Anda di halaman 1dari 9

PROPOSAL KARYA KREATIF MAHASISWA

PIRING DARI DAUN KELAPA SAWIT

BIDANG KEGIATAN :

PKM-KEWIRAUSAHAAN

Dosen Pengampu:

Lenni Mantili H, M.Ed

Disusun Oleh :

Debri Apriliza (A1J020007)

Heni Lestari (A1J020011)

Bella Eka Safitri (A1J020053)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NON FORMAL
UNIVERSITAS BENGKULU
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ii

BAB 1.PENDAHULUAN 1

BAB 2.GAMBARAN UMUM RENCANA USAHA 2

BAB 3.METODE PELAKSANAAN 3

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN 4

4.1 Anggaran Biaya 4

4.2 Jadwal Kegiatan 4

DAFTAR PUSTAKA 5

ii
BAB I.PENDAHULUAN

Kualitas kehidupan sangatlah di pengaruhi oleh kebiasaan dan pandangan


pemikiran masyarakatnya, kualitas masyarakat akan terlihat dengan kebiasaanya
yang mulai terkontrol dan memiliki tahap yang terstruktur, masyarakat sendiri
merupakan elemen yang tidak terlepaskan dari setiap adanya perkembangan. Hal
ini selaras pada UU RI N0 10 Tahun 1990 Pasal 3 Ayat (1) menerangkan
Perkembangan kependudukan diarahkan pada pengendalian kuantitas penduduk,
pengembangan kualitas penduduk serta pengarahan mobilitas penduduk sebagai
potensi sumber daya manusia agar menjadi kekuatan pembangunan bangsa dan
ketahanan nasional serta dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi
penduduk dan mengangkat harkat dan martabat manusia dalam segala matra
kependudukannya.Pembangunan selama ini dilakukan dengan menempatkan
masyarakat sebagai obyek pembangunan yang menerima semua program dari
pemerintah. Paradigma lama (pembangunan) yang lebih berorientasi pada negara
dan modal berubah menjadi paradigm baru (pemberdayaan) lebih terfokus pada
masyarakat dan institusi lokal yang dibangun secara partisipatif.

Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa telah memberi ruang


untuk dipraktikan pada paradigma baru dalam pembangunan desa di Indonesia.
Untuk mewujudkannya diperlukan upaya agar desa mempunyai kemampuan
sendiri dalam membangun desanya. Paradigma pembangunan yang dilakukan
sendiri oleh Desa dikenal dengan istilah “Desa Membangun”. Terkait dengan
peningkatan kualitas masyarakat maka diadakanya pemberdayaan masyarakat
agar memberikan keterampilan yang dapat dimanfaatkan di kemudian harinya.
Dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa Pasal 1 Ayat (12)
Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah upaya mengembangkan kemandirian
dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap,
keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber
daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang
sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa.

Kualitas kehidupan sangatlah di pengaruhi oleh kebiasaan dan pandangan


pemikiran masyarakatnya, kualitas masyarakat akan terlihat dengan kebiasaanya
yang mulai terkontrol dan memiliki tahap yang terstruktur, masyarakat sendiri
merupakan elemen yang tidak terlepaskan dari setiap adanya perkembangan. Hal
ini selaras pada UU RI N0 10 Tahun 1990 Pasal 3 Ayat (1) menerangkan
Perkembangan kependudukan diarahkan pada pengendalian kuantitas penduduk,
pengembangan kualitas penduduk serta pengarahan mobilitas penduduk sebagai
potensi sumber daya manusia agar menjadi kekuatan pembangunan bangsa dan
ketahanan nasional serta dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi

1
penduduk dan mengangkat harkat dan martabat manusia dalam segala matra
kependudukannya.
Pembangunan selama ini dilakukan dengan menempatkan masyarakat
sebagai obyek pembangunan yang menerima semua program dari pemerintah.
Paradigma lama (pembangunan) yang lebih berorientasi pada negara dan modal
berubah menjadi paradigma baru (pemberdayaan) lebih terfokus pada
masyarakat dan institusi lokal yang dibangun secara partisipatif. Undang-
Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa telah memberi ruang untuk dipraktikan
pada paradigma baru dalam pembangunan desa di Indonesia. Untuk
mewujudkannya diperlukan upaya agar desa mempunyai kemampuan sendiri
dalam membangun desanya. Paradigma pembangunan yang dilakukan sendiri
oleh Desa dikenal dengan istilah “Desa Membangun”. Terkait dengan
peningkatan kualitas masyarakat maka diadakanya pemberdayaan masyarakat
agar memberikan keterampilan yang dapat dimanfaatkan di kemudian harinya.

Dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa Pasal 1 Ayat


(12) Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah upaya mengembangkan
kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan,
sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan
sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan
pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan
masyarakat Desa. Pemberdayaan masyarakat desa ini dilakukan di desa Pekik
Nyaring Kecamatan Pondok Kelapa Kabupaten Bengkulu Tengah dengan target
sasaran peserta pemberdayaan ialah ibu-ibu PKK. Dengan dengan melatar
belakangi kebutuhan belajar keterampilan ibu-ibu PKK dan melihat sumber daya
alam yang memadai, maka pelatihan ini menargetkan dan memanfaatkan SDA
yang ada yaitu lidi sawit yang biasanya tidak dimanfaatkan menjadi hal yang
memiliki nilai jual. Dengan SDA yang ada ini di buatlah program pelatihan
menganyam lidi sawit menjadi piring yang dapat meningkatkan nilai dari produk
itu sendiri. Melalui pemberdayan masyarakat desa ini dengan menciptakan suatu
produk yang dihasilkan dari sumber daya alam yang dimiliki desa maka hasil
dari inovasi ini dapat dipatenkan untuk menjadi ikon desa dan dapat menambah
pengetahuan serta perekonomian warga desa.

2
BAB 2.GAMBARAN UMUM RENCANA USAHA

Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) merupakan tumbuhan tropis yang


diperkirakan berasal dari Nigeria (Afrika Barat) karena pertama kali ditemukan
di hutan belantara Negara tersebut.Kelapa sawit pertama masuk ke Indonesia
pada tahun 1848,dibawa dari Mauritius Amsterdam oleh seorang warga
Belanda.Bibit kelapa sawit yang berasal dari kedua tempat tersebut masing-
masing berjumlah dua batang dan pada tahun itu juga ditanam di Kebun Raya
Bogor.Hingga saat ini, dua dari empat pohon tersebut masih hidup dan diyakini
sebagai nenek moyang kelapa sawit yang ada di Asia Tenggara.Sebagian
keturunan kelapa sawit dari Kebun Raya Bogor tersebut telah diintroduksi ke
Deli Serdang (Sumatera Utara) sehingga dinamakan varietas Deli Dura (Hadi,
2004). Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif.

Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman monokotil sehingga tanaman ini


tidak mempunyai kambium dan pada umumnya tidak bercabang. Batang
berbentuk silinder dengan diameter antara 20-75 cm atau bergantung pada
keadaan lingkungan. Selama beberapa tahun, minimal 12 tahun, batang tertutup
rapat oleh pelepah daun.Tinggi batang bertambah kira-kira 45 cm/tahun, tetapi
dalam lingkungan yang sesuai dapat mencapai 100 cm/tahun.Tinggi maksimum
tanaman kelapa sawit yang ditanam di daerah perkebunan adalah 15-18m.
Tanaman yang terlalu tinggi akan menyulitkan pemetikan buahnya, maka
perkebunan kelapa sawit menghendaki tanaman yang pertambahan tinggi
batangnya rendah (Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara V, 1998). Daun
kelapa sawit merupakan daun majemuk.Daun berwarna hijau tua dan pelapah
berwarna sedikit lebih muda.Susunan daun kelapa sawit mirip dengan kelapa
(Nyiur), yaitu membentuk daun menyirip. Letak daun pada batangmengikuti
pola tertentu yang disebut filotaksis. Daun yang berurutan dari bawah keatas
membentuk suatu spiral dengan rumus daun 1/8. Terdapat dua pola filotaksis
yang secara sederhana dapat dikatakan yang satu berputar ke kiri tidak berbeda
dengan yang kanan dan produktivitas pohon dengan kedua pola ini pun tidak
berbeda nyata (Lubis, 1992) Daun kelapa sawit terdiri dari beberapa bagian,
sebagai berikut: a. Kumpulan anak daun (leaflets) yang mempunyai helaian
(lamina) dan tulang anak daun (Midrib). b. Rachis yang merupakan tempat anak
daun melekat. c. Tangkai daun(Petiiole) yang merupakan bagian antara daun dan
batang. d. Seludang daun (Sheath) yang berfungsi sebagai perlindungan dari
kuncup dan memberi kekuatan pada batang. Daun terdiri atas tangkai daun yang
pada kedua tepinya terdapat dua baris duri. Tangkai daun bersambungdengan
tulang daun utama yang jauh lebih panjang dari tangkai dan pada kiri-kanannya
terdapat anak-anak daun.Tiap anak daun terdiri atas tulang anak daun dan helai
daun. Anak daun yang terpanjang (pada pertengahan daun) dapat mencapai 1,2
meter. Jumlah anak daun dapat mencapai 250-300 helai per daun. Jumlah

3
produksi daun adalah 30-40 daun per tahun pada pohon-pohon yang berumur 5
tahun, setelah itu produksi daun menurun menjadi 20-25 daun per tahun
(Soepadiyo, 2005). Kabupaten Bengku Tengah adalah kabupaten yang kaya akan
sumber daya alam (SDA), termasuk perkebunan kelapa sawit. Dari kelapa sawit
inilah, lidi (batang daun) bisa dimanfaatkan menjadi berbagai macam produk
turunan yang bernilai ekonomis. Banyak dari kita yang menyepelekan lidi kelapa
sawit, padahal jika kita kaji, ada banyak manfaat dari bahan baku lidi kepala
sawit, yang nantinya dapat menambah income (pendapatan) masyarakat dan
tentu ini dapat mendorong perekonomian. Bayangkan saja jika dalam 1 pohon
kelapa sawit terdapat 3 pelepah yang diambil dalam 1 (satu) bulan, dan kita
manfaatkan lidinya dari tiap-tiap pelepah tersebut, maka berapa banyak lidi yang
akan kita dapatkan dari setiap pohon kelapa sawit yang bisa kita manfaatkan.
Ternyata limbah lidi kelapa sawit ini tak hanya dimanfaatkan menjadi sapu atau
tusuk sate saja, tetapi lidi kelapa sawit bisa dibuat menjadi berbagai produk
kerajinan tangan yang menarik dan unik yang mampu menarik perhatian
konsumen. Tentunya hal ini perlu dibarengi dengan pemasaran yang optimal,
dan perlu dukungan dari Pemerintah Daerah, karena pada umumnya pengerajin
limbah lidi kelapa sawit ini banyak yang berdomisili di kawasan perkebunan dan
pedaleman atau pedesaan. Untuk membuat limbah lidi sawit ini menjadi sebuah
kerajinan tangan yang menarik, dibutuhkan ketekunan dan sentuhan kreativitas
serta kesabaran. Memang tidak mudah untuk setiap orang melakukannya apalagi
orang awam seperti kita yang tidak menekuni dan tidak terbiasa. Limbah lidi
sawit ini bisa dibuat menjadi aneka bentuk suvenir, seperti piring tempat buah,
parcel, mangkok nasi, bahkan lampu-lampu hias yang sangat unik, sehingga
tidak hanya monoton dijadikan sebagai bahan untuk membuat sapu lidi saja.
Dengan kerajinan tangan yang mampu menarik konsumen ini, akan sangat
menambah pendapatan rumah tangga, dan jika banyak permintaan tentu
membutuhkan karyawan dan pada akhirnya usaha ini akan mampu menyerap
tenaga kerja, sehingga bisa mengurangi pengangguran di Bumi Sergai karena
terbukanya lapangan kerja.

4
BAB 3. METODE PELAKASANAAN

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya maka


pemecahan masalah dalam pemberdayaan masyarakat desa ini berbentuk
penyuluhan kepada ibu-ibu PKK. Penyuluhan adalah proses perubahan perilaku di
kalangan masyarakat agar mereka tahu, mau dan mampu melakukan perubahan
demi tercapainya peningkatan produksi, pendapatan atau keuntungan dan
perbaikan kesejahteraannya (Subejo, 2010). Dari pengertian ini konsep-konsep
penting yang terkait dengan pemberdayaan masyarakat desa adalah:
1. Proses pendidikan (Pendidikan Nonformal dan pendidikan orang dewasa);
2. Proses perubahan (menuju perilaku yang baik, sesuai yang diinginkan)
3. Proses pemberdayaan (memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baru).
Adapun penyuluhan ini akan memberikan penjelasan tentang cara pembuatan
piring dari lidi sawit beserta manfaatnnya

5
BAB 4.BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 Anggaran Biaya

No Jenis Pengeluaran Besaran Dana (Rp)


1 Bahan habis pakai (Daun kelapa sawit), Rp. 1.000.000

2 Sewa dan jasa Rp. 65.000


3 Biaya transportasi ke pasar Rp. 150.000

4. Lain-lain (biaya pemasasaran) Rp. 100.000

Total Rp. 1.515.000

4.2 Jadwal Kegiatan

Bulan ke-
No Kegiatan 1 2 3 4 5
1 Perencanaan konsep dan keuangan Daun
kelapa sawit
2 Survei harga
3 Pembuatan proposal
4 Studi tentang pembuatan piring dari daun
kelapa sawit
5 Riset pasar
6 Survey tempat
7 Pelaksanaan kegiatan
8 Pembuatan piring kelapa sawit
9 Pembuatan sample
10 Uji pasar
11 Evaluasi kegiatan
12 Penyusunan laporan akhir

6
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.uin-suska.ac.id/5770/3/BAB%20II.pdf

https://mediacenter.serdangbedagaikab.go.id/2022/10/12/mengais-limbah-

lidi-kelapa-sawitjadi-bernilai

ekonomis/#:~:text=Limbah%20lidi%20sawit%20ini%20bisa,untuk

%20membuat%20sapu%20lidi%20saja.

Suharto, Edy, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Aditama,

2010 Pressman L.

Jeffre, Implementation, The Oakland Project, 1984

Susanti, Linanda Krisni. (2010) “Peranan badan Pemberdayaan Mayarakat

dalam Pemberdayaan Perempuan di Bidang Usaha Ekonomi Produktif (Studi

di Kecamatan Kepanjen Sebagai Proyek Binaan BPM Kabupaten Kepanjen)”.

Malang, FIA, UB

Subekhi, Jauhar, (2012), Pengantar Manajemen Sumber Daya

Manusia,Cetakan Pertama, Jakarta : Penerbit Prestasi Pustaka Raya

Murtie, Afin, (2012), Menciptakan Sumber Daya Manusia Yang Handal

Dengan Training,Coaching & Motivation, Cetakan Pertama, Jakarta :

Penerbit Laskar Aksara

Anda mungkin juga menyukai