Anda di halaman 1dari 46

MK – BIOMEKANIKA:

Pertimbangan Rangka
untuk Gerakan
Dosen:
Doni Bowo Nugroho, S.Pd., M.Sc.

1
Konten 2

Pertimbangan Rangka untuk Gerakan


1. Mengukur Sifat Mekanik Jaringan Tubuh 4. Tulang Rawan (Cartilage)
• Analisis Struktur Dasar • Tulang Rawan Artikular
2. Karakteristik Biomekanika Tulang • Fibrokartilago
• Fungsi Jaringan Tulang
5. Ligamen
• Komposisi Jaringan Tulang
6. Artikulasi Tulang
• Struktur Makroskopik Tulang
• Sendi Diarthrodial atau SinovialJenis
• Pembentukan Tulang
• Sendi Lainnya
3. Sifat Mekanik Tulang
• Osteoartritis
• Kekuatan (Strength) dan Kekakuan (Stiffness)
Tulang
• Penerapan Beban pada Tulang
• Fraktur Stres (Stress Fractures)

Teknik www.bm.itera.ac.id
Biomedis
1. Measuring the Mechanical Properties of Body Tissues 3

Basic Structural Analysis


• Tulang, tendon, ligamen, dan otot adalah beberapa struktur
dasar yang membentuk tubuh manusia.
• Yang sangat menarik bagi ahli biomekanika adalah sifat
mekanik dari jaringan tersebut.
• Secara umum, ketika menganalisis sifat mekanik dari struktur
tersebut, dilihat gaya eksternal yang diterapkan pada struktur
tersebut dan menghubungkannya dengan perubahan bentuk
(deformasi) struktur yang dihasilkan.
• Kemampuan struktur untuk menahan deformasi tergantung
pada organisasi material dan bentuk keseluruhannya.
• Oleh karena itu, jenis analisis ini penting karena memberikan
informasi tentang sifat mekanik struktur yang akan
mempengaruhi fungsinya.

*References: Biomechanical Basis of Human Movements 4th Ed. Source: https://www.atlantaequine.com/images/tendon_ligament_diagram.png

Teknik www.bm.itera.ac.id
Biomedis
1. Mengukur Sifat Mekanik Jaringan Tubuh 4

ANALISIS STRUKTUR DASAR (1)


Tegangan (Stress) dan Regangan (Strain)
• Tegangan: Jumlah gaya yang diberikan untuk
mengubah bentuk struktur
• Regangan: Perubahan bentuk struktur yang
dihasilkan karena gaya luar.
Besaran tegangan dan regangan diukur pada
mesin yang dapat memberikan tensi (tegangan
tarik) atau kompresi/tekanan (tegangan
dorong) pada struktur.
Lihat Gambar 1 dan 2

Gambar 1. Mesin penguji untuk Gambar 2. Mesin penguji untuk menentukan


menentukan sifat tegangan-regangan sifat tegangan-regangan dari kaki yang
tendon. Aktuator meregangkan tendon. diamputasi.

*References: Biomechanical Basis of Human Movements 3rd Ed.


by Joseph Hamill & Kathleen M. Knutzen.

Teknik www.bm.itera.ac.id
Biomedis
1. Mengukur Sifat Mekanik Jaringan Tubuh 5

ANALISIS STRUKTUR DASAR (2)


Tegangan
σ = Tegangan (N/m2 atau Pa)
F F = Gaya (N)
σ= A = Luas permukaan (m2)
A
Regangan

ε = Regangan
L
= ΔL = Perubahan panjang
Struktur (m)
L L = Panjang mula-mula (m)

Modulus Elastis (Kekakuan)

k = Tegangan/Regangan = σ/ε Gambar 3. Kurva tegangan-regangan Fig. 4. Kurva tegangan-regangan ideal yang
pada segmen tulang belakang dari menunjukkan daerah elastis dan plastis serta modulus
monyet rhesus yang normal dan yang elastisitas
*References: Biomechanical Basis of Human Movements 3rd Ed. lumpuh
by Joseph Hamill & Kathleen M. Knutzen.

Teknik www.bm.itera.ac.id
Biomedis
1. Mengukur Sifat Mekanik Jaringan Tubuh 6

ANALISIS STRUKTUR DASAR (3)


Daerah Plastis
• Setelah titik luluh (yield point), komponen molekul dari material
berubah secara permanen, dan jika gaya yang diberikan
dihilangkan, material tidak akan kembali ke bentuk/panjang
aslinya. (lihat Gambar 5)
• Selisih antara panjang awal dan panjang (resting) yang
dihasilkan dari tegangan ke daerah plastis adalah regangan
sisa (residu).
Daerah setelah titik luluh adalah daerah plastis.
Untuk bahan yang kaku, seperti tulang, daerah luluh atau
plastisnya relatif kecil.
Jika gaya yang diberikan berlanjut di luar daerah plastis, struktur
pada akhirnya akan mencapai rusak/patah (failure/kegagalan), di
mana tegangan dengan cepat turun ke nol. Fig. 5. A stress–strain curve of a material that has been elongated
into the plastic region. A, The period of the applied load. B, The
Tegangan failure dan regangan failure material dapat diamati dari period when the applied load is removed. The residual strain results
tegangan maksimum yang dicapai ketika kegagalan terjadi. because of the reorganization of the material at the molecular level.

*References: Biomechanical Basis of Human Movements 3rd Ed. by Joseph Hamill & Kathleen M. Knutzen.

Teknik www.bm.itera.ac.id
Biomedis
1. Mengukur Sifat Mekanik Jaringan Tubuh 7

ANALISIS STRUKTUR DASAR (4)


Faktor Keamanan
Dalam aktivitas fungsional normal, tegangan yang diberikan tidak akan
menyebabkan regangan yang mencapai titik luluh. Seorang insinyur akan
mempertimbangkan faktor keamanan ketika menentukan hubungan tegangan-
regangan struktur.

Faktor keamanan ini umumnya berkisar antara 5 sampai 10


kali tegangan yang biasanya diberikan pada struktur.
Artinya, gaya yang diterapkan untuk mencapai titik luluh
lebih besar daripada gaya yang umumnya diterapkan dalam
aktivitas sehari-hari.
Telah disarankan bahwa material biologis dan struktur
biologis harus memiliki faktor keamanan yang sangat besar.
Tekanan yang terjadi pada struktur biologis dalam aktivitas
sehari-hari jauh lebih sedikit daripada yang dapat ditangani
oleh struktur tersebut. Gambar 6 mengilustrasikan kurva
Gambar 6. Area yang diarsir mewakili nilai tegangan-regangan tibia manusia tegangan-regangan untuk tibia manusia dewasa dan
dewasa selama joging, dan garis solid mewakili sampel tulang yang diuji hingga
gagal. hubungan tegangan-regangan secara aktual selama joging.

*References: Biomechanical Basis of Human Movements 3rd Ed. by Joseph Hamill & Kathleen M. Knutzen.

Teknik www.bm.itera.ac.id
Biomedis
1. Mengukur Sifat Mekanik Jaringan Tubuh 8

ANALISIS STRUKTUR DASAR (5)

Energi Mekanik

Ketika struktur mengalami deformasi akibat gaya, regangan

When a structure is deformed by an applied force, the strain


developed in the material relates to the mechanical energy
absorbed by the material. The amount of mechanical energy
stored is proportional to the area under the stress–strain
curve (Fig. 7).

1
ME = 
2 ME = Mechanical Energy
σ = Stress (N/m2 or Pa)
ε = Strain

Fig. 7. The stored mechanical energy (shaded area) is equal to


the area under the stress–strain curve.

*References: Biomechanical Basis of Human Movements 3rd Ed.


by Joseph Hamill & Kathleen M. Knutzen.

Teknik www.bm.itera.ac.id
Biomedis
1. Measuring the Mechanical Properties of Body Tissues 9

BASIC STRUCTURAL ANALYSIS (6)

Types of Materials
a. Elastic

The idealized material described in Figure 4 is an elastic material.

In this type of material, a linear relationship exists between


the stress and strain. That is, when the material is deformed
by the applied force, the amount of deformation is the same
for a given amount of stress. When the applied load is
removed, the material returns to its resting length as long as
the material did not reach its yield point. In an elastic material,
the mechanical energy that was stored is fully recovered.

Fig. 4. An idealized stress–strain curve showing the


elastic and plastic regions and the elastic modulus..

*References: Biomechanical Basis of Human Movements 3rd Ed. by Joseph Hamill & Kathleen M. Knutzen.

Teknik www.bm.itera.ac.id
Biomedis
1. Measuring the Mechanical Properties of Body Tissues 10

BASIC STRUCTURAL ANALYSIS (6)


Types of Materials
b. Viscoelastic (1)

As opposed to elastic structures, certain materials show stress–strain


characteristics that are not strictly linear; these are viscoelastic
materials.
These structures have nonlinear or viscous properties in
combination with linear elastic properties. The combination of
these properties results in the magnitude of the stress being
dependent on the rate of loading, or how fast the load is applied.
Nearly all biological materials, such as tendon and ligament, show
some level of viscoelasticity.
Figure 8 illustrates a viscoelastic material. On a stress–strain curve of a viscoelastic
material, the terms stiffness, yield point, and failure point also apply. The elastic and plastic
regions are defined similarly as in an elastic material. In contrast to an elastic structure,
however, stiffness has several values that can be determined by where it was calculated on Fig. 8. A stress–strain curve of a material that has been elongated
the curve. In Figure 2-8, the stiffness designated by E1 is less than that of E2. E3, however, into the plastic region. A, The period of the applied load. B, The
is certainly less than E2. period when the applied load is removed. The residual strain results
because of the reorganization of the material at the molecular level.
*References: Biomechanical Basis of Human Movements 3rd Ed. by Joseph Hamill & Kathleen M. Knutzen.

Teknik www.bm.itera.ac.id
Biomedis
1. Measuring the Mechanical Properties of Body Tissues 11

BASIC STRUCTURAL ANALYSIS (6)

Types of Materials
b. Viscoelastic (2)

In addition, in a viscoelastic material, the stored mechanical


energy is not completely returned when the applied load is
removed.

Thus, the energy returned is not equal to the energy stored.


The energy that is lost is hysteresis (Fig. 9).

Fig. 9. stress–strain curve of a typical viscoelastic material


showing the energy recovered when the material is allowed to
return to its resting length. The hysteresis or energy lost is equal to
the energy stored when the material is deformed minus the energy
*References: Biomechanical Basis of Human Movements 3rd Ed. by Joseph Hamill & Kathleen M. Knutzen. recovered.

Teknik www.bm.itera.ac.id
Biomedis
1. Measuring the Mechanical Properties of Body Tissues 12

BASIC STRUCTURAL ANALYSIS (6)


Types of Materials
b. Viscoelastic (3)
Materials, whether they are elastic or viscoelastic, are often
referred to as stiff, compliant, or brittle, depending on the
elastic modulus. Stress–strain curves of these materials are
presented in Figure 10.
A compliant material has an elastic modulus less than that of a
stiff material. The compliant material stores considerably
more energy than a stiff material. On the other hand, a brittle
material has a greater elastic modulus and stores less energy
than a stiff material. Nonetheless, all of these terms are
relative. Depending on the materials being tested, a brittle
material may be considered stiff relative to one material and
Fig. 10. Stress–strain curves of compliant, stiff, and brittle
compliant relative to another. For example, bone is brittle materials. The elastic modulus is significantly different in the three
relative to tendon but compliant relative to glass. materials.

*References: Biomechanical Basis of Human Movements 3rd Ed. by Joseph Hamill & Kathleen M. Knutzen.

Teknik www.bm.itera.ac.id
Biomedis
2. Karakteristik Biomekanika dari Tulang 13

FUNGSI JARINGAN TULANG


Penopang (Support)
Kerangka memberikan dukungan struktural yang signifikan dan dapat
mempertahankan postur. Selain itu juga untuk mengakomodasi
kekuatan eksternal yang besar, seperti ketika melompat.

Tempat Menempel/Melekat (Attachment Sites)


Tulang menyediakan tempat perlekatan untuk tendon, otot, dan
ligamen, yang memungkinkan untuk menghasilkan gerakan melalui
aplikasi kekuatan ke tulang melalui bagian ini.

Leverage/Pengungkit/Tuas
Sistem kerangka menyediakan tuas dan sumbu rotasi yang digunakan
sistem otot untuk menghasilkan gerakan.

Fungsi lainnya
Tiga fungsi tulang tambahan tidak secara khusus terkait dengan
gerakan. Tiga fungsi: perlindungan, penyimpanan, dan pembentukan sel
darah.
*References: Biomechanical Basis of Human Movements 4th Ed. Fig. 8. Anterior & posterior.

Teknik www.bm.itera.ac.id
Biomedis
2. Karakteristik Biomekanika dari Tulang 14

Komposisi Tulang
Tulang terdiri dari unsur anorganik dan ornganik.

• Anorganik: Matrik garam, mineral, kalsium, dan fosfat


menghasillkan compressive strength and rigidity

• Organik: Kolagen menghasilkan tensile strength and flexibility

Ada tiga jenis sel tulang:

1. Osteoklas adalah sel berinti banyak yang memiliki sifat mirip


dengan makrofag. Mereka diciptakan oleh fusi 15 hingga 20
sel individu, dan mereka bekerja untuk melarutkan tulang di
area fraktur mikro.

2. Osteoblas memiliki nukleus tunggal yang dapat menghasilkan


tulang baru yang disebut osteoid. Sel-sel ini juga bertanggung
jawab atas pengapuran tulang.

3. Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang berasal dari


osteoblas.
Fig. 9. The three main types of bone cells are osteoclasts,
*References: Biomechanical Basis of Human Movements 4th Ed. osteoblasts, and osteocytes.

Teknik www.bm.itera.ac.id
Biomedis
2. Karakteristik Biomekanika dari Tulang 15

STRUKTUR MAKROSKOPIS TULANG


1. Tulang Kortikal (Cortical Bone)
• Tulang kortikal sering disebut sebagai tulang kompak (padat)
• Merupakan 80% dari kerangka. Porositas kurang dari 15%.
• Tulang kortikal terdiri dari sistem tabung berongga yang disebut lamela yang
ditempatkan di dalam satu sama lain.
• Lapisan tebal tulang kortikal ditemukan di batang tulang panjang, di mana
kekuatan diperlukan untuk menanggapi beban tinggi yang dikenakan sepanjang
tulang selama menahan beban atau sebagai respons terhadap ketegangan otot.

2. Tulang Kanselus (Cancellous Bone)


• Bagian dalam jaringan tulang hingga bagian tulang kortikal disebut sebagai
tulang kanselus atau tulang spons (Spongy bone).
• Tulang kanselus ditemukan di ujung tulang panjang, di tubuh vertebra, dan di
skapula dan panggul (pelvis).
• Porositas 70%
• Potongan kecil tulang pipih yang berfungsi sebagai balok kecil di antara ruang
disebut trabekula (Gbr. 10). Fig. 10. Midsection of the proximal end of the femur showing both cortical
• Trabekula beradaptasi dengan arah tekanan yang diberikan pada tulang, bone and cancellous bone. The dense cortical bonelines the outside of the
memberikan kekuatan tanpa menambah banyak beban. Kolagen berada di bone, continuing down to form the shaft of the bone. Cancellous bone is
sepanjang sumbu trabekula dan memberikan tulang kanselus dengan found in the ends and is distinguishable by its lattice-like appearance.
ketahanan tarik dan tekan. Note the curvature in the trabeculae, which forms to withstand the
stresses.
*References: Biomechanical Basis of Human Movements 4th Ed.

Teknik www.bm.itera.ac.id
Biomedis
2. Karakteristik Biomekanika dari Tulang 16

STRUKTUR MAKROSKOPIS TULANG


Klasifikasi Anatomi Tulang (1)
Sistem kerangka memiliki dua bagian utama:
1. aksial (tengkorak, tulang belakang, tulang rusuk, dan tulang
dada) dan
2. kerangka apendikular (ikat pinggang dan panggul serta
lengan dan kaki).
Empat jenis tulang menyusun setiap bagian kerangka (lihat
Gambar): panjang, pendek, datar, dan tidak teratur. Setiap jenis
tulang melakukan fungsi tertentu.

Fig. 11. Various types of bones serve specific functions. (a) Long bones
serve as levers. (B) Short bones offer support and shock absorption. (C)
Flat bones protect and offer large muscular attachment sites. (D) Irregular
bones have specialized functions. (e) Sesamoid bones alter the angle of
muscular insertion.

*References: Biomechanical Basis of Human Movements 4th Ed.

Teknik www.bm.itera.ac.id
Biomedis
2. Karakteristik Biomekanika dari Tulang 17

STRUKTUR MAKROSKOPIS TULANG


Klasifikasi Anatomi Tulang (2)
1. Tulang panjang
• Tulang panjang lebih panjang daripada lebarnya.
• Tulang panjang pada tubuh adalah klavikula, humerus, radius,
ulna, femur, tibia, fibula, metatarsal, metakarpal, dan falang.
• Tulang panjang memiliki diafisis, lapisan tebal tulang kortikal
yang mengelilingi rongga sumsum tulang (Gbr. 12).
2. Tulang Pendek
• Tulang pendek, seperti karpal tangan dan tarsal kaki, terdiri dari
tulang kanselus yang ditutupi dengan lapisan tipis tulang
kortikal.
• Tulang-tulang ini memainkan peran penting dalam penyerapan
dan transmisi kekuatan.
Fig. 12. The long bone has a shaft, or diaphysis (a), which broadens out
• Jenis khusus tulang pendek: tulang sesamoid, tertanam dalam into the metaphysis (B) and the epiphysis (C). Layers of cortical bone make
tendon atau kapsul sendi. up the diaphysis. The metaphysis and epiphysis are made up of cancellous
bone inside a thin layer of cortical bone.
*References: Biomechanical Basis of Human Movements 4th Ed.

Teknik www.bm.itera.ac.id
Biomedis
2. Karakteristik Biomekanika dari Tulang 18

STRUKTUR MAKROSKOPIS TULANG


Klasifikasi Anatomi Tulang (3)
3. Tulang Pipih
• Tulang pipih: tulang rusuk, ilium, tulang dada, dan tulang belikat.

• Tulang-tulang ini terdiri dari dua lapisan tulang kortikal dengan tulang
kanselus dan sumsum di antara keduanya.

• Tulang pipih melindungi struktur internal dan memiliki permukaan yang


luas untuk perlekatan otot.

4. Tulang Tidak Beraturan


• Tulang tidak beraturan : tengkorak, panggul, dan tulang belakang, terdiri
dari tulang kanselus dengan bagian luar tulang kortikal yang tipis.

• Tulang-tulang ini disebut tidak beraturan karena bentuk dan fungsinya


yang khusus.

• Tulang tidak beraturan melakukan berbagai fungsi, termasuk menopang


berat badan, menghilangkan beban, melindungi sumsum tulang belakang,
berkontribusi pada gerakan, dan menyediakan tempat untuk perlekatan
otot.

*References: Biomechanical Basis of Human Movements 4th Ed.

Teknik www.bm.itera.ac.id
Biomedis
2. Biomechanical Characteristics of Bone 19

BONE FORMATION

Bone is a highly adaptive material that is very sensitive Physical Activity and Inactivity and Bone Formation
to disuse, immobilization, or vigorous activity and high Physical Activity: bones require mechanical stress to grow
levels of loading. and strengthen. Bones slowly add or lose mass and alter form
in response to alterations in mechanical loading. Thus, physical
Ossification, Modeling, and Remodeling activity is an important component of the development and
maintenance of skeletal integrity and strength.
Ossification is the formation of bone by the activity of the
osteoblasts and osteoclasts. Inactivity : bone loss after a decrease in the activity level may
be significant (56). When under loaded in conditions such as
Modeling occurs during growth to create new bone as bone fixation and bed rest, bone mass is resorbed, resulting in
resorption and bone formation (ossification) occur at different reduced bone mass and thinning.
locations and rates to change the bone shape and size.
Osteoporosis
Living bone is always undergoing remodeling in which the
In osteoporosis, bone resorption exceeds bone deposits. Osteoporosis is a
bone matrix is constantly being removed and replaced. disease of increasing bone fragility that is initially subtle, affecting only the
trabeculae in cancellous bone, but leads to more severe examples in which
one might experience an osteoporotic vertebral fracture just opening a
window or rising from a chair.
*References: Biomechanical Basis of Human Movements 4th Ed.

Teknik www.bm.itera.ac.id
Biomedis
2. Biomechanical Characteristics of Bone 20

PEMBENTUKAN TULANG

Tulang adalah bahan yang sangat adaptif yang sangat sensitif


terhadap inaktifitas, imobilisasi, atau aktivitas yang kuat dan
berat.

Osifikasi, Modeling, dan Remodeling


1. Osifikasi adalah pembentukan tulang melalui aktivitas
osteoblas dan osteoklas.

2. Pemodelan (modeling) terjadi selama pertumbuhan untuk


membuat tulang baru karena resorpsi tulang dan
pembentukan tulang (osifikasi) terjadi di lokasi dan
kecepatan yang berbeda untuk mengubah bentuk dan
ukuran tulang.

3. Tulang yang aktif selalu mengalami remodeling di mana


matriks tulang terus-menerus keluar dan diganti.

*References: Biomechanical Basis of Human Movements 4th Ed.

Teknik www.bm.itera.ac.id
Biomedis
2. Biomechanical Characteristics of Bone 21

PEMBENTUKAN TULANG
Perubahan Jaringan Tulang Sepanjang Masa Hidup
• Pada tulang yang belum matang, serat didistribusikan
secara acak, memberikan kekuatan ke berbagai arah tetapi
kekuatan keseluruhan lebih rendah.
• Pada tulang yang matang, mineralisasi terjadi, kanal
Havers dibuat dan dilapisi dengan tulang, dan serat
diorientasikan pada arah bantalan beban utama. Tulang
terus melakukan reorganisasi sepanjang hidup untuk
memperbaiki kerusakan dan memperbaiki keausan pada
tulang.
• Pada tulang yang lebih tua, restorasi tulang masih terjadi,
tetapi sistem Havers lebih kecil, dan kanal lebih besar
karena deposit tulang yang lebih lambat. Ada beberapa
indikasi bahwa penyesuaian struktural ini mungkin
merupakan hasil dari penurunan kekuatan otot, yang https://training.seer.cancer.gov/anatomy/skeletal/tissue.html
menyebabkan tidak digunakannya sebagian dan remodeling
tulang berikutnya yang mengurangi kekuatan (20).
*References: Biomechanical Basis of Human Movements 4th Ed.

Teknik www.bm.itera.ac.id
Biomedis
2. Biomechanical Characteristics of Bone 22

PEMBENTUKAN TULANG
Aktivitas Fisik dan Ketidakaktifan dan Pembentukan Tulang
Aktivitas Fisik: tulang membutuhkan tekanan mekanis untuk tumbuh
dan kuat. Tulang perlahan menambah atau kehilangan massa dan
mengubah bentuk sebagai respons terhadap perubahan beban
mekanis. Dengan demikian, aktivitas fisik merupakan komponen
penting dari pengembangan dan pemeliharaan integritas dan kekuatan
tulang.
Inaktivitas: kehilangan tulang setelah penurunan tingkat aktivitas
mungkin signifikan. Ketika dibebani dalam kondisi difiksasi dan
berbaring, massa tulang diserap kembali, menghasilkan pengurangan
massa tulang dan penipisan.
Osteoporosis
Pada osteoporosis, resorpsi tulang melebihi deposit tulang.
Osteoporosis adalah penyakit peningkatan kerapuhan tulang yang
awalnya halus, hanya mempengaruhi trabekula di tulang cancellous,
tetapi mengarah yang lebih parah hingga dapat memungkinkan
terjadinya patah tulang belakang osteoporosis hanya karena membuka https://images.ctfassets.net
jendela atau bangkit dari kursi.

*References: Biomechanical Basis of Human Movements 4th Ed.

Teknik www.bm.itera.ac.id
Biomedis
2. Biomechanical Characteristics of Bone 23

BONE FORMATION

Physical Activity and Inactivity and Bone Formation


Physical Activity: bones require mechanical stress to grow
and strengthen. Bones slowly add or lose mass and alter form
in response to alterations in mechanical loading. Thus, physical
activity is an important component of the development and
maintenance of skeletal integrity and strength.
Inactivity : bone loss after a decrease in the activity level may
be significant. When under loaded in conditions such as
fixation and bed rest, bone mass is resorbed, resulting in
reduced bone mass and thinning.

Osteoporosis
In osteoporosis, bone resorption exceeds bone deposits. Osteoporosis is a
Fig. 16. Peak bone mass occurs during the late third decadeof life. disease of increasing bone fragility that is initially subtle, affecting only the
Females have a lower peak bone mass and greater reductionsin later life, trabeculae in cancellous bone, but leads to more severe examples in which
especially after menopause. one might experience an osteoporotic vertebral fracture just opening a
window or rising from a chair.
*References: Biomechanical Basis of Human Movements 4th Ed.

Teknik www.bm.itera.ac.id
Biomedis
3. Sifat Mekanik Tulang 24

• Pengukuran kekuatan, kekakuan, dan energi tulang Kekuatan dan Kekakuan Tulang (Strength and Stiffness of Bone)
bergantung pada komposisi material dan sifat struktural
Sifat material apapun dalam kondisi diberi beban ditentukan oleh
tulang.
kekuatan dan kekakuannya. Ketika kekuatan eksternal diterapkan pada
• Selain itu, sifat mekanik juga bervariasi menurut usia dan tulang atau bahan lain, reaksi internal terjadi. Kekuatan dapat dievaluasi
dengan memeriksa hubungan antara beban yang dikenakan (gaya luar)
jenis kelamin dan dengan lokasi tulang, seperti humerus
dan jumlah deformasi (reaksi internal) yang terjadi pada material.
versus tibia.
Seperti disebutkan sebelumnya, tulang harus kaku namun fleksibel
• Variasi tambahan dapat dihasilkan dari faktor lain seperti dan kuat namun ringan. Kekuatan diperlukan untuk menahan beban,
orientasi beban yang diterapkan pada tulang, tingkat dan ringan diperlukan untuk memungkinkan pergerakan. Kekuatan
penerapan beban, dan jenis beban. tulang yang menahan beban terletak pada kemampuannya untuk
menahan pembengkokan dengan menjadi kaku.
Tulang harus mampu menahan berbagai kekuatan yang
dipaksakan secara bersamaan. Dalam posisi statis, tulang Fleksibilitas diperlukan untuk menyerap gaya benturan tinggi, dan sifat
elastis tulang memungkinkannya menyerap energi dengan mengubah
menahan gaya gravitasi, menopang berat tubuh, dan
bentuk tanpa kegagalan dan kemudian kembali ke panjang normalnya.
menyerap aktivitas otot yang dihasilkan untuk Jika energi yang diberikan melebihi zona deformasi elastis, deformasi
mempertahankan postur statis. Dalam mode dinamis seperti plastis terjadi yang mengakibatkan kerusakan mikro pada tulang. Jika
berlari, gaya diperbesar berkali-kali dan menjadi berbagai arah. kedua zona elastis dan plastis terlampaui, energi yang diberikan
dilepaskan dalam bentuk patahan.
*References: Biomechanical Basis of Human Movements 4th Ed.

Teknik www.bm.itera.ac.id
Biomedis
3. Sifat Mekanik Tulang 25

KEKUATAN DAN KEKAKUAN TULANG

Kekuatan
• Kekuatan tulang atau material lain ditentukan oleh titik
kegagalan (failure) atau beban yang dapat ditopang sebelum
kegagalan.

• Kemampuan tulang secara keseluruhan untuk menahan beban


bergantung pada massa tulang yang cukup dengan sifat
material yang memadai dan susunan serat yang menahan
kemungkinan pembebanan dalam arah yang berbeda.

• Kegagalan tulang tergantung pada jenis beban yang dikenakan


(Gbr. 14); sebenarnya tidak ada nilai kekuatan standar untuk
tulang karena pengukurannya sangat tergantung pada jenis
tulang dan tempat pengujian.

Fig. 14. Ultimate stress for human adult cortical bone specimens.
*References: Biomechanical Basis of Human Movements 4th Ed.

Teknik www.bm.itera.ac.id
Biomedis
3. Sifat Mekanik Tulang 26

Kurva tegangan-regangan untuk bahan


KEKUATAN DAN KEKAKUAN TULANG ductile, brittle, dan tulang

Kekakuan/Stiffness (1)
Kekakuan, atau modulus elastisitas, ditunjukkan oleh kemiringan
kurva deformasi beban dalam rentang respons elastik dan
mewakili ketahanan material terhadap beban saat struktur
mengalami deformasi.
• Logam adalah jenis bahan elastik (ductile) yang memiliki
kekakuan tinggi. Pada tegangan di luar titik luluhnya logam
menunjukkan perilaku yang ductile di mana ia mengalami
deformasi plastis yang besar sebelum kegagalan.

• Kaca adalah bahan rapuh (brittle) yang kaku tetapi mengalami


kegagalan lebih awal dan tidak memiliki daerah plastis. Fig. 19. Stress–strain curves illustrating the differences in the behavior
between ductile material (A), brittle material (B), and bone (C), which has
• Tulang tidak kaku seperti kaca atau logam. Tulang tidak both brittle and ductile properties. When a load is applied, a brittle
material responds linearly and fails or fractures before undergoing any
merespons secara linier karena berubah bentuk secara tidak permanent deformation. The ductile material enters the plastic region and
seragam selama fase pembebanan. Tulang memiliki tingkat deforms considerably before failure or fracture. Bone deforms slightly
kekakuan yang jauh lebih rendah daripada logam atau kaca dan before failure.
patah setelah sedikit deformasi plastis.
*References: Biomechanical Basis of Human Movements 4th Ed.

Teknik www.bm.itera.ac.id
Biomedis
3. Mechanical Properties of Bone 27

STRENGTH AND STIFFNESS OF BONE

Kekakuan/Stiffness (1)
• Bone deforms no more than approximately 3%. At the onset of
loading, bone exhibits a linearly elastic response. When a load is first
applied, a bone deforms through a change in length or angular
shape.

• This is considered in the elastic region of the stress–strain curve


because when the load is removed, the bone recovers and returns to
its original shape or length. With continued loading, the bone tissue
reaches its yield point, after which its outer fibers begin to yield, with
microtears and debonding of the material in the bone. This is termed
the plastic region of the stress–strain curve.

• The bone tissue begins to deform permanently and eventually


fractures if loading continues in the plastic region. Thus, when the
load is removed, the bone tissue does not return to its original
length but stays permanently elongated. Although bone can exhibit a
plastic response, normal loading remains well within the elastic Fig. 18. The strength and stiffness of a variety of materials are plotted in
four quadrants representing material that is flexible and weak (a), stiff and
region. Bone behaves largely like a brittle material, exhibiting very weak (B), stiff and strong (C), and flexible and strong (D). Bone is
little permanent plastic deformation to failure. categorized as being flexible and weak, along with other materials, such as
*References: Biomechanical Basis of Human Movements 4th Ed. spider web and oak wood.

Teknik www.bm.itera.ac.id
Biomedis
3. Sifat Mekanik Tulang 28

KEKUATAN DAN KEKAKUAN TULANG

Karakteristik Anisotropik
• Jaringan tulang merupakan material anisotropik, artinya tulang
memilki variasi yang beragam sesuai arah penerapan beban
terhadap tulang tersebut.

• Tulang Kanselus memberikan kekuatan tekuk

• Tulang Kortikal memberikan kekuatan tekanan yang tinggi.

• Bagian tulang yang lemah dan kurang kaku/stiff adalah bagian


anterior dan posterior dibandingkan dengan medial dan lateral.

• Secara umum tulang dapat menahan beban pada arah


longitudinal.
Fig. 20. Bone is considered anisotropic because it responds differently if
forces are applied in different directions. (a) Bone can handle large forces
applied in the longitudinal direction. (B) Bone is not as strong in handling
forces applied transversely across its surface.

*References: Biomechanical Basis of Human Movements 4th Ed.

Teknik www.bm.itera.ac.id
Biomedis
3. Sifat Mekanik Tulang 29

KEKUATAN DAN KEKAKUAN TULANG


Karakteristik Viskoelastik
• Tulang memiliki sifat viskoelastik.
• Tulang merespons beban tergantung dari kecepatan dan durasi
beban. Semakin cepat beban, tulang akan menjadi lebih kaku,
lebih keras dan dapat menyerap banyak energi sebelum patah.
Misalnya: ketika jatuh atau kecelakan.
• Seperti ditunjukkan pada Gambar 21, tulang yang dibebani
secara perlahan (B) akan retak pada beban yang kira-kira
setengah dari beban yang dikenakan pada tulang dengan laju
pembebanan yang cepat (A).
• Sifat ductile tulang disediakan oleh bahan kolagennya.
Kandungan kolagen memberi tulang kemampuan untuk
menahan beban tarik.
Fig. 21. Bone is considered viscoelastic because it responds differently
• Sifat rapuh/brittle tulang disediakan oleh kandungan mineral when loaded at different rates. (A) When loaded quickly, bone responds
yang memberikan kemampuan tulang untuk menahan tekanan with more stiffness and can handle a greater load before fracturing. (B)
beban. When loaded slowly, bone is not as stiff or strong, fracturing under lower
loads..
*References: Biomechanical Basis of Human Movements 4th Ed.

Teknik www.bm.itera.ac.id
Biomedis
3. Mechanical Properties of Bone 30

Strain/regangan
LOADS APPLIED TO BONE
• Normal stress and shear stress, developed in response to
tension applied to the tibia, are presented in Figure 22.

• Normal and shear strain, developed in response to compression


of the femur, are also illustrated.

Stress/tegangan

Fig. 22. Stress, or force per unit area, can be perpendicular to the plane
(normal stress) (a) or parallel to the plane (shear stress) (B). Strain, or
deformation of the material, is normal (C), in which the length varies, or
shear (D), in which the angle changes.

*References: Biomechanical Basis of Human Movements 4th Ed.

Teknik www.bm.itera.ac.id
Biomedis
3. Mechanical Properties of Bone 31

LOADS APPLIED TO BONE


The five types of forces applying loads to bone are compression,
tension, shear, bending, and torsion. These forces are summarized
in Table 1 and illustrated in Figure 23.

The skeletal system is subjected to a variety of loads that alter the


stresses in the bone. The square in the femur indicates the original
state of the bone tissue. The colored area illustrates the effect of
the force applied to the bone.

(A) Compressive force causes shortening and widening.

(B) Tensile force causes narrowing and lengthening.

(C) Shear force and (D) torsion create angular distortion.

(E) Bending force includes all of the changes seen in compression, Fig. 22. The skeletal system is subjected to a variety of loads that alter
tension, and shear. the stresses in the bone.

*References: Biomechanical Basis of Human Movements 4th Ed.

Teknik www.bm.itera.ac.id
Biomedis
3. Mechanical Properties of Bone 32

LOADS APPLIED TO BONE

*References: Biomechanical Basis of Human Movements 4th Ed.

Teknik www.bm.itera.ac.id
Biomedis
3. Mechanical Properties of Bone 33

LOADS APPLIED TO BONE

Torsional Forces
Tension Forces
Shear Forces

Compression Forces
Avulsion fractures can
result from tension
applied by a tendon or Bending Forces
*References: Biomechanical Basis of Human Movements 4th Ed. a ligament.

Teknik www.bm.itera.ac.id
Biomedis
3. Mechanical Properties of Bone 34

LOADS APPLIED TO BONE

*References: Biomechanical Basis of Human Movements 4th Ed.

Teknik www.bm.itera.ac.id
Biomedis
3. Mechanical Properties of Bone 35

LOADS APPLIED TO BONE

*References: Biomechanical Basis


of Human Movements 4th Ed.

Teknik www.bm.itera.ac.id
Biomedis
4. Cartilage 36

Cartilage is a firm, flexible tissue made up of cells called chondrocytes surrounded by an extracellular matrix. The two
main types of cartilage are articular or hyaline cartilage and fibrocartilage.

1. ARTICULAR CARTILAGE 2. FIBROCARTILAGE


• Articular or hyaline cartilage is an avascular substance • Fibrocartilage is often found where articular cartilage meets
consisting of 60% to 80% water and a solid matrix composed a tendon or a ligament.
of collagen and proteoglycan.
• Fibrocartilage acts as an intermediary between hyaline
• Collagen is a protein with the important mechanical cartilage and the other connective tissues.
properties of stiffness and strength. Proteoglycan is a
• Fibrocartilage is found where both tensile strength and the
highly hydrated gel.
ability to withstand high pressures are necessary, such as in
• It is unclear how collagen and the proteoglycan gel interact the intervertebral disks, the jaw, and the knee joint. A
during stress to the cartilage. fibrocartilage structure is referred to as an articular disk, or
meniscus.

*References: Biomechanical Basis of Human Movements 4th Ed.

Teknik www.bm.itera.ac.id
Biomedis
4. Cartilage 37

The role fo cartilage


Articular cartilage:
1. transmit compressive forces across the joint
2. allows motion in the joint with minimal friction
and wear
3. redistributes contact stresses over a larger area
4. protects the underlying bone

Fibrocartilage structure
Fibrocartilage:
1. withstand high pressures or tension

https://londonkneeclinic.com/data/images/dreamstime_s_23250675.jpg

*References: Biomechanical Basis of Human Movements 4th Ed.

Teknik www.bm.itera.ac.id
Biomedis
5. Ligament 38

Definition https://img.tfd.com/MosbyMD/glenoh
umeral-ligaments.jpg

A ligament is a short band of tough fibrous connective tissue


that binds bone to bone and consists of collagen, elastin, and
reticulin fibers. The ligament usually provides support in one
direction and often blends with the capsule of the joint.
Ligaments can be capsular, extracapsular, or intra-articular.
1. Capsular ligaments are simply thickenings in the wall of
the capsule, much like the glenohumeral ligaments in the
front of the shoulder capsule. (capsular ligament is the
fibrous layer of a joint capsule).
2. Extracapsular ligaments lie outside the joint itself. The
collateral ligaments found in numerous joints are
extracapsular (i.e., fibular collateral ligament of the knee).
3. Intra-articular ligaments, such as the cruciate ligaments
of the knee and the capitate ligaments in the hip, are https://stanfordhealthcare.org/conte
nt/dam/SHC/conditions/bones-
located inside a joint. joints-
muscles/images/kneeligamentinjuries
-diagram-kneejointligaments.jpg
*References: Biomechanical Basis of Human Movements 4th Ed.

Teknik www.bm.itera.ac.id
Biomedis
5. Ligament 39

FUNCTION
A ligament is a short band of tough fibrous connective tissue
that binds bone to bone and consists of collagen, elastin, and
reticulin fibers. The ligament usually provides support in one
direction and often blends with the capsule of the joint.
Ligaments can be capsular, extracapsular, or intra-articular.
1. Capsular ligaments are simply thickenings in the wall of
the capsule, much like the glenohumeral ligaments in the
front of the shoulder capsule.
2. Extracapsular ligaments lie outside the joint itself. The
collateral ligaments found in numerous joints are
extracapsular (i.e., fibular collateral ligament of the knee).
3. Intra-articular ligaments, such as the cruciate ligaments
Fig. 23. A stress–strain curve for a ligament. In the toe region, the
of the knee and the capitate ligaments in the hip, are collagen fibers of the ligament are wavy. The fibers straighten out in the
located inside a joint. linear region. In the plastic region, some of the collagen fibers tear.

*References: Biomechanical Basis of Human Movements 4th Ed.

Teknik www.bm.itera.ac.id
Biomedis
6. Bony Articulations 40

THE DIARTHRODIAL OR SYNOVIAL JOINT


Movement potential of a segment is determined by the
structure and function of the diarthrodial or synovial joint.
The diarthrodial joint provides low-friction articulation capable
of withstanding significant wear and tear. The characteristics
of all diarthrodial joints are similar.
Characteristics of the Diarthrodial Joint
Covering the ends of the bones is the articular end plate, a thin
layer of cortical bone over cancellous bone.
Stability of the Diarthrodial Joint
Close-Packed vs Loose-Packed Positions
In the close-packed position, contact between the two
joint surfaces is maximal and mobility is minimal. Fig. 19. The diarthrodial joints have similar characteristics. If you study
the knee, interphalanges, elbow, or any other diarthrodial joint, you will
In the loose-packed joint position, there is less contact find the same structures. These include (a) articular or hyaline cartilage, (B)
between the surfaces in the joint and more mobility and capsule, (C) synovial membrane, and (D) ligaments.
movement between the two surfaces.

*References: Biomechanical Basis of Human Movements 4th Ed.

Teknik www.bm.itera.ac.id
Biomedis
6. Bony Articulations 41

THE DIARTHRODIAL OR SYNOVIAL JOINT


Types of Diarthrodial Joints
A classification system categorizes seven types of diarthrodial joints
according to the differences in articulating surfaces, the directions of
motion allowed by the joint, and the type of movement occurring
between the segments.
1. Plane or Gliding Joint (antara tarsal kaki, antara karpal tangan)
2. Hinge Joint (sendi engsel: disiku)
3. Pivot Joint (sendi poros: the superior and inferior radioulnar joint
and the atlantoaxial articulation at the base of the skull)
4. Condylar Joint (sendi kondilus: knee joint, metacarpals,
interphalangeal, metacarpals, and the tem poromandibular joint)
5. Ellipsoid Joint (artikulasi radiokarpal pada pergelangan tangan dan
artikulasi metakarpofalangeal pada falang.)
6. Saddle Joint (artikulasi ibu jari carpometacarpal)
7. Ball-and-Socket Joint (The hip and shoulder) https://www.tutorix.com/doubts_assets/ima
ges/128315-26977-1599407907.png

*References: Biomechanical Basis of Human Movements 4th Ed.

Teknik www.bm.itera.ac.id
Biomedis
6. Bony Articulations 42

THE DIARTHRODIAL OR SYNOVIAL JOINT

*References: Biomechanical Basis of Human Movements 4th Ed.

Teknik www.bm.itera.ac.id
Biomedis
6. Bony Articulations 43

OTHER TYPES OF JOINTS


Synarthrodial or Fibrous Joints
• Other articulations are limited in movement characteristics but
nonetheless play important roles in stabilization of the skeletal
system.

• Some bones are held together by fibrous articulations such as


those found in the sutures of the skull.

• These articulations, referred to as synarthrodial joints, allow


little or no movement between the bones and hold the bones
firmly together

Amphiarthrodial or Cartilaginous Joints


• Cartilaginous or amphiarthrodial joints hold bones together
with either hyaline cartilage, such as is found at the epiphyseal
plates, or fibrocartilage, as in the pubic symphysis and the
intervertebral articulations.

*References: Biomechanical Basis of Human Movements 4th Ed.

Teknik www.bm.itera.ac.id
Biomedis
6. Bony Articulations 44

RESUME
Jumlah gerakan antara dua segmen sangat dipengaruhi oleh • Sendi ellipsoid dan pelana memungkinkan fleksi, ekstensi,
jenis sendi sinovial. abduksi, dan adduksi;
• Sendi planar memungkinkan translasi sederhana antara • Sendi ball-and-socket memungkinkan fleksi, ekstensi,
permukaan sambungan; abduksi, adduksi, dan rotasi.
• Sendi engsel memungkinkan fleksi dan ekstensi; sendi • Jenis persendian lainnya—sinartrodial dan amfiartrodial—
pivot memungkinkan rotasi; memungkinkan sedikit atau tidak ada gerakan sama sekali.
• Sendi condylar memungkinkan fleksi dan ekstensi dengan
beberapa rotasi;

*References: Biomechanical Basis of Human Movements 4th Ed.

Teknik www.bm.itera.ac.id
Biomedis
6. Bony Articulations 45

OSTEOARTHRITIS
• Osteoarthritis adalah penyakit yang ditandai dengan
degenerasi kartilago artikular, yang menyebabkan fisura,
fibrilasi, dan akhirnya hilangnya seluruh ketebalan kartilago
artikular.
• Osteoarthritis adalah kondisi medis kronis dan merupakan
penyebab utama kecacatan untuk orang berusia 65 tahun
ke atas.

https://msk.org.au/wp-
content/uploads/2018/07/xosteoarthritis.jpg.pagespeed.ic.uXIwxd
bTlH.webp

*References: Biomechanical Basis of Human Movements 4th Ed.

Teknik www.bm.itera.ac.id
Biomedis
Thank You

46

Anda mungkin juga menyukai