tempat utama dari virus ini untuk
Gambar 6. Thrips tabaci yang merupakan salah satu vektor dari TSWV
(akuisis) virus dari sumber virus yang berupa tanaman sakit atau tumbuhan lain,
Serangga dari Thysanoptera dengan tipe mulut pemarut dan penghisap Thrips
tabaci yang merupakan vektor dari TSWV melakukan akuisisi virus pada stadia
7
infektivitasnya diturunkan pada stadia berukutnya (Gupta et al., 2018).
2.1.3 Penanggulangan
J i k a t e l a h t
8
1. Singkirkan sumber penyebaran virus, termasuk mengendalikan pertumbuhan
3. Singkirkan tanaman tomat yang sudah terinfeksi, buang jauh dan bakar,
6. Tanamlah varietas tomat yang tahan virus ini, anda bisa mendapatkan
polihedral dengan meter 28 nm, menginfeksi lebih dari 775 spesies tumbuhan
9
dalam 67 famili dan dapat ditularkan oleh 75 spesies afid secara non-persistent.
Virus mosaik ketimun mempunyai kisaran inang yang sangat luas, terdapat pada
tanaman ketimun, virus mosaik ketimun juga dapat menyerang melon, labu, cabai,
Crucifereae, delphinium, gladiol, lili, petunia, zinia dan beberapa jenis gulma
penyakit yang berat pada tanaman tertentu. Virus mosaik ketimun terdapat hampir
di semua negara dan strain yang berbeda sifat biologinya telah dilaporkan dari
berbagai tempat. Virus mosaik ketimun mempunyai banyak strain, oleh karena itu
mempunyai jumlah inang yang banyak serta gejala yang ditimbulkan beragam.
Zarah virus berbentuk isometrik dengan diameter 30 nm. CMV mempunyai suhu
inaktivasi antara 60-750C, dengan titik pengenceran akhir 10-4. Dalam tanaman
sakit, virus akan menjadi inaktif setelah disimpan selama 96 jam pada suhu
kamar. CMV dapat ditularkan secara mekanis, oleh lebih dari 60 jenis kutu daun
secara non-persisten, termasuk Myzus persicae dan Aphis gossypii, serta melalui
biji beberapa tanaman inang. CMV termasuk jenis virus yang mempunyai sebaran
tanaman inang yang sangat luas dan dapat menyerang 775 jenis tanaman dari 85
tembakau adalah: tomat, cabai, mentimun, terung, buncis, kacang tunggak, dan
2.2.1 Gejala
Gejala yang terlihat pada penyakit ini adalah didominasi dengan gejala
mosaik selain gejala klorosis pada daun atau adanya bintik belang hijau coklat,
10
daun menguning, permukaan daun bergelombang, daun berlepuh hijau gelap,
bercak cincin, pengerdilan juga distorsi daun, bunga dan buah. atau bintik daun,
menguning, bercak cincin, pengerdilan, juga distorsi daun, bunga, dan buah. CMV
menunjukkan gejala pada daun yang dikenal sebagai efek “shoestring” efek untuk
hampir semua spesies inang. Efek ini menyebabkan daun muda terlihat kurus dan
mentimun menjadi aneh dan tampak abu-abu, penampilan ini sering menyebabkan
mentimun disebut sebagai “acar putih”, juga seringkali ketimun yang terinfeksi
terlihat bercak putih pada buah dan mempunyai rasa yang pahit (Ni Putu, dkk.,
2018).
11
Gambar 2. Gelaja mosaik pada daun
terutama dari kelompok kutu daun (Aphididae: Homoptera). Spesies kutu daun
12
spesies aphid, khususnya oleh Aphis gossypii dan Myzus persicae secara non-
persistent. Virus ini bisa ditularkan hanya dalam waktu 5 detik sampai 10 detik
dan ditranslokasikan dalam waktu kurang dari satu menit. Kemampuan CMV
Berbagai spesies gulma dapat menjadi inang CMV, oleh karenanya dapat menjadi
13
Setelah menginfeksi tanaman partikel virus memperbanyak diri di dalam sel
inang sehingga mengganggu proses fisiologi tanaman inang. Virus yang mampu
melakukan replikasi dengan cepat di dalam sel tanaman memiliki daya virulensi yang
tinggi. Respon tanaman terhadap infeksi virus juga menetukan bagaimana virus
14
2.2.3 Pengendalian virus
Pengendalian penyakit yang disebabkan oleh virus sampai saat ini masih
sangat sulit, hal ini disebabkan karena beberapa faktor, antara lain:
1) Keragaman genetik CMV yang tinggi sehingga sulit menemukan jenis yang
tahan,
2) Kisaran tanaman inang CMV yang luas, dan
3) CMV dapat ditularkan oleh berbagai jenis kutu daun secara nonpersisten.
Sifat CMV tersebut dan metabolisme sel inang sangat erat kaitannya
sehingga sampai saat ini belum diketahui zat kimia yang secara spesifik dapat
mengendalikan perkembangan virus tanpa mempengaruhi tanaman inangnya.
Oleh karena itu pengendalian virus secara kimiawi belum dapat dilaksanakan
(Hamida dan cece 2013).
Namun Sejauh ini pengendalian virus masih bersifat preventif, yang
dilakukan dilakukan secara tidak langsung dengan memadukan beberapa metode
yaitu : 1) pencegahan infeksi di lapang misalnya dengan rotasi tanaman dengan
tanaman yang bukan inang virus maupun vektornya, menekan populasi vektor, 2)
mencegah penyebaran di dalam tanaman misalnya dengan menghilangkan gulma
inang, mencegah penularan mekanis, 3) menanam bibit bebas virus, 4) tanam
serempak dan 5) proteksi silang. Alternatif pengendalian CMV dengan vaksin
Carna-5 sebagai biokontrol.
15
Virus kuning cabai atau dikenal dengan Pepper Yellow Leaf
Gemini. Virus ini ditularkan oleh serangga vektor yaitu kutu kebul
Barrow et al.,2008).
virus Gemini. Virus ini ditularkan oleh serangga vektor yaitu kutu
16
peningkatan aktivitas protein anaplerotik, peningkatan laju
2007).
penusuk penghisap.
17
Gambar 2.3.1. Tanaman cabai yang terinfeksi virus dan vektor
pembawa virus
Pada saat dia menghisap makanan dari tanaman sehat, virus ikut
floem, namun juga coat protein (CP) dan movement protein (MP)
Ariyanti, 2012).
18
Gambar 2.3.1.1 mekanisme Translokasi virus dalam
tubuh tanaman
19
lingkungan di atas 25ºC dan intensitasnya akan meningkat jika
2012). Fase selanjutnya virus bergerak dari sel ke sel yang lain
20
menurun, sedangkan glikolisis dan respirasi dalam mitokondria
lain adalah resistensi tanaman, serta jenis infeksi yang lokal atau
lebih kecil dan jumlah tilakoid pada setiap grana yang menurun
21
Tanaman yang sudah terinfeksi tidak dapat lagi
virus yang ditularkan oleh kutu kebul ini. Selain itu, sebaiknya
22
Gambar 2.3.2.1 Siklus hidup kutu kebul
Telur kutu kebul berwarna kuning terang, berbentuk
terinveksi virus mosaik dan virus gemini. Satu ekor kutu kebul
bertelur.
23
Instar kedua (2) dan ketiga (3) selama masa pertumbuhannya
Berikut ini cara pengerndalian virus tersebut dapat dilakukan dengan Teknik
paling efektif. Pengadaan bibit bebas virus dapat dilakukan dengan pembibitan
pada lokasi yang terisolasi pada lingkungan yang bukan merupakan tempat
24
yang cocok untuk perkembangan vector, misalnya disekitar pertanaman padi
persemaian
bahwa pemberian pupuk daun dan pupuk anorganik yang dilakukan oleh
dari inveksi virus tersebut. Tanaman yang sudah terinveksi tidak dapat lagi
virus ini dapat dicegah dengan beberapa teknik budidaya tertentu. Hal pertama
menggunakan sungkup rapat (kain sifon) sehingga bibit akan terhindar dari
pola tanam zigzag dan pengaturan waktu tanam yang baik sehingga
generative Nur Aeni (2007). Dengan menanam tanaman berdaun besar disekit
sorgum atau jagung atau sejenisnya serta tanaman tahan serangga vector
25
5. Menggunakan bahan kimi dan agen hayati dengan memanfaatkan predator dan
BAB III
KESIMPULAN
tanaman yang dapat menimbulkan kerugian yang cukup berarti baik secara
26
kualitas maupun kuantitas produksi. Beberapa contoh virus yang menyerang
tanaman yaitu Tomato Spotted Wilt Virus (TSWV), Cucumbar Mosaic virus
(CMV) dan Pepper yellow leaf curl virus (PYLCV). Ketiga jenis virus
Virus merupakan virus yang merujuk pada genus Tospovirus dari famili
(CMV) merupakan virus yang termasuk ke dalam Cucumo virus yang menyerang
tanaman mentimun.
DAFTAR PUSTAKA
27
Ariyanti, N. A. 2012. Mekanisme infeksi virus kuning cabai (Pepper yellow leaf
curl virus) dan pengaruhnya terhadap proses fisiologi tanaman cabai. In
Prosiding Seminar Biologi (Vol. 9, No. 1).
Bost, S., 2018. Tomato Spotted Wilt Virus in Tomato. Entomology and Plant
Pathology. University of Tennessee Institute of Agriculture.
Chandra. I. G. A. A., I Dewa N. N. I G N A.S.W. Gede S., 2016. Deteksi Simultan
Cmv Dan Chivmv Penyebab Penyakit Mosaik Pada Tanaman Cabai Dengan
Duplex Rt-Pcr. J. Agric. Sci. And Biotechnol. 5(1)
De Barrow, P. J., S. H. Hidayat, D. Frohlich, S. Subandiyah, U. Shigenori. 2008. A Virus
and its Vector, Pepper Yellow Leaf Curl Virus and Bemisia tabaci, Two New
Invaders of Indonesia. Biological Invasions 10 (4): 411-433.
Ertunc, F., 2020. Emerging Plant Viruses. Emerging and Reemerging Viral
Pathogens.
Funayama, S. and Terashima, I. 2006. Effect of Eupatorium Yellow Vein Virus
Infection on Photosynthetic Rate, Chlorophyll Content and Chloroplast
Structure in Leaves of Euphatorium makinoi During Leaf Development.
Functional Plant Biology. 165-175.
Griep, R.A., M. Prins, C. van Twisk, J.H.G. Keller, R.J. Kerschbaumer, R.
Komerlink, R.W. Goldbach, A. Schots. 2000. Application of Phage
Display in Selecting Tomato spotted wilt virus –Specific Single- Chain
Antibodies (scFvs) for Sensitive Diagnosis in ELISA. Phytopathology 90 :
183-190.
Gupta, R., Kwon, S. Y., dan Kim, S. T., 2018. An insight into the tomato spotted
wilt virus (TSWV), tomato and thrips interaction. Plant Biotechnology
Reports. Springer.
Hamida.R., Dan Cece Suhara. 2013. Pengaruh Infeksi Cucumber Mosaic Virus
(CMV) Terhadap Morfologi, Anatomi, Dan Kadar Klorofil Daun
Tembakau Cerutu. Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri.
5(1):11-19.
Hartono, S., Sumardiyono, Y.B., Purwanto, B. H., dan Endang-Sulistyaningsih.
2006. Aplikasi Model Manajemen Kesehatan Tanaman Pada Agribisnis
Cabai Di Daerah Endemis Penyakit Virus Kuning. Majalah Lontar.
Inpress.
Hull, R., 2002. Matthews’ Plant Virology. Academic Press, New York.
Ni Putu, P., Farida, H., Eka, P.A., 2018. Kejadian Penyakit Mosaik dan varietas
Tahan Cucumber Mosaic Virus (Cmv) Penyebab Penyakit Mosaik pada
Tanaman Mentimun. Jurnal AGRIMETA. Vol 8 (15): 2088-2521.
Nur Aeni, A. 2007. Kajian Kestabilan Produktivitas Cabai Keriting Di Daerah
Endemis Virus Kuning dengan Optimalisasi Nutrisi Tanaman.Tesis.
UGM.
28
Ohnishi, J., L.M. Knight, D. Hosokawa, I. Fujisawa, S. Tsuda. 2001. Replication
of Tomato spotted wilt virus After Ingestion by Adult Thrips setosus is
Restricted to Midgut Ephithelial Cells. Phytopathology 91 : 1149-1155.
Pappu, H.R., Jones, R.A.C. and Jain, R.K., 2009. Global status of tospovirus
epidemics in diverse cropping systems: successes achieved and challenges
ahead. Virus research, 141(2), pp.219-236.
Subagyo, V. N. O., & Purnama, H. 2015. Neraca kehidupan kutukebul Bemisia
tabaci (Gennadius)(Hemiptera: Aleyrodidae) pada tanaman cabai dan
gulma babadotan pada suhu 25° C dan 29° C. Jurnal Entomologi
Indonesia, 11(1), 11.
Sudiono, S. S. Hidayat., Rusmilah, S. and Soemartono, S. 2001. Deteksi
Molekuler dan Uji Kisaran Inang Virus Gemini Asal Tanaman Tomat.
Prosid. Konggres Nasional XVI. PFI. Bogor. 22-24 Agustus.
Suhara, C., 2019. Virus Mosaik Ketimun (Cucumber Mosaic Virus). Malang Jawa
Timur. BALITTAS (Balai Penelitian Pemanis dan Serat) Kementerian
Pertanian.
Sulandari, S., 2006. Penyakit Keriting Daun Kuning Cabai Di Indonesia. Jurnal
Perlindungan Tanaman Indonesia. Vol 12(1): 1-12.
Sulandari, S., Rusmilah, S., S. S. Hidayat, Jumanto, H., dan Sumartono, S. 2001.
Deteksi Virus Gemini pada Cabai di Daerah Istimewa Jogjakarta. Prosid.
Konggres Nasional XVI. PFI. Bogor. 22-24 Agustus.
29