Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Material komposit alami mempunyai potensi komersial yang cukup
baik untuk dimanfaatkan sebagai material pengganti komposit serat kaca
(glass fiber). Selain itu, sifat bahan ini yang dapat diperbaharui memberikan
keunggulan lain bila dibandingkan dengan serat sintesis lainnya. Beberapa
bahan alami yang dapat digunakan sebagai material komposit adalah serabut
kelapa, serbuk kelapa, dan rami. Hingga hari ini, pemanfaatan limbah padat
tersebut kurang optimal bahkan menimbulkan masalah baru yaitu menjadi
sampah yang mencemari lingkungan. Dengan penggunaan bahan baku limbah
sebagai material komposit. Salah satu aplikasi yang dapat digunakan dari
material komposit serabut kelapa dan rami adalah digunakan sebagai face
pada struktur sandwich
Pada dasarnya, fungsi core pada struktur sandwich adalah untuk
menjaga agar masing-masing kulit muka tetap terhubungkan dan stabil. Oleh
karena itu, core harus dibuat agar kaku untuk mencegah terjadinya deformasi
pada arah tegak lurus bidang permukaan kulit. Selain itu, Core juga harus
mampu menjaga agar kulit dapat berperilaku seperti halnya lapisan luar pelat
atau beam.
Namun dengan adanya keterbatasan kekuatan dan kekakuan yang
dimiliki oleh core sehingga dapat menyebabkan terjadinya fenomena
ketidakstabilan struktur sandwich. Fenomena tersebut dapat terjadi dalam
berberapa modus yang mana salah satunya adalah modus overall buckling.

1.2 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menunjukkan peristiwa dan
kebenaran rumus tekuk Euler.

1
1.3 Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan ini dijabarkan dalam V (Lima) bab
pembahasan yang masing-masing akan diuraikan lagi menjadi beberapa sub
bab sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
Berisi mengenai latar belakang, tujuan percobaan dan siste-
matika penulisan.

BAB II Teori
Berisi teori dasar tentang percobaan Tekuk.

BAB III Alat dan Bahan


Berisi tentang peralatan dan bahan yang digunakan pada
saat percobaan, beserta gambar, keterangan, dan cara
kerja.

BAB IV Tugas dan Pertanyaan


Berisi tentang tugas pendahuluan uji tekuk (Buckling).

BAB V Perhitungan
Berisi tentang hasil data perhitungan yang telah dilakukan
pada saat percobaan.

Analisa Menjelaskan tentang keseluruhan data-data dari hasil perhi-


tungan yang didapat pada saat praktikum.

Kesimpulan Berisi tentang hasil data perhitungan dari percobaan yang


telah dilakukan.

Daftar Pustaka Berisi mengenai data-data referensi yang diambil untuk


melengkapi laporan percobaan.

2
BAB II
TEORI

2.1 Teori Stabilitas Struktur


Instabilitas merupakan keadaan dimana perubahan geometri pada
struktur atau komponen struktur di bawah gaya tekan mengakibatkan
kehilangan kemampuan untuk menahan beban. Konsep stabilitas struktur
dapat digambarkan dengan tiga cara, yaitu sebagai berikut :
1. Stabilitas berdasarkan posisi keseimbangan.
Sebuah bola dalam posisi keseimbangan di atas permukaan cekung bila
diberi gangguan beban yang dapat mengakibatkan sedikit perpindahan
struktur akan kembali pada semula. Posisi ini disebut posisi keseimbangan
stabil (stable equilibrium). Jika gangguan beban diberikan terhadap bola
pada posisi permukaan cembung, bola akan berpindah seterusnya dan
tidak kembali ke posisi semula. Posisi bola ini disebut keseimbangan tidak
stabil (unstable equilibrium). Jika gangguan beban diberikan terhadap bola
pada posisi permukaan rata, bola akan berada pada keadaan keseimbangan
pada posisi baru. Posisi ini disebut keseimbangan netral (neutral
equilibrium).

2. Stabilitas berdasarkan sistem kekakuan.


Sistem struktur berderajat kebebasan tertentu, hubungam gaya dan
perpindahan sistem dinyatakan dalam fungsi matriks kekakuan. Jika fungsi
matriks kekakuan positive definite, sistem dikatakan stabil. Transisi antara
sistem dari keadaan keseimbangan stabil ke netral maupun tidak stabil
ditandai oleh titik batas stabilitas (stability limit point), dimana kekakuan
tangen pada titik ini hilang atau sangat kecil mendekati nol.

3. Stabilitas berdasarkan prinsip energi potensial total nol.


Pada sistem elastis selalu menunjukkan tendensi keadaan dimana energi
potensial total pada keadaan minimum. Sistem dalam keseimbangan stabil
jika deviasi dari keseimbangan keadaan semula meningkatkan total energi
potensial, dan sebaliknya keadaan tidak stabil jika deviasi dari

3
keseimbangan semula mengurangi total energi potensial sistem. Sistem
dalam kondisi netral jika deviasi dari keseimbangan semula tidak
menghasilkan peningkatan atau pengurangan energi potensial total sistem.

2.2 Definisi Uji Tekan


Pengujian tekan adalah salah satu pengujian mekanik dan tergolong
pada jenis pengujian merusak karena spesimen/ material yang diuji
tidak dapat digunakan kembali. Uji tekan adalah suatu alat uji mekanik yang
berguna untuk mengukur dan mengetahui kekuatan benda terhadap gaya
tekan. Uji tekan ini memiliki kinerja yang bagus dan berkualitas untuk
mengetahui kekuatan benda. Pada umumnya uji tekan ini digunakan pada
logam yang bersifat getas, karena alat uji tekan ini memiliki titik hancur yang
terlihat jelas di saat melakukan pengujian benda tersebut.
Keragaman fungsi dan dimensional uji tekan ini menjadikan beragam
ragam syarat mekanis yang perlu di penuhi karena akan beragam pula gaya
dan arah gaya yang akan di uji kekuatan benda tersebut. Pada beberapa alat
yang akan di uji yang di buat panjang, dia akan melengkung jika di uji dengan
alat uji tekan. Uji tekan ini memiliki alat yang canggih, berat dan tenaga yang
kuat serta kualitas dan kinerja yang menjanjikan untuk para pengguna alat uji
tekan tersebut. Sebesar apapun benda yang akan di uji tekannya dengan alat
uji tekan ini kita bisa mengetahui kekuatan suatu benda tersebut.
Uji tekan akan memberika n hasil pengukuran kekuatan benda tersebut
mengenai besar pengukuran yang di uji terhadap bahan yang akan di uji
sehingga standarisasi yang di inginkan akan tercapai sempurna. Sebesar apa
benda yang akan di uji maka akan di stabilkan juga dengan alat uji tekan yang
akan memberikan hasil dan kinerja yang baik dan hasilnya akan lebih bagus.

2.3 Definisi Kekuatan Tekan


Kekuatan tekan adalah kapasitas dari suatu bahan atau struktur dalam
menahan beban yang akan mengurangi ukurannya. Kekuatan tekan dapat
diukur dengan memasukkannya ke dalam kurva tegangan-regangan dari data
yang didapatkan dari mesin uji. Beberapa bahan akan patah pada batas tekan,
beberapa mengalami deformasi yang tidak dapat dikembalikan. Deformasi

4
tertentu dapat dianggap sebagai batas kekuatan tekan, meski belum patah,
terutama pada bahan yang tidak dapat kembali ke kondisi semula
(irreversible). Pengetahuan mengenai kekuatan tekan merupakan kunci dalam
mendesain sebuah struktur.
Kekuatan tekan dapat diukur dengan mesin uji universal. Pengujian
kekuatan tekan, seperti halnya pengujian kekuatan tarik, dipengaruhi oleh
kondisi pengujian (penyiapan spesimen, kondisi kelembaban dan temperatur
ruang uji, dan sebagainya).

2.4 Fenomena-Fenomena yang Terjadi pada Uji Tekan


1. Barreling
Barelling adalah perubahan bentuk dimensi karena gesekan antara
penekan dengan benda uji. Gesekan antara spesimen dan dies yang
menghambat permukaan atas dan bawah. Spesimen berekspansi secara
bebas dapat menyebabkan fenomena barreling. Fenomena barreling
diakibatkan oleh ukuran diameter yang lebih besar daripada tinggi
spesimen. Fenomena Barelling seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Barreling


2. Buckling
Buckling stress (Tegangan Tekuk) adalah ketidakstabilan yang mengarah
ke modus kegagalan. Tegangan tekuk disebabkan oleh bifurkasi dalam
solusi untuk persamaan keseimbangan statis. Tegangan tekuk bisa disebut
juga sebagai suatu proses dimana suatu struktur tidak mampu
mempertahankan bentuk aslinya. Konsekuensi buckling pada dasarnya
adalah masalah geometrik dasar, dimana terjadi lendutan besar sehingga

5
akan mengubah bentuk struktur. Fenomena tekuk atau buckling dapat
terjadi pada sebuah kolom, lateral buckling balok, pelat dan cangkang.

2.5 Teori Mekanika Teknik


Suatu batang (benda uji) yang dibebani oleh sebuah gaya tertentu sulit
sekali menjaga agar resultan gaya tepat berada pada sumbu batang. Selain
bahayanya tidak homogen disepanjang batang juga kemungkinan pembagian
muatan yang terbagi rata sangat kecil. Oleh karena itu pada batang selain
timbul tegangan tekanan juga terjadi lengkungan. Pada batang yang lebih
panjang kemungkinan terjadinya tekukan semakin besar, dengan kata lain
apabila perbandingan antara panjang dan luas penampang batang semakin
besar, kemudian tekukannya semakin besar. Pengujian tekuk dilakukan
dengan melakukan pembebanan terhadap suatu benda oleh sebuah gaya
terhadap suatu benda oleh suatu gaya pada kondisi benda vertikal dimana pada
ujung (atas - bawah) ditumpu oleh sebuah mekanisme tumpuan. Pasda
pelaksanaannya pada pengujian tekuk terhadap 4 macam tipe tumpuan yang
dikenal pada kolom elastis yang mendapat gaya tekan aksial, yaitu :
1. Tumpuan Engsel pada Kedua Ujungnya
Tumpuan engsel pada kedua ujungnya ditunjukkan pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Tumpuan Engsel pada Kedua Ujungnya

2. Tumpuan Jepit pada Kedua Ujungnya


Tumpuan jepit pada kedua ujungnya ditunjukkan pada Gambar 2.3.

6
Gambar 2.3 Tumpuan Jepit pada Kedua Ujungnya

3. Tumpuan Engsel pada Suatu Ujung dan Jepit pada Ujung Lainnya
Tumpuan engsel pada suatu ujung dan jepit pada ujung lainnya
ditunjukkan pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Tumpuan Engsel pada Suatu Ujung dan Jepit pada Ujung
Lainnya

4. Tumpuan Jepit pada Suatu Ujung dan Bebas pada Ujung Lainnya
tumpuan jepit pada suatu ujung dan bebas pada ujung lainnya ditunjukkan
pada Gambar 2.5.

7
Gambar 2.5 Tumpuan Jepit pada Suatu Ujung dan Bebas pada Ujung
Lainnya

Suatu bagian konstruksi mengalami gaya tekan baik dari beban konstruksi itu
sendiri maupun dari beban luar yang bekerja secara aksial yang akan menekuk
secara literal. Suatu kolom yang menerima beban tekan (P), sebelum hancur ia
akan menekuk terlebih dahulu. Pada dasarnya pembebanan buckling dapat
diklasifikasikan berdasarkan kesetimbangannya, yaitu kesetimbangan stabil,
kesetimbangan netral, kesetimbangan labil, berikut penjelasan gambarnya
(Gambar Kesetimbangan Beban Buckling).

Penjelasan gambar:

8
1. Batang yang langsing, yakni mempunyai perbandingan L dan D cukup
besar, dibebani beban P lebih kecil dari pada P.

Keterangan:

L                      : Panjang Batang

D                     : Diameter Batang

P                      : Gaya Tekan

PE                    : Pembebanan Kritis Buckling (gaya kritis)

Karakteristik batang pada keadaan ini adalah:

– Batang dalam keadaan kesetimbangan stabil.

– Pada saat P bekerja, batang menekuk sebesar δ.

– Apabila gaya P dihilangkan, batang kembali menjadi lurus seperti semula.

2. Batang dibebani gaya tekan P sama dengan gaya P, maka karakteristik


batang adalah sebagai berikut:

– Batang dalam keadaan kesetimbangan netral.

– Pada saat P bekerja, batang menekuk sebesar δ.

– Apabila gaya P dihilangkan, batang tetap pada keadaan yang baru (δ =


tetap).

– Gaya kritis Pcr = Ptekuk = Pmax – P. yang dapat didukung oleh batang.

3. Batang dibebani gaya tekan P yang lebih besar dari gaya Pcr maka


karakteristik batang adalah:

– Batang dalam keadaan kesetimbangan (labil).

– Pada saat gaya P bekerja, batang menekuk sebesar δ.

– Pada saat gaya P bekerja dengan berat yang konstan, maka batang akan
menekuk terus menerus, sampai akhirnya menjadi patah.

9
Analisis teoritis paling sederhana untuk sebuah kolom, panjang L yang
dijepit pada ujung-ujungnya serta mengalami suatu pembebanan tekan
aksial P memberikan relasi sebagai berikut:

Keterangan:

P                      : Beban Tekan Aksial

v’                     : Lendutan Lateral

Rujukan perhitungan analisa tekuk dapat menggunakan beberapa


persamaan, antara lain persamaan Euler, persamaan Tetmejer dan persamaan
Rankine Gordon, berikut penjabarannya.

2.6 Analisis Tekuk Elastis (Persamaan Euler)

Perumusan Euler diturunkan dengan asumsi-asumsi:

– Kolom lurus sempurna, gaya tepat bekerja pada sumbu kolom.

– Kolom merupakan kolom yang langsing dan prismatis.

– Hukum Hooke masih tetap berlaku.

– Perletakan kolom di bagian bawah tetap, sedangkan di bagian atas sendi


bergerak ke atas dan ke bawah, tetapi tidak bergerak ke samping.

Harga pembebanan kritis PE diberikan (persamaan Euler):

Dengan K, faktor sendi buckling:

0.7                   : Untuk kolom satu terikat dan lainya hanya didukung

0.5                   : Untuk kolom kedua ujungnya terikat

10
2                      : Untuk kolom satu ujungnya bebas dan satu ujung lainya bebas

            Persamaan diatas dapat dituliskan melalui tegangan langsung dengan luas
penampang:

Dimana:

 Zigma E          : Tegangan Tekuk Euler (N/mm2)

PE                    : Beban Tekuk Euler (N)

E                      : Modulus Elastisitas (N/mm2)

Dan rasio kerampingan (Lambda) dapat dicari menggunakan persamaan:

Keterangan:

Lambda           : Rasio Kerampingan

L                      : Panjang Kolom (mm)

I                       : Momen Inersia (mm4)

A                      : Luas Penampang (mm2)

Ketentuan nilai Rasio Kerampingan:

Lambda > 100, batang berperilaku elastis, berlaku rumus Euler.

Lambda < 100, batang berperilaku tidak elastis, berlaku rumus Tetmejer.

2.7 Analisis Tekuk (Persamaan Tetmejer)

11
Persamaan garis lurus ini dibuktikan oleh sebuah percobaan yang
dilakukan oleh Tetmejer dan Bauschinger, dan Tetmejer menemukan bahwa rasio
kerampingan yang berbeda dengan persamaan Euler:

Keterangan:

Zigma K: Tegangan Buckling Tetmejer (N/mm2)

2.8 Analisis Tekuk (Persamaan Rankine Gordon)

Pada analisis tekuk persamaan Rankine Gordon menyarankan untuk beban


tekan maksimum dan menghasilkan perkiraan konservatif gaya maksimum baru.
Dimana perumusannya sebagai berikut:

Untuk Pc:

Keterangan:

Fmax               : Beban Maksimum Persamaan Rankine (N)

PE                    : Beban Kritis Persamaan Euler (N)

Pc                    : Gaya Tekan Maksimum (N)

Zigma y           : Tegangan Luluh Material (N/mm2)

A                      : Luas Penampang Kolom (mm2)

12
2.9 Penerapan Rumus Euler Untuk Kolom Ujung Engsel
Pada ujung beban kritis, kolom yang mempunyai penampang konstan
dapat menekuk pada setiap arah. Dalam keadaan yang lebih batang tekan tidak
mempunyai kekakuan lentur yang sama untuk segala arah. Adapun besaran
tekanan kritis (Pcr) secara teoritis diperoleh dari rumus Euler, yaitu :
Untuk tumpuan jepit - jepit ;

Pcr =

Untuk tumpuan engsel - jepit ;

Pcr =

Untuk tumpuan engsel - engsel

Pcr =

dimana :
Pcr : Beban Kritis / gaya buckling (Kg)
E : Modulus Elastisitas bahan : 2,1 x 106 kg/cm2
L : Panjang Kolom (benda uji) (cm)
I : Momen Inersia (cm4)

I= . D4

D : Diameter Benda Uji (cm)

2.10 Hukum Modulus Elastisitas


Modulus elastisitas adalah penjabaran matematis dari suatu
kecenderungan objek atau bentuk untuk berubah bentuk ketika diberikan
suatu gaya. Modulus elastisitas dari suatu objek ditentukan sebagai puncak
dari kurva tegangan-regangan-nya dimana:

13
Gambar 2.6 Kurva Tegangan – Regangan
Keterangan :
 Lamda : modulus elastisitas
 Tegangan : gaya yang menyebabkan perubahan dibagi dengan luas
permukaan dimana gaya itu diberikan
 regangan : rasio perubahan yang disebabkan oleh tegangan pada
bentuk asli dari suatu objek.
Karena tegangan diukur dalam pascal dan regangan adalah
perbandingan tanpa satuan, satuan untuk lambda adalah pascal. Definisi
alternatif adalah modulus elastisitas adalah regangan yang dibutuhkan untuk
memperpanjang material dua kalinya. Hal ini tidaklah selalu benar untuk
seluruh material karena terkadang nilainya jauh lebih besar daripada tegangan

14
batas (yield stress) dari suatu material atau suatu titik dimana perpanjangan
menjadi tidak lagi linear (seimbang).
Konsep dari modulus elastisitas yang konstan tergantung pada
perkiraan bahwa kurva tegangan regangan selalu lurus. Pada kenyataannya,
kurva tersebut hanya lurus hingga batas tertentu. Karena benda yang ditarik
atau ditekan secara berlebihan akhirnya akan gagal (patah), dan benda pada
tekanan tinggi dapat menanggung proses yang akan mempengaruhi kurva
tegangan regangan, misalnya reaksi kimia atau penekukan (buckling). Ada
tiga modulus elastisitas primer yang masing-masing menjelaskan bentuk
deformasi yang berbeda, seperti di bawah ini :
 Modulus Young (E) menjelaskan elastisitas kekakuan, atau
kecenderungan suatu benda untuk berubah sepanjang suatu sumbu
ketika gaya yang berlawanan diberikan sepanjang sumbu tersebut; hal
ini dijelaskan sebagai perbandingan tegangan tekan terhadap tegangan
tarik. karena modulus elastisitas yang lain dapat dijelaskan dari ini,
Modulus Young sering dianggap sebagai modulus elastisitas. modulus
Young adalah persamaan matematika dari prinsip pengecualian Pauli.
 Modulus geser atau modulus kekakuan (G) menjelaskan
kecenderungan suatu objek untuk bergeser (perubahan bentuk pada
volume konstan) ketika bergerak pada gaya yang berlawanan; hal ini
ditentukan sebagai tegangan geser dan regangan geser. modulus geser
adalah bagian dari perubahan viskositas.
 Modulus bulk (kepadatan/ K) menunjukkan elastisitas secara
volumetric, atau kecenderungan suatu volume objek untuk berubah
akibat suatu penekanan, Hal ini didefinisikan sebagai tegangan
volumetrik, dan sebagai kebalikan dari kemampuan untuk ditekan.
modulus bulk adalah penurunan dari modulus Young secara tiga
dimensi.

2.11 Hukum Newton I, II, III dan Hukum Hooke


2.11.1 Hukum Newton I

15
Setiap benda akan tetap bergerak lurus beraturan atau tetap
dalam keadaan diam jikatidak ada resultan gaya (F) yang bekerja pada
benda itu, jadi :
SF : 0
a : 0 karena
v : 0 (diam), atau v : konstan (GLB)
2.11.2 Hukum Newton II
Rumus :

Keterangan :

A : F/m SF : jumlah gaya-gaya

SF : ma pada benda
M : massa benda
A : percepatan benda

Rumus ini sangat penting karena pada hampir sema persoalan


gerak{mendatar/translasi (GLBB) dan melingkar (GMB/GMBB)}yang
berhubungan dengan percepatan dan massa benda dapat diselesaikan
dengan rumus tersebut.
2.11.3 Hukum Newton III
Jika suatu benda mengerjakan gaya pada benda kedua maka
benda kedua tersebut mengerjakan juga gaya pada benda pertama,
yang besar gayanya = gaya yang diterimatetapi berlawanan arah. Perlu
diperhatikan bahwa kedua gaya tersebut harus bekerjapada dua benda
yang berlainan.
2.11.4 Hukum Hooke
Hukum ooke adalah hukum atau ketentuan mengenai gaya
dalam bidang ilmu fisikayang terjadi karena sifat elastisitas dari
sebuah pir atau pegas. Besarnya gaya Hooke ini secara proporsional
akan berbanding lurus dengan jarak pergerakan pegas dari posisi
normalnya, atau lewat rumus matematis dapat digambarkan sebagai
berikut :

F=k.x

16
Keterangan :
F = gaya yang bekerja pada pegas (N)
k = konstanta pegas (N/m)
x = pertambahan panjang pegas (m)

2.12 Karakteristik Kuningan


Paduan kuningan yaitu antara tembaga dan seng. Biasanya kandungan
seng sampaikira-kira 40%. Dalam ketahanan terhadap korosi dan aus,
kurang baik dibandingkandengan bronze. Tetapi lebih murah dan mampu
cor lebih baik dari bronze. Kuningankekuatan tinggi merupakan kuningan
yang khusus ditambah mangan, nikel,aluminium, timah, dan sebagainya
untuk memperbaiki sifat-sifat mekaniknya.

2.13 Karakteristik Aplikasi Buckling


2.13.1 Perancangan Pipa Bawah Laut
Metode pengiriman minyak dan gas bumi lepas pantai dapat
dengan menggunakankapal tanker dan pipa bawah laut. Metode
pengiriman dengan menggunakan pipadianggap lebih handal dan
murah. Keandalan metode ini salah satunya karena tidakterpengaruh
cuaca, baik terjadi badai ataupun tidak, pengiriman minyak dan gas
tidakakan mengalami gangguan. Kelebihan lain adalah biaya
operasional yang murah,investasi mahal hanya pada saat penginstalan
pertama dan bersifat jangka panjang.Apabila dengan menggunakan
tanker maka biaya sewa akan sangat mahal, belum lagitidak
beroperasinya kapal pada saat badai juga akan menyebabkan kenaikan
biayayang signifikan.
Oleh karena itu, penggunaan pipa merupakan pilihan yang
tepat danefisien untuk investasi jangka panjang. Perencanaan dalam
perancangan pipa bawahlaut harus matang agar pada saat beroperasi
nanti tidak akan terjadi kegagalan akibatkesalahan perancangan.

17
Kesalahan dalam perancangan akan mengakibatkan kerugianyang
besar baik finansial maupun material.

2.14 Pengertian Kolom


Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang
memikul beban daribalok. Kolom merupakan suatu elemen struktur
tekan yang memegang perananpenting dari suatu bangunan, sehingga
keruntuhan pada suatu kolom merupakanlokasi kritis yang dapat
menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutandan juga runtuh
total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko, 1996). SK SNI T-15-
1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen struktur bangunan yang
tugasutamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi
yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil. Fungsi
kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi.
Bila diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang
memastikan sebuah bangunan berdiri. Kolom termasukstruktur utama untuk
meneruskan berat bangunan dan beban lain seperti beban hidup (manusia
dan barang-barang), serta beban hembusan angin. Kolom berfungsi sangat
penting, agar bangunan tidak mudah roboh. Beban sebuah bangunan dimulai
dariatap. Beban atap akan meneruskan beban yang diterimanya ke kolom.
Seluruh bebanyang diterima kolom di distribusikan ke permukaan tanah di
bawahnya.
Kesimpulannya, sebuah bangunan akan aman dari kerusakan bila
besar dan jenispondasinya sesuai dengan perhitungan. Namun, kondisi
tanah pun harus benar-benarsudah mampu menerima beban dari
pondasi. Kolom menerima beban danmeneruskannya ke pondasi,
karena itu pondasinya juga harus kuat, terutama untukkonstruksi rumah
bertingkat, harus diperiksa kedalaman tanah kerasnya agar bilatanah ambles
atau terjadi gempa tidak mudah roboh. Struktur dalam kolom dibuat daribesi
dan beton. Keduanya merupakan gabungan antara material yang tahan
tarikandan tekanan. Besi adalah material yang tahan tarikan,

18
sedangkan beton adalahmaterial yang tahan tekanan. Gabungan kedua
material ini dalam struktur betonmemungkinkan kolom atau bagian
struktural lain seperti sloof dan balok bisamenahan gaya tekan dan
gaya tarik pada bangunan
2.15 Jenis-jenis Kolom
Menurut Wang (1986) dan Ferguson (1986) ada beberapa jenis -
jenis kolom, yaitu:
1. Kolom Ikat (tie column)
Kolom ini merupakan kolom yang menggunakan sengkang
lateral. Kolom ikat adalah kolom beton yang ditulangi dengan
memanfaatkan sebuah batang tulangan pokok memanjang yang pada
jarak spasi tertentu diikat dengan menggunakan pengikat sengkang
kearah lateral. Tulangan ini sendiri berperan untuk memegang tulangan
pokok memanjang supaya bisa tetap kuat atau kokoh pada tempatnya.
2. Kolom Spiral (spiral column)
Kolom spiral merupakan kolong yang memanfaatkan pengikat
spiral. Bentuk dari kolom spiral ini sama dengan bentuk kolom yang
pertama, perbedaannya sebagai pengikat tulangan pokok memanjang
adalah tulangan spiral yang dililit keliling dan berbentuk heliks menerus
di sepanjang kolom. Fungsi utama dari tulangan spiral ini sendiri adalah
untuk memberi kemampuan kolom dalam menyerap deformasi cukup
besar sebelum runtuh, sehingga bisa mencegah akan terjadinya
kehancuran dari seluruh struktur sebelum proses redistribusi momen dan
tengangan bisa terwujud
3. Kolom Komposi (composit column)
Struktur kolom komposit adalah komponen struktur tekan yang
biasanya diperkuat pada arah memanjang dengan menggunakan gelagar
baja profil atau bisa juga pipa. Dilengkapi juga dengan batang tulangan
pokok yang memanjang.

19
BAB III
ALAT DAN BAHAN

3.1 Gambar dan Keterangan

Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ditunjukkan pada Gambar
3.1 :

Gambar 3.1 Alat Percobaan

dengan :

1. Unit Penyangga 5. Dial Gauge


2. Timbangan Gantung 6. Waterpass
3. Batang Uji 7. Beban
4. Dial Gauge (Jam ukur) 8. Tumpuan Jepit dan Tirus

20
3.2 Cara Kerja

1. Dikendurkan ulir pembeban hingga batas minimum.


2. Dipasang tumpuan yang akan digunakan pada posisinya dengan benar.
3. Dipastikan bahwa landasan unit penyangga berada pada posisi datar
dengan menggunakan bantuan waterpass.
4. Dipasang batang uji pada tumpuan (bila menggunakan tumpuan jepit,
jamgan dikencangkan dahulu).
5. Disesuaikan ketinggian batang pemberat horizontal dengan panjang batang
uji. Ini dilakukan dengan mengatur ketinggian posisi engsel batang
pemberat horizontal pada selongsong, dimana berat batang pemberat
horizontal ditopang oleh pegas diujung berengsel dan beban pemberat
diujung yang lain dan pada saat itu kedua ujung batang uji tepat pada
penjepitnya. Gunakan waterpass untuk memastikan batang pemberat
horizontal berada pada posisi datar. Pada posisi ini gaya tekan dipandang
mendekati nol.
6. Dipasang tali dengan pemberat yang sesuai (150 gr untuk batang uji 450
mm, 300 gr untuk batang uji 500, 600,dan 750 mm) untuk guide lendutan
di tengah batang uji.
7. Dipasang dial gauge pada posisi tengah batang uji, pastikan bahwa dial
gauge terpasang pada posisi segaris dengan tali pemberat.
8. Diberikan gaya tekan dengan memutar ulir pembeban.
9. Dikembalikan batang pemberat ke posisi horizontal dengan memutar ulir
pada selongsong, kemudian lakukan pengukuran dan pencatatan gaya
tekan dan lendutan yang terjadi.
10. Dilakukan pengukuran untuk berbagai nilai gaya tekan.
11. Bila pembebanan sudah mendekati kondisi kritis batang uji, dilepas dial
gauge dari tempatnya karena laju pertambahan lendutan akan sangat besar
disbanding laju pertambahan gaya tekannya.

Percobaan dapat dilakukan pada beberapa batang yang panjangnya 450


mm, 500 mm, 600 mm dan 750 mm dan dengan ketiga macam tumpuan.
Percobaan dilakukan dengan mengamati besar lendutan di pusat batang uji

21
pada berbagai beban. Kemudian dibandingkan besar kritis hasil percobaan
kritis Euler. Di samping itu dapat pula digambarkan hubungan antara σkritis
dan factor kelangsingan l/k ( l = panjan batang, k = jari – jari girasi luas
penampang). E batang uji = 110 Gpa = 110 KN/mm2 = 1,1 . 106 kg/cm2.

22

Anda mungkin juga menyukai