Anda di halaman 1dari 320

Perumahan Rakyat, yang secara umum melanjutkan tugas yang dimaksud

melalui tugas dan fungsi pengembangan prasarana strategis yang


dilaksanakan oleh Direktorat Prasarana Strategis.

Secara faktual, kondisi fisik sarana dan prasarana pendidikan masih banyak
yang memerlukan penanganan rehabilitasi atau renovasi, sebagaimana
tercantum dalam Data Pokok Pendidikan (Dapodik) Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan Education Management Information
System Pendidikan Islam (Emis Pendis) Kementerian Agama (Kemenag).
Permasalahan kondisi fisik sarana dan prasarana pendidikan tersebut dapat
berdampak pada terhambatnya kegiatan belajar mengajar. Permasalahan
kondisi fisik sarana dan prasarana pendidikan yang dihadapi di Indonesia
dapat disebabkan atas kelemahan pada tahap perencanaan teknis, tahap
pelaksanaan konstruksi, tahap pengawasan pelaksanaan konstruksi, dan
tahap pemanfaatan (kurangnya pemeliharaan dan perawatan).

Sebagai upaya pembinaan dan percepatan pada tahap perencanaan teknis,


maka diperlukan suatu Petunjuk Teknis Standardisasi Desain Sekolah dan
Madrasah yang diharapkan dapat menjaga kualitas dokumen rencana
teknis dalam pembangunan dan rehabilitasi/renovasi sekolah dan
madrasah. Untuk mendukung tahap perencanaan teknis, juga diperlukan
Petunjuk Teknis Penilaian Kerusakan Sekolah dan Madrasah, sebagai
instrumen untuk melakukan identifikasi tingkat kerusakan bangunan
sebagai dasar untuk menentukan penanganan yang dibutuhkan.

B. DASAR PEMBENTUKAN
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247);
2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (LembaranNegaraRepublik Indonesia Tahun 2003 Nomor78,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 2005 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 83,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4532);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor
71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410);
6. Peraturan Presiden Nomor 73 Tahun 2011 tentang Pembangunan
Bangunan Gedung Negara;
7. Peraturan Presiden Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pembangunan,
Rehabilitasi, atau Renovasi Pasar Rakyat, Prasarana Perguruan Tinggi,
Perguruan Tinggi Keagamaan Islam, dan Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor
124);
8. Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2020 Tentang Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 40);
9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006 tentang
Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;
10. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24
Tahun 2007 Tentang Standar Sarana Dan Prasarana Untuk Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Dan Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA);
11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24/PRT/M/2008 tentang
Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung;
12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2008 tentang
Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung
dan Lingkungan;
13. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2010 Tentang
Pedoman Teknis Pemeriksaan Berkala Bangunan Gedung (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 701);
14. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 4
Tahun 2012 tentang Pedoman Penerapan Sekolah/Madrasah Aman dari
Bencana (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1328);
15. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11/PRT/M/2014 tentang
Pengelolaan Air Hujan pada Bangunan Gedung dan Persilnya (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1394);
16. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
14/PRT/M/2017 tentang Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1148);
17. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
22/PRT/M/2018 Tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1433);
18. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2019
Tentang Petunjuk Operasional Dana Alokasi Khusus Fisik Bidang
Pendidikan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 87);
dan
19. Peraturan Menteri PUPR Nomor 13 Tahun 2020 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 473).

C. MAKSUD DAN TUJUAN


Surat Edaran ini dimaksudkan untuk memberikan panduan teknis bagi
pemangku kepentingan dalam penyusunan perencanaan teknis
pembangunan atau rehabilitasi/renovasi sekolah dan madrasah serta
penilaian kerusakan sekolah dan madrasah.

Surat Edaran ini memiliki tujuan:


1. memberikan pemahaman mengenai standardisasi desain dan panduan
penilaian kerusakan sekolah dan madrasah;
2. memberikan acuan ketentuan penggunaan standardisasi desain sekolah
dan madrasah dan tatacara penilaian kerusakan sekolah dan madrasah;
3. memberikan acuan teknis standardisasi desain sekolah dan madrasah;
dan
4. memberikan acuan teknis instrumen penilaian kerusakan sekolah dan
madrasah.

D. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Surat Edaran ini meliputi:
1. standardisasi desain sekolah dan madrasah; dan
2. penilaian kerusakan sekolah dan madrasah.

E. STANDARDISASI DESAIN SEKOLAH DAN MADRASAH


1. PEMAHAMAN MENGENAI STANDARDISASI DESAIN SEKOLAH DAN
MADRASAH
Standardisasi desain sekolah dan madrasah merupakan acuan teknis
desain detail untuk pembangunan sekolah dan madrasah. Standardisasi
desain ini disusun berdasarkan persyaratan dan standar minimal sarana
dan prasarana sekolah/madrasah sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007, sehingga
diharapkan dapat memenuhi persyaratan dan standar minimal yang
telah ditetapkan. Dengan mempertimbangkan bahwa kondisi faktual
lahan/tapak untuk pembangunan sekolah/madrasah di daerah sangat
beragam (dalam hal bentuk dan dimensi), maka standardisasi desain ini
disusun dengan pendekatan berbasis modul ruang kelas, sehingga dapat
diaplikasikan di berbagai bentuk dan dimensi lahan/tapak melalui
penyusunan konfigurasi modul sesuai kebutuhan fungsional dan kondisi
lahan/tapak yang ada.

Standardisasi desain sekolah dan madrasah ini disusun dengan


memperhatikan dan mengakomodasi berbagai peraturan perundang-
undangan dan SNI terbaru di bidang bangunan gedung. Hal ini
dilakukan untuk dapat memberikan acuan teknis bagi para perencana
teknis pembangunan sekolah dan madrasah. Berdasarkan pengalaman
empiris, diindikasikan masih terdapat perencana teknis pembangunan
sekolah dan madrasah yang tidak mengetahui adanya peraturan
perundang-undangan dan SNI terbaru di bidang bangunan gedung,
sehingga acuan desain dalam perencanaan teknis masih menggunakan
rujukan lama. Secara kasat mata, kondisi ini tercermin dari beragamnya
desain sekolah dan madrasah, baik secara tampilan bangunan maupun
dari sisi teknis komponen struktural, utilitas, dan arsitektural.

Dengan disusunnya standardisasi desain sekolah dan madrasah ini,


diharapkan dapat membantu proses perencanaan teknis dalam rangka
pembangunan dan rehabilitasi/renovasi sekolah dan madrasah. Dengan
acuan teknis desain detail yang disusun ini, diharapkan dapat menjadi
rujukan bagi perencana teknis untuk menjaga kualitas dokumen
rencana teknis sekolah dan madrasah, yang telah adaptif dan akomodatif
terhadap berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan dan SNI
terbaru di bidang bangunan gedung. Secara umum, dengan disusunnya
standardisasi desain sekolah dan madrasah ini, diharapkan dapat
mempercepat proses perencanaan teknis sehingga mampu responsif
terhadap urgensi kebutuhan pembangunan dan rehabilitasi/renovasi
sekolah dan madrasah.
2. KETENTUAN PENGGUNAAN STANDARDISASI DESAIN SEKOLAH DAN
MADRASAH
Sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Nomor 22 Tahun 2018, dalam perencanaan teknis
bangunan gedung negara dapat digunakan acuan standardisasi desain.
Penggunaan standardisasi desain dalam perencanaan teknis bangunan
gedung negara, masih memerlukan dilakukan penyesuaian spesifik
terhadap lahan/tapak dan daya dukung tanah. Oleh karena itu,
penggunaan standardisasi desain sekolah dan madrasah ini masih
memerlukan tindak lanjut beberapa kegiatan pada tahap perencanaan
teknis.
Tahap perencanaan teknis merupakan proses yang dilakukan untuk
menyiapkan dokumen rencana teknis pembangunan sekolah/madrasah
sebagai dasar pelaksanaan konstruksi, yaitu meliputi kegiatan:
a. Pengukuran topografi dan penyiapan gambar lahan disertai batasan
intensitas, jarak bebas, dan kondisi eksisting lahan.
b. Penyusunan konfigurasi modul standardisasi desain di atas
lahan/tapak yang dimungkinkan untuk dibangun sesuai kebutuhan
kapasitas belajar mengajar. Penyusunan konfigurasi modul
standardisasi desain di atas lahan harus diikuti kaidah perencanaan
tapak, dengan mempertimbangkan:
1) luas tapak sesuai dengan luas lahan minimal yang disyaratkan
sesuai tipe sekolah;
2) bentuk tapak;
3) ruang terbuka yang dibutuhkan untuk kegiatan upacara,
olahraga, bermain, istirahat, dan parkir kendaraan serta jalan
sesuai ketentuan standar minimal menurut tipe sekolah;
4) pendaerahan tapak (zoning), meliputi zoning privat, semi privat
(transisi), dan publik (umum);
5) orientasi terhadap matahari dan angin;
6) hubungan dan jarak antar bangunan;
7) kemudahan pencapaian; dan
8) rencana pengembangan.
c. Penyusunan gambar rencana tapak (siteplan) berdasarkan hasil
penyusunan konfigurasi modul standardisasi desain yang paling
optimal.
d. Penentuan modul standardisasi desain yang dipilih.
e. Identifikasi daya dukung tanah serta perhitungan dan perancangan
desain struktur bawah.
f. Penyusunan gambar teknis arsitektur, struktur, dan utilitas
menggunakan standardisasi desain yang dipilih.
g. Penghitungan rencana anggaran biaya pelaksanaan konstruksi.
h. Penyusunan rencana syarat kerja pelaksanaan konstruksi sesuai
standardisasi desain yang dipilih.

Proses perencanaan teknis dilakukan oleh perencana teknis bangunan


gedung yang memiliki sertifikat sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan. Dokumen rencana teknis yang disusun menggunakan acuan
standardisasi desain ini ditandatangani oleh perencana teknis sebagai
penyusun.

Dalam hal pembangunan sekolah dan madrasah dilakukan oleh


Kementerian PUPR melalui Balai PPW Provinsi, maka dokumen rencana
teknis disetujui oleh Kepala Seksi Perencanaan Balai PPW Provinsi dan
diketahui oleh Kepala Balai PPW Provinsi.

Dalam hal pembangunan sekolah dasar dilakukan oleh Pemerintah


Kabupaten/Kota, maka dokumen rencana teknis disetujui oleh Kepala
Dinas yang membidangi bangunan gedung kabupaten/kota dan
diketahui oleh Kepala Dinas yang membidangi pendidikan dan
kebudayaan kabupaten/kota.

Dalam hal pembangunan sekolah menengah dilakukan oleh Pemerintah


Provinsi, maka dokumen rencana teknis disetujui oleh Kepala Dinas
yang membidangi bangunan gedung provinsi dan diketahui oleh Kepala
Dinas yang membidangi pendidikan dan kebudayaan provinsi.

Dalam hal pembangunan madrasah dilakukan oleh Kementerian Agama


melalui Kantor Wilayah Provinsi, maka dokumen rencana teknis
disetujui oleh Kepala Bidang Pendidikan Madrasah dan diketahui oleh
Kepala Kantor Wilayah Provinsi.

3. RINCIAN STANDARDISASI DESAIN SEKOLAH DAN MADRASAH


Standardisasi desain sekolah dan madrasah yang disusun dalam
Petunjuk Teknis ini meliputi:
a. standardisasi desain sekolah/madrasah dengan sistem struktur
konvensional, terdiri dari:
1) SD/MI untuk 28 siswa 1 lantai;
2) SD/MI untuk 28 siswa 2 lantai;
3) SMP/MTs untuk 32 siswa 1 lantai;
4) SMP/MTs untuk 32 siswa 2 lantai;
5) SMA/MA untuk 32 siswa 1 lantai; dan
6) SMA/MA untuk 32 siswa 2 lantai.
b. standardisasi desain sekolah/madrasah dengan sistem struktur
pracetak (RISHA), terdiri dari:
1) SD/MI untuk 28 siswa 1 lantai;
2) SMP/MTs untuk 32 siswa 1 lantai; dan
3) SMA/MA untuk 32 siswa 1 lantai.
c. standardisasi desain sekolah/madrasah dengan konstruksi kayu,
terdiri dari:
1) SD/MI untuk 28 siswa 1 lantai;
2) SMP/MTs untuk 32 siswa 1 lantai; dan
3) SMA/MA untuk 32 siswa 1 lantai.
d. standardisasi desain ruang kelas sementara.

F. PANDUAN PENILAIAN KERUSAKAN SEKOLAH DAN MADRASAH


1. PEMAHAMAN MENGENAI PANDUAN PENILAIAN KERUSAKAN SEKOLAH
DAN MADRASAH
Panduan penilaian kerusakan sekolah dan madrasah merupakan acuan
teknis untuk mengidentifikasi ukuran tingkat kerusakan suatu sekolah
dan madrasah. Selanjutnya tingkat kerusakan suatu sekolah dan
madrasah menjadi dasar pertimbangan kebutuhan penanganan berupa
rekonstruksi atau rehabilitasi/renovasi.

Panduan penilaian kerusakan sekolah dan madrasah ini dirumuskan


berdasarkan ketentuan yang diatur di dalam Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 22 Tahun 2018 tentang
Pembangunan Bangunan Gedung Negara dan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 24 Tahun 2008 tentang Pedoman Pemeliharaan
dan Perawatan Bangunan Gedung. Berdasarkan ketentuan tersebut,
dirumuskan suatu format penilaian tingkat kerusakan sekolah dan
madrasah yang dapat memberikan kesimpulan tidak rusak, rusak
ringan, rusak sedang, atau rusak berat.

Dengan disusunnya panduan ini diharapkan dapat membantu proses


penilaian tingkat kerusakan sekolah dan madrasah bagi para
penyelenggara kegiatan pembangunan dan rehabilitasi/renovasi sekolah
dan madrasah dalam menentukan penanganan yang dibutuhkan.
Selanjutnya dari kesimpulan tingkat kerusakan sekolah dan madrasah
yang dihasilkan dapat menjadi masukan untuk proses perencanaan
teknis sekolah dan madrasah.

2. TATACARA PENILAIAN KERUSAKAN SEKOLAH DAN MADRASAH


Tatacara penilaian kerusakan sekolah dan madrasah dilakukan melalui
2 tahapan, yaitu:
a. Tahap 1
Pengamatan visual terhadap ada/tidaknya kerusakan dari setiap
komponen bangunan (struktur, arsitektur, dan utilitas).

Dalam hal terdapat kerusakan, maka dilakukan identifikasi apakah


kerusakan komponen bangunan memenuhi kriteria berdampak
terhadap keselamatan pemanfaatan ruang/bangunan.

Apabila kerusakan komponen bangunan masuk kriteria berdampak


terhadap keselamatan, maka dihasilkan kesimpulan bangunan rusak
berat dan proses penilaian dapat dihentikan. Sedangkan apabila
kerusakan komponen bangunan tidak masuk kriteria berdampak
terhadap keselamatan, maka proses penilaian dilanjutkan ke Tahap 2
untuk menentukan tingkat kerusakan komponen bangunan.

b. Tahap 2
Penentuan tingkat kerusakan dilakukan pada setiap komponen
bangunan yang terdiri dari:

1) komponen struktural, yaitu pondasi, kolom, balok, plat lantai,


tangga, dan rangka atap;
2) komponen arsitektural, yaitu dinding/partisi, plafon, penutup
lantai, kusen, pintu, jendela, dan finishing; dan
3) komponen utilitas, yaitu instalasi listrik, instalasi air, dan drainase
limbah.
Tingkat kerusakan komponen bangunan tersebut diidentifikasi
berdasarkan 7 tingkat klasifikasi kerusakan yaitu:

1) tidak rusak (klasifikasi 1);


2) rusak sangat ringan (klasifikasi 2);
3) rusak ringan (klasifikasi 3);
4) rusak sedang (klasifikasi 4);
5) rusak berat (klasifikasi 5);
6) rusak sangat berat (klasifikasi 6); dan
7) komponen tidak sesuai/ tidak ada (klasifikasi 7).

Penilaian kerusakan sekolah dan madrasah dilakukan oleh tenaga


surveyor yang berlatar belakang teknik sipil atau arsitektur berdasarkan
penugasan dari instansi yang akan melaksanakan penanganan
rehabilitasi/renovasi sekolah dan madrasah. Formulir hasil penilaian
kerusakan sekolah dan madrasah ditandatangani oleh tenaga surveyor.

Dalam hal penilaian kerusakan sekolah dasar, maka formulir hasil


penilaian kerusakan harus disetujui oleh Kepala Dinas yang membidangi
bangunan gedung kabupaten/kota dan diketahui oleh Kepala Dinas yang
membidangi pendidikan dan kebudayaan kabupaten/kota. Selanjutnya
rekapitulasi tingkat kerusakan sekolah dasar di wilayah kabupaten/kota
yang telah didata ditetapkan dalam bentuk Keputusan Bupati/Walikota.

Dalam hal penilaian kerusakan sekolah menengah, maka formulir hasil


penilaian kerusakan harus disetujui oleh Kepala Dinas yang membidangi
bangunan gedung provinsi dan diketahui oleh Kepala Dinas yang
membidangi pendidikan dan kebudayaan provinsi. Selanjutnya
rekapitulasi tingkat kerusakan sekolah menengah di wilayah provinsi
yang telah didata ditetapkan dalam bentuk Keputusan Kepala Dinas yang
membidangi bangunan gedung provinsi.

Dalam hal penilaian kerusakan madrasah, maka formulir hasil penilaian


kerusakan harus disetujui oleh Kepala Bidang Pendidikan Madrasah dan
diketahui oleh Kepala Kantor Wilayah Provinsi Kementerian Agama.
Selanjutnya rekapitulasi tingkat kerusakan madrasah di wilayah provinsi
yang telah didata ditetapkan dalam bentuk Keputusan Kepala Kantor
Wilayah Provinsi Kementerian Agama.

3. INSTRUMEN PENILAIAN KERUSAKAN SEKOLAH DAN MADRASAH


Instrumen penilaian kerusakan sekolah dan madrasah yang disusun
dalam Petunjuk Teknis ini meliputi:
a. formulir penilaian kerusakan untuk bangunan 1 lantai;
b. formulir kerusakan untuk bangunan 2 lantai dan bangunan
panggung; dan
c. formulir kerusakan untuk bangunan 3 lantai atau lebih.
-1-

LAMPIRAN I
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA
NOMOR: 47/SE/DC/2020
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS STANDARDISASI DESAIN DAN
PENILAIAN KERUSAKAN SEKOLAH DAN MADRASAH

STANDARDISASI DESAIN SEKOLAH DAN MADRASAH

I. PENGERTIAN
Dalam Petunjuk Teknis ini yang dimaksud dengan:
1. Bangunan adalah gedung yang digunakan untuk menjalankan fungsi
sekolah/madrasah.
2. Gudang adalah ruang untuk menyimpan peralatan pembelajaran di luar
kelas, peralatan sekolah/madrasah yang tidak/belum berfungsi, dan
arsip sekolah/madrasah.
3. Jamban adalah ruang untuk buang air besar dan/atau kecil.
4. Kerusakan Bangunan adalah tidak berfungsinya bangunan atau
komponen bangunan akibat penyusutan/berakhirnya umur bangunan,
atau akibat ulah manusia atau perilaku alam seperti beban fungsi yang
berlebih, kebakaran, gempa bumi, atau sebab lain yang sejenis.
5. Lahan adalah bidang permukaan tanah yang di atasnya terdapat
prasarana sekolah/madrasah meliputi bangunan, lahan praktek, lahan
untuk prasarana penunjang, dan lahan pertamanan.
6. Madrasah Ibtidaiyah Negeri yang selanjutnya disingkat MIN adalah
satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum
dengan kekhasan agama Islam yang terdiri dari 6 (enam) tingkat pada
jenjang pendidikan dasar.
7. Madrasah Tsanawiyah Negeri yang selanjutnya disingkat MTsN adalah
satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum
dengan kekhasan agama Islam yang terdiri dari 3 (tiga) tingkat pada
jenjang pendidikan dasar sebagai lanjutan dari Sekolah Dasar, MI, atau
bentuk lain yang sederajat, diakui sama atau setara Sekolah Dasar atau
MI.
8. Madrasah Aliyah Negeri yang selanjutnya disingkat MAN adalah satuan
pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum dengan
kekhasan agama Islam pada jenjang pendidikan menengah sebagai
lanjutan dari Sekolah Menengah Pertama, MTs, atau bentuk lain yang
sederajat, diakui sama atau setara Sekolah Menengah Pertama atau MTs.
-2-

9. Prasarana adalah fasilitas dasar untuk menjalankan fungsi


sekolah/madrasah.
10. Rehabilitasi adalah perbaikan aset tetap yang rusak sebagian tanpa
meningkatkan kualitas dan/atau kapasitas dengan maksud dapat
digunakan sesuai dengan kondisi semula (Surat Edaran Direktur
Jenderal Kekayaan Negara, Kementerian Keuangan Nomor 4/KN/2012).
11. Renovasi adalah perbaikan aset tetap yang rusak atau mengganti yang
baik dengan maksud meningkatkan kualitas atau kapasitas (Surat
Edaran Direktur Jenderal Kekayaan Negara, Kementerian Keuangan
Nomor 4/KN/2012).
12. Ruang belajar adalah ruang untuk pembelajaran teori dan praktik yang
meliputi ruang kelas dan ruang belajar lainnya..
13. Sarana adalah perlengkapan pembelajaran yang dapat dipindah-pindah.
14. Sekolah Dasar yang selanjutnya disingkat SD adalah salah satu bentuk
satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum
pada jenjang pendidikan dasar
15. Sekolah Menengah Pertama, yang selanjutnya disingkat SMP, adalah
salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan
pendidikan umum pada jenjang pendidikan dasar sebagai lanjutan dari
SD, Madrasah Ibtidaiyah (MI), atau bentuk lain yang sederajat atau
lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SD atau MI.
16. Sekolah Menengah Atas, yang selanjutnya disingkat SMA, adalah salah
satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan
pendidikan umum pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan
dari SMP, Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat
atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama/setara SMP atau MTs.
17. Sekolah Menengah Kejuruan yang selanjutnya disebut SMK adalah salah
satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan
pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan
dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil
belajar yang diakui sama atau setara SMP atau MTs.
18. Standar Prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan kriteria minimal tentang lahan, ruang kelas, ruang pimpinan
satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang
perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit
produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga,
tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat
lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur
dan berkelanjutan.
-3-

19. Standar Sarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan


dengan kriteria minimal tentang perabot, peralatan pendidikan, media
pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta
perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
20. Rombongan belajar adalah kelompok peserta didik yang terdaftar pada
satu satuan kelas.
21. Ruang Belajar adalah ruang untuk pembelajaran teori dan praktik yang
meliputi ruang kelas dan ruang belajar lainnya.
22. Ruang Guru atau Pendidik adalah ruang untuk guru atau pendidik
bekerja di luar kelas, beristirahat, menerima tamu, dan fungsi lain yang
berkaitan dengan pembelajaran.
23. Ruang kelas adalah ruang untuk pembelajaran teori dan praktek yang
tidak memerlukan peralatan khusus.
24. Ruang Keterampilan adalah ruang untuk pelaksanaan pendidikan
keterampilan untuk mengembangkan kemampuan vokasional peserta
didik.
25. Ruang konseling adalah ruang untuk peserta didik mendapatkan layanan
konseling dari konselor berkaitan dengan pengembangan pribadi, sosial,
belajar, dan karir.
26. Ruang Laboratorium adalah ruang untuk pembelajaran secara praktik
yang memerlukan peralatan khusus.
27. Ruang organisasi kesiswaan adalah ruang untuk melakukan kegiatan
kesekretariatan pengelolaan organisasi peserta didik.
28. Ruang perpustakaan adalah ruang untuk menyimpan dan memperoleh
informasi dari berbagai jenis bahan pustaka.
29. Ruang Penunjang adalah ruangan lainnya yang meliputi ruang pimpinan,
ruang guru atau pendidik, ruang tata usaha, tempat beribadah, ruang
UKS, ruang serba guna, ruang aula, ruang seni budaya, ruang konseling
atau assessment, ruang organisasi kesiswaan, jamban, gudang, ruang
sirkulasi, dan tempat bermain atau berolahraga.
30. Ruang pimpinan adalah ruang untuk pimpinan melakukan kegiatan
pengelolaan sekolah/madrasah.
31. Ruang Praktik Siswa adalah ruang kegiatan pembelajaran secara praktik
untuk kompetensi keahlian tertentu yang memerlukan peralatan khusus.
32. Ruang sirkulasi adalah ruang penghubung antar bagian bangunan
sekolah/madrasah.
33. Ruang tata usaha adalah ruang untuk pengelolaan administrasi
sekolah/madrasah.
-4-

34. Ruang UKS adalah ruang untuk menangani peserta didik yang mengalami
gangguan kesehatan dini dan ringan di sekolah/madrasah.
35. Tempat beribadah adalah tempat warga sekolah/madrasah melakukan
ibadah yang diwajibkan oleh agama masing-masing pada waktu sekolah.
36. Tempat bermain adalah ruang terbuka atau tertutup untuk peserta didik
dapat melakukan kegiatan bebas.
37. Tempat berolahraga adalah ruang terbuka atau tertutup yang dilengkapi
dengan sarana untuk melakukan pendidikan jasmani dan olah raga.

II. KETENTUAN PERSYARATAN DAN STANDAR MINIMAL


2.1. Umum
Pada bagian ini dijelaskan mengenai 1) persyaratan lahan dan
bangunan; 2) standar minimal kebutuhan sarana prasarana; serta 3)
kriteria penentuan standardisasi desain dan material. Penjelasan
mengenai hal-hal tersebut menjadi dasar bagi penyusunan standardisasi
desain ini, agar sesuai dengan ketentuan standar sarana prasarana
pendidikan yang berlaku. Dengan demikian maka standardisasi desain
ini diharapkan dapat berfungsi sebagai acuan dokumen rencana teknis
pembangunan sarana dan prasarana sekolah dan madrasah bagi
pemangku kepentingan di bidang pendidikan, seperti dinas yang
menyelenggarakan urusan pendidikan, kepala sekolah/madrasah,
pelaksana konstruksi, dan pengawas konstruksi.

2.2. Persyaratan Lahan Dan Bangunan


2.2.1. Persyaratan Lahan
Lahan yang akan digunakan untuk pembangunan sarana prasarana
sekolah dan madrasah harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Lahan terhindar dari potensi bahaya yang mengancam kesehatan
dan keselamatan jiwa, serta memiliki akses untuk penyelamatan
dalam keadaan darurat.
b. Kemiringan lahan rata-rata kurang dari 15%, tidak berada di dalam
garis sempadan sungai, pantai, danau, jalur kereta api, serta
jaringan listrik tegangan tinggi, ekstra tinggi, dan ultra tinggi.
c. Lahan terhindar dari gangguan-gangguan berikut:
1) Pencemaran air, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian
Pencemaran Air;
-5-

2) Kebisingan, sesuai dengan Keputusan Menteri Negara


Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor
94/MENKLH/1992 tentang Baku Mutu Kebisingan; dan
3) Pencemaran udara, sesuai dengan Keputusan Menteri Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor
02/MENKLH/1988 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu
Lingkungan.
d. Lahan sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota atau rencana lain yang lebih rinci dan mengikat,
dan mendapat izin pemanfaatan tanah dari Pemerintah Daerah
setempat.
e. Lahan memiliki status hak atas tanah, dan/atau memiliki izin
pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk jangka waktu
minimum 20 tahun.

2.2.2. Persyaratan Bangunan


Bangunan sarana prasarana sekolah dan madrasah yang akan
dibangun harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Bangunan memenuhi ketentuan tata bangunan yang terdiri dari:
1) koefisien dasar bangunan maksimum bangunan yang
ditetapkan dalam Peraturan Daerah;
2) koefisien lantai bangunan dan ketinggian maksimum
bangunan yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah;
3) jarak bebas bangunan yang meliputi garis sempadan
bangunan dengan as jalan, tepi sungai, tepi pantai, jalan
kereta api, dan/atau jaringan tegangan tinggi, jarak antara
bangunan dengan batas-batas persil, dan jarak antara as jalan
dan pagar halaman yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah.
b. Bangunan memenuhi persyaratan keselamatan berikut:
1) Memiliki konstruksi yang stabil dan kukuh sampai dengan
kondisi pembebanan maksimum dalam mendukung beban
muatan hidup dan beban muatan mati, serta untuk
daerah/zona tertentu kemampuan untuk menahan gempa dan
kekuatan alam lainnya.
2) Dilengkapi sistem proteksi pasif dan/atau proteksi aktif untuk
mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan petir.
c. Bangunan memenuhi persyaratan kesehatan berikut:
-6-

1) Mempunyai fasilitas secukupnya untuk ventilasi udara dan


pencahayaan yang memadai.
2) Memiliki sanitasi di dalam dan di luar bangunan meliputi
saluran air bersih, saluran air kotor dan/atau air limbah,
tempat sampah, dan saluran air hujan.
3) Bahan bangunan yang aman bagi kesehatan pengguna
bangunan dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan.
d. Bangunan menyediakan fasilitas dan aksesibilitas yang mudah,
aman, dan nyaman termasuk bagi penyandang disabilitas.
e. Bangunan memenuhi persyaratan kenyamanan berikut:
1) Bangunan mampu meredam getaran dan kebisingan yang
mengganggu kegiatan pembelajaran.
2) Setiap ruangan memiliki pengaturan penghawaan yang baik.
3) Setiap ruangan dilengkapi dengan lampu penerangan.
f. Bangunan bertingkat memenuhi persyaratan berikut:
1) Maksimum terdiri dari tiga lantai.
2) Dilengkapi tangga yang mempertimbangkan kemudahan,
keamanan, keselamatan, dan kesehatan pengguna.
g. Bangunan dilengkapi sistem keamanan berikut:
1) Peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar darurat, dan
jalur evakuasi jika terjadi bencana kebakaran dan/atau
bencana lainnya.
2) Akses evakuasi yang dapat dicapai dengan mudah dan
dilengkapi penunjuk arah yang jelas.
h. Pembangunan gedung atau ruang baru harus dirancang,
dilaksanakan, dan diawasi secara profesional.
i. Kualitas bangunan minimum permanen kelas B, sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 45, dan
mengacu pada Standar PU.
j. Bangunan sekolah/madrasah baru dapat bertahan minimum 20
tahun.
k. Pemeliharaan bangunan sekolah/madrasah adalah sebagai
berikut:
1) Pemeliharaan ringan, meliputi pengecatan ulang, perbaikan
sebagian daun jendela/pintu, penutup lantai, penutup atap,
plafon, instalasi air dan listrik, dilakukan minimum sekali
dalam 5 tahun.
-7-

2) Pemeliharaan berat, meliputi penggantian rangka atap, rangka


plafon, rangka kayu, kusen, dan semua penutup atap,
dilakukan minimum sekali dalam 20 tahun.
l. Bangunan dilengkapi izin mendirikan bangunan dan Sertifikat
Laik Fungsi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

2.3. Standar Minimal Kebutuhan Sarana Prasarana


2.3.1. Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah
2.3.1.1. Standar Satuan Pendidikan
a. Satu SD/MI memiliki sarana dan prasarana yang dapat melayani
minimum 6 rombongan belajar dan maksimum 24 rombongan
belajar.

b. Satu rombongan belajar dapat memiliki 15 sampai dengan 28


peserta didik.

2.3.1.2. Standar Minimal Lahan


a. Luas lahan minimum untuk SD/MI yang memiliki kurang dari 15
peserta didik per rombongan belajar harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut.

Tabel 1. Luas Lahan Minimum SD/MI


dengan Kurang dari 15 Peserta Didik per Rombongan Belajar

Banyak Luas minimum lahan (m²)


No Rombongan Bangunan 1 Bangunan 2 Bangunan 3
Belajar Lantai Lantai Lantai
1 6 1340 770 710
2 7-12 2240 1220 850
3 13-18 3170 1690 1160
4 19-24 4070 2190 1460
-8-

b. Dalam hal jumlah peserta didik SD/MI lebih dari 15 peserta didik
per rombongan belajar, maka luas lahan minimum harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut.

Tabel 2. Rasio Luas Lahan Minimum terhadap Peserta Didik

Banyak Rasio luas minimum lahan (m² per peserta didik)


No Rombongan Bangunan 1 Bangunan 2 Bangunan 3
Belajar Lantai Lantai Lantai
1 6 12,7 7,0 4,9
2 7-12 11,1 6,0 4,2
3 13-18 10,6 5,6 4,1
4 19-24 10,3 5,5 4,1

2.3.1.3. Standar Minimal Luas Bangunan


a. Luas lantai bangunan minimum untuk SD/MI yang memiliki
kurang dari 15 peserta didik per rombongan belajar harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut.

Tabel 3. Luas Lantai Bangunan Minimum SD/MI


dengan Kurang dari 15 Peserta Didik per Rombongan Belajar

Banyak Luas minimum lantai bangunan (m²)


No Rombongan Bangunan 1 Bangunan 2 Bangunan 3
Belajar Lantai Lantai Lantai
1 6 400 460 490
2 7-12 670 730 760
3 13-18 950 1010 1040
4 19-24 1220 1310 1310

b. Dalam hal jumlah peserta didik SD/MI lebih dari 15 peserta didik
per rombongan belajar, maka luas lahan bangunan minimum
harus memenuhi ketentuan sebagai berikut.

Tabel 4. Rasio Luas Lantai Bangunan Minimum terhadap Peserta Didik


Rasio luas minimum lantai bangunan (m² per
Banyak
peserta didik)
No Rombongan
Bangunan 1 Bangunan 2 Bangunan 3
Belajar
Lantai Lantai Lantai
1 6 3,8 4,2 4,4
2 7-12 3,3 3,6 3,6
3 13-18 3,2 3,4 3,4
4 19-24 3,1 3,3 3,3

2.3.1.4. Standar Minimal Daya Listrik


Bangunan dilengkapi instalasi listrik dengan daya minimum 900
watt. Dalam rangka mendukung kegiatan belajar mengajar dengan
menggunakan komputer dan internet, termasuk proses ujian
nasional berbasis komputer, maka dalam proses perencanaan
pembangunan SD/MI perlu diperhitungkan kebutuhan daya listrik
-9-

yang memadai sesuai jumlah peralatan komputer dan peralatan


listrik lainnya yang dibutuhkan.

2.3.1.5. Standar Minimal Kelengkapan Prasarana Dan Sarana


Sebuah SD/MI sekurang-kurangnya memiliki prasarana sebagai
berikut:
a. Ruang Kelas
1) Fungsi ruang kelas adalah tempat kegiatan pembelajaran
teori, praktek yang tidak memerlukan peralatan khusus, atau
praktek dengan alat khusus yang mudah dihadirkan.
2) Jumlah minimum ruang kelas sama dengan banyak
rombongan belajar.
3) Kapasitas maksimum ruang kelas adalah 28 peserta didik.
4) Rasio minimum luas ruang kelas adalah 2 m²/peserta didik.
Untuk rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari
15 orang, luas minimum ruang kelas adalah 30 m². Lebar
minimum ruang kelas adalah 5 m.
5) Ruang kelas memiliki jendela yang memungkinkan
pencahayaan yang memadai untuk membaca buku dan
untuk memberikan pandangan ke luar ruangan.
6) Ruang kelas memiliki pintu yang memadai agar peserta didik
dan guru dapat segera keluar ruangan jika terjadi bahaya,
dan dapat dikunci dengan baik saat tidak digunakan.
b. Ruang Perpustakaan
1) Ruang perpustakaan berfungsi sebagai tempat kegiatan
peserta didik dan guru memperoleh informasi dari berbagai
jenis bahan pustaka dengan membaca, mengamati,
mendengar, dan sekaligus tempat petugas mengelola
perpustakaan.

2) Luas minimum ruang perpustakaan sama dengan luas satu


ruang kelas. Lebar minimum ruang perpustakaan adalah 5m.
3) Ruang perpustakaan dilengkapi jendela untuk memberi
pencahayaan yang memadai untuk membaca buku.
4) Ruang perpustakaan terletak di bagian sekolah/madrasah
yang mudah dicapai.
c. Laboratorium IPA

1) Laboratorium IPA dapat memanfaatkan ruang kelas.


- 10 -

2) Sarana laboratorium IPA berfungsi sebagai alat bantu


mendukung kegiatan dalam bentuk percobaan.
d. Ruang Pimpinan

1) Ruang pimpinan berfungsi sebagai tempat melakukan


kegiatan pengelolaan sekolah/madrasah, pertemuan dengan
sejumlah kecil guru, orang tua murid, unsur komite
sekolah/majelis madrasah, petugas dinas pendidikan, atau
tamu lainnya.

2) Luas minimum ruang pimpinan 12 m² dan lebar minimum


3m.
3) Ruang pimpinan mudah diakses oleh guru dan tamu
sekolah/madrasah, dapat dikunci dengan baik.
e. Ruang Guru

1) Ruang guru berfungsi sebagai tempat guru bekerja dan


istirahat serta menerima tamu, baik peserta didik maupun
tamu lainnya.

2) Rasio minimum luas ruang guru 4 m²/pendidik dan luas


minimum 32 m².
3) Ruang guru mudah dicapai dari halaman sekolah/madrasah
ataupun dari luar lingkungan sekolah/madrasah, serta dekat
dengan ruang pimpinan.
f. Tempat Beribadah
1) Tempat beribadah berfungsi sebagai tempat warga
sekolah/madrasah melakukan ibadah yang diwajibkan oleh
agama masing-masing pada waktu sekolah.
2) Banyak tempat beribadah sesuai dengan kebutuhan tiap
SD/MI, dengan luas minimum 12 m².
g. Ruang UKS
1) Ruang UKS berfungsi sebagai tempat untuk penanganan dini
peserta didik yang mengalami gangguan kesehatan di
sekolah/madrasah.
2) Ruang UKS dapat dimanfaatkan sebagai ruang konseling.
3) Luas minimum ruang UKS 12 m².
h. Jamban
1) Jamban berfungsi sebagai tempat buang air besar dan/atau
kecil.
2) Minimum terdapat 1 unit jamban untuk setiap 60 peserta
didik pria, 1 unit jamban untuk setiap 50 peserta didik
- 11 -

wanita, dan 1 unit jamban untuk guru. Jumlah minimum


jamban setiap sekolah/madrasah 3 unit.
3) Luas minimum 1 unit jamban 2 m².
4) Jamban harus berdinding, beratap, dapat dikunci, dan
mudah dibersihkan.
5) Tersedia air bersih di setiap unit jamban.
i. Gudang
1) Gudang berfungsi sebagai tempat menyimpan peralatan
pembelajaran di luar kelas, tempat menyimpan sementara
peralatan sekolah/madrasah yang tidak/belum berfungsi,
dan tempat menyimpan arsip sekolah/madrasah yang telah
berusia lebih dari 5 tahun.
2) Luas minimum gudang 18 m².
3) Gudang dapat dikunci.
j. Ruang Sirkulasi
1) Ruang sirkulasi horizontal berfungsi sebagai tempat
penghubung antar ruang dalam bangunan
sekolah/madrasah dan sebagai tempat berlangsungnya
kegiatan bermain dan interaksi sosial peserta didik di luar
jam pelajaran, terutama pada saat hujan ketika tidak
memungkinkan kegiatan-kegiatan tersebut berlangsung di
halaman sekolah/madrasah.
2) Ruang sirkulasi horizontal berupa koridor yang
menghubungkan ruang-ruang di dalam bangunan
sekolah/madrasah dengan luas minimum 30% dari luas total
seluruh ruang pada bangunan, lebar minimum 1,8 m, dan
tinggi minimum 2,5 m.
3) Ruang sirkulasi horizontal dapat menghubungkan ruang-
ruang dengan baik, beratap, serta mendapat pencahayaan
dan penghawaan yang cukup.
4) Koridor tanpa dinding pada lantai atas bangunan bertingkat
dilengkapi pagar pengaman dengan tinggi 90-110 cm.
5) Bangunan bertingkat dilengkapi tangga. Bangunan
bertingkat dengan panjang lebih dari 30 m dilengkapi
minimum dua buah tangga.
6) Jarak tempuh terjauh untuk mencapai tangga pada
bangunan bertingkat tidak lebih dari 25 m.
- 12 -

7) Lebar minimum tangga 1,5 m, tinggi maksimum anak tangga


17 cm, lebar anak tangga 25-30 cm, dan dilengkapi pegangan
tangan yang kukuh dengan tinggi 85-90 cm.
8) Tangga yang memiliki lebih dari 16 anak tangga harus
dilengkapi bordes dengan lebar minimum sama dengan lebar
tangga.
9) Ruang sirkulasi vertikal dilengkapi pencahayaan dan
penghawaan yang cukup.
k. Tempat Bermain/Berolahraga
1) Tempat bermain/berolahraga berfungsi sebagai area bermain,
berolahraga, pendidikan jasmani, upacara, dan kegiatan
ekstrakurikuler.
2) Rasio minimum luas tempat bermain/berolahraga 3
m²/peserta didik. Untuk SD/MI dengan banyak peserta didik
kurang dari 180, luas minimum tempat bermain/berolahraga
540 m². Di dalam luasan tersebut terdapat ruang bebas untuk
tempat berolahraga berukuran minimum 20 m x 15 m.
3) Tempat bermain/berolahraga yang berupa ruang terbuka
sebagian ditanami pohon penghijauan.
4) Tempat bermain/berolahraga diletakkan di tempat yang tidak
mengganggu proses pembelajaran di kelas.
5) Tempat bermain/berolahraga tidak digunakan untuk tempat
parkir.
6) Ruang bebas yang dimaksud di atas memiliki permukaan
datar, drainase baik, dan tidak terdapat pohon, saluran air,
serta benda-benda lain yang mengganggu kegiatan olahraga.
l. Ram
1) Ram merupakan sarana aksesibilitas untuk kebutuhan
penyandang disabilitas yang disediakan pada titik yang
memiliki selisih ketinggian.
2) Ram dibuat dengan kelandaian 5° (1:12) di luar bangunan
dan maksimal 6° (1:10) di dalam bangunan, dengan lebar
efektif tidak kurang dari 95 cm tanpa kanstin atau 120 cm
dengan kanstin.
3) Ram dilengkapi dengan 2 lapis pegangan rambat yang
ergonomis dan menerus di kedua sisi dengan ketinggian 65
cm untuk anak-anak dan 80 cm untuk dewasa.
4) Permukaan datar awalan dan akhiran ram dibuat bertekstur,
tidak licin, dilengkapi dengan ubin peringatan dan paling
- 13 -

sedikit memiliki panjang permukaan yang sama dengan lebar


ram yaitu 120 cm.

2.3.2. Sekolah Menengah Pertama / Madrasah Tsanawiyah


2.3.2.1. Standar Satuan Pendidikan
a. Satu SMP/MTs memiliki sarana dan prasarana yang dapat
melayani minimum 3 rombongan belajar dan maksimum 27
rombongan belajar.

b. Satu rombongan belajar dapat memiliki 15 sampai dengan 32


peserta didik.

2.3.2.2. Standar Minimal Lahan


a. Luas lahan minimum untuk SMP/MTs yang memiliki kurang dari
15 peserta didik per rombongan belajar harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut.

Tabel 5. Luas Lahan Minimum SMP/MTs


dengan Kurang dari 15 Peserta Didik per Rombongan Belajar

Banyak Luas minimum lahan (m²)


No Rombongan Bangunan 1 Bangunan 2 Bangunan 3
Belajar Lantai Lantai Lantai
1 3 1420 1240 -
2 4-6 1800 1310 1220
3 7-9 2270 1370 1260
4 10-12 2740 1470 1310
5 13-15 3240 1740 1360
6 16-18 3800 2050 1410
7 19-21 4240 2270 1520
8 22-24 4770 2550 1700
9 25-27 5240 2790 1860

b. Dalam hal jumlah peserta didik SMP/MTs lebih dari 15 peserta


didik per rombongan belajar, maka luas lahan minimum harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut.

Tabel 6. Rasio Minimum Luas Lahan terhadap Peserta Didik

Banyak Rasio luas minimum lahan (m² per peserta didik)


No Rombongan Bangunan 1 Bangunan 2 Bangunan 3
Belajar Lantai Lantai Lantai
1 3 22,9 14,3 -
2 4-6 16,8 8,5 7,0
3 7-9 13,8 7,5 5,0
4 10-12 12,8 6,8 4,5
5 13-15 12,2 6,6 4,4
6 16-18 11,9 6,3 4,3
7 19-21 11,6 6,2 4,2
8 22-24 11,4 6,1 4,2
9 25-27 11,2 6,0 4,2
- 14 -

2.3.2.3. Standar Minimal Luas Bangunan


a. Luas lantai bangunan minimum untuk SMP/MTs yang memiliki
kurang dari 15 peserta didik per rombongan belajar harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut.

Tabel 7. Luas Lantai Bangunan Minimum SMP/MTs


dengan Kurang dari 15 Peserta Didik per Rombongan Belajar

Banyak Luas minimum lantai bangunan (m²)


No Rombongan Bangunan 1 Bangunan 2 Bangunan 3
Belajar Lantai Lantai Lantai
1 3 420 480 -
2 4-6 540 610 640
3 7-9 680 740 770
4 10-12 820 880 910
5 13-15 970 1040 1070
6 16-18 1140 1230 1230
7 19-21 1270 1360 1360
8 22-24 1430 1530 1530
9 25-27 1570 1670 1670

b. Dalam hal jumlah peserta didik SMP/MTs lebih dari 15 peserta


didik per rombongan belajar, maka luas lantai bangunan
minimum harus memenuhi ketentuan sebagai berikut.

Tabel 8. Rasio Luas Lantai Bangunan Minimum terhadap Peserta Didik


Rasio luas minimum lantai bangunan (m² per
Banyak
peserta didik)
No Rombongan
Bangunan 1 Bangunan 2 Bangunan 3
Belajar
Lantai Lantai Lantai
1 3 6,9 7,6 -
2 4-6 4,8 5,1 5,3
3 7-9 4,1 4,5 4,5
4 10-12 3,8 4,1 4,1
5 13-15 3,7 3,9 4,0
6 16-18 3,6 3,8 3,8
7 19-21 3,5 3,7 3,7
8 22-24 3,4 3,6 3,7
9 25-27 3,4 3,6 3,6

2.3.2.4. Standar Minimal Daya Listrik


Bangunan dilengkapi instalasi listrik dengan daya minimum 1300
watt. Dalam rangka mendukung kegiatan belajar mengajar dengan
menggunakan komputer dan internet, termasuk proses ujian
nasional berbasis komputer, maka dalam proses perencanaan
pembangunan SMP/MTs perlu diperhitungkan kebutuhan daya
listrik yang memadai sesuai jumlah peralatan komputer dan
peralatan listrik lainnya yang dibutuhkan.
- 15 -

2.3.2.5. Standar Minimal Kelengkapan Prasarana Dan Sarana


Sebuah SMP/MTs sekurang-kurangnya memiliki prasarana sebagai
berikut:

a. Ruang Kelas
1) Fungsi ruang kelas adalah tempat kegiatan pembelajaran
teori, praktek yang tidak memerlukan peralatan khusus,
atau praktek dengan alat khusus yang mudah dihadirkan.
2) Jumlah minimum ruang kelas sama dengan banyak
rombongan belajar.
3) Kapasitas maksimum ruang kelas 32 peserta didik.
4) Rasio minimum luas ruang kelas 2 m²/peserta didik. Untuk
rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 15
orang, luas minimum ruang kelas 30 m². Lebar minimum
ruang kelas 5 m.
5) Ruang kelas memiliki jendela yang memungkinkan
pencahayaan yang memadai untuk membaca buku dan
untuk memberikan pandangan ke luar ruangan.
6) Ruang kelas memiliki pintu yang memadai agar peserta
didik dan guru dapat segera keluar ruangan jika terjadi
bahaya, dan dapat dikunci dengan baik saat tidak
digunakan.
b. Ruang Perpustakaan
1) Ruang perpustakaan berfungsi sebagai tempat kegiatan
peserta didik dan guru memperoleh informasi dari berbagai
jenis bahan pustaka dengan membaca, mengamati,
mendengar, dan sekaligus tempat petugas mengelola
perpustakaan.

2) Luas minimum ruang perpustakaan sama dengan satu


setengah kali luas ruang kelas. Lebar minimum ruang
perpustakaan 5 m.
3) Ruang perpustakaan dilengkapi jendela untuk memberi
pencahayaan yang memadai untuk membaca buku.
4) Ruang perpustakaan terletak di bagian sekolah/madrasah
yang mudah dicapai.
c. Ruang Laboratorium IPA

1) Ruang laboratorium IPA berfungsi sebagai tempat


berlangsungnya kegiatan pembelajaran IPA secara praktek
yang memerlukan peralatan khusus.
- 16 -

2) Ruang laboratorium IPA dapat menampung minimum satu


rombongan belajar.
3) Rasio minimum luas ruang laboratorium IPA 2,4 m²/peserta
didik. Untuk rombongan belajar dengan peserta didik kurang
dari 20 orang, luas minimum ruang laboratorium 48 m²
termasuk luas ruang penyimpanan dan persiapan 18 m².
Lebar minimum ruang laboratorium IPA 5 m.
4) Ruang laboratorium IPA dilengkapi dengan fasilitas untuk
memberi pencahayaan yang memadai untuk membaca buku
dan mengamati obyek percobaan.
5) Tersedia air bersih.
d. Ruang Pimpinan

1) Ruang pimpinan berfungsi sebagai tempat melakukan


kegiatan pengelolaan sekolah/madrasah, pertemuan dengan
sejumlah kecil guru, orang tua murid, unsur komite
sekolah/majelis madrasah, petugas dinas pendidikan, atau
tamu lainnya.

2) Luas minimum ruang pimpinan 12 m² dan lebar minimum 3


m.
3) Ruang pimpinan mudah diakses oleh guru dan tamu
sekolah/madrasah, dapat dikunci dengan baik.
e. Ruang Guru

1) Ruang guru berfungsi sebagai tempat guru bekerja dan


istirahat serta menerima tamu, baik peserta didik maupun
tamu lainnya.

2) Rasio minimum luas ruang guru 4 m²/pendidik dan luas


minimum 40 m².
3) Ruang guru mudah dicapai dari halaman sekolah/madrasah
ataupun dari luar lingkungan sekolah/madrasah, serta dekat
dengan ruang pimpinan.
f. Ruang Tata Usaha

1) Ruang tata usaha berfungsi sebagai tempat kerja petugas


untuk mengerjakan administrasi sekolah/madrasah.

2) Rasio minimum luas ruang tata usaha 4 m²/petugas dan luas


minimum 16 m².
- 17 -

3) Ruang tata usaha mudah dicapai dari halaman


sekolah/madrasah ataupun dari luar lingkungan
sekolah/madrasah, serta dekat dengan ruang pimpinan.

g. Tempat Beribadah

1) Tempat beribadah berfungsi sebagai tempat warga


sekolah/madrasah melakukan ibadah yang diwajibkan oleh
agama masing-masing pada waktu sekolah/madrasah.

2) Banyak tempat beribadah sesuai dengan kebutuhan tiap


SMP/MTs, dengan luas minimum 12 m².
h. Ruang Konseling

1) Ruang konseling berfungsi sebagai tempat peserta didik


mendapatkan layanan konseling dari konselor berkaitan
dengan pengembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir.

2) Luas minimum ruang konseling 9 m².


3) Ruang konseling dapat memberikan kenyamanan suasana
dan menjamin privasi peserta didik.
i. Ruang UKS

1) Ruang UKS berfungsi sebagai tempat untuk penanganan dini


peserta didik yang mengalami gangguan kesehatan di
sekolah/madrasah.

2) Luas minimum ruang UKS 12 m².


j. Ruang Organisasi Kesiswaan

1) Ruang organisasi kesiswaan berfungsi sebagai tempat


melakukan kegiatan kesekretariatan pengelolaan organisasi
kesiswaan.

2) Luas minimum ruang organisasi kesiswaan 9 m².


k. Jamban

1) Jamban berfungsi sebagai tempat buang air besar dan/atau


kecil.

2) Minimum terdapat 1 unit jamban untuk setiap 40 peserta


didik pria, 1 unit jamban untuk setiap 30 peserta didik
wanita, dan 1 unit jamban untuk guru. Jumlah minimum
jamban setiap sekolah/madrasah 3 unit.
3) Luas minimum 1 unit jamban 2 m².
- 18 -

4) Jamban harus berdinding, beratap, dapat dikunci, dan


mudah dibersihkan.
5) Tersedia air bersih di setiap unit jamban.
l. Gudang

1) Gudang berfungsi sebagai tempat menyimpan peralatan


pembelajaran di luar kelas, tempat menyimpan sementara
peralatan sekolah/madrasah yang tidak/belum berfungsi,
dan tempat menyimpan arsip sekolah/madrasah yang telah
berusia lebih dari 5 tahun.

2) Luas minimum gudang 21 m².


3) Gudang dapat dikunci.
m. Ruang Sirkulasi

1) Ruang sirkulasi horizontal berfungsi sebagai tempat


penghubung antar ruang dalam bangunan
sekolah/madrasah dan sebagai tempat berlangsungnya
kegiatan bermain dan interaksi sosial peserta didik di luar
jam pelajaran, terutama pada saat hujan ketika tidak
memungkinkan kegiatan-kegiatan tersebut berlangsung di
halaman sekolah/madrasah.

2) Ruang sirkulasi horizontal berupa koridor yang


menghubungkan ruang-ruang di dalam bangunan
sekolah/madrasah dengan luas minimum 30% dari luas total
seluruh ruang pada bangunan, lebar minimum 1,8 m, dan
tinggi minimum 2,5 m.
3) Ruang sirkulasi horizontal dapat menghubungkan ruang-
ruang dengan baik, beratap, serta mendapat pencahayaan
dan penghawaan yang cukup.
4) Koridor tanpa dinding pada lantai atas bangunan bertingkat
dilengkapi pagar pengaman dengan tinggi 90-110 cm.
5) Bangunan bertingkat dilengkapi tangga. Bangunan
bertingkat dengan panjang lebih dari 30 m dilengkapi
minimum dua buah tangga.
6) Jarak tempuh terjauh untuk mencapai tangga pada
bangunan bertingkat tidak lebih dari 25 m.
7) Lebar minimum tangga 1,8 m, tinggi maksimum anak tangga
17 cm, lebar anak tangga 25-30 cm, dan dilengkapi pegangan
tangan yang kukuh dengan tinggi 85-90 cm.
- 19 -

8) Tangga yang memiliki lebih dari 16 anak tangga harus


dilengkapi bordes dengan lebar minimum sama dengan lebar
tangga.
9) Ruang sirkulasi vertikal dilengkapi pencahayaan dan
penghawaan yang cukup.
n. Tempat Bermain/Berolahraga
1) Tempat bermain/berolahraga berfungsi sebagai area bermain,
berolahraga, pendidikan jasmani, upacara, dan kegiatan
ekstrakurikuler.
2) Tempat bermain/berolahraga memiliki rasio luas minimum 3
m²/peserta didik. Apabila jumlah peserta didik kurang dari
334 orang, luas minimum tempat bermain/berolahraga
adalah 1000 m².
3) Di dalam luas tersebut terdapat tempat berolahraga
berukuran minimum 30 m x 20 m yang memiliki permukaan
datar, drainase baik, dan tidak terdapat pohon, saluran air,
serta benda-benda lain yang mengganggu kegiatan olahraga.
4) Tempat bermain sebagian ditanami pohon penghijauan.
5) Tempat bermain/berolahraga diletakkan di tempat yang
paling sedikit mengganggu proses pembelajaran di kelas.
6) Tempat bermain/berolahraga tidak digunakan untuk tempat
parkir.
o. Ram
1) Ram merupakan sarana aksesibilitas untuk kebutuhan
penyandang disabilitas yang disediakan pada titik yang
memiliki selisih ketinggian.
2) Ram dibuat dengan kelandaian 5° (1:12) di luar bangunan
dan maksimal 6° (1:10) di dalam bangunan, dengan lebar
efektif tidak kurang dari 95 cm tanpa kanstin atau 120 cm
dengan kanstin.
3) Ram dilengkapi dengan 2 lapis pegangan rambat yang
ergonomis dan menerus di kedua sisi dengan ketinggian 65
cm untuk anak-anak dan 80 cm untuk dewasa.
4) Permukaan datar awalan dan akhiran ram dibuat bertekstur,
tidak licin, dilengkapi dengan ubin peringatan dan paling
sedikit memiliki panjang permukaan yang sama dengan lebar
ram yaitu 120 cm.
- 20 -

2.3.3. Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah


2.3.3.1. Standar Satuan Pendidikan
a. Satu SMA/MA memiliki sarana dan prasarana yang dapat
melayani minimum 3 rombongan belajar dan maksimum 27
rombongan belajar.

b. Satu rombongan belajar dapat memiliki 15 sampai dengan 32


peserta didik.

2.3.3.2. Standar Minimal Lahan


a. Luas lahan minimum untuk SMA/MA yang memiliki kurang dari
15 peserta didik per rombongan belajar harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut.

Tabel 9. Luas Lahan Minimum SMA/MA


dengan Kurang dari 15 Peserta Didik per Rombongan Belajar

Banyak Luas minimum lahan (m²)


No Rombongan Bangunan 1 Bangunan 2 Bangunan 3
Belajar Lantai Lantai Lantai
1 3 2140 1360 -
2 4-6 2570 1420 1290
3 7-9 3040 1640 1340
4 10-12 3570 1890 1390
5 13-15 4000 2150 1440
6 16-18 4440 2390 1590
7 19-21 5000 2670 1780
8 22-24 5570 3000 2020
9 25-27 6040 3240 2170

b. Dalam hal jumlah peserta didik SMA/MA lebih dari 15 peserta


didik per rombongan belajar, maka luas lahan minimum harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut.

Tabel 10. Rasio Luas Lahan Minimum terhadap Peserta Didik

Banyak Rasio luas minimum lahan (m² per peserta didik)


No Rombongan Bangunan 1 Bangunan 2 Bangunan 3
Belajar Lantai Lantai Lantai
1 3 36,5 19,3 -
2 4-6 22,8 12,2 8,1
3 7-9 18,4 9,7 6,5
4 10-12 16,3 8,7 5,9
5 13-15 14,9 7.9 5,3
6 16-18 14,0 7,5 4,9
7 19-21 13,5 7,2 4,8
8 22-24 13,2 7,0 4,7
9 25-27 12,8 6,8 4,6
- 21 -

2.3.3.3. Standar Minimal Luas Bangunan


a. Luas lantai bangunan minimum untuk SMA/MA yang memiliki
kurang dari 15 peserta didik per rombongan belajar harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut.

Tabel 11. Luas Lantai Bangunan Minimum SMA/MA


dengan Kurang dari 15 Peserta Didik per Rombongan Belajar

Banyak Luas minimum lantai bangunan (m²)


No Rombongan Bangunan 1 Bangunan 2 Bangunan 3
Belajar Lantai Lantai Lantai
1 3 640 710 -
2 4-6 770 830 860
3 7-9 910 980 1010
4 10-12 1070 1130 1160
5 13-15 1200 1290 1290
6 16-18 1330 1430 1430
7 19-21 1500 1600 1600
8 22-24 1670 1800 1810
9 25-27 1810 1940 1950

b. Dalam hal jumlah peserta didik SMA/MA lebih dari 15 peserta


didik per rombongan belajar, maka luas lantai bangunan
minimum harus memenuhi ketentuan sebagai berikut.

Tabel 12. Rasio Luas Lantai Bangunan Minimum terhadap Peserta Didik
Rasio luas minimum lantai bangunan (m² per
Banyak
peserta didik)
No Rombongan
Bangunan 1 Bangunan 2 Bangunan 3
Belajar
Lantai Lantai Lantai
1 3 10,9 11,6 -
2 4-6 6,8 7,3 7,3
3 7-9 5,5 5,8 5,8
4 10-12 4,9 5,2 5,3
5 13-15 4,5 4,7 4,8
6 16-18 4,2 4,5 4,5
7 19-21 4,1 4,3 4,3
8 22-24 3,9 4,2 4,2
9 25-27 3,8 4,1 4,1

2.3.3.4. Standar Minimal Daya Listrik


Bangunan dilengkapi instalasi listrik dengan daya minimum 1300
watt. Dalam rangka mendukung kegiatan belajar mengajar dengan
menggunakan komputer dan internet, termasuk proses ujian
nasional berbasis komputer, maka dalam proses perencanaan
pembangunan SMA/MA perlu diperhitungkan kebutuhan daya
listrik yang memadai sesuai jumlah peralatan komputer dan
peralatan listrik lainnya yang dibutuhkan.
- 22 -

2.3.3.5. Standar Minimal Kelengkapan Prasarana Dan Sarana


Sebuah SMA/MA sekurang-kurangnya memiliki prasarana sebagai
berikut:
a. Ruang Kelas
1) Fungsi ruang kelas adalah tempat kegiatan pembelajaran
teori, praktek yang tidak memerlukan peralatan khusus, atau
praktek dengan alat khusus yang mudah dihadirkan.
2) Jumlah minimum ruang kelas sama dengan banyak
rombongan belajar.
3) Kapasitas maksimum ruang kelas 32 peserta didik.
4) Rasio minimum luas ruang kelas 2 m²/peserta didik. Untuk
rombongan belajar
5) dengan peserta didik kurang dari 15 orang, luas minimum
ruang kelas 30 m². Lebar minimum ruang kelas 5 m.
6) Ruang kelas memiliki jendela yang memungkinkan
pencahayaan yang memadai untuk membaca buku dan
untuk memberikan pandangan ke luar ruangan.
7) Ruang kelas memiliki pintu yang memadai agar peserta didik
dan guru dapat segera keluar ruangan jika terjadi bahaya,
dan dapat dikunci dengan baik saat tidak digunakan.
b. Ruang Perpustakaan
1) Ruang perpustakaan berfungsi sebagai tempat kegiatan
peserta didik dan guru memperoleh informasi dari berbagai
jenis bahan pustaka dengan membaca, mengamati,
mendengar, dan sekaligus tempat petugas mengelola
perpustakaan.
2) Luas minimum ruang perpustakaan sama dengan satu
setengah kali luas ruang kelas. Lebar minimum ruang
perpustakaan 5 m.
3) Ruang perpustakaan dilengkapi jendela untuk memberi
pencahayaan yang memadai untuk membaca buku.
4) Ruang perpustakaan terletak di bagian sekolah/madrasah
yang mudah dicapai.
c. Ruang Laboratorium Biologi
1) Ruang laboratorium biologi berfungsi sebagai tempat
berlangsungnya kegiatan pembelajaran biologi secara praktek
yang memerlukan peralatan khusus.
2) Ruang laboratorium biologi dapat menampung minimum satu
rombongan belajar.
- 23 -

3) Rasio minimum ruang laboratorium biologi 2,4 m²/peserta


didik. Untuk rombongan belajar dengan peserta didik kurang
dari 20 orang, luas minimum ruang laboratorium 48 m²
termasuk luas ruang penyimpanan dan persiapan 18 m².
Lebar minimum ruang laboratorium biologi 5 m.
4) Ruang laboratorium biologi memiliki fasilitas yang
memungkinkan pencahayaan memadai untuk membaca
buku dan mengamati obyek percobaan.
d. Ruang Laboratorium Fisika
1) Ruang laboratorium fisika berfungsi sebagai tempat
berlangsungnya kegiatan pembelajaran fisika secara praktek
yang memerlukan peralatan khusus.
2) Ruang laboratorium fisika dapat menampung minimum satu
rombongan belajar.
3) Rasio minimum ruang laboratorium fisika 2,4 m²/peserta
didik. Untuk rombongan belajar dengan peserta didik kurang
dari 20 orang, luas minimum ruang laboratorium 48 m²
termasuk luas ruang penyimpanan dan persiapan 18 m².
Lebar ruang laboratorium fisika minimum 5 m.
4) Ruang laboratorium fisika memiliki fasilitas yang
memungkinkan pencahayaan memadai untuk membaca
buku dan mengamati obyek percobaan.
e. Ruang Laboratorium Kimia
1) Ruang laboratorium kimia berfungsi sebagai tempat
berlangsungnya kegiatan pembelajaran kimia secara praktek
yang memerlukan peralatan khusus.
2) Ruang laboratorium kimia dapat menampung minimum satu
rombongan belajar.
3) Rasio minimum ruang laboratorium kimia 2,4 m²/peserta
didik. Untuk rombongan belajar dengan peserta didik kurang
dari 20 orang, luas minimum ruang laboratorium 48 m²
termasuk luas ruang penyimpanan dan persiapan 18 m².
Lebar ruang laboratorium kimia minimum 5 m.
4) Ruang laboratorium kimia memiliki fasilitas yang
memungkinkan pencahayaan memadai untuk membaca
buku dan mengamati obyek percobaan.
- 24 -

f. Ruang Laboratorium Komputer


1) Ruang laboratorium komputer berfungsi sebagai tempat
mengembangkan keterampilan dalam bidang teknologi
informasi dan komunikasi.
2) Ruang laboratorium komputer dapat menampung minimum
satu rombongan belajar yang bekerja dalam kelompok @ 2
orang.
3) Rasio minimum luas ruang laboratorium komputer 2
m²/peserta didik. Untuk rombongan belajar dengan peserta
didik kurang dari 15 orang, luas minimum ruang
laboratorium komputer 30 m². Lebar minimum ruang
laboratorium komputer 5 m.
g. Ruang Laboratorium Bahasa
1) Ruang laboratorium bahasa berfungsi sebagai tempat
mengembangkan keterampilan berbahasa, khusus untuk
sekolah/madrasah yang mempunyai Jurusan Bahasa.
2) Ruang laboratorium bahasa dapat menampung minimum
satu rombongan belajar.
3) Rasio minimum ruang laboratorium bahasa 2 m²/peserta
didik. Untuk rombongan belajar dengan peserta didik kurang
dari 15 orang, luas minimum ruang laboratorium 30 m².
Lebar minimum ruang laboratorium bahasa 5 m.
h. Ruang Pimpinan
1) Ruang pimpinan berfungsi sebagai tempat melakukan
kegiatan pengelolaan sekolah/madrasah, pertemuan dengan
sejumlah kecil guru, orang tua murid, unsur komite
sekolah/majelis madrasah, petugas dinas pendidikan, atau
tamu lainnya.
2) Luas minimum ruang pimpinan 12 m² dan lebar minimum 3
m.
3) Ruang pimpinan mudah diakses oleh guru dan tamu, dapat
dikunci dengan baik.
i. Ruang Guru
1) Ruang guru berfungsi sebagai tempat guru bekerja dan
istirahat serta menerima tamu, baik peserta didik maupun
tamu lainnya.
2) Rasio minimum luas ruang guru 4 m²/pendidik dan luas
minimum 56 m².
- 25 -

3) Ruang guru mudah dicapai dari halaman sekolah/madrasah


ataupun dari luar lingkungan sekolah/madrasah, serta dekat
dengan ruang pimpinan.
j. Ruang Tata Usaha
1) Ruang tata usaha berfungsi sebagai tempat kerja petugas
untuk mengerjakan sekolah/madrasah.
2) Rasio minimum luas ruang tata usaha 4 m²/petugas dan luas
minimum 16 m².
3) Ruang tata usaha mudah dicapai dari halaman
sekolah/madrasah ataupun dari luar lingkungan
sekolah/madrasah, serta dekat dengan ruang pimpinan.
k. Tempat Beribadah
1) Tempat beribadah berfungsi sebagai tempat warga
sekolah/madrasah melakukan ibadah yang diwajibkan oleh
agama masing-masing pada waktu sekolah.
2) Banyak tempat beribadah sesuai dengan kebutuhan tiap
SMA/MA, dengan luas minimum 12 m².
l. Ruang Konseling
1) Ruang konseling berfungsi sebagai tempat peserta didik
mendapatkan layanan konseling dari konselor berkaitan
dengan pengembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir.
2) Luas minimum ruang konseling 9 m².
3) Ruang konseling dapat memberikan kenyamanan suasana
dan menjamin privasi peserta didik.
m. Ruang UKS
1) Ruang UKS berfungsi sebagai tempat untuk penanganan dini
peserta didik yang gangguan kesehatan di
sekolah/madrasah.
2) Luas minimum ruang UKS 12 m².
n. Ruang Organisasi Kesiswaan
1) Ruang organisasi kesiswaan berfungsi sebagai tempat
melakukan kegiatan kesekretariatan pengelolaan organisasi
kesiswaan.
2) Luas minimum ruang organisasi kesiswaan 9 m².
o. Jamban
1) Jamban berfungsi sebagai tempat buang air besar dan/atau
kecil.
2) Minimum terdapat 1 unit jamban untuk setiap 40 peserta
didik pria, 1 unit jamban untuk setiap 30 peserta didik
- 26 -

wanita, dan 1 unit jamban untuk guru. Jumlah minimum


jamban setiap sekolah/madrasah 3 unit.
3) Luas minimum 1 unit jamban 2 m².
4) Jamban harus berdinding, beratap, dapat dikunci, dan
mudah dibersihkan.
5) Tersedia air bersih di setiap unit jamban.
p. Gudang
1) Gudang berfungsi sebagai tempat menyimpan peralatan
pembelajaran di luar kelas, tempat menyimpan sementara
peralatan sekolah/madrasah yang tidak/belum berfungsi,
dan tempat menyimpan arsip sekolah/madrasah yang telah
berusia lebih dari 5 tahun.
2) Luas minimum gudang 21 m².
3) Gudang dapat dikunci.
q. Ruang Sirkulasi
1) Ruang sirkulasi horizontal berfungsi sebagai tempat
penghubung antar ruang dalam bangunan
sekolah/madrasah dan sebagai tempat berlangsungnya
kegiatan bermain dan interaksi sosial peserta didik di luar
jam pelajaran, terutama pada saat hujan ketika tidak
memungkinkan kegiatan-kegiatan tersebut berlangsung di
halaman sekolah/madrasah.
2) Ruang sirkulasi horizontal berupa koridor yang
menghubungkan ruang-ruang di dalam bangunan
sekolah/madrasah dengan luas minimum 30% dari luas total
seluruh ruang pada bangunan, lebar minimum 1,8 m, dan
tinggi minimum 2,5 m.
3) Ruang sirkulasi horizontal dapat menghubungkan ruang-
ruang dengan baik, beratap, serta mendapat pencahayaan
dan penghawaan yang cukup.
4) Koridor tanpa dinding pada lantai atas bangunan bertingkat
dilengkapi pagar pengaman dengan tinggi 90-110 cm.
5) Bangunan bertingkat dilengkapi tangga. Bangunan
bertingkat dengan panjang lebih dari 30 m dilengkapi
minimum dua buah tangga.
6) Jarak tempuh terjauh untuk mencapai tangga pada
bangunan bertingkat tidak lebih dari 25 m.
- 27 -

7) Lebar minimum tangga 1,8 m, tinggi maksimum anak tangga


17 cm, lebar anak tangga 25-30 cm, dan dilengkapi pegangan
tangan yang kukuh dengan tinggi 85-90 cm.
8) Tangga yang memiliki lebih dari 16 anak tangga harus
dilengkapi bordes dengan lebar minimum sama dengan lebar
tangga.
9) Ruang sirkulasi vertikal dilengkapi pencahayaan dan
penghawaan yang cukup.
r. Tempat Bermain/Berolahraga
1) Tempat bermain/berolahraga berfungsi sebagai area bermain,
berolahraga, pendidikan jasmani, upacara, dan kegiatan
ekstrakurikuler.
2) Tempat bermain/berolahraga memiliki rasio luas minimum 3
m²/peserta didik. Untuk dengan banyak peserta didik kurang
dari 334, luas minimum tempat bermain/berolahraga 1000
m². Di dalam luas tersebut terdapat ruang bebas untuk
tempat berolahraga berukuran 30 m x 20 m.
3) Tempat bermain/berolahraga yang berupa ruang terbuka
sebagian ditanami pohon penghijauan.
4) Tempat bermain/berolahraga diletakkan di tempat yang tidak
mengganggu proses pembelajaran di kelas.
5) Tempat bermain/berolahraga tidak digunakan untuk tempat
parkir.
6) Ruang bebas yang dimaksud di atas memiliki permukaan
datar, drainase baik, dan tidak terdapat pohon, saluran air,
serta benda-benda lain yang mengganggu kegiatan olahraga.
s. Ram
1) Ram merupakan sarana aksesibilitas untuk kebutuhan
penyandang disabilitas yang disediakan pada titik yang
memiliki selisih ketinggian.
2) Ram dibuat dengan kelandaian 5° (1:12) di luar bangunan
dan maksimal 6° (1:10) di dalam bangunan, dengan lebar
efektif tidak kurang dari 95 cm tanpa kanstin atau 120 cm
dengan kanstin.
3) Ram dilengkapi dengan 2 lapis pegangan rambat yang
ergonomis dan menerus di kedua sisi dengan ketinggian 65
cm untuk anak-anak dan 80 cm untuk dewasa.
4) Permukaan datar awalan dan akhiran ram dibuat bertekstur,
tidak licin, dilengkapi dengan ubin peringatan dan paling
- 28 -

sedikit memiliki panjang permukaan yang sama dengan lebar


ram yaitu 120 cm.

2.3.4. Sekolah Menengah Kejuruan / Madrasah Aliyah Kejuruan


2.3.4.1. Standar Lahan
a. Luas lahan minimum dapat menampung sarana dan prasarana
untuk melayani minimum 3 (tiga) rombongan belajar.
b. Koefisien Dasar Bangunan maksimum 30% (tiga puluh persen).
c. Lokasi lahan sesuai peruntukan yang diatur dalam peraturan
daerah tentang rencana tata ruang wilayah kota/kabupaten,
rencana detail tata ruang kota/kabupaten, atau peraturan zonasi
yang mengikat dan mendapatkan izin pemanfaatan tanah dari
pemerintah daerah setempat.
d. Lahan relatif datar untuk didirikan bangunan, tidak berbukit
atau kontur naik turun secara mencolok/garis kontur terlalu
rapat.
e. Lahan tidak berada di dalam garis sempadan sungai/danau/laut,
jalur kereta api, atau yang dapat membahayakan/berpotensi
merusak sarana dan prasarana, dan mempunyai akses memadai
untuk mobilitas peralatan pemadam kebakaran.
f. Status kepemilikan/pemanfaatan hak atas tanah tidak dalam
sengketa, dan memiliki sertifikat tanah atau izin pemanfaatan
dari pemegang hak atas tanah sesuai ketentuan peraturan
perundang- undangan yang berlaku untuk jangka waktu
minimum 10 (sepuluh) tahun.

2.3.4.2. Standar Bangunan


a. Penentuan luas bangunan SMK/MAK mengacu pada beberapa
hal sebagai berikut:

1) Proyeksi jumlah peserta didik,

2) Jenis ruang pembelajaran dan ruang penunjang


pembelajaran, dan
3) Luas area sirkulasi beratap termasuk lobi, koridor, dan
tangga minimum 30% (tiga puluh persen) dari total luas
bangunan.
- 29 -

b. Bangunan memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1) Koefisien Lantai Bangunan maksimum, Koefisien Dasar Hijau


minimum, dan ketinggian maksimum bangunan yang
ditetapkan dalam peraturan daerah.
2) Jarak bebas bangunan yang ditetapkan dalam peraturan
daerah, meliputi Garis Sempadan Bangunan dengan batas
persil, tepi sungai, tepi pantai, jalan kereta api, dan/atau
saluran udara tegangan tinggi/ekstra tinggi.
c. Bangunan memenuhi persyaratan keselamatan sebagai berikut:

1) Memiliki konstruksi yang stabil dan kukuh, untuk


daerah/zona tertentu, guna menahan gempa dan kekuatan
alam lainnya.
2) Dilengkapi penangkal petir dan peralatan untuk mencegah
dan menanggulangi bahaya tersambar petir.
3) Dilengkapi peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar
dengan lebar minimum 1,2m (satu koma dua meter) untuk
memudahkan evakuasi ke tempat berkumpul jika terjadi
bencana kebakaran dan/atau bencana lainnya.
4) Akses evakuasi dapat dicapai dengan mudah dan dilengkapi
penunjuk arah yang jelas.
d. Bangunan memenuhi persyaratan kesehatan sebagai berikut:

1) Tersedia fasilitas untuk ventilasi udara dan pencahayaan


yang memadai.
2) Tersedia saluran air hujan, dan sanitasi di dalam dan di luar
bangunan meliputi saluran air bersih, tempat cuci tangan,
saluran/ instalasi air kotor dan/atau air limbah, dan tempat
sampah. Sumber air bersih dapat berasal dari sumur atau
dari sumber air olahan lainnya, serta dapat menjangkau ke
seluruh ruangan.
3) Bahan bangunan yang dipakai aman bagi kesehatan dan
tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
e. Bangunan memenuhi persyaratan kemudahan dan kenyamanan
sebagai berikut:

1) Menyediakan fasilitas dan aksesibilitas horizontal dan


vertikal antar ruang dalam bangunan gedung yang mudah,
aman, dan nyaman, termasuk fasilitas bagi penyandang
disabilitas.
- 30 -

2) Mampu meredam getaran dan kebisingan yang mengganggu


kegiatan pembelajaran.
f. Bangunan bertingkat memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1) Dilengkapi tangga dengan jumlah, dimensi, dan jarak yang


mempertimbangkan keselamatan, kemudahan, dan
kenyamanan.

2) Bangunan dengan panjang lebih dari 30m (tiga puluh meter)


dilengkapi dengan minimum 2 (dua) buah tangga.
3) Lokasi tangga terdekat dapat dicapai tidak lebih dari 15m
(lima belas meter).
4) Bangunan 5 (lima) lantai ke atas wajib menyediakan elevator
dan tangga kebakaran.
5) Halaman bermain di lantai atas bangunan harus dilengkapi
pagar yang menjamin keselamatan pengguna/peserta didik.
g. Bangunan dilengkapi instalasi listrik yang memenuhi Peraturan
Umum Instalasi Listrik, dengan daya listrik sesuai dengan
kebutuhan.

h. Pembangunan gedung atau ruang baru harus dirancang,


dilaksanakan, dan diawasi dengan melibatkan tenaga
profesional.

i. Kualitas bangunan disesuaikan kondisi dan potensi setempat


dengan mengacu pada ketentuan tentang kualitas bangunan
yang ditetapkan oleh kementerian terkait.

j. Bangunan baru SMK/MAK dapat bertahan minimum 20 (dua


puluh) tahun.

k. Perawatan bangunan merujuk pada ketentuan peraturan


perundang- undangan tentang pemeliharaan berkala bangunan
gedung.

l. Bangunan dilengkapi Izin Mendirikan Bangunan.

2.3.4.3. Standar Minimal Daya Listrik


Bangunan dilengkapi instalasi listrik dengan daya minimum 1300
watt. Dalam rangka mendukung kegiatan belajar mengajar dengan
menggunakan komputer dan internet, termasuk proses ujian
nasional berbasis komputer, maka dalam proses perencanaan
pembangunan SMK/MAK perlu diperhitungkan kebutuhan daya
- 31 -

listrik yang memadai sesuai jumlah peralatan komputer dan


peralatan listrik lainnya yang dibutuhkan.

2.3.4.4. Standar Ruang Pembelajaran Umum


Standar Ruang Pembelajaran Umum memiliki sarana dan prasarana
sebagai berikut:
a. Ruang Kelas
1) Fungsi ruang kelas adalah tempat kegiatan pembelajaran
teori, praktik yang tidak memerlukan peralatan khusus atau
praktik dengan alat khusus yang mudah disediakan.
2) Jumlah minimum ruang kelas adalah setengah jumlah
rombongan belajar.
3) Kapasitas ruang kelas adalah 36 (tiga puluh enam) peserta
didik.
4) Rasio minimum luas lantai ruang kelas adalah 2m² (dua
meter persegi)/peserta didik. Untuk rombongan belajar
dengan peserta didik kurang dari 18 (delapan belas) orang,
luas minimum ruang kelas adalah 36m² (tiga puluh enam
meter persegi).
5) Ruang kelas memiliki jendela untuk mendapatkan
pencahayaan alami yang memadai pada saat membaca, dan
untuk dapat memandang ke luar ruangan.
6) Ruang kelas memiliki pintu yang memadai agar peserta didik
dan guru dapat segera keluar ruangan jika terjadi bahaya,
dan pintu dapat dikunci dengan baik saat tidak digunakan.
b. Laboratorium Bahasa
1) Fungsi laboratorium bahasa adalah tempat untuk melakukan
kegiatan pembelajaran teori dan/atau praktik bahasa asing.

2) Jumlah minimum laboratorium bahasa adalah 1 (satu)


unit/sekolah.
3) Kapasitas maksimum laboratorium bahasa adalah 36 (tiga
puluh enam) peserta didik.
4) Rasio minimum luas lantai laboratorium bahasa adalah 2,4m²
(dua koma empat meter persegi)/peserta didik. Untuk
rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 18
(delapan belas) orang, luas minimum ruang/laboratorium
bahasa adalah 48m² (empat puluh delapan meter persegi).
- 32 -

5) Laboratorium bahasa memiliki jendela untuk mendapatkan


pencahayaan alami yang memadai pada saat membaca, dan
untuk dapat memandang ke luar ruangan.
6) Laboratorium bahasa memiliki pintu yang memadai agar
peserta didik dan guru dapat segera keluar ruangan jika
terjadi bahaya, dan pintu dapat dikunci dengan baik saat
tidak digunakan.

c. Ruang Perpustakaan
1) Ruang perpustakaan berfungsi sebagai tempat kegiatan
peserta didik dan guru untuk memperoleh informasi dari
berbagai jenis bahan pustaka dengan membaca, mengamati,
mendengar, dan sekaligus tempat petugas mengelola
perpustakaan.

2) Luas minimum ruang perpustakaan satu setengah luas ruang


kelas.
3) Ruang perpustakaan memiliki jendela dengan pencahayaan
yang memadai guna membaca buku. Jendela kaca ruang
perpustakaan dirancang untuk tidak dapat dibuka, dengan
pertimbangan keamanan bahan pustaka/sumber bacaan lain
yang mudah dipindahtangankan.
4) Ruang perpustakaan terletak di tempat yang mudah
dijangkau, dan berada di lokasi yang relatif terhindar dari
kebisingan.
5) Ruang perpustakaan dilengkapi dengan koleksi buku sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Standar Nasional
Perpustakaan.

d. Ruang TIK
1) Ruang TIK berfungsi sebagai tempat melaksanakan kegiatan
yang menggunakan sarana TIK guna mendukung proses
pembelajaran termasuk mengakses berbagai sumber belajar.

2) Setiap SMK/MAK memiliki minimum 1 (satu) ruang TIK yang


dapat menampung 1 (satu) rombongan belajar.

e. Ruang Seni Budaya, Prakarya, dan Kewirausahaan


1) Ruang seni budaya, prakarya, dan kewirausahaan berfungsi
sebagai tempat melaksanakan kegiatan yang menggunakan
sarana seni budaya, prakarya, dan kewirausahaan untuk
- 33 -

mendukung kegiatan pembelajaran, termasuk mengakses


berbagai sumber belajar.

2) Setiap SMK/MAK memiliki minimum 1 (satu) ruang seni


budaya, prakarya, dan kewirausahaan yang dapat
menampung 1 (satu) rombongan belajar.

f. Ruang/Lahan/Ruang
Bermain/Berolahraga/Berkesenian/Upacara
1) Ruang/Lahan/Ruang
bermain/berolahraga/berkesenian/upacara berfungsi
sebagai area tempat melaksanakan kegiatan bermain,
berolahraga, bersenian, upacara, dan kegiatan
ekstrakurikuler.

2) Rasio minimum luas adalah 2m² (dua meter persegi)/peserta


didik. c. Terletak di tempat yang cukup jauh dari ruang kelas.
3) Sebaiknya memiliki ruang/lahan/ruang
bermain/berolahraga/berkesenian/upacara atau akses
terhadap ruang/lahan/ruang bermain/
berolahraga/berkesenian/upacara.
4) Ruang/Lahan/Ruang
bermain/berolahraga/berkesenian/upacara tidak digunakan
untuk tempat parkir.

2.3.4.5. Standar Ruang Praktik/Laboratorium Umum


Standar Ruang Praktik/Laboratorium Umum memiliki sarana dan
prasarana sebagai berikut.
a. Laboratorium Fisika
1) Laboratorium fisika berfungsi sebagai tempat pelaksanaan
kegiatan pembelajaran fisika secara praktik.

2) Laboratorium fisika dapat menampung minimum 1 (satu)


rombongan belajar.
3) Rasio minimum luas lantai laboratorium fisika adalah 2,4m²
(dua koma empat meter persegi)/peserta didik. Untuk
menampung peserta didik sekurang-kurangnya 15 (lima
belas) orang. Laboratorium dilengkapi sub ruang
penyimpanan dan persiapan.
4) Laboratorium fisika memiliki pencahayaan yang memadai
untuk membaca atau mengamati obyek percobaan.
- 34 -

b. Laboratorium Biologi
1) Laboratorium biologi berfungsi sebagai tempat pelaksanaan
kegiatan pembelajaran biologi secara praktik.
2) Laboratorium biologi dapat menampung minimum 1 (satu)
rombongan belajar.
3) Rasio minimum luas lantai laboratorium biologi adalah 2,4m²
(dua koma empat meter persegi)/peserta didik. Laboratorium
dilengkapi sub ruang penyimpanan dan persiapan.
4) Laboratorium biologi memiliki pencahayaan yang memadai
untuk membaca atau mengamati obyek percobaan.
c. Laboratorium Kimia
1) Laboratorium kimia berfungsi sebagai tempat pelaksanaan
kegiatan pembelajaran kimia secara praktik.
2) Laboratorium kimia dapat menampung minimum 1 (satu)
rombongan belajar.
3) Rasio minimum luas lantai laboratorium kimia adalah 2,4m²
(dua koma empat meter persegi)/peserta didik. Laboratorium
dilengkapi sub ruang penyimpanan dan persiapan.
4) Laboratorium kimia memiliki pencahayaan yang memadai
untuk membaca atau mengamati obyek percobaan.
d. Laboratorium IPA Terapan
1) Laboratorium IPA terapan terdiri dari laboratorium biologi,
fisika, dan kimia yang berfungsi sebagai tempat pelaksanaan
kegiatan pembelajaran biologi, fisika, dan kimia secara
praktik.
2) Laboratorium biologi, fisika, dan kimia dapat menampung
minimum 1 (satu) rombongan belajar.
3) Rasio minimum luas lantai laboratorium biologi, fisika, dan
kimia adalah 2,4m² (dua koma empat meter persegi)/peserta
didik. Laboratorium biologi, fisika, dan kimia dapat
dipisahkan satu sama lain, dengan ketentuan luas masing-
masing tidak kurang dari ketentuan jika digabung.
4) Laboratorium biologi, fisika, dan kimia memiliki pencahayaan
yang memadai untuk membaca atau mengamati obyek
percobaan.
e. Ruang Gambar Teknik
Pelaksanaan kegiatan untuk pembelajaran gambar teknik dapat
memanfaatkan ruang TIK dan ruang sistem komputer.
- 35 -

f. Ruang Pemrograman Dasar


Pelaksanaan kegiatan untuk pembelajaran pemrograman dasar
dapat memanfaatkan ruang TIK dan ruang sistem komputer.
g. Ruang Sistem Komputer
1) Ruang sistem komputer berfungsi sebagai tempat
melaksanakan kegiatan yang menggunakan sarana TIK
untuk mendukung kegiatan pembelajaran, termasuk
mengakses sumber belajar.
2) Setiap SMK/MAK memiliki minimum 1 (satu) ruang sistem
komputer yang dapat menampung 1 (satu) rombongan
belajar.
h. Ruang Pengantar Ekonomi dan Bisnis
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pengantar ekonomi dan
bisnis dapat memanfaatkan ruang TIK dan ruang sistem
komputer.
i. Ruang Pengantar Akuntansi
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pengantar akuntansi dapat
memanfaatkan ruang TIK dan ruang sistem komputer.
j. Ruang Pengantar Administrasi Perkantoran
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pengantar administrasi
perkantoran dapat memanfaatkan ruang TIK dan ruang sistem
komputer.
k. Ruang Pengantar Pariwisata
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pengantar pariwisata dapat
memanfaatkan ruang TIK dan ruang sistem komputer.
l. Ruang Dasar-dasar Desain
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dasar-dasar desain dapat
memanfaatkan ruang TIK dan ruang sistem komputer.
m. Ruang Pengetahuan Bahan
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pengetahuan bahan dapat
memanfaatkan ruang TIK dan ruang sistem komputer.
n. Ruang Wawasan Seni Pertunjukan
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran wawasan seni pertunjukan
dapat memanfaatkan ruang TIK dan ruang sistem komputer.
o. Ruang Tata Teknis Pentas
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran tata teknis pentas dapat
memanfaatkan ruang TIK, ruang sistem komputer, dan ruang
praktik kompetensi keahlian Tata Artistik.
- 36 -

p. Ruang Manajemen Pertunjukan


Pelaksanaan kegiatan pembelajaran manajemen pertunjukan
dapat memanfaatkan ruang TIK, ruang sistem komputer, dan
ruang praktik kompetensi keahlian Tata Artistik.

2.3.4.6. Standar Ruang Praktik/Laboratorium Keahlian


Ketentuan Standar 146 Ruang Praktik/Laboratorium Keahlian
mengikuti Lampiran VI Peraturan Menteri Pendidikan Dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2018 Tentang
Standar Nasional Pendidikan Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan.

2.3.4.7. Standar Ruang Pimpinan Dan Administrasi


Standar Ruang Pimpinan dan Administrasi memiliki sarana dan
prasarana sebagai berikut.
a. Ruang Pimpinan/Kepala Sekolah
1) Ruang pimpinan/kepala sekolah berfungsi sebagai tempat
melakukan kegiatan pengelolaan SMK/MAK, pertemuan
dengan sejumlah kecil guru, orang tua murid, unsur komite
sekolah/ majelis madrasah, petugas dinas pendidikan, atau
tamu lainnya.

2) Ruang pimpinan/kepala sekolah mudah diakses dan


representatif.
3) Ruang pimpinan/kepala sekolah dilengkapi sarana
sebagaimana
b. Ruang Wakil Kepala Sekolah
1) Ruang wakil kepala sekolah berfungsi sebagai tempat bekerja
dan istirahat serta menerima tamu, baik peserta didik
maupun tamu lainnya.
2) Rasio minimum luas ruang wakil kepala sekolah adalah 4m²
(empat meter persegi)/wakil kepala sekolah.
3) Ruang wakil kepala sekolah mudah dicapai dan dekat dengan
ruang pimpinan/kepala sekolah.
c. Ruang Guru/Pendidik
1) Ruang guru/pendidik berfungsi sebagai tempat guru bekerja
di luar jam mengajar dan istirahat serta menerima tamu, baik
peserta didik maupun tamu lainnya.
- 37 -

2) Rasio minimum luas ruang guru/pendidik adalah 2m² (dua


meter persegi)/pendidik dan dapat menampung minimum 16
(enam belas) orang.
3) Ruang guru/pendidik mudah dicapai dan dekat dengan
ruang perpustakaan.

d. Ruang Tata Usaha


1) Ruang tata usaha berfungsi sebagai tempat staf untuk
melakukan pekerjaan administrasi.
2) Rasio minimum luas ruang tata usaha adalah 4 m² (empat
meter persegi)/staf.
3) Ruang tata usaha mudah dicapai dan dekat dengan ruang
pimpinan/kepala sekolah.

2.4.4.8. Standar Ruang Penunjang


Standar Ruang Penunjang memiliki sarana dan prasarana sebagai
berikut.
a. Ruang Ibadah
1) Ruang ibadah berfungsi sebagai tempat warga sekolah
melakukan ibadah yang diwajibkan oleh agama masing-
masing pada waktu berada di sekolah.

2) Banyaknya ruang ibadah disesuaikan dengan kebutuhan.


b. Ruang Unit Kesehatan Sekolah
Ruang Unit Kesehatan Sekolah berfungsi sebagai tempat untuk
penanganan dini peserta didik yang mengalami gangguan
kesehatan di sekolah.
c. Ruang Bimbingan dan Konseling
1) Ruang Bimbingan dan Konseling berfungsi sebagai tempat
peserta didik untuk mendapatkan layanan konseling dari
konselor berkaitan dengan pengembangan pribadi, sosial,
belajar, dan karir.
2) Ruang Bimbingan dan Konseling dapat memberikan suasana
nyaman dan menjamin privasi peserta didik.
d. Ruang Organisasi Siswa Intra Sekolah
Ruang Organisasi Siswa Intra Sekolah berfungsi sebagai tempat
untuk melakukan kegiatan kesekretariatan pengelolaan
Organisasi Siswa Intra Sekolah.
- 38 -

e. Jamban
1) Jamban berfungsi sebagai tempat buang air besar dan/atau
buang air kecil.
2) Minimum terdapat 1 (satu) unit jamban untuk setiap 40
(empat puluh) peserta didik pria, 1 (satu) unit jamban untuk
setiap 30 (tiga puluh) peserta didik wanita, dan 1 (satu) unit
jamban untuk guru. Jumlah minimum jamban di setiap
SMA/MAK adalah 3 (tiga) unit.
3) Luas minimum 1 (satu) unit jamban adalah 2m² (dua meter
persegi).
4) Jamban harus berdinding, beratap, dapat dikunci, dan
mudah dibersihkan.
5) Tersedia air bersih di setiap unit jamban.
f. Ruang Perawatan/Perbaikan Sarana dan Prasarana
Ruang Perawatan/Perbaikan Sarana dan Prasarana berfungsi
sebagai tempat perawatan/perbaikan sarana dan prasarana yang
dapat dan/atau tidak dapat dihadirkan.
g. Gudang
1) Gudang berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan
peralatan pembelajaran di luar ruang kelas, tempat
menyimpan sementara peralatan yang tidak/belum
berfungsi, dan tempat menyimpan arsip yang telah berusia
lebih dari 5 (lima) tahun.
2) Luas minimum gudang adalah 18m² (delapan belas meter
persegi).
3) Gudang dapat dikunci.
h. Ruang Sirkulasi
1) Ruang sirkulasi berfungsi sebagai penghubung antar ruangan
dalam bangunan SMK/MAK yang juga berfungsi sebagai
tempat beristirahat, bermain, berkreasi, berekreasi serta
berinteraksi sosial.
2) Ruang sirkulasi berupa selasar, koridor, dan ruang-ruang
lainnya yang menghubungkan antar ruangan, dapat terletak
di tengah, di pinggir ataupun yang menghubungkan
bangunan.
3) Luas minimum ruang sirkulasi adalah 30% (tiga puluh
persen) dari luas total seluruh ruang pada bangunan.
4) Semua selasar dan koridor beratap serta mendapat
pencahayaan dan penghawaan yang cukup.
- 39 -

5) Selasar dan koridor pada lantai atas bangunan bertingkat


dilengkapi pagar pengaman.
6) Bangunan bertingkat dilengkapi tangga yang memenuhi
keselamatan dan kenyamanan.
7) Jarak terjauh dari pintu ke tangga terdekat tidak lebih dari
15m (lima belas meter).
8) Bangunan yang panjangnya lebih dari 30m (tiga puluh meter)
memiliki 2 (dua) buah tangga.
9) Tangga dilengkapi pencahayaan dan penghawaan yang
cukup.
i. Kantin
1) Kantin berfungsi sebagai tempat untuk menyediakan
makanan dan minuman yang sehat dan aman bagi peserta
didik, pendidik, dan tenaga kependidikan pada saat hari
kerja/sekolah.
2) Kantin harus memperhatikan aspek kebersihan, kesehatan,
kemanan, makanan, dan minuman.
3) Disiapkan kotak kontak/stop kontak 1 (satu) fasa.
j. Tempat Parkir
1) Tempat parkir berfungsi untuk menyimpan sementara
kendaraan roda 2 (dua)/roda 4 (empat).
2) Tempat parkir dibuat dengan mengikuti standar yang
ditetapkan oleh peraturan daerah atau peraturan nasional.
3) Tempat parkir dilengkapi dengan rambu-rambu lalu lintas
sesuai dengan keperluan.
k. Ram
1) Ram merupakan sarana aksesibilitas untuk kebutuhan
penyandang disabilitas yang disediakan pada titik yang
memiliki selisih ketinggian.
2) Ram dibuat dengan kelandaian 5° (1:12) di luar bangunan
dan maksimal 6° (1:10) di dalam bangunan, dengan lebar
efektif tidak kurang dari 95 cm tanpa kanstin atau 120 cm
dengan kanstin.
3) Ram dilengkapi dengan 2 lapis pegangan rambat yang
ergonomis dan menerus di kedua sisi dengan ketinggian 65
cm untuk anak-anak dan 80 cm untuk dewasa.
4) Permukaan datar awalan dan akhiran ram dibuat bertekstur,
tidak licin, dilengkapi dengan ubin peringatan dan paling
- 40 -

sedikit memiliki panjang permukaan yang sama dengan lebar


ram yaitu 120 cm.
III. STANDARDISASI DESAIN SEKOLAH/MADRASAH DENGAN SISTEM
STRUKTUR KONVENSIONAL
3.1. Umum
Standardisasi desain sekolah/madrasah bangunan permanen dengan
sistem struktur konvensional merupakan acuan desain pembangunan
sekolah/madrasah yang diperuntukkan untuk pemanfaatan jangka
panjang (permanen) dengan sistem struktur beton bertulang yang
dikonstruksikan di lokasi (on site). Secara umum, standardisasi desain
sekolah/madrasah bangunan permanen dengan sistem struktur
konvensional disediakan dalam beberapa varian, yaitu:
a. Standardisasi desain SD/MI kapasitas 28 siswa dengan Type 7x8 untuk
1 lantai;

b. Standardisasi desain SD/MI kapasitas 28 siswa dengan Type 7x8 untuk


2 lantai;
c. Standardisasi desain SMP/MTs kapasitas 32 siswa dengan Type 7x9
untuk 1 lantai;
d. Standardisasi desain SMP/MTs kapasitas 32 siswa dengan Type 7x9
untuk 2 lantai;
e. Standardisasi desain SMA/MA dan SMK/MAK kapasitas 32 siswa
dengan Type 8x9 untuk 1 lantai; dan
f. Standardisasi desain SMA/MA dan SMK/MAK kapasitas 32 siswa
dengan Type 8x9 untuk 2 lantai.
Pemilihan berbagai varian standardisasi desain sekolah/madrasah
bangunan permanen dengan sistem struktur konvensional tersebut
dilakukan sesuai kebutuhan fungsional sekolah dan kondisi lahan yang
tersedia.
- 41 -

3.2. Standardisasi Desain Modul Ruang Kelas


3.2.1. SD/MI untuk 28 Siswa 1 lantai

Gambar 1. Denah SD / MI untuk 28 Siswa 1 Lantai


- 42 -

Gambar 2. Tampak Depan SD / MI untuk 28 Siswa 1 Lantai

Gambar 3. Tampak Belakang SD / MI untuk 28 Siswa 1 Lantai


- 43 -

Gambar 4. Tampak Samping Kanan SD / MI untuk 28 Siswa 1 Lantai

Gambar 5. Tampak Samping Kiri SD / MI untuk 28 Siswa 1 Lantai


- 44 -

Gambar 6. Potongan Melintang SD / MI untuk 28 Siswa 1 Lantai


- 45 -

Gambar 7. Potongan Memanjang SD / MI untuk 28 Siswa 1 Lantai


- 46 -

3.2.2. SD/MI untuk 28 Siswa 2 lantai

Gambar 8. Denah Lantai 1 SD / MI untuk 28 Siswa 2 Lantai


- 47 -

Gambar 9. Denah Lantai 2 SD / MI untuk 28 Siswa 2 Lantai


- 48 -

Gambar 10. Tampak Depan SD / MI untuk 28 Siswa 2 Lantai


- 49 -

Gambar 11. Tampak Belakang SD / MI untuk 28 Siswa 2 Lantai


- 50 -

Gambar 12. Tampak Samping SD / MI untuk 28 Siswa 2 Lantai


- 51 -

Gambar 13. Potongan Melintang SD / MI untuk 28 Siswa 2 Lantai


- 52 -

Gambar 14. Potongan Memanjang SD / MI untuk 28 Siswa 2 Lantai


- 53 -

3.2.3. SMP/MTs untuk 32 Siswa 1 lantai

Gambar 15. Denah SMP/MTs untuk 32 Siswa 1 Lantai


- 54 -

Gambar 16. Tampak Depan SMP/MTs untuk 32 Siswa 1 Lantai

Gambar 17. Tampak Belakang SMP/MTs untuk 32 Siswa 1 Lantai


- 55 -

Gambar 18. Tampak Samping Kanan SMP/MTs untuk 32 Siswa 1 Lantai

Gambar 19. Tampak Samping Kiri SMP/MTs untuk 32 Siswa 1 Lantai


- 56 -

Gambar 20. Potongan Melintang SMP/MTs untuk 32 Siswa 1 Lantai


- 57 -

Gambar 21. Potongan Memanjang SMP/MTs untuk 32 Siswa 1 Lantai


- 58 -

3.2.4. SMP/MTs untuk 32 Siswa 2 lantai

Gambar 22. Denah Lantai 1 SMP/MTs untuk 32 Siswa 2 Lantai


- 59 -

Gambar 23. Denah Lantai 2 SMP/MTs untuk 32 Siswa 2 Lantai


- 60 -

Gambar 24. Tampak Depan SMP/MTs untuk 32 Siswa 2 Lantai


- 61 -

Gambar 25. Tampak Belakang SMP/MTs untuk 32 Siswa 2 Lantai


- 62 -

Gambar 26. Tampak Samping SMP/MTs untuk 32 Siswa 2 Lantai


- 63 -

Gambar 27. Potongan Melintang SMP/MTs untuk 32 Siswa 2 Lantai


- 64 -

Gambar 28. Potongan Memanjang SMP/MTs untuk 32 Siswa 2 Lantai


- 65 -

3.2.5. SMA/MA dan SMK/MAK untuk 32 Siswa 1 lantai

Gambar 29. Denah SMA/MA dan SMK/MAK untuk 32 Siswa 1 Lantai


- 66 -

Gambar 30. Tampak Depan SMA/MA dan SMK/MAK untuk 32 Siswa 1 Lantai

Gambar 31. Tampak Belakang SMA/MA dan SMK/MAK untuk 32 Siswa 1 Lantai
- 67 -

Gambar 32. Tampak Samping Kanan SMA/MA dan SMK/MAK untuk 32 Siswa 1 Lantai

Gambar 33. Tampak Samping Kiri SMA/MA dan SMK/MAK untuk 32 Siswa 1 Lantai
- 68 -

Gambar 34. Potongan Melintang SMA/MA dan SMK/MAK untuk 32 Siswa 1 Lantai
- 69 -

Gambar 35. Potongan Memanjang SMA/MA dan SMK/MAK untuk 32 Siswa 1 Lantai
- 70 -

3.2.6. SMA/MA dan SMK/MAK untuk 32 Siswa 2 lantai

Gambar 36. Denah Lantai 1 SMA/MA dan SMK/MAK untuk 32 Siswa 2 Lantai
- 71 -

Gambar 37. Denah Lantai 2 SMA/MA dan SMK/MAK untuk 32 Siswa 2 Lantai
- 72 -

Gambar 38. Tampak Depan SMA/MA dan SMK/MAK untuk 32 Siswa 2 Lantai
- 73 -

Gambar 39. Tampak Belakang SMA/MA dan SMK/MAK untuk 32 Siswa 2 Lantai
- 74 -

Gambar 40. Tampak Samping SMA/MA dan SMK/MAK untuk 32 Siswa 2 Lantai
- 75 -

Gambar 41. Potongan Melintang SMA/MA dan SMK/MAK untuk 32 Siswa 2 Lantai
- 76 -

Gambar 42. Potongan Memanjang SMA/MA dan SMK/MAK untuk 32 Siswa 2 Lantai
- 77 -

3.3. Detail-Detail Standardisasi Desain Modul Ruang Kelas


3.3.1. Detail Struktur

Gambar 43. Rencana Pondasi Bangunan SD 1 Lantai

Gambar 44. Rencana Pondasi Bangunan SMP 1 Lantai


- 78 -

Gambar 45. Rencana Pondasi Bangunan SMA 1 Lantai

Gambar 46. Rencana Ring Balok Bangunan SD 1 Lantai


- 79 -

Gambar 47. Rencana Ring Balok Bangunan SMP 1 Lantai

Gambar 48.. Rencana Ring Balok Bangunan SMA 1 Lantai


- 80 -

Gambar 49. Detail Struktur Bangunan 1 Lantai


- 81 -

Gambar 50. Rencana Pondasi Bangunan SD 2 Lantai

Gambar 51. Rencana Pondasi Bangunan SMP 2 Lantai


- 82 -

Gambar 52. Rencana Pondasi Bangunan SMA 2 Lantai


- 83 -

Gambar 53. Detail Pondasi Bangunan 2 Lantai


- 84 -

Gambar 54. Detail Pondasi Bangunan 2 Lantai Menggunakan Cerucuk Kayu


- 85 -

Gambar 55. Rencana Balok Lantai Bangunan SD 2 Lantai

Gambar 56. Rencana Balok Lantai Bangunan SMP 2 Lantai


- 86 -

Gambar 57. Rencana Balok Lantai Bangunan SMA 2 Lantai

Gambar 58. Rencana Ring Balok Bangunan SD 2 Lantai


- 87 -

Gambar 59. Rencana Ring Balok Bangunan SMP 2 Lantai

Gambar 60. Rencana Ring Balok Bangunan SMA 2 Lantai


- 88 -

Gambar 61. Detail Struktur Atas Bangunan 2 Lantai Wilayah Gempa Ambang Bawah

Keterangan: Wilayah Gempa Ambang Bawah meliputi Zona A dan Zona B


sebagaimana diatur dalam SNI 1726:2019 Tatacara Perencanaan
Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan
Nongedung
- 89 -

Gambar 62. Detail Struktur Atas Bangunan 2 Lantai Wilayah Gempa Ambang Tengah

Keterangan: Wilayah Gempa Ambang Tengah meliputi Zona C sebagaimana


diatur dalam SNI 1726:2019 Tatacara Perencanaan Ketahanan
Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Nongedung
- 90 -

Gambar 63. Detail Struktur Atas Bangunan 2 Lantai Wilayah Gempa Ambang Atas

Keterangan: Wilayah Gempa Ambang Tengah meliputi Zona D, Zona E, dan Zona
F sebagaimana diatur dalam SNI 1726:2019 Tatacara Perencanaan
Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan
Nongedung
- 91 -

3.3.2. Detail Rangka Atap

Gambar 64. Detail Kuda-Kuda Baja Ringan


- 92 -

3.3.5. Detail Tangga

Gambar 65. Denah Tangga

Gambar 66. Potongan Tangga


- 93 -

Gambar 67. Detail Tangga


- 94 -

3.3.4. Detail Bukaan (Pintu, Jendela, Lubang Angin)

Gambar 68. Detail Bukaan (Pintu, Jendela, Lubang Angin) dengan Bahan UPVC / Alumunium
- 95 -

3.3.5. Detail Plafon dan Jaringan Elektrikal

Gambar 69. Denah Plafon dan Jaringan Elektrikal SD/MI untuk 28 Siswa

Gambar 70. Denah Plafon dan Jaringan Elektrikal SMP/MTs untuk 32 Siswa
- 96 -

Gambar 71. Denah Plafon dan Jaringan Elektrikal SMA/MA dan SMK/MAK untuk 32 Siswa

Gambar 72. Detail Plafon UPVC


- 97 -

Gambar 73. Detail Plafon GRC

Gambar 74. Detail Plafon Gypsum

Gambar 75. Detail Plafon Multipleks


- 98 -

Gambar 76. Detail Instalasi Elektrikal


- 99 -

3.3.6. Detail Toilet


Perletakan Toilet pada Denah perencanaan Sekolah dan Madrasah harus
diletakkan pada posisi yang tidak tersembunyi atau terlihat dari berbagai
arah, terutama dari arah Ruang Guru dan Ruang Kepala sekolah. Hal ini
dilakukan untuk mengoptimalkan pengawasan di area Toilet Sekolah dan
Madrasah.

Gambar 77. Denah Toilet Type-1 (Bentang 7m)


- 100 -

Gambar 78. Tampak Toilet Type-1 (Bentang 7m)


- 101 -

Gambar 79. Denah Toilet Type-2 (Bentang 8m)


- 102 -

Gambar 80. Tampak Toilet Type-2 (Bentang 8m)


- 103 -

Gambar 81. Potongan Toilet - 1


- 104 -

Gambar 82. Standar Ketinggian Sanitair Toilet


- 105 -

3.3.7. Detail Ram

Gambar 83. Detail Ramp

Gambar 84. Detail Saluran dan Bak Kontrol


- 106 -

3.3.8. Tata Letak Perabot

Gambar 85. Denah Tata Letak Perabot SD/MI untuk 28 Siswa

Gambar 86. Denah Tata Letak Perabot SMP/MTs untuk 32 Siswa


- 107 -

Gambar 87. Denah Tata Letak Perabot SMA/MA dan SMK/MAK untuk 32 Siswa
- 108 -

3.3.9. Detail Bangunan Mushola Terpisah

Gambar 88. Denah Bangunan Mushola

Gambar 89. Tampak Bangunan Mushola Terpisah


- 109 -

Gambar 90. Potongan Bangunan Mushola

Gambar 91. Detail Tempat Wudhu


- 110 -

Gambar 92. Potongan Tempat Wudhu

3.3.10. Detail Pagar Depan

Gambar 93. Tampak Pagar Depan

Gambar 94. Detail Pa pan Nama Sekolah


- 111 -

Gambar 95. Detail Pintu Gerbang

3.3.11. Detail Penggunaan Logo


Pemasangan logo Kementerian PUPR pada sekolah dan madrasah yang
telah dibangun oleh Kementerian PUPR dapat dipasang pada massa
bangunan dan/atau gerbang depan.

Gambar 96. Ilustrasi Pemasangan Logo Kementerian PUPR


- 112 -

Gambar 97. Ukuran Plakat Logo Kementerian PUPR

Gambar 98. Ukuran dan Skala Logo Kementerian PUPR

Gambar 99. Panduan Material, Desain, dan Warna Logo Kementerian PUPR
- 113 -

3.3.12. Panduan Penggunaan Warna Sekolah dan Madrasah


Sebagai acuan warna sekolah dan madrasah yang bersifat obyektif,
maka pada bagian ini dirumuskan standardisasi warna dengan
mempertimbangkan aspek psikologis warna sesuai dengan tingkatan
usia serta pendekatan pada warna seragam sesuai tingkatan sekolah
dan warna hijau untuk madrasah. Dalam panduan warna, untuk
dinding dalam kelas digunakan warna dasar putih kecoklatan (seamist)
agar tidak terlampau terang/silau. Untuk dinding luar kelas digunakan
warna putih (super white) dengan aksen warna sesuai seragam. Pada
madrasah, dinding luar menggunakan warna dasar hijau muda dengan
kombinasi aksen hijau.
- 114 -

3.3.12.1. Panduan Penggunaan Warna pada Sekolah Dasar (SD)

Gambar 100. Ilustrasi Penggunaan Warna pada Bangunan SD 2 Lantai


- 115 -

Gambar 101. Ilustrasi Penggunaan Warna pada Bangunan SD 1 Lantai

Tabel 13. Panduan Kode Warna pada Bangunan SD


KOMPONEN WARNA KODE KETERANGAN
Dalam hal warna spesifik tidak
Super White
tersedia di daerah, digunakan
Dinding Luar Web Color: #F7F7EF warna terdekat (Krem)
RGB: 247, 247, 239
CMYK: 0, 0, 3, 3
Dalam hal warna spesifik tidak
Aksen pada Tonjolan Kolom, Dark Red
tersedia di daerah, digunakan
Akses Pintu Masuk, Separuh
Web Color: #990000 warna terdekat (Merah Tua /
Kolom Selasar, Dinding Luar
RGB: 153, 0, 0 Maroon)
Samping, Listplank
CMYK: 0, 100, 100, 40
Dalam hal warna spesifik tidak
Seamist
tersedia di daerah, digunakan
Dinding Dalam Ruangan Web Color: #E6DCD0 warna terdekat (Krem)
RGB: 230, 220, 208
CMYK: 0, 4, 10, 10
Sesuai Natural Grey
Atap, Kusen, Daun Pintu, Daun
Warna Black -
Jendela
Material Natural Brown
- 116 -

3.3.12.2. Panduan Penggunaan Warna pada Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Gambar 102. Ilustrasi Penggunaan Warna pada Bangunan SMP 2 Lantai


- 117 -

Gambar 103. Ilustrasi Penggunaan Warna pada Bangunan SMP 1 Lantai

Tabel 14. Panduan Kode Warna pada Bangunan SMP


KOMPONEN WARNA KODE KETERANGAN
Dalam hal warna spesifik tidak
Super White
tersedia di daerah, digunakan
Dinding Luar Web Color: #F7F7EF warna terdekat (Krem)
RGB: 247, 247, 239
CMYK: 0, 0, 3, 3
Dalam hal warna spesifik tidak
Aksen pada Tonjolan Kolom, Dark Blue
tersedia di daerah, digunakan
Akses Pintu Masuk, Separuh
Web Color: #000066 warna terdekat (Biru Tua)
Kolom Selasar, Dinding Luar
RGB: 0, 0, 102
Samping, Listplank
CMYK: 100, 100, 0, 60
Dalam hal warna spesifik tidak
Seamist
tersedia di daerah, digunakan
Dinding Dalam Ruangan Web Color: #E6DCD0 warna terdekat (Krem)
RGB: 230, 220, 208
CMYK: 0, 4, 10, 10
Sesuai Natural Grey
Atap, Kusen, Daun Pintu, Daun
Warna Black -
Jendela
Material Natural Brown
- 118 -

3.3.12.3. Panduan Penggunaan Warna pada Sekolah Menengah Atas (SMA)

Gambar 104. Ilustrasi Penggunaan Warna pada Bangunan SMU 2 Lantai


- 119 -

Gambar 105. Ilustrasi Penggunaan Warna pada Bangunan SMU 1 Lantai

Tabel 15. Panduan Kode Warna pada Bangunan SMU


KOMPONEN WARNA KODE KETERANGAN
Dalam hal warna spesifik tidak
Super White
tersedia di daerah, digunakan
Dinding Luar Web Color: #F7F7EF warna terdekat (Krem)
RGB: 247, 247, 239
CMYK: 0, 0, 3, 3
Dalam hal warna spesifik tidak
Aksen pada Tonjolan Kolom, Grey Bluish
tersedia di daerah, digunakan
Akses Pintu Masuk, Separuh
Web Color: #626F8E warna terdekat (Abu-Abu)
Kolom Selasar, Dinding Luar
RGB: 98, 111, 142
Samping, Listplank
CMYK: 4, 4, 0, 0
Dalam hal warna spesifik tidak
Seamist
tersedia di daerah, digunakan
Dinding Dalam Ruangan Web Color: #E6DCD0 warna terdekat (Krem)
RGB: 230, 220, 208
CMYK: 0, 4, 10, 10
Sesuai Natural Grey
Atap, Kusen, Daun Pintu, Daun
Warna Black -
Jendela
Material Natural Brown
- 120 -

3.3.12.4. Panduan Penggunaan Warna pada Madrasah Ibtidaiyah (MI)

Gambar 106. Ilustrasi Penggunaan Warna pada Bangunan MI 2 Lantai


- 121 -

Gambar 107. Ilustrasi Penggunaan Warna pada Bangunan MI 1 Lantai

Tabel 16. Panduan Kode Warna pada Bangunan MI


KOMPONEN WARNA KODE KETERANGAN
Very Light Dalam hal warna spesifik tidak
Lime Green tersedia di daerah, digunakan
Dinding Luar Web Color: #E9FFE5 warna terdekat (Hijau Muda)
RGB: 233, 255, 229
CMYK: 9, 0, 10, 0
Dark Dalam hal warna spesifik tidak
Aksen pada Tonjolan Kolom,
Moderate tersedia di daerah, digunakan
Akses Pintu Masuk, Separuh
Web Color: #46AA34 warna terdekat (Hijau Sedang)
Kolom Selasar, Dinding Luar
RGB: 70, 170, 52
Samping, Listplank
CMYK: 59, 0, 69, 33
Dalam hal warna spesifik tidak
Seamist
tersedia di daerah, digunakan
Dinding Dalam Ruangan Web Color: #E6DCD0 warna terdekat (Krem)
RGB: 230, 220, 208
CMYK: 0, 4, 10, 10
Sesuai Natural Grey
Atap, Kusen, Daun Pintu, Daun
Warna Black -
Jendela
Material Natural Brown
- 122 -

3.3.12.5. Panduan Penggunaan Warna pada Madrasah Tsanawiyah (MTs)

Gambar 108. Ilustrasi Penggunaan Warna pada Bangunan MTs 2 Lantai


- 123 -

Gambar 109. Ilustrasi Penggunaan Warna pada Bangunan MTs 1 Lantai

Tabel 17. Panduan Kode Warna pada Bangunan MTs


KOMPONEN WARNA KODE KETERANGAN
Light Lime Dalam hal warna spesifik tidak
Green tersedia di daerah, digunakan
Dinding Luar Web Color: #D2FFCA warna terdekat (Hijau Muda)
RGB: 210, 255, 202
CMYK: 18, 0, 21, 0
Very Dark Dalam hal warna spesifik tidak
Aksen pada Tonjolan Kolom,
Lime Green tersedia di daerah, digunakan
Akses Pintu Masuk, Separuh
Web Color: #136015 warna terdekat (Hijau Tua)
Kolom Selasar, Dinding Luar
RGB: 19, 96, 21
Samping, Listplank
CMYK: 80, 0, 78, 62
Dalam hal warna spesifik tidak
Seamist
tersedia di daerah, digunakan
Dinding Dalam Ruangan Web Color: #E6DCD0 warna terdekat (Krem)
RGB: 230, 220, 208
CMYK: 0, 4, 10, 10
Sesuai Natural Grey
Atap, Kusen, Daun Pintu, Daun
Warna Black -
Jendela
Material Natural Brown
- 124 -

3.3.12.6. Panduan Penggunaan Warna pada Madrasah Aliyah (MA)

Gambar 110. Ilustrasi Penggunaan Warna pada Bangunan MA 2 Lantai


- 125 -

Gambar 111. Ilustrasi Penggunaan Warna pada Bangunan MA 1 Lantai

Tabel 18. Panduan Kode Warna pada Bangunan MA


KOMPONEN WARNA KODE KETERANGAN
Very Dark Dalam hal warna spesifik tidak
Lime Green tersedia di daerah, digunakan
Dinding Luar, Separuh Kolom
Web Color: #136015 warna terdekat (Hijau Tua)
Selasar
RGB: 19, 96, 21
CMYK: 80, 0, 78, 62
Light Lime Dalam hal warna spesifik tidak
Aksen pada Tonjolan Kolom, Green tersedia di daerah, digunakan
Akses Pintu Masuk, Dinding Web Color: #D2FFCA warna terdekat (Hijau Muda)
Luar Samping, Listplank RGB: 210, 255, 202
CMYK: 18, 0, 21, 0
Dalam hal warna spesifik tidak
Seamist
tersedia di daerah, digunakan
Dinding Dalam Ruangan Web Color: #E6DCD0 warna terdekat (Krem)
RGB: 230, 220, 208
CMYK: 0, 4, 10, 10
Sesuai Natural Grey
Atap, Kusen, Daun Pintu, Daun
Warna Black -
Jendela
Material Natural Brown
- 126 -

3.4. Spesifikasi Teknis Standardisasi Desain


Tabel 19. Spesifikasi Teknis Sekolah/Madrasah dengan Sistem Struktur Konvensional
NO KOMPONEN MATERIAL UTAMA KETERANGAN KRITERIA
A STRUKTUR
1 PONDASI • Batu Kali berwarna abu-abu hitam, keras, - Pemilihan
BATU KALI dan tidak berpori yang dipecahkan dengan semua
sudut runcing, serta dipasang setinggi 80 material
cm berbentuk trapesium struktur
• Aanstamping atau pasangan batu kosong diutamakan
setinggi 15-20 cm yang disusun di bawah pada
batu kali pecah material
• Lantai kerja urugan pasir setebal 5 cm diproduksi
2 PONDASI • Beton dengan kuat tekan (f’c) 21,7MPa • Dalam hal kondisi tanah lokal/dalam
TELAPAK • Tulangan Besi Ulir (ukuran dan jumlah kurang baik, diperlukan negeri atau
sesuai gambar) penambahan Cerucuk Kayu yang
/ Bambu (sesuai memiliki
perhitungan daya dukung persentase
tanah) Tingkat
• Dimensi struktur sesuai komponen
perhitungan perencanaan Dalam
3 SLOOF • Beton dengan kuat tekan (f’c) 21,7MPa - Negeri
(TKDN)
• Tulangan Besi Ulir (ukuran & jumlah
paling
sesuai gambar)
tinggi dari
• Sengkang Besi Polos (ukuran dan jarak
semua
sesuai gambar)
alternatif
4 KOLOM • Beton dengan kuat tekan (f’c) 21,7MPa -
material
• Tulangan Besi Ulir (ukuran dan jumlah sesuai
sesuai gambar) spesifikasi
• Sengkang Besi Polos (ukuran dan jarak teknis yang
sesuai gambar) tersedia.
5 BALOK • Beton dengan kuat tekan (f’c) 21,7MPa -
• Tulangan Besi Ulir (ukuran dan jumlah
sesuai gambar)
• Sengkang Besi Polos (ukuran dan jarak
sesuai gambar)
6 RING BALOK • Beton dengan kuat tekan (f’c) 21,7MPa -
• Tulangan Besi Ulir (ukuran dan jumlah
sesuai gambar)
• Sengkang Besi Polos (ukuran dan jarak
sesuai gambar)
7 ATAP • Batang Tegak dan Diagonal (Bagian Web) Dapat digunakan material
Rangka Kuda-Kuda Baja Ringan dengan alternatif:
tebal minimal 0,75 mm • Alternatif 1 : Rangka Atap
• Kaki Kuda-Kuda dan Batang Tarik Baja Kuda-Kuda Kayu (Kode
Ringan dengan tebal minimal 1,00 mm Mutu E20, Modulus
• Reng Baja Ringan dengan tebal antara 0,3 Elastisitas min 10000
– 0,4 mm N/mm2) dengan Penutup
• Penutup Atap Metal Berpasir (tebal 0,4 Atap Genteng atau Atap
mm) Metal Berpasir (tebal 0,4
mm)
• Alternatif 2 : Rangka Atap
Kuda-Kuda Baja Profil Siku
(2L.70x70x7) dengan
Penutup Atap Genteng atau
Atap Metal Berpasir (tebal
0,4 mm)
• Dalam hal digunakan
penutup atap menggunakan
genteng yang
dikombinasikan dengan
kuda-kuda baja ringan,
harus dilengkapi dengan
perhitungan kekuatan
rangka baja ringan
B ARSITEKTUR
1 LANTAI • Keramik ukuran 30x30 Dapat digunakan alternatif Pemilihan
(mempertimbangkan modul struktur keramik ukuran 40x40, semua
- 127 -

NO KOMPONEN MATERIAL UTAMA KETERANGAN KRITERIA


kelipatan 30, sehingga posisi nut bisa dengan membuat pola lantai material
disesuaikan dengan as kolom) yang efektif dan efisien arsitektur
• Untuk penutup lantai selasar, digunakan diutamakan
keramik dengan permukaan emboss, doff, pada
atau kasar (agar tidak licin saat basah) material
2 DINDING • Pasangan 1/2 Bata Merah Dalam hal material utama yang
• Bata Merah harus memenuhi syarat tidak tersedia di daerah, dapat diproduksi
warna merah tanah, keras, tidak mudah digunakan material alternatif: lokal/dalam
patah, bagian tepi lurus dan tajam, tidak • Panel dinding precast negeri atau
banyak retakan, serta dimensi tidak (sandwich panel tebal 10 cm yang
terlalu kecil dan seragam berat 67 kg/m2 atau fiber memiliki
• Menggunakan adukan/mortar dengan concrete panel tebal 10 cm persentase
campuran 1 semen : 4 pasir : air berat 85 kg/m2) Tingkat
secukupnya • Batako yang berkualitas, komponen
dengan syarat keras, pori- Dalam
pori padat, tertutup rapat, Negeri
tidak berongga, permukaan (TKDN)
rata dan halus, serta paling
tepinya lancip dan tajam tinggi dari
• Bata Ringan yang semua
berkualitas, dengan syarat alternatif
berwarna abu-abu muda, material
bentuk presisi, kuat dan sesuai
kukuh (dapat diuji dengan spesifikasi
menancapkan paku), dan teknis yang
tidak mudah pecah (dapat tersedia.
diuji dengan menjatuhkan
dari ketinggian 1 m)
3 PLAFON • Rangka Utama Besi Holow 4x4 dengan Dalam hal material utama
tebal 0,4 mm tidak tersedia di daerah, dapat
• Rangka Pembantu Besi Hollow 4x2 dengan digunakan material alternatif
tebal 0,4 mm penutup plafon:
• Penutup Plafon Panel PVC tebal 7 mm • Multiplek dengan tebal min
6mm
• Gypsum dengan tebal min
9mm
• GRC dengan tebal min 4mm
4 KUSEN, • Kusen UPVC dengan tebal 2,5 – 2,7 mm Dalam hal material utama
PINTU, • Daun Pintu UPVC dengan tebal 2,5 – 2,7 tidak tersedia di daerah, dapat
JENDELA mm digunakan material alternatif:
• Daun Jendela UPVC dengan tebal 2,5 – • Alumunium 4” (tebal 1,2 –
2,7 mm 1,3 mm)
• Engsel pintu minimal 3 dan diletakan di • Kayu (Kode Mutu E20,
posisi rata luar dinding agar pintu dapat dengan Modulus Elastisitas
dibuka 180O yang dipasangkan gerendel min 10000 N/mm2)
bawah agar pintu tetap posisi terbuka
(menghindari kecelakaan pada selasar)
5 LISTPLANK GRC 9mm Dalam hal material utama
tidak tersedia di daerah, dapat
digunakan material alternatif
Papan Kayu 2cm
6 LANTAI • Keramik 20x20 -
TOILET • Digunakan keramik dengan permukaan
emboss, doff, atau kasar (agar tidak licin)
7 DINDING Keramik 20x25 -
TOILET
8 CAT DINDING Cat Interior Warna mengikuti Panduan
DALAM Warna
9 CAT DINDING Cat Luar (Weather Shield) Warna mengikuti Panduan
LUAR Cat Selasar Separuh Bawah (Oil Based Paint, Warna
Easy Clean atau Glossy)
10 PELATARAN • Paving blok minimal kode mutu C (15MPa) Dalam hal material utama
UPACARA tidak tersedia di daerah, dapat
digunakan alternatif Pelataran
Cor Beton fc 21,7 MPa
- 128 -

NO KOMPONEN MATERIAL UTAMA KETERANGAN KRITERIA


C ELEKTRIKAL Pemilihan
1 LAMPU R. Kelas Lampu TL 2x36W Armartur • Lampu dipasang secara semua
Selasar & Toilet, Lampu Baret 22W outbow dengan material
mempertimbangkan elektrikal
pemeliharaan dan efektifitas dan
pencahayaan plambing
• Grouping Lampu dilakukan diutamakan
dengan zonasi berjajar pada
(bukan zig-zag) material
2 KABEL Kabel Tipe NYM (SNI) + Pipa Conduit Jaringan Kabel dengan yang
LISTRIK Pengaman Pipa Conduit & diproduksi
sambungan kabel dalam T- lokal/dalam
Dus negeri atau
3 PENANGKAL Sistem Penangkal Petir Standar yang
PETIR • Air Terminal (Batang Penerima), jenis non memiliki
radio aktif, radius perlindungan min 70 m, persentase
dilengkapi dengan FRP Support Mast dan Tingkat
Counter Stright komponen
• Conductor (HV Cable N2XSY) Dalam
• Pipa Galvanized (Medium Class) Negeri
(TKDN)
D PLAMBING
paling
1 PEMIPAAN Pipa PVC 3/4' dan 1/2' Kelas AW (Tanpa Timbal)
tinggi dari
AIR BERSIH
semua
2 PEMIPAAN Pipa PVC 2' Kelas AW (Tanpa Timbal)
alternatif
AIR KOTOR
material
3 PEMIPAAN Pipa PVC 4' Kelas AW (Tanpa Timbal)
sesuai
KOTORAN
spesifikasi
4 SANITAIR Kloset Jongkok, Kloset Duduk, Washtafel, Kloset duduk untuk toilet teknis yang
Urinoir disabilitas & toilet guru tersedia.
5 SEPTICTANK Biotech Dalam hal material utama
tidak tersedia di daerah, dapat
dibuat Tangki Septic dengan
sistem 2 ruang
6 TEMPAT • Minimal menyediakan Kran Tuas dan • Penempatan tempat cuci
CUCI CUCI Pedestal tangan diletakkan di depan
TANGAN • Dapat ditambahkan washtafel kecil setiap kelas
• Posisi kran harus dipasang
jatuh di saluran drainase
7 PROTEKSI APAR (Alat Pemadam Api Ringan) • Disediakan untuk jarak
KEBAKARAN setiap 30 meter
(disesuaikan dengan tingkat
risiko kebakaran ruangan)
atau minimal 2 buah
kapasitas 9 liter
• Ditempatkan di posisi yang
mudah dilihat, diakses dan
diambil. Dapat diberikan
tempat pengaman berupa
box APAR
• Diberikan tanda APAR di
ketinggian 125 cm dari
dasar lantai di setiap posisi
APAR
Desain Mix Beton dengan kuat tekan (f’c) 21,7MPa mengikuti panduan
sebagai berikut:
a. Buat kotak (box) dari papan untuk menakar pasir dan split ke dalam
mixer dimensi:
1) panjang bersih (pada bagian dalam) = 50 cm
2) lebar bersih (pada bagian dalam) = 30 cm
3) tinggi bersih (pada bagian dalam) = 20 cm
b. Gunakan Ember plastik untuk menakar air dengan dimensi:
1) diameter atas = 23 cm
2) diamter bawah = 16 cm
3) tinggi = 17 cm
- 129 -

c. Untuk sekali pencampuran di dalam mixer untuk beton dengan kuat


tekan (f’c) 21,7MPa, digunakan formula sebagai berikut:
1) Semen = 1 zak
2) Pasir = 2,5 box
3) Kerikil = 4 box
4) Air = 5,5 ember

3.5. Persyaratan Pokok Bangunan Tahan Gempa


3.5.1. Ketentuan Bahan Bangunan
3.5.1.1. Beton
a. Campuran beton mengikuti Desain Mix Beton f’c 21,7 MPa (pada
Sub-Bab 3.6)

Gambar 112. Pengujian Sederhana Dengan Meletakkan Campuran Beton di Tangan

Gambar 113. Pengujian Sederhana Menggunakan Cetakan


dengan Ukuran Selisih Ketinggian dengan Cetakan
- 130 -

b. Ukuran kerikil yang baik maksimum 20 mm dengan gradasi yang


baik.

Gambar 114. Diameter Kerikil Yang Baik Untuk Campuran Beton

c. Semen yang digunakan adalah semen tipe 1 yang berkualitas


sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).

Gambar 115. Contoh Semen Tipe 1

3.5.1.2. Mortar
Campuran volume mortar memiliki perbandingan 1 semen : 4 pasir
bersih : air secukupnya. Pasir yang dipergunakan sebaiknya tidak
mengandung lumpur karena lumpur dapat mengganggu ikatan dengan
semen.

Gambar 116. Bahan Campuran Mortar


- 131 -

Gambar 117. Proses Pencampuran Mortar

Gambar 118. Hasil Pencampuran Mortar Yang Baik

3.5.1.3. Batu Pondasi


Pondasi terbuat dari batu kali atau batu gunung yang keras dan
memiliki banyak sudut agar ikatan dengan mortar menjadi kuat.

Gambar 119. Kualitas Batu Kali/Gunung yang Baik Digunakan Sebagai Pondasi
- 132 -

Gambar 120. Pondasi Dari Batu Kali/Gunung

3.5.1.4. Batu Bata


Batu bata yang digunakan harus memenuhi syarat:
a. bagian tepi lurus dan tajam;
b. tidak banyak retakan;
c. tidak mudah patah; dan
d. dimensi tidak terlalu kecil dan seragam.
Selain itu, batu bata yang baik akan bersuara lebih denting ketika
dipukulkan satu sama lain.

Gambar 3. 1. Kualitas Batu Bata Yang Baik

Gambar 121. Pengujian Sederhana Kekuatan Batu Bata


- 133 -

Gambar 122. Dimensi Batu Bata Yang Baik Digunakan Dalam Pembangunan

Sebelum batu bata dipasang lakukan perendaman bata sekitar 5-10


menit hingga tercapai jenuh permukaan kering pada bata, kemudian
dikeringkan sebelum direkatkan dengan mortar. Hal ini dilakukan agar
tingkat penyerapan bata terhadap air campuran mortar tidak terlalu
cepat, karena pengeringan yang terlalu cepat mengakibatkan ikatan
menjadi kurang kuat.

Gambar 123. Perendaman Batu Bata Sebelum Dipasang

Batu bata yang baik pada saat direndam tidak mengeluarkan banyak
gelembung dan tidak hancur.
- 134 -

3.5.1.5. Kayu
Kayu harus berkualitas baik dengan Kelas Kuat Kayu yang disesuaikan
penggunaannya sebagai elemen struktur atau arsitektur sesuai SNI
yang berlaku, serta memenuhi kriteria umum:
a. keras;
b. kering;
c. berwarna gelap;
d. tidak ada retak; dan
e. lurus.

Gambar 124. Kayu Yang Baik Digunakan Dalam Pembangunan

3.5.2. Ketentuan Hubungan Antar Elemen Struktur


Seluruh elemen struktur bangunan tahan gempa harus menjadi satu
kesatuan sehingga beban dapat ditanggung dan disalurkan secara
Balok
Pengikat/
proporsional. Struktur bangunan juga harus bersifat daktail/elastis
Angkur besi
Sloof

sehingga dapat bertahan apabila mengalami perubahan bentuk pada saat


terjadi bencana gempa.

3.5.2.1. Hubungan Antara Pondasi dengan Sloof


Pondasi
Batu Kali
Untuk menghubungkan pondasi ke balok pengikat/sloof ditanam
angkur besi dengan jarak paling jauh tiap angkur adalah 1 m.
Balok Adukan beton
Pengikat/
Angkur besi
Sloof
Balok pengikat/Sloof

Angkur besi
Angkur
diameter 12
diameter 10 mm 1m
Pondasi
Batu Kali

Pondasi

Adukan beton
Gambar 125. Hubungan Antara Pondasi dengan Sloof
Balok pengikat/Sloof

3.5.2.2. Hubungan Antara


Angkur besi
diameter 10 mm 1m
Sloof dengan Kolom
Pada hubungan
Pondasi antara balok sloof dengan kolom, tulangan kolom

diteruskan dan dibengkokkan ke dalam sloof dengan ‘panjang lewatan’


paling pendek 40x diameter tulangan (40cm= 40x10 mm).
- 135 -

Gambar 126. Hubungan Antara Tulangan Sloof dengan Tulangan Kolom

Tulangan kolom yang


dilewatkan ke Tulangan Kolom
tulangan balok
pengikat/sloof

Min. 40 x Diameter
Besi Kolom
Min. 40 cm
Sloof

= 48cm utk Diameter 12mm


= 64cm utk Diameter 16

Pondasi

Gambar 127. Detail Hubungan Balok Pengikat/Sloof dengan Kolom

3.5.2.3. Perkuatan Ikatan Begel


Pemasangan bagian ujung tulangan begel pada sloof, kolom, dan balok
keliling/ring harus ditekuk paling sedikit 5 cm dengan sudut 135
untuk memperkuat ikatan dengan tulangan utama.

Gambar 128. Perkuatan Beger Melalui Tekukan Ujung Tulangan Begel dengan Sudut 135

3.5.2.4. Hubungan Antara Kolom dengan Dinding


Antara kolom dan dinding dihubungkan dengan pemberian angkur
setiap 6 lapis bata. Penggunaan angkur dengan diameter 10 mm dan
panjang minimal 40 cm.
- 136 -

Angkur dengan
diameter 10 mm dan
panjang minimal 40
cm

Pasangan ½ bata

6 lapis bata

Gambar 129. Hubungan Antara Kolom dengan Dinding

Gambar 130. Pemasangan Angkur Besi Sebagai Pengikat Antara Kolom


dengan Dinding Pada Sudut Bangunan

3.5.2.5. Hubungan Antara Kolom dengan Balok Keliling/Ring


Pada hubungan antara kolom dengan balok keliling/ring, tulangan
kolom diteruskan dan dibengkokkan ke dalam balok keliling/ring
dengan ‘panjang lewatan’ paling pendek 40 x diameter tulangan atau
40 cm (40 dikali 10 mm).
- 137 -

Tulangan kolom dilewatkan ke balok ring


dengan panjang lewatan minimal
40 x Diameter tulangan kolom

Tulangan Begel Baja


(dimensi & jarak sesuai
Tulangan Utama Baja gambar detail struktur)
(dimensi sesuai gambar
detail struktur)

Gambar 131. Hubungan Antara Kolom dengan Balok Keliling (Balok Ring)

Gambar 132. Tulangan Kolom Yang Akan Dibengkokkan Ke Dalam Balok Keliling (Balok Ring)

3.4.2.6. Angkur Gunung-Gunung


Dalam pasangan bata pada gunung-gunung diberi angkur setiap 6 lapis
bata. Penggunaan angkur dengan diameter paling kecil 10 mm dan
panjang minimal 40 cm.

Angkur dalam 6 lapis bata


pasangan batu bata
pada gunung-
gunung.Diameter
minimum 10 mm
sepanjang 40 cm.

Gambar 133. Hubungan Angkur pada Gunung-Gunung (Ampig)


- 138 -

Gambar 134. Hubungan Antara Tulangan Bingkai Ampig


dengan Tulangan Kolom dan Balok Keliling

3.5.3. Ketentuan Pengecoran Beton


Pengecoran beton baik pada kolom maupun balok harus memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
a. Pastikan cetakan/bekisting benar-benar rapat dan kuat/kukuh.
b. Pada pengecoran kolom dilakukan secara bertahap setiap 1 m;
c. Pada saat pengecoran harus dipastikan adukan di dalam cetakan
padat dan tidak berongga untuk menghindari ada bagian yang
keropos.
d. Pada pengecoran balok keliling/ring, tulangan dirangkai di atas
dinding. Cetakan/bekisting pada balok yang menggantung harus
diberi penyangga di bawahnya menggunakan kayu atau bamboo
yang kuat menahan beban campuran beton.
e. Untuk balok yang menumpu pada dinding, cetakan/bekisting dapat
dilepas setelah 3 hari, sedangkan untuk balok yang menggantung
baru dapat dilepas setelah 14 hari.
f. Untuk mempermudah pelepasan cetakan/bekisting dapat
menggunakan minyak yang dilumurkan ke permukaan
cetakan/bekisting.
- 139 -

Gambar 135. Kualitas Cetakan/Bekisting

Gambar 136. Pemasangan Cetakan/BekistingUntuk Kolom

Gambar 137. Proses Pengecoran Kolom


- 140 -

Gambar 138. Pemadatan Beton dengan Berulang Memukul Bekisting


dan Dirojok Menggunakan Besi atau Bambu

Gambar 139. Hasil Pengecoran


- 141 -

Gambar 140. Pengecoran Balok Pengikat/Sloof

Tulangan balok
keliling/ring dirangkai
di atas dinding

Gambar 141. Perangkaian Tulangan Balok Keliling/Ring Di Atas Dinding

Penyangga cetakan/
bekisting

Gambar 142. Penyangga Cetakan/Bekisting Menggunakan Bambu


- 142 -

Cetakan bekisting dapat


dilepas setelah 3 hari
(untuk balok yang
menumpu dinding) pada
balok gantung baru bisa
dilepas setelah 14 hari

Gambar 143. Pelepasan Cetakan/Bekisting

3.6. Acuan Perhitungan Acuan Perhitungan Volume (BOQ) Modul Ruang Kelas
Sistem Struktur Konvensional
Tabel 20. Perhitungan Volume (BOQ) Modul Ruang Kelas SD/MI 1 Lantai

HARGA BIAYA
NO URAIAN VOL SATUAN
SATUAN (Rp) (Rp)
I PEKERJAAN STUKTUR
1 Galian Tanah Pondasi 30,24 m3
2 Urugan Tanah Bekas Galian 16,38 m3
3 Pek. Pondasi Batukali 13,86 m3
4 Pek. Sloof 4,20 m3
5 Pek. Kolom Utama 1,57 m3
6 Pek. Kolom Selasar 0,52 m3
7 Pek. Kolom Praktis 0,35 m3
8 Pek. Balok Utama 1,92 m3
9 Pek. Balok Selasar 0,72 m3
10 Pek. Balok Sofi-sofi 0,55 m3
11 Pek. Rangka Atap Baja Ringan 134,83 m2
12 Pek. Penutup Atap 134,83 m2
13 Pek. Atap Bubungan 9,93 m1
II PEKERJAAN ARSITEKTUR
1 Pek. Dinding Bata 114,82 m2
2 Pek. Plester dan Acian 116,92 m2
3 Pek. Keramik Lantai R. Kelas 56,00 m2
4 Pek. Keramik Lantai Selasar 16,00 m2
5 Pek Plafon termasuk rangka 56,00 m2
6 Pek Plafon Selasar termasuk rangka 17,92 m2
7 Pek Pengecatan dinding 116,92 m2
8 Pek. Pengecatan Plafon 73,92 m2
9 Pek. Kusen Pintu Dobel 7,10 m1
10 Pek. Daun Pintu termasuk Assesories 1,00 unit
11 Pek. Kusen Jendela Type 1 21,96 m1
12 Pek. Jendela Type 1 termasuk Assesories 3,00 unit
13 Pek. Kusen Jendela Type 2 13,80 m1
14 Pek. Jendela Type 2 termasuk Assesories 2,00 unit
15 Pek. Kisi-kisi dinding sofi 2,00 unit
16 Pek. Listpalnk 33,30 m1
III PEKERJAAN KELISTRIKAN
1 Pek. Instalasi Penerangan Titik Lampu R Kelas 6,00 ttk
2 Pek. Instalasi Penerangan Titik Lampu Selasar 2,00 ttk
3 Pek. Instalasi Stop Kontak 2,00 ttk
4 Pek. Instalasi Saklar Tunggal 1,00 ttk
5 Pek. Instalasi Saklar Dobel 3,00 ttk
- 143 -

HARGA BIAYA
NO URAIAN VOL SATUAN
SATUAN (Rp) (Rp)
IV PEKERJAAN LAIN-LAIN
1 Pek. Wastafel Terpasang 1,00 unit
2 Pek. Rabat Beton 25,65 m2
3 Pek. Saluran 30,30 m1
4 Pek. Bak Kontrol 2,00 unit

Tabel 21. Perhitungan Volume (BOQ) Modul Ruang Kelas SD/MI 2 Lantai

HARGA BIAYA
NO URAIAN VOL SATUAN
SATUAN (Rp) (Rp)
LANTAI 1
I PEKERJAAN STUKTUR
1 Galian Tanah Pondasi 37,80 m3
2 Urugan Tanah Bekas Galian 23,94 m3
3 Pek. Pondasi Batukali 13,86 m3
4 Pek. Sloof 4,20 m3
5 Pek. Kolom Utama 3,14 m3
6 Pek. Kolom Selasar 0,77 m3
7 Pek. Kolom Praktis 0,35 m3
8 Pek. Balok Utama 1,92 m3
9 Pek. Balok Selasar 0,72 m3
10 Pek. Rangka Atap Baja Ringan 13,57 m2
11 Pek. Penutup Atap 13,57 m2
12 Kerpusan Atap 10,20 m1
II PEKERJAAN ARSITEKTUR
1 Pek. Dinding Bata 71,25 m2
2 Pek. Plester dan Acian 100,86 m2
3 Pek. Keramik Lantai R. Kelas 56,00 m2
4 Pek. Keramik Lantai Selasar 16,00 m2
5 Pek Plafon termasuk rangka 56,00 m2
6 Pek Plafon Selasar termasuk rangka 17,92 m2
7 Pek Pengecatan dinding 116,92 m2
8 Pek. Pengecatan Plafon 73,92 m2
9 Pek. Kusen Pintu Dobel 7,10 m1
10 Pek. Daun Pintu termasuk Assesories 1,00 unit
11 Pek. Kusen Jendela Type 1 21,96 m1
12 Pek. Jendela Type 1 termasuk Assesories 3,00 unit
13 Pek. Kusen Jendela Type 2 13,80 m1
14 Pek. Jendela Type 2 termasuk Assesories 2,00 unit
15 Pek. Kisi-kisi dinding sofi 2,00 unit
16 Pek. Listpalnk 14,20 m1
III PEKERJAAN KELISTRIKAN
1 Pek. Instalasi Penerangan Titik Lampu R Kelas 6,00 ttk
2 Pek. Instalasi Penerangan Titik Lampu Selasar 2,00 ttk
3 Pek. Instalasi Stop Kontak 2,00 ttk
4 Pek. Instalasi Saklar Tunggal 1,00 ttk
5 Pek. Instalasi Saklar Dobel 3,00 ttk
LANTAI 2
IV PEKERJAAN STUKTUR
1 Pek. Plat lantai 11,03 m3
2 Pek. Kolom Utama 3,14 m3
3 Pek. Kolom Selasar 0,77 m3
4 Pek. Kolom Praktis 0,35 m3
5 Pek. Balok Utama 1,92 m3
6 Pek. Balok Selasar 0,72 m3
7 Pek. Balok Sofi-sofi 0,55 m3
8 Pek. Rangka Atap Baja Ringan 134,83 m2
9 Pek. Penutup Atap 134,83 m2
10 Pek. Atap Bubungan 9,93 m1
V PEKERJAAN ARSITEKTUR
- 144 -

HARGA BIAYA
NO URAIAN VOL SATUAN
SATUAN (Rp) (Rp)
1 Pek. Dinding Bata 114,82 m2
2 Pek. Plester dan Acian 125,32 m2
3 Pek. Keramik Lantai R. Kelas 56,00 m2
4 Pek. Keramik Lantai Selasar 16,00 m2
5 Pek Plafon termasuk rangka 56,00 m2
6 Pek Plafon Selasar termasuk rangka 17,92 m2
7 Pek Pengecatan dinding 125,32 m2
8 Pek. Pengecatan Plafon 17,92 m2
9 Pek. Kusen Pintu Dobel 7,10 m1
10 Pek. Daun Pintu termasuk Assesories 1,00 unit
11 Pek. Kusen Jendela Type 1 21,96 m1
12 Pek. Jendela Type 1 termasuk Assesories 3,00 unit
13 Pek. Kusen Jendela Type 2 13,80 m1
14 Pek. Jendela Type 2 termasuk Assesories 2,00 unit
15 Pek. Kisi-kisi dinding sofi 2,00 unit
16 Pek. Listpalnk 33,30 m1
VI PEKERJAAN KELISTRIKAN
1 Pek. Instalasi Penerangan Titik Lampu R Kelas 6,00 ttk
2 Pek. Instalasi Penerangan Titik Lampu Selasar 2,00 ttk
3 Pek. Instalasi Stop Kontak 2,00 ttk
4 Pek. Instalasi Saklar Tunggal 1,00 ttk
5 Pek. Instalasi Saklar Dobel 3,00 ttk
VII PEKERJAAN TANGGA
1 Pek. Pondasi Tangga 0,74 m3
2 Pek. Sloof Tangga 0,09 m3
3 Pek. Beton tangga 2,73 m3
4 Pek. Railing tangga 10,60 m1
5 Pek. Keramik Tangga 23,85 m2
VIII PEKERJAAN LAIN-LAIN
1 Pek. Barustrade lt 2 8,40 m2
2 Pek. Wastafel Terpasang 1,00 unit
3 Pek. Rabat Beton 25,65 m2
4 Pek. Saluran 30,30 m1
5 Pek. Bak Kontrol 2,00 unit

Tabel 22. Perhitungan Volume (BOQ) Modul Ruang Kelas SMP/MTs 1 Lantai

HARGA BIAYA
NO URAIAN VOL SATUAN
SATUAN (Rp) (Rp)
I PEKERJAAN STUKTUR
1 Galian Tanah Pondasi 35,28 m3
2 Urugan Tanah Bekas Galian 19,11 m3
3 Pek. Pondasi Batukali 16,17 m3
4 Pek. Sloof 4,90 m3
5 Pek. Kolom Utama 1,57 m3
6 Pek. Kolom Selasar 0,52 m3
7 Pek. Kolom Praktis 0,35 m3
8 Pek. Balok Utama 2,04 m3
9 Pek. Balok Selasar 0,78 m3
10 Pek. Balok Sofi-sofi 0,55 m3
11 Pek. Rangka Atap Baja Ringan 153,89 m2
12 Pek. Penutup Atap 153,89 m2
13 Pek. Atap Bubungan 10,93 m1
II PEKERJAAN ARSITEKTUR
1 Pek. Dinding Bata 124,78 m2
2 Pek. Plester dan Acian 119,02 m2
3 Pek. Keramik Lantai R. Kelas 63,00 m2
4 Pek. Keramik Lantai Selasar 18,00 m2
5 Pek Plafon Gypsum termasuk rangka 63,00 m2
6 Pek Plafon Selasar GRC termasuk rangka 20,16 m2
- 145 -

HARGA BIAYA
NO URAIAN VOL SATUAN
SATUAN (Rp) (Rp)
7 Pek Pengecatan dinding 119,02 m2
8 Pek. Pengecatan Plafon 83,16 m2
9 Pek. Kusen Pintu Dobel 7,10 m1
10 Pek. Daun Pintu termasuk Assesories 1,00 unit
11 Pek. Kusen Jendela Type 1 21,96 m1
12 Pek. Jendela Type 1 termasuk Assesories 3,00 unit
13 Pek. Kusen Jendela Type 2 13,80 m1
14 Pek. Jendela Type 2 termasuk Assesories 2,00 unit
15 Pek. Kisi-kisi dinding sofi 2,00 unit
16 Pek. Listpalnk 37,30 m1
III PEKERJAAN KELISTRIKAN
1 Pek. Instalasi Penerangan Titik Lampu R Kelas 6,00 ttk
2 Pek. Instalasi Penerangan Titik Lampu Selasar 2,00 ttk
3 Pek. Instalasi Stop Kontak 2,00 ttk
4 Pek. Instalasi Saklar Tunggal 1,00 ttk
5 Pek. Instalasi Saklar Dobel 3,00 ttk
IV PEKERJAAN LAIN-LAIN
1 Pek. Wastafel Terpasang 1,00 unit
2 Pek. Rabat Beton 27,36 m2
3 Pek. Saluran 32,30 m1
4 Pek. Bak Kontrol 2,00 unit

Tabel 23. Perhitungan Volume (BOQ) Modul Ruang Kelas SMP/MTs 2 Lantai

HARGA BIAYA
NO URAIAN VOL SATUAN
SATUAN (Rp) (Rp)
LANTAI 1
I PEKERJAAN STUKTUR
1 Galian Tanah Pondasi 37,80 m3
2 Urugan Tanah Bekas Galian 21,63 m3
3 Pek. Pondasi Batukali 16,17 m3
4 Pek. Sloof 4,20 m3
5 Pek. Kolom Utama 3,14 m3
6 Pek. Kolom Selasar 0,77 m3
7 Pek. Kolom Praktis 0,35 m3
8 Pek. Balok Utama 1,92 m3
9 Pek. Balok Selasar 0,78 m3
10 Pek. Rangka Atap Baja Ringan 22,40 m2
11 Pek. Penutup Atap 22,40 m2
12 Kerpusan Atap 11,20 m1
II PEKERJAAN ARSITEKTUR
1 Pek. Dinding Bata 79,11 m2
2 Pek. Plester dan Acian 108,86 m2
3 Pek. Keramik Lantai R. Kelas 63,00 m2
4 Pek. Keramik Lantai Selasar 18,00 m2
5 Pek Plafon termasuk rangka 63,00 m2
6 Pek Plafon Selasar termasuk rangka 20,16 m2
7 Pek Pengecatan dinding 119,02 m2
8 Pek. Pengecatan Plafon 83,16 m2
9 Pek. Kusen Pintu Dobel 7,10 m1
10 Pek. Daun Pintu termasuk Assesories 1,00 unit
11 Pek. Kusen Jendela Type 1 21,96 m1
12 Pek. Jendela Type 1 termasuk Assesories 3,00 unit
13 Pek. Kusen Jendela Type 2 13,80 m1
14 Pek. Jendela Type 2 termasuk Assesories 2,00 unit
15 Pek. Kisi-kisi dinding sofi 2,00 unit
16 Pek. Listpalnk 17,20 m1
III PEKERJAAN KELISTRIKAN
1 Pek. Instalasi Penerangan Titik Lampu R Kelas 6,00 ttk
2 Pek. Instalasi Penerangan Titik Lampu Selasar 2,00 ttk
- 146 -

HARGA BIAYA
NO URAIAN VOL SATUAN
SATUAN (Rp) (Rp)
3 Pek. Instalasi Stop Kontak 2,00 ttk
4 Pek. Instalasi Saklar Tunggal 1,00 ttk
5 Pek. Instalasi Saklar Dobel 3,00 ttk
LANTAI 2
IV PEKERJAAN STUKTUR
1 Pek. Plat lantai 12,41 m3
2 Pek. Kolom Utama 3,14 m3
3 Pek. Kolom Selasar 0,77 m3
4 Pek. Kolom Praktis 0,35 m3
5 Pek. Balok Utama 1,92 m3
6 Pek. Balok Selasar 0,72 m3
7 Pek. Balok Sofi-sofi 0,55 m3
8 Pek. Rangka Atap Baja Ringan 134,83 m2
9 Pek. Penutup Atap 134,83 m2
10 Pek. Atap Bubungan 9,93 m1
V PEKERJAAN ARSITEKTUR
1 Pek. Dinding Bata 124,78 m2
2 Pek. Plester dan Acian 136,62 m2
3 Pek. Keramik Lantai R. Kelas 63,00 m2
4 Pek. Keramik Lantai Selasar 18,00 m2
5 Pek Plafon termasuk rangka 63,00 m2
6 Pek Plafon Selasar termasuk rangka 20,16 m2
7 Pek Pengecatan dinding 136,62 m2
8 Pek. Pengecatan Plafon 20,16 m2
9 Pek. Kusen Pintu Dobel 7,10 m1
10 Pek. Daun Pintu termasuk Assesories 1,00 unit
11 Pek. Kusen Jendela Type 1 21,96 m1
12 Pek. Jendela Type 1 termasuk Assesories 3,00 unit
13 Pek. Kusen Jendela Type 2 13,80 m1
14 Pek. Jendela Type 2 termasuk Assesories 2,00 unit
15 Pek. Kisi-kisi dinding sofi 2,00 unit
16 Pek. Listpalnk 33,30 m1
VI PEKERJAAN KELISTRIKAN
1 Pek. Instalasi Penerangan Titik Lampu R Kelas 6,00 ttk
2 Pek. Instalasi Penerangan Titik Lampu Selasar 2,00 ttk
3 Pek. Instalasi Stop Kontak 2,00 ttk
4 Pek. Instalasi Saklar Tunggal 1,00 ttk
5 Pek. Instalasi Saklar Dobel 3,00 ttk
VII PEKERJAAN TANGGA
1 Pek. Pondasi Tangga 0,74 m3
2 Pek. Sloof Tangga 0,74 m3
3 Pek. Beton tangga 2,73 m3
4 Pek. Railing tangga 10,60 m1
5 Pek. Keramik Tangga 23,85 m2
VIII PEKERJAAN LAIN-LAIN
1 Pek. Barustrade lt 2 9,60 m2
1 Pek. Wastafel Terpasang 1,00 unit
2 Pek. Rabat Beton 27,36 m2
3 Pek. Saluran 32,30 m1
4 Pek. Bak Kontrol 2,00 unit

Tabel 24. Perhitungan Volume (BOQ) Modul Ruang Kelas SMA/MA 1 Lantai

HARGA BIAYA
NO URAIAN VOL SATUAN
SATUAN (Rp) (Rp)
I PEKERJAAN STUKTUR
1 Galian Tanah Pondasi 36,72 m3
2 Urugan Tanah Bekas Galian 13,52 m3
3 Pek. Pondasi Batukali 23,21 m3
4 Pek. Sloof 5,10 m3
- 147 -

HARGA BIAYA
NO URAIAN VOL SATUAN
SATUAN (Rp) (Rp)
5 Pek. Kolom Utama 1,66 m3
6 Pek. Kolom Selasar 0,52 m3
7 Pek. Kolom Praktis 0,37 m3
8 Pek. Balok Utama 2,16 m3
9 Pek. Balok Selasar 0,78 m3
10 Pek. Balok Sofi-sofi 0,60 m3
11 Pek. Rangka Atap Baja Ringan 163,41 m2
12 Pek. Penutup Atap 163,41 m2
13 Pek. Atap Bubungan 11,93 m1
II PEKERJAAN ARSITEKTUR
1 Pek. Dinding Bata 143,12 m2
2 Pek. Plester dan Acian 308,22 m2
3 Pek. Keramik Lantai R. Kelas 72,00 m2
4 Pek. Keramik Lantai Selasar 18,00 m2
5 Pek Plafon termasuk rangka 72,00 m2
6 Pek Plafon Selasar termasuk rangka 20,16 m2
7 Pek Pengecatan dinding 308,22 m2
8 Pek. Pengecatan Plafon 92,16 m2
9 Pek. Kusen Pintu Dobel 7,10 m1
10 Pek. Daun Pintu termasuk Assesories 1,00 unit
11 Pek. Kusen Jendela Type 1 21,96 m1
12 Pek. Jendela Type 1 termasuk Assesories 3,00 unit
13 Pek. Kusen Jendela Type 2 13,80 m1
14 Pek. Jendela Type 2 termasuk Assesories 2,00 unit
15 Pek. Kisi-kisi dinding sofi 2,00 unit
16 Pek. Listpalnk 41,30 m1
III PEKERJAAN KELISTRIKAN
1 Pek. Instalasi Penerangan Titik Lampu R Kelas 6,00 ttk
2 Pek. Instalasi Penerangan Titik Lampu Selasar 2,00 ttk
3 Pek. Instalasi Stop Kontak 2,00 ttk
4 Pek. Instalasi Saklar Tunggal 1,00 ttk
5 Pek. Instalasi Saklar Dobel 3,00 ttk
IV PEKERJAAN LAIN-LAIN
1 Pek. Wastafel Terpasang 1,00 unit
2 Pek. Rabat Beton 29,07 m2
3 Pek. Saluran 34,30 m1
4 Pek. Bak Kontrol 2,00 unit

Tabel 25. Perhitungan Volume (BOQ) Modul Ruang Kelas SMA/MA 2 Lantai

HARGA BIAYA
NO URAIAN VOL SATUAN
SATUAN (Rp) (Rp)
LANTAI 1
I PEKERJAAN STUKTUR
1 Galian Tanah Pondasi 47,70 m3
2 Urugan Tanah Bekas Galian 24,50 m3
3 Pek. Pondasi Batukali 23,21 m3
4 Pek. Sloof 5,30 m3
5 Pek. Kolom Utama 3,32 m3
6 Pek. Kolom Selasar 0,77 m3
7 Pek. Kolom Praktis 0,37 m3
8 Pek. Balok Utama 2,16 m3
9 Pek. Balok Selasar 0,78 m3
10 Pek. Rangka Atap Baja Ringan 163,41 m2
11 Pek. Penutup Atap 163,41 m2
12 Kerpusan Atap 11,93 m1
II PEKERJAAN ARSITEKTUR
1 Pek. Dinding Bata 88,76 m2
2 Pek. Plester dan Acian 252,86 m2
3 Pek. Keramik Lantai R. Kelas 72,00 m2
- 148 -

HARGA BIAYA
NO URAIAN VOL SATUAN
SATUAN (Rp) (Rp)
4 Pek. Keramik Lantai Selasar 18,00 m2
5 Pek Plafon termasuk rangka 72,00 m2
6 Pek Plafon Selasar termasuk rangka 20,16 m2
7 Pek Pengecatan dinding 308,22 m2
8 Pek. Pengecatan Plafon 92,16 m2
9 Pek. Kusen Pintu Dobel 7,10 m1
10 Pek. Daun Pintu termasuk Assesories 1,00 unit
11 Pek. Kusen Jendela Type 1 21,96 m1
12 Pek. Jendela Type 1 termasuk Assesories 3,00 unit
13 Pek. Kusen Jendela Type 2 13,80 m1
14 Pek. Jendela Type 2 termasuk Assesories 2,00 unit
15 Pek. Kisi-kisi dinding sofi 2,00 unit
16 Pek. Listpalnk 41,30 m1
III PEKERJAAN KELISTRIKAN
1 Pek. Instalasi Penerangan Titik Lampu R Kelas 6,00 ttk
2 Pek. Instalasi Penerangan Titik Lampu Selasar 2,00 ttk
3 Pek. Instalasi Stop Kontak 2,00 ttk
4 Pek. Instalasi Saklar Tunggal 1,00 ttk
5 Pek. Instalasi Saklar Dobel 3,00 ttk
LANTAI 2
IV PEKERJAAN STUKTUR
1 Pek. Plat lantai 13,50 m3
2 Pek. Kolom Utama 3,14 m3
3 Pek. Kolom Selasar 0,77 m3
4 Pek. Kolom Praktis 0,35 m3
5 Pek. Balok Utama 1,92 m3
6 Pek. Balok Selasar 0,72 m3
7 Pek. Balok Sofi-sofi 0,55 m3
8 Pek. Rangka Atap Baja Ringan 159,51 m2
9 Pek. Penutup Atap 159,51 m2
10 Pek. Atap Bubungan 10,93 m1
V PEKERJAAN ARSITEKTUR
1 Pek. Dinding Bata 135,64 m2
2 Pek. Plester dan Acian 322,62 m2
3 Pek. Keramik Lantai R. Kelas 72,00 m2
4 Pek. Keramik Lantai Selasar 18,00 m2
5 Pek Plafon termasuk rangka 72,00 m2
6 Pek Plafon Selasar termasuk rangka 20,16 m2
7 Pek Pengecatan dinding 322,62 m2
8 Pek. Pengecatan Plafon 20,16 m2
9 Pek. Kusen Pintu Dobel 7,10 m1
10 Pek. Daun Pintu termasuk Assesories 1,00 unit
11 Pek. Kusen Jendela Type 1 21,96 m1
12 Pek. Jendela Type 1 termasuk Assesories 3,00 unit
13 Pek. Kusen Jendela Type 2 13,80 m1
14 Pek. Jendela Type 2 termasuk Assesories 2,00 unit
15 Pek. Kisi-kisi dinding sofi 2,00 unit
16 Pek. Listpalnk 35,40 m1
VI PEKERJAAN KELISTRIKAN
1 Pek. Instalasi Penerangan Titik Lampu R Kelas 6,00 ttk
2 Pek. Instalasi Penerangan Titik Lampu Selasar 2,00 ttk
3 Pek. Instalasi Stop Kontak 2,00 ttk
4 Pek. Instalasi Saklar Tunggal 1,00 ttk
5 Pek. Instalasi Saklar Dobel 3,00 ttk
VII PEKERJAAN TANGGA
1 Pek. Pondasi Tangga 0,74 m3
2 Pek. Sloof Tangga 0,09 m3
3 Pek. Beton tangga 2,73 m3
4 Pek. Railing tangga 10,60 m1
5 Pek. Keramik Tangga 23,85 m2
- 149 -

HARGA BIAYA
NO URAIAN VOL SATUAN
SATUAN (Rp) (Rp)
VIII PEKERJAAN LAIN-LAIN
1 Pek. Barustrade lt 2 10,80 m2
2 Pek. Wastafel Terpasang 1,00 unit
3 Pek. Rabat Beton 29,07 m2
4 Pek. Saluran 34,30 m1
5 Pek. Bak Kontrol 2,00 unit

Tabel 26. Perhitungan Volume (BOQ) Modul Toilet

HARGA BIAYA
NO URAIAN VOL SATUAN
SATUAN (Rp) (Rp)
I PEKERJAAN STUKTUR
1 Galian Tanah Pondasi 23,76 m3
2 Urugan Tanah Bekas Galian 8,75 m3
3 Pek. Pondasi Batukali 15,02 m3
4 Pek. Sloof 1,98 m3
5 Pek. Kolom Utama 3,32 m3
6 Pek. Kolom Selasar 0,52 m3
7 Pek. Kolom Praktis 0,37 m3
8 Pek. Balok Utama 2,16 m3
9 Pek. Balok Selasar 0,60 m3
10 Pek. Balok Sofi-sofi 0,60 m3
11 Pek. Plat Lantai Dak 6,30 m2
II PEKERJAAN ARSITEKTUR
1 Pek. Dinding Bata 97,82 m2
2 Pek. Plester dan Acian 88,34 m2
3 Pek. Keramik Lantai 42,00 m2
4 Pek. Keramik Lantai Selasar 14,00 m2
4 Pek. Keramik Dinding 57,98 m2
5 Pek Plafon termasuk rangka 42,00 m2
6 Pek Plafon Selasar termasuk rangka 15,68 m2
7 Pek Pengecatan dinding 280,67 m2
8 Pek. Pengecatan Plafon 57,68 m2
9 Pek. Kusen Pintu 30,00 m1
10 Pek. Daun Pintu termasuk Assesories 6,00 unit
11 Pek. Kusen Jendela Type 1 21,28 m1
12 Pek. Jendela Type 1 termasuk Assesories 4,00 unit
16 Pek. Listpalnk 27,00 m1
III PEKERJAAN KELISTRIKAN
1 Pek. Instalasi Penerangan Titik Lampu R Kelas 8,00 ttk
2 Pek. Instalasi Penerangan Titik Lampu Selasar 2,00 ttk
3 Pek. Instalasi Stop Kontak 2,00 ttk
4 Pek. Instalasi Saklar Tunggal 2,00 ttk
5 Pek. Instalasi Saklar Dobel 4,00 ttk
IV PEKERJAAN PLUMBING
1 Pek. Instalasi pemipaan air kotor dan kotoran 14,00 m1
2 Pek. Instalasi Pemipaan air bersih 12,00 m1
3 Pek. Intalasi keran air dan Wastafel termasik keran 11,00 ttk
4 Pek. Wastafel Terpasang 5,00 unit
5 Pek. Toilet jongkok Terpasang 3,00 unit
6 Pek. Toilet duduk Terpasang 4,00 unit
7 Pek. Septictank 1,00 unit
- 150 -

3.7. Analisis Harga Satuan Pekerjaan (AHSP)


3.7.1. Pekerjaan Tanah
Tabel 27. Penggalian 1m³ Tanah Biasa Sedalam 1 m
No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja OH 0,75
Tukang OH 0,00
Kepala Tukang OH 0,00
Mandor OH 0,03
B BAHAN
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10%xD
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )

Tabel 28. Pengurugan 1m³ Kembali Galian Tanah


No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja OH 0,50
Tukang OH 0,00
Kepala Tukang OH 0,00
Mandor OH 0,05
B BAHAN
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10%xD
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )

Tabel 29. Pengurukan 1m³ Dengan Pasir Urug


No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja OH 0,30
Tukang OH 0,00
Kepala Tukang OH 0,00
Mandor OH 0,01
B BAHAN
Pasir Urug M3 1,20
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10%xD
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )

3.7.2. Pekerjaan Pondasi


Tabel 30. Pemasangan 1m³ Pondasi Batu Belah Campuran 1:4
No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja OH 1,50
Tukang OH 0,75
Kepala Tukang OH 0,08
Mandor OH 0,08
B BAHAN
Batu Kali / Batu Belah (Sungai / Gunung) M3 1,20
Semen @ 40 Kg Kg 163,00
Pasir Pasang (1400 kg/m3) M3 0,52
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10%xD
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )
- 151 -

Tabel 31. Pemasangan 1m³ Batu Kosong (Aanstamping)


No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja OH 0,78
Tukang Batu OH 0,39
Kepala Tukang OH 0,04
Mandor OH 0,04
B BAHAN
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10%xD
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )

3.7.3. Pekerjaan Beton


Tabel 32. Pembuatan 1m³ Beton (Mutu f'c = 21.7 MPa / K-250)
No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja OH 1,65
Tukang OH 0,28
Kepala Tukang OH 0,03
Mandor OH 0,08
B BAHAN
Semen @ 40 Kg Kg 384,00
Pasir Beton (1400 kg/m3) Kg 692,00
Batu pecah 2-3 cm Kg 1.039,00
Air Liter 215,00
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10%xD
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )

Tabel 33. Pembesian 10 Kg Dengan Besi Beton Ulir


No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja OH 0,07
Tukang OH 0,07
Kepala Tukang OH 0,01
Mandor OH 0,00
B BAHAN
Besi Beton Ulir Kg 10,50
Kawat Beton Kg 0,15
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10%xD
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )
G Harga Sat Pekerjaan Besi Untuk 1 Kg F / 10

Tabel 34. Pemasangan 10 Kg Jaring Kawat Baja (Wiremesh D = 6 mm)


No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja OH 0,03
Tukang OH 0,03
Kepala Tukang OH 0,03
Mandor OH 0,00
B BAHAN
Wiremesh (Ulir) Dia. 6.0 Kg 10,20
Kawat Beton Kg 0,05
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10%xD
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )
G Harga Sat Pekerjaan Besi Untuk 1 Kg F / 10
- 152 -

Tabel 35. Pemasangan 1m³ Bekesting Untuk Pondasi


No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja OH 0,52
Tukang OH 0,26
Kepala Tukang OH 0,03
Mandor OH 0,03
B BAHAN
Kayu Kelas III (Borneo/dll) M3 0,04
Paku Biasa 5 cm - 10 cm Kg 0,30
Minyak Bekesting Liter 0,10
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10%xD
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )
G Untuk 2x Pemakaian

Tabel 36. Pemasangan 1m³ Bekesting Untuk Sloof


No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja OH 0,52
Tukang OH 0,26
Kepala Tukang OH 0,03
Mandor OH 0,03
B BAHAN
Kayu Kelas III (Borneo/dll) M3 0,05
Paku Biasa 5 cm - 10 cm Kg 0,30
Minyak Bekesting Liter 0,10
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 0,10
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )
G Untuk 2x Pemakaian

Tabel 37. Pemasangan 1m³ Bekesting Untuk Kolom


No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja OH 0,66
Tukang OH 0,33
Kepala Tukang OH 0,03
Mandor OH 0,03
B BAHAN
Kayu Kelas III (Borneo/dll) M3 0,04
Paku Biasa 5 cm - 10 cm Kg 0,40
Minyak Bekesting Liter 0,20
Kayu Kelas II (Kamper/Kruing/dll) M3 0,02
Multipleks 9 mm Lembar 0,35
Kayu Dolken Ø 8-10/400 cm Batang 2,00
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10%xD
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )
G Untuk 2x Pemakaian

Tabel 38. Pemasangan 1m³ Bekesting Untuk Balok


No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja OH 0,66
Tukang OH 0,33
Kepala Tukang OH 0,03
Mandor OH 0,03
B BAHAN
Kayu Kelas III (Borneo/dll) M3 0,04
Paku Biasa 5 cm - 10 cm Kg 0,40
- 153 -

No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)


Minyak Bekesting Liter 0,20
Kayu Kelas II (Kamper/Kruing/dll) M3 0,02
Multipleks 9 mm Lembar 0,35
Kayu Dolken Ø 8-10/400 cm Batang 2,00
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10%xD
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )
G Untuk 2x Pemakaian

Tabel 39. Pemasangan 1m³ Bekesting Untuk Lantai


No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja OH 0,66
Tukang OH 0,33
Kepala Tukang OH 0,03
Mandor OH 0,03
B BAHAN
Kayu Kelas III (Borneo/dll) M3 0,04
Paku Biasa 5 cm - 10 cm Kg 0,40
Minyak Bekesting Liter 0,20
Kayu Kelas II (Kamper/Kruing/dll) M3 0,02
Multipleks 9 mm Lembar 0,35
Kayu Dolken Ø 8-10/400 cm Batang 6,00
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10%xD
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )
G Untuk 2x Pemakaian

Tabel 40. Pemasangan 1m³ Bekesting Untuk Tangga


No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja OH 0,66
Tukang OH 0,33
Kepala Tukang OH 0,03
Mandor OH 0,03
B BAHAN
Kayu Kelas III (Borneo/dll) M3 0,03
Paku Biasa 5 cm - 10 cm Kg 0,40
Minyak Bekesting Liter 0,15
Kayu Kelas II (Kamper/Kruing/dll) M3 0,02
Multipleks 9 mm Lembar 0,35
Kayu Dolken Ø 8-10/400 cm Batang 2,00
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10%xD
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )
G Untuk 2x Pemakaian

3.7.4. Pekerjaan Atap


Tabel 41. Pemasangan 1 m² Kuda - Kuda Baja Ringan
No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja OH 0,20
Tukang Kayu OH 0,45
Kepala tukang OH 0,01
Mandor OH 0,05
B BAHAN
Baja ringan canai dingin C75 M' 3,72
Baut (Srew driver) bh 28,00
Dynabol dia 12 x 120 mm bh 2,00
Reng Canai Dingin M' 5,40
- 154 -

No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)


Talang / Jurai Canai Dingin M' 0,12
C PERALATAN
Alat Rangka Atap Baja Canai Dingin 0,10
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10% x D
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )

Tabel 42. Pemasangan 1 m² Reng Baja Ringan


No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja OH 0,10
Tukang Besi OH 0,05
Kepala tukang OH 0,01
Mandor OH 0,01
B BAHAN
Reng R-35 tb. 0,45 mm m1 5,10
Sekrup Reng bh 10,00
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10%xD
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )

Tabel 43. Pemasangan 1m² Atap Metal Roof Berpasir


No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja OH 0,20
Tukang Kayu OH 0,10
Kepala tukang OH 0,01
Mandor OH 0,00
B BAHAN
Genteng metal Berpasir Bh 1,00
Sekrup 1 - 3 cm Kg 0,03
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10%xD
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )

Tabel 44. Pemasangan 1m² Nok Metal Roof Berpasir


No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja OH 0,25
Tukang Kayu OH 0,15
Kepala tukang OH 0,02
Mandor OH 0,01
B BAHAN
Genteng Nok Metal Berpasir Bh 1,00
Sekrup 1 - 3 cm Kg 0,05
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10% x D
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )

Tabel 45. Pemasangan 1 m¹ Listplank GRC Tebal 9mm


No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja OH 0,11
Tukang OH 0,22
Kepala tukang OH 0,02
Mandor OH 0,01
B BAHAN
Listplank GRC m1 0,42
Kayu Balok Kelas III m3 0,00
Paku 4 - 7 cm Kg 0,30
- 155 -

No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)


C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10% x D
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )

3.7.5. Pekerjaan Dinding


Tabel 46. Pemasangan 1m² Dinding ½ Bata Merah Campuran 1:4
No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja OH 0,30
Tukang OH 0,10
Kepala Tukang OH 0,01
Mandor OH 0,02
B BAHAN
Batu Bata Buah 70,00
Semen @ 40 Kg Kg 11,50
Pasir Pasang (1400 kg/m3) M3 0,04
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10%xD
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )

Tabel 47. Pemasangan 1m² Plesteran 1:4 Tebal 20 mm


No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja OH 0,40
Tukang OH 0,20
Kepala Tukang OH 0,02
Mandor OH 0,02
B BAHAN
Semen @ 40 Kg Kg 8,32
Pasir Pasang (1400 kg/m3) M3 0,03
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10%xD
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )

Tabel 48. Pemasangan 1m² Acian


No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja OH 0,20
Tukang OH 0,10
Kepala Tukang OH 0,01
Mandor OH 0,01
B BAHAN
Semen @ 40 Kg Kg 3,25
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10%xD
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )

3.7.6. Pekerjaan Lantai dan Dinding Keramik


Tabel 49. Pemasangan 1m² Lantai Keramik 30x30 Polos
No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja OH 0,26
Tukang Batu OH 0,13
Kepala tukang OH 0,01
Mandor OH 0,01
B BAHAN
Keramik 30 x 30 Polos setara Mulia m2 1,10
- 156 -

No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)


Semen Portland Kg 10,00
Pasir pasang M3 0,05
Semen warna Kg 1,50
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10% x D
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )

Tabel 50. Pemasangan 1m² Dinding Keramik 20x25 Corak


No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja OH 0,90
Tukang Batu OH 0,45
Kepala tukang OH 0,05
Mandor OH 0,05
B BAHAN
Keramik 20 x 25 Corak Setara Mulia m2 1,10
Semen Portland Kg 9,30
Pasir Pasang M3 0,02
Semen warna Kg 1,94
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10% x D
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )

Tabel 51. Pemasangan 1m² Lantai Keramik 20x20 Corak Anti Slip
No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja OH 0,26
Tukang Batu OH 0,13
Kepala tukang OH 0,01
Mandor OH 0,01
B BAHAN
Keramik 20 x 20 Corak setara Mulia m2 1,10
Semen Portland Kg 10,40
Pasir pasang M3 0,05
Semen warna Kg 1,62
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10% x D
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )

3.7.7. Pekerjaan Plafon


Tabel 52. Pemasangan 1m² Plafond PVC dengan Rangka Besi Hollow
No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja OH 0,150
Tukang OH 0,250
Kepala tukang OH 0,025
Mandor OH 0,075
B BAHAN
Besi Hollow 20x40 btg 0,15
Besi Hollow 40x40 btg 0,42
Sekrup Hollow Kg 0,11
Plafon PVC m2 1,00
Screw PVC Buah 18,00
Ramset / Dinabolt buah 4,00
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10% x D
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )
- 157 -

Tabel 53. Pemasangan 1m² List Plafond PVC


No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja OH 0,100
Tukang OH 0,050
Kepala tukang OH 0,005
Mandor OH 0,005
B BAHAN
Plafon PVC m2 1,00
Screw PVC Buah 18,00
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10% x D
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )

3.7.8. Pekerjaan Pengecatan


Tabel 54. Pengecatan 1 m² Dinding Exterior (1 Lapis Plamur, 1 Lapis Cat Dasar, 2 Lapis Cat)
No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja OH 0,02
Tukang Kayu OH 0,06
Kepala Tukang OH 0,01
Mandor OH 0,00
B BAHAN
Plamur Kg 0,10
Cat Dasar Kg 0,10
Cat Penutup Exterior Setara Jotun Kg 0,26
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10%xD
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )

Tabel 55. Pengecatan 1 m² Dinding Interior (1 Lapis Plamur, 1 Lapis Cat Dasar, 2 Lapis Cat)
No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja OH 0,02
Tukang Kayu OH 0,06
Kepala Tukang OH 0,01
Mandor OH 0,00
B BAHAN
Plamur Kg 0,10
Cat Dasar Kg 0,10
Cat Penutup Interior Setara Jotun Kg 0,26
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10%xD
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )

3.7.9. Pekerjaan Kusen


Tabel 56. Pemasangan 1 m¹ Kusen
No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja OH 0,043
Tukang UPVC OH 0,043
Kepala Tukang OH 0,004
Mandor OH 0,002
B BAHAN
Profil UPVC m1 1,100
Skrup Fixer bh 2,000
Sealent tube 0,060
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10%xD
- 158 -

No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)


F Harga Satuan Pekerjaan ( D + E )

Tabel 57. Pemasangan 1 Unit Pintu Dobel UPVC P-1


No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja OH 0,043
Tukang UPVC OH 0,043
Kepala Tukang OH 0,004
Mandor OH 0,002
B BAHAN
Profil UPVC m1 8,560
Kaca clear 5mm m2 0,800
engsel buah 4,000
pengunci buah 1,000
handle buah 1,000
daun pintu Alumunium composite panel m2 2,925
UPVC gril / ventilasi udara m2 0,800
Skrup Fixer bh 12,000
Sealent tube 1,330
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10%xD
F Harga Satuan Pekerjaan ( D + E )

Tabel 58. Pemasangan 1 Unit Daun Jendela UPVC J-1


No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja OH 0,043
Tukang UPVC OH 0,043
Kepala Tukang OH 0,004
Mandor OH 0,002
B BAHAN
Profil UPVC m1 12,080
Kaca clear 5mm m2 1,600
engsel buah 4,000
pengunci buah 2,000
handle buah 2,000
UPVC gril / ventilasi udara m2 1,330
Skrup Fixer bh 12,000
Sealent tube 1,460
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10%xD
F Harga Satuan Pekerjaan ( D + E )

Tabel 59. Pemasangan 1 Unit Daun Jendela UPVC J-2


No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja OH 0,043
Tukang UPVC OH 0,043
Kepala Tukang OH 0,004
Mandor OH 0,002
B BAHAN
Profil UPVC m1 11,000
Kaca clear 5mm m2 1,050
engsel buah 4,000
pengunci buah 2,000
handle buah 2,000
UPVC gril / ventilasi udara m2 1,330
Skrup Fixer bh 12,000
Sealent tube 1,130
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
- 159 -

No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)


E Overhead & Profit 10%xD
F Harga Satuan Pekerjaan ( D + E )

3.7.10. Pekerjaan Listrik


Tabel 60. Pemasangan Instalasi Penerangan
No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja OH 0,370
tukang listrik OH 0,106
Kepala Tukang OH 0,011
Mandor OH 0,019
B BAHAN
Fitting Plafon Besar, BROCO,
Standard Line, Kode 1210, Isi 144 dus 0,027
buah/dus
NYM SNI. 2 X 2,5 mm m 15,000
Klem t = 4 mm buah 1,000
Saklar Engkel, Standard buah 1,000
Pipa conduit m 1,300
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10%xD
F Harga Satuan Pekerjaan ( D + E )

Tabel 61. Pemasangan Instalasi Stop Kontak


No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja OH 0,370
tukang listrik OH 0,106
Kepala Tukang OH 0,011
Mandor OH 0,019
B BAHAN
Fitting Plafon Besar, BROCO,
Standard Line, Kode 1210, Isi 144 dus 0,027
buah/dus
NYM SNI. 2 X 2,5 mm m 15,000
Klem t = 4 mm buah 1,000
Saklar Engkel, Standard buah 1,000
Pipa conduit m 1,300
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10%xD
F Harga Satuan Pekerjaan ( D + E )

Tabel 62. Pemasangan Instalasi Lampu TL 2x18


No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja OH 0,370
tukang listrik OH 0,106
Kepala Tukang OH 0,011
Mandor OH 0,019
B BAHAN
TL 2x18 + Armatur Lengkap buah 1,000
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10%xD
F Harga Satuan Pekerjaan ( D + E )
- 160 -

3.7.11. Pekerjaan Sanitasi


Tabel 63. Pemasangan 1 Buah Kloset Duduk
No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja OH 3,30
Tukang Batu OH 1,10
Kepala Tukang OH 0,01
Mandor OH 0,16
B BAHAN
Kloset Duduk Keramik Buah 1,00
Perlengkapan Ls 0,06
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10%xD
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )

Tabel 64. Pemasangan 1 Buah Kloset Jongkok Porselen


No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja OH 1,00
Tukang Batu OH 1,50
Kepala Tukang OH 0,02
Mandor OH 0,16
B BAHAN
Kloset Jongkok Keramik Buah 1,00
Semen @ 40 Kg Kg 6,00
Pasir Pasang (1400 kg/m3) M3 0,01
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10%xD
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )

Tabel 65. Pemasangan 1 Buah Wastafel


No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja OH 1,20
Tukang Batu OH 1,45
Kepala Tukang OH 0,01
Mandor OH 0,06
B BAHAN
Wastafel Bh 1,00
Semen @ 40 Kg Kg 6,00
Pasir Pasang (1400 kg/m3) M3 0,01
Perlengkapan % 0,12
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10%xD
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )

Tabel 66. Pemasangan 1 Buah Floor Drain


No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja OH 0,01
Tukang Batu OH 0,10
Kepala Tukang OH 0,01
Mandor OH 0,01
B BAHAN
Floor Drain Setara Toto Buah 1,00
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10%xD
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )
- 161 -

Tabel 67. Pemasangan 1 Buah Bak Kontrol Pasangan Bata 60 x 60 Tinggi 65 cm


No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja OH 3,20
Tukang Batu OH 1,15
Kepala Tukang OH 0,01
Mandor OH 0,02
B BAHAN
Batu Bata Buah 123,00
Semen @ 40 Kg Kg 114,00
Pasir Pasang (1400 kg/m3) M3 0,18
Pasir Beton (1400 kg/m3) M3 0,12
Kerikil (1350 kg/m3) M3 0,03
Besi Beton Polos Kg 4,85
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10%xD
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )

Tabel 68. Pemasangan 1 Buah Kran Air Diameter 1/2" atau 3/4"
No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja OH 0,01
Tukang Batu OH 0,40
Kepala Tukang OH 0,04
Mandor OH 0,01
B BAHAN
Kran Air Dia. 1/2" - 3/4" Bh 1,00
Seal Tape Bh 0,03
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10%xD
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )

Tabel 69. Pemasangan 1 m¹ Pipa PVC Tipe AW Diameter 1/2"


No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja OH 0,04
Tukang Batu OH 0,06
Kepala Tukang OH 0,01
Mandor OH 0,00
B BAHAN
Pipa PVC Ø 1/2" Kualitas AWE (United) m' 1,20
Perlengkapan % 0,35
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10%xD
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )

Tabel 70. Pemasangan 1 m¹ Pipa PVC Tipe AW Diameter 3/4"


No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja OH 0,04
Tukang Batu OH 0,06
Kepala Tukang OH 0,01
Mandor OH 0,00
B BAHAN
Pipa PVC Ø 3/4" m' 1,20
Perlengkapan % 0,35
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10%xD
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )
- 162 -

Tabel 71. Pemasangan 1 m¹ Pipa PVC Tipe AW Diameter 2"


No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja OH 0,05
Tukang Batu OH 0,09
Kepala Tukang OH 0,01
Mandor OH 0,00
B BAHAN
Pipa PVC Ø 2" m' 1,20
Perlengkapan % 0,35
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10%xD
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )

Tabel 72. Pemasangan 1 m¹ Pipa PVC Tipe AW Diameter 4"


No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja OH 0,08
Tukang Batu OH 0,14
Kepala Tukang OH 0,01
Mandor OH 0,00
B BAHAN
Pipa PVC Ø 4" m' 1,20
Perlengkapan % 0,35
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10%xD
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )
- 163 -

IV. STANDARDISASI DESAIN SEKOLAH/MADRASAH DENGAN SISTEM


STRUKTUR PRACETAK (RISHA)
4.1. Umum
Standardisasi desain sekolah/madrasah bangunan permanen dengan
sistem struktur pracetak (RISHA) merupakan acuan desain pembangunan
sekolah/madrasah yang diperuntukan untuk pemanfaatan jangka panjang
(permanen) dengan sistem struktur beton bertulang yang
dicetak/diproduksi terlebih dahulu (pracetak) di workshop (on-site atau off-
site) untuk selanjutnya dirakit/dikonstruksi sesuai ketentuan teknis.
Secara umum, standardisasi desain sekolah/madrasah bangunan
permanen dengan sistem struktur pracetak (RISHA) disediakan dalam
beberapa varian, yaitu:
a. Standardisasi desain SD/MI kapasitas 28 siswa dengan Type 7,8x7,8
untuk 1 Lantai.

b. Standardisasi desain SMP/MTs kapasitas 32 siswa dengan Type 7,8x9


untuk 1 Lantai.
c. Standardisasi desain SMA/MA dan SMK/MAK kapasitas 32 siswa
dengan Type 9x9 untuk 1 Lantai.

Penentuan penggunaan standardisasi desain sekolah/madrasah bangunan


permanen dengan sistem struktur pracetak (RISHA) ini dilakukan dengan
mempertimbangkan kriteria sebagai berikut:
a. Lokasi sekolah/madrasah memiliki tingkat kerawanan kegempaan
tinggi.

b. Lokasi sekolah/madrasah tidak berada di daerah pantai, oleh karena


mempertimbangkan tebal selimut beton pada panel pracetak (RISHA)
sangat tipis sehingga berpotensi mengakibatkan korosi pada lokasi di
daerah pantai.
c. Lokasi sekolah/madrasah memiliki akses transportasi yang baik
menuju lokasi workshop produksi panel pracetak (RISHA) untuk
mereduksi potensi kerusakan panel dalam proses pengangkutan.
d. Lokasi sekolah/madrasah memiliki potensi SDM penyedia jasa yang
mampu menjadi aplikator produksi panel pracetak (RISHA).

Ketentuan spesifikasi teknis dan metode pelaksanaan sistem struktur


pracetak (RISHA) yang digunakan pada bagian ini merujuk pada Buku
RISHA (Rumah Instan Sederhana Sehat) yang disusun dan dipublikasi oleh
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman, Badan
Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat pada tahun 2015.
- 164 -

4.2. Standardisasi Desain Modul Ruang Kelas


4.2.1. SD/MI untuk 28 Siswa 1 lantai

Gambar 144. Denah Ruang Kelas

Gambar 145. Tampak Depan

Gambar 146. Tampak Belakang


- 165 -

Gambar 147. Tampak Samping

Gambar 148. Potongan


- 166 -

4.2.2. SMP/MTs untuk 32 Siswa 1 lantai

Gambar 149. Denah Ruang Kelas

Gambar 150. Tampak Depan

Gambar 151. Tampak Belakang


- 167 -

Gambar 152. Tampak Samping

Gambar 153. Potongan


- 168 -

4.2.3. SMA/MA untuk 32 Siswa 1 lantai

Gambar 154. Denah Ruang Kelas

Gambar 155. Tampak Depan

Gambar 156. Tampak Belakang


- 169 -

Gambar 157. Tampak Samping

Gambar 158. Potongan


- 170 -

4.3. Detail-Detail Standardisasi Desain Modul Ruang Kelas


4.3.1. Detail Struktur

Gambar 159. Rencana Pondasi dan Sloof SD/MI 1 Lantai dengan RISHA

Gambar 160. Rencana Pondasi dan Sloof SMP/MTs 1 Lantai dengan RISHA
- 171 -

Gambar 161. Rencana Pondasi dan Sloof SMA/MA 1 Lantai dengan RISHA

Gambar 162. Detail Pondasi P1


- 172 -

Gambar 163. Detail Pondasi P2

Gambar 164. Detail Pondasi P3


- 173 -

Trekstang Trekstang

Gambar 165. Rencana Balok Ring dan Trekstang SD/MI 1 Lantai dengan RISHA

Gambar 166. Rencana Balok Ring dan Trekstang SMP/MTs 1 Lantai dengan RISHA
- 174 -

Gambar 167. Rencana Balok Ring dan Trekstang SMA/MA 1 Lantai dengan RISHA

Gambar 168. Detail Trekstang


- 175 -

4.3.2. Detail Atap

Gambar 169. Detail Kuda-Kuda


- 176 -

4.3.3. Detail Plafon

Rencana Plafon Ruang Kelas

Rencana Plafon Selasar

Gambar 170. Rencana Plafon SD/MI 1 Lantai dengan RISHA

Rencana Plafon Ruang Kelas

Rencana Plafon Selasar

Gambar 171. Rencana Plafon SMP/MTs 1 Lantai dengan RISHA


- 177 -

Rencana Plafon Ruang Kelas

Rencana Plafon Selasar

Gambar 172. Rencana Plafon SMA/MA 1 Lantai dengan RISHA

Gambar 173. Detail Plafon


- 178 -

4.3.4. Detail Bukaan

Gambar 174. Detail Bukaan


- 179 -

4.3.5. Detail Panel RISHA

Gambar 175. Detail Panel P1

Gambar 176. Detail Panel P2


- 180 -

Gambar 177. Detail Panel P3

Gambar 178. Detail Sambungan Panel


- 181 -

4.4. Spesifikasi Teknis Standardisasi Desain


4.4.1. Spesifikasi Bangunan
Tabel 73. Spesifikasi Teknis Sekolah/Madrasah dengan Sistem Struktur Pracetak (RISHA)
NO KOMPONEN MATERIAL UTAMA KETERANGAN KRITERIA
A STRUKTUR
1 PONDASI • Batu Kali berwarna abu-abu hitam, • Dalam hal kondisi tanah Pemilihan
MENERUS keras, dan tidak berpori yang kurang baik, diperlukan semua
dipecahkan dengan sudut runcing, penambahan Cerucuk Kayu / material
serta dipasang setinggi 80 cm Bambu (sesuai perhitungan struktur
berbentuk trapesium daya dukung tanah) diutamakan
• Aanstamping atau pasangan batu Dimensi struktur sesuai pada
kosong setinggi 15-20 cm yang disusun perhitungan perencanaan material
di bawah batu kali pecah diproduksi
• Lantai kerja urugan pasir setebal 5 cm lokal/dalam
2 SLOOF • Panel RISHA Beton dengan kuat tekan f’c negeri atau
25MPa yang
3 KOLOM • Panel RISHA Beton dengan kuat tekan f’c memiliki
25MPa persentase
4 BALOK • Panel RISHA Beton dengan kuat tekan f’c Tingkat
25MPa komponen
5 RING BALOK • Panel RISHA Beton dengan kuat tekan f’c Dalam
25MPa Negeri
6 ATAP Dapat digunakan material (TKDN)
• Batang Tegak dan Diagonal (Bagian
Web) Rangka Kuda-Kuda Baja Ringan alternatif: paling
dengan tebal minimal 0,75 mm • Alternatif 1 : Rangka Atap tinggi dari
semua
• Kaki Kuda-Kuda dan Batang Tarik Baja Kuda-Kuda Kayu (Kode Mutu
alternatif
Ringan dengan tebal minimal 1,00 mm E20, Modulus Elastisitas min
material
• Reng Baja Ringan dengan tebal antara 10000 N/mm2) dengan
Penutup Atap Genteng atau sesuai
0,3 – 0,4 mm
Atap Metal Berpasir (tebal 0,4 spesifikasi
• Penutup Atap Metal Berpasir (tebal 0,4 teknis yang
mm) mm)
tersedia.
• Alternatif 2 : Rangka Atap
Kuda-Kuda Baja Profil Siku
(2L.70x70x7) dengan Penutup
Atap Genteng atau Atap Metal
Berpasir (tebal 0,4 mm)
• Dalam hal digunakan penutup
atap menggunakan genteng
yang dikombinasikan dengan
kuda-kuda baja ringan, harus
dilengkapi dengan perhitungan
kekuatan rangka baja ringan

B ARSITEKTUR
1 LANTAI • Keramik ukuran 30x30 • Dapat digunakan alternatif Pemilihan
(mempertimbangkan modul struktur keramik ukuran 40x40, semua
kelipatan 30, sehingga posisi nut bisa dengan membuat pola lantai material
disesuaikan dengan as kolom) yang efektif dan efisien arsitektur
• Untuk penutup lantai selasar, diutamakan
digunakan keramik dengan permukaan pada
emboss, doff, atau kasar (agar tidak material
licin saat basah) yang
2 DINDING • Pasangan 1/2 Bata Merah Dalam hal material utama tidak diproduksi
• Bata Merah harus memenuhi syarat tersedia di daerah, dapat lokal/dalam
warna merah tanah, keras, tidak digunakan material alternatif: negeri atau
mudah patah, bagian tepi lurus dan • Panel dinding precast yang
tajam, tidak banyak retakan, serta (sandwich panel tebal 10 cm memiliki
dimensi tidak terlalu kecil dan seragam berat 67 kg/m2 atau fiber persentase
• Menggunakan adukan/mortar dengan concrete panel tebal 10 cm Tingkat
campuran 1 semen : 4 pasir : air berat 85 kg/m2) komponen
secukupnya • Batako yang berkualitas, Dalam
dengan syarat keras, pori-pori Negeri
padat, tertutup rapat, tidak (TKDN)
berongga, permukaan rata dan paling
halus, serta tepinya lancip dan tinggi dari
tajam semua
- 182 -

NO KOMPONEN MATERIAL UTAMA KETERANGAN KRITERIA


• Bata Ringan yang berkualitas, alternatif
dengan syarat berwarna abu- material
abu muda, bentuk presisi, sesuai
kuat dan kukuh (dapat diuji spesifikasi
dengan menancapkan paku), teknis yang
dan tidak mudah pecah (dapat tersedia.
diuji dengan menjatuhkan dari
ketinggian 1 m)
3 PLAFON • Rangka Utama Besi Holow 4x4 dengan Dalam hal material utama tidak
tebal 0,4 mm tersedia di daerah, dapat
• Rangka Pembantu Besi Hollow 4x2 digunakan material alternatif
dengan tebal 0,4 mm penutup plafon:
• Penutup Plafon Panel PVC tebal 7 mm • Multiplek dengan tebal min
6mm
• Gypsum dengan tebal min
9mm
• GRC dengan tebal min 4mm
4 KUSEN, • Kusen UPVC dengan tebal 2,5 – 2,7 mm Dalam hal material utama tidak
PINTU, • Daun Pintu UPVC dengan tebal 2,5 – tersedia di daerah, dapat
JENDELA 2,7 mm digunakan material alternatif:
• Daun Jendela UPVC dengan tebal 2,5 – • Alumunium 4” (tebal 1,2 – 1,3
2,7 mm mm)
• Engsel pintu minimal 3 dan diletakan • Kayu (Kode Mutu E20, dengan
di posisi rata luar dinding agar pintu Modulus Elastisitas min 10000
dapat dibuka 180 yang dipasangkan
O N/mm2)
gerendel bawah agar pintu tetap posisi
terbuka (menghindari kecelakaan pada
selasar)

5 LISTPLANK GRC 9mm Dalam hal material utama tidak
tersedia di daerah, dapat
digunakan material alternatif
Papan Kayu 2cm
6 LANTAI • Keramik 20x20 -
TOILET Digunakan keramik dengan permukaan
emboss, doff, atau kasar (agar tidak licin)
7 DINDING Keramik 20x25 -
TOILET
8 CAT DINDING Cat Interior Warna mengikuti Panduan
DALAM Warna
9 CAT DINDING Cat Luar (Weather Shield) Warna mengikuti Panduan
LUAR Cat Selasar Separuh Bawah (Oil Based Warna
Paint, Easy Clean atau Glossy)
10 PELATARAN Paving blok minimal kode mutu C (15MPa) Dalam hal material utama tidak
UPACARA tersedia di daerah, dapat
digunakan alternatif Pelataran
Cor Beton fc 21,7 MPa
C ELEKTRIKAL Pemilihan
1 LAMPU R. Kelas Lampu TL 2x36W Armartur • Lampu dipasang secara semua
outbow dengan material
mempertimbangkan elektrikal
pemeliharaan dan efektifitas dan
pencahayaan plambing
• Grouping Lampu dilakukan diutamakan
dengan zonasi berjajar (bukan pada
zig-zag) material
Selasar & Toilet, Lampu Baret 22W - yang
2 KABEL Kabel Tipe NYM (SNI) + Pipa Conduit Jaringan Kabel dengan diproduksi
LISTRIK Pengaman Pipa Conduit & lokal/dalam
sambungan kabel dalam T-Dus negeri atau
3 PENANGKAL Sistem Penangkal Petir Standar yang
PETIR • Air Terminal (Batang Penerima), jenis memiliki
non radio aktif, radius perlindungan persentase
min 70 m, dilengkapi dengan FRP Tingkat
Support Mast dan Counter Stright komponen
• Conductor (HV Cable N2XSY) Dalam
Pipa Galvanized (Medium Class) Negeri
- 183 -

NO KOMPONEN MATERIAL UTAMA KETERANGAN KRITERIA


D PLAMBING (TKDN)
1 PEMIPAAN Pipa PVC 3/4' dan 1/2' Kelas AW (Tanpa Timbal) paling
AIR BERSIH tinggi dari
2 PEMIPAAN Pipa PVC 2' Kelas AW (Tanpa Timbal) semua
AIR KOTOR alternatif
3 PEMIPAAN Pipa PVC 4' Kelas AW (Tanpa Timbal) material
KOTORAN sesuai
4 SANITAIR Kloset Jongkok, Kloset Duduk, Washtafel, Kloset duduk untuk toilet spesifikasi
Urinoir disabilitas & toilet guru teknis yang
5 SEPTICTANK Biotech Dalam hal material utama tidak tersedia.
tersedia di daerah, dapat dibuat
Tangki Septic dengan sistem 2
ruang
6 TEMPAT • Minimal menyediakan Kran Tuas dan • Penempatan tempat cuci
CUCI CUCI Pedestal tangan diletakkan di depan
TANGAN • Dapat ditambahkan washtafel kecil setiap kelas
• Posisi kran harus dipasang
jatuh di saluran drainase
7 PROTEKSI APAR (Alat Pemadam Api Ringan) • Disediakan untuk jarak setiap
KEBAKARAN 30 meter (disesuaikan dengan
tingkat risiko kebakaran
ruangan) atau minimal 2 buah
kapasitas 9 liter
• Ditempatkan di posisi yang
mudah dilihat, diakses dan
diambil. Dapat diberikan
tempat pengaman berupa box
APAR
• Diberikan tanda APAR di
ketinggian 125 cm dari dasar
lantai di setiap posisi APAR
- 184 -

4.4.2. Spesifikasi Teknis Panel RISHA


Tabel 74. Spesifikasi Teknis Panel 1 dan Panel 2
- 185 -

Tabel 75. Spesifikasi Teknis Panel Penyambung

4.5. Acuan Perhitungan Acuan Perhitungan Volume (BOQ) Modul Ruang Kelas
Sistem Struktur Pracetak (RISHA)
Tabel 76. Perhitungan Volume (BOQ) Modul Ruang Kelas SD/MI RISHA 1 Lantai

HARGA BIAYA
NO URAIAN VOL SATUAN
SATUAN (Rp) (Rp)
I PEKERJAAN STUKTUR
1 Galian Tanah Pondasi 9,60 m3
2 Urugan Tanah Bekas Galian 6,29 m3
3 Pek. Pondasi Batukali 3,31 m3
4 Pek. Panel 1 456,00 buah
5 Pek. Panel 2 162,00 buah
6 Pek. Panel 3 152,00 buah
7 Pek. Plat Besi 1.692,00 buah
8 Pek. Baut + ring 3.432,00 buah
9 Trekstang / Stud Bolt d=12 mm 4,00 Unit
10 Pek. Rangka Atap Baja Ringan 121,26 m2
11 Pek. Penutup Atap 121,26 m2
12 Pek. Atap Bubungan 14,80 m1
II PEKERJAAN ARSITEKTUR
1 Pek. Dinding Bata 103,77 m2
2 Pek. Plester dan Acian 116,92 m2
3 Pek. Keramik Lantai R. Kelas 56,00 m2
4 Pek. Keramik Lantai Selasar 16,00 m2
- 186 -

HARGA BIAYA
NO URAIAN VOL SATUAN
SATUAN (Rp) (Rp)
5 Pek Plafon termasuk rangka 56,00 m2
6 Pek Plafon Selasar termasuk rangka 17,92 m2
7 Pek Pengecatan dinding 116,92 m2
8 Pek. Pengecatan Plafon 73,92 m2
9 Pek. Kusen Pintu Dobel 7,10 m1
10 Pek. Daun Pintu termasuk Assesories 1,00 unit
11 Pek. Kusen Jendela Type 1 21,96 m1
12 Pek. Jendela Type 1 termasuk Assesories 3,00 unit
13 Pek. Kusen Jendela Type 2 13,80 m1
14 Pek. Jendela Type 2 termasuk Assesories 2,00 unit
15 Pek. Listpalnk 27,20 m1
III PEKERJAAN KELISTRIKAN
1 Pek. Instalasi Penerangan Titik Lampu R Kelas 6,00 ttk
2 Pek. Instalasi Penerangan Titik Lampu Selasar 2,00 ttk
3 Pek. Instalasi Stop Kontak 2,00 ttk
4 Pek. Instalasi Saklar Tunggal 1,00 ttk
5 Pek. Instalasi Saklar Dobel 3,00 ttk
IV PEKERJAAN LAIN-LAIN
1 Pek. Wastafel Terpasang 1,00 unit
2 Pek. Rabat Beton 25,65 m2
3 Pek. Saluran 30,30 m1
4 Pek. Bak Kontrol 2,00 unit

Tabel 77. Perhitungan Volume (BOQ) Modul Ruang Kelas SMP/MTs RISHA 1 Lantai

HARGA BIAYA
NO URAIAN VOL SATUAN
SATUAN (Rp) (Rp)
I PEKERJAAN STUKTUR
1 Galian Tanah Pondasi 9,60 m3
2 Urugan Tanah Bekas Galian 6,29 m3
3 Pek. Pondasi Batukali 3,31 m3
4 Pek. Panel 1 456,00 buah
5 Pek. Panel 2 162,00 buah
6 Pek. Panel 3 152,00 buah
7 Pek. Plat Besi 1.692,00 buah
8 Pek. Baut + ring 3.432,00 buah
9 Trekstang / Stud Bolt d=12 mm 4,00 Unit
10 Pek. Rangka Atap Baja Ringan 137,26 m2
11 Pek. Penutup Atap 137,26 m2
12 Pek. Atap Bubungan 15,80 m1
II PEKERJAAN ARSITEKTUR
1 Pek. Dinding Bata 113,55 m2
2 Pek. Plester dan Acian 119,02 m2
3 Pek. Keramik Lantai R. Kelas 63,00 m2
4 Pek. Keramik Lantai Selasar 18,00 m2
5 Pek Plafon Gypsum termasuk rangka 63,00 m2
6 Pek Plafon Selasar GRC termasuk rangka 20,16 m2
7 Pek Pengecatan dinding 119,02 m2
8 Pek. Pengecatan Plafon 83,16 m2
9 Pek. Kusen Pintu Dobel 7,10 m1
10 Pek. Daun Pintu termasuk Assesories 1,00 unit
11 Pek. Kusen Jendela Type 1 21,96 m1
12 Pek. Jendela Type 1 termasuk Assesories 3,00 unit
13 Pek. Kusen Jendela Type 2 13,80 m1
14 Pek. Jendela Type 2 termasuk Assesories 2,00 unit
15 Pek. Listpalnk 28,20 m1
III PEKERJAAN KELISTRIKAN
1 Pek. Instalasi Penerangan Titik Lampu R Kelas 6,00 ttk
2 Pek. Instalasi Penerangan Titik Lampu Selasar 2,00 ttk
3 Pek. Instalasi Stop Kontak 2,00 ttk
- 187 -

HARGA BIAYA
NO URAIAN VOL SATUAN
SATUAN (Rp) (Rp)
4 Pek. Instalasi Saklar Tunggal 1,00 ttk
5 Pek. Instalasi Saklar Dobel 3,00 ttk
IV PEKERJAAN LAIN-LAIN
1 Pek. Wastafel Terpasang 1,00 unit
2 Pek. Rabat Beton 27,36 m2
3 Pek. Saluran 32,30 m1
4 Pek. Bak Kontrol 2,00 unit

Tabel 78. Perhitungan Volume (BOQ) Modul Ruang Kelas SMA/MA RISHA 1 Lantai

HARGA BIAYA
NO URAIAN VOL SATUAN
SATUAN (Rp) (Rp)
I PEKERJAAN STUKTUR
1 Galian Tanah Pondasi 9,60 m3
2 Urugan Tanah Bekas Galian 6,29 m3
3 Pek. Pondasi Batukali 3,31 m3
4 Pek. Panel 1 456,00 buah
5 Pek. Panel 2 162,00 buah
6 Pek. Panel 3 152,00 buah
7 Pek. Plat Besi 1.692,00 buah
8 Pek. Baut + ring 3.432,00 buah
9 Trekstang / Stud Bolt d=12 mm 4,00 Unit
10 Pek. Rangka Atap Baja Ringan 149,67 m2
11 Pek. Penutup Atap 149,67 m2
12 Pek. Atap Bubungan 16,80 m1
II PEKERJAAN ARSITEKTUR
1 Pek. Dinding Bata 131,36 m2
2 Pek. Plester dan Acian 291,48 m2
3 Pek. Keramik Lantai R. Kelas 72,00 m2
4 Pek. Keramik Lantai Selasar 18,00 m2
5 Pek Plafon termasuk rangka 72,00 m2
6 Pek Plafon Selasar termasuk rangka 20,16 m2
7 Pek Pengecatan dinding 291,48 m2
8 Pek. Pengecatan Plafon 92,16 m2
9 Pek. Kusen Pintu Dobel 7,10 m1
10 Pek. Daun Pintu termasuk Assesories 1,00 unit
11 Pek. Kusen Jendela Type 1 21,96 m1
12 Pek. Jendela Type 1 termasuk Assesories 3,00 unit
13 Pek. Kusen Jendela Type 2 13,80 m1
14 Pek. Jendela Type 2 termasuk Assesories 2,00 unit
15 Pek. Listpalnk 29,20 m1
III PEKERJAAN KELISTRIKAN
1 Pek. Instalasi Penerangan Titik Lampu R Kelas 6,00 ttk
2 Pek. Instalasi Penerangan Titik Lampu Selasar 2,00 ttk
3 Pek. Instalasi Stop Kontak 2,00 ttk
4 Pek. Instalasi Saklar Tunggal 1,00 ttk
5 Pek. Instalasi Saklar Dobel 3,00 ttk
IV PEKERJAAN LAIN-LAIN
1 Pek. Wastafel Terpasang 1,00 unit
2 Pek. Rabat Beton 29,07 m2
3 Pek. Saluran 34,30 m1
4 Pek. Bak Kontrol 2,00 unit
- 188 -

4.6. Analisis Harga Satuan Pekerjaan (AHSP)


Analisis Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) untuk Modul Ruang Kelas Sistem
Struktur Pracetak (RISHA) selain untuk pekerjaan pembuatan Panel
RISHA, mengacu pada Sub-Bab 3.7. Adapun Analisis Harga Satuan
Pekerjaan (AHSP) untuk pekerjaan pembuatan Panel RISHA dapat dilihat
pada tabel berkut.

Tabel 79. Pembuatan 1 Unit Panel RISHA P1


No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja OH 5,30
Tukang batu OH 0,28
Tukang kayu OH 1,30
Tukang besi OH 1,05
Kepala tukang OH 0,26
Mandor OH 0,27
B BAHAN
Minyak bekisting Liter 0,40
Besi beton (polos/ulir) kg 299,09
Besi weremes m4 kg 0,26
Kawat beton kg 12,79
Semen portland kg 336,00
Pasir Beton m3 0,54
Kerikil m3 0,81
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10% x D
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )

Harga Panel P1 (F x Koefisien) m3 0,02

Tabel 80. Pembuatan 1 Unit Panel RISHA P2


No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja OH 5,30
Tukang batu OH 0,28
Tukang kayu OH 1,30
Tukang besi OH 1,05
Kepala tukang OH 0,26
Mandor OH 0,27
B BAHAN
Minyak bekisting Liter 0,40
Besi beton (polos/ulir) kg 299,09
Kawat beton kg 12,79
Besi weremes m4 kg 0,26
Semen portland kg 336,00
Pasir Beton m3 0,54
Kerikil m3 0,81
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10% x D
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )

Harga Panel P2 (F x Koefisien) m3 0,02

Tabel 81. Pembuatan 1 Unit Panel RISHA P3


No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja OH 5,30
Tukang batu OH 0,28
Tukang kayu OH 1,30
Tukang besi OH 1,05
Kepala tukang OH 0,26
Mandor OH 0,27
B BAHAN
- 189 -

No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)


Minyak bekisting Liter 0,40
Besi beton (polos/ulir) kg 669,00
Kawat beton kg 11,63
Semen portland kg 336,00
Pasir Beton m3 0,54
Kerikil m3 0,81
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10% x D
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )

Harga Panel P3 (F x Koefisien) m3 0,01


- 190 -

V. STANDARDISASI DESAIN SEKOLAH/MADRASAH DENGAN KONSTRUKSI


KAYU
5.1. Umum
Standardisasi desain sekolah/madrasah bangunan permanen dengan
konstruksi kayu merupakan acuan desain pembangunan
sekolah/madrasah yang diperuntukkan untuk pemanfaatan jangka
panjang (permanen) dengan menggunakan sistem struktur dan konstruksi
kayu. Secara umum, standardisasi desain sekolah/madrasah bangunan
permanen dengan konstruksi kayu disediakan dalam beberapa varian,
yaitu:
a. Standardisasi desain SD/MI kapasitas 28 siswa dengan Type 7x8;

b. Standardisasi desain SMP/MTs kapasitas 32 siswa dengan Type 7x9;


dan
c. Standardisasi desain SMA/MA dan SMK/MAK kapasitas 32 siswa
dengan Type 8x9.
Penggunaan standardisasi desain ini diperuntukkan bagi lokasi yang
memiliki kesulitan akses transportasi, sehingga sulit memperoleh material
untuk beton namun memiliki ketersediaan material kayu.
Ketentuan spesifikasi teknis dan metode pelaksanaan dengan konstruksi
kayu yang digunakan pada bagian ini merujuk pada SNI 7973:2013
tentang Spesifikasi Desain untuk Konstruksi Kayu.
- 191 -

5.2. Standardisasi Desain Modul Ruang Kelas


5.2.1. SD/MI untuk 28 Siswa 1 lantai

Gambar 179. Denah SD/MI untuk 28 Siswa 1 lantai


- 192 -

Gambar 180. Tampak Depan SD/MI untuk 28 Siswa 1 lantai

Gambar 181. Tampak Belakang SD/MI untuk 28 Siswa 1 lantai


- 193 -

Gambar 182. Tampak Samping SD/MI untuk 28 Siswa 1 lantai

Gambar 183. Potongan Melintang SD/MI untuk 28 Siswa 1 lantai


- 194 -

5.2.2. SMP/MTs untuk 32 Siswa 1 lantai

Gambar 184. Denah SMP/MTs untuk 32 Siswa 1 lantai


- 195 -

Gambar 185. Tampak Depan SMP/MTs untuk 32 Siswa 1 lantai

Gambar 186. Tampak Belakang SMP/MTs untuk 32 Siswa 1 lantai


- 196 -

Gambar 187. Tampak Samping SMP/MTs untuk 32 Siswa 1 lantai

Gambar 188. Potongan Melintang SMP/MTs untuk 32 Siswa 1 lantai


- 197 -

5.2.3. SMA/MA untuk 32 Siswa 1 lantai

Gambar 189. Denah SMA/MA untuk 32 Siswa 1 lantai


- 198 -

Gambar 190. Tampak Depan SMA/MA untuk 32 Siswa 1 lantai

Gambar 191. Tampak Belakang SMA/MA untuk 32 Siswa 1 lantai


- 199 -

Gambar 192. Tampak Samping SMA/MA untuk 32 Siswa 1 lantai

Gambar 193. Potongan Melintang SMA/MA untuk 32 Siswa 1 lantai


- 200 -

5.3. Detail-Detail Standardisasi Desain Modul Ruang Kelas


5.3.1. Detail Konstruksi Kayu

Gambar 194. Denah Pondasi dan Rangka Lantai SD/MI untuk 28 Siswa 1 lantai
- 201 -

Gambar 195. Denah Pondasi dan Rangka Lantai SMP/MTs untuk 32 Siswa 1 lantai
- 202 -

Gambar 196. Denah Pondasi dan Rangka Lantai SMA/MA untuk 32 Siswa 1 lantai

Gambar 197. Detail Pondasi


- 203 -

Gambar 198. Detail Sambungan Tiang Pondasi dan Telapak


- 204 -

Gambar 199. Detail Sambungan Tiang Pondasi dan Balok Penguat Horisontal
- 205 -

Gambar 200. Detail Hubungan Pondasi Tiang dan Balok Penguat Horisontal
- 206 -

Gambar 201. Detail Hubungan Dinding Papan dan Tiang

Gambar 202. Detail Hubungan Ring Balok dan Kolom


- 207 -

5.3.2. Detail Rangka Atap Kayu

Gambar 203. Detail Kuda-Kuda Kayu


- 208 -

5.3.3. Detail Bukaan Kayu (Pintu, Jendela, Lubang Angin)

Gambar 204. Detail Bukaan (Pintu, Jendela, Lubang Angin) dengan Bahan Kayu
- 209 -

5.3.4. Detail Plafon

Gambar 205. Denah Plafon Kayu SD/MI untuk 28 Siswa

Gambar 206. Denah Plafon Kayu SMP/MTs untuk 32 Siswa


- 210 -

Gambar 207. Denah Plafon Kayu SMA/MA untuk 32 Siswa

Gambar 208. Denah Titik Lampu dan Jaringan Listrik SD/MI untuk 28 Siswa
- 211 -

Gambar 209. Denah Titik Lampu dan Jaringan Listrik SMP/MTs untuk 32 Siswa

Gambar 210. Denah Titik Lampu dan Jaringan Listrik SMA/MA dan SMK/MAK untuk 32 Siswa
- 212 -

Gambar 211. Detail Instalasi Listrik

5.4. Spesifikasi Teknis Standardisasi Desain


Tabel 82. Spesifikasi Teknis Standardisasi Desain Sekolah/Madrasah dengan Konstruksi Kayu
NO BAGIAN MATERIAL UTAMA KETERANGAN
BANGUNAN
A STRUKTUR
1 PONDASI Batu Kali 1:5 / Batu
UMPAK Belah, 1:5 / Beton f’c
21,7MPa
2 SLOOF Kayu 6/12 Kode Mutu min E20, Modulus Elastisitas min
10000 N/mm2
3 KOLOM Kayu 10/10 Kolom Kode Mutu min E20, Modulus Elastisitas min
Utama & Kayu 6/12 10000 N/mm2
4 RANGKA Kayu 6/12 & Kayu 5/7 Kode Mutu min E20, Modulus Elastisitas min
DINDING 10000 N/mm2
5 RING BALOK Kayu 6/12 Kode Mutu min E20, Modulus Elastisitas min
10000 N/mm2
6 ATAP Rangka Atap: Kuda- Kode Mutu min E20, Modulus Elastisitas min
Kuda Kayu 6/12 10000 N/mm2
Penutup Atap: Metal
Roof
B ARSITEKTUR
1 LANTAI Papan 3/20 Kode Mutu min E20, Modulus Elastisitas min
10000 N/mm2
2 DINDING Papan 2/18 Kode Mutu min E20, Modulus Elastisitas min
10000 N/mm2
3 PLAFON Rangka Kayu 5/7 & Dalam hal material utama tidak tersedia di
Multipleks 6mm daerah, dapat digunakan material alternatif
seperti Multiplek, Gypsum, GRC, atau
sejenisnya.
4 KUSEN Kayu 6/12 Kode Mutu min E20, Modulus Elastisitas min
10000 N/mm2
5 LISTPLANK Papan 2/20 Kode Mutu min E20, Modulus Elastisitas min
10000 N/mm2
6 LANTAI TOILET Keramik 20x20 Konstruksi Lantai Toilet Menggunakan Beton
7 DINDING Keramik 20x25 Dinding Toilet Menggunakan Dinding ½
TOILET Bata, Tinggi 1 m
8 CAT DINDING Cat Kayu Warna putih/ warna lembut (soft)
DALAM
9 CAT DINDING Cat Kayu Warna lembut (soft)
LUAR
C ELEKTRIKAL
1 LAMPU R. Kelas Lampu TL LED
2x18w Armartur
Selasar & Toilet, Lampu
Baret LED 17w
- 213 -

NO BAGIAN MATERIAL UTAMA KETERANGAN


BANGUNAN
2 KABEL LISTRIK Kabel Tipe NYM + Pipa Jaringan Kabel dengan Pengaman Pipa
Conduit Conduit & sambungan kabel dalam T-Dus
D PLAMBING
1 PEMIPAAN AIR Pipa PVC 3/4' dan 1/2'
BERSIH
2 PEMIPAAN AIR Pipa PVC 2'
KOTOR
3 PEMIPAAN Pipa PVC 4'
KOTORAN
4 SANITAIR Kloset Jongkok, Kloset Closet duduk untuk toilet disabilitas & toilet
Duduk, Washtafel, guru
Urinoir.
5 SEPTICTANK Biotech Dalam hal material utama tidak tersedia di
daerah, dapat dibuat Tangki Septic dengan
sistem 2 ruang

5.5. Acuan Perhitungan Acuan Perhitungan Volume (BOQ)Modul Ruang Kelas


Sistem Konstruksi Kayu
Tabel 83. Perhitungan Volume (BOQ) Modul Ruang Kelas SD/MI Kayu 1 Lantai

HARGA BIAYA
NO URAIAN VOL SATUAN
SATUAN (Rp) (Rp)
I PEKERJAAN STUKTUR
1 Galian Tanah Pondasi 30,24 m3
2 Urugan Tanah Bekas Galian 16,38 m3
3 Pek. Pondasi Batukali 13,86 m3
4 Pek. Pondasi umpak beton 3,54 m3
5 Pek. Sloof/ balok umpak dan rangka lantai 6/12 1,41 m3
6 Pek. Kolom Utama kayu 10/10 0,30 m3
7 Pek. Kolom Praktis kayu 5/10 0,34 m3
8 Pek. Balok Utama kayu 6/12 1,92 m3
9 Pek. Balok Selasar kayu 6/12 0,86 m3
10 Pek. Balok Sofi-sofi kayu 6/12 0,15 m3
11 Pek. Rangka Atap kuda-kuda 6/12 1,32 m3
12 Pek. Balok Gording 6/12 0,58 m3
13 Pek. Kaso 6/12 2,09 m3
14 Pek. Penutup Atap 134,83 m2
15 Pek. Atap Bubungan 9,93 m1
II PEKERJAAN ARSITEKTUR
1 Pek. Dinding papan kayu 2/18 2,30 m3
2 Pek. Rangka dinding kayu 5/10 0,11 m3
3 Pek. Papan Lantai R. Kelas 3/20 1,68 m3
4 Pek. Papan Lantai Selasar 3/20 0,48 m3
5 Pek Plafon trplek 4mm termasuk rangka 56,00 m2
6 Pek Plafon Selasar triplek 4mm termasuk rangka 17,92 m2
7 Pek Pengecatan dinding 116,92 m2
8 Pek. Pengecatan Plafon 73,92 m2
9 Pek. Kusen Pintu Dobel 7,10 m1
10 Pek. Daun Pintu termasuk Assesories 1,00 unit
11 Pek. Kusen Jendela Type 1 21,96 m1
12 Pek. Jendela Type 1 termasuk Assesories 3,00 unit
13 Pek. Kusen Jendela Type 2 13,80 m1
14 Pek. Jendela Type 2 termasuk Assesories 2,00 unit
15 Pek. Kisi-kisi dinding sofi 2,00 unit
16 Pek. Listpalnk 33,30 m1
III PEKERJAAN KELISTRIKAN
1 Pek. Instalasi Penerangan Titik Lampu R Kelas 6,00 ttk
2 Pek. Instalasi Penerangan Titik Lampu Selasar 2,00 ttk
3 Pek. Instalasi Stop Kontak 2,00 ttk
4 Pek. Instalasi Saklar Tunggal 1,00 ttk
- 214 -

HARGA BIAYA
NO URAIAN VOL SATUAN
SATUAN (Rp) (Rp)
5 Pek. Instalasi Saklar Dobel 3,00 ttk
IV PEKERJAAN LAIN-LAIN
1 Pek. Wastafel Terpasang 1,00 unit
2 Pek. Rabat Beton 25,65 m2
3 Pek. Saluran 30,30 m1
4 Pek. Bak Kontrol 2,00 unit

Tabel 84. Perhitungan Volume (BOQ) Modul Ruang Kelas SMP/MTs Kayu 1 Lantai

HARGA BIAYA
NO URAIAN VOL SATUAN
SATUAN (Rp) (Rp)
I PEKERJAAN STUKTUR
1 Galian Tanah Pondasi 35,28 m3
2 Urugan Tanah Bekas Galian 19,11 m3
3 Pek. Pondasi Batukali 16,17 m3
4 Pek. Pondasi umpak beton 4,25 m3
5 Pek. Sloof/ balok umpak dan rangka lantai 6/12 1,51 m3
6 Pek. Kolom Utama kayu 10/10 0,34 m3
7 Pek. Kolom Praktis kayu 5/10 0,34 m3
8 Pek. Balok Utama kayu 6/12 1,92 m3
9 Pek. Balok Selasar kayu 6/12 0,86 m3
10 Pek. Balok Sofi-sofi kayu 6/12 0,15 m3
11 Pek. Rangka Atap kuda-kuda 6/12 1,41 m3
12 Pek. Balok Gording 6/12 0,65 m3
13 Pek. Kaso 6/12 2,09 m3
14 Pek. Penutup Atap 153,89 m2
15 Pek. Atap Bubungan 10,93 m1
II PEKERJAAN ARSITEKTUR
1 Pek. Dinding papan kayu 2/18 2,50 m3
2 Pek. Rangka dinding kayu 5/10 0,12 m3
3 Pek. Papan Lantai R. Kelas 3/20 1,89 m3
4 Pek. Papan Lantai Selasar 3/20 0,54 m3
5 Pek Plafon trplek 4mm termasuk rangka 63,00 m2
6 Pek Plafon Selasar triplek 4mm termasuk rangka 20,16 m2
7 Pek Pengecatan dinding 119,02 m2
8 Pek. Pengecatan Plafon 83,16 m2
9 Pek. Kusen Pintu Dobel 7,10 m1
10 Pek. Daun Pintu termasuk Assesories 1,00 unit
11 Pek. Kusen Jendela Type 1 21,96 m1
12 Pek. Jendela Type 1 termasuk Assesories 3,00 unit
13 Pek. Kusen Jendela Type 2 13,80 m1
14 Pek. Jendela Type 2 termasuk Assesories 2,00 unit
15 Pek. Kisi-kisi dinding sofi 2,00 unit
16 Pek. Listpalnk 37,30 m1
III PEKERJAAN KELISTRIKAN
1 Pek. Instalasi Penerangan Titik Lampu R Kelas 6,00 ttk
2 Pek. Instalasi Penerangan Titik Lampu Selasar 2,00 ttk
3 Pek. Instalasi Stop Kontak 2,00 ttk
4 Pek. Instalasi Saklar Tunggal 1,00 ttk
5 Pek. Instalasi Saklar Dobel 3,00 ttk
IV PEKERJAAN LAIN-LAIN
1 Pek. Wastafel Terpasang 1,00 unit
2 Pek. Rabat Beton 27,36 m2
3 Pek. Saluran 32,30 m1
4 Pek. Bak Kontrol 2,00 unit
- 215 -

Tabel 85. Perhitungan Volume (BOQ) Modul Ruang Kelas SMA/MA Kayu 1 Lantai

HARGA BIAYA
NO URAIAN VOL SATUAN
SATUAN (Rp) (Rp)
I PEKERJAAN STUKTUR
1 Galian Tanah Pondasi 36,72 m3
2 Urugan Tanah Bekas Galian 13,52 m3
3 Pek. Pondasi Batukali 23,21 m3
4 Pek. Pondasi umpak beton 4,25 m3
5 Pek. Sloof/ balok umpak dan rangka lantai 6/12 1,68 m3
6 Pek. Kolom Utama kayu 10/10 0,34 m3
7 Pek. Kolom Praktis kayu 5/10 0,34 m3
8 Pek. Balok Utama kayu 6/12 1,92 m3
9 Pek. Balok Selasar kayu 6/12 0,86 m3
10 Pek. Balok Sofi-sofi kayu 6/12 0,15 m3
11 Pek. Rangka Atap kuda-kuda 6/12 1,49 m3
12 Pek. Balok Gording 6/12 0,72 m3
13 Pek. Kaso 6/12 2,18 m3
14 Pek. Penutup Atap 153,89 m2
15 Pek. Atap Bubungan 10,93 m1
II PEKERJAAN ARSITEKTUR
1 Pek. Dinding papan kayu 2/18 2,71 m3
2 Pek. Rangka dinding kayu 5/10 0,12 m3
3 Pek. Papan Lantai R. Kelas 3/20 2,16 m3
4 Pek. Papan Lantai Selasar 3/20 0,54 m3
5 Pek Plafon trplek 4mm termasuk rangka 72,00 m2
6 Pek Plafon Selasar triplek 4mm termasuk rangka 20,16 m2
7 Pek Pengecatan dinding 138,02 m2
8 Pek. Pengecatan Plafon 92,16 m2
9 Pek. Kusen Pintu Dobel 7,10 m1
10 Pek. Daun Pintu termasuk Assesories 1,00 unit
11 Pek. Kusen Jendela Type 1 21,96 m1
12 Pek. Jendela Type 1 termasuk Assesories 3,00 unit
13 Pek. Kusen Jendela Type 2 13,80 m1
14 Pek. Jendela Type 2 termasuk Assesories 2,00 unit
15 Pek. Kisi-kisi dinding sofi 2,00 unit
16 Pek. Listpalnk 37,30 m1
III PEKERJAAN KELISTRIKAN
1 Pek. Instalasi Penerangan Titik Lampu R Kelas 6,00 ttk
2 Pek. Instalasi Penerangan Titik Lampu Selasar 2,00 ttk
3 Pek. Instalasi Stop Kontak 2,00 ttk
4 Pek. Instalasi Saklar Tunggal 1,00 ttk
5 Pek. Instalasi Saklar Dobel 3,00 ttk
IV PEKERJAAN LAIN-LAIN
1 Pek. Wastafel Terpasang 1,00 unit
2 Pek. Rabat Beton 29,07 m2
3 Pek. Saluran 34,30 m1
4 Pek. Bak Kontrol 2,00 unit

5.6. Analisis Harga Satuan Pekerjaan (AHSP)


Analisis Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) untuk Modul Ruang Kelas Sistem
Konstruksi Kayu selain untuk pekerjaan kayu, mengacu pada Sub-Bab 3.7.
Adapun Analisis Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) untuk pekerjaan
konstruksi dapat dilihat pada tabel berkut.
Tabel 86. Pemasangan 1m³ Konstruksi Kayu 10/10
No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja Oh 4,000
Tukang Kayu Oh 12,000
Kepala Tukang Oh 1,200
- 216 -

No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)


Mandor Oh 0,200
B BAHAN
Balok kayu m3 1,100
Besi strip tebal 5 mm kg 15,000
Paku 12 cm kg 5,600
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10% x D
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )

Tabel 87. Pemasangan 1m³ Konstruksi Kayu 6/12


No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja Oh 3,000
Tukang Kayu Oh 9,000
Kepala Tukang Oh 0,900
Mandor Oh 0,150
B BAHAN
Balok kayu m3 1,100
Paku 12 cm kg 5,600
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10% x D
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )

Tabel 88. Pemasangan 1m³ Konstruksi Kayu 5/10


No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja Oh 2,400
Tukang Kayu Oh 7,200
Kepala Tukang Oh 0,720
Mandor Oh 0,120
B BAHAN
Balok kayu m3 1,100
Paku 12 cm kg 5,600
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10% x D
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )

Tabel 89. Pemasangan 1m³ Rangka Atap Kuda-Kuda Kayu


No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja Oh 6,000
Tukang Kayu Oh 18,000
Kepala Tukang Oh 1,800
Mandor Oh 0,300
B BAHAN
Balok kayu m3 1,100
Besi strip tebal 5 mm kg 15,000
Paku 12 cm kg 5,600
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10% x D
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )

Tabel 90. Pemasangan 1m³ Gording Kayu


No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja Oh 2,400
Tukang Kayu Oh 7,200
Kepala Tukang Oh 0,720
Mandor Oh 0,120
B BAHAN
Balok kayu m3 1,100
Besi strip tebal 5 mm kg 15,000
Paku 12 cm kg 3,000
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
- 217 -

No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)


E Overhead & Profit 10% x D
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )

Tabel 91. Pemasangan 1m² Rangka Atap (Kaso dan Reng) Genteng Keramik
No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja Oh 0,100
Tukang Kayu Oh 0,100
Kepala Tukang Oh 0,010
Mandor Oh 0,005
B BAHAN
kaso-kaso (5 x 7) cm m3 0,014
reng (2 x 3) cm m' 0,004
Paku 5 dan 10 cm kg 0,250
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10% x D
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )

Tabel 92. Pemasangan 1m² Penutup Atap Metal


No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja OH 0,120
Tukang Kayu OH 0,060
Kepala Tukang OH 0,006
Mandor OH 0,006
B BAHAN
Penutup Atap Metal Lbr 0,700
Paku Seng kg 0,020
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit
F Harga Satuan Pekerjaan ( D + E )

Tabel 93. Pemasangan 1 m’ Nok Atap Metal


No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja OH 0,150
Tukang Kayu OH 0,070
Kepala Tukang OH 0,007
Mandor OH 0,006
B BAHAN
Seng Plat 3 x kk bjls 30 m3 0,300
Paku Seng kg 0,040
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit
F Harga Satuan Pekerjaan ( D + E )

Tabel 94. Pemasangan 1 m' Lisplank Papan Kayu


No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja Oh 0,100
Tukang Kayu Oh 0,200
Kepala Tukang Oh 0,020
Mandor Oh 0,005
B BAHAN
Papan kayu m3 0,011
paku 5 cm dan 7 cm kg 0,100
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10% x D
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )
- 218 -

Tabel 95. Pemasangan 1m² Rangka Plafon Kayu (60 x 60)


No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja Oh 0,200
Tukang Kayu Oh 0,300
Kepala Tukang Oh 0,030
Mandor Oh 0,010
B BAHAN
Kaso-kaso (5 x 7) cm m3 0,016
Paku 7 - 10 cm kg 0,250
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10% x D
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )

Tabel 96. Pemasangan 1m² Dinding Papan Kayu


No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja Oh 0,600
Tukang Kayu Oh 1,800
Kepala Tukang Oh 0,180
Mandor Oh 0,030
B BAHAN
Papan kayu m3 0,007
paku 5 cm dan 10 cm kg 0,100
Paku sekrup kg 0,150
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10% x D
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )

Tabel 97. Pembuatan dan Pemasangan 1m’ Kusen Kayu


No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja Oh 0,043
Tukang Kayu Oh 0,043
Kepala Tukang Oh 0,004
Mandor Oh 0,002
B BAHAN
Balok kayu m1 1,100
Paku 10 cm kg 0,250
Lem kayu kg 0,060
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10% x D
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )

Tabel 98. Pembuatan dan Pemasangan Daun Pintu Plywood Rangkap (Rangka Tertutup)
No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja Oh 0,700
Tukang Kayu Oh 2,100
Kepala Tukang Oh 0,210
Mandor Oh 0,035
B BAHAN
Papan kayu m3 0,025
paku 1 -2,5 cm kg 0,030
Lem kayu kg 0,500
Plywood tebal 4 mm uk (90 x 220) cm lbr 1,000
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10% x D
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )

Tabel 99. Pembuatan dan Pemasangan 1 m² Daun Pintu Panel Kayu


No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja Oh 1,000
Tukang Kayu Oh 3,000
- 219 -

No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)


Kepala Tukang Oh 0,300
Mandor Oh 0,050
B BAHAN
Papan kayu m3 0,040
Lem kayu Kg 0,500
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10% x D
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )

Tabel 100. Pembuatan dan Pemasangan 1 m² Jalusi Kayu


No Uraian Sat Koef Harga Sat (Rp.) Biaya (Rp.)
A TENAGA
Pekerja Oh 0,670
Tukang Kayu Oh 2,000
Kepala Tukang Oh 0,200
Mandor Oh 0,335
B BAHAN
Papan kayu m3 0,060
paku 1 - 2,5 cm kg 0,150
C PERALATAN
D Jumlah ( A + B + C )
E Overhead & Profit 10% x D
F Harga Sat Pekerjaan ( D + E )
- 220 -

VI. STANDARDISASI DESAIN RUANG KELAS SEMENTARA


6.1. Umum
Standardisasi desain ruang kelas sementara merupakan acuan desain
pembangunan sekolah/madrasah yang diperuntukkan untuk
pemanfaatan sementara (pasca bencana) dengan menggunakan sistem
konstruksi ringan yang dapat dibongkar kembali (knock-down). Secara
umum, standardisasi desain ruang kelas sementara hanya disediakan
dalam 1 varian yaitu Type 7,2x8,4 untuk kapasitas maksimal (28 siswa
untuk SD/MI atau 32 siswa untuk SMP/MTs dan SMA/MA).
Penggunaan standardisasi desain ruang kelas sementara diperuntukkan
bagi lokasi yang baru saja mengalami bencana, dimana diharapkan dengan
dibangunnya ruang kelas sementara maka proses belajar mengajar dapat
tetap dilaksanakan.
Ketentuan spesifikasi teknis dan metode pembangunan ruang kelas
sementara ini merujuk pada Buku Prototype Design Bangunan Sekolah
Sementara yang disusun dan dipublikasi oleh Direktorat Jenderal Cipta
Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Satuan
Kerja Penataan Bangunan dan Lingkungan Provinsi NTB) yang
bekerjasama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
pada tahun 2018.

6.2. Standardisasi Desain Modul Ruang Kelas

Gambar 212. Denah Ruang Kelas Sementara


- 221 -

Gambar 213. Tampak Depan Ruang Kelas Sementara

Gambar 214. Tampak Belakang Ruang Kelas Sementara

Gambar 215. Tampak Samping Kanan Ruang Kelas Sementara

Gambar 216. Tampak Samping Kiri Ruang Kelas Sementara


- 222 -

Gambar 217. Potongan Ruang Kelas Sementara

6.3. Detail-Detail Standardisasi Desain Modul Ruang Kelas

Gambar 218. Denah Elektrikal Ruang Kelas Sementara


- 223 -

Gambar 219. Detail Panel Dinding PB Ruang Kelas Sementara

Gambar 220. Detail Panel Dinding PC Ruang Kelas Sementara

Gambar 221. Detail Panel Pintu Ruang Kelas Sementara


- 224 -

Gambar 222. Detail Pondasi Ruang Kelas Sementara

Gambar 223. Detail Kuda-Kuda Ruang Kelas Sementara


- 225 -

Gambar 224. Detail Plafon Ruang Kelas Sementara

6.4. Spesifikasi Teknis Standardisasi Desain


Tabel 101. Spesifikasi Teknis Standardisasi desain

6.5. Ilustrasi Kelas Sementara

Gambar 225. Konsep Ruang Kelas Sementara


- 226 -

Gambar 226. Ilustrasi Ruang Kelas Sementara

Gambar 227. Proses Pembangunan Ruang Kelas Sementara (1)

Gambar 228. Proses Pembangunan Ruang Kelas Sementara (2)


- 227 -

Gambar 229. Proses Pembangunan Ruang Kelas Sementara (3)

Gambar 230. Ilustrasi Ruang Kelas Sementara yang Telah Terbangun

6.6. Acuan Perhitungan Volume (BOQ) Modul Ruang Kelas Sementara


Tabel 102. Perhitungan Volume (BOQ) Modul Ruang Kelas Sementara

HARGA BIAYA
NO URAIAN VOL SATUAN
SATUAN (Rp) (Rp)
I PEKERJAAN STUKTUR
1 Galian Tanah Pondasi 2,56 m3
2 Urugan Tanah Bekas Galian 0,77 m3
3 Pek. Pondasi rolag 32,00 m1
4 Pek. Sloof galvalum 4/8 31,20 m1
5 Pek. Kolom Utama holow 6/8 36,00 m1
6 Pek. Kolom praktis holow 4/8 69,00 m1
7 Pek. Balok Utama 31,20 m3
8 Pek. Rangka Atap Baja Ringan 134,83 m2
9 Pek. Penutup Atap 134,83 m2
10 Pek. Atap Bubungan 24,12 m1
II PEKERJAAN ARSITEKTUR
1 Pek. Dinding GRC 4mm dua Muka rangka holo 120,08 m2
2 Pek. Acian lantai R. Kelas 60,48 m2
3 Pek.Rabat Beton Selasar 10,08 m2
4 Pek Plafon triplek 4mm termasuk rangka 60,48 m2
5 Pek Plafon Selasar triplek 4mm termasuk rangka 10,08 m2
6 Pek Pengecatan dinding 116,92 m2
- 228 -

HARGA BIAYA
NO URAIAN VOL SATUAN
SATUAN (Rp) (Rp)
7 Pek. Pengecatan Plafon 70,56 m2
8 Pek. Kusen Pintu Dobel rangka galvalum 4/8 14,20 m1
9 Pek. Daun Pintu termasuk Assesories 2,00 unit
10 Pek. Kisi-kisi Kawat harmonika 13,20 m2
11 Pek. Listpalnk 33,30 m1
III PEKERJAAN KELISTRIKAN
1 Pek. Instalasi Penerangan Titik Lampu R Kelas 1,00 ttk
2 Pek. Instalasi Penerangan Titik Lampu Selasar 1,00 ttk
3 Pek. Instalasi Stop Kontak 1,00 ttk
4 Pek. Instalasi Saklar Tunggal 2,00 ttk
IV PEKERJAAN LAIN-LAIN
1 Pek. Rabat Beton 25,65 m2
2 Pek. Saluran 30,30 m1
3 Pek. Bak Kontrol 2,00 unit
- 229 -

VII. STANDARDISASI DESAIN KELENGKAPAN SARANA PENDUKUNG


BERBASIS MODUL KELAS
7.1. Desain Kelengkapan Sarana Pendukung untuk SD/MI

Gambar 231. Desain Kelengkapan Sarana Pendukung untuk SD / MI Sebanyak 6RB

Gambar 232. Desain Kelengkapan Sarana Pendukung untuk SD / MI Sebanyak 12RB dan 18RB

Gambar 233. Desain Kelengkapan Sarana Pendukung untuk SD / MI Sebanyak 24RB

7.2. Desain Kelengkapan Sarana Pendukung untuk SMP/MTs

Gambar 234. Desain Kelengkapan Sarana Pendukung untuk SMP/MTs Sebanyak 3RB, 6RB, 9RB,
dan 12RB
- 230 -

Gambar 235. Desain Kelengkapan Sarana Pendukung untuk SMP/MTs Sebanyak 15RB dan 18RB

Gambar 236. Desain Kelengkapan Sarana Pendukung untuk SMP/MTs Sebanyak 21RB, 24 RB, dan
27 RB

7.3. Desain Kelengkapan Sarana Pendukung untuk SMA/MA

Gambar 237. Desain Kelengkapan Sarana Pendukung untuk SMA/MA Sebanyak 3RB, 6RB, 9RB,
12RB, 15RB, dan 18RB

Gambar 238. Desain Kelengkapan Sarana Pendukung untuk SMA/MA Sebanyak 21RB dan 24RB
- 231 -

Gambar 239. Desain Kelengkapan Sarana Pendukung untuk SMA/MA Sebanyak 27RB

7.4. Ketentuan Kelengkapan Sarana Pendukung untuk SMK/MAK


Oleh karena SMK/MAK memiliki 146 Ruang Praktik/Laboratorium
Keahlian sesuai dengan Standar Kompetensi Keahlian, maka Desain
Kelengkapan Sarana Pendukung untuk SMK/MAK tidak diatur dalam
Juknis ini. Desain Kelengkapan Sarana Pendukung untuk SMK/MAK
disusun dalam Proses Perencanaan mengikuti Lampiran VI Peraturan
Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun
2018 Tentang Standar Nasional Pendidikan Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan.

VIII. CONTOH KONFIGURASI MODUL RUANG KELAS DAN KELENGKAPAN


SARANA PENDUKUNG
8.1. Contoh Konfigurasi Modul Ruang Kelas dan Kelengkapan Sarana
Pendukung untuk SD/MI
Tabel 103. Contoh Konfigurasi Modul Ruang Kelas dan Kelengkapan Sarana Pendukung SD/MI

JUMLAH RB / POLA 1 LANTAI 2 LANTAI


6 ROMB. BELAJAR

• Pola I Lantai-1 Lantai-2

• Pola L
Lantai-1 Lantai-2

• Pola U -

• Pola O - -
12 ROMB. BELAJAR
- 232 -

JUMLAH RB / POLA 1 LANTAI 2 LANTAI

Lantai-2
• Pola I -
Lantai-1

• Pola L
Lantai-2
Lantai-1

• Pola U
Lantai-1 Lantai-2

• Pola O -

18 ROMB. BELAJAR

Lantai-2

• Pola I -
Lantai-1

• Pola L -
Lantai-2

Lantai-1

• Pola U
Lantai-2

Lantai-1

• Pola O -

24 ROMB. BELAJAR

Lantai-2

• Pola I -
Lantai-1

• Pola L -

Lantai-2

Lantai-1
- 233 -

JUMLAH RB / POLA 1 LANTAI 2 LANTAI

• Pola U

Lantai-1 Lantai-2

• Pola O

Lantai-1 Lantai-2

8.2. Contoh Konfigurasi Modul Ruang Kelas dan Kelengkapan Sarana


Pendukung untuk SMP/MTs
Tabel 104. Contoh Konfigurasi Modul Ruang Kelas dan Kelengkapan Sarana Pendukung SMP/MTs

JUMLAH RB / POLA 1 LANTAI 2 LANTAI


3 ROMB. BELAJAR

• Pola I Lantai-1 Lantai-2

• Pola L
Lantai-1 Lantai-2

• Pola U -

• Pola O - -
6 ROMB. BELAJAR

• Pola I Lantai-1 Lantai-2

Lantai-2

• Pola L

Lantai-1

• Pola U -

• Pola O - -
9 ROMB. BELAJAR

• Pola I Lantai-1 Lantai-2

• Pola L
Lantai-1 Lantai-2
- 234 -

JUMLAH RB / POLA 1 LANTAI 2 LANTAI

• Pola U
Lantai-1 Lantai-2

• Pola O -

12 ROMB. BELAJAR

Lantai-2
• Pola I -
Lantai-1

• Pola L
Lantai-2

Lantai-1

• Pola U
Lantai-1 Lantai-2

• Pola O

15 ROMB. BELAJAR

Lantai-2

• Pola I -
Lantai-1

• Pola L
Lantai-2

Lantai-1

• Pola U

Lantai-1 Lantai-2

• Pola O -

18 ROMB. BELAJAR

Lantai-2

• Pola I -
Lantai-1

• Pola L -

Lantai-1 Lantai-2
- 235 -

JUMLAH RB / POLA 1 LANTAI 2 LANTAI

• Pola U
Lantai-1 Lantai-2

• Pola O
Lantai-1 Lantai-2

21 ROMB. BELAJAR

• -
Lantai-2
Pola I
Lantai-1

• Pola L -
Lantai-2

Lantai-1

• Pola U

Lantai-1 Lantai-2

• Pola O
Lantai-1 Lantai-2

24 ROMB. BELAJAR

Lantai-2

• Pola I -
Lantai-1

• Pola L -
Lantai-2

Lantai-1

• Pola U

Lantai-1 Lantai-2

• Pola O

Lantai-1 Lantai-2
- 236 -

8.3. Contoh Konfigurasi Modul Ruang Kelas dan Kelengkapan Sarana


Pendukung untuk SMA/MA
Tabel 105. Contoh Konfigurasi Modul Ruang Kelas dan Kelengkapan Sarana Pendukung SMA/MA

JUMLAH RB / POLA 1 LANTAI 2 LANTAI


3 ROMB. BELAJAR

Lantai-2
• Pola I
Lantai-1

• Pola L Lantai-2

Lantai-1

• Pola U
Lantai-1 Lantai-2

• Pola O -

6 ROMB. BELAJAR

Lantai-2
• Pola I
Lantai-1

• Pola L
Lantai-1
Lantai-2

• Pola U
Lantai-1 Lantai-2

• Pola O -

9 ROMB. BELAJAR

Lantai-2
• Pola I -
Lantai-1

• Pola L
Lantai-2

Lantai-1
- 237 -

JUMLAH RB / POLA 1 LANTAI 2 LANTAI

• Pola U
Lantai-1 Lantai-2

• Pola O -

12 ROMB. BELAJAR

Lantai-2

• Pola I -
Lantai-1

• Pola L -

Lantai-1 Lantai-2

• Pola U
Lantai-1 Lantai-2

• Pola O

Lantai-1 Lantai-2

15 ROMB. BELAJAR

Lantai-2
• Pola I -
Lantai-1

• Pola L -
Lantai-2

Lantai-1

• Pola U

Lantai-1 Lantai-2

• Pola O

Lantai-2
Lantai-1
- 238 -

JUMLAH RB / POLA 1 LANTAI 2 LANTAI


18 ROMB. BELAJAR

Lantai-2

• Pola I -
Lantai-1

• Pola L -

Lantai-2 Lantai-1

• Pola U

Lantai-1 Lantai-2

• Pola O

Lantai-1 Lantai-2

21 ROMB. BELAJAR

Lantai-2

• Pola I -
Lantai-1

• Pola L -

Lantai-1 Lantai-2

• Pola U

Lantai-1 Lantai-2

• Pola O

Lantai-1 Lantai-2

24 ROMB. BELAJAR

Lantai-2

• Pola I -
Lantai-1
- 239 -

JUMLAH RB / POLA 1 LANTAI 2 LANTAI

• Pola L -
Lantai-2

Lantai-1

• Pola U

Lantai-1 Lantai-2

• Pola O

Lantai-1 Lantai-2

27 ROMB. BELAJAR

Lantai-2

• Pola I -
Lantai-1

• Pola L -

Lantai-1 Lantai-2

• Pola U

Lantai-1 Lantai-2

• Pola O

Lantai-1 Lantai-2

8.4. Ketentuan Konfigurasi Modul Ruang Kelas dan Kelengkapan Sarana


Pendukung untuk SMK/MAK
Konfigurasi Modul Ruang Kelas dan Kelengkapan Sarana Pendukung
untuk SMK/MAK disusun dalam Proses Perencanaan mengikuti Lampiran
VI Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 34 Tahun 2018 Tentang Standar Nasional Pendidikan Sekolah
Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan.
- 240 -

8.5. Ketentuan Konfigurasi terkait Perletakan Toilet, Tangga, dan Dilatasi


Bangunan
Konfigurasi Modul Ruang Kelas dan Kelengkapan Sarana Pendukung
sebagaimana dijelaskan pada sub-bab 3.5.1, 3.5.2, 3.5.3, dan 3.5.4 harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Konfigurasi panjang massa bangunan dibatasi tidak lebih dari 60 m
untuk menghindari terjadinya penurunan bangunan yang tidak merata
dan dapat mengakibatkan retak pada struktur. Pemisahan (dilatasi)
massa dilakukan secara menyeluruh mulai dari struktur bawah,
struktur atas, dan struktur atap.
b. Toilet yang diperhitungkan sesuai kebutuhan kapasitas siswa dan
guru, harus diletakkan pada posisi yang tidak tersembunyi agar dapat
terpantau. Toilet dapat diletakkan pada simpul bangunan dengan pola
L, U, atau O, sedangkan untuk pola I dapat diletakkan di ujung massa.
c. Untuk bangunan 2 lantai, perletakan tangga harus diatur agar jarak
pencapaian antar tangga tidak melebihi 30 m.
- 241 -

IX. KETENTUAN PENGGUNAAN STANDARDISASI DESAIN PEMBANGUNAN


SEKOLAH/MADRASAH
9.1. Ketentuan pada Tahap Persiapan
Tahap persiapan merupakan proses awal untuk mempersiapkan beberapa
hal yang dibutuhkan dalam rangka pembangunan sekolah/madrasah,
seperti:

9.1.1. Penyiapan Lahan


a. Dalam hal lahan belum ditentukan, maka proses penyiapan lahan
dilakukan dengan:
1) melakukan perhitungan kebutuhan kapasitas sekolah/madrasah
(jumlah peserta didik dan pengajar)

2) perhitungan tersebut dapat juga dilakukan dengan


memperhitungkan proyeksi pengembangan ke depan
3) berdasarkan hasil perhitungan tersebut, selanjutnya dilakukan
pemilihan lahan yang memiliki luas sesuai kebutuhan kapasitas
4) pemilihan lahan juga mempertimbangkan kriteria kondisi
kemiringan lahan rata-rata kurang dari 15% serta terhindar dari
gangguan pencemaran air, kebisingan, dan pencemaran udara
sesuai ketentuan yang berlaku
b. Dalam hal lahan telah ditentukan, maka proses penyiapan lahan
dilakukan dengan:
1) melakukan perhitungan lahan sesuai dengan batasan ketentuan
yang dapat dibangun dan batasan kondisi fisik yang ada untuk
mengetahui luas bangunan yang dapat dibangun
2) berdasarkan hasil perhitungan luas bangunan yang dapat
dibangun, dilakukan penentuan batasan kapasitas
sekolah/madrasah (jumlah peserta didik dan pengajar)
3) terhadap lahan yang telah tersedia juga dilakukan identifikasi
kondisi fisik lahan agar dapat memenuhi kriteria kemiringan lahan
rata-rata kurang dari 15% serta terhindar dari gangguan
pencemaran air, kebisingan, dan pencemaran udara sesuai
ketentuan yang berlaku
4) dalam hal kondisi fisik lahan tidak sesuai dengan kriteria tersebut,
maka ditentukan rekomendasi perlakuan (treatment) atau
rekayasa (engineering) agar kriteria tersebut dapat terpenuhi.
- 242 -

9.1.2. Penyiapan Dokumen Kepemilikan Lahan


a. Dalam hal lahan merupakan milik sendiri, maka disiapkan surat bukti
status hak atas tanah, yang dapat berupa:
1) Sertifikat tanah;

2) Surat Keputusan Pemberian Hak Penggunaan atas Tanah oleh


pejabat yang berwenang di bidang pertanahan;
3) Surat kavling dari pemerintah daerah, atau Pemerintah;
4) Fatwa tanah, atau rekomendasi dari Badan Pertanahan Nasional;
5) Surat girik/petuk/akta jual beli, yang sah disertai surat
pernyataan pemilik bahwa tidak dalam status sengketa, yang
diketahui lurah setempat;
6) Surat kohir verponding Indonesia, disertai pernyataan bahwa
pemilik telah menempati lebih dari 10 tahun, dan disertai
keterangan pemilik bahwa tidak dalam status sengketa yang
diketahui lurah setempat; atau
7) Surat bukti kepemilikan tanah lainnya.
b. Dalam hal lahan merupakan milik pihak lain, maka izin pemanfaatan
tanah dari pemegang hak atas tanah (pemilik tanah) dalam bentuk
perjanjian tertulis antara pemegang hak atas tanah (pemilik tanah)
dengan pemilik bangunan gedung, yang memuat paling sedikit:
1) hak dan kewajiban para pihak;
2) luas, letak, dan batas-batas tanah;
3) fungsi bangunan gedung; dan
4) jangka waktu pemanfaatan tanah.

9.1.3. Penyiapan Keterangan Rencana Kabupaten/Kota


a. Ketentuan peruntukan lokasi, dimana:
1) lokasi harus berada pada peruntukan fungsi sosial budaya
(pendidikan); dan

2) mendapat izin pemanfaatan tanah dari Pemerintah Daerah


setempat
b. Ketentuan intensitas, yang meliputi ketentuan:
1) koefisien dasar bangunan (KDB);
2) koefisien lantai bangunan (KLB);
3) koefisien daerah hijau (KDH); dan
4) ketinggian bangunan.
c. Ketentuan jarak bebas, yang meliputi ketentuan:
- 243 -

1) garis sempadan terhadap jalan, sungai, pantai, danau, jalur kereta


api, dan/atau jaringan tegangan tinggi;
2) jarak antara bangunan dengan batas-batas persil (samping dan
belakang); dan
3) jarak antar bangunan.
d. Ketentuan tata bangunan lainnya apabila pada lokasi yang
bersangkutan memiliki ketentuan Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan.

9.2. Ketentuan pada Tahap Perencanaan Teknis


Tahap perencanaan teknis merupakan proses yang dilakukan untuk
menyiapkan dokumen rencana teknis pembangunan sekolah/madrasah
sebagai dasar pelaksanaan konstruksi, yaitu meliputi kegiatan:
a. Pengukuran topografi dan penyiapan gambar lahan disertai batasan
intensitas, jarak bebas, dan kondisi eksisting lahan.
b. Penyusunan konfigurasi modul standardisasi desain di atas lahan yang
dimungkinkan untuk dibangun sesuai kebutuhan kapasitas belajar
mengajar. Penyusunan konfigurasi modul standardisasi desain di atas
lahan harus diikuti kaidah perencanaan tapak, dengan
mempertimbangkan:
1) Luas Tapak

Luas tapak yang direncanakan harus sesuai dengan luas lahan


minimal yang disyaratkan sesuai tipe sekolah.
2) Bentuk Tapak

Bentuk tapak diusahakan tidak menyulitkan dalam penataan


bangunan sekolah, maka disarankan berbentuk empat persegi
panjang atau mendekati.
3) Ruang Terbuka

i. Penataan ruang terbuka memungkinkan untuk kegiatan


upacara, olahraga, bermain, istirahat, dan parkir kendaraan
serta jalan sesuai ketentuan standar minimal menurut tipe
sekolah.
ii. Ruang terbuka berfungsi sebagai buffer / area hijau, menambah
kenyamanan, keindahan dengan penataan taman dan kebun
sekolah.
iii. Tempat parkir dan bangsal diatur sehingga memenuhi
persyaratan parkir dan memudahkan sirkulasi kendaraan.
- 244 -

iv. Jalan di dalam tapak sekolah meliputi jalan untuk pejalan kaki
berupa koridor, jalan setapak, dan jalan kendaraan.
v. Hindari fungsi ruang yang terbuka terhadap berbagai
pencemaran (sumber bau, penyakit, dan lain-lain)

4) Pendaerahan Tapak (Zoning)

i. Sistem zoning sekolah perlu mempertimbangkan pengaruh


lingkungan luar (eksternal) dan kebutuhan tapak sekolah
(internal).
ii. Zoning bangunan dalam sekolah:

a) Daerah privat (suasana tenang) untuk ruang teori / kelas


dan perpustakaan.

b) Daerah privat (suasana bising) untuk ruang praktik /


laboratorium / keterampilan.
c) Daerah semi privat (transisi) untuk ruang penunjang sesuai
dengan fungsi pelayanan internal dan eksternal.
d) Daerah umum untuk ruang kantor mudah dicapai dari pintu
gerbang / pintu utama sekolah.
e) Lapangan olahraga harus ditempatkan jauh dari zona
tenang.

5) Orientasi terhadap Matahari dan Angin

i. Orientasi terhadap arah terbit dan tenggelamnya matahari


untuk mencegah masuknya sinar matahari langsung ke ruang
belajar (arah memanjang bangunan timur-barat, letak jendela
utara-selatan).
ii. Orientasi terhadap arah angin untuk mendapatkan
penghawaan silang, agar sumbu memanjang bangunan
diarahkan tegak lurus arah angin yang dominan.
iii. Bila orientasi matahari dan angin tidak sama, maka diambil
orientasi kompromi yang dapat menampung keduanya.

6) Hubungan dan Jarak Antar Bangunan

i. Hubungan berbagai jenis bangunan di dalam tapak harus diatur


sehingga memudahkan lalu lintas orang, barang dan pelayanan.
ii. Hubungan antara satu bangunan dengan bangunan lainnya
terlindung dari sinar matahari dan hujan.
iii. Jarak antar bangunan untuk mencegah menjalarnya
kebakaran:
- 245 -

a) Bersebelahan dan berhadapan:


i) Tinggi bangunan <8 meter, jarak bangunan 4-6 meter.

ii) Tinggi bangunan 8-14 meter, jarak bangunan 6-8 meter.


iii) Tinggi bangunan 14-40 meter, jarak bangunan 8-12
meter.

b) Bersebelahan ke arah yang sama/memanjang, jarak


minimum 3 meter.
7) Kemudahan Pencapaian

i. Mudah dicapai dari pintu utama, pintu darurat dan bangsal


kendaraan.
ii. Dari satu bangunan ke bangunan lainnya menggunakan jalan
setapak/selasar koridor.

8) Rencana Pengembangan

Untuk mengendalikan perkembangan pembangunan hingga


mencapai sasaran akhir sesuai tipe sekolah, maka perlu dibuat
rencana induk (masterplan) dalam rencana tapak yang menjelaskan
sasaran dan tahapan pembangunan yang menjadi acuan
pelaksanaan pembangunan setiap bangunan sekolah.
c. Penyusunan gambar rencana tapak.
d. Penentuan modul standardisasi desain yang dipilih.
e. Identifikasi daya dukung tanah dan penentuan desain struktur bawah.
f. Penyusunan gambar teknis arsitektur, struktur, dan utilitas
menggunakan standardisasi desain yang dipilih.
g. Penghitungan rencana anggaran biaya pelaksanaan konstruksi.
h. Penyusunan rencana syarat kerja pelaksanaan konstruksi sesuai
standardisasi desain yang dipilih.

Dalam hal adanya kebutuhan penyesuaian desain dan/atau sepesifikasi


teknis yang berbeda dari standardisasi desain yang telah dijelaskan bagian
II, III, IV, dan V atas kondisi tertentu di lapangan, maka diperlukan
Mekanisme Persetujuan dari Direktorat Jenderal Cipta Karya sebagai
berikut:
a. Penyiapan Surat Permohonan Persetujuan Penyesuaian Desain yang
berbeda dari Juknis Standardisasi Desain kepada Direktur Jenderal
Cipta Karya;
b. Penyiapan Lampiran Surat berupa Desain dan/atau Spesifikasi Teknis
yang berbeda dari Juknis Standardisasi Desain;
- 246 -

c. Penyiapan justifikasi teknis (dapat berupa penjelasan, perhitungan,


foto/dokumentasi, dll) atas penyesuaian desain dan/atau spesifikasi
teknis yang berbeda dari Juknis Standardisasi Desain dengan
mempertimbangkan kondisi spesifik daerah/lapangan;
d. Penyampaian Surat Permohonan Persetujuan kepada Direktur Jenderal
Cipta Karya disertai lampiran penyesuaian desain dan/atau spesifikasi
teknis serta justifikasi teknis;
e. Pengkajian atas Surat Permohonan Persetujuan penyesuaian desain
dan/atau spesifikasi teknis yang berbeda dari Juknis Standardisasi
Desain oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya;
f. Kesimpulan hasil pengkajian berupa disetujui atau tidak disetujui
permohonan penyesuaian desain dan/atau spesifikasi teknis yang
berbeda dari Juknis Standardisasi Desain;
g. Penyampaian Surat Tanggapan dari Direktur Jenderal Cipta Karya atas
Permohonan Persetujuan sesuai kesimpulan hasil pengkajian.

Dalam hal di daerah terdapat regulasi yang mengatur kearifan lokal


bangunan gedung, maka dalam Tahap Perencanaan Teknis dilakukan
pemenuhan terhadap ketentuan regulasi tersebut, termasuk apabila
diperlukan penambahan penggunaan komponen arsitektur lokal di luar
standardisasi desain yang telah dijelaskan pada bagian II, III, IV, dan V.
Terkait pemenuhan terhadap regulasi kearifan lokal bangunan gedung ini,
dilakukan Mekanisme Persetujuan dari Direktorat Jenderal Cipta Karya
sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.

Proses perencanaan teknis dilakukan oleh perencana teknis bangunan


gedung yang memiliki sertifikat sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan. Dokumen rencana teknis yang disusun menggunakan acuan
standardisasi desain ini ditandatangani oleh perencana teknis sebagai
penyusun.

Dalam hal pembangunan sekolah dan madrasah dilakukan oleh


Kementerian PUPR melalui Balai PPW Provinsi, maka dokumen rencana
teknis disetujui oleh Kepala Seksi Perencanaan Balai PPW Provinsi dan
diketahui oleh Kepala Balai PPW Provinsi.

Dalam hal pembangunan sekolah dasar dilakukan oleh Pemerintah


Kabupaten/Kota, maka dokumen rencana teknis disetujui oleh Kepala
Dinas yang membidangi bangunan gedung kabupaten/kota dan diketahui
oleh Kepala Dinas yang membidangi pendidikan dan kebudayaan
kabupaten/kota.
- 247 -

Dalam hal pembangunan sekolah menengah dilakukan oleh Pemerintah


Provinsi, maka dokumen rencana teknis disetujui oleh Kepala Dinas yang
membidangi bangunan gedung provinsi dan diketahui oleh Kepala Dinas
yang membidangi pendidikan dan kebudayaan provinsi.

Dalam hal pembangunan madrasah dilakukan oleh Kementerian Agama


melalui Kantor Wilayah Provinsi, maka dokumen rencana teknis disetujui
oleh Kepala Bidang Pendidikan Madrasah dan diketahui oleh Kepala Kantor
Wilayah Provinsi.

Proses
Pelaksana Penandatanganan
Perencanaan
Pembangunan Dokumen Rencana Teknis
Teknis
Balai PPW Prov,

Perencanaan Perencana Teknis Kasie Perencanaan Kepala Balai PPW


Kemen-PUPR
Madrasah
Sekolah /

Teknis oleh Bertandatangan pada Bertandatangan Bertandatangan


Perencana Dokumen Rencana pada Dokumen pada Dokumen
Teknis Teknis sebagai Rencana Teknis Rencana Teknis
Bersertifikat Penyusun (Menyetujui) (Mengetahui)

Kabid Pendidikan
Perencanaan Perencana Teknis Kepala Kanwil
Kanwil Prov,

Madrasah
Madrasah

Kemenag

Teknis oleh Bertandatangan pada Bertandatangan


Bertandatangan
Perencana Dokumen Rencana pada Dokumen
pada Dokumen
Teknis Teknis sebagai Rencana Teknis
Rencana Teknis
Bersertifikat Penyusun (Mengetahui)
(Menyetujui)
Proses
Kadis yg Perizinan
Perencanaan Perencana Teknis Kadis Pendidikan
Membidangi BG
Pemerintah
Menengah

Teknis oleh Bertandatangan pada Bertandatangan


Provinsi
Sekolah

Bertandatangan
Perencana Dokumen Rencana pada Dokumen Proses
pada Dokumen
Teknis Teknis sebagai Rencana Teknis Pelaksanaan
Rencana Teknis
Bersertifikat Penyusun (Mengetahui) Konstruksi
(Menyetujui)

Kadis yg
Perencanaan Perencana Teknis Kadis Pendidikan
Membidangi BG
Pemerintah
Sekolah

Kab/Kota

Teknis oleh Bertandatangan pada Bertandatangan


Dasar

Bertandatangan
Perencana Dokumen Rencana pada Dokumen
pada Dokumen
Teknis Teknis sebagai Rencana Teknis
Rencana Teknis
Bersertifikat Penyusun (Mengetahui)
(Menyetujui)

Gambar 240. Proses Perencanaan Teknis dan Penandatanganan Dokumen Rencana Teknis

9.3. Ketentuan pada Tahap Perizinan


Tahap perizinan merupakan proses yang dilakukan untuk menyiapkan
dokumen izin mendirikan bangunan sebagai persyaratan legalitas
pelaksanaan konstruksi, yaitu meliputi kegiatan:
a. Penyiapan kelengkapan dokumen permohonan IMB, yang terdiri dari:
1) Formulir data pemohon, yang berisi:

i. nama pemohon;
ii. alamat pemohon; dan
iii. status hak atas tanah.
2) Dokumen identitas pemohon, yaitu:
i. fotokopi KTP pemohon atau identitas lainnya; atau
- 248 -

ii. surat kuasa dari pemilik bangunan dalam hal pemohon bukan
pemilik bangunan.
3) Data tanah, yaitu:
i. surat bukti status hak atas tanah;
ii. data kondisi atau situasi tanah;
iii. surat pernyataan bahwa tanah tidak dalam status sengketa; dan
iv. surat perjanjian pemanfaatan atau penggunaan tanah berupa
perjanjian tertulis antara pemilik bangunan gedung dengan
pemegang hak atas tanah, apabila lahan merupakan milik pihak
lain.
4) Dokumen dan surat terkait, yaitu:
i. fotokopi KRK;
ii. surat pernyataan untuk mengikuti ketentuan dalam KRK;
iii. surat pernyataan menggunakan standardisasi desain; dan
iv. surat pernyataan mengikuti persyaratan pokok tahan gempa.
5) Dokumen rencana teknis berdasarkan standardisasi desain
sekolah/madrasah yang digunakan.
b. Pengajuan permohonan IMB; dan
c. Penerimaan dokumen IMB.

9.4. Ketentuan pada Tahap Pelaksanaan Konstruksi


Tahap pelaksanaan konstruksi merupakan proses pembangunan fisik yang
dilakukan untuk mewujudkan bangunan sekolah/madrasah sesuai
dengan dokumen rencana teknis yang telah disusun, yaitu meliputi
kegiatan:

9.4.1. Pengadaan Penyedia Jasa


a. Pengadaan penyedia jasa dilakukan untuk mendapatkan penyedia
jasa pelaksana konstruksi (kontraktor) dan penyedia jasa pengawas
pelaksanaan konstruksi (konsultan pengawas atau manajemen
konstruksi).

b. Pengadaan penyedia jasa dilakukan dengan Penunjukan Langsung


atau Lelang berdasarkan besarnya nilai pagu pengadaan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai pengadaan
barang/ jasa pemerintah.
- 249 -

9.4.2. Pelaksanaan Konstruksi


Pelaksanaan konstruksi merupakan penyelenggaraan kegiatan untuk
mewujudkan suatu hasil perencanaan menjadi bentuk bangunan atau
bentuk fisik lainnya, yang dilakukan oleh penyedia jasa pelaksana
konstruksi (kontraktor), dengan tugas:
a. mempersiapkan fasilitas dan sarana demi kelancaran pekerjaan;

b. mempersiapkan bahan-bahan bangunan yang bermutu baik dan


memenuhi persyaratan seperti yang tercantum dalam bestek;
c. melaksanakan semua pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya
sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat;
d. menyelesaikan dan menyerahkan pekerjaan tepat pada waktunya
sesuai dengan surat perjanjian kontrak;
e. mengadakan pemeliharaan selama proyek tersebut masih dalam
tanggung jawab pelaksana;
f. menyediakan tenaga kerja yang berpengalaman serta peralatan yang
diperlukan pada saat pelaksana pekerjaan; dan
g. bertanggung jawab terhadap fisik bangunan selama masa
pemeliharaan.

9.4.3. Pengawasan Pelaksanaan Konstruksi


Pengawasan pelaksanaan konstruksi merupakan penyelenggaraan
kegiatan untuk melakukan koordinasi dan pengendalian seluruh
kegiatan teknis pelaksanaan konstruksi dan masa pemeliharaan secara
manajemen maupun secara teknis, yang dilakukan oleh penyedia jasa
pengawas atau manajemen konstruksi, dengan tugas:
a. memeriksa dan mempelajari dokumen untuk pelaksanaan konstruksi
yang akan dijadikan dasar dalam pengawasan pekerjaan di lapangan;

b. mengawasi pemakaian bahan, peralatan dan metode pelaksanaan,


serta mengawasi ketepatan waktu, dan biaya pekerjaan konstruksi;
c. mengawasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi dari segi kualitas,
kuantitas dan laju pencapaian volume/realisasi fisik;
d. mengumpulkan data dan informasi di lapangan untuk memecahkan
persoalan yang terjadi selama pekerjaan konstruksi;
e. menyelenggarakan rapat-rapat lapangan secara berkala, membuat
laporan mingguan dan bulanan pekerjaan pengawasan, dengan
masukan hasil rapat-rapat lapangan, laporan harian, mingguan dan
bulanan pekerjaan konstruksi yang dibuat oleh pelaksana konstruksi;
- 250 -

f. meneliti gambar-gambar untuk pelaksanaan (shop drawings) yang


diajukan oleh pelaksana konstruksi;
g. meneliti gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan di lapangan
(as-built drawings) sebelum serah terima;
h. menyusun daftar cacat/kerusakan sebelum serah terima pertama,
mengawasi perbaikan pada masa pemeliharaan, dan menyusun
laporan akhir pekerjaan pengawasan;
i. menyusun berita acara persetujuan kemajuan pekerjaan, berita acara
pemeliharaan pekerjaan, dan serah terima pertama dan kedua
pelaksanaan konstruksi sebagai kelengkapan untuk pembayaran
angsuran pekerjaan konstruksi;
j. bersama-sama penyedia jasa perencanaan menyusun petunjuk
pemeliharaan dan penggunaan bangunan gedung;
k. membantu pengelola kegiatan dalam menyusun Dokumen
Pendaftaran Bangunan Gedung Negara; dan
l. membantu pengelola kegiatan dalam penyiapan kelengkapan
dokumen Sertifikat Laik Fungsi (SLF) dari Pemerintah
Kabupaten/Kota setempat.

9.5. Ketentuan pada Tahap Pasca Konstruksi


Tahap pasca konstruksi merupakan proses penyelesaian pembangunan
sekolah/madrasah yang dilakukan untuk menyiapkan berbagai
kelengkapan administrasi bangunan gedung sesuai berbagai ketentuan
yang berlaku, yaitu meliputi kegiatan:

9.5.1. Serah Terima Pekerjaan Pertama (PHO)


Serah terima hasil pekerjaan dilakukan apabila pekerjaan telah
dilaksanakan 100% (seratus persen) sesuai dengan ketentuan yang
termuat dalam Kontrak, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Pengajuan tertulis dari Penyedia kepada PPK untuk serah terima
barang/jasa;

b. PPK menginstruksikan kepada Konsultan Pengawas untuk memeriksa


kelayakan memenuhi tidaknya dilakukan penilaian pekerjaan untuk
proses serah terima pekerjaan;
c. PPK mengajukan permintaan kepada KPA untuk melakukan penilaian
hasil pekerjaan;
d. KPA menugaskan Panitia Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP) untuk
melakukan penilaian hasil pekerjaan;
- 251 -

e. PPHP melakukan penilaian hasil pekerjaan baik secara administrasi


maupun teknis;
f. Hasil penilaian/pemeriksaan terhadap barang/jasa yang diserahkan
oleh PPK;
g. Penyedia melakukan perbaikan pekerjaan sesuai hasil penilaian;
h. PPK dan Penyedia menandatangani Berita Acara Serah Terima
Pertama Pekerjaan (PHO).

9.5.2. Penyiapan dan pengurusan SLF


a. Penyiapan kelengkapan dokumen permohonan SLF oleh kepala
sekolah/madrasah dengan dibantu oleh penyedia jasa pengawas/MK,
yang meliputi:
1) formulir permohonan penerbitan SLF yang ditandatangani oleh
pemohon;

2) surat kuasa dari pemilik bangunan, apabila pemohon bukan


pemilik bangunan;
3) data tanah, dalam hal terjadi perubahan kepemilikan tanah atau
perubahan perjanjian pemanfaatan tanah;
4) data kepemilikan bangunan gedung, dalam hal terjadi perubahan
kepemilikan bangunan gedung;
5) surat pernyataan kelaikan fungsi bangunan gedung;
6) data perencana konstruksi, pelaksana konstruksi, dan/atau
pengawas konstruksi;
7) Formulir data umum bangunan gedung;
8) Dokumen IMB beserta lampiran dokumen rencana teknis yang
telah disahkan;
9) As built drawings; dan
10) Dokumen pengawasan konstruksi.
b. Pengajuan permohonan SLF kepada Pemerintah Kabupaten/Kota oleh
kepala sekolah/madrasah.
c. Penerimaan dokumen SLF oleh kepala sekolah/madrasah dari
Pemerintah Kabupaten/Kota.

9.5.3. Serah Terima Akhir Pertama (FHO)


Setelah masa pemeliharaan berakhir, penyedia mengajukan permintaan
secara tertulis kepada PPK untuk penyerahan akhir pekerjaan. PPK
menerima penyerahan akhir pekerjaan setelah penyedia melaksanakan
semua kewajibannya selama masa pemeliharaan dengan baik. PPK wajib
- 252 -

melakukan pembayaran sisa nilai kontrak yang belum dibayar atau


mengembalikan Jaminan Pemeliharaan.
Ketentuan pelaksanaan Serah Terima Akhir Pekerjaan (STAP):
a. Pelaksanaan Serah Terima Pekerjaan dilakukan pada saat
berakhirnya masa pemeliharaan dan seluruh dokumen terkait
kegiatan/proyek diberikan oleh penyedia jasa kepada pengguna jasa;

b. Panitia penerima pekerjaan melakukan pemeriksaan terhadap


kelayakan kondisi dan keberfungsian sistem/sub-sistem masing-
masing infrastruktur maupun barang/alat/produk yang akan
diserahterimakan;
c. Setelah Serah Terima Akhir Pekerjaan (PHO) dilakukan, maka seluruh
aset menjadi hak penuh pengguna jasa dan pengelolaan juga menjadi
tanggung jawab penuh pengguna jasa;
d. Bila ditemukan kondisi sistem/barang/alat/produk ternyata kurang
layak maupun tidak berfungsi maka panitia penerima pekerjaan
mencatat dan meminta penyedia jasa untuk melakukan perbaikan
maupun penggantian terhadap komponen/barang/alat/produk/
sistem/sub-sistem yang rusak/tidak berfungsi tersebut hingga
seluruh sistem dapat berfungsi sesuai spesifikasi dan dalam kondisi
yang baik;
e. Panitia penerima pekerjaan memeriksa ulang sistem/sub-sistem
termasuk berbagai barang/alat/produk setelah proses
perbaikan/penggantian;
f. Bila kondisi sistem telah layak dan bisa beroperasi sesuai spesifikasi
dalam kontrak, panitia penerima pekerjaan dan penyedia jasa
melakukan serah terima akhir pekerjaan dengan persetujuan
pengguna jasa;
g. Kegiatan serah terima akhir pekerjaan ini dituangkan dalam bentuk
berita acara.

9.5.4. Pendaftaran BGN


Dalam hal bangunan sekolah/madrasah dibangun menggunakan uang
negara (APBN atau ABPD), maka setelah dilakukannya Serah Terima
Akhir Pekerjaan (FHO) harus dilakukan Pendaftaran sebagai Bangunan
Gedung Negara sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai penyelenggaraan bangunan gedung negara.
Kelengkapan Pendaftaran BGN antara lain:
a. surat permohonan pendaftaran bangunan gedung dan atau rumah
- 253 -

negara;
b. daftar inventaris bangunan gedung negara;
c. kartu legger bangunan gedung dan rumah negara;
d. gambar legger dan situasi;
e. foto bangunan (tampak depan, samping, belakang, dan perspektif);
f. lampiran berupa
1) fotokopi dokumen pembiayaan/DIPA (otorisasi pembiayaan);
2) fotokopi sertifikat atau bukti kepemilikan/hak atas tanah;
3) kontrak atau perjanjian pemborongan;
4) Berita Acara Serah Terima I dan II;
5) as built drawings (gambar sesuai yang dilaksanakan);
6) fotokopi surat IMB; dan
7) SLF.

Produk pendaftaran bangunan gedung bagi pemilik bangunan berupa


Surat Keterangan Bukti Pendaftaran Bangunan Gedung Negara
(SKBPBGN) dengan penetapan Huruf Daftar Nomor (HDNo), yang
selanjutnya digunakan sebagai dasar dalam perencanaan anggaran
pemeliharaan dan perawatan.

9.5.5. Serah Terima Aset BMN


Barang Milik Negara (BMN) merupakan semua barang yang dibeli atau
diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau
berasal dari perolehan lainnya yang sah. Penetapan status Bangunan
Gedung Negara sebagai barang milik negara dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan tentang barang milik negara
atau daerah.
Aset BMN yang dihasilkan dalam rehabilitasi/renovasi sekolah dan
madrasah diberlakukan sebagai Aset Tetap Renovasi (ATR), yaitu
aset yang berasal dari pengakuan belanja modal atas biaya renovasi
aset yang bukan milik Satker. Pelaksanaan serah terima BMN pada
rehabilitasi/renovasi sekolah dan madrasah dilakukan dengan
mekanisme:
a. pemindahtanganan BMN (Hibah) dan menggunakan Akun MAK 526
(PMK 111/PMK.06/2016 tentang Tatacara Pelaksanaan
Pemindahtanganan Barang Milik Negara) untuk sekolah; dan
b. alih status BMN dan menggunakan Akun MAK 53 (PMK
76/PMK.06/2019 tentang Perubahan Kedua Atas Permenkeu Nomor
- 254 -

246/PMK.06/2014 tentang Tatacara Pelaksanaan Penggunaan Barang


Milik Negara untuk madrasah.

X. KETENTUAN REHABILITASI/RENOVASI BANGUNAN


SEKOLAH/MADRASAH
10.1. Umum
a. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24 Tahun 2008
tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung:
1) Rehabilitasi adalah memperbaiki bangunan yang telah rusak
sebagian dengan maksud menggunakan sesuai dengan fungsi
tertentu yang tetap, baik arsitektur maupun struktur bangunan
gedung tetap dipertahankan seperti semula, sedang utilitas dapat
berubah.

2) Renovasi adalah memperbaiki bangunan yang telah rusak berat


sebagian dengan maksud menggunakan sesuai fungsi tertentu
yang dapat tetap atau berubah, baik arsitektur, struktur maupun
utilitas bangunannya.

Ketentuan persyaratan lahan dan bangunan, standar minimal


sarana dan prasarana sekolah/madrasah, dimensi, spesifikasi
teknis, dan metode pelaksanaan sebagaimana diatur dalam Bab 2
sampai dengan Bab 6 menjadi acuan untuk kegiatan
pembangunan baru.

b. Dalam hal rehabilitasi / renovasi sekolah/madrasah, maka tidak


diwajibkan memenuhi ketentuan persyaratan lahan dan bangunan
serta standar minimal sarana dan prasarana sekolah/madrasah
sebagaimana diatur dalam Bab 2, melainkan mengikuti kondisi yang
ada (eksisting).

c. Dalam hal rehabilitasi / renovasi yang memerlukan pembongkaran


bangunan atau komponen bangunan untuk diganti baru, maka dapat
digunakan acuan dimensi modular, detail desain, spesifikasi teknis,
dan metode pelaksanaan sesuai jenis standardisasi desain yang akan
digunakan, dengan mempertimbangkan keserasian terhadap
bangunan atau komponen bangunan eksisting.
d. Dalam hal rehabilitasi / renovasi yang tidak membongkar bangunan
atau komponen bangunan untuk diganti baru, maka disesuaikan
dengan hasil identifikasi kerusakan dan kebutuhan rehabilitasi /
renovasi melalui proses perencanaan teknis.
- 255 -

10.2. Petunjuk Teknis Rehabilitasi/Renovasi


10.2.1. Komponen Pondasi
Jenis kerusakan:
a. Deformasi/Turun
Pemadatan tanah di bawah Pondasi akan menyebabkan penurunan
tanah yang tidak merata dan dapat berakibat terjadinya deformasi
pada Pondasi (Pondasi turun).
b. Retak
Akibat penurunan tanah yang tidak merata dapat menimbulkan
retaknya Pondasi, tapi keretakan dapat pula disebabkan akibat mutu
bahan yang digunakan tidak memenuhi persyaratan.
c. Bocor
Pada bangunan yang menggunakan Pondasi pelat atau basement,
sering kali air tanah meresap ke dalam bangunan, akibat
penggunaan bahan yang tidak kedap air atau proses pengerjaan yang
kurang sempurna.
d. Rapuh
Jika mutu bahan yang digunakan tidak sesuai persyaratan maka
Pondasi akan menjadi rapuh.
Komponen perbaikan:
a. melakukan injeksi atau suntik grouting di bawah pondasi telapak
bangunan;
b. membongkar pondasi awal beserta struktur bangunan yang terkait,
lalu membangunnya kembali; dan/atau
c. memasang tiang pancang untuk menambah kekuatan dari pondasi
utama.

10.2.2. Komponen Kolom dan Balok


Jenis kerusakan:
a. Melengkung
Disebabkan pemasangan cetakan/penyokong yang kurang baik atau
dimensi yang kurang besar.
b. Retak rambut
Permukaan beton retak-retak akibat proses muai susut.
c. Retak
Permukaan beton terdapat retak-retak yang diakibatkan oleh muai
susut lapisan plesteran dan/atau acian dan/atau akibat getaran
yang diakibatkan oleh lalu lintas kendaraan dan/atau gempa bumi
dan/atau beban yang melampaui kapasitas struktur.
- 256 -

d. Patah
Kolom/Balok patah akibat adanya deformasi yang besar yang
disebabkan oleh benturan yang kuat atau goncangan akibat gempa
bumi.
Komponen perbaikan:
a. Perbaikan struktur kolom dengan:
1) membuat kolom tambahan untuk membagi beban yang ada
pada kolom yang rusak.
2) memperkuat kolom dengan menyuntiknya dengan cairan epoxy
untuk memperkuat kolom kemudian memperlebar ukuran
kolom.
b. Perbaikan struktur balok dengan:
1) tambahkan kolom/tiang dibawahnya sehingga penyaluran
beban balok menjadi berkurang; dan/atau
2) disuntik atau di grouting dengan epoxy sebagai pengikat
keretakan, selanjutnya lakukan pembesaran ukuran balok
dengan perkuatan dari luar.
c. Perbaikan plesteran kolom/balok dengan:
1) menambal bagian plester yang retak; dan/atau
2) melakukan plester ulang.
d. Perbaikan acian kolom/balok dengan:
1) melakukan dempul; dan/atau
2) melakukan acian ulang
e. Pengecatan kolom/balok dengan:
1) Melakukan pengecatan ulang sesuai dengan speck awal;
dan/atau
2) Melakukan pengecatan ulang dengan material cat yang lebih
sesuai.

10.2.3. Komponen Atap


Jenis kerusakan:
a. Melengkung
Dimensi yang kurang memadai dapat menyebabkan atap
melengkung, karena tidak cukup kaku untuk menahan beban di
atasnya.
b. Rusak/Patah
Penggunaan bahan yang tidak memenuhi syarat dapat menyebabkan
struktur atap rusak atau patah.
- 257 -

c. Bocor
Jika permukaan atap melengkung, maka aliran air menjadi
terhambat dan memungkinkan terjadinya kebocoran melalui atap.
d. Retak
Pada konstruksi atap yang menggunakan bahan kayu, keretakan
terjadi akibat proses pengeringan kayu yang kurang sempurna.
e. Korosi/Rapuh
Pada penggunaan baja, korosi dapat terjadi akibat pengecatan anti
karat yang kurang sempurna atau akibat adanya kebocoran.
Kebocoran juga dapat menyebabkan lapuknya konstruksi atap yang
menggunakan kayu, di samping kemungkinan termakan rayap.
f. Sambungan lepas
Pelaksanaan pekerjaan yang kurang baik dapat menyebabkan
keteledoran dalam pekerjaan sambungan, terutama yang
menggunakan sambungan baut.
Komponen perbaikan:
a. Perbaikan rangka atap
1) menggunakan rangka kayu yang telah dilapisi dengan anti
rayap;
2) menggunakan rangka hollow; dan/atau
3) menambah perkuatan bracket dan hanger (jika diperlukan).
b. Perbaikan penutup atap
1) melakukan pengecatan waterproof;
2) mengganti penutup atap dengan material yang lebih sesuai.
c. Pengecatan penutup atap
1) melakukan pengecatan ulang sesuai dengan speck awal;
dan/atau
2) melakukan pengecatan ulang dengan material cat yang lebih
sesuai.

10.2.4. Komponen Lantai


Jenis kerusakan:
a. Retak
Ini disebabkan pemasangan yang kurang baik atau adukan di
bawahnya tidak merata.
b. Remuk
Remuknya keramik dapat disebabkan akumulasi dari keretakan atau
akibat ubin/keramik meledak/mencuat lalu terinjak.
- 258 -

c. Kerusakan pada sambungan


Pengisian antar keramik yang kurang sempurna mengakibatkan
adanya celah pada sambungan.
d. Lepas
Prosedur pemasangan yang tidak baik dapat menyebabkan lekatan
antara keramik dan adukan tidak sempurna, dan dapat
menyebabkan keramik lepas dari adukannya.
e. Hilang
Jika keramik yang lepas tidak segera diperbaiki, maka keramik
tersebut dapat hilang.
f. Rusak
Kerusakan yang umum terjadi akibat proses produksi atau pada saat
keramik dipindahkan, sehingga ada bagian keramik yang cacat.
g. Berbercak/Pudar
Pada daerah di mana arus lalu lintas cukup ramai dan sering dilalui
benda berat, maka lapisan permukaan akan tergerus yang
mengakibatkan perubahan warna.
h. Pecah/Patah
Lantai patah atau pecah akibat beban berat yang ada di atas lantai.
Komponen Perbaikan:
a. Rekonstruksi/penggantian struktur lantai yang diikuti dengan
penggantian elemen penutup lantai:
1) tanah untuk semen beton/plesteran dengan perataan area
tanah yang akan dilapisi dengan adukan beton; dan/atau
2) beton, yang meliputi:
a) pemadatan pasir urugan;
b) menginjeksikan air semen atau bahan-bahan epoxy (bila
ada) ke bagian spesi di bawah penutup lantai yang rusak;
c) perbaikan adukan spesi di bawah lantai untuk penempelan
elemen penutup lantai (Tegel, Keramik, Paving Blok, Granite,
Marmer, dan Terazo); dan/atau
d) perbaikan busa, foam, atau tripleks sebagai landasan
penutup lantai (parket kayu/bambu);
3) kayu dengan memperbaiki gelegar lantai;
4) bambu dengan memperbaiki balok bambu sebagai tumpuan
pondasi.
b. Penggantian elemen penutup lantai:
1) semen beton/plester dengan:
a) perbaikan adukan beton pelapis; dan/atau
- 259 -

b) menginjeksikan air semen atau bahan-bahan epoxy (bila


ada) ke beton pelapis yang rusak.
2) elemen penutup lantai (tegel, keramik, paving blok, granite,
marmer, dan terazo)
a) menambah cairan glasir pada celah penutup lantai yang
besar; dan/atau
b) mengganti elemen penutup lantai dengan yang baru.
3) elemen penutup lantai (parket kayu/bambu)
a) melakukan pengeleman ulang bagian parket yang terlepas;
b) mengganti elemen penutup lantai dengan yang baru;
dan/atau
c) melakukan finishing ulang.
4) kayu dan bambu
a) mengganti lantai papan (kayu) atau lantai bambu yang
rusak; dan/atau
b) melakukan finishing ulang.
c. Perkuatan struktur lantai (untuk Ruangan pada lantai 2/3).

10.2.5. Komponen Dinding


Jenis kerusakan:
a. Melengkung/Cembung
Permukaan dinding melembung karena adanya desakan dari sisi
dalam/luar bangunan atau karena pengerjaan dinding/plesteran
yang kurang rapi.
b. Retak rambut
Permukaan dinding terdapat retak-retak yang diakibatkan oleh
muai susut lapisan plesteran dan/atau acian.
c. Retak
Permukaan dinding terdapat retak-retak yang diakibatkan oleh
muai susut lapisan plesteran dan/atau acian dan/atau akibat
getaran yang diakibatkan oleh lalu lintas kendaraan dan/atau
gempa bumi.
d. Celah
Permukaan dinding terdapat retak-retak yang diakibatkan getaran
yang diakibatkan oleh lalu lintas kendaraan dan/atau gempa bumi
dan/atau adanya deformasi struktural (pada Pondasi, sloof atau
balok).
- 260 -

e. Pengapuran
Pada permukaan terdapat lapisan kapur akibat reaksi kimia antara
lapisan dinding atau cat dengan udara lembab atau air.
f. Bocor
Pada dinding terdapat lubang atau celah sehingga udara atau air
dapat mengalir.
g. Adukan lepas
Lapisan plesteran lepas akibat daya rekat antara dinding dengan
adukan plesteran tidak bekerja secara baik.
h. Lapisan luar lepas/Terkelupas
Lapisan acian atau cat lepas akibat rekatan antara acian/cat
dengan plesteran tidak bekerja secara baik.
i. Lembab
Permukaan dinding lembab/basah akibat adanya resapan air dari
luar atau rambatan dari bawah yang disebabkan oleh adukan yang
digunakan tidak kedap air.
j. Berlumut/berjamur
Permukaan dinding ditumbuhi lumut/jamur akibat permukaan
dinding selalu mengandung air, baik karena hujan, selalu tersiram
atau terkena limpasan air atau karena lembab.
k. Ditumbuhi tanaman
Permukaan dinding ditumbuhi tanaman yang terbawa angina atau
binatang (burung), biasanya karena permukaan dinding
mengandung air.
l. Turun
Beberapa bagian dinding mengalami penurunan akibat adanya
deformasi pada komponen struktural di bawahnya.
m. Mencuat
Ada bagian dinding yang mencuat keluar akibat tumbukan atau
dorongan dari bagian dalam/luar bangunan atau akibat goncangan
gempa.
n. Terkikis
Ada bagian dinding yang terkikis akibat tiupan angin, terpaan
hujan atau aliran air yang terus menerus, sehingga permukaan
dinding lepas.
o. Kotor
Permukaan dinding dikotori oleh debu, sarang serangga, jaring kaba-
laba dan kotoran lain, yang menutupi sebagian atau seluruh
permukaan dinding.
- 261 -

Komponen Perbaikan:
a. Perbaikan pasangan dinding dengan:
1) mengganti bagian pasangan dinding yang rusak menggunakan
material sesuai dengan speck awal; dan/atau
2) mengganti dinding dengan pasangan yang baru dengan kualitas
material yang lebih baik.
b. Perbaikan plesteran dinding dengan:
1) menambal bagian plester yang retak; dan/atau
2) melakukan plester ulang.
c. Perbaikan acian dinding
1) melakukan dempul; dan/atau
2) melakukan acian ulang.
d. Pengecatan dinding
1) Melakukan pengecatan ulang sesuai dengan speck awal;
dan/atau
2) Melakukan pengecatan ulang dengan material cat yang lebih
sesuai.

10.2.6. Komponen Plafon


Jenis kerusakan:
a. Kerusakan panil plafon
Kerusakan dapat disebabkan oleh beban di atas langit-langit,
kejatuhan benda atau dirusak dengan sengaja (Ruda paksa).
b. Kotor/Berbercak
Bercak atau kotoran pada langit-langit dapat disebabkan adanya
kebocoran atap, atau karena prosedur pembersihan langit-langit
yang keliru.
c. Pudar
Warna panil pudar dapat disebabkan terkena sinar matahari
langsung atau akibat akumulasi debu.
d. Panil lepas
Lepasnya panil dapat disebabkan akibat kejatuhan benda berat
atau pemasangan yang kurang sempurna, terutama di daerah pojok
ruangan.
e. Panil longgar
Jika ada beberapa paku atau perekat yang kurang baik, akan
menyebabkan panil turun.
f. Panil hilang
- 262 -

Panil plafon, terutama dari jenis akustik yang tidak dipaku sering
kali terdorong dan jatuh, sehingga ada bagian langit-langit yang
berlubang.
g. Panil melengkung
Gantungan rangka langit-langit yang kurang sempurna dapat
menyebabkan panil melengkung.
h. Panil retak
Retaknya panil dapat disebabkan karena terinjak oleh petugas
pemeliharaan, bocoran air atau ruda paksa.
Komponen Perbaikan:
a. Perbaikan rangka plafon
1) menggunakan rangka kayu yang telah dilapisi dengan anti
rayap;
2) menggunakan rangka hollow; dan/atau
3) menambah perkuatan bracket dan hanger (jika diperlukan)
b. Perbaikan penutup plafon
1) melakukan pengecatan waterproof;
2) mengganti penutup plafon dengan material yang lebih sesuai.
c. Pengecatan penutup plafon
1) melakukan pengecatan ulang sesuai dengan speck awal;
dan/atau
2) melakukan pengecatan ulang dengan material cat yang lebih
sesuai.

10.2.7. Komponen Pintu dan Jendela


Jenis kerusakan:
a. Lapuk
Ada bagian pintu dan jendela yang sudah lapuk baik karena lembab
atau termakan usia.
b. Rapuh/Keropos
Ada bagian pintu dan jendela yang keropos akibat dimakan rayap,
bubuk, cacing tiang, atau serangga lainnya.
c. Retak
Ada bagian pintu dan jendela yang retak akibat muai susut kayu.
d. Berlubang
Ada bagian pintu dan jendela yang berlubang, baik akibat paku, bor
atau lepasnya mata kayu.
- 264 -

LAMPIRAN II
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA
NOMOR: 47/SE/DC/2020
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS STANDARDISASI DESAIN DAN
PENILAIAN KERUSAKAN SEKOLAH DAN MADRASAH

PENILAIAN KERUSAKAN SEKOLAH DAN MADRASAH

I. PENGERTIAN
Dalam Petunjuk Teknis ini yang dimaksud dengan:
1. Atap adalah elemen pelindung bangunan dari panas dan hujan yang
terdiri dari penutup atap beserta struktur penutup atap (kuda-kuda,
gording, kaso, reng).
2. Balok merupakan elemen yang dibentuk secara horizontal yang disebut
juga sebagai elemen lentur yang menahan gaya transversal dan
menyalurkannya ke kolom.
3. Dinding merupakan suatu elemen arsitektural yang digunakan sebagai
pembatas / penyekat suatu ruangan.
4. Finishing merupakan suatu elemen arsitektural yang membuat suatu
material lebih indah.
5. Kaca merupakan suatu elemen arsitektural yang melekat pada jendela
dan berfungsi sebagai tempat keluar masuk cahaya.
6. Kolom merupakan elemen yang dibentuk secara vertikal berupa tiang
penyangga yang menahan gaya aksial tekan bangunan
7. Kusen merupakan elemen arsitektural yang berfungsi sebagai tempat
melekatnya pintu dan jendela.
8. Massa Bangunan merupakan bangunan yang terdiri atas satu atau lebih
ruangan yang memiliki fungsi ruangan yang sama atau berbeda beda.
9. Pelat adalah diafragma yang dibentuk secara horizontal yang menahan
beban struktur transversal ke tumpuan balok yang berfungsi sebagai
pijakan maupun sekat antar lantai
10. Penutup Lantai merupakan bagian horizontal dari bangunan yang
dibatasi dinding atau pembatas vertikal. Material dari lantai dapat berupa
tanah / kerikil / kayu / keramik / granit / batu / material lainnya.
11. Pintu merupakan suatu elemen arsitektural yang digunakan sebagai jalur
keluar masuknya manusia pada suatu ruangan.
12. Pondasi adalah komponen struktur utama terletak di bagian bawah yang
berfungsi penopang suatu massa bangunan.
- 265 -

13. Plafon adalah bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi sebagai
langit-langit bangunan.
14. Utilitas adalah jaringan untuk memasok sesuatu. Contoh : listrik, air,
limbah, dsb.

II. KATEGORI TINGKAT KERUSAKAN BANGUNAN


Pembangunan Bangunan Gedung Negara merupakan kegiatan mendirikan
Bangunan Gedung Negara yang diselenggarakan melalui tahap perencanaan
teknis pelaksanaan konstruksi dan pengawasannya baik merupakan
pembangunan baru perawatan bangunan gedung maupun perluasan
bangunan gedung yang sudah ada dan atau lanjutan pembangunan
bangunan gedung. Rehabilitasi adalah kegiatan memperbaiki bangunan
gedung yang telah rusak sebagian dengan maksud menggunakan sesuai
dengan fungsi tertentu yang tetap baik arsitektur maupun struktur bangunan
gedung tetap dipertahankan seperti semula sedangkan utilitas dapat
berubah. Kerusakan bangunan adalah tidak berfungsinya bangunan atau
komponen bangunan akibat penyusutan/berakhirnya umur bangunan, atau
akibat ulah manusia atau perilaku alam seperti beban fungsi yang berlebih,
kebakaran, gempa bumi, atau sebab lain yang sejenis.
Kerusakan bangunan dapat dikategorikan menjadi:
1. Kerusakan Ringan, yaitu kerusakan yang terjadi pada komponen non-
struktural, seperti penutup atap, langit langit, penutup lantai dan
dinding pengisi.
2. Kerusakan Sedang, yaitu kerusakan pada sebagian komponen non
struktural, dan atau komponen struktural seperti struktur atap, lantai,
dan lain sebagainya.
3. Kerusakan Berat, yaitu kerusakan pada sebagian besar komponen
bangunan, baik struktural maupun non-struktural yang apabila setelah
diperbaiki masih dapat berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya.
Penentuan tingkat kerusakan bangunan gedung didasarkan pada ukuran
kuantitatif besarnya kerusakan yang terjadi pada masing-masing komponen
(aspek struktur, arsitektur, utilitas, dan finishing), yang dibedakan menjadi:
1. tingkat kerusakan ≤ 30% dikategorikan sebagai Rusak Ringan;
2. tingkat kerusakan 30% sampai 45% dikategorikan sebagai Rusak
Sedang; dan
3. tingkat kerusakan > 45% dikategorikan sebagai Rusak Berat.
- 266 -

III. LINGKUP PENILAIAN TINGKAT KERUSAKAN


Penilaian tingkat kerusakan dilakukan terhadap ruangan atau massa
bangunan yang ada di lokasi sekolah/madrasah tersebut. Prosentase
tingkat kerusakan merupakan penjumlahan (resultante) kerusakan
komponen-komponen struktur, arsitektur, utilitas, dan finishing.
Kesimpulan rusak berat dihasilkan jika terdapat komponen yang memenuhi
kriteria yang diindikasi berdampak pada aspek keselamatan atau jumlah
(resultante) kerusakan komponen struktur, arsitektur, utilitas, dan finishing
lebih besar 45%.
Adapun metode penilaian kerusakan yang digunakan adalah:
1. Pengamatan Visual
Dilakukan terhadap komponen dari bangunan gedung atau bangunan
gedung secara keseluruhan dengan menggunakan Form Identifikasi
sebagaimana tertuang Dokumen Identifikasi dan Verifikasi Kerusakan.
2. Pengukuran Dimensi
Dilakukan untuk mengukur dimensi dari tiap struktur bangunan.
Selanjutnya berdasarkan hasil pendataan dilakukan analisis tingkat
kerusakan dan klasifikasi kerusakan. Analisis tingkat kerusakan dan
klasifikasi kerusakan kemudian menjadi input dalam form penilaian
kerusakan.

IV. TATACARA PENILAIAN TINGKAT KERUSAKAN


4.1. Alur
Penilaian dilakukan melakukan pengamatan visual indikasi dampak
kerusakan terhadap aspek keselamatan komponen bangunan dan
dilanjutkan dengan perhitungan volume kerusakan komponen yang
dilakukan secara berurutan kemudian jika tingkat kerusakan sudah
mencapai rusak berat, maka perhitungan tidak perlu dilanjutkan ke
penilaian komponen berikutnya. Angka prosentase yang dihasilkan tidak
berkaitan dengan pembiayaan yang dibutuhkan.
- 267 -

Gambar 241. Skema Alur Penilaian Kerusakan

Proses Penetapan Rekapitulasi


Pelaksana Penandatanganan
Penilaian Kerusakan
Pembangunan Formulir Penilaian Tingkat Kerusakan
Kerusakan Sekolah/Madrasah

Penetapan
Kabid Pendidikan
Surveyor Kepala Kanwil Rekapitulasi Tingkat
Kanwil Prov,
Madrasah

Kemenag

Madrasah
Penilaian Bertandatangan Bertandatangan Kerusakan
Bertandatangan
Kerusakan oleh pada Formulir pada Formulir Madrasah di
pada Formulir
Surveyor Penilaian Penilaian Kerusakan Wilayah Provinsi
Penilaian Kerusakan
Kerusakan (Mengetahui) dengan Keputusan
(Menyetujui)
Kepala Kanwil

Kadis yg Penetapan
Surveyor Kadis Pendidikan Rekapitulasi Tingkat
Membidangi BG
Pemerintah

Penilaian Bertandatangan Bertandatangan


Menengah

Kerusakan Sekolah
Provinsi
Sekolah

Bertandatangan
Kerusakan oleh pada Formulir pada Formulir Menengah di
pada Formulir
Surveyor Penilaian Penilaian Kerusakan Wilayah Provinsi
Penilaian Kerusakan
Kerusakan (Mengetahui) dengan Keputusan
(Menyetujui)
Kadis Pendidikan

Kadis yg Penetapan
Surveyor Kadis Pendidikan Rekapitulasi Tingkat
Membidangi BG
Pemerintah

Penilaian Bertandatangan Bertandatangan Kerusakan Sekolah


Sekolah

Kab/Kota

Bertandatangan
Dasar

Kerusakan oleh pada Formulir pada Formulir Dasar di Wilayah


pada Formulir
Surveyor Penilaian Penilaian Kerusakan Kab/Kota dengan
Penilaian Kerusakan
Kerusakan (Mengetahui) Keputusan
(Menyetujui)
Bupati/Walikota

Gambar 242. Penilaian, Penandatanganan, dan Penetapan Kerusakan Sekolah dan Madrasah

4.2. Prosedur
Prosedur pelaksanaan penilaian tingkat kerusakan bangunan
sekolah/madrasah dapat dijelaskan sebagai berikut :
- 268 -

a. Persiapan Tenaga Surveyor


Pada tahap awal dilakukan penyiapan tenaga surveyor untuk
melakukan identifikasi tingkat kerusakan sekolah. Survey
dilaksanakan secara langsung ke sekolah/madrasah yang akan
diidentifikasi tingkat kerusakan bangunannya. Tenaga surveyor
berasal dari instansi yang :
1) Direktorat Prasarana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat;
2) Balai Prasarana Permukiman Wilayah Provinsi;
3) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi/Kabupaten/Kota;
4) Dinas yang menangani bangunan gedung dari
Provinsi/Kabupaten/Kota; dan/atau
5) Tenaga ahli yang direkrut untuk membantu survei dengan latar
belakang pendidikan teknik sipil/arsitek
b. Penyiapan Peralatan
1) Distance Meter (analog atau digital) atau Roll Meter;
2) Kamera;
3) GPS;
4) Papan jalan, Pensil dan Bolpoin; dan
5) Formulir Penilaian Kerusakan.
c. Pengumpulan data dan Informasi Bangunan
1) Nama Sekolah : Nama sekolah yang terdaftar resmi
2) NPSN : Nomor Pokok Sekolah Nasional
3) Nama Bangunan: Nama / Penamaan pada 1 masa bangunan
4) NUP : Nomor Urut Perolehan
5) Alamat : Alamat Sekolah
6) Kabupaten/Kota : diisi sesuai alamat
7) Koordinat : Titik lokasi
8) Luas Bangunan : Total luasan masa bangunan
9) Provinsi : diisi sesuai alamat
10) Jumlah Lantai : jumlah lantai masa bangunan
d. Pemeriksaan Kerusakan Komponen
1) pemeriksaan kerusakan pondasi;
2) pemeriksaan kerusakan struktur;
3) pemeriksaan kerusakan atap;
4) pemeriksaan kerusakan plafon;
5) pemeriksaan kerusakan dinding;
6) pemeriksaan kerusakan lantai;
7) pemeriksaan kerusakan utilitas; dan
- 269 -

8) pemeriksaan kerusakan finishing.


e. Durasi survei identifikasi kerusakan
Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan identifikasi kerusakan
sekolah tentunya tidak akan sama antara lokasi yang satu dengan
yang lain. Hal ini ditentukan oleh jumlah ruangan atau bangunan yang
ada pada sekolah. Estimasi waktu yang dibutuhkan paling lama
adalah 1 (satu) hari di luar waktu perjalanan ke sekolah tersebut.
f. Pelaporan
- 270 -

V. INSTRUMEN PENILAIAN KERUSAKAN


Formulir penilaian kerusakan yang disediakan dalam Petunjuk Teknis ini
terdiri dari formulir untuk bangunan 1 lantai, untuk bangunan 2 lantai atau
panggung, dan bangunan 3 lantai atau lebih. Formulir penilaian kerusakan
ini dapat digunakan untuk menilai kerusakan dalam lingkup massa
bangunan maupun lingkup ruang kelas. Pembeda dari kedua lingkup
penilaian tersebut adalah pada volume keseluruhan dari komponen yang
dinilai tingkat kerusakannya, dimana untuk lingkup massa bangunan
volume keseluruhan komponen lebih banyak daripada lingkup ruangan.

5.1. Formulir Penilaian Kerusakan untuk Bangunan 1 Lantai


Formulir penilaian kerusakan untuk bangunan 1 lantai dapat dilihat pada
gambar berikut ini.
FORMULIR PENILAIAN KERUSAKAN BANGUNAN

Nama Sekolah : SDN 1 Tegal

NPSN : 20….

Nama Bangunan : Bangunan Kelas 1 -3

NUP (No Urut Perolehan) :

Alamat : Jl. Timur Barat

Kabupaten/Kota : Kabupaten Provinsi

Koordinat :

Luas Bangunan : 100 m2 Jumlah Lantai : 1

TAHAP 1 - PENGAMATAN VISUAL TAHAP 2 - HITUNG VOLUME KERUSAKAN KOMPONEN


PERHITUNGAN TINGKAT KERUSAKAN KOMPONEN TINGKAT
ADA / TDKNYA KERUSAKAN DAN BERDASARKAN KLASIFIKASI KERUSAKAN
VOLUME KERUSAKAN
INDIKASI DAMPAK KERUSAKAN Rusak, dengan Tingkat Kerusakan: Komponen BOBOT
NO SISTEM KOMPONEN SATUAN SELURUH Tdk KOMPONEN THD
TERHADAP KESELAMATAN KOMPONEN
KOMPONEN Rusak Sangat Sangat Tdk Sesuai / MASSA BANGUNAN
PEMANFAATAN RUANGAN / Ringan Sedang Berat Tdk Ada 1 2 3 4 5 6 7
Ringan Berat TOTAL / RUANGAN
BANGUNAN
1 2 3 4 5 6 7 0,00 0,20 0,35 0,50 0,70 0,85 1,00
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23)

1 STRUKTUR Pondasi & Sloof Estimasi Pondasi diindikasi dalam kondisi baik 0% 12,00% 0,00%

Kolom unit 10 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0% 10,00% 0,00%

Balok unit 4 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0% 8,00% 0,00%

Atap % 100 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0% 7,00% 0,00%

2 ARSITEKTUR Dinding / Partisi % 100 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0% 21,50% 0,00%

Plafond % 100 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0% 10,00% 0,00%

Lantai % 100 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0% 14,50% 0,00%

Kusen unit 1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0% 1,00% 0,00%

Pintu unit 1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0% 1,50% 0,00%

Jendela unit 1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0% 2,00% 0,00%

Finishing Plafond % 100 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0% 3,00% 0,00%
Finishing Dinding % 100 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0% 4,00% 0,00%
Finishing Kusen & Pintu % 100 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0% 2,00% 0,00%

3 UTILITAS Instalasi Listrik Estimasi Jaringan listrik dalam kondisi baik 0% 1,00% 0,00%

Instalasi Air Bersih Estimasi Sistem penyediaan air dalam kondisi baik 0% 1,00% 0,00%

Drainase Limbah m1 1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0% 1,50% 0,00%
Cek Kerusakan Komponen TOTAL NILAI KERUSAKAN
0,00%
Lain MASSA BANGUNAN / RUANGAN=

KESIMPULAN TINGKAT KERUSAKAN Tidak Ada


MASSA BANGUNAN / RUANGAN = Kerusakan

Tingkat Kerusakan
Ringan : ≤ 30%
SKETSA DENAH BANGUNAN
Sedang : > 30% - 45%
Berat : > 45%

TIM SURVEI :
Petugas Survey

(.................................................)
MENYETUJUI
Dinas PU Kab/Kota/Provinsi*

(.................................................)
MENGETAHUI
Dinas Kebudayaan Pendidikan
Kab/Kota/Provinsi

(.................................................)

Note :
* : Dinas PU/Dinas yang menangani Bangunan Gedung

Gambar 243. Formulir Penilaian Kerusakan untuk Bangunan 1 Lantai


- 271 -

5.2. Formulir Kerusakan untuk Bangunan 2 Lantai dan Bangunan Panggung


Formulir kerusakan untuk bangunan 2 lantai dan bangunan panggung
dapat dilihat pada gambar berikut ini.
FORMULIR PENILAIAN KERUSAKAN BANGUNAN

Nama Sekolah : SDN 1 Tegal

NPSN : 20….

Nama Bangunan : Bangunan Kelas 1 -3

NUP (No Urut Perolehan) :

Alamat : Jl. Timur Barat

Kabupaten/Kota : Kabupaten Provinsi

Koordinat :

Luas Bangunan : 100 m2 Jumlah Lantai : 2

TAHAP 1 - PENGAMATAN VISUAL TAHAP 2 - HITUNG VOLUME KERUSAKAN KOMPONEN


PERHITUNGAN TINGKAT KERUSAKAN KOMPONEN TINGKAT
ADA / TDKNYA KERUSAKAN DAN BERDASARKAN KLASIFIKASI KERUSAKAN
VOLUME KERUSAKAN
INDIKASI DAMPAK KERUSAKAN Rusak, dengan Tingkat Kerusakan: Komponen BOBOT
NO SISTEM KOMPONEN SATUAN SELURUH Tdk KOMPONEN THD
TERHADAP KESELAMATAN Tdk Sesuai / KOMPONEN
KOMPONEN Rusak Sangat Ringan Sedang Berat Sangat MASSA BANGUNAN
PEMANFAATAN RUANGAN / Tdk Ada 1 2 3 4 5 6 7
Ringan Berat TOTAL / RUANGAN
BANGUNAN
1 2 3 4 5 6 7 0,00 0,20 0,35 0,50 0,70 0,85 1,00
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23)

1 STRUKTUR Pondasi & Sloof Estimasi Pondasi diindikasi dalam kondisi baik 0% 10,00% 0,00%

Kolom unit 10 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0% 13,00% 0,00%

Balok unit 4 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0% 12,00% 0,00%

Plat Lantai unit 4 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0% 7,00% 0,00%

Tangga unit 4 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0% 3,00% 0,00%

Atap % 100 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0% 10,00% 0,00%

2 ARSITEKTUR Dinding / Partisi % 100 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0% 15,00% 0,00%

Plafond % 100 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0% 6,00% 0,00%

Lantai % 100 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0% 9,00% 0,00%

Kusen unit 1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0% 1,50% 0,00%

Pintu unit 1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0% 1,00% 0,00%

Jendela unit 1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0% 1,25% 0,00%

Finishing Plafond % 100 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0% 1,00% 0,00%
Finishing Dinding % 100 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0% 5,00% 0,00%
Finishing Kusen & Pintu % 100 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0% 1,00% 0,00%

3 UTILITAS Instalasi Listrik Estimasi Jaringan listrik dalam kondisi baik 0% 2,00% 0,00%

Instalasi Air Bersih Estimasi Sistem penyediaan air dalam kondisi baik 0% 1,00% 0,00%

Drainase Limbah m1 1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0% 1,25% 0,00%
Cek Kerusakan Komponen TOTAL NILAI KERUSAKAN
0,00%
Lain MASSA BANGUNAN / RUANGAN =

KESIMPULAN TINGKAT KERUSAKAN Tidak Ada


MASSA BANGUNAN / RUANGAN = Kerusakan

Tingkat Kerusakan
Ringan : ≤ 30%
SKETSA DENAH BANGUNAN
Sedang : > 30% - 45%
Berat : > 45%

TIM SURVEI :
Petugas Survey

(.................................................)
MENYETUJUI
Dinas PU Kab/Kota/Provinsi*

(.................................................)
MENGETAHUI
Dinas Kebudayaan Pendidikan
Kab/Kota/Provinsi

(.................................................)

Note :
* : Dinas PU/Dinas yang menangani Bangunan Gedung

Gambar 244. Formulir Kerusakan untuk Bangunan 2 Lantai dan Bangunan Panggung
- 272 -

5.3. Formulir Kerusakan untuk Bangunan 3 Lantai atau Lebih


Formulir kerusakan untuk bangunan 3 lantai atau lebih dapat dilihat pada
gambar berikut ini.
FORMULIR PENILAIAN KERUSAKAN BANGUNAN

Nama Sekolah : SDN 1 Tegal

NPSN : 20….

Nama Bangunan : Bangunan Kelas 1 -3

NUP (No Urut Perolehan) :

Alamat : Jl. Timur Barat

Kabupaten/Kota : Kabupaten Provinsi

Koordinat :

Luas Bangunan : 100 m2 Jumlah Lantai : 3

TAHAP 1 - PENGAMATAN VISUAL TAHAP 2 - HITUNG VOLUME KERUSAKAN KOMPONEN


PERHITUNGAN TINGKAT KERUSAKAN KOMPONEN TINGKAT
ADA / TDKNYA KERUSAKAN DAN BERDASARKAN KLASIFIKASI KERUSAKAN
VOLUME KERUSAKAN
INDIKASI DAMPAK KERUSAKAN Rusak, dengan Tingkat Kerusakan: Komponen BOBOT
NO SISTEM KOMPONEN SATUAN SELURUH Tdk KOMPONEN THD
TERHADAP KESELAMATAN Tdk Sesuai / KOMPONEN
KOMPONEN Rusak Sangat Ringan Sedang Berat Sangat MASSA BANGUNAN
PEMANFAATAN RUANGAN / Tdk Ada 1 2 3 4 5 6 7
Ringan Berat TOTAL / RUANGAN
BANGUNAN
1 2 3 4 5 6 7 0,00 0,20 0,35 0,50 0,70 0,85 1,00
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23)

1 STRUKTUR Pondasi & Sloof Estimasi Pondasi diindikasi dalam kondisi baik 0% 10,00% 0,00%

Kolom unit 10 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0% 13,00% 0,00%

Balok unit 4 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0% 12,00% 0,00%

Plat Lantai unit 4 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0% 10,00% 0,00%

Tangga unit 4 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0% 3,00% 0,00%

Atap % 100 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0% 7,00% 0,00%

2 ARSITEKTUR Dinding / Partisi % 100 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0% 6,25% 0,00%

Plafond % 100 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0% 8,00% 0,00%

Lantai % 100 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0% 10,00% 0,00%

Kusen unit 1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0% 1,50% 0,00%

Pintu unit 1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0% 1,00% 0,00%

Jendela unit 1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0% 1,25% 0,00%

Finishing Plafond % 100 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0% 3,00% 0,00%
Finishing Dinding % 100 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0% 5,00% 0,00%
Finishing Kusen & Pintu % 100 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0% 3,00% 0,00%

3 UTILITAS Instalasi Listrik Estimasi Jaringan listrik dalam kondisi baik 0% 3,00% 0,00%

Instalasi Air Bersih Estimasi Sistem penyediaan air dalam kondisi baik 0% 1,50% 0,00%

Drainase Limbah m1 1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0% 1,50% 0,00%
Cek Kerusakan Komponen TOTAL NILAI KERUSAKAN
0,00%
Lain MASSA BANGUNAN / RUANGAN =

KESIMPULAN TINGKAT KERUSAKAN Tidak Ada


MASSA BANGUNAN / RUANGAN = Kerusakan

Tingkat Kerusakan
Ringan : ≤ 30%
SKETSA DENAH BANGUNAN
Sedang : > 30% - 45%
Berat : > 45%

TIM SURVEI :
Petugas Survey

(.................................................)
MENYETUJUI
Dinas PU Kab/Kota/Provinsi*

(.................................................)
MENGETAHUI
Dinas Kebudayaan Pendidikan
Kab/Kota/Provinsi

(.................................................)

Note :
* : Dinas PU/Dinas yang menangani Bangunan Gedung

Gambar 245. Formulir Kerusakan untuk Bangunan 3 Lantai atau Lebih


- 273 -

VI. KLASIFIKASI KERUSAKAN DAN PERHITUNGAN PERSENTASE


KERUSAKAN
6.1. Umum
Pengisian form Penilaian Kerusakan dibagi menjadi 2 tahap:
a. Tahap 1
Pengisian kolom kerusakan berdasarkan Pengamatan visual
ada/tidaknya kerusakan dan indikasi dampak kerusakan terhadap
keselamatan pemanfaatan ruangan/ bangunan
b. Tahap 2
Penentuan tingkat kerusakan bangunan dilakukan pada setiap
komponen/subkomponen bangunan dengan 7 tingkat klasifikasi
kerusakan sebagai berikut:
1) Tidak Rusak (Klasifikasi 1);
2) Rusak Sangat Ringan (Klasifikasi 2);
3) Rusak Ringan (Klasifikasi 3);
4) Rusak Sedang (Klasifikasi 4);
5) Rusak Berat (Klasifikasi 5);
6) Rusak Sangat Berat (Klasifikasi 6); dan
7) Komponen Tidak sesuai/ Tidak ada (Klasifikasi 7).

6.2. Pondasi
Pondasi yang dimaksud adalah kesatuan komponen struktur pondasi
(batukali menerus/tapak) dan balok sloof.

Gambar 246. Ilustrasi Komponen Pondasi

Penilaian Pondasi dapat diidentifikasi dengan melihat secara visual kondisi


pondasi. Jika analisis visual masing-masing titik pondasi sulit dilakukan,
maka analisis tingkat kerusakan pondasi dapat langsung berupa dampak
yang terjadi pada elemen bangunan diatasnya. Analisis yang paling mudah
dilakukan adalah dengan pengamatan pada terjadinya retak pada sloof,
- 274 -

kolom, balok, sambungan, maupun dinding. Faktor karakteristik tanah


juga berdampak pondasi dapat mengalami penurunan merata maupun
tidak merata.

Penurunan merata pada seluruh struktur Penurunan tidak merata, namun


bangunan perbedaan penurunan tidak melebihi
1/250 L

● Bangunan miring secara kasat mata


● Lantai dasar naik / menggelembung

Penurunan > 1/250 L sehingga


menimbulkan kerusakan struktur atasnya.
Tanah disekeliling bangunan naik

Pondasi patah, bergeser akibat longsor,


Pondasi patah struktur atas menjadi rusak
Gambar 247. Contoh Foto Kerusakan Pondasi
- 275 -

Gambar 248. Ilustrasi Penurunan Tidak Merata pada Bangunan

a. Tahap 1 dengan melakukan pengecekan apakah kondisi bangunan


memenuhi kriteria kerusakan pondasi yang diindikasi berdampak pada
Aspek Keselamatan sebagai berikut:

Tabel 106. Kriteria Kerusakan Pondasi yang Diindikasi Derdampak pada Aspek Keselamatan
KLASIFIKASI DESKRIPSI KERUSAKAN
Rusak Ringan • Penurunan tidak merata, namun perbedaan penurunan tidak melebihi
1/250 L
Rusak Sedang • Penurunan > 1/250 L sehingga menimbulkan kerusakan struktur
atasnya. Tanah disekeliling bangunan naik
Rusak Berat • Bangunan miring secara kasat mata
• Lantai dasar naik / menggelembung
Rusak Sangat Berat • Pondasi patah, bergeser akibat longsor, struktur atas menjadi rusak

Pengisian form dilakukan dengan memilih pada 3 kategori pilihan pada


kolom (6).

Gambar 249. Ilustrasi Pengisian Form pada Tahap 1 untuk Komponen Pondasi

b. Tahap 2 dengan melakukan perhitungan volume kerusakan


komponen berdasarkan klasifikasi kerusakan sebagai berikut:

Tabel 107. Klasifikasi Tingkat Kerusakan Pondasi sesuai Deskripsi Kerusakannya


KLASIFIKASI DESKRIPSI KERUSAKAN NILAI
Tidak Rusak Pondasi diindikasi dalam kondisi baik 0,00
Rusak Sangat Penurunan merata pada seluruh struktur bangunan 0,20
Ringan
Rusak Ringan Penurunan tidak merata, namun perbedaan penurunan 0,35
tidak melebihi 1/250 L
- 276 -

KLASIFIKASI DESKRIPSI KERUSAKAN NILAI


Rusak Sedang Penurunan > 1/250 L sehingga menimbulkan kerusakan 0,50
struktur atasnya. Tanah disekeliling bangunan naik
Rusak Berat • Bangunan miring secara kasat mata 0,70
• Lantai dasar naik / menggelembung
Rusak Sangat Berat Pondasi patah, bergeser akibat longsor, struktur atas 0,85
menjadi rusak
Komponen Tidak Material, dimensi, dan konstruksi pondasi diindikasi tidak 1,00
Sesuai sesuai dengan persyaratan teknis (merujuk pada Rencana
Teknis apabila ada, Petunjuk Teknis, dan/atau SNI)

Pengisian form dilakukan dengan memilih pada pilihan klasifikasi yang


tersedia sesuai dengan hasil identifikasi.

Gambar 250. Ilustrasi Pengisian Form pada Tahap 2 untuk Komponen Pondasi

Jika komponen Pondasi teridentifikasi belum memenuhi kriteria rusak


berat indikasi berdampak pada aspek keselamatan (tahap 1) atau
akumulasi tingkat kerusakan dengan penilaian (tahap 2) <45%, maka
penilaian dilanjutkan ke komponen selanjutnya yaitu komponen
struktur.
Jika komponen pondasi teridentifikasi rusak berat pada (tahap 1) atau
dengan akumulasi tingkat kerusakan >45% (mencapai kategori rusak
berat pada tahap 2) maka penilaian kerusakan komponen tidak perlu
dilanjutkan pada komponen berikutnya.

6.3. Kolom
Kolom merupakan elemen yang dibentuk secara vertikal. Kolom berupa
tiang penyangga yang menahan gaya aksial tekan bangunan. Kolom yang
dimaksud adalah kolom struktural yang jika mengalami kegagalan dapat
menyebabkan komponen bangunan lain yang terhubung runtuh.
- 277 -

Sudut kolom pecah Plesteran kolom retak rambut

Retak pada permukaan kolom, lebar retak 0.2 ● Retak pada permukaan kolom, lebar retak >1.0 mm
mm- 1.0 mm ● Selimut beton gembur, beberapa tulangan terlihat

● Tulangan kolom terlihat 4 sisi pada 1 titik


● Selimut beton hancur pada beberapa titik

● Beton inti kolom hancur, baja tulangan tertekuk


● kolom patah
Gambar 251. Contoh Foto Kerusakan Kolom

a. Tahap 1 dengan melakukan pengecekan apakah kondisi bangunan


memenuhi kriteria kerusakan kolom yang diindikasi berdampak pada
Aspek Keselamatan sebagai berikut:
- 278 -

Tabel 108. Kriteria Kerusakan Kolom yang Diindikasi Derdampak pada Aspek Keselamatan
KLASIFIKASI DESKRIPSI KERUSAKAN KUANTITAS
Rusak Sedang • Retak pada permukaan kolom, lebar retak >1.0 >30% dari seluruh
mm kolom struktural
• Selimut beton gembur, beberapa tulangan terlihat
• Tulangan diindikasi mengalami korosi
• Retakan/penyambungan cor terjadi pada area
sendi plastis
Rusak Berat • Posisi ketegakan kolom miring atau angkur tidak Min 2 unit kolom
ada struktural yang
• Tulangan kolom terlihat 4 sisi pada 1 titik berdampingan
• Selimut beton hancur pada beberapa titik atau > 2 unit
kolom struktural
yang tidak
berdampingan
Rusak Sangat • Beton inti kolom hancur, baja tulangan tertekuk Min 1 unit kolom
Berat • kolom patah struktural

Pengisian form dilakukan dengan memilih pada 3 kategori pilihan pada


kolom (6)

Gambar 252. Ilustrasi Pengisian Form pada Tahap 1 untuk Komponen Kolom

b. Tahap 2 dengan melakukan perhitungan volume kerusakan


komponen berdasarkan klasifikasi kerusakan sebagai berikut:

Tabel 109. Klasifikasi Tingkat Kerusakan Pondasi sesuai Deskripsi Kerusakannya


KLASIFIKASI DESKRIPSI KERUSAKAN NILAI
Tidak Rusak Kolom dalam kondisi baik 0,00
Rusak Sangat • Sudut kolom pecah 0,20
Ringan • Plesteran kolom retak rambut
Rusak Ringan Retak pada permukaan kolom, lebar retak 0.2 mm- 1.0 mm 0,35
Rusak Sedang • Retak pada permukaan kolom, lebar retak >1.0 mm 0,50
• Selimut beton gembur, beberapa tulangan terlihat
• Tulangan diindikasi mengalami korosi
• Retakan/penyambungan cor terjadi pada area sendi
plastis
Rusak Berat • Tulangan kolom terlihat 4 sisi pada 1 titik 0,70
• Selimut beton hancur pada beberapa titik
Rusak Sangat Berat • Beton inti kolom hancur, baja tulangan tertekuk 0,85
• kolom patah
Komponen Tidak Material, dimensi, dan konstruksi kolom diindikasi tidak 1,00
Sesuai sesuai dengan persyaratan teknis (merujuk pada Rencana
Teknis apabila ada, Petunjuk Teknis, dan/atau SNI)

Pada struktur bangunan gedung yang menggunakan sistem portal,


sendi plastis dapat terjadi pada titik-titik lokasi di bawah ini.
- 279 -

Gambar 253. Ilustrasi Area Sendi Plastis

Sesuai ketentuan SNI 1726-2019 dan SNI 2847:2019, pada saat terjadi
gempa, diharapkan sendi plastis terjadi secara bertahap pada elemen
struktur yang ditentukan. Hal ini sesuai dengan prinsip perancangan
struktur di mana kolom harus lebih kuat daripada balok (strong column
weak beam).
Prosentase kerusakan kolom adalah penjumlahan (resultante)
kerusakan kolom-kolom pada bangunan tersebut.
Prosentase Kerusakan Kolom =
∑ (K1+K4+K6)/∑(K1+K2+K3+K4+K5+K6+K7+K8)

Gambar 254. Prosentase Kerusakan Kolom

Pengisian form dilakukan dengan memilih pada pilihan klasifikasi yang


tersedia sesuai dengan hasil identifikasi.

Gambar 255. Ilustrasi Pengisian Form pada Tahap 2 untuk Komponen Kolom
- 280 -

Pengisian form dengan jumlah 8 unit kolom (jumlah komponen kolom


total) dengan kerusakan 3 unit kolom (sesuai klasifikasi kerusakan).
Jika komponen Kolom teridentifikasi belum memenuhi kriteria rusak
berat indikasi berdampak pada aspek keselamatan (tahap 1) atau
akumulasi tingkat kerusakan dengan penilaian (tahap 2) <45% maka
penilaian dilanjutkan ke komponen selanjutnya.
Jika komponen kolom teridentifikasi rusak berat pada (tahap 1) atau
dengan akumulasi tingkat kerusakan > 45% (mencapai kategori rusak
berat pada tahap 2) maka penilaian kerusakan komponen tidak perlu
dilanjutkan pada komponen berikutnya.

6.4. Balok
Balok merupakan elemen yang dibentuk secara horizontal. balok disebut
juga elemen lentur yang menahan gaya transversal dan menyalurkannya ke
kolom. Balok menahan beban dari rangka plafon, atap dan plat lantai (jika
bangunan 2 lantai). Balok dimaksud dapat berupa balok induk/utama yang
terhubung langsung ke kolom maupun balok anak yang membagi
penampang pelat.

Plat lantai bergetar jika ada orang berjalan, Retak 0.2 – 1.00 mm, retakan pada tengah
retak rambut < 0.2 mm bentang plat

● Balok melendut, lebar retak > 1.0 mm


● Retak meluas pada beberapa tempat Balok melendut, selimut beton hancur,
tulangan terlihat
- 281 -

● Balok patah/ runtuh


● Plat dan balok lain yang menumpu pada balok tersebut ikut rusak
Gambar 256. Contoh Foto Kerusakan Balok

a. Tahap 1 dengan melakukan pengecekan apakah kondisi bangunan


memenuhi kriteria kerusakan balok yang diindikasi berdampak pada
Aspek Keselamatan sebagai berikut:

Tabel 110. Kriteria Kerusakan Pondasi yang Diindikasi Derdampak pada Aspek Keselamatan
KLASIFIKASI DESKRIPSI KERUSAKAN KUANTITAS
Rusak Sedang •Balok melendut, lebar retak > 1.0 mm >30% dari
•Retak meluas pada beberapa tempat seluruh balok
•Retak melingkar pada zona tulangan tarik utama
Rusak Berat •Balok melendut, selimut beton hancur, tulangan Min 1 unit balok
terlihat utama
Rusak Sangat Berat • Balok patah/ runtuh
• Plat dan balok lain yang menumpu pada balok
tersebut ikut rusak

Pengisian form dilakukan dengan memilih pada 3 kategori pilihan pada


kolom (6)

Gambar 257. Ilustrasi Pengisian Form pada Tahap 1 untuk Komponen Balok

b. Tahap 2 dengan melakukan perhitungan volume kerusakan


komponen berdasarkan klasifikasi kerusakan sebagai berikut:

Tabel 111. Klasifikasi Tingkat Kerusakan Balok sesuai Deskripsi Kerusakannya


KLASIFIKASI DESKRIPSI KERUSAKAN NILAI
Tidak Rusak Balok dalam kondisi baik 0,00
Rusak Sangat ● Plat lantai bergetar jika ada orang berjalan, retak 0,20
Ringan rambut < 0.2 mm
Rusak Ringan Retak 0.2 – 1.00 mm, retakan pada tengah bentang plat 0,35
Rusak Sedang ● Balok melendut, lebar retak > 1.0 mm 0,50
● Retak meluas pada beberapa tempat
● Retak melingkar pada zona tulangan tarik
Rusak Berat ● Balok melendut, selimut beton hancur, tulangan 0,70
terlihat
Rusak Sangat Berat ● Balok patah/ runtuh 0,85
● Plat dan balok lain yang menumpu pada balok tersebut
ikut rusak
Komponen Tidak Material, dimensi, dan konstruksi balok diindikasi tidak 1,00
Sesuai sesuai dengan persyaratan teknis (merujuk pada Rencana
Teknis apabila ada, Petunjuk Teknis, dan/atau SNI)
- 282 -

Prosentase kerusakan balok adalah penjumlahan (resultante)


kerusakan balok-balok bangunan tersebut.
Prosentase Kerusakan Balok=
∑ (B1+B4)/∑(B1+B2+B3+B4+B5+B6+B7+B8)

Gambar 258. Prosentase Kerusakan Balok

Pengisian form dilakukan dengan memilih pada pilihan klasifikasi yang


tersedia sesuai dengan hasil identifikasi.

Gambar 259. Ilustrasi Pengisian Form pada Tahap 2 untuk Komponen Balok

Pengisian form dengan jumlah 8 unit balok (jumlah komponen balok


pada satu masa bangunan) dengan kerusakan 2 unit balok (sesuai
klasifikasi kerusakan).
Jika komponen Balok teridentifikasi belum memenuhi kriteria rusak
berat indikasi berdampak pada aspek keselamatan (tahap 1) atau
akumulasi tingkat kerusakan dengan penilaian (tahap 2) <45% maka
penilaian dilanjutkan ke komponen selanjutnya.
Jika komponen balok teridentifikasi rusak berat pada (tahap 1) dan
atau dengan akumulasi tingkat kerusakan > 45% (mencapai kategori
rusak berat pada tahap 2) maka penilaian kerusakan komponen tidak
perlu dilanjutkan pada komponen berikutnya.

6.5. Plat lantai dan Tangga


Pelat dan Tangga yang dimaksud merupakan pelat yang menahan beban
struktural. Pelat dapat berupa lantai dasar pada bangunan panggung atau
plat lantai 2.
- 283 -

● Retak rambut < 0.2 mm ● Retak 0.2 – 1.00 mm


● Plesteran balok retak ● Retakan pada tumpuan atau lapangan
● Retak pada tumpuan atau lapangan

● Lantai melendut, retakan 1.0 mm meluas Lantai melendut, retak tembus, tulangan
dari tengah menuju sudut kolom terlihat, selimut beton hancur
● Selimut beton hancur di beberapa tempat
Gambar 260. Contoh Foto Kerusakan Plat lantai

a. Tahap 1 dengan melakukan pengecekan apakah kondisi bangunan


memenuhi kriteria kerusakan pelat yang diindikasi berdampak pada
Aspek Keselamatan sebagai berikut:

Tabel 112. Kriteria Kerusakan Plat lantai yang Diindikasi Derdampak pada Aspek Keselamatan
KLASIFIKASI DESKRIPSI KERUSAKAN KUANTITAS
Rusak Sedang • Plat lantai melendut, retakan 1.0 mm meluas dari >30% dari
tengah menuju sudut kolom seluruh plat
• Selimut beton hancur di beberapa tempat lantai
• Plat lantai/Tangga bergetar (kurang kaku)
Rusak Berat • Plat lantai melendut, retak tembus, tulangan terlihat, Min 1 bidang
selimut beton hancur plat lantai
Rusak Sangat • Plat lantai hancur
Berat

Pengisian form dilakukan dengan memilih pada 3 kategori pilihan pada


kolom (6)

Gambar 261. Ilustrasi Pengisian Form pada Tahap 1 untuk Komponen Plat lantai
- 284 -

b. Tahap 2 dengan melakukan perhitungan volume kerusakan


komponen berdasarkan klasifikasi kerusakan sebagai berikut:

Tabel 113. Klasifikasi Tingkat Kerusakan Plat lantai sesuai Deskripsi Kerusakannya
KLASIFIKASI DESKRIPSI KERUSAKAN NILAI
Tidak Rusak Pelat dalam kondisi baik 0,00
Rusak Sangat ● Retak rambut < 0.2 mm 0,20
Ringan ● Plesteran balok retak
● Retak pada tumpuan atau lapangan
Rusak Ringan ● Retak 0.2 – 1.00 mm 0,35
● Retakan pada tumpuan atau lapangan
Rusak Sedang ● Plat lantai / Tangga melendut, retakan 1.0 mm 0,50
meluas dari tengah menuju sudut kolom
● Selimut beton hancur di beberapa tempat
● Plat lantai/Tangga bergetar (kurang kaku)
Rusak Berat ● Plat lantai / Tangga melendut, retak tembus, 0,70
tulangan terlihat, selimut beton hancur
Rusak Sangat Berat ● Plat lantai / Tangga hancur 0,85
Komponen Tidak Material, dimensi, dan konstruksi plat lantai dan tangga 1,00
Sesuai diindikasi tidak sesuai dengan persyaratan teknis
(merujuk pada Rencana Teknis apabila ada, Petunjuk
Teknis, dan/atau SNI)

Prosentase kerusakan plat lantai adalah penjumlahan (resultante)


kerusakan plat lantai bangunan tersebut.
Prosentase Kerusakan Balok=
∑ (P1)/∑(P1+P2+P3+P4)

Gambar 262. Prosentase Kerusakan Plat lantai

Pengisian form dilakukan dengan memilih pada pilihan klasifikasi yang


tersedia sesuai dengan hasil identifikasi.

Gambar 263. Ilustrasi Pengisian Form pada Tahap 2 untuk Komponen Plat lantai

Perhitungan satuan unit plat dimaksud adalah satuan plat yang


dibingkai atau diapit oleh balok. Sedangkan perhitungan satuan unit
tangga dimaksud adalah satuan pelat yang diapit balok (pelat menuju
- 285 -

bordes (1 unit), bordes (1 unit), pelat dari bordes menuju lantai


berikutnya (1 unit). Pengisian form Jumlah 4 unit pelat (jumlah
komponen plat yang diapit oleh balok pada satu masa bangunan)
dengan kerusakan 1 unit pelat (sesuai klasifikasi kerusakan).
Jika komponen pelat dan tangga teridentifikasi belum memenuhi
kriteria rusak berat indikasi berdampak pada aspek keselamatan
(tahap 1) atau akumulasi tingkat kerusakan dengan penilaian (tahap
2) <45% maka penilaian dilanjutkan ke komponen selanjutnya.
Jika komponen pelat dan tangga teridentifikasi rusak berat pada
(tahap 1) dan atau dengan akumulasi tingkat kerusakan > 45%
(mencapai kategori rusak berat pada tahap 2) maka penilaian
kerusakan komponen tidak perlu dilanjutkan pada komponen
berikutnya.

6.6. Atap
Kerusakan atap merupakan penjumlahan kerusakan penutup atap dan
struktur rangka atap termasuk gording.

Perubahan warna pada lapisan cat meluas perubahan warna pada sebagian penutup atap

korosi meluas pada penutup atap Penutup atap melendut sangat besar
- 286 -

Penutup atap runtuh Konstruksi Runtuh


Gambar 264. Contoh Foto Kerusakan Atap

a. Tahap 1 dengan melakukan pengecekan apakah kondisi bangunan


memenuhi kriteria kerusakan atap yang diindikasi berdampak pada
Aspek Keselamatan sebagai berikut:

Tabel 114. Kriteria Kerusakan Atap yang Diindikasi Derdampak pada Aspek Keselamatan
KLASIFIKASI DESKRIPSI KERUSAKAN KUANTITAS
Rusak Sedang • Struktur atap melendut >30% dari
• (kayu) retak/sobek pada kayu di bagian sambungan paku, luas atap
baut atau pelat
• (besi/baja) flense profil sobek, retak pada sambungan las
• (baja ringan) retak/sobek pada baja ringan di bagian
sambungan baut atau sekrup
• Gording/ rangka plafon melendut. Bocoran meluas
Rusak Berat • (kayu) Sambungan paku, baut atau pelat bengkok, Min 1 bagian
retak/sobek pada kayu di bagian sambungan meluas, atap
keropos pada kayu meluas di banyak tempat
• (besi/baja) Baut penyambung dan plat sambungan
bengkok, profil tertekuk, korosi meluas di banyak tempat
• (baja ringan) retak/sobek pada baja ringan di bagian
sambungan baut atau sekrup meluas, lendutan pada
rangka baja ringan terjadi di banyak tempat
• Penutup atap melendut sangat besar dengan kemungkinan
keruntuhan besar
Rusak Sangat • Rangka atap runtuh
Berat • Komponen struktur tertekuk
• Sambungan putus, profil tertekuk, konstruksi runtuh

Pengisian form dilakukan dengan memilih pada 3 kategori pilihan pada


kolom (6)

Gambar 265. Ilustrasi Pengisian Form pada Tahap 1 untuk Komponen Atap

b. Tahap 2 dengan melakukan perhitungan volume kerusakan


komponen berdasarkan klasifikasi kerusakan sebagai berikut:

Tabel 115. Klasifikasi Tingkat Kerusakan Atap sesuai Deskripsi Kerusakannya


KLASIFIKASI DESKRIPSI KERUSAKAN NILAI
Tidak Rusak Rangka atap dalam kondisi baik 0,00
Rusak Sangat • (kayu) Keropos rangka mulai terlihat, gording melendut 0,20
Ringan • (besi/baja) Karat rangka mulai terlihat, gording melendut
- 287 -

KLASIFIKASI DESKRIPSI KERUSAKAN NILAI


• (baja ringan) Lendut pada rangka mulai terlihat, gording
melendut
• Genteng terlepas dari dudukannya
Rusak Ringan • (kayu) Keropos rangka meluas, konstruksi bergetar akibat 0,35
angin
• (besi/baja) Karat rangka meluas, konstruksi bergetar
akibat angin
• (baja ringan) Lendut pada rangka meluas, konstruksi
bergetar akibat angin
• Reng rusak, kaso-kaso rusak.
• Genteng retak dan terdapat bocoran terbatas
Rusak Sedang • Struktur atap melendut 0,50
• (kayu) retak/sobek pada kayu di bagian sambungan paku,
baut atau pelat
• (besi/baja) flense profil sobek, retak pada sambungan las
• (baja ringan) retak/sobek pada baja ringan di bagian
sambungan baut atau sekrup
• Gording/ rangka plafon melendut. Bocoran meluas
Rusak Berat • (kayu) Sambungan paku, baut atau pelat bengkok, 0,70
retak/sobek pada kayu di bagian sambungan meluas,
keropos pada kayu meluas di banyak tempat
• (besi/baja) Baut penyambung dan plat sambungan
bengkok, profil tertekuk, korosi meluas di banyak tempat
• (baja ringan) retak/sobek pada baja ringan di bagian
sambungan baut atau sekrup meluas, lendutan pada
rangka baja ringan terjadi di banyak tempat
• Penutup atap melendut sangat besar dengan
kemungkinan keruntuhan besar
Rusak Sangat Berat • Rangka atap runtuh 0,85
• Komponen struktur tertekuk
• Sambungan putus, profil tertekuk, konstruksi runtuh
Komponen Tidak Material, dimensi, dan konstruksi rangka atap diindikasi 1,00
Sesuai tidak sesuai dengan persyaratan teknis (merujuk pada
Rencana Teknis apabila ada, Petunjuk Teknis, dan/atau SNI)

Prosentase kerusakan atap adalah penjumlahan (resultante)


prosentase atap yang mengalami kerusakan dibandingkan
keseluruhan atap pada bangunan tersebut.
Prosentase Kerusakan Atap =
%Luas C = ((𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐶)/(𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙)) x 100%

Contoh:
Jika Luas C = 20m2 (Luas bidang yang rusak)
Luas A = 50m2
Luas B = 50m2
Persentase Kerusakan = 20 / (50+50) x 100% = 20%
Isikan nilai dalam form sebesar 20 sesuai klasifikasi kerusakan yang tersedia
Gambar 266. Prosentase Kerusakan Atap
- 288 -

Gambar 267. Ilustrasi Pengisian Form pada Tahap 2 untuk Komponen Atap

Jika komponen atap teridentifikasi belum memenuhi kriteria rusak


berat indikasi berdampak pada aspek keselamatan (tahap 1) atau
akumulasi tingkat kerusakan dengan penilaian (tahap 2) <45% maka
penilaian dilanjutkan ke komponen selanjutnya.
Jika komponen atap teridentifikasi rusak berat pada (tahap 1) atau
dengan akumulasi tingkat kerusakan > 45% (mencapai kategori rusak
berat pada tahap 2) maka penilaian kerusakan komponen tidak perlu
dilanjutkan pada komponen berikutnya.

6.7. Dinding/Partisi
Prosentase kerusakan dinding adalah penjumlahan (resultante) prosentase
luas dinding yang mengalami kerusakan dibandingkan keseluruhan luas
dinding pada bangunan tersebut.

Retak rambut dipermukaan dinding (lebar Perubahan warna pada sebagian lapisan
retakan < 0.2 mm) warna

Retakan permukaan dinding terlihat jelas Perubahan pada lapisan cat meluas
(lebar retakan kira-kira 0.2 mm- 1.0 mm)
- 289 -

Dinding retakan meluas (lebar retakan kira- Dinding partisi terlepas


kira 1-2 mm)

Plesteran retak sebagian dan lapisan cat Retakan besar pada dinding
terkelupas sebagian

Lapisan terkelupas meluas, berlumut dan Dinding runtuh


plesteran terkelupas meluas
Gambar 268. Contoh Foto Kerusakan Dinding

a. Tahap 1 dengan melakukan pengecekan apakah kondisi bangunan


memenuhi kriteria kerusakan dinding yang diindikasi berdampak
pada Aspek Keselamatan sebagai berikut:

Tabel 116. Kriteria Kerusakan Dinding yang Diindikasi Derdampak pada Aspek Keselamatan
KLASIFIKASI DESKRIPSI KERUSAKAN KUANTITAS

Rusak Berat • Dinding miring atau angkur tidak ada >30% dari seluruh
• Dinding berlubang atau runtuh sebagian dinding
Rusak Sangat • Dinding runtuh Min 1 bidang
Berat dinding

Pengisian form dilakukan dengan memilih pada 3 kategori pilihan pada


kolom (6)
- 290 -

Gambar 269. Ilustrasi Pengisian Form pada Tahap 1 untuk Komponen Dinding

b. Tahap 2 dengan melakukan perhitungan volume kerusakan


komponen berdasarkan klasifikasi kerusakan sebagai berikut:

Tabel 117. Klasifikasi Tingkat Kerusakan Dinding sesuai Deskripsi Kerusakannya


KLASIFIKASI DESKRIPSI KERUSAKAN NILAI
Tidak Rusak Dinding dalam kondisi baik 0,00
Rusak Sangat • Retak rambut dipermukaan dinding (lebar retakan < 0.2 0,20
Ringan mm)
Rusak Ringan • Retakan permukaan dinding terlihat jelas (lebar retakan 0,35
kira-kira 0.2 mm- 1.0 mm)
Rusak Sedang • Dinding retakan meluas (lebar retakan kira-kira 1-2 mm) 0,50
• Dinding partisi/ penutup plafon terlepas
• Retakan besar pada dinding
Rusak Berat • Dinding miring atau angkur tidak ada 0,70
• Dinding berlubang atau runtuh sebagian
Rusak Sangat Berat • Dinding runtuh 0,85
Komponen Tidak Material, dimensi, dan konstruksi dinding diindikasi tidak 1,00
Sesuai sesuai dengan persyaratan teknis (merujuk pada Rencana
Teknis apabila ada, Petunjuk Teknis, dan/atau SNI)

Penilaian kerusakan dinding meliputi dinding dan plester aci dari


dinding tersebut. Penilaian kerusakan dinding adalah persentase
kerusakan pada setiap klasifikasi kerusakan berbanding dengan
keseluruhan luas dinding yang ada. Setiap persentase klasifikasi
kerusakan tersebut dapat diinput kedalam form penilaian.
Sebagai contoh, terdapat 50% dinding Rusak Ringan dan terdapat 10%
dinding yang runtuh / Rusak Sangat Berat. Kedua nilai tersebut dapat
diinput seperti gambar dibawah.

Gambar 270. Ilustrasi Pengisian Form pada Tahap 2 untuk Komponen Dinding

Jika komponen dinding teridentifikasi belum memenuhi kriteria rusak


berat indikasi berdampak pada aspek keselamatan (tahap 1) atau
akumulasi tingkat kerusakan dengan penilaian (tahap 2) <45% maka
penilaian dilanjutkan ke komponen selanjutnya.
- 291 -

Jika komponen dinding teridentifikasi rusak berat pada (tahap 1) atau


dengan akumulasi tingkat kerusakan > 45% (mencapai kategori rusak
berat pada tahap 2) maka penilaian kerusakan komponen tidak perlu
dilanjutkan pada komponen berikutnya.

6.8. Plafon
Kerusakan plafon merupakan penjumlahan kerusakan rangka plafon dan
penutup plafon.

Perubahan warna pada sebagian lapisan warna Perubahan warna pada sebagian lapisan warna
langit-langit atau plafon langit-langit atau plafon

Perubahan pada lapisan cat meluas Perubahan pada lapisan cat meluas

Penutup bukaan langit-langit terlepas Penutup bukaan langit-langit terlepas


- 292 -

Penutup langit-langit melendut sangat besar Penutup langit-langit melendut sangat besar
dengan kemungkinan keruntuhan besar dengan kemungkinan keruntuhan besar

Rangka langit-langit runtuh Rangka langit-langit runtuh


Gambar 271. Contoh Foto Kerusakan Plafon

Kriteria Penentuan Tingkat Kerusakan Plafon adalah:


Tabel 118. Klasifikasi Tingkat Kerusakan Plafon sesuai Deskripsi Kerusakannya
KLASIFIKASI DESKRIPSI KERUSAKAN NILAI
Tidak Rusak Plafon dalam kondisi baik 0,00
Rusak Sangat • Indikasi kelembaban atau kebocoran kecil pada atap 0,20
Ringan dengan adanya bercak pada sebagian lapisan warna
langit-langit atau plafon
Rusak Ringan • Terjadi indikasi kelembaban atau genangan air pada 0,35
plafon meluas dengan bercak pada lapisan warna langit-
langit meluas
Rusak Sedang • Penutup bukaan langit-langit terlepas 0,50
Rusak Berat • Penutup langit-langit melendut sangat besar dengan 0,70
kemungkinan keruntuhan besar
Rusak Sangat Berat • Rangka langit-langit runtuh 0,85
Komponen Tidak Material, dimensi, dan konstruksi plafon diindikasi tidak 1,00
Sesuai sesuai dengan persyaratan teknis (merujuk pada Rencana
Teknis apabila ada, Petunjuk Teknis, dan/atau SNI)

Prosentase kerusakan plafon adalah penjumlahan (resultante) prosentase


plafon dan rangka plafon yang mengalami kerusakan dibandingkan
keseluruhan plafon dan rangka plafon pada bangunan tersebut.
- 293 -

Gambar 272. Prosentase Kerusakan Plafon

Pengisian form dilakukan dengan mengisi nilai persentase kerusakan


plafon.

Gambar 273. Ilustrasi Pengisian Form untuk Komponen Plafon

Jika komponen plafon teridentifikasi akumulasi tingkat kerusakan dengan


penilaian (tahap 2) <45%, maka penilaian dilanjutkan ke komponen
selanjutnya. Jika komponen plafon teridentifikasi akumulasi tingkat
kerusakan > 45% (mencapai kategori rusak berat) maka penilaian
kerusakan komponen tidak perlu dilanjutkan pada komponen berikutnya.

6.9. Lantai (Penutup Lantai)


Penilaian kerusakan pada lantai tersebut dihitung berdasarkan jenis
kerusakan lantai dan luasan, dimana yang dihitung hanya elemen penutup
lantainya saja, tidak termasuk struktur plat lantai (karena plat struktur
lantai tersebut dihitung pada komponen struktur). Lantai yang bukan
struktur, merupakan lantai yang langsung menempel dengan tanah
maupun beton, dapat berupa finishing beton, keramik, tegel dan penutup
lantai lainnya sifat kerusakannya tidak mempengaruhi kekuatan elemen
struktur.
- 294 -

Penutup lantai hanya mengalami goresan Penutup lantai retak atau remuk sebagian

Penutup lantai terlepas sebagian, Penutup meledak/pecah, terlepas dalam


jumlah yang besar
Gambar 274. Contoh Foto Kerusakan Penutup Lantai

Kriteria Penentuan Tingkat Kerusakan Lantai adalah:


Tabel 119. Klasifikasi Tingkat Kerusakan Penutup Lantai sesuai Deskripsi Kerusakannya
KLASIFIKASI DESKRIPSI KERUSAKAN NILAI
Tidak Rusak Lantai dalam kondisi baik 0,00
Rusak Sangat • Penutup lantai gores 0,20
Ringan
Rusak Ringan • Penutup lantai retak / remuk sebagian 0,35
Rusak Sedang • Penutup lantai terlepas sebagian 0,50
Rusak Berat • Penutup lantai sebagian besar terlepas 0,70
Rusak Sangat Berat • Penutup lantai meledak dan terlepas 0,85
Komponen Tidak Material, dimensi, dan konstruksi lantai diindikasi tidak 1,00
Sesuai sesuai dengan persyaratan teknis (merujuk pada Rencana
Teknis apabila ada, Petunjuk Teknis, dan/atau SNI)

Pengisian form dilakukan dengan mengisi nilai persentase kerusakan


lantai.

Gambar 275. Ilustrasi Pengisian Form untuk Komponen Penutup Lantai

Jika komponen lantai teridentifikasi akumulasi tingkat kerusakan dengan


penilaian (tahap 2) <45%, maka penilaian dilanjutkan ke komponen
selanjutnya. Jika komponen lantai teridentifikasi akumulasi tingkat
kerusakan > 45% (mencapai kategori rusak berat pada tahap 2) maka
- 295 -

penilaian kerusakan komponen tidak perlu dilanjutkan pada komponen


berikutnya.

6.10. Kusen
Kusen yang maksud adalah komponen bangunan yang berfungsi
pengikat/penyambung elemen dinding terhadap daun pintu maupun
daun jendela. Presentase kerusakan kusen adalah penjumlahan
(resultante) jumlah kusen yang mengalami kerusakan dibandingkan
jumlah total kusen pada bangunan tersebut

Perubahan warna pada kusen Cat pada kusen terkelupas (kondisi kusen
masih baik)

Kusen rusak sebagian, namun masih ada yang bisa digunakan

Rangka bukaan atau kusen keropos akibat Rangka bukaan atau kusen keropos dimakan
air (lapuk) pada sebagian besar kusen rayap pada seluruh kusen
Gambar 276. Contoh Foto Kerusakan Kusen
- 296 -

Kriteria Penentuan Tingkat Kerusakan Kusen adalah:


Tabel 120. Klasifikasi Tingkat Kerusakan Kusen sesuai Deskripsi Kerusakannya
KLASIFIKASI DESKRIPSI KERUSAKAN NILAI
Tidak Rusak Kusen dalam kondisi baik 0,00
Rusak Sangat Perubahan warna / gores / retak pada sebagian kusen 0,20
Ringan
Rusak Ringan • (kayu) terlihat lapuk / keropos pada sebagian kecil kusen 0,35
• (aluminium/UPVC) sebagian kecil kusen terlihat retak dan
gompal / berlubang akibat benturan
Rusak Sedang • (kayu) terlihat lapuk / keropos dan berlubang semakin 0,50
meluas, adanya sambungan lepas, deformasi/melengkung
pada kusen
• (aluminium/UPVC) terlihat gompal / berlubang terjadi di
banyak bagian, sambungan antar batang aluminium mulai
terlihat lepas, terjadi deformasi/melengkung
Rusak Berat • (kayu) terlihat lapuk / keropos dan berlubang pada sebagian 0,70
besar kusen, patah pada sambungan kusen,
deformasi/melengkung sehingga daun pintu/jendela tidak
dapat menutup
• (aluminium/UPVC) terlihat sambungan antar batang
aluminium terlepas, deformasi/melengkung semakin parah
sehingga daun pintu/jendela tidak dapat menutup, terjadi
patah atau sobek pada plat aluminium di bagian engsel
Rusak Sangat Berat Kusen dalam kondisi tidak berfungsi menahan daun 0,85
pintu/jendela akibat akumulasi kerusakan pada sebagian besar
kusen
Komponen Tidak Material, dimensi, dan konstruksi kusen diindikasi tidak sesuai 1,00
Sesuai dengan persyaratan teknis (merujuk pada Rencana Teknis
apabila ada, Petunjuk Teknis, dan/atau SNI)

Pengisian form dilakukan dengan mengisi nilai persentase kerusakan


kusen.

Gambar 277. Ilustrasi Pengisian Form untuk Komponen Kusen

Jika komponen kusen teridentifikasi akumulasi tingkat kerusakan


dengan penilaian (tahap 2) <45%, maka penilaian dilanjutkan ke
komponen selanjutnya. Jika komponen kusen teridentifikasi akumulasi
tingkat kerusakan > 45% (mencapai kategori rusak berat pada tahap 2)
maka penilaian kerusakan komponen tidak perlu dilanjutkan pada
komponen berikutnya.
- 297 -

6.11. Pintu
Presentase kerusakan pintu adalah penjumlahan (resultante) jumlah
pintu yang mengalami kerusakan dibandingkan jumlah total pintu pada
bangunan tersebut.

Perubahan warna pada cat Cat pada pintu terkelupas Engsel rusak, naun kondisi
pintu (kondisi daun pintu masih daun pintu masih baik
baik)

Rusak sebagian besar / Kerusakan akibat air Pintu rusak total, keropos dimakan rayap /
(lapuk) pada sebagian dari pintu hancur / tidak memiliki pintu
Gambar 278. Contoh Foto Kerusakan Pintu

Kriteria Penentuan Tingkat Kerusakan Pintu adalah:


Tabel 121. Klasifikasi Tingkat Kerusakan Pintu sesuai Deskripsi Kerusakannya
KLASIFIKASI DESKRIPSI KERUSAKAN NILAI
Tidak Rusak Pintu dalam kondisi baik 0,00
Rusak Sangat Perubahan warna / gores / retak pada sebagian daun pintu 0,20
Ringan
Rusak Ringan • (kayu) terlihat lapuk / keropos pada sebagian kecil pintu 0,35
• (aluminium/UPVC) sebagian pintu terlihat retak dan gompal
/ berlubang akibat benturan
Rusak Sedang • (kayu) terlihat lapuk / keropos / berlubang pada semakin 0,50
meluas, handle dan kunci tidak berfungsi baik
• (aluminium/UPVC) terlihat gompal / berlubang terjadi di
banyak bagian, handle dan kunci tidak berfungsi baik
Rusak Berat • (kayu) terlihat rangka pintu patah / sambungan terlepas, 0,70
multiplek penutup pintu terlepas/berlubang, handle dan
kunci tidak ada
• (aluminium/UPVC) terlihat rangka / lapisan daun pintu
patah / lepas sampungan, handle dan kunci tidak ada
Rusak Sangat Berat Daun pintu dalam kondisi tidak berfungsi / berlubang besar / 0,85
tidak dapat menutup / dilepaskan akibat akumulasi kerusakan
pada sebagian besar bagiannya
Komponen Tidak Material, dimensi, dan konstruksi pintu diindikasi tidak sesuai 1,00
Sesuai dengan persyaratan teknis (merujuk pada Rencana Teknis
apabila ada, Petunjuk Teknis, dan/atau SNI)
- 298 -

Pengisian form dilakukan dengan mengisi nilai persentase kerusakan


pintu.

Gambar 279. Ilustrasi Pengisian Form untuk Komponen Pintu

Jika komponen pintu teridentifikasi akumulasi tingkat kerusakan dengan


penilaian (tahap 2) <45%, maka penilaian dilanjutkan ke komponen
selanjutnya. Jika komponen pintu teridentifikasi akumulasi tingkat
kerusakan > 45% (mencapai kategori rusak berat pada tahap 2) maka
penilaian kerusakan komponen tidak perlu dilanjutkan pada komponen
berikutnya.

6.12. Jendela
Presentase kerusakan jendela adalah penjumlahan (resultante) jumlah
jendela yang mengalami kerusakan dibandingkan jumlah total jendela
pada bangunan tersebut.

Terjadi perubahan warna Penutup Kaca Retak


- 299 -

Penutup Kaca Retak Lebar/Pecah

Kaca Pecah Menyeluruh

Daun Jendela Terlepas / Hilang/ Tidak


sesuai persyaratan

Daun Jendela Keropos


Gambar 280. Contoh Foto Kerusakan Jendela

Kriteria Penentuan Tingkat Kerusakan Jendela adalah:


Tabel 122. Klasifikasi Tingkat Kerusakan Jendela sesuai Deskripsi Kerusakannya
KLASIFIKASI DESKRIPSI KERUSAKAN NILAI
Tidak Rusak Jendela dalam kondisi baik 0,00
Rusak Sangat Perubahan warna pada sebagian lapisan rangka daun jendela 0,20
Ringan
Rusak Ringan • Terlihat lapuk / keropos atau retak / gompal akibat 0,35
benturan pada bingkai jendela
• Terlihat retak pada sebagian kecil kaca
Rusak Sedang • Terlihat lapuk / keropos atau retak / gompal semakin 0,50
meluas, engsel dan kunci tidak berfungsi baik sehingga
jendela tidak dapat menutup sempurna
• Terlihat retak lebar pada kaca
Rusak Berat • Terlihat pada bingkai jendela terjadi 0,70
deformasi/melengkung/lepas sambungan sehingga jendela
sulit dibuka
• Terlihat pecah pada kaca
- 300 -

KLASIFIKASI DESKRIPSI KERUSAKAN NILAI


Rusak Sangat Berat • Terlihat pada bingkai jendela deformasi/melengkung 0,85
semakin parah / terjadi patah sehingga jendela tidak dapat
dibuka sama sekali
• Terlihat pecah menyeluruh pada kaca
Komponen Tidak Material, dimensi, dan konstruksi jendela diindikasi tidak sesuai 1,00
Sesuai dengan persyaratan teknis (merujuk pada Rencana Teknis
apabila ada, Petunjuk Teknis, dan/atau SNI)

Pengisian form dilakukan dengan mengisi nilai persentase kerusakan


jendela.

Gambar 281. Ilustrasi Pengisian Form untuk Komponen Jendela

Jika komponen jendela teridentifikasi akumulasi tingkat kerusakan


bangunan dengan penilaian (tahap 2) <45%, maka penilaian dilanjutkan
ke komponen selanjutnya. Jika komponen jendela teridentifikasi
akumulasi tingkat kerusakan > 45% (mencapai kategori rusak berat pada
tahap 2) maka penilaian kerusakan komponen tidak perlu dilanjutkan
pada komponen berikutnya

6.13. Finishing
Pada finishing ini yang harus diperhatikan adalah perihal cat ataupun
lapisan lainnya yang menempel pada suatu material, yang meliputi:
a. finishing plafon. cat pada lapisan langit-langit;
b. finishing dinding. cat pada lapisan dinding; dan
c. finishing kusen/pintu. cat pada lapisan kusen / pintu.

Perubahan warna pada sebagian lapisan warna Perubahan pada lapisan cat meluas
finishing
- 301 -

Lapisan finishing lepas sebagian Lapisan finishing terkelupas meluas

Lapisan finishing lepas


Gambar 282. Contoh Foto Kerusakan Finishing Plafon

Perubahan warna cat pada sebagian dinding Perubahan warna pada cat dinding meluas

Plesteran rusak sebagian dan lapisan Lapisan finishing terkelupas meluas


finishing lepas sebagian
- 302 -

Lapisan finishing lepas


Gambar 283. Contoh Foto Kerusakan Finishing Dinding

Perubahan warna pada sebagian lapisan Perubahan pada lapisan cat meluas
warna finishing

Lapisan finishing lepas sebagian Lapisan finishing terkelupas meluas


- 303 -

Lapisan finishing lepas


Gambar 284. Contoh Foto Kerusakan Finishing Kusen/Pintu

Kriteria Penentuan Tingkat Kerusakan Finishing Plafon adalah :


Tabel 123. Klasifikasi Tingkat Kerusakan Finishing Plafon sesuai Deskripsi Kerusakannya
KLASIFIKASI DESKRIPSI KERUSAKAN NILAI
Tidak Rusak Finishing plafon dalam kondisi baik 0,00
Rusak Sangat • Perubahan warna pada sebagian lapisan warna finishing plafon 0,20
Ringan
Rusak Ringan • Perubahan warna pada lapisan cat plafon semakin meluas 0,35
Rusak Sedang • Terlihat retak pada sebagian sambungan plafon 0,50
• lapisan cat plafon terkelupas sebagian
Rusak Berat • Retak pada sambungan plafon semakin meluas 0,70
• Lapisan cat plafon terlihat terkelupas meluas dan berlumut
Rusak Sangat Berat • Retak pada sambungan plafon terjadi hampir di seluruh bagian 0,85
• Lapisan cat plafon terkelupas dan berlumut hampir di seluruh
bagian
Komponen Tidak Material, dimensi, dan konstruksi finishing diindikasi tidak sesuai 1,00
Sesuai dengan persyaratan teknis (merujuk pada Rencana Teknis apabila
ada, Petunjuk Teknis, dan/atau SNI)

Kriteria Penentuan Tingkat Kerusakan Finishing Dinding adalah :


Tabel 124. Klasifikasi Tingkat Kerusakan Finishing Dinding sesuai Deskripsi Kerusakannya
KLASIFIKASI DESKRIPSI KERUSAKAN NILAI
Tidak Rusak Finishing dinding dalam kondisi baik 0,00
Rusak Sangat • Perubahan warna pada sebagian lapisan warna finishing dinding 0,20
Ringan
Rusak Ringan • Perubahan warna pada lapisan cat dinding semakin meluas 0,35
Rusak Sedang • Plesteran retak sebagian 0,50
• lapisan cat terkelupas sebagian
Rusak Berat • Plesteran terkelupas meluas 0,70
• Lapisan cat terkelupas meluas dan berlumut
Rusak Sangat Berat • Plesteran dan lapisan cat terkelupas hampir di seluruh bagian 0,85
Komponen Tidak Material, dimensi, dan konstruksi finishing diindikasi tidak sesuai 1,00
Sesuai dengan persyaratan teknis (merujuk pada Rencana Teknis apabila
ada, Petunjuk Teknis, dan/atau SNI)

Kriteria Penentuan Tingkat Kerusakan Finishing Kusen/Pintu adalah :


Tabel 125. Klasifikasi Tingkat Kerusakan Finishing Kusen/Pintu sesuai Deskripsi Kerusakannya
KLASIFIKASI DESKRIPSI KERUSAKAN NILAI
Tidak Rusak Finishing kusen dan pintu dalam kondisi baik 0,00
Rusak Sangat • Perubahan warna pada sebagian lapisan warna finishing kusen 0,20
Ringan dan pintu
Rusak Ringan • Perubahan warna pada lapisan cat kusen dan pintu semakin 0,35
meluas
Rusak Sedang • Lapisan cat kusen dan pintu terkelupas sebagian 0,50
Rusak Berat • Lapisan cat kusen dan pintu terlihat terkelupas meluas 0,70
Rusak Sangat Berat • Lapisan cat kusen dan pintu terkelupas hampir di seluruh bagian 0,85
- 304 -

KLASIFIKASI DESKRIPSI KERUSAKAN NILAI


Komponen Tidak Material, dimensi, dan konstruksi finishing diindikasi tidak sesuai 1,00
Sesuai dengan persyaratan teknis (merujuk pada Rencana Teknis apabila
ada, Petunjuk Teknis, dan/atau SNI)

Setelah menentukan klasifikasi maka harus dihitung presentase dari


luasan yang mengalami kerusakan, berdasarkan klasifikasinya.

Gambar 285. Ilustrasi Pengisian Form untuk Komponen Finishing

Jika komponen Finishing plafon, dinding dan Kusen Pintu teridentifikasi


akumulasi tingkat kerusakan dengan penilaian (tahap 2) <45%, maka
penilaian dilanjutkan ke komponen selanjutnya. Jika komponen Finishing
plafon, dinding dan Kusen Pintu teridentifikasi akumulasi tingkat
kerusakan > 45% (mencapai kategori rusak berat pada tahap 2) maka
penilaian kerusakan komponen tidak perlu dilanjutkan pada komponen
berikutnya.

6.14. Instalasi Listrik


Kriteria Penentuan Tingkat Kerusakan Instalasi Listrik adalah :
Tabel 126. Klasifikasi Tingkat Kerusakan Instalasi Listrik sesuai Deskripsi Kerusakannya
KLASIFIKASI DESKRIPSI KERUSAKAN NILAI
Tidak Rusak Jaringan listrik dalam kondisi baik 0,00
Rusak Sangat Sebagian kecil komponen dari panel-panel LP rusak, ada sedikit jalur 0,20
Ringan kabel instalasi shortage, sebagian kecil armature rusak ringan, sehingga
biaya perbaikan kurang dari 10% dari biaya instalasi baru
Rusak Ringan Beberapa komponen dari panel-panel LP rusak, sebagian kecil jalur 0,35
kabel instalasi shortage, sehingga armature rusak ringan, sehingga
biaya perbaikan 10-25% dari biaya instalasi baru
Rusak Sedang Beberapa komponen dari panel-panel LP rusak, sebagian kecil jalur 0,50
kabel instalasi shortage, sehingga armature rusak berat dan ringan,
sehingga biaya perbaikan 25-50% dari biaya instalasi baru
Rusak Berat Sebagian besar komponen panel-panel LP rusak, sebagian besar kabel 0,70
instalasi shortage, sebagian besar armature rusak, sehingga biaya
perbaikan lebih dari 50-65 % dari instalasi baru
Rusak Sangat Berat Sebagian besar komponen panel-panel LP rusak, sebagian besar kabel 0,85
instalasi shortage, seluruh armature rusak berat, sehingga biaya
perbaikan lebih dari 65 % dari instalasi baru
Komponen Tidak Material, dimensi, dan konstruksi jaringan listrik diindikasi tidak sesuai 1,00
Sesuai dengan persyaratan teknis (merujuk pada Rencana Teknis apabila ada,
Petunjuk Teknis, dan/atau SNI)

Prosentase kerusakan instalasi listrik berdasarkan pengamatan visual


kerusakan terhadap komponen instalasi listrik seperti kondisi panel,
kabel dan armatur.
- 305 -

Gambar 286. Tingkat Kerusakan Instalasi Listrik

Pengisian form dilakukan dengan memilih pada pilihan klasifikasi yang


tersedia sesuai dengan hasil identifikasi.

Gambar 287. Ilustrasi Pengisian Form untuk Komponen Instalasi Listrik

Jika komponen instalasi listrik teridentifikasi akumulasi tingkat


kerusakan dengan penilaian (tahap 2) <45%, maka penilaian dilanjutkan
ke komponen selanjutnya. Jika komponen instalasi listrik teridentifikasi
akumulasi tingkat kerusakan > 45% (mencapai kategori rusak berat pada
tahap 2) maka penilaian kerusakan komponen tidak perlu dilanjutkan
pada komponen berikutnya.

6.15. Instalasi Air


Kriteria Penentuan Tingkat Kerusakan Instalasi Air adalah :
Tabel 127. Klasifikasi Tingkat Kerusakan Instalasi Air Bersih sesuai Deskripsi Kerusakannya
KLASIFIKASI DESKRIPSI KERUSAKAN NILAI
Tidak Rusak Sistem penyediaan air dalam kondisi baik 0,00
Rusak Sangat Kebocoran pipa terbatas ditempat yang terlihat atau mudah dicapai, 0,20
Ringan keran-keran kecil rusak, sehingga biaya perbaikan kurang dari 10 %
biaya instalasi baru
Rusak Ringan Bagian-bagian kecil pemipaan bocor, motor pompa terbakar, keran- 0,35
keran kecil rusak, sehingga biaya perbaikan antara 10-25% dari biaya
instalasi baru
- 306 -

KLASIFIKASI DESKRIPSI KERUSAKAN NILAI


Rusak Sedang Pompa, motor, pipa, dan keran rusak apabila diganti atau diperbaiki 0,50
memerlukan biaya antara 25-50% dari biaya instalasi baru
Rusak Berat Sebagian besar pompa, sebagian besar motor terbakar, pipa utama bocor 0,70
namun ditempat terbuka, beberapa keran tidak berfungsi, sehingga
biaya perbaikan 50-65% dari biaya instalasi baru
Rusak Sangat Berat Pompa –pompa rusak total, motor terbakar, di banyak tempat terbuka 0,85
dan tutup pipa-pipa bocor keran-keran tidak berfungsi, sehingga
perbaikan instalasi perlu menyeluruh, dengan perkiraan biaya lebih dari
65% dari biaya instalasi baru
Komponen Tidak Material, dimensi, dan konstruksi sistem penyediaan air diindikasi tidak 1,00
Sesuai sesuai dengan persyaratan teknis (merujuk pada Rencana Teknis
apabila ada, Petunjuk Teknis, dan/atau SNI)

Prosentase kerusakan instalasi air berdasarkan pengamatan visual


terhadap kerusakan komponen instalasi air pada bangunan tersebut
seperti pompa, motor, pipa utama dan kran air. Pengisian form dilakukan
dengan memilih pada pilihan klasifikasi yang tersedia sesuai dengan hasil
identifikasi.

Gambar 288. Ilustrasi Pengisian Form untuk Instalasi Air Bersih

Jika komponen instalasi air bersih teridentifikasi akumulasi tingkat


kerusakan dengan penilaian (tahap 2) <45%, maka penilaian dilanjutkan
ke komponen selanjutnya. Jika komponen instalasi air bersih
teridentifikasi akumulasi tingkat kerusakan > 45% (mencapai kategori
rusak berat pada tahap 2) maka penilaian kerusakan komponen tidak
perlu dilanjutkan pada komponen berikutnya.
- 307 -

6.16. Drainase Limbah


Contoh gambar kerusakan drainase limbah dapat dilihat pada gambar
berikut.

Sebagian pipa cabang pecah atau rusak atau Pipa cabang roof drain ke riser patah atau
tersumbat, sehingga roof drain rusak, pipa pecah, sehingga roof drain rusak, pipa ke
saluran buang tersumbat, sehingga biaya saluran buang tersumbat, sehingga biaya
perbaikan kurang dari 10% dari biaya perbaikan 10-50 % dari biaya instalasi baru
instalasi baru

Pipa riser patah atau pecah, roof drain sebagian besar rusak, pipa cabang dari roof drain ke
riser patah atau pecah, sump pump rusak dan motornya terbakar, pipa ke saluran buang
tersumbat atau pecah, sehingga biaya perbaikan lebih dari 50% dari biaya instalasi baru
Gambar 289. Contoh Foto Kerusakan Drainase Limbah

Kriteria Penentuan Tingkat Kerusakan Drainase Limbah adalah :


Tabel 128. Klasifikasi Tingkat Kerusakan Drainase Limbah sesuai Deskripsi Kerusakannya
KLASIFIKASI DESKRIPSI KERUSAKAN NILAI
Tidak Rusak Floor drain, buangan kloset, roof drain, talang vertikal, dan drainase 0,00
halaman dalam kondisi baik
Rusak Sangat • Sebagian kecil floor drain tersumbat, sehingga air kotor lambat 0,20
Ringan mengalir
• Sebagian buangan kloset tersumbat, sehingga air buangan kloset
lambat mengalir
• Sebagian roof drain, talang vertikal, dan drainase halaman,
sehingga air kotor lambat mengalir
• Biaya perbaikan kurang dari 10% dari biaya instalasi baru
Rusak Ringan • Sebagian kecil floor drain tersumbat, sehingga air kotor lambat 0,35
mengalir
• Sebagian buangan kloset tersumbat, sehingga air buangan kloset
lambat mengalir
• Sebagian roof drain, talang vertikal, dan drainase halaman,
sehingga air kotor lambat mengalir
• Baya perbaikan kurang dari 10-25% dari biaya instalasi baru
Rusak Sedang • Sebagian floor drain tersumbat, sehingga air kotor lambat mengalir 0,50
dan menggenang sebentar
- 308 -

KLASIFIKASI DESKRIPSI KERUSAKAN NILAI


• Sebagian buangan kloset tersumbat, sehingga air buangan kloset
lambat mengalir dan menggenang sebentar
• Sebagian roof drain, talang vertikal, dan drainase tersumbat,
sehingga limpasan air hujan lambat mengalir dan menggenang
sebentar
• Biaya perbaikan 25-50 % dari biaya instalasi baru
Rusak Berat • Sebagian besar floor drain tidak berfungsi, sehingga air kotor 0,70
meluap dan menggenang permanen
• Sebagian besar buangan kloset tidak berfungsi, sehingga air
buangan kloset meluap dan menggenang permanen
• Sebagian besar roof drain, talang vertikal, dan drainase halaman
tidak berfungsi sehingga limpasan air hujan meluap dan bocor
• Biaya perbaikan lebih dari 50-65% dari biaya instalasi baru
Rusak Sangat Berat • Semua floor drain tidak berfungsi, sehingga air kotor meluap dan 0,85
menggenang permanen
• Semua buangan kloset tidak berfungsi, sehingga air buangan kloset
meluap dan menggenang permanen
• Semua roof drain, talang vertikal, dan drainase halaman tidak
berfungsi sehingga limpasan air hujan meluap dan bocor
• Biaya perbaikan lebih dari 65% dari biaya instalasi baru
Komponen Tidak Material, dimensi, dan konstruksi sistem drainase/limbah diindikasi 1,00
Sesuai tidak sesuai dengan persyaratan teknis (merujuk pada Rencana Teknis
apabila ada, Petunjuk Teknis, dan/atau SNI)

Pengisian form dilakukan dengan mengisi nilai satuan meter kerusakan


komponen drainase limbah sesuai klasifikasi kerusakan.

Gambar 290. Ilustrasi Pengisian Form untuk Komponen Drainase Limbah

Prosentase kerusakan drainase limbah adalah penjumlahan (resultante)


komponen drainase limbah yang mengalami kerusakan dibandingkan
total kondisi komponen drainase limbah pada bangunan tersebut.
Pengisian form dilakukan dengan mengisi nilai persentase kerusakan
utilitas drainase limbah.

6.17. Kesimpulan Tingkat Kerusakan


Setelah semua komponen dilakukan pengisian dalam formulir penilaian
kerusakan, baik yang bersifat pengamatan visual kerusakan yang
diindikasi berdampak pada keselamatan maupun penilaian tingkat
kerusakan, maka dihasilkan secara otomatis kesimpulan tingkat
kerusakan.

Anda mungkin juga menyukai