Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hampir semua di antara kita pernah menderita flu. Flu atau influenza merupakan salah
satu penyakit yang disebabkan oleh virus. Selain influenza, berbagai penyakit yang mematikan
juga disebabkan oleh virus. Contohnya adalah AIDS dan flu burung. Hal tersebut mendorong
manusia untuk terus bekerja keras mempelajari virus guna menemukan obat untuk mengatasi
penyakit yang disebabkannya.
Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis.
Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan
sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri.
Dalam sel inang, virus merupakan parasit obligat dan di luar inangnya menjadi tak berdaya.
Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak
kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid,
glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus menjadi baik protein yang digunakan untuk
memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya.
Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia tidak dapat
menjalankan fungsi biologisnya secara bebas. Karena karakteristik khasnya ini virus selalu
terasosiasi dengan penyakit tertentu, baik pada manusia (misalnya virus influenza dan HIV),
hewan (misalnya virus flu burung), atau tanaman (misalnya virus mosaik tembakau/TMV).
Ukurannya sekitar 25-300 mikron. Ukuran virus disebut juga ukuran renik. Oleh sebab itu, virus
tidak bisa dilihat dengan mata atau mikroskop biasa, tapi harus menggunakan mikroskop
elektron.

1.2. Tujuan makalah


 Untuk mengetahui ciri-ciri virus
 Untuk mengetahui struktur tubuh virus
 Untuk mengetahui Sifat-sifat Virus
 Untuk mengetahui klasifikasi virus
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Asal Mula Penemuan Virus dan Ciri-ciri Virus


Aktivitas manusia yang berlebihan dan diiringi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang canggih telah banyak menimbulkan dampak bagi kehidupan . Dampak tersebut
antara lain adalah timbulnya berbagai polusi akibat kegiatan yang menghasilkan sampah, terlebih
lagi bila sampah-sampah tersebut tidak di daur ulang. Akibatnya timbullah masalah tersendiri di
bidang kesehatan, yaitu banyaknya jenis penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme yang
hidup pada sampah.
Berbagai penyakit juga disebabkan oleh aktifitas virus. Umumnya penyakit akibat virus
ini lebih susah untuk diatasi. Oleh karena itu, perhatian manusia terhadap virus semakin besar
setelah ditemukannya berbagai penyakit yang aneh dan belum pernah ditemukan sebelumnya.
Gambar 2.1 berikut adalah contoh beberapa virus penyebab penyakit.

Gambar 2.1 Beberapa contoh virus


Virus berasal dari bahasa latin virulae yang artinya ‘menular’. Virus merupakan substansi
aseluler (tubuh tidak berupa sel), karena hanya memiliki kapsid (selubung yang berfungsi
sebagai dinding) dan asam nukleat , tetapi tidak memiliki inti sel, sitoplasma, dan membrane
sel. Ukuran virus sangat kecil, sehingga disebut juga mikroba atau mikroorganisme. Di dalam
biologi, virus dipelajari lebih mendalam pada cabang ilmu mikrobiologi atau lebih khusus lagi
disebut virologi.

2.1.1 Asal Mula Penemuan Virus


Menurut para ahli biologi, virus merupakan substansi atau bentuk peralihan antara benda
hidup (makhluk hidup) dan benda mati. Virus disebut benda mati karena virus lebih dominan
mempunyai ciri-ciri sebagai benda mati daripada ciri-ciri makhluk hidup. Virus berbentuk seperti
molekul atau partikel yang disebut virion. Tetapi virus juga menunjukkan ciri-ciri makhluk
hidup karena virus mempunyai materi genetik berupa asam nukleat yang terdiri dari ADN
(Asam Deoksiribo Nukleat) atau ARN (Asam Ribo Nukleat), serta dapat melakukan
perkembangbiakan yang dinamakan replikasi.
Sejarah penemuan virus dimulai tahun 1883 oleh ilmuwan Jerman yang bernama Adolf
Meyer. Ia melakukan penelitian pada tanaman tembakau. Pada suatu ketika ia menemukan
adanya daun tembakau yang tidak normal. Daun tersebut berwarna hijau kekuning-kuningan,
yang ternyata setelah diamati, terdapat cairan atau lender. Daun yang mengalami hal demikian
menderita penyakit mosaik. Penyakit ini disebabkan oleh mikroorganisme yang kita sebut virus.
Penyakit mosaik ini menyebabkan pertumbuhan tembakau menjadi terhambat (kerdil) dan
daunnya berwarna belang-belang.

Gambar 2.2 Adolf Mayer


Menurut Meyer, penyakit mosaik pada daun tembakau tersebut dapat menular. Hal ini
dibuktikan dengan menyemprotkan ekstrak daun tembakau yang telah tertulari penyakit mosaik
ke tanaman tembakau yang masih normal (segar). Setelah diamati ternyata daun yang semula
normal tersebut menjadi berwarna hijau kekuning-kuningan (berbintik-bintik kuning). Setelah
dilakukan penelitian, penyebab penyakit tersebut adalah mikroba yang kecil sekali dan hanya
dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron.

2.2 Ciri – Ciri Virus


Ciri-ciri virus meliputi ukuran, bentuk, struktur dan fungi, cara hidup serta cara
reproduksinya.
2.2.1 Ukuran virus
Ukuran virus berkisar antara 25-300 nm. Virus yang berukuran 25 nm dijumpai pada
virus penyebab polio. Sedangkan virus yang berukuran 100 nm misalnya Bakteriofag atau virus
T (Bacteriophage atau phage), yaitu virus yang berukuran lebih kurang 300 nm contohnya
adalah TMV ( Tobacco Mosaic Virus).

Gambar 2.8 Beberapa ukuran virus


2.2.2 Bentuk tubuh
Bentuk tubuh virus sangat bervariasi . Virus yang berbentuk bulat contohnya adalah
virus influenza (Influenza virus) dan HIV penyebab AIDS. Virus juga ada yang berbentuk oval,
seperti virus rabies (Rabiez virus). Bentuk batang dijumpai pada TMV , bentuk jarum dijumpai
pada Tungrovirus (virus penyebab kekerdilan pada batang padi), dan bentuk seperti huruf T
dijumpai pada Bakteriofag. Sedangkan bentuk polihedral contohnya adalah pada Adenovirus
(penyebab penyakit demam).

Gambar 2.10 Rabiez virus (kiri) dan Tungrovirus (kanan)

Gambar 2.11 Beberapa bentuk Virus

2.2.3 Struktur dan fungsi


Tubuh virus bukan merupakan sel (aseluler), tidak memiliki inti sel,
sitoplasma, dan membran sel, tetapi hanya memiliki kapsid sebagai pelindung luar.
Virus berupa partikel (molekul) yang disebut virion. Tubuh virus yang berupa Kristal
atau partikel inti lebih menunjukkan ciri mineral daripada ciri kehidupan. Oleh karena
itu ada anggapan bahwa virus bukan makhluk hidup.
Struktur tubuh virus yang kita gunakan sebagai contoh dalam pembahasan ini
adalah struktur tubuh Bakteriofag (virus T). Tubuh virus T terbagi atas bagian kepala
dan bagian ekor. Bagian kepala terbungkus oleh suatu selubung dari protein yang
disebut kapsid. Kapsid mempunyai fungsi sebagai pemberi bentuk pada virus, dan juga
berfungsi sebagai pelindung bagian dalam tubuh virus. Bagian di luar kapsid terdapat
selubung yang tersusun dari lipida dan karbohidrat.

Gambar 2.12 Struktur tubuh bakteriofag

Di dalam tubuh virus (isi tubuh virus) terdapat materi genetik sederhana yang
terdiri dari senyawa asam nukleat yang berupa ADN atau ARN. Bentuk ADN dan ARN
tergantung pada spesifikasi virus. Setiap jenis virus hanya memiliki 1 macam molekul
materi genetik, yaitu ADN saja atau ARN saja. Materi genetik tersebut dapat berupa
rantai ganda yang berpilin atau rantai tunggal, dengan bentuk memanjang, lurus, atau
melingkar.

Gambar 2.13 Materi Genetik (DNA atau RNA saja)


Bentuk kapsid pada virus bermacam-macam, ada yang bulat, oval, batang,
polihedral, atau seperti huruf T. Pada beberapa virus, misalnya virus flu dan herpes, di
luar kapsid masih terdapat struktur tambahan yang berupa kapsul pembungkus atau
amplop. Kapsul pembungkus ini berfungsi membantu virus untuk menyerang
(menginfeksi) tubuh inang atau hospes, sehingga tubuh inang tersebut menderita suatu
penyakit.
Gambar 2.14 Struktur Kapsid pada Virus Influensa

2.2.4 Cara hidup


Virus tidak dapat hidup di alam secara bebas, melainkan harus berada didalam
sel makhluk hidup yang lain. Berbagai makhluk hidup dapat terserang virus, misalnya
manusia, hewan, tumbuhan dan bakteri.
Virus yang menginfeksi bakteri disebut sebagai bakteriofag atau disingkat fag.
Virus yang menginfeksi manusia dan menyebabkan penyakit pada manusia, misalnya
cacar, polio, hepatitis, mata belek, influenza, demam berdarah, diare, ebola, dan AIDS.
AIDS disebabkan oleh HIV yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Virus yang
menginfeksi hewan misalnya yang menyebabkan penyakit sampar pada ayam, anjing
gila (rabies), dan penyakit kuku pada ternak. Virus yang menyerang tumbuhan misalnya
penyebab penyakit mosaik pada tembakau, kanker pada jeruk, dan busuk pada sayuran.
Virus yang menyerang tanaman biasanya ditularkan pada serangga. Serangga
yang mengisap atau memakan tanaman yang terkena virus dapat menularkannya ke
tanaman lain. Virus yang menyerang manusia dapat ditularkan baik secara kontak
langsung maupun tak langsung dengan penderita. Polio dan hepatitis dapat ditularkan
melalui air sumur yang tercemar, piring makan, sendok makan, dll. Cacar, mata belek
dan polio dapat ditularkan melalui kontak langsung. Demam berdarah ditularkan oleh
nyamuk aedes agypti. HIV ditularkan melalui darah, cairan sekresi vagina, semen
(ejakulasi), air susu, hubungan kelamin, jarum suntik, dan transfusi darah. Selain itu
juga dapat ditularkan melalui plasenta ibu hamil ke janinnya.
Virus harus dibiakkan didalam jaringan makhluk hidup. Di laboratorium, virus
dapat dibiakkan didalam embrio telur ayam
2.2.5 Cara berkembang biak
Virus hanya dapat berkembang biak pada sel-sel hidup dan untuk
reproduksinya virus hanya memerlukan asam nukleat. Karena dapat melakukan
reproduksi, maka virus dianggap sebagai makhluk hidup (organisme).
Di dalam proses reproduksi, virus memerlukan lingkungan sel hidup (di dalam
jaringan tubuh) sehingga virus memerlukan organisme lain sebagai inang atau
hospesnya. Contoh organisme yang menjadi hospes virus adalah bakteri, jaringan
embrio, hewan, tumbuhan, dan manusia. Proses reproduksi virus disebut replikasi
(penggandaan diri tubuh virus). Proses replikasi virus semenjak menempel pada sel
inang sampai terbentuknya virus yang baru melibatkan siklus litik dan siklus lisogenik.

Gambar 2.15 Siklus litik dan lisogenik Bakteriofag

Siklus litik adalah replikasi virus yang disertai dengan matinya sel inang
setelah terbentuk anakan virus yang baru. Siklus litik virus yang telah berhasil diteliti
oleh para ilmuwan adalah siklus litik virus T (Bacteriophage), yaitu virus yang
menyerang bakteri Escherichia coli (bakteri yang terdapat di dalam colon atau usus
besar manusia).
Siklus litik Bakteriofag terdiri atas 5 fase, yaitu fase adsorbsi, fase penetrasi sel
inang, fase eklifase, fase replikasi, dan fase pemecahan sel inang. Berikut
penjelasannya.

1) Fase Adsorbsi
Pada fase ini, ujung ekor Bakteriofag menempel atau melekat pada bagian tertentu
dari dinding sel bakteri yang masih dalam keadaan normal. Daerah itu disebut
daerah reseptor (receptor site atau receptor spot). Virus yang menyerang bakteri E.

coli, memiliki lisozim (lisozyme) yang berfungsi merusak atau menselubungi dinding
sel bakteri.
2) Fase injeksi
Pada fase ini, kulit ujung ekor virus T dan dinding sel bakteri E. coli yang telah
menyatu tersebut larut hingga terbentuk saluran dari tubuh virus T dengan sitoplasma
sel bakteri. Melalui saluran ini ADN virus merusak ke dalam sitoplasma bakteri dan
bercampur dengannya.
3) Fase eklifase
Pada fase ini, setelah bercampur dengan sitoplasma bakteri, ADN virus mengambili
alih kendali ADN bakteri. Pengendalian ini terjadi di dalam proses penyusunan atau
sintesis protein di dalam sitoplasma bakteri. Seterusnya ADN virus mengendalikan
sintesis protein kapsid virus.
4) Fase replikasi (fase sintesis : penyusunan)
Virus baru pada fase ini mulai dibentuk. ADN virus T mengadakan pembentukan
atau penyusunan ADN virus yang baru, dengan menggunakan ADN bakteri sebagai
bahan materinya, serta membentuk selubung protein kapsid virus. Maka terbentuklah
beratus-ratus molekul ADN baru virus yang lengkap dengan selubungnya. Setiap sel
bakteri E.coli yang diserang oleh virus T dapat menghasilkan 200-300 virus T yang
baru.
5) Fase pemecahan sel inang atau litik
Setelah terbentuk virus T yang baru, dinding sel bakteri akan pecah (litik).
Selanjutnya sejumlah virus T yang baru tersebut akan keluar dan siap untuk
menyerang sel bakteri E.coli yang baru (yang lain).
Selain secara litik, reproduksi virus juga bisa terjadi secara lisogenik. Pada siklus
lisogenik, ADN atau ARN virus menempel pada kromosom sel inang (membentuk profage) dan
mengadakan replikasi. Bedanya dengan siklus litik, pada siklus lisogenik sel inang tidak pecah
atau mati, sehingga setiap kali sel inang membelah di dalamnya juga terdapat virus-virus yang
berkembangbiak.
Daur lisogenik diawali dengan fase adsorbsi, dan injeksi seperti daur litik. Setelah itu,
virus masuk ke penggabungan, fase pembelahan, fase sintesis, fase perakitan, dan akhirnya fase
litik.
a. Fase Adsorbsi
Uraian sama dengan daur litik
b. Fase Injeksi
Uraian sama dengan daur litik
c. Fase Penggabungan
Ketika memasuki fase injeksi, DNA virus masuk kedalam tubuh bakteri. Selanjutnya,
DNA virus menyisip kedalam DNA bakteri atau melakukan penggabungan. DNA bakteri
berbentuk sirkuler, yakni seperti kalung yang tidak berujung dan berpangkal. DNA
tersebut berupa benang ganda yang berpilin.
Mula-mula DNA bakteri putus, kemudian DNA virus menggabungkan diri diantara
benang yang putus tersebut, dan akhirnya terbentuk DNA sirkuler baru yang telah disisipi
DNA virus. Dengan kata lain, didalam DNA bakteri terkandung materi genetic virus.
d. Fase Pembelahan
Dalam keadaan tersambung itu, DNA virus tidak aktif, yang dikenal sebagai profag. Oleh
karena DNA virus menjadi satu dengan DNA bakteri, maka jika DNA bakteri melakukan
replikasi, profag juga ikut melakukan replikasi. Misalnya saja jika bakteri akan
membelah diri, DNA bakteri mengopi diri dengan proses replikasi. Dengan demikian,
profag juga ikut terkopi. Terbentuklah dua sel bakteri sebagai hasil pembelahan dan
dalam setiap sel anak bakteri terkandung profag yang identik. Demikian seterusnya
hingga proses pembelahan bakteri berlangsung berulang kali sehingga setiap sel bakteri
yang terbentuk didalamnya terkandung profag. Dengan demikian jumlah profag
mengikuti jumlah sel bakteri yang ditumpanginya.
e. Fase Sintesis
Oleh karena satu dan lain hal, misalnya karena radiasi atau pengaruh zat kimia tertentu,
profag tiba-tiba aktif. Profag tersebut memisahkan diri dari DNA bakteri. Selanjutnya,
DNA virus mengadakan sintesis, yakni mensintesis protein untuk digunakan sebagai
kapsid bagi virus-virus baru. Selain itu, DNA virus juga melakukan replikasi DNA
sehingga DNA virus menjadi banyak.
f. Fase Perakitan
Kapsid-kapsid dirakit menjadi kapsid virus yang utuh, yang berfungsi sebagai selubung
virus. Kapsid virus yang terbentuk mecapai 100-200 kapsid baru. Selanjutnya, DNA hasil
replikasi masuk ke dalamnya guna membentuk virus-virus baru.
g. Fase Litik
Setelah terbentuk virus-virus baru terjadilah lisis sel bakteri (uraian sama dengan daur
litik). Virus-virus yang terbentuk berhamburan keluar dari sel bakteri lalu menyerang
bakteri baru. Dalam daur selanjutnya, virus dapat mengalami daur litik atau daur
lisogenik. Demikian seterusnya.

2.2.6 Parasitisme virus


Jika bakteriofag menginfeksikan genomnya ke dalam sel inang, maka virus hewan
diselubungi oleh endositosis atau, jika terbungkus membran, menyatu dengan plasmalema inang
dan melepaskan inti nukleoproteinnya ke dalam sel. Beberapa virus (misalnya virus polio),
mempunyai tempat-tempat reseptor yang khas pada sel inangnya, yang memungkinkannya
masuk. Setelah di dalam, biasanya genom tersebut mula-mula ditranskripsi oleh enzim inang
tetapi kemudian biasanya enzim yang tersandi oleh virus akan mengambil alih. Sintesis sel inang
biasanya berhenti, genom virus bereplikasi dan kapsomer disintesis sebelum menjadi virion
dewasa. Virus biasanya mengkode suatu enzim yang diproduksi terakhir, merobek plasma
membran inang (tahap lisis) dan melepaskan keturunan infektif; atau dapat pula genom virus
terintegrasi ke dalam kromsom inang dan bereplikasi bersamanya (provirus). Banyak genom
eukariota mempunyai komponen provirus. Kadang-kadang hal ini mengakibatkan transformasi
neoplastik sel melalui sintesis protein biasanya hanya diproduksi selama penggandaan virus.
Virus tumor DNA mencakup adenovirus dan papavavirus; virus tumor DNA terbungkus dan
mencakup beberapa retrovirus (contohnya virus sarkoma rous).

3.1 Klasifikasi Virus


Contoh klasifikasi virus adalah klasifikasi Baltimore yang membagi virus berdasarkan
kombinasi asam nukleatnya (DNA atau RNA), rantai asam nukleatnya (tunggal atau ganda), dan
cara replikasinya. Asam nukleat adalah senyawa yang berfungsi sebagai pembawa sifat. Ada dua
jenis asam nukleat, yaitu DNA dan RNA. DNA pada umumnya berupa rantai ganda berpilin
(double helix) sedangkan RNA berupa rantai tunggal atau ganda tak bepilin. Virus juga memiliki
bermacam-macam asam nukleat. Klasifikasi Baltimore yang mengelompokkan virus bedasarkan
tipe asam nukleatnya adalah sebagai berikut:
Kelompok I : virus DNA rantai ganda
Kelompok II : virus DNA rantai tunggal
Kelompok III : virus RNA rantai ganda
Kelompok IV : virus RNA rantai tunggal positif
Kelompok V : virus RNA rantai tunggal negative
Kelompok VI : virus RNA transkripsi balik
Kelompok VII : virus DNA transkripsi balik

Ada juga pengelompokkan virus berdasarkan asam nukleatnya, yaitu virus DNA dan virus RNA
sebagai berikut:
1. Virus DNA
Virus DNA adalah virus yang asam nukleatnya berupa DNA, baik untai ganda maupun untai
tunggal. Golongan ini mencakup virus dari kelompok I dan II. Ketika virus menginfeksi sel
inang, DNA mengalami replikasi (penggandaan) menjadi beberapa DNA. DNA juga
mengalami transkripsi membentuk mRNA (RNA duta). RNA duta (mRNA) akan mengalami
translasi (penerjemahan) untuk menghasilkan protein selubung virus. Masih didalam sel
inang, DNA dan protein virus mengkontruksi diri menjadi virus-virus baru. mRNA juga
mentranslasi membentuk enzim penghancur yang akhirnya menghancurkan membran sel.
Dengan demikian sel inang lisis (hancur) dan virus-virus keluar dan siap menginfeksi sel
inang yang baru. Virus yang intinya berupa DNA misalnya virus herpes, bakteriofag, virus
cacar.
2. Virus RNA
Virus RNA memiliki asam nukleat berupa RNA, baik untai ganda maupun untai tunggal.
Golongan ini mencakup virus dari kelompok III, IV, V. virus ini didalam sel inang akan
mengalami replikasi membentuk RNA-RNA baru. RNA juga mengalami translasi
membentuk protein untuk selubung virus. didalam sel inang, RNA dan protein virus
mengkontruksi diri menjadi virus-virus baru. mRNA juga mentranslasi membentuk enzim
lisis. Enzim lisis akan menghancurkan membran sel. Dengan demikian sel inang lisis
(hancur) dan virus-virus keluar dan siap menginfeksi sel inang yang baru.
3. Virus Transkripsi Balik (reserve transcribing virus)
Virus ini merupakan virus yang bereplikasi menggunakan transkripsi balik, yaitu
pembentukan DNA dengan cetakan RNA. Golongan ini mencakup virus dari kelompok VI,
dan VII. Contoh dari virus ini adalah retrovirus, misalnya HIV penyebab penyakit AIDS.
Berbeda dengan virus DNA dan RNA, retrovirus masuk ke dalam sel dengan cara
endositosis. Endositisis adalah masuknya molekul dengan cara sebagai berikut. Sel
membentuk tonjolan kemudian molekul dicaplok dan ditelan masuk kedalam sel. Jadi dengan
cara endositosis, baik inti maupun kapsid retrovirus ikut masuk kedalam sel inang.
Didalam sel inang, RNA retrovirus dapat membuat kopi DNA (cDNA). Hal ini dapat terjadi
karena retrovirus memiliki enzim transcriptase balik, yaitu enzim yang dapat membuat kopi
DNA dari RNA. Kemampuan itu tidak dimiliki oleh organisme selain virus. DNA kopi ini
kemudian diintegrasikan kedalam DNA inang (pada umunya sel hewan). DNA kemudian
mengalami transkripsi membentuk messenger RNA (mRNA), baik mRNA yang akan
menjadi RNA inti virus, maupun mRNA yang membawa kodon yang akan ditranslasikan
menjadi protein dan enzim transcriptase balik.
Selanjutnya RNA–RNA inti virus, enzim transcriptase balik, dan protein virus
mengkontruksi diri membentuk virus-virus baru. Retrovirus tidak memproduksi enzim lisis.
Jadi, virus-virus baru yang dibentuk didalam sel inang keluar sel dengan tidak
menghancurkan membran sel, tetapi dengan cara eksositosis. Eksositosis adalah kebalikan
dari endositosis.
BAB III
PENUTUP

1.1. Kesimpulan
Virus adalah parasit yang berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme
biologis. Beberapa hal mengenai virus antara lain :
1. Asal mula penemuan virus dimulai tahun 1883 oleh ilmuwan Jerman Adolf Meyer dimana
ia menemukan daun tembakau berwarna hijau kekuning-kuningan dimana terdapat cairan
atau lendir. Penyakit ini disebut penyakit mosaik. Melalui penelitiannya penyebab penyakit
tersebut adalah mikroba yang sangat kecil dan hanya dapat dilihat dengan mikroskop
electron. Selanjutnya Dmitri Ivanovsky berhasil menemukan alat penyaring bakteri namun
saat digunakan untuk menyaring mikroba penyebab penyakit mosaik mikroba tersebut
dapat lolos dari saringan sehingga ia menyimpulkan bahwa mikroba tersebut lebih kecil
dari bakteri. Pada tahun 1897, M. Beljerinck ahli mikrobiologi Belanda menemukan fakta
bahwa mikroorganisme tersebut tidak dapat bereproduksi pada medium bakteri.
Selanjutnya Wendell M. Stanlye ilmuwan Amerika berhasil mengkristalkan makhluk hidup
tersebut dan diberi nama TMV (Tobacco Mosaic Virus).
Ciri-ciri virus adalah sebagai berikut :
 Ukuran virus berkisar antara 25-300 nm.
 Bentuk tubuh virus sangat bervariasi, ada yang bulat, oval, jarum, batang, seperti huruf
T dan juga bentuk polihedral.
 Tubuh virus bukan merupakan sel. Struktur tubuh virus T terdiri dari bagian kepala dan
bagian ekor. Dimana pada bagian kepala terbungkus oleh protein yang disebut kapsid
yang dilindungi lipida dan karbohidrat. Di dalam tubuh virus terdapat materi genetik
sederhana yang terdiri dari asam nukleat berupa ADN atau ARN saja.
 Virus hanya dapat hidup didalam sel makhluk hidup dan dapat mengkristal di luar sel
makhluk hidup.
 Virus hanya dapat berkembang biak pada sel-sel hidup dan reproduksinya
memerlukan asam nukleat. Reproduksi virus terjadi dalam siklus litik dan
lisogenik.
2. Jika bakteriofag menginfeksikan genomnya ke dalam sel inang, maka virus hewan
diselubungi endositas atau jika terbungkus membrane, menyatu dengan plasmalema inang
dan melepaskan inti nukleoproteinnya ke dalam sel.
3. Virus diklasifikasikan berdasarkan kombinasi asam nukleatnya (DNA atau RNA), rantai
asam nukleatnya (tunggal atau ganda) dan cara replikasinya.

Anda mungkin juga menyukai