Anda di halaman 1dari 33

1

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT DENGAN KEPATUHAN


MELAKSANAKAN PROTAP PEMASANGAN DAN PERAWATAN
INFUS DI RUANG ASOKA RSUD MOROWALI
TAHUN 2021

Proposal Penelitian

Diajukan oleh
AFLIANA BAIN
NIM : 201901029

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN BATARA
GURU SOROAKO TAHUN 2021
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Rumah sakit merupakan suatu tempat pelayanan kesehatan dan

sekaligus tempat perawatan bagi orang sakit. Dimana dari semua pasien yang

dirawat di rumah sakit setiap tahun, 50% mendapat terapi intravena, hal ini

membuat besarnya populasi yang beresiko terhadap infeksi yang berhubungan

dengan intravena (Schafer, dkk, 2013 ; 273). Kegiatan pengendalian infeksi di

rumah sakit merupakan keharusan untuk melindungi pasien dari kejangkitan

infeksi, dalam bentuk upaya pencegahan, surveilans dan pengobatan yang

rasional (Djoko Wijono, 2012 ; 719).

Berdasarkan prevalensi infeksi nosokomial rumah sakit di dunia lebih dari

1,4 juta atau sedikitnya 9% pasien rawat inap di seluruh dunia mendapatkan

infeksi nosokomial, penelitian yang dilakukan oleh WHO dari 55 rumah sakit

dari 14 negara yang mewakili 4 kawasan (Eropa, timur tengah, Asia Tenggara

dan Pasifik Barat) terdapat sekitar 8,7% menujukkan adanya infeksi nosokomial

dan 10,0% untuk Asia Tenggara (WHO, 2012).Dan dari hasil survey World

Health Organozations (WHO) pada tahun 2016, menyatakan bahwa di Eropa

prevalensi kejadian infeksi nosokomial setiap tahunnya lebih dari 4 juta – 4,5

juta pasien, sedangkan di Amerika Serikat prevalensi pasien terkena infeksi


1
nosokomial pertahunnya diperkirakan sekitar 1,7 juta pasien. Prevalensi ini

mewakili 4,5 % untuk 99.000 kematian (WHO, 2016).


2

Di Indonesia melalui Departemen Kesehatan RI, telah melakukan survey

pada tahun 2013 terhadap 10 Rumah Sakit Umum Pendidikan, didapatkan angka

yang cukup tinggi 6-16 % angka infeksi nosokomial, dengan rata-rata 9,8%.

Survey yang dilakukan di 10 rumah sakit di DKI Jakarta ini menunjukkan bahwa

pasien rawat inap yang mendapat infeksi yang baru selama dirawat di rumah

sakit adalah sebanyak 9,8% (Depkes RI, 2013). Phlebitis adalah infeksi yang

tertinggi di rumah sakit swasta atau pemerintah dengan jumlah pasien 2.168

pasien dari jumlah pasien berisiko 124.733 (1.7%) (Depkes RI,2011).

Sementara perkembangan terakhir dalam lingkungan pelayanan kesehatan

telah merangsang minat dalam praktik pengendalian infeksi dengan bukti adanya

keseriusan rumah sakit membentuk suatu tim pengendali infeksi nosokomial

termasuk juga RSUD Morowali Kabupaten Morowali. Adanya infeksi karena

terapi intravena disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : faktor hospes,

faktor alat dan larutan, serta faktor orang ke orang yaitu petugas perawatan

kesehatan dan pasien

Dalam upaya pencegahan infeksi karena terapi intravena, rumah sakit

telah membuat berbagai strategi termasuk pembuatan protap pemasangan infus,

protap septik-aseptik (cuci tangan) maupun protap-protap lainnya. Ternyata data

dilapangan menunjukkan baru 39,2% perawat melaksanakan protap teknik


3

septik-aseptik (cuci tangan) sebelum melakukan perawatan pada pasien (Babang

Supeno, 2016).

Kepatuhan merupakan bagian dari prilaku individu yang bersangkutan

untuk mentaati atau mematuhi sesuatu, sehingga kepatuhan perawat dalam

melaksanakan protap pemasangan dan pearawatan infus tergantung dari prilaku

individu perawat itu sendiri. Perilaku kepatuhan dapat disebabkan oleh beberapa

faktor. Menurut Muchlas (2017).

faktor yang mempengaruhi kepatuhan dapat dikategorikan menjadi faktor

intrernal yaitu karakterisitk perawat itu sendiri (umur, jenis kelamin, agama,

pendidikan, status perkawinan, kepribadian, sikap, kemampuan, persepsi dan

motivasi) dan faktor eksternal (karakteristik organisasi, karakteristik kelompok,

karakteristik pekerjaan, dan karakteristik lingkungan).

Faktor tersebut diatas sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut

mengenai sejauh mana tingkat kepatuhan perawat dalam melaksanakan protap

pemasangan dan perawatan infus dihubungkan dengan faktor internal dan

eksternal dari perawat itu sendiri. Untuk mendapatkan gambaran nyata dari

fenomena diatas maka penulis ingin meneliti sejauh mana hubungan karakteristik

perawat dengan kepatuhan melaksanakan protap pemasangan dan perawatan

infus di ruang asoka RSUD morowali tahun 2021

B. Perumusan Masalah
4

Adakah hubungan karakteristik perawat dengan kepatuhan melaksanakan

protap pemasangan dan perawatan infus di ruang asoka RSUD morowali tahun

2021

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Di ketahuinya hubungan karakteristik perawat dengan kepatuhan

melaksanakan protap pemasangan dan perawatan infus di ruang asoka RSUD

morowali tahun 2021

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran karakteristik perawat meliputi Umur, Jenis

kelamin, pendidikan, status perkawinan dan masa kerja di ruang asoka

RSUD morowali tahun 2021 .

b. Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik perawat meliputi Umur,

Jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan dan masa kerja dengan

kepatuhan perawat dalam protap pemasangan infus di ruang asoka RSUD

morowali tahun 2021

c. Untuk mengetahui hubungan antara Motivasi perawat dengan tingkat

kepatuhan perawat dalam melaksanakan protap pemasangan infus di

ruang asoka RSUD morowali tahun 2021 ?

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaaat aplikatif, Sebagai bahan masukan bagi pihak RSUD morowali,


5

dimana sebagai bahan informasi untuk mengatisipasi permasalahan akibat

tidak ditaatinya pelaksanaan protap pemasangan infus.

2. Manfaat keilmuan, Diharapkan hasil penelitian ini dapat memperkuat teori

keperawatan khususnya tentang kinerja perawat dan perawatan infus.

3. Manfaat Metodologi, Penelitian ini diharapkan dapat menambah jumlah

jenis penelitian tentang keperawatan yang saat ini sangat terbatas

jumlahnya di Indonesia. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan

bagi penelitian lebih lanjut

BAB II

LANDASAN TEORI
6

A. Konsep Dasar

1. Kepatuhan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kepatuhan adalah kesetiaan,

ketaatan atau loyalitas. Kepatuhan yang dimaksud disini adalah ketaatan

terhadap pelaksanaan prosedur tetap yang telah dibuat. Berbicara masalah

kepatuhan tidak terlepas dari produktivitas, menurut Supriyanto (2018)

ada tiga jenis produktivitas yaitu :

a. Perilaku Pekerjaan

Yang dimaksud perilaku pekerjaan adalah jenis pekerjaan

(fungsi, aktivitas, dan tugas atau Job) yang dilaksanakan oleh pekerja.

Disini hanya diinventarisir kualitas pekerjaan, sama sekali tidak

menggambarkan kuantitasnya persatuan periode waktu tertentu.

Evaluasi kinerja yang yang dipakai adalah adekuasi upaya (adequacy

of effort) dengan rumus sebagai berikut :

Jumlah Kategori Pekerjaan (aktual)


Adekuasi Upaya (AU) =
Jumlah Kategori Pekerjaan (normatif)

Normatif adalah seharusnya berdasarkan kriteria yang diharapakan.

b. Penampilan Kerja (Kinerja)


6
Penampilan kerja adalah jumlah (fungsi, aktivitas, tugas) per

satuan periode waktu tertentu. Disini telah disebutkan alokasi waktu


7

per masing-masing pekerjaan per satuan waktu tertentu. Evaluasi

kinerja yang dipakai adalah kriteria adekuasi penampilan kerja

(adequasi of performance), dengan rumus sebagai berikut :

Jumlah Kategori Pekerjaan (aktual)


Adekuasi Penampilan =
Kerja (AP) Jumlah Kategori Pekerjaan (normatif)

c. Efektivitas Organisasi

Efektivitas organisasi adalah hasil dari masing-masing upaya

atau secara keseluruhan penampilan kerja. Oleh karena itu dibutuhkan

informasi hasil (output) pekerjaan yang bisa diukur atau dihitung.

Secara umum merupakan perbandingan antara hasil dengan masukan

atau output per input, dengan rumus sebagai berikut :

Hasil Hasil
Efektivitas Organisasi (EO) = =
Masukan Upaya

Beberapa ahli juga menggunakan pengelompokan tingkat

penampilan kerja menjadi pada tingkat organisasi berhubungan

dengan pemasaran (related to market), pada tingkat proses

hubungannya dengan proses pelaksanaan pekerjaan (related to work

flow = how to work get done), dan pada tingkat individu adalah

hubungan dengan tugasnya (related to task).

Kepatuhan yang dimaksud diatas adalah jenis pekerjaan yang


8

dilaksanakan oleh perawat yang menggunakan kriteria adekuasi

upaya, yaitu sampai seberapa jauh aktivitas dan tugas perawat yang

secara aktual dilakasanakan dibandingkan jumlah kategori pekerjaan

(protap) secara normatif yang telah ditentukan.Proses peningkatan

mutu diperlukan 3 jenis standar yaitu input, proses dan output. Mutu

mempunyai dua sisi yang tidak dapat dipisahkan yaitu pertama

kepatuhan terhadap mutu standar meliputi standar masukan, contoh :

standar tenaga, prasarana, metoda, peralatan. Standar proses, seperti

proses pelayanan perawatan, medis, dan administrasi dan standar hasil

seperti kesembuhan pasien, kematian,lama di rawat dan kepuasaan

pasien. Kedua kepatuhan terhadap harapan pelanggan yang terdiri

dari penyesuaian terhadap tuntutan konsumen dan tuntutan profesi (Yura

H and Walsh,2012).

2. Protap Pemasangan Infus

Protap merupakan suatu prosedur atau tahap-tahap kegiatan dalam

suatu kegiatan yang telah ditetapkan oleh suatu institusi atau organisasi

(Kamus Bahasa Indonesia 2020).

Tahapan Pemasangan Infus berdasarkan Standar Operating Procedure

(SOP) Scahffer, at all. (2011) :

a. Cuci tangan
9

b. Dekatkan alat

c. Jelaskan kepada klien tentang prosedur dan sensasi yang akan dirasakan

selama pemasangan infus

d. Atur posisi pasien / berbaring

e. Siapkan cairan dengan menyambung botol cairan dengan selang infus

dan gantungkan pada standar infus

f. Menentukan area vena yang akan ditusuk

g. Pasang alas

h. Pasang tourniket pembendung ± 15 cm diatas vena yang akan ditusuk

i. Pakai sarung tangan

j. Desinfeksi area yang akan ditusuk dengan diameter 5-10 cm

k. Tusukan IV catheter ke vena dengan jarum menghadap ke jantung

l. Pastikan jarum IV masuk ke vena

m. Sambungkan jarum IV dengan selang infus

n. Lakukan fiksasi ujung jarum IV ditempat insersi

o. Tutup area insersi dengan kasa kering kemudian plester

p. Atur tetesan infus sesuai program medis

q. Lepas sarung tangan

r. Pasang label pelaksanaan tindakan yang berisi : nama pelaksana, tanggal

dan jam pelaksanaan

s. Bereskan alat

t. Cuci tangan
10

u. Observasi dan evaluasi respon pasien, catat pada dokumentasi

keperawatan

Pemasangan infus adalah memasukkan cairan obat kedalam tubuh,

langsung melalui pembuluh darah vena menggunakan infus set.

Jadi protap pemasangan infus adalah suatu prosedur atau tahapan-

tahapan kegiatan dalam pemasangan infus yang telah ditetapkan oleh rumah

sakit. Dalam penelitian ini, rumah sakit yang dimaksud adalah RSUD

Morowali

3. Perawat

Perawat adalah seorang yang telah menyelesaikan suatu program

pendidikan dasar perawatan dan diberi wewenang oleh pemerintah serta

memenuhi syarat untuk memberikan pelayanan perawatan bermutu dan

penuh tanggung jawab (Depkes RI, 2017).

Penampilan kerja atau kinerja seorang perawat sangat ditentukan oleh

faktor internal dan faktor eksternal.

a. Faktor Internal

Faktor internal disini, tiada lain merupakan karaktarestik perawat

itu sendiri. Karakteristik perawat merupakan ciri-ciri pribadi yang dimiliki

seseorang yang memiliki pekerjaan merawat klien sehat maupun sakit

(Kamus Bahasa Indonesia, 2020). Karakteristik perawat meliputi

karakteristik demografi (umur, jenis kelamin, status perkawinan,

pendidikan dan masa kerja), kepribadian, karakteristik sikap, kemampuan,


11

persepsi dan motivasi.

1) Karakteristik Demografi

a) Umur

Hubungan umur dengan produktivitas, produktivitas seorang

karyawan menurun dengan bertambahnya umur. Hal ini

disebabkan karena ketrampilan-ketrampilan fisik seperti kecepatan,

kelenturan, kekuatan dan koordinasi akan menurun dengan

bertambahnya umur. Tapi produktivitas seseorang tidak hanya

tergantung pada ketrampilan fisik serupa itu. Produktivitas

karyawan yang sudah lama bekerja disebuah perusahaan artinya

sudah bertambah tua, bisa mengalami peningkatan karena

pengalaman dan lebih bijaksana dalam pengambilan keputusan

(Muchlas, 2017).

Demikian pula halnya dengan perawat yang senior dan yang

yunior. Walaupun usia salah satu perawat lebih tua dari perawat

yang lainnya, belum tentu produktivitas mereka jauh berkurang,

bahkan mungkin jadi lebih produktif dari yang muda karena

pengalamannya dalam bekerja dan masalah-masalah akibat

pekerjaan yang dilakukannya.

b) Jenis Kelamin

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sedikit sekali ada

perbedaan yang dianggap penting antara karyawan laki-laki dan


12

wanita dalam prestasi kerja. Tidak jelas adanya perbedaan kedua

jenis karyawan ini dalam kemampuan menyelesaikan problem,

ketrampilan analitis, nafsu bersaing dalam pekerjaan, motivasi

kepemimpinan, kemampuan spesialisasi dan kemampuan

belanjarnya (Robbins, 2016).

c) Pendidikan

Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, dinyatakan

bahwa pendidikan merupakan suatu proses pengubahan cara

berpikir atau tingkah laku dengan cara pengajaran, penyuluhan dan

penelitian.

Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah

menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan

yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan

menghambat perkembangan sikap sesorang terhadap nilai-nilai

yang baru diperkenalkan (Kuncoroningrat, 2017).

Jadi faktor pendidikan perawat sangat menentukan cara

berpikir dan bertingkah laku perawat yang tercermin dalam

sikapnya. Makin tinggi pendidikan perawat makin mudah

menerima informasi atau nilai-nilai yang ada dalam lingkungannya

untuk dipikirkan dan dilaksanakan.

d) Masa Kerja

Hubungan senioritas - produktivitas, kinerja masa lalu


13

cenderung dikaitkan dengan keluaran dalam posisi baru, senioritas

itu sendiri tidaklah merupakan peramal yang baik dari

produktivitas. Dengan kata lain, jika semua hal lain sama, tidak ada

alasan untuk meyakini bahwa orang-orang yang telah lama berada

dalam pekerjaan akan lebih produktif ketimbang mereka yang

baru bekerja pada tempat tersebut.

2) Sikap

Menurut Indriyo G dan I Nyoman Sudita (2017), yang mengutip

pendapat Milton (2011), mengatakan bahwa sikap itu adalah

keteraturan perasaan dan pikiran seseorang dan kecenderungan

bertindak terhadap aspek lingkungannya. Sikap seseorang tercermin

dari kecenderungan perilakunya dalam menghadapi suatu situasi

lingkungan yang berhubungan dengannya, seperti orang lain, atasan

bawahan maupun aturan-aturan yang ada dilingkungan kerja.

Dari pengertian tersebut terlihat adanya tiga komponen dari

sikap, yaitu afektif, kognitif dan perilaku. Pertama komponen afektif

adalah komponen emosional atau perasaan seseorang, ini dipelajari

dari orang tua, teman, guru atau lingkungan dimana orang tersebut

tumbuh dan berkembang. Kedua, komponen kognitif merupakan

komponen persepsi, keyakinan dan pendapat seseorang. Komponen ini

berkaitan dengan proses berfikir yang menekankan pada rasionalitas

dan logika, adanya keyakinan evaluatif yang dimiliki seseorang


14

diwujudkan dalam bentuk kesan baik atau tidak baik terhadap

lingkungannya. Ketiga, komponen perilaku merupakan kecenderungan

seseorang dalam bertindak dengan cara-cara tertentu terhadap

lingkungannya dengan cara yang ramah, sopan, bermusuhan,

menentang, mematuhi, melaksanakan dengan baik dan sebagainya.

Jadi masimg-masing perawat memiliki perasaan, persepsi dan

pola pikir berbeda terhadap apa yang ada dalam lingkungannya,

sehingga dalam berperilaku atau bertindak berbeda pula. Apakah itu

menerima, menentang, mematuhi dan sebagainya terhadap apa yang

ada dalam lingkungannya.

3) Kemampuan

Kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk

mengerjakan berbagai tugas dalam pekerjaan yang pada hakekatnya

terdiri dari kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Dimensi

kecerdasan telah dijumpai sebagai peramal yang kuat dari kinerja,

kemampuan intelektual mempunyai peran yang besar dalam pekerjaan

yang rumit, kemampuan fisik memiliki makna yang penting untuk

melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan

dan ketrampilan (Robbins,2017, Muchlas, 2018).

Setiap orang memiliki kekuatan dan kelemahannya masing-

masing dalam soal kemampuan kerja, maka wajar-wajar saja kalau ada

perawat yang merasa mampu atau tidak mampu dalam penampilan


15

pekerjaan tertentu. Demikian juga halnya dalam pelaksanaan protap

pemasangan infus, sehingga ada perawat yang mampu melaksanakan

dan ada yang tidak mampu melaksanakan sesuai dengan yang telah

digariskan dalam protap tersebut.

4) Persepsi

Seseorang menerima rangsangan melalui panca indera

(penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan perasaan).

Namun demikian masing-masing kita menanggapi, mengorganisasi,

dan menafsirkan informasi sensori itu menurut cara masing-masing

individu. Persepsi dapat dirumuskan sebagai proses seorang individu

memilih, mengorganisasikan dan menafsirkan masukan informasi

untuk menciptakan sebuah gambar bermakna tentang suatu fenomena.

Menurut Robbins (2018) persepsi adalah proses dimana individu

mengorganisasikan dan menginterpretasikan impressi sensorinya

supaya dapat memberi arti kepada lingkungan sekitarnya. Perbedaan

tanggapan terhadap rangsangan yang sama, karena tiga proses yang

berkenaan dengan persepsi adalah penerimaan rangsangan secara

selektif, perubahan makna informasi secara selektif dan mengingat

sesuatu secara selektif.

Selektivitas persepsi dapat dipengaruhi oleh faktor perhatian luar

dan faktor perhatian dalam. Faktor perhatian luar terdiri dari pengaruh

lingkungan luar seperti intensitas ukuran, kontras, repetisi, gerakan,


16

keterbaruan dan keterbiasaan. Sedangkan faktor perhatian dalam

didasarkan pada masalah psikologis individu yang bersifat kompleks.

Manuasia akan memilih stimuli atau situasi lingkungan yang dianggap

menarik dan yang bersesuaian dengan proses belajar, motivasi dan

kepribadian.

Persepsi tentang protap akan diterima oleh penginderaan secara

selektif, kemudian diberi makna secara selektif dan terakhir diingat

secara selektif oleh masing-masing perawat. Dengan demikian muncul

persepsi yang berbeda tentang protap tersebut, sehingga didalam

pelaksanaan protap tersebut juga akan berbeda.

5) Motivasi

a) Pengertian

Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang

mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan tertentu

guna mencapai tujuan. Motivasi yang ada pada seseorang

merupakan kekuatan yang akan mewujudkan suatu perilaku guna

mencapai tujuan kepuasan dirinya (Handoko, 2018).

Menurut Indriyo G. dan I Nyoman Sudita (2017), motivasi

adalah faktor-faktor yang ada dalam diri seseorang yang

menggerakkan mengarahkan prilakunya untuk memenuhi tujuan

tertentu. Proses timbulnya motivasi seseorang merupakan

gabungan dari konsep kebutuhan, dorongan, tujuan dan imbalan.


17

Motivasi adalah rangsangan, dorongan dan ataupun

pembangkit tenaga yang dimiliki seseorang atau sekelompok

masyarakat yang mau berbuat dan bekerjasama secara optimal

melaksanakan sesuatu yang telah direncanakan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan Azwar A. (2016).

b) Teori Motivasi

Teori motivasi pada dasarnya dibedakan menjadi dua yaitu

teori kepuasan (content theories) dan teori proses (Process

theories). Teori kepuasan tentang motivasi berkaitan dengan faktor

yang ada dalam diri seseorang yang memotivasinya, sedangkan

teori proses berkaitan dengan bagaimana motivasi itu terjadi atau

bagaimana perilaku itu digerakkan (Indriyo G dan I Nyoman

Sudita, 2017).

Teori Hirarkhi Kebutuhan dari Maslow mengemukakan

bahwa manusia ditempat kerjanya dimotivasi oleh suatu keinginan

untuk memuaskan sejumlah kebutuhan yang ada dalam diri

seseorang. Teori ini diasumsikan bahwa kebutuhan yang lebih

tinggi berfungsi sebagai motivator apabila kebutuhan yang

hirarkhinya lebih rendah paling tidak terpuaskan secara minimal.

Teori dua faktor dari Herzberg menyimpulkan bahwa : 1)

Ada sejumlah kondisi ekstrinsik pekerjaan, yang apabila kondisi

itu tidak ada, menyebabkan ketidak puasan diantara para


18

karyawan. Faktor-faktor ini berkaitan dengan keadaan pekerjaan

yeng meliputi : gaji, jaminan pekerjaan, kondisi kerja, status,

kebijakan perusahaan, kualitas supervisi, kualitas hubungan antar

pribadi atasan-bawahan dan sesama pekerja, jaminan sosial. 2)

Sejumlah kondisi intrinsik pekerjaan, yang apabila kondisi tersebut

ada dapat berfungsi sebagai motivator, yang dapat menghasilkan

prestasi kerja yang baik. Tetapi jika kondisi atau faktor-faktor

tersebut tidak ada, tidak akan menyebabkan adanya ketidakpuasan.

Faktor-faktor pemuas tersebut adalah : prestasi, pengakuan,

pekerjaan itu sediri, tanggung jawab, kemajuan-kemajuan serta

pertumbuhan dan perkembangan pribadi.

B. Kerangka Konseptual

Pelayanan keperawatan memberi dampak yang besar terhadap penampilan

pelayanan kesehatan di rumah sakit, sehingga posisi perawat menjadi sangat

strategis karena perawat menentukan kualitas pelayanan khususnya pelayanan

keperawatan. Hal ini menuntut penampilan kerja (kinerja) perawat yang baik

sehingga mutu pelayanan kesehatan khusunya keperawatan sesuai dengan harapan

pasien dan standar asuhan keperawatan.

Kinerja perawat dipengaruhi oleh beberapa hal :

1. Faktor internal : karakteristik demografi (umur, jenis kelamin, status

perkawinan, pendidikan dan masa kerja), kepribadian, karakteristik sikap,


19

kemampuan, persepsi dan motivasi.

2. Faktor eksternal : karakteristik organisasi (perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan dan pengawasan), karakteristik kelompok (kepemimpinan,

kekompakan, komunikasi, kemampuan, persepsi dan motivasi), karakteristik

pekerjaan (job discription, jadwal kerja) dan karakteristik lingkungan (rumah

sakit pesaing, situasi kerja, sarana prasarana).

Dari uraian tersebut, maka kerangka konseptual penelitian sebagai

berikut : Faktor Eksternal


Faktor Internal
Karakteristik perawat Karakteristik Organsasi
 Karakteristik demogarafi  Perencanaan
1. Umur  Pengorganisasian
2. Jenis kelamin  Pengarahan
3. Status perkawinan  Pengawasan.
4. Pendidikan Karakteristik Kelompok
5. Masa kerja  Kepemimpinan
 Kepribadian  Kekompakan
 Komunikasi
 Karakteristik sikap
 Kemampuan
 Kemampuan  Persepsi
 Motivasi
 Persepsi
Karakteristik Pekerjaan
 Motivasi  Job description
 Jadwal kerja
Karakteristik
Lingkungan
 Rumah sakit pesaing
Kepatuhan Pelaksanaan Protap  Situasi kerja
 Sarana prasarana.

Gambar Kerangka Teori (Nursalam dan Siti Pariani, 2012)


BAB III

KERANGKA KONSEP
20

A. Kerangka Konseptual

Desain penelitian diperlukan untuk memaksimalkan validasi studi ini,

sehingga diperoleh hasil sesuai dengan rencana serta mengatisipasi kesulitan yang

mungkin timbul selama proses penelitian (Notoatmojo, 2013). Berdasarkan

tujuan penelitian desain penelitian yang digunakan : "deskriptif korelasi yang

bersifat cross sectional".

Variabel Independen (X) Variabel Dependen (Y)

Karakteristik Perawat
 Umur
Kepatuhan
 Jenis kelamin Melaksanakan Protap
 Status perkawinan Pemasangan Infus :
 Pendidikan 1. Patuh
 Masa kerja 2. Tidak Patuh

 Motivasi

Gambar. 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Ket :

Variabel Independen :

Variabel dependen :

B. Hipotesis

1. Ha ( Hipotesis Alternative ) 20

a. Ada hubungan antara Umur Perawat dengan Kepatuhan Melaksanakan


21

Protap Pemasangan infus di ruang asoka RSUD morowali tahun 2021

b. Ada hubungan antara Jenis Kelamin Perawat dengan Kepatuhan

Melaksanakan Protap Pemasangan infus di ruang asoka RSUD morowali

tahun 2021

c. Ada hubungan antara Status Perkawinan Perawat dengan Kepatuhan

Melaksanakan Protap Pemasangan infus di ruang asoka RSUD morowali

tahun 2021

d. Ada hubungan antara Pendidikan Perawat dengan Kepatuhan

Melaksanakan Protap Pemasangan infus di ruang asoka RSUD morowali

tahun 2021

e. Ada hubungan antara Masa kerja Perawat dengan Kepatuhan

Melaksanakan Protap Pemasangan infus di ruang asoka RSUD morowali

tahun 2021

f. Ada hubungan antara Motivasi Perawat dengan Kepatuhan

Melaksanakan Protap Pemasangan infus di ruang asoka RSUD morowali

tahun 2021

2. Ho ( Hipotesis Nol )

a. Tidak ada hubungan antara Umur Perawat dengan Kepatuhan

Melaksanakan Protap Pemasangan infus di ruang asoka RSUD morowali

tahun 2021

b. Tidak ada hubungan antara Jenis Kelamin Perawat dengan Kepatuhan

Melaksanakan Protap Pemasangan infus di ruang asoka RSUD morowali


22

tahun 2021

c. Tidak ada hubungan antara Status Perkawinan Perawat dengan

Kepatuhan Melaksanakan Protap Pemasangan infus di ruang asoka

RSUD morowali tahun 2021

d. Tidak ada hubungan antara Pendidikan Perawat dengan Kepatuhan

Melaksanakan Protap Pemasangan infus di ruang asoka RSUD morowali

tahun 2021

e. Tidak ada hubungan antara Masa kerja Perawat dengan Kepatuhan

Melaksanakan Protap Pemasangan infus di ruang asoka RSUD morowali

tahun 2021

f. Tidak ada hubungan antara Motivasi Perawat dengan Kepatuhan

Melaksanakan

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian, dan Skala Penelitian :

Untuk menghindari salah pengertian mengenai data yang akan

dikumpulkan serta untuk menghindari kekeliruan dalam menentukan alat

pengumpulan data, maka batasan operasional yang dipakai dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

Cara
Variabel Definisi Operasional Parameter Pengukur- Skala Skor
an
Variabel
Independen
23

 Umur Lama hidup perawat sampai  Dewasa awal (20-35 Kuesioner Ordinal Dws. Awal = 1
ulang tahun terakhir pada saat tahun Dws. Ptg = 2
penelitian  Dewasa pertengahan (36- Dws. Akhir = 3
45 tahun)
 Dewasa akhir (> 45
tahun)
 Jenis Kategori perawat berdasarkan  Laki-laki Kuesioner Nominal Laki-laki = 1
kelamin alat reproduksi manusia  Perempuan Perempuan = 2

 Pendidik Pendidikan merupakan suatu


an proses pengubahan cara  SPK Kuesioner Ordinal SPK = 1
berpikir atau tingkah laku  D-III Keperawatan D-III Kprwt = 2
dengan cara pengajaran,
penyuluhan dan pelatihan
melalui pendidikan formal.

 Status Status perawat terkait dengan  Belum kawin Kuesioner Nominal Blm. Kawin = 1
perkawin hukum perkawinan.  Kawin Kawin = 2
an
 Masa Lamanya perawat bekerja di  Singkat ( < 10 tahun ) Kuesioner Ordinal Singkat = 1
kerja Instalasi Rawat Darurat Triage  Sedang ( 10 – 20 tahun ) Sedang = 2
RSUD Morowali Kabupaten  Lama ( > 20 tahun ) Lama = 3
Morowali
 Motivasi Motivasi adalah rangsangan,  Gaji Kuesioner Ordinal Rendah = 1
dorongan dan ataupun  Kondisi kerja Tinggi = 2
pembangkit tenaga yang  Keamanan dan
dimiliki seseorang atau kenyaman kerja
sekelompok masyarakat yang  Hubungan antar
mau berbuat dan bekerja sama perseorangan
secara optimal melaksanakan  Penghargaan terhadap
sesuatu yang telah prestasi kerja
direncanakan untuk mencapai  Adanya peningkatan
tujuan yang telah ditetapkan. (kemajuan)
 Adanya administrasi dan
manajemen serta
kebijaksanaan rumah
sakit.
 Adanya tangung jawab
 Pekerjaan menarik dan
memberi harapan
 Pencapaian penyelesaian
tugas yang sesuai
dengan tujuan dan
sasaran.
D. Penelitian Terdaulu
24

Penelitian yang sama juga di lakukan oleh Tomba Patarru (2018)

dengan judul hubungan motivasi dan masa kerja perawat dengan kepatuhan

Pelaksanakan protap pemasangan dan perawatan infus (Di Ruangan IRD dan

ICU RS Ibnu Sina Makassar) dengan jumlah sampel 35 perawat dan

mendapatkan hasil hasil penelitian tentang karakteristik perawat (motivasi dan

masa kerja) terhadap kepatuhan melaksanakan protap pemasangan infus di IRD

dan ICU Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar 28 november s/d 28 desember 2018

dapat disimpulkan sebagai berikut :

1) Sebagian besar perawat di IRD dan ICU Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar

memiliki motivasi yang cukup rendah yaitu sebanyak (56,7%)

2) Sebagian besar perawat di IRD dan ICU Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar

dengan masa kerja kurang dari 5 tahun (baru) yaitu sebanyak (70%).

3) Sebagian besar perawat di IRD dan ICU Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar

patuh dalam melaksanakan protap pemasangan infus yaitu sebanyak (53,3%).

4) Motivasi perawat di IRD dan ICU Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar

mempengaruhi kepatuhan melaksanakan protap pemasangan infus.

5) Masa kerja perawat di IRD dan ICU Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar tidak

mempengaruhi kepatuhan melaksanakan protap pemasangan infus.

BAB III
25

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian diperlukan untuk memaksimalkan validasi studi ini,

sehingga diperoleh hasil sesuai dengan rencana serta mengatisipasi kesulitan yang

mungkin timbul selama proses penelitian (Notoatmojo, 2013). Berdasarkan

tujuan penelitian desain penelitian yang digunakan : "deskriptif korelasi yang

bersifat cross sectional".

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juni sampai Agustus 2021

2. Lokasi Penelitian

Penelitian akan di lakukan di ruang Asoka RSUD Morowali Kabupaten

Morowali Sulawesi Tengah

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dari penelitian ini yaitu sebanyak 33 perawat

2. Sampel

Teknik penarikan sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu Total

Sampling yaitu menjadikan semua populasi menjadi sampel yaitu sebanyak 33

perawat
25
26

D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1. Langkah – Langkah Analisa

a. Coding

Coding, yaitu pemberian tanda atau kode untuk memudahkan analisa

pada waktu pengolahan data

b. Scoring

Pemberian skor atau nilai di setiap item pertanyaan dan pernyataan, Dalam

langkah ini peneliti menghitung skor yang diperoleh setiap responden

berdasarkan jawaban atas pernyataan yang diajukan.

c. Tabulating

Tabulating, menyusun dan menghitung data hasil pengkodean untuk

disajikan dalam tabel sesuai kategori variabel.

2. Analisa Data
a. Analisa data

1) Analisa Univariat dilakukan terhadap semua variabel penelitian.

Analisis ini menghasilkan distribusi dan persentase dari masing

masing variabel. Untuk mendeskripsikan semua variabel

penelitian, baik variabel bebas maupun variabel terikat disajikan dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi dan narasi. Dalam penelitian ini

data berdistribusi tidak normal maka menggunakan regresi logistik.

Analisis Bivariat yaitu mendeskripsikan hubungan antara

variabel bebas terhadap variabel terikat. Analisis pada penelitian ini


27

dilakukan dengan dua cara yaitu analisis tabulasi silang dan chi

square (Sugiyono, 2011)

2) Analisis Tabulasi Silang yaitu untuk melihat secara deskriptif

bagaimana distribusi kedua variabel terletak pada sel yang ada

(analisis baris kolom). Data yang digunakan adalah hasil analisa

univariat dari data hasil pengkategorian berdasarkan uji normalitas

data.

3) Untuk analisa hubungan dipakai uji Chi Square,

dengan rumus chi square apabila ρ ν ≤ α (0,05) maka kedua variable

mempunyai hubungan, dan apabila ρ ν ˃ α (0,05) maka kedua

variable tidak mempunyai hubungan

E. Etika Penelitian
Peneliti menjelaskan kuesioner ini tidak untuk penilaian tetapi hanya

untuk mengetahui sejauh mana hubungan karakteristik perawat dengan kepatuhan

melaksanakan protap pemasangan dan perawatan infus di ruang asoka RSUD

morowali tahun 2021. Untuk menjaga kerahasiaan data, responden tidak

mencantumkan nama, tetapi mengunakan inisial. Calon responden dipersilahkan

untuk menanda tangani informed consent, tetapi jika calon responden tidak

bersedia maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri

selama proses pengumpulan data berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA
28

Andrew MG. (2013). Penerapan Psikologi Dalam Perawatan, Edisi pertama,

Penerjemah Ika Pattinasarany. ANDI. Yogyakarta.

Azwar A. (2013). Administrasi Kesehatan, Edisi ketiga. Binarupa Aksara. Jakarta.

Bambang S. (2012). Pengaruh Kepemimpinan SMF Terhadap Kepatuhan

Pelaksanaan Protap Oleh Perawat, Tesis Universitas Airlangga Surabaya.

Bart Smet. (2013). Psikologi Kesehatan. PT Grasindo. Jakarta.

Charles A. & Eamon S. (2017). Psikologi Sosial Untuk Perawat, Alih Bahasa Leoni

Sally M. EGC. Jakarta.

Handoko HT. (2017). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Edisi 11.

BPFE. Yogyakarta.

Indriyo, G & I Nyoman Sudit. (2017). Perilaku Keorganisasian, Edisi pertama.

BPFE. Yogyakarta.

Muchlas, M. (2017). Perilaku Organisasi. CV Banyubiru. Yogyakarta.

Noto Atmojo. (2019). Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Nursalam & Siti Pariani. (2012). Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan.

CV Sagung Seto. Jakarta.

Pandji Anoraga. (2016). Psikologi Kerja. PT Rineka Cipta. Jakarta.


29

Paul Hersey & Ken Blanchard. (2013). Manajemen Perilaku Organisasi

Pendayagunaan Sumber Daya Manusia, Edisi keempat, Alih Bahasa Agus

Dharma. Erlangga. Jakarta.

Peter Salim & Yenny Salim. (2015). Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Modern

English Press. Jakarta.

Robbins. (2013). Perilaku Organisasi II, Alih Bahasa Hadyana Pujoatmoko. Pren

Hallindo. Jakarta.

Saifuddin Aswar. (2011). Penyusunan Skala Psikologi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Sarwono, SW. (2014). Psikologi Sosial, Cetakan pertama. CV Rajawali. Jakarta.

Saydam, G. (2013). Manajemen Sumber Daya Manusia. PT Gunung Agung. Jakarta.

Scahffer, at all. (2011). Pencegahan Infeksi dan Praktik Yang Aman, Alih Bahasa

Setiawan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.


30
1

Lampiran

KUESIONER

 Mohon angket ini diisi oleh bapak/ibu/sdr untuk menjawab pertanyaan yang ada.
 Berilah tanda ceklis (√) pada kolom yang tersedia dan pilih sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya.
 Ada dua alternative jawaban yaitu.
2 = Ya.
1 = Tidak

I. Karakteristik Responden.

1 Umur ……..Tahun
2 Jenis Kelamin Laki-laki/Perempuan
3 Pendidikan terakhir SPK, D III, S-I Keperawatan
4 Pekerjaan ………………………..
5 Status pernikahan Nikah/Belum nikah.
6 Lama kerja Tahun
*) Coret yang tidak perlu

II. Motivasi

Pilihan
No Pertanyaan Variabel Jawaban
Ya Tidak
Motivasi
Apakah imbalan yang diterima akan mendorong saudara untuk
1 lebih giat bekerja ?
2 Menurut saudara, apakah imbalan yang saudara
terima tersebut sudah sesuai dengan harapan saudara ?
3 Apakah saudara merasa cukup dengan gaji yang anda terima ?
4 Manurut saudara, apakah pimpinan akan memberikan
parhatian barupa penghargaan terhadap prestasi kerja saudara?
5 Apakah saudara sering memperole penghargaan karna
hasil kerja saudara?
6 Menurut saudara apakah penghargaan yang di berikan
sesuai dengan harapan dan keinginan saudara?

7 Apakah penghargaan yang di diberikan dapat mendorong


semangat saudara dalam bekerja?
8 Apakah penilaian prestasi kerja dapat mendorong saudara
dalam bekerja?
9 Apakah saudara dalam bekerja ingin maju dan berkembang?
2

10 Menurut saudara, apakah pimpinan memberi dorongan


kepada saudara untuk melanjutkan pendidikan atau pelatihan?
11 Menurut saudara, apakah kesempatan mengikuti pendidikan
atau berbagai pelatiha akan mendorong saudara dalam bekerja?
12 Apakah saudara di bari tanggung jawap Untuk
mengatasi masalah yang berhubungan dengan tugas saudara?
13 Apakah pekerjaan sebagai perawat sesuai dengan
keinginan saudara?
14 Menurut saudara, apakah pekerjaan merawat pasien
tidak atau kurang memberi tantangan?
15 Apakah saudara yakin akan kemampuan sendiri dalam
melaksanakan pekerjaan?
16 Apakah saudara yakin akan kemampuan sendiri dalam
melaksanakan pekerjaan?
17 Apakah pengawasan oleh atasan terhadap saudara
dalam bekerja begitu diperhatikan?
18 Apakah suasana lingkungan mempengaruhi saudara
dalam bekerja?
19 Apakah lingkungan kerja saudara bersih?
20 Untuk melaksanakan kegiatan kerja apakah saudara
selalu di lengkapi dengan sarana kerja yang cukup?
Selama saudara bekerja disini apa saudara merasa bangga akan
21 kemampuan yang saudara miliki?

22 Apakah suasana lingkungan mempengaruhi saudara


dalam bekerja?
23 Apakah saudara merasa aman dan nyaman dalam bekerja?
24 Bagaimana hubungan saudara dengan rekan kerja baik atau tidak ?
25 Apakah pengawasan oleh atasan terhadap saudara
dalam bekerja begitu ketat?

Anda mungkin juga menyukai