Anda di halaman 1dari 29

MATA PELAJARAN 1

BEHAVIOUR BASED SAFETY


1. BEHAVIOUR BASED SAFETY

TUJUAN PELAJARAN : Setelah mengikuti mata pelajaran ini peserta


mampu memahami perubahan mindset dan
prilaku dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari
sesuai dengan standar dan peraturan yang
berlaku di perusahaan.

DURASI : 4 JP

PENYUSUN : Team

i
DAFTAR ISI

TUJUAN PELAJARAN.................................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................... ii

1. GAMBARAN UMUM BEHAVIOUR BASED SAFETY............................................................ 1


1.1. Latar Belakang Behaviour Based Safety................................................................... 1
1.2. Tujuan Behaviour Based Safety................................................................................ 3
1.3. Pengertian Perilaku................................................................................................... 3
1.4. Pengertian Behaviour Based Safety......................................................................... 4
1.5. Prinsip - Prinsip Behaviour Based Safety.................................................................. 6

2. ANALISIS PERILAKU (BEHAVIOURAL ANALYSIS)............................................................ 7

3. DEVELOPMENT OF CRITICAL BEHAVIOURAL CHECKLIST (PENGEMBANGAN


CHECKLIST PERILAKU KRITIS/BERBAHAYA)................................................................... 13

4. OBSERVATION METHODOLOGY (METODE OBSERVASI)................................................. 15


4.1. Tujuan Observasi...................................................................................................... 15
4.2. Jenis-jenis Observasi................................................................................................ 16
4.3. Instrumen yang Digunakan dalam Melakukan Observasi......................................... 16
4.4. Keuntungan dan Kelemahan Penggunaan Observasi dalam Pengumpulan Data.... 17
4.5. Langkah-langkah dalam Observasi........................................................................... 17
4.6. Beberapa Hal yang Menjadi Bahan Pengamatan..................................................... 18
4.7. Bentuk-bentuk Metode Pengamatan......................................................................... 19
4.8. Alat-alat Pengamatan................................................................................................ 20
4.9. Prinsip-prinsip Pengamatan...................................................................................... 20

5. COMMUNICATION SKILLS (KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI)......................................... 21


5.1. Pengertian Komunikasi............................................................................................. 21
5.2. Komponen Komunikasi............................................................................................. 21
5.3. Proses Komunikasi................................................................................................... 21
5.4. Kemampuan Berkomunikasi Tentang Keselamatan.................................................. 21

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal ii


BEHAVIOUR BASED SAFETY

1. GAMBARAN UMUM BEHAVIOUR BASED SAFETY

1.1. Latar Belakang Behaviour Based Safety

Banyak perusahaan yang sudah lama menjalankan program K3, namun angka kecelakaan
kerja masih tinggi dan berflutuasi. Angka statistik kecelakaan kerja tidak dapat ditekan hingga
mencapai nihil kecelakaan (zero accident). Bahkan, hampir semua karyawan merasakan
bahwa, K3 itu menghambat jalannya pekerjaan. Para manajer dan supervisor percaya bahwa
Program K3 tidak mempunyai nilai tambah (added value) bagi dirinya maupun perusahaan.
Mental melakukan tugas apa adanya tumbuh subur di setiap lini organisasi perusahaan.

Ada 2 faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja yaitu Unsafe Acts (Tindakan Tidak Aman)
dan Unsafe Conditions (Kondisi Tidak Aman). Menurut Herbert W Heinrich bahwa sebagian
besar kecelakaan (± 80%) disebabkan karena faktor manusia atau dengan perkataan lain
tindakan tidak aman dari manusia, sedangkan sisanya dikarenakan kondisi yang tidak aman.

Pekerja adalah manusia yang cenderung mempunyai sifat ceroboh, lalai, sering mengambil
jalan pintas (short-cut), tidak mematuhi standar prosedur operasi, terlalu percaya diri (Over
Confidence) dll. Ini semua merupakan paradigma gunung es (Iceberg Paradigm), yang sering
disebut sebagai perilaku tidak aman (unsafe behaviour). Perilaku aman dan tidak aman dari
seorang pekerja tidak pernah dianalisa, bahkan tidak pernah dilaporkan sama sekali. Kalaupun
ada sistem pelaporannya, akan cenderung mengarah pada suasana saling menyalahkan satu
dengan yang lain (blame culture). Perlu adanya suatu komitmen dari semua manajemen dan
pekerja, tentang perlunya menghangatkan suasana K3 diorganisasi perusahaan, agar tidak
terjadi teori gunung es yang berkelanjutan, melalui program yang disebut “Behaviour Based
Safety”. Berikut ini data kecelakaan yang terjadi di PT PLN (Persero) hingga Triwulan II tahun
2014 :

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 1


Program ini memang sengaja diolah dan dikemas untuk menumbuhkan benih budaya K3
(safety culture) di perusahaan dan semoga dapat menekan tingkat angka kecelakaan. Program
“Behaviour Based Safety” ini akan dikelola mulai dari para pimpinan perusahaan, manajer dan
supervisor hingga ke lini terbawah di perusahaan. Metoda baru ini, sangat dikenal di banyak
industri maju yang sudah mencapai nihil kecelakaan kerja, dengan pendekatan iklim K3 yang
kondusif. Diharapkan setelah selesai pelatihan, para pimpinan perusahaan, manajer dan
supervisor akan mempunyai “mind-set” yang berubah dari sebelumnya, disamping program
“Behavior Based Safety” (BBS) yang harus dikelola dari hari ke hari.

Dewasa ini penerapan BBS masih terbelenggu dengan adanya mitos yang masih sering
menjadi pola pikir di suatu perusahaan, menurut H.L Kaila terdapat 11 mitos tentang BBS :
a. Hanya akal sehat
b. Hanya mode / trend
c. Hanya terapi / pencegahan
d. Hanya menyalahkan karyawan
e. Hanya sekedar observasi dan umpan balik
f. Tidak ada kepedulian dari manajemen / manajemen lepas tangan
g. Tidak memerlukan perbaikan lingkungan
h. Hanya sikap sentimentil
i. Hanya mendahulukan perubahan sikap
j. Tidak memberikan keuntungan / hasil
k. Hanya perubahan dalam organisasi semata

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 2


1.2. Tujuan Behaviour Based Safety

Behaviour based safety tidak terlepas dari mind set atau pola pikir yang sudah tertanam dalam
diri seseorang yang berpengaruh terhadap perilaku atau kebiasaan dalam pelaksanaan
pekerjaan sehari-hari. Secara garis besar tujuan dari behaviour based safety adalah untuk
merubah perilaku pekerja yang tidak aman (unsafe act) menjadi perilaku pekerja yang aman
(safe act) untuk mencapai produktivitas kerja setinggi-tingginya, selain itu untuk meningkatkan
kesadaran dan kepedulian seluruh lini di dalam perusahaan terhadap pentingnya berperilaku
sesuai dengan kaidah keselamatan dan kesehatan kerja, sehingga apabila masing-masing
seluruh lini perusahaan telah berperilaku berbasis K3 diharapkan akan tercapai budaya K3
dalam perusahaan tersebut. Kelihatannya mudah, tapi jika dilaksanakan ternyata tidak mudah
untuk merubah perilaku seseorang didalam bekerja, apalagi yang akan dirubah adalah perilaku
banyak orang di dalam perusahaan, yang dimana setiap orang memiliki cara pandang dan
pemikiran yang berbeda-beda.

1.3. Pengertian Perilaku

Berbicara mengenai Behaviour Based Safety atau Keselamatan Berbasis Perilaku, maka
sangat jelas sekali bahwa landasan jalannya program ini adalah berdasarkan perilaku. Perilaku
disini pasti sangat jelas berhubungan dengan perilaku manusia dalam hal bekerja di area kerja
yang sangat banyak bersinggungan dengan alat-alat kerja, benda kerja, kendaraan kerja, SOP,
IK, dan lainnya. Sebelum masuk lebih dalam ke pembahasan mengenai Behaviour Based
Safety, maka sebaiknya kita harus mengenali terlebih dahulu mengenai PERILAKU.

Menurut Geller (2001), perilaku mengacu pada tingkah laku atau tindakan individu yang dapat
diamati oleh orang lain. Dengan kata lain, perilaku adalah apa yang seseorang katakan atau
lakukan yang merupakan hasil dari pikirannya, perasaannya, atau diyakininya.

Menurut Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa dari segi biologis, perilaku adalah suatu
kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Dengan demikian,
perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas, antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa,
bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya.

Perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar
organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik
atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa meskipun
stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respons tiap-tiap orang berbeda (Notoatmodjo,
2007). Faktor penentu perilaku terbagi atas 2 bagian :

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 3


a. Faktor internal, yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat bawaan dan
berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar, misalnya tingkat pengetahuan,
kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi, jenis kelamin, dan sebagainya.

b. Faktor eksternal, meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non-fisik, seperti iklim,
manusia, sosial, budaya, ekonomi, politik, kebudayaan dan sebagainya. Faktor
lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan mewarnai perilaku seseorang.

Jadi, pada dasarnya perilaku manusia dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal
maupun faktor eksternal. Perilaku berbeda dengan tindakan atau aksi. Tindakan atau aksi
merupakan tindakan mekanis terhadap suatu stimulus sedangkan perilaku adalah suatu proses
mental yang aktif dan kreatif

1.4. Pengertian Behaviour Based Safety

Behaviour Based Safety adalah sebuah pendekatan untuk keselamatan yang berfokus pada
perilaku pekerja sebagai penyebab terbesar terjadinya kecelakaan dan cedera yang
berhubungan dengan pekerjaan, selain itu merupakan aplikasi sistematis dari riset psikologi
tentang perilaku manusia pada masalah keselamatan (safety) ditempat kerja yang
memasukkan proses umpan balik secara langsung dan tidak langsung. BBS lebih menekankan
aspek perilaku manusia terhadap terjadinya kecelakaan di tempat kerja. Pengertian Behaviour
Based Safety dapat diuraikan, yaitu :

a. Pendekatan pro aktif terhadap manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

b. Pendekatan pro aktif terhadap pencegahan terjadinya kecelakaan dan cedera

c. Fokus terhadap perilaku berisiko atau perilaku tidak aman yang dapat menyebabkan
kecelakaan dan cedera

d. Fokus terhadap perilaku aman dalam bekerja yang dapat berkontribusi terhadap
pencegahan kecelakaan dan cedera

Sedangkan Menurut Geller (2001), BBS adalah proses pendekatan untuk meningkatkan
keselamatan kesehatan kerja dan lingkungan dengan jalan menolong sekelompok pekerja
untuk:

a. Mengidentifikasi perilaku yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja


(K3).

b. Mengumpulkan data kelompok pekerja.

c. Memberikan feedback dua arah mengenai perilaku keselamatan dan kesehatan kerja
(K3).

d. Mengurangi atau meniadakan hambatan sistem untuk perkembangan lebih lanjut.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 4


Teori Heinrich (1980, dalam Geller, 2001) tentang keselamatan kerja menyatakan bahwa
perilaku tidak aman (unsafe behavior) merupakan penyebab dasar pada sebagian besar
kejadian hampir celaka dan kecelakaan di tempat kerja. Oleh karena itu, dilakukan observasi
mendalam terhadap kalangan pekerja mengenai perilaku kerja tidak aman. Umpan balik
mengenai observasi terhadap perilaku telah terbukti sukses dalam mengurangi perilaku tidak
aman para pekerja. Umpan balik yang diberikan dapat berupa lisan, grafik, tabel dan bagan,
atau melalui tindakan perbaikan.

Lebih lanjut, Cooper (2009) mengidentifikasi adanya tujuh kriteria yang sangat penting bagi
pelaksanaan program Behavior Based Safety :

a. Melibatkan Partisipasi Karyawan

BBS menerapkan sistem bottom-up, sehingga individu yang berpengalaman


dibidangnya terlibat langsung dalam mengidentifikasi perilaku kerja tidak aman (unsafe
behavior). Dengan keterlibatan pekerja secara menyeluruh dan adanya komitmen,
kepedulian seluruh pekerja terhadap program keselamatan maka proses perbaikan
akan berjalan dengan baik.

b. Memusatkan perhatian pada unsafe behavior yang spesifik

Untuk mengidentifikasi faktor di lingkungan kerja yang memicu terjadinya perilaku tidak
selamat para praktisi menggunakan teknik behavioral analisis dan memberi hadiah
(reward) tertentu pada individu yang mengidentifikasi perilaku tidak selamat.

c. Didasarkan pada Data Hasil Observasi

Observer memonitor perilaku selamat pada kelompok mereka dalam waktu tertentu.
Makin banyak observasi makin reliabel data tersebut, dan safe behavior akan
meningkat.

d. Proses Pembuatan Keputusan Berdasarkan Data

Hasil observasi atas perilaku kerja dirangkum dalam data persentase jumlah safe
behavior. Berdasarkan data tersebut bisa dilihat letak hambatan yang dihadapi. Data ini
menjadi umpan balik yang bisa menjadireinforcement positif bagi karyawan yang telah
berperilaku kerja aman, selain itu bisa juga menjadi dasar untuk mengoreksi unsafe
behavior yang sulit dihilangkan.

e. Melibatkan Intervensi Secara Sistematis dan Observasional

Keunikan sistem Behavior Based Safety adalah adanya jadwal intervensi yang
terencana. Dimulai dengan briefing pada seluruh departemen atau lingkungan kerja
yang dilibatkan, karyawan diminta untuk menjadi relawan yang bertugas sebagai
observer yang tergabung dalam sebuah project team. Observer dilatih agar dapat
menjalankan tugas mereka. kemudian mengidentifikasi unsafe behavior yang diletakkan

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 5


dalam check list. Daftar ini ditunjukkan pada para pekerja untuk mendapat persetujuan.
Setelah disetujui, observer melakukan observasi pada periode waktu tertentu (+ 4
minggu), untuk menentukan baseline. Setelah itu barulah program intervensi dilakukan
dengan menentukan goal setting yang dilakukan oleh karyawan sendiri. Observer terus
melakukan observasi. Data hasil observasi kemudian dianalisis untuk mendapatkan
feedbackbagi para karyawan. Team project juga bertugas memonitor data secara
berkala, sehingga perbaikan dan koreksi terhadap program dapat terus dilakukan.

f. Menitikberatkan pada Umpan Balik terhadap Perilaku Kerja

Dalam program Behavior Based Safety, umpan balik dapat berbentuk umpan balik
verbal yang langsung diberikan pada karyawan sewaktu observasi, umpan balik dalam
bentuk data (grafik) yang ditempatkan dalam tempat-tempat yang strategis dalam
lingkungan kerja, dan umpan balik berupa briefing dalam periode tertentu dimana data
hasil observasi dianalis untuk mendapatkan umpan balik yang mendetail tantang
perilaku yang spesifik.

g. Membutuhkan Dukungan dari Manager

Komitmen manajemen terhadap proses behavior based safety biasanya ditunjukkan


dengan memberi keleluasaan pada observer dalam menjalankan tugasnya,
memberikan penghargaan yang melakukan perilaku selamat, menyediakan sarana dan
bantuan bagi tindakan yang harus segera dilakukan, membantu menyusun dan
menjalankan umpan balik, dan meningkatkan inisiatif untuk bertindak selamat dalam
setiap kesempatan. Dukungan dari manajemen sangat penting karena kegagalan dalam
penerapan BBS biasanya disebabkan oleh kurangnya dukungan dan komitmen dari
manajemen.

1.5. Prinsip - Prinsip Behaviour Based Safety

Terdapat 7 (tujuh ) Prinsip dalam Behaviour Based Safety yaitu :

a. Prinsip pertama

Sepenuhnya melibatkan karyawan mulai dari tingkat structural hingga fungsional untuk
pentingnya perilaku berdasarkan keselamatan serta menetapkan standar untuk semua
karyawan di semua tingkatan untuk berpartisipasi dalam menciptakan perilaku yang
aman di dalam lingkungan kerja maupun saat bekerja.

b. Prinsip kedua

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 6


Menjelaskan bahwa sekecil apapun perilaku yang tidak aman dapat menyebabkan
kecelakaan dan meningkatkan jumlah angka kecelakaan dan cedera. Menciptakan
checklist untuk berperilaku aman dan disetujui oleh seluruh karyawan sebagai monitor
untuk menciptakan perilaku aman di dalam bekerja.

c. Prinsip ketiga

Pelatihan terhadap seluruh karyawan tentang perilaku keselamatan untuk berperan


sebagai pemantau berjalannya perilaku keselamatan, sebagai pengamat aktif terhadap
perilaku keselamatan di dalam bekerja keamanan melaporkan keterlibatan dan
kepatuhan karyawan dalam melaksanakan atau melakukan perilaku aman.

d. Prinsip keempat

Mengulas tentang kecelakaan atau kejadian yang menyebabkan cedera yang


sebelumnya pernah terjadi di dalam perusahaan yang berguna untuk pengambilan
keputusan serta implementasi perubahan.

e. Prinsip kelima dan keenam

Meningkatan intervensi atau keterlibatan seluruh karyawan melalui pertemuan rutin dan
pengemukaan pendapat yang berkaitan dengan kelangsungan program perilaku
berbasis keselamatan serta memberikan evaluasi kepada karyawan tentang praktik
individu yang telah mereka laksanakan sesuai dengan standar perilaku keselamatan
yang telah ditetapkan.

f. Prinsip ketujuh

Komitmen manajemen atau pemimpin adalah kunci penting untuk memberikan


pendampingan dan contoh bagi karyawan untuk melakukan perilaku yang aman dalam
bekerja serta lingkungan kerja.

2. ANALISIS PERILAKU (BEHAVIOURAL ANALYSIS)

Pengertian Analisis Perilaku

Analisis perilaku merupakan ilmu perilaku yang mengembangkan serta menganalisis prosedur-
prosedur praktek secara eksperimental supaya menghasilkan perubahan perilaku yang
bermakna secara sosial. Analisis perilaku juga dikenal sebagai disiplin ilmu yang mempelajari
kaitan-kaitan antara perilaku dan lingkungan (Interpersonal atau fisik) dan memodifikasi kaitan-
kaitan ini sedemikian rupa sehingga dapat membantu individu mengadopsi perilaku baru yang
lebih fungsional.

Dalam Behaviour Based Safety, perilaku dijelaskan dalam model ABC :

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 7


Model ABC terdiri dari 3 Elemen, yaitu :

a. Activator/Antecedent dapat dideskripsikan sebagai orang, tempat, sesuatu, atau


kejadian yang datang sebelum perilaku terbentuk yang dapat mendorong kita untuk
melakukan sesuatu atau berkelakuan tertentu. Antecedents ini keberadaanya tidak
dapat dikendalikan

Karakteristik utama dari antecedents adalah sebagai berikut (Isaac, 2000):


 Selalu ada sebelum perilaku terbentuk
 Menyediakan informasi tertentu.
 Selalu berpasangan dengan consequences
 Consequences yang muncul bisa jadi merupakan antecedents
 Antecedents tanpa diikuti consequences mempunyai dampak jangka pendek.

Beberapa contoh variabel yang dikategorikan sebagai antecedents antara lain tujuan,
sasaran, insentif, deskripsi jabatan (job description), kebijakan, prosedur, standar,
kaidah-kaidah formal, regulasi, hasil rapat, peralatan, bahan mentah, kondisi kerja,
pengarahan dan instruksi. Antecedents ini mempengaruhi perilaku dan kinerja
seseorang, tetapi tidak menjamin bahwa output yang dihasilkan benar-benar bisa
terjadi. Sistem insentif, pelatihan, dan pengembangan kemungkinan merupakan
antecedents yang efektif untuk mengubah perilaku dan meningkatkan kinerja, namun
tidak semuanya bisa menghasilkan output sebagaimana dikehendaki.

Perilaku seseorang yang “dominan” di organisasi juga merupakan antecedents.


Tindakan seorang pimpinan atau pegawai yang sangat berprestasi, maka akan
mempengaruhi para pegawai yang lain. Jika seorang pimpinan datang ke kantor lebih

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 8


awal dan pulang lebih akhir maka para bawahan dan pegawai lain akan melakukan
tindakan yang sama dengan pimpinannya. Jadi seseorang akan meniru apa yang telah
dilakukan oleh orang lain yang dianggap mempunyai pengaruh besar di dalam
organisasi.

b. Behavior / perilaku adalah sesuatu yang dilakukan oleh seseorang yang dapat kita lihat,
seperti yang sudah dijelaskan diatas, perilaku adalah apa yang seseorang katakan atau
lakukan yang merupakan hasil dari pikirannya, perasaannya, atau diyakininya. Teori
motivasi menjelaskan bagaiamana individu-individu dapat dipengaruhi untuk bisa
menyesuaikan diri pada perilaku yang baru. Sebagian besar strategi organisasi adalah
mensyaratkan terjadinya perubahan perilaku di tempat kerja. Dalam hal ini sebenarnya
yang terjadi adalah proses penyesuaian diri pada perilaku baru yang akan dibentuk
tersebut oleh individu dan organisasi. Dalam hal ini akan terjadi proses pembelajaran
baik bagi individu maupun organisasi tentang perilaku mana yang sukses dan mana
yang gagal. Jadi, model pengukuran kinerja diharapkan mampu menjadikan entitas
menjadi sebuah organisasi pembelajaran (learning organisation).

c. Consequences (Konsekuensi) adalah kejadian-kejadian yang mengikuti perilaku dan


mengubah adanya kemungkinan perilaku akan terjadi kembali di masa datang.

Ada 2 jenis konsekuensi yaitu konsekuensi positif dan negatif.

 Contoh konsekuensi positif :


 Tool Box Meeting / Morning Briefing
 Bekerja sesuai instruksi dan prosedur
 Safety Briefing / Safety Induction

 Contoh Konsekuensi Negatif :.


 Merokok di area yang mudah terbakar
 Tidak mengunakan APD di pekerjaan yang High Risk
 Tidak melaksanakan instruksi kerja / prosedur kerja

Contoh dari konsekuensi negatif di atas adalah hasil dari unsafe action (Tindakan tidak
aman). Unsafe action bisa menyebabkan kecelakaan baik itu kecelakaan ringan
ataupun fatal tergantung dari resiko dari pekerjaan yang dilakukannya. Berikut ini
beberapa alasan orang melakukan unsafe action :
- Kesadaran
- Kebiasaan
- Tidak disengaja
- Terlalu percaya diri / merasa sudah sangat berpengalaman

Adapun BBS berfokus pada Kebiasaan dan perilaku yang tidak disengaja.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 9


Lawan dari at unsafe action (Tindakan tidak aman) adalah Safe action (Tindakan aman)
yang apabila dilaksanakan secara konsisten maka hal tersebut merupakan upaya
pencegahan kecelakaan.

Adapun hal-hal yang berkaitan dengan konsekuensi yaitu:

 Reinforcement (Penguatan)

Penguatan berarti memperkuat. Penguatan (reinforcement) adalah konsekuensi


yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Istilah
reinforcement mengacu pada peristiwa-peristiwa yang memperkuat perilaku. Ada
2 macam Reinforcement (Penguatan) :

 Reinforcement Positif

Reinforcement positif adalah peristiwa menyenangkan dan diinginkan,


peristiwa ramah, yang mengikuti sebuah perilaku.

Contoh: Para pekerja menggunakan APD dan mengikuti prosedur kerja


setiap kali melakukan pekerjaan, maka akan terjadi penurunan angka
kecelakaan dan cedera dalam bekerja. Tipe reinforcement ini menguatkan
perilaku atau meningkatkan kemungkinan perilaku tersebut akan terjadi lagi
(Baer, Wolf & Risley, 1968; Miler, 1980).

Sedangkan menurut Skinner (1930) Penguatan positif adalah penguatan


berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti
dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Bentuk-bentuk penguatan
positif adalah berupa hadiah atau penghargaan

Contoh: manajemen akan memberikan penghargaan atau penilaian lebih


kepada para pekerja yang mau mengunakan APD dan melaksanakan
prosedur kerja saat melaksanakan pekerjaan.

 Reinforcement negatif

Reinforcement negatif adalah peristiwa (atau persepsi dari suatu peristiwa)


yang tidak menyenangkan dan tidak diinginkan, ini juga memperkuat
perilaku. Karena seorang cenderung mengulangi perilaku yang dapat
menghentikan peristiwa yang tidak menyenangkan.

Contoh: Makin banyak karyawan menggunakan APD meskipun tidak


nyaman dan terdapat sanksi-sanksi dalam penilaian kinerja perusahaan,
supaya dapat meredakan ketakutan mereka terhadap kecelakaan. Usaha
mengurangi ketakutan itulah yang menguatkan pemakaian APD. Sedangkan
menurut Skinner 1930, reinforcement negatif adalah penguatan berdasarkan
prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan
penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal


10
bentuk penguatan negatif antara lain: tidak memberi penghargaan,
menunjukkan perilaku tidak senang, memberikan teguran langsung.

Contoh: Para pekerja menghadiri sosialisasi yang didalam materi tersebut


menjelaskan atau memperlihatkan dampak dari tidak dilaksanakannya K3
didalam pekerjaan yang berupa kecelakaan kerja, merasa tidak nyaman, dan
merasa takut, oleh instruktur diberikan penjelasan dan penguatan agar tidak
merasa takut dan ini merupakan contoh bahwa K3 dalam pekerjaan itu
sangatlah penting

Satu cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan positif dan


penguatan negatif adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang
ditambahkan atau diperoleh. Dalam penguatan negatif, ada sesuatu yang
dikurangi atau dihilangkan.

 Punishment (Hukuman)

Hukuman (punishment) adalah suatu konsekuensi negatif yang menekan atau


melemahkan perilaku.

Misalnya: Manajemen memberikan surat peringatan atau memberikan nilai jelek


terhadap kinerja pegawai yang secara tidak konsisten melakukan menggunakan
APD atau melaksanakan perilaku aman dalam bekerja. Dengan adanya hukuman
maka perilaku yang tidak aman diharapkan dapat dihentikan.

Prosedur Hukuman adalah suatu prosedur yang umumnya dicadangkan untuk


perilaku yang tak adaptif, seperti perilaku Destruktif terhadap diri sendiri maupun
terhadap lingkungan, dan perilaku negatif lain yang terus mengganggu fungsi
adaptif seseorang atau orang lain disekitarnya.

Konsekuensi terhadap suatu hal negatif untuk memperlemah perilaku membuat


seseorang yang berperilaku tersebut merasa diperlakukan aversif/ undesirable.

Keunggulan prosedur hukuman adalah:

 Menghentikan dengan cepat

 Memudahkan deskriminasi

 Subyek dapat membedakan dalam situasi mana perilakunya harus


dihilangkan

 Merupakan pelajaran bagi orang lain.

Adapun kelemahannya yaitu hukuman merupakan tindakan dari luar (eksternal)


dan tidak ada motivasi internal dari awal. Hukuman harus dihindari karena adanya
hasil sampingan yang bersifat emosional dan tidak menjamin timbulnya tingkah
laku positif yang diinginkan.

 Ignoring

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 11


Merupakan Pengabaian terhadap suatu perilaku (baik yang diinginkan maupun
yang tidak diinginkan)

Contoh: Pekerja yang konsisten menggunakan APD atau melaksanakan prosedur


tidak diberikan penghargaan (penguatan positif) atau sebaliknya ketika pekerja
merasa tidak nyaman mengunakan APD atau prosedur kerja tidak dilakukan
proses pembelajaran kembali / sosialisasi (penguatan negatif) atau dinilai jelek
dalam penilaian kinerja (sebagai Punishment)

Dari beberapa penjelasan serta kasus diatas dari penerapan analisis perilaku
maka dapat dibuat kolom untuk memetakan perilaku yang dapat diobservasi,
antesenden yang direncanakan atau antesenden terencana dan penetapan
konsekuensi. Tetapi sebelum masuk ke dalam penjelasan kolom pemetaan maka
ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan konsekuensi
terhadap pekerja, yaitu :

 Perilaku sasaran ada, tetapi tidak dalam frekuensi yang cukup

Contoh: Pekerja menggunakan APD saat melaksanakan tetapi tidak rutin


dalam memakai APD tersebut.

 Perilaku sasaran ada,tetapi tidak dalam jangka waktu yang mencukupi

Contohnya: pekerja menggunakan APD hanya pada saat dilakukan audit


atau inspeksi

 Perilaku sasaran ada,tetapi tidak dalam bentuk yang diharapkan

Contoh : Para pekerja ingin menggunakan APD tetapi APD yang tersedia
sangatlah terbatas untuk digunakan seluruh pekerja

 Perilaku sasaran ada,tetapi tidak tepat dalam saat yang tepat

Contoh : Pekerja mengunakan APD pada saat dia mengalami kecelakaan


kerja.

 Perilaku sasaran tidak ada sama sekali

Contoh : Pekerja tidak mengunakan APD pada saat melakukan pekerjaan.

 Ada Perilaku tandingan

Contoh : Pekerja mengunakan APD akan mendapatkan reward dari


manajemen

 Perilaku sasaran merupakan perilaku kompleks

Contoh : Pekerja yang baru terjun didalam pekerjaan diberikan pendidikan


atau pengetahuan tentang penggunaan APD dan bekerja berdasarkan
keselamatan.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal


12
Contoh Kolom penerapan Analisis Perilaku :

NO Perilaku yang diobervasi Antesenden Terencana Konsekuensi

1 Pekerja tidak mengetahui Memberikan sosialisasi, Para pekerja yang mau


tentang keselamatan kerja pendidikan serta pelatihan mendengarkan sosialisasi,
dan dampak dari Tentang keselamatan kerja pendidikan serta pelatihan
kecelakaan kerja serta memberikan tata cara diberikan reward
pencegahan secara
langsung atau audio visual

2 Pekerja mulai Pekerja mengajak rekannya Manajemen memberikan


menggunakan APD dan untuk mengunakan APD reward bagi pekerja yang mau
mematuhi prosedur kerja pada saat melaksanakan menggunakan APD dan
dalam melaksanakan pekerjaan mematuhi prosedur kerja saat
pekerjaan melaksanakan pekerjaan.

3 Pekerja merasa takut atau Para pekerja menyampaikan instruktur memberikan


was was saat diberikan ketakutan mereka kepada motivasi dan pendekatan
penjelasan tentang dampak rekan kerjanya kepada pekerja agar tidak
dari tidak mematuhi takut karena manfaatnya
keselamatan kerja yaitu untuk keselamatan kerja
kecelakaan kerja pekerja di lapangan

3. DEVELOPMENT OF CRITICAL BEHAVIOURAL CHECKLIST


(PENGEMBANGAN CHECKLIST PERILAKU KRITIS/BERBAHAYA)

Dalam proses Behaviour Based Safety, salah satu nya terdapat identify critical behavioural atau
mengidentifikasi perilaku kritis/berbahaya, sebelum kita membahas tentang checklist perilaku
kritis/berbahaya, langkah awal yang harus lakukan adalah mengidentifikasi perilaku kritis atau
berbahaya yang berpotensi menyebabkan cedera atau kecelakaan. Seperti diilustrasikan
dalam bagan di halaman sebelumnya, perilaku yang tidak aman menjadi penyebab terbesar
dari kecelakaan/insiden. Langkah-langkah ini akan membantu Anda mengidentifikasi perilaku
yang perlu diubah. Untuk menentukan mengapa karyawan tersebut melakukan tugas ini
dengan cara yang tidak aman, hal ini akan kami jelaskan pada Analisis Perilaku kritis /
berbahaya.

 Langkah untuk mengidentifikasi perilaku kritis atau berbahaya :

 Lihatlah tren kecelakaan / insiden yang sering terjadi untuk menentukan risiko
terbesar yang menyebabkan kecelakaan

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal


13
 Melakukan evaluasi terhadap bahaya dari seluruh fasilitas baik peralatan maupun
tempat kerja untuk menentukan daerah-daerah atau peralatan yang memiliki risiko
terbesar yang dapat menyebabkan kecelakaan

 Lihatlah pekerjaan yang memiliki potensi bahaya yang tinggi yang dapat
menyebabkan kecelakaan hingga kematian. Sebagai contoh : pekerjaan
pemeliharaan pada jaringan tegangan menengah.

 Tentukan praktek tersebut :

Setelah perilaku, peralatan, maupun pekerjaan telah diidentifikasi, kemudian uraikan


langkah tersebut ke dalam proses. Langkah-langkah harus cukup rinci sehingga
karyawan atau pengawas K3 dapat mengevaluasi. Sebagai contoh, salah satu item
pada checklist adalah alat pelindung diri (APD). Uraikan secara spesifik tentang APD
jenis apa yang diperlukan.

 Uraikan pekerjaan menjadi empat perilaku kritis / berbahaya, yaitu :

 APD (Alat Pelindung Diri) - Tentukan apa saja alat pelindung diri yang diperlukan
untuk melakukan pekerjaan. Uraikan secara spesifik sehingga orang yang
melakukan pengamatan tahu persis apa yang harus dicari.

 Tata ruang - Pengamat akan mengevaluasi area kerja dan mendokumentasikan


perilaku serta kondisi kritis atau berbahaya dan hambatan untuk keselamatan
kerja.

 Pengunaan Peralatan dan Perlengkapan - pengamat perlu mengetahui alat-alat


dan peralatan yang sesuai yang akan digunakan saat melakukan tugas ini.
Mereka juga harus memahami bagaimana alat-alat yang akan digunakan dengan
aman.

 Memposisikan tubuh/Perlindungan - pengamat akan menentukan apakah


karyawan tersebut melaksanakan tugas dengan cara yang akan melindunginya
dari benda jatuh, paparan bahan kimia, terjatuh dari ketinggian, tersengat listrik dll

Alur Metode Check List

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal


14
4. OBSERVATION METHODOLOGY (METODE OBSERVASI)

Observasi adalah metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung atau peninjauan
secara cermat dan langsung di lapangan atau lokasi penelitian. Dalam hal ini, peneliti dengan
berpedoman kepada desain penelitiannya perlu mengunjungi lokasi penelitian untuk
mengamati langsung berbagai hal atau kondisi yang ada di lapangan. Penemuan ilmu
pengetahuan selalu dimulai dengan observasi dan kembali kepada observasi untuk
membuktikan kebenaran ilmu pengetahuan tersebut.

4.1. Tujuan Observasi

Dengan observasi kita dapat memperoleh gambaran tentang kehidupan sosial yang sukar
untuk diketahui dengan metode lainnya. Observasi dilakukan untuk menjajaki sehingga
berfungsi eksploitasi. Dari hasil observasi kita akan memperoleh gambaran yang jelas tentang
masalahnya dan mungkin petunjuk-petunjuk tentang cara pemecahannya. Jadi, jelas bahwa

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal


15
tujuan observasi adalah untuk memperoleh berbagai data konkret secara langsung di lapangan
atau tempat penelitian.

4.2. Jenis-jenis Observasi

Berdasarkan pelaksanaan, observasi dapat dibagi dalam dua jenis, yaitu observasi partisipasi
dan observasi non partisipasi.

a. Observasi partisipasi.

Observasi partisipasi adalah observasi yang melibatkan peneliti atau observer secara
langsung dalam kegiatan pengamatan di lapangan. Jadi, peneliti bertindak sebagai
observer, artinya peneliti merupakan bagian dari kelompok yang ditelitinya. Keuntungan
cara ini adalah peneliti merupakan bagian yang integral dari situasi yang dipelajarinya
sehingga kehadirannya tidak memengaruhi situasi penelitian. Kelemahannya, yaitu ada
kecenderungan peneliti terlampau terlibat dalam situasi itu sehingga prosedur yang
berikutnya tidak mudah dicek kebenarannya oleh peneliti lain.

b. Observasi non partisipasi.

Observasi non partisipasi adalah observasi yang dalam pelaksanaannya tidak


melibatkan peneliti sebagai partisipasi atau kelompok yang diteliti. Cara ini banyak
dilakukan pada saat ini. Kelemahan cara ini antara lain kehadiran pengamat dapat
memengaruhi sikap dan perilaku orang yang diamatinya.

4.3. Instrumen yang Digunakan dalam Melakukan Observasi

Instrumen yang digunakan dalam melakukan observasi, yaitu checklist, rating scale, anecdotal
record, catatan berkala, dan mechanical device.

a. Check list, merupakan suatu daftar yang berisikan nama-nama responden dan faktor-
faktor yang akan diamati.

b. Rating scale, merupakan instrumen untuk mencatat gejala menurut tingkatan-


tingkatannya.

c. Anecdotal record, merupakan catatan yang dibuat oleh peneliti mengenai kelakuan-
kelakuan luar biasa yang ditampilkan oleh responden.

d. Mechanical device, merupakan alat mekanik yang digunakan untuk memotret peristiwa-
peristiwa tertentu yang ditampilkan oleh responden.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal


16
4.4. Keuntungan dan Kelemahan Penggunaan Observasi dalam Pengumpulan
Data

a. Kelebihan observasi.

Kelebihan dari observasi, antara lain:.

 Pengamat mempunyai kemungkinan untuk langsung mencatat hal-hal, perilaku


pertumbuhan, dan sebagainya, sewaktu kejadian tersebut masih berlaku, atau
sewaktu perilaku sedang terjadi sehingga pengamat tidak menggantungkan
data-data dari ingatan seseorang.

 Pengamat dapat memperoleh data dan subjek, baik dengan berkomunikasi


verbal ataupun tidak, misalnya dalam melakukan penelitian. Sering subjek tidak
mau berkomunikasi secara verbal dengan peneliti karena takut, tidak punya
waktu atau enggan. Namun, hal ini dapat diatasi dengan adanya pengamatan
(observasi) langsung.

b. Kelemahan observasi.

Kelemahan dari observasi, antara lain:.

 Memerlukan waktu yang relatif lama untuk memperoleh pengamatan langsung


terhadap satu kejadian, misalnya adat penguburan suku Toraja dalam peristiwa
ritual kematian, maka seorang peneliti harus menunggu adanya upacara adat
tersebut.

 Pengamat biasanya tidak dapat melakukan terhadap suatu fenomena yang


berlangsung lama, contohnya kita ingin mengamati fenomena perubahan suatu
masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern akan sulit atau tidak
mungkin dilakukan.

 Adanya kegiatan-kegiatan yang tidak mungkin diamati, misalnya kegiatan-


kegiatan yang berkaitan dengan hal-hal yang sifatnya pribadi, seperti kita ingin
mengetahui perilaku anak saat orang tua sedang bertengkar, kita tidak mungkin
melakukan pengamatan langsung terhadap konflik keluarga tersebut karena
kurang jelas.

4.5. Langkah-langkah dalam Observasi

Langkah-langkah dalam melakukan observasi adalah sebagai berikut :.

a. Harus diketahui di mana observasi itu dapat dilakukan.

b. Harus ditentukan dengan pasti siapa saja yang akan diobservasi.

c. Harus diketahui dengan jelas data-data apa saja yang diperlukan.


Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal
17
d. Harus diketahui bagaimana cara mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar.

e. Harus diketahui tentang cara mencatat hasi! observasi, seperti telah menyediakan buku
catatan, kamera, tape recorder, dan alat-alat tulis lainnya.

4.6. Beberapa Hal yang Menjadi Bahan Pengamatan

Hal-hal yang biasanya menjadi pengamatan seorang peneliti yang menggunakan metode
pengamatan adalah sebagai berikut :

a. Pelaku atau partisipan, menyangkut siapa saja yang terlibat dalam kegiatan yang
diamati, apa status mereka, bagaimana hubungan mereka dengan kegiatan tersebut,
bagaimana kedudukan mereka dalam masyarakat atau budaya tempat kegiatan
tersebut, kegiatan menyangkut apa yang dilakukan oleh partisipan, apa yang
mendorong mereka melakukannya, bagaimana bentuk kegiatan tersebut, serta akibat
dari kegiatan tersebut.

b. Tujuan, menyangkut apa yang diharapkan partisipan dari kegiatan atau peristiwa yang
diamati.

c. Perasaan, menyangkut ungkapan-ungkapan emosi partisipan, baik itu dalam bentuk


tindakan, ucapan, ekspresi muka, atau gerak tubuh.

d. Ruang atau tempat, menyangkut lokasi dari peristiwa yang diamati serta pandangan
para partisipan tentang waktu.

e. Waktu, menyangkut jangka waktu kegiatan atau peristiwa yang diamati serta
pandangan para partisipan tentang waktu.

f. Benda atau alat, menyangkut jenis, bentuk, bahan, dan kegunaan benda atau alat yang
dipakai pada saat kegiatan berlangsung.

g. Peristiwa, menyangkut kejadian-kejadian lain yang terjadi bersamaan atau seiring


dengan kegiatan yang diamati.

4.7. Bentuk-bentuk Metode Pengamatan

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal


18
Berdasarkan keterlibatan penelitinya, metode pangamatan dibedakan sebagai berikut :

a. Pengamatan biasa.

Pada pengamatan biasa, pengamat merupakan orang yang sepenuhnya melakukan


pengamatan (complete observer), la tidak memiliki keterlibatan apa pun dengan pelaku
yang menjadi objek penelitian.

b. Pengamatan terkendali (controlled observation).

Dalam pengamatan terkendali, pengamat juga sepenuhnya melakukan pengamatan. la


tidak memiliki hubungan apa pun dengan objek (pelaku) yang diamatinya. Akan tetapi,
berbeda dengan pengamatan biasa pada pengamatan terkendali orang yang menjadi
sasaran penelitian ditempatkan dalam suatu ruangan yang dapat diamati oleh peneliti.
Dalam lingkungan yang terbatas tersebut, pengamat mengadakan berbagai percobaan
atas diri para sasaran penelitian.Pengamatan terkendali umumnya dikembangkan untuk
meningkatkan ketepatan dalam melaporkan hasil pengamatan dan biasanya banyak
digunakan dalam penelitian yang mengkhususkan perhatian pada usaha mengetahui
sebanyak mungkin sifat kelompok kecil.

c. Pengamatan terlibat (participant observation).

Pengamatan terlibat merupakan jenis pengamatan yang paling sering digunakan dalam
penelitian antropologi khususnya etnografi. Metode semacam ini dalam bahasa Jerman
disebut juga verstehen, yaitu suatu metode yang memungkinkan terjadinya keterlibatan
seorang peneliti pada masyarakat yang dijadikan objek penelitiannya. Dalam
pengamatan terlibat, pengamat ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang diamati.
Caranya peneliti datang ke lokasi penelitian, tinggal di tempat tersebut untuk jangka
waktu tertentu, mempelajari bahasa, atau dialek setempat, kemudian berpartisipasi
dalam kehidupan sehari-hari sambil melakukan pengamatan.

Berdasarkan tingkat keterlibatan penelitinya, pengamatan terlibat dibedakan sebagai


berikut :

 Pengamat sepenuhnya terlibat (completeparticipation).


Pada pengamatan jenis ini, pengamat sepenuhnya terlibat sehingga pelaku
yangmenjadi objek penelitian tidak mengetahui bahwa mereka sedang diamati.

 Pengamat berperan sebagai peserta (observeras participant).


Pada pengamatan jenis ini, keterlibatan pengamat dalam kegiatan-kegiatan yang
diselenggarakan objekyang diteliti masih ada. Namun, keterlibatan ini bersifat
sangat terbatas karena pengamat berada di tempat penelitian hanya untuk jangka
pendek. Dibandingkan dengan pengamatan penuh, pengamatan jenis ini jelas
relatif lebih mudah dan lebih cepat dilakukan.

 Pengamat berperan sebagai pengamat (complete participant as observer).

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal


19
Pada pengamatan jenis ini, status pengamat selaku peneliti diketahui para pelaku
yang menjadi objek penelitian. Selain berdasarkan tingkat keterlibatan penelitinya,
metode pengamatan juga dibagi berdasarkan cara pengamatan yang dilakukan
seperti berikut ini :

- Pengamatan tidak berstruktur.

Pada pengamatan yang tidak berstruktur, tidak ada suatu ketentuan


mengenai apa yang harus diamati oleh pengamat. Sebelum mulai
mengumpulkan data, pengamatnya tidak mempunyai format pencatatan atau
ketentuan baku tentang cara-cara pencatatan hasil pengamatan.
Pengamatan yang tidak berstruktur sering digunakan dalam penelitian-
penelitian antropologi ataupun dalam penelitian yang sifatnya eksploratori.

- Pengamatan berstruktur.

Pada pengamatan berstruktur, apa yang hendak diamati telah direncanakan


oleh peneliti secara sistematis, sehingga isi pengamatan lebih sempit dan
lebih terarah dibanding isi pengamatan yang tidak berstruktur. Dalam
mengumpulkan data, peneliti berpedoman kepada format pencatatan atau
ketentuan baku yang telah ditetapkan sebelumnya.

4.8. Alat-alat Pengamatan

Untuk menambah ketepatan pengamatan, selain dilengkapi dengan alat-alat untuk mencatat,
biasanya peneliti juga dilengkapi dengan alat-alat sebagai berikut.

a. Tape recorder, untuk merekam pembicaraan.

b. Kamera, untuk merekam berbagai kegiatan secara visual.

c. Film atau video, untuk merekam kegiatan objek penelitian secara audio-visual.

d. Buku dan pulpen, untuk mencatat hasil penelitian.

Seorang pengamat tentu saja tidak harus menggunakan seluruh peralatan di atas.
Penggunaan alat-alat tersebut disesuaikan dengan kebutuhan penelitian dan kemampuan
peneliti.

4.9. Prinsip-prinsip Pengamatan

Untuk memperoleh hasil yang baik, seseorang yang hendak melakukan pengamatan sebaiknya
memerhatikan prinsip-prinsip pengamatan sebagai berikut :

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal


20
a. Pengamatan sebagai suatu cara pengumpulan data harus dilakukan secara cermat,
jujur, dan objektif serta terfokus pada objek yang diteliti.

b. Dalam menentukan objek yang hendak diamati, seorang pengamat harus mengingat
bahwa makin banyak objek yang diamati, makin sulit pengamatan dilakukan dan makin
tidak teliti hasilnya.

c. Sebelum pengamatan dilaksanakan, pengamat sebaiknya menentukan cara dan


prosedur pengamatan.

d. Agar pengamatan lancar, pengamat perlu memahami apa yang hendak dicatat serta
bagaimana membuat catatan atas hasil pengamatan yang terkumpul.

5. COMMUNICATION SKILLS (KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI)

5.1. Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah pemindahan dan pemahaman makna. Pengertian lain dari komunikasi
adalah suatu proses dalam seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi, dan
masyarakat yang menciptakan atau menggunakan informasi agar terhubung dengan
lingkungan dan orang lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal
yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat
dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-
gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala,
mengangkat bahu, cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal. Selain itu
dapat menggunakan komunikasi tertulis, sebagai contoh melalui tulisan artikel, blog di internet
dll.

5.2. Komponen Komunikasi

Komponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar komunikasi bisa berlangsung
dengan baik. Menurut Laswell komponen-komponen komunikasi adalah:

a. Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan pesan kepada
pihak lain.

b. Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak
kepada pihak lain.

c. Saluran (channel) adalah media dimana pesan disampaikan kepada komunikan. dalam
komunikasi antar-pribadi (tatap muka) saluran dapat berupa udara yang mengalirkan
getaran nada/suara.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal


21
d. Penerima atau komunikate (receiver) adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain

e. Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi pesan yang
disampaikannya.

f. Aturan yang disepakati para pelaku komunikasi tentang bagaimana komunikasi itu akan
dijalankan (Protokol)

5.3. Proses Komunikasi

Secara ringkas, proses berlangsungnya komunikasi bisa digambarkan seperti berikut :

a. Komunikator (sender) yang mempunyai maksud berkomunikasi dengan orang lain


mengirimkan suatu pesan kepada orang yang dimaksud. Pesan yang disampaikan itu
bisa berupa informasi dalam bentuk bahasa ataupun lewat simbol-simbol yang bisa
dimengerti kedua pihak.

b. Pesan (message) itu disampaikan atau dibawa melalui suatu media atau saluran baik
secara langsung maupun tidak langsung. Contohnya berbicara langsung melalui
telepon, surat, e-mail, atau media lainnya

Media (channel) alat yang menjadi penyampai pesan dari komunikator ke komunikan :

 Komunikan (receiver) menerima pesan yang disampaikan dan menerjemahkan isi


pesan yang diterimanya ke dalam bahasa yang dimengerti oleh komunikan itu sendiri.

 Komunikan (receiver) memberikan umpan balik (feedback) atau tanggapan atas pesan
yang dikirimkan kepadanya, apakah dia mengerti atau memahami pesan yang
dimaksud oleh si pengirim.

Penjelasan merupakan arti komunikasi secara luas, bagaimana dengan kemampuan


komunikasi tentang keselamatan ?? apakah sama dengan komunikasi pada umumnya ??

Komunikasi adalah jalan dua arah. Jika seseorang mengatakan sesuatu kepada Anda, Anda
diharapkan untuk memberikan respon. Apabila komunikasi hanya tercipta satu arah saja, maka
komunikasi tersebut dapat dikatakan tidak efektif.

5.4. Kemampuan Berkomunikasi Tentang Keselamatan

Dalam berkomunikasi dalam menyampaikan tentang keselamatan dapat dilakukan dengan 3


cara, yaitu :

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal


22
a. Agresif

Perilaku dimana Anda akan mempertahankan Sikap dan Pendapat, tanpa


mempedulikan orang lain, dan menginginkan hasil akhirnya sebagai Pemenang dari
Komunikasi yang terjadi. Sikap dan Perilaku Agresif dicirikan dengan :

 Terlalu banyak membuat permintaan kepada orang lain

 Terlalu dominan dalam menyuruh dan memerintah orang lain

 Kontak Mata cenderung Tegas dan Melotot kepada lawan bicara

 Bahasa Tubuh kaku dan menunjuk-nunjuk atau mengepalkan tangan

 Postur Tubuh Tegang dan cenderung membusungkan dada

 Ekspresi muka tampak memerah atau menahan emosi

 Intonasi suara tinggi dan berbicara keras dengan berapi-api.

b. Pasif

Perilaku atau Sikap Pasif ibarat Anda selalu menghindari Konflik atau Konfrontasi
dengan lawan bicara, demi menjaga suasana damai dan tenang. Anda cenderung
mengalah demi kelanggengan hubungan yang telah terjalin, dengan mengorbankan
kepentingan pribadi yang mungkin saja lebih penting daripada hubungan komunikasi
tersebut. Sikap Pasif dapat terlihat dari beberapa hal berikut:

 Tidak mampu membuat permintaan kepada lawan bicara atau orang lain

 Cenderung menyimpan keinginan dalam hati dan enggan untuk diungkapkan

 Tidak mampu berkata “tidak” atau menolak permintaan orang lain, walau
sebenarnya tidak menginginkan permintaan tersebut

 Menghindari Kontak Mata lawan dan tidak mampu menatap lawan bicara

 Bahasa Tubuh gugup, salah tingkah, dan tangan cenderung berkeringat

 Postur Tubuh cenderung bungkuk, lemah atau lemas

 Muka memerah karena menahan malu atau pucat

 Berbicara pelan bahkan nyaris tidak terdengar

c. Asertif / Tegas

Perilaku atau Sikap inilah yang merupakan salah satu Tabiat atau Perilaku Manusia
Efektif. Anda tidak mengorbankan orang lain demi kepentingan pribadi pun sebaliknya
tidak semena-mena menahan diri dari intervensi orang lain. Anda mengajak lawan
bicara untuk menemukan kemenangan bersama atau Mendahulukan Menang-menang.
Perilaku Asertif adalah contoh Komunikasi Efektif yang berguna dalam Pengembangan

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal


23
Diri dan Profesi Anda. Berikut beberapa indikasi yang dapat Anda jadikan sebagai
petunjuk dalam mengembangkan Sikap atau Perilaku Asertif, yakni:

 Mampu membuat permintaan kepada orang lain dengan cara wajar, tanpa
menunjukkan Sikap Kuasa atau Kata Perintah.

 Mampu menolak Permintaan Orang lain dengan Sikap Wajar, Sopan dan Tidak
menyakiti Perasaan Orang lain dan Perasaan Diri Sendiri.

 Kontak Mata terjadi secara Wajar, dengan Pandangan yang Tenang dan Pantas

 Bahasa Tubuh luwes, tenang dan wajar dengan aura keakraban

 Postur Tubuh Tegap, Tenang dan Rileks

 Muka tampak berseri-seri, penuh senyuman dan Ekspresi wajar

 Berbicara dengan Intonasi Sedang, Volume Suara Cukup, dan terasa Lemah
Lembut.

Sikap dan Perilaku yang Anda pilih dalam sebuah hubungan Komunikasi menjadi dasar
keberhasilan dan keberlangsungan relasi dengan Rekan Kerja, Kolega, Atasan dan
Bawahan, Teman dan Sahabat. Sikap Asertif adalah pilihan Perilaku Komunikasi yang
Efektif dalam Jangka Pendek atau Jangka Panjang. Anda mengajarkan Diri Sendiri dan
Orang lain dalam mengutamakan Hubungan Menang-menang satu dan lainnya.

Bagaimana komunikasi asertif / tegas akan mempengaruhi penerapan keselamatan di


tempat kerja ?

 Mulailah dengan asumsi bahwa mereka tidak tahu sesuatu yang Anda tahu atau
tidak melihat sesuatu yang Anda lihat

 Komunikasikan tentang tindakan yang tidak aman, dikarenakan selain topik ini
banyak terjadi dilapangan dan menjadi penyebab kecelakaan, topik ini juga
dapat mengarah langsung kepada pekerja yang kesehariannya masih
melakukan tindakan yang tidak aman dalam bekerja dan lingkungan kerja.

Ada beberapa tata dalam mengkomunikasian tindakan tidak aman :

 Mengatur suasana untuk memulai percakapan

 Pujilah kerja keras mereka sebelum memulai percakapan kritis atau


percakapan yang mulai masuk kepada perilaku mereka di lapangan.

 Jika umpan balik yang anda harapkan tidak didapatkan saat mereka
bekerja atau mereka masih melakukan kegiatan, jam istirahat adalah
waktu yang tepat bagi anda berbagi apa yang Anda amati.

 Tunjukkan sikap peduli, dan menjelaskan bahwa tidak ada pekerjaan


sangat mendesak atau penting yang tidak dapat dilakukan secara aman.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal


24
 Hindari pernyataan menyerang dan menuduh.

Hindari perilaku yang tidak pantas dan memojokkan secara individu, anda harus
benar-benar mengerti mengapa perilaku tidak aman yang anda amati itu terjadi.
Karena meminta dan mendengarkan adalah satu-satunya cara untuk sampai
pertanyaan "mengapa mereka melakukan itu".

 Meminta maaf lah jika diperlukan.

Jika dalam percakapan anda kehilangan kesabaran dikarenakan


mempertahankan argumen anda tentang keselamatan, segeralah sadari dan
minta maaf, jelaskan kepada mereka mengapa anda sampai emosional, dan
tidak lain karena anda sangat peduli terhadap keselamatan mereka.

 Pastikan Anda mendengarkan segala keluh kesah mereka mengenai


keselamatan kerja.

 Selalu memimpin percakapan tersebut dengan pertanyaan, bukan


dengan jawaban atau pernyataan.

 Pastikan anda terlibat dalam dialog dan tidak melakukan aktifitas hingga
membuat mereka merasa bahwa anda tidak mendengarkan.

 Berusahalah untuk mengerti apa yang mereka katakan dan lakukan,


jangan menyalahkan dengan apa yang sudah mereka lakukan
sebelumnya.

 Memahami pendapat atau perspektif orang lain.

 Utarakan persetujuan anda

 Katakan atau ungkapkan pemahaman anda terhadap apa yang mereka


katakana.

 Kesempatan anda ungkapkan persetujuan anda jika ada topik yang


mereka sampaikan sesuai dengan apa yang ingin anda katakan.

 Berikanlah pujian terhadap apa yang yang telah mereka kemukaan.

Dari ketiga hal diatas, anda sedang membangun hubungan yang lebih akrab
untuk lebih dalam lagi menggali informasi.

 Menjaga pendekatan yang tidak memojokkan atau mengancam.

Dalam berkomunikasi lebih dari 60% tercipta dari komunikasi non verbal, yaitu
postur tubuh, nada suara, ekspresi wajah dan nada emosional menyampaikan
makna di balik kata-kata. Jangan sampai hal ini membuat lawan bicara anda
merasa bahwa anda menyepelekan mereka atau bahkan meremehkan mereka
dengan bahasa tubuh anda.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal


25
 Fokus pada satu pesan inti yang akan disampaikan

Semakin banyak kita kurangi informasi yang disampaikan maka akan


menciptakan sebuah ide tunggal yang dapat melekat di pemikiran anda dan
lawan bicara anda.

 Gunakan perbandingan.

Sebagai contoh saat anda tertimpa batu bata atau besi di kaki anda saat
menggunakan sepatu biasa maka efek yang akan anda alami jauh lebih minim
saat anda menggunakan sepatu safety.

 Berbagi cerita tentang keselamatan kerja.

Buatlah informasi yang mudah dipahami dan menciptakan hubungan emosional.


Apalagi cerita tersebut adalah apa yang terjadi di lingkungan kerja anda sehari-
hari.

 Mendorong individu untuk berpedoman kepada standar atau prosedur kerja


yang telah disusun.

 Mendorong individu untuk terus berpedoman kepada standar

 Menjelaskan mengapa standar itu disusun.

 Diakhiri oleh tindakan.

 Buatlah daftar masalah dan kekhawatiran anda.

 Buatlah daftar untuk saran individu dari hasil percakapan anda.

 Mulai mengatasinya permasalahn tersebut

 Jauhkan perkembangan informasi dari hasil percakapan anda dari yang


bersangkutan hingga anda sampaikan kepada tim.

 Lakukanlah advokasi dari tim kepada seluruh pekerja berdasarkan hasil


percakapan tadi.

Komunikasi keselamatan yang baik adalah tentang membuat semua orang


untuk melakukan perubahan pada perilaku mereka.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal


26

Anda mungkin juga menyukai