Anda di halaman 1dari 5

Daftar Isi

DAFTAR ISI ...............................................................................................................................I

BAB I
Latar Belakang .......................................................................................................................II
Rumusan Masalah....................................................................................................................II
Tujuan Masalah .......................................................................................................................II

BAB II
Pembahasan ............................................................................................................................III

BAB III
Analisis .....................................................................................................................................IV
Solusi ........................................................................................................................................IV
Bab I
Latar Belakang
Di dalam kegiatan sehari-hari dalam melakukan aktivitas, kita sering tidak menduga akan
mendapatkan resiko kecelakaan pada diri kita sendiri. Banyak sekali masyarakat yang belum
menyadari akan hal ini, termasuk di Indonesia. Baik di lingkungan kerja (perusahaan, pabrik, atau kantor), di
jalan raya, tempat umum maupun di lingkungan rumah. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan
instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup dan masyarakat sekitar
dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang
wajib dipenuhi oleh perusahaan juga instansi pemerintahan.
Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan menciptakan system
keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga
kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan
mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien dan produktif (Azmi, 2008).Penerapan K3 adalah untuk mengurangi atau mencegah
kecelakaan yang mengakibatkan cidera atau kerugian materi.
Karena itu para ahli K3 berupaya mempelajari fenomena kecelakaan, faktor penyebab, serta
cara efektif untuk mencegahnya. Upaya pencegahan kecelakaan kerja di Indonesia masih menghadapi
berbagai kendala, salah satu diantaranya adalah pola pikir yangmasih tradisional yang menganggap
kecelakaan adalah sebagai musibah,
sehingga masyarakat bersifat pasrah terhadap kecelakaan kerja yang menimpa mereka (Ramli, 2010).
Rumusan Masalah
1. Pekerja memiliki kebiasaan berasumsi atau mengira – ngira.
2. Membiarkan kecelakaan kerja yang terjadi dan tidak melaporkannya kepada
atasan.
3. Menggunakan peralatan kerja yang salah atau cara penggunaanya yang keliru.
4. Pekerja tidak menggunakan alat pelindung (APD) saat bekerja.
5. Terburu buru menyelesaikan pekerjaan.
Tujuan Masalah
1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiao tenaga kerja dan orang lain di
tempat kerja.
2. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.
3. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas Nasional. Berdasarkan Undang –
Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Bab II
Pembahasan
1. Pekerja memiliki kebiasaan berasumsi atau mengira – ngira.
Kebiassaan berasuumsi atau terlalu percaya diri ( over – confident),
mungkin masih sering dilakukan kebanyakan pekerja. Berasumsi atau mengira –
ngira bahwa kondisi kerja sudah aman dan tidak akan terjadi massalah, sehingga
tidak diharuskan bertindak apapun adalah perilaku yang keliru dan tidak tepat.
Menerka – nerka atau merasa diri akan selalu aman saat bekerja hanya akan
membuat anda celaka. Perilaku pekerja yang suka berassumsi atau mengira –
ngira memang disebabkan banyak factor, diantaranya pengalaman pekerja,
pelatihan pekerja, tingkat Pendidikan, serta budaya di tempat kerja. Hindari
berasumsi atau mengira – ngira, pastikan kondisi lingkungan dan prosedur kerja
benar – benar aman dengan rutin memeriksanya. Organisasi dengan buday k3
yang kuat selalu waspada dan percaya bahwa kondisi yang aman sekalipun
dapat bermasalah.

2. Membiarkan kecelakaan kerja yang terjadi dan tidak melaporkan kepada atasan.
Ada saja pekerjaan yang enggan atau dilemma untuk melaporkan setiap
kecelakaan kerja yang telah terjadi di perusahaannya. Banyak kasus kecelakaan
kerja yang tidak muncul ke permukaan dan terbiarkan menjadi rahasia atau tim
tersebut. Dilema melaporkan kecelakaan kerja biasanya disebabkan karena masih
banyak pekerja yang berasumsi bahwa kecelakaan kerja dapat dipengaruhi
terhadap performa pada individu yang mengalami insiden tersebut atau pada
departemen dari individu tersebut.
Setiap kecelakaan kerja atau potensi kecelakaan yang muncul, sebaiknya
jangan dibiarkan begitu saja karena bisa menimbulkan masalah yang lebih besar di
masa mendatang. Setiap pekerja wajib melaporkan kecelakaan kerja, near miss,
atau penyakit akibat kerja (PAK) kepada atasannya. Dengan begitu, atasan anda
Bersama tim melakukan investigasi dan melakukan perbaikan agar kecelakaan
kerja serupa tidak terulang Kembali.

3. Menggunakan peralatan kerja yang salah atau cara penggunaan yang keliru.
Dari banyakanya pekerja lama maupun baru suka menggunakan peralatan
kerja yang benar tapi cara penggunaannya yang keliru. Akibatnya, kecelakaan
yang tidak terduga – duga atau kerusakan dan cacat pada pekerjaan, hasil
pekerjaan, atau kerusakan pada alat tersebut sangat mungkin terjadi. Kebiasaan
ini biasanya disebabkan kurangnya pengetahuin pekerja, pengalaman pekerja,
dan kurangnya pengawasan.
Maka dari itu, pastikan perusahaan melakukan pengawasan agar peralatan kerja
yang dipakai sesuai dengan jenis pekerjaan, peralatan terawat dengan baik, dan
pastikan pekerja yang menggunakan peralatan itu juga terlatih. Pemilihan
peralatan kerja yang tepat sangat penting untuk mendapatkaan hasil pekerjaan
yang maksimal. Biasakan menggunakan peralatan yang sesuai dengan ukuran
dan fungsinya. Jika sudah menggunakan peralatan kerja, pastikan anda
menyimpannya ketempat semula agar tidak membahayakan pekerja lain.

4. Pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) saat bekerja


Dalam melakukan suatu pekerjaan banyak alasan yang enggan
menggunakan APD saat bekerja karena APD tidak cocok atau tidak nyaman
waktu digunakan, ketidaktahuan pekerja hrus memakai APD, tidak memiliki
waktu untuk memakai APD atau memakai APD hanya menghabiskan waktu dan
merepotkan, sering berasumsi atau terlalu percaya diri bahwa dirinya tidak akan
celaka, lupa kalau lupa harus memakai APD.
Peran safety officer atau pengawasan sangat penting untuk mengatasi
permasalahan ini. Disamping itu, pihak perusahaan juga harus menyediakan APD
yang nyaman dan cocok untuk pekerja, memberikan pelatihan pemilihan dan
penggunaan APD, memasang rambung K3 APD di area kerja, serta melakukan
pengawasan dan berani menegur pekerja yang lalai menggunakan APD.

5. Terburu – buru dalam menyelesaikan pekerjaan


Pada saat melakukan pekerjaan yang memerlukan konsentrasi tinggi
untuk pekerja dan jika pekerja tersebut terburu – buru hanya akan mengurangi
konsentrasi pekerja dan berpotensi menyebabkan kecelakaan. Melakukan short
cut tanpa amempertimbangkan factor keselamatan juga bisa meningkatkan
terjadinya kecelakaan.
Lakukan pekerjaan sesuai prosedur dan hindari mengambil jalan
pintas (short – cut). Jika anda memang diharuskan melaksanakan pekerjaan
dengan cepat, pastikan anda juga mempertimbangkan factor keselamatan dan
mengikuti prosedur bekerja aman yang sudah diterapkan.

BAB III
Analisis
Dari pembahasan yang telah disampaikan di atas dari Pekerja memiliki
kebiasaan berasumsi atau mengira – ngira, Membiarkan kecelakaan kerja yang
terjadi dan tidak melaporkan kepada atasan, Menggunakan peralatan kerja yang
salah atau cara penggunaan yang keliru, Pekerja tidak menggunakan alat
pelindung diri (APD) saat bekerja, dan Terburu – buru dalam menyelesaikan
pekerjaan sangat berakibat fatal bagi para pekerja sendiri orang lain bahkan bisa
menyebabkan kerugian pada perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai