PENDAHULUAN
1
1.3 Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan ini dijabarkan dalam V (Lima) bab
pembahasan yang masing-masing akan diuraikan lagi menjadi beberapa sub
bab sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
Berisi mengenai latar belakang, tujuan percobaan dan siste-
matika penulisan.
BAB II Teori
Berisi teori dasar tentang percobaan Tekuk.
BAB V Perhitungan
Berisi tentang hasil data perhitungan yang telah dilakukan
pada saat percobaan.
2
BAB II
TEORI
3
keseimbangan semula mengurangi total energi potensial sistem. Sistem
dalam kondisi netral jika deviasi dari keseimbangan semula tidak
menghasilkan peningkatan atau pengurangan energi potensial total sistem.
4
tertentu dapat dianggap sebagai batas kekuatan tekan, meski belum patah,
terutama pada bahan yang tidak dapat kembali ke kondisi semula
(irreversible). Pengetahuan mengenai kekuatan tekan merupakan kunci dalam
mendesain sebuah struktur.
Kekuatan tekan dapat diukur dengan mesin uji universal. Pengujian
kekuatan tekan, seperti halnya pengujian kekuatan tarik, dipengaruhi oleh
kondisi pengujian (penyiapan spesimen, kondisi kelembaban dan temperatur
ruang uji, dan sebagainya).
5
akan mengubah bentuk struktur. Fenomena tekuk atau buckling dapat
terjadi pada sebuah kolom, lateral buckling balok, pelat dan cangkang.
6
Gambar 2.3 Tumpuan Jepit pada Kedua Ujungnya
3. Tumpuan Engsel pada Suatu Ujung dan Jepit pada Ujung Lainnya
Tumpuan engsel pada suatu ujung dan jepit pada ujung lainnya
ditunjukkan pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4 Tumpuan Engsel pada Suatu Ujung dan Jepit pada Ujung
Lainnya
4. Tumpuan Jepit pada Suatu Ujung dan Bebas pada Ujung Lainnya
tumpuan jepit pada suatu ujung dan bebas pada ujung lainnya ditunjukkan
pada Gambar 2.5.
7
Gambar 2.5 Tumpuan Jepit pada Suatu Ujung dan Bebas pada Ujung
Lainnya
Suatu bagian konstruksi mengalami gaya tekan baik dari beban konstruksi itu
sendiri maupun dari beban luar yang bekerja secara aksial yang akan menekuk
secara literal. Suatu kolom yang menerima beban tekan (P), sebelum hancur ia
akan menekuk terlebih dahulu. Pada dasarnya pembebanan buckling dapat
diklasifikasikan berdasarkan kesetimbangannya, yaitu kesetimbangan stabil,
kesetimbangan netral, kesetimbangan labil, berikut penjelasan gambarnya
(Gambar Kesetimbangan Beban Buckling).
Penjelasan gambar:
8
1. Batang yang langsing, yakni mempunyai perbandingan L dan D cukup
besar, dibebani beban P lebih kecil dari pada P.
Keterangan:
– Pada saat gaya P bekerja dengan berat yang konstan, maka batang akan
menekuk terus menerus, sampai akhirnya menjadi patah.
9
Analisis teoritis paling sederhana untuk sebuah kolom, panjang L yang
dijepit pada ujung-ujungnya serta mengalami suatu pembebanan tekan
aksial P memberikan relasi sebagai berikut:
Keterangan:
10
2 : Untuk kolom satu ujungnya bebas dan satu ujung lainya bebas
Persamaan diatas dapat dituliskan melalui tegangan langsung dengan luas
penampang:
Dimana:
Keterangan:
Lambda < 100, batang berperilaku tidak elastis, berlaku rumus Tetmejer.
11
Persamaan garis lurus ini dibuktikan oleh sebuah percobaan yang
dilakukan oleh Tetmejer dan Bauschinger, dan Tetmejer menemukan bahwa rasio
kerampingan yang berbeda dengan persamaan Euler:
Keterangan:
Untuk Pc:
Keterangan:
12
2.9 Penerapan Rumus Euler Untuk Kolom Ujung Engsel
Pada ujung beban kritis, kolom yang mempunyai penampang konstan
dapat menekuk pada setiap arah. Dalam keadaan yang lebih batang tekan tidak
mempunyai kekakuan lentur yang sama untuk segala arah. Adapun besaran
tekanan kritis (Pcr) secara teoritis diperoleh dari rumus Euler, yaitu :
Untuk tumpuan jepit - jepit ;
Pcr =
Pcr =
Pcr =
dimana :
Pcr : Beban Kritis / gaya buckling (Kg)
E : Modulus Elastisitas bahan : 2,1 x 106 kg/cm2
L : Panjang Kolom (benda uji) (cm)
I : Momen Inersia (cm4)
I= . D4
13
Gambar 2.6 Kurva Tegangan – Regangan
Keterangan :
Lamda : modulus elastisitas
Tegangan : gaya yang menyebabkan perubahan dibagi dengan luas
permukaan dimana gaya itu diberikan
regangan : rasio perubahan yang disebabkan oleh tegangan pada
bentuk asli dari suatu objek.
Karena tegangan diukur dalam pascal dan regangan adalah
perbandingan tanpa satuan, satuan untuk lambda adalah pascal. Definisi
alternatif adalah modulus elastisitas adalah regangan yang dibutuhkan untuk
memperpanjang material dua kalinya. Hal ini tidaklah selalu benar untuk
seluruh material karena terkadang nilainya jauh lebih besar daripada tegangan
14
batas (yield stress) dari suatu material atau suatu titik dimana perpanjangan
menjadi tidak lagi linear (seimbang).
Konsep dari modulus elastisitas yang konstan tergantung pada
perkiraan bahwa kurva tegangan regangan selalu lurus. Pada kenyataannya,
kurva tersebut hanya lurus hingga batas tertentu. Karena benda yang ditarik
atau ditekan secara berlebihan akhirnya akan gagal (patah), dan benda pada
tekanan tinggi dapat menanggung proses yang akan mempengaruhi kurva
tegangan regangan, misalnya reaksi kimia atau penekukan (buckling). Ada
tiga modulus elastisitas primer yang masing-masing menjelaskan bentuk
deformasi yang berbeda, seperti di bawah ini :
Modulus Young (E) menjelaskan elastisitas kekakuan, atau
kecenderungan suatu benda untuk berubah sepanjang suatu sumbu
ketika gaya yang berlawanan diberikan sepanjang sumbu tersebut; hal
ini dijelaskan sebagai perbandingan tegangan tekan terhadap tegangan
tarik. karena modulus elastisitas yang lain dapat dijelaskan dari ini,
Modulus Young sering dianggap sebagai modulus elastisitas. modulus
Young adalah persamaan matematika dari prinsip pengecualian Pauli.
Modulus geser atau modulus kekakuan (G) menjelaskan
kecenderungan suatu objek untuk bergeser (perubahan bentuk pada
volume konstan) ketika bergerak pada gaya yang berlawanan; hal ini
ditentukan sebagai tegangan geser dan regangan geser. modulus geser
adalah bagian dari perubahan viskositas.
Modulus bulk (kepadatan/ K) menunjukkan elastisitas secara
volumetric, atau kecenderungan suatu volume objek untuk berubah
akibat suatu penekanan, Hal ini didefinisikan sebagai tegangan
volumetrik, dan sebagai kebalikan dari kemampuan untuk ditekan.
modulus bulk adalah penurunan dari modulus Young secara tiga
dimensi.
15
Setiap benda akan tetap bergerak lurus beraturan atau tetap
dalam keadaan diam jikatidak ada resultan gaya (F) yang bekerja pada
benda itu, jadi :
SF : 0
a : 0 karena
v : 0 (diam), atau v : konstan (GLB)
2.11.2 Hukum Newton II
Rumus :
Keterangan :
SF : ma pada benda
M : massa benda
A : percepatan benda
F=k.x
16
Keterangan :
F = gaya yang bekerja pada pegas (N)
k = konstanta pegas (N/m)
x = pertambahan panjang pegas (m)
17
Kesalahan dalam perancangan akan mengakibatkan kerugianyang
besar baik finansial maupun material.
18
sedangkan beton adalahmaterial yang tahan tekanan. Gabungan kedua
material ini dalam struktur betonmemungkinkan kolom atau bagian
struktural lain seperti sloof dan balok bisamenahan gaya tekan dan
gaya tarik pada bangunan
2.15 Jenis-jenis Kolom
Menurut Wang (1986) dan Ferguson (1986) ada beberapa jenis -
jenis kolom, yaitu:
1. Kolom Ikat (tie column)
Kolom ini merupakan kolom yang menggunakan sengkang
lateral. Kolom ikat adalah kolom beton yang ditulangi dengan
memanfaatkan sebuah batang tulangan pokok memanjang yang pada
jarak spasi tertentu diikat dengan menggunakan pengikat sengkang
kearah lateral. Tulangan ini sendiri berperan untuk memegang tulangan
pokok memanjang supaya bisa tetap kuat atau kokoh pada tempatnya.
2. Kolom Spiral (spiral column)
Kolom spiral merupakan kolong yang memanfaatkan pengikat
spiral. Bentuk dari kolom spiral ini sama dengan bentuk kolom yang
pertama, perbedaannya sebagai pengikat tulangan pokok memanjang
adalah tulangan spiral yang dililit keliling dan berbentuk heliks menerus
di sepanjang kolom. Fungsi utama dari tulangan spiral ini sendiri adalah
untuk memberi kemampuan kolom dalam menyerap deformasi cukup
besar sebelum runtuh, sehingga bisa mencegah akan terjadinya
kehancuran dari seluruh struktur sebelum proses redistribusi momen dan
tengangan bisa terwujud
3. Kolom Komposi (composit column)
Struktur kolom komposit adalah komponen struktur tekan yang
biasanya diperkuat pada arah memanjang dengan menggunakan gelagar
baja profil atau bisa juga pipa. Dilengkapi juga dengan batang tulangan
pokok yang memanjang.
19
BAB III
ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ditunjukkan pada Gambar
3.1 :
dengan :
20
3.2 Cara Kerja
21
pada berbagai beban. Kemudian dibandingkan besar kritis hasil percobaan
kritis Euler. Di samping itu dapat pula digambarkan hubungan antara σkritis
dan factor kelangsingan l/k ( l = panjan batang, k = jari – jari girasi luas
penampang). E batang uji = 110 Gpa = 110 KN/mm2 = 1,1 . 106 kg/cm2.
22