DURASI : 4 JP
PENYUSUN : Team
i
DAFTAR ISI
TUJUAN PELAJARAN.................................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................... ii
Banyak perusahaan yang sudah lama menjalankan program K3, namun angka kecelakaan
kerja masih tinggi dan berflutuasi. Angka statistik kecelakaan kerja tidak dapat ditekan hingga
mencapai nihil kecelakaan (zero accident). Bahkan, hampir semua karyawan merasakan
bahwa, K3 itu menghambat jalannya pekerjaan. Para manajer dan supervisor percaya bahwa
Program K3 tidak mempunyai nilai tambah (added value) bagi dirinya maupun perusahaan.
Mental melakukan tugas apa adanya tumbuh subur di setiap lini organisasi perusahaan.
Ada 2 faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja yaitu Unsafe Acts (Tindakan Tidak Aman)
dan Unsafe Conditions (Kondisi Tidak Aman). Menurut Herbert W Heinrich bahwa sebagian
besar kecelakaan (± 80%) disebabkan karena faktor manusia atau dengan perkataan lain
tindakan tidak aman dari manusia, sedangkan sisanya dikarenakan kondisi yang tidak aman.
Pekerja adalah manusia yang cenderung mempunyai sifat ceroboh, lalai, sering mengambil
jalan pintas (short-cut), tidak mematuhi standar prosedur operasi, terlalu percaya diri (Over
Confidence) dll. Ini semua merupakan paradigma gunung es (Iceberg Paradigm), yang sering
disebut sebagai perilaku tidak aman (unsafe behaviour). Perilaku aman dan tidak aman dari
seorang pekerja tidak pernah dianalisa, bahkan tidak pernah dilaporkan sama sekali. Kalaupun
ada sistem pelaporannya, akan cenderung mengarah pada suasana saling menyalahkan satu
dengan yang lain (blame culture). Perlu adanya suatu komitmen dari semua manajemen dan
pekerja, tentang perlunya menghangatkan suasana K3 diorganisasi perusahaan, agar tidak
terjadi teori gunung es yang berkelanjutan, melalui program yang disebut “Behaviour Based
Safety”. Berikut ini data kecelakaan yang terjadi di PT PLN (Persero) hingga Triwulan II tahun
2014 :
Dewasa ini penerapan BBS masih terbelenggu dengan adanya mitos yang masih sering
menjadi pola pikir di suatu perusahaan, menurut H.L Kaila terdapat 11 mitos tentang BBS :
a. Hanya akal sehat
b. Hanya mode / trend
c. Hanya terapi / pencegahan
d. Hanya menyalahkan karyawan
e. Hanya sekedar observasi dan umpan balik
f. Tidak ada kepedulian dari manajemen / manajemen lepas tangan
g. Tidak memerlukan perbaikan lingkungan
h. Hanya sikap sentimentil
i. Hanya mendahulukan perubahan sikap
j. Tidak memberikan keuntungan / hasil
k. Hanya perubahan dalam organisasi semata
Behaviour based safety tidak terlepas dari mind set atau pola pikir yang sudah tertanam dalam
diri seseorang yang berpengaruh terhadap perilaku atau kebiasaan dalam pelaksanaan
pekerjaan sehari-hari. Secara garis besar tujuan dari behaviour based safety adalah untuk
merubah perilaku pekerja yang tidak aman (unsafe act) menjadi perilaku pekerja yang aman
(safe act) untuk mencapai produktivitas kerja setinggi-tingginya, selain itu untuk meningkatkan
kesadaran dan kepedulian seluruh lini di dalam perusahaan terhadap pentingnya berperilaku
sesuai dengan kaidah keselamatan dan kesehatan kerja, sehingga apabila masing-masing
seluruh lini perusahaan telah berperilaku berbasis K3 diharapkan akan tercapai budaya K3
dalam perusahaan tersebut. Kelihatannya mudah, tapi jika dilaksanakan ternyata tidak mudah
untuk merubah perilaku seseorang didalam bekerja, apalagi yang akan dirubah adalah perilaku
banyak orang di dalam perusahaan, yang dimana setiap orang memiliki cara pandang dan
pemikiran yang berbeda-beda.
Berbicara mengenai Behaviour Based Safety atau Keselamatan Berbasis Perilaku, maka
sangat jelas sekali bahwa landasan jalannya program ini adalah berdasarkan perilaku. Perilaku
disini pasti sangat jelas berhubungan dengan perilaku manusia dalam hal bekerja di area kerja
yang sangat banyak bersinggungan dengan alat-alat kerja, benda kerja, kendaraan kerja, SOP,
IK, dan lainnya. Sebelum masuk lebih dalam ke pembahasan mengenai Behaviour Based
Safety, maka sebaiknya kita harus mengenali terlebih dahulu mengenai PERILAKU.
Menurut Geller (2001), perilaku mengacu pada tingkah laku atau tindakan individu yang dapat
diamati oleh orang lain. Dengan kata lain, perilaku adalah apa yang seseorang katakan atau
lakukan yang merupakan hasil dari pikirannya, perasaannya, atau diyakininya.
Menurut Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa dari segi biologis, perilaku adalah suatu
kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Dengan demikian,
perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas, antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa,
bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya.
Perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar
organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik
atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa meskipun
stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respons tiap-tiap orang berbeda (Notoatmodjo,
2007). Faktor penentu perilaku terbagi atas 2 bagian :
b. Faktor eksternal, meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non-fisik, seperti iklim,
manusia, sosial, budaya, ekonomi, politik, kebudayaan dan sebagainya. Faktor
lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan mewarnai perilaku seseorang.
Jadi, pada dasarnya perilaku manusia dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal
maupun faktor eksternal. Perilaku berbeda dengan tindakan atau aksi. Tindakan atau aksi
merupakan tindakan mekanis terhadap suatu stimulus sedangkan perilaku adalah suatu proses
mental yang aktif dan kreatif
Behaviour Based Safety adalah sebuah pendekatan untuk keselamatan yang berfokus pada
perilaku pekerja sebagai penyebab terbesar terjadinya kecelakaan dan cedera yang
berhubungan dengan pekerjaan, selain itu merupakan aplikasi sistematis dari riset psikologi
tentang perilaku manusia pada masalah keselamatan (safety) ditempat kerja yang
memasukkan proses umpan balik secara langsung dan tidak langsung. BBS lebih menekankan
aspek perilaku manusia terhadap terjadinya kecelakaan di tempat kerja. Pengertian Behaviour
Based Safety dapat diuraikan, yaitu :
c. Fokus terhadap perilaku berisiko atau perilaku tidak aman yang dapat menyebabkan
kecelakaan dan cedera
d. Fokus terhadap perilaku aman dalam bekerja yang dapat berkontribusi terhadap
pencegahan kecelakaan dan cedera
Sedangkan Menurut Geller (2001), BBS adalah proses pendekatan untuk meningkatkan
keselamatan kesehatan kerja dan lingkungan dengan jalan menolong sekelompok pekerja
untuk:
c. Memberikan feedback dua arah mengenai perilaku keselamatan dan kesehatan kerja
(K3).
Lebih lanjut, Cooper (2009) mengidentifikasi adanya tujuh kriteria yang sangat penting bagi
pelaksanaan program Behavior Based Safety :
Untuk mengidentifikasi faktor di lingkungan kerja yang memicu terjadinya perilaku tidak
selamat para praktisi menggunakan teknik behavioral analisis dan memberi hadiah
(reward) tertentu pada individu yang mengidentifikasi perilaku tidak selamat.
Observer memonitor perilaku selamat pada kelompok mereka dalam waktu tertentu.
Makin banyak observasi makin reliabel data tersebut, dan safe behavior akan
meningkat.
Hasil observasi atas perilaku kerja dirangkum dalam data persentase jumlah safe
behavior. Berdasarkan data tersebut bisa dilihat letak hambatan yang dihadapi. Data ini
menjadi umpan balik yang bisa menjadireinforcement positif bagi karyawan yang telah
berperilaku kerja aman, selain itu bisa juga menjadi dasar untuk mengoreksi unsafe
behavior yang sulit dihilangkan.
Keunikan sistem Behavior Based Safety adalah adanya jadwal intervensi yang
terencana. Dimulai dengan briefing pada seluruh departemen atau lingkungan kerja
yang dilibatkan, karyawan diminta untuk menjadi relawan yang bertugas sebagai
observer yang tergabung dalam sebuah project team. Observer dilatih agar dapat
menjalankan tugas mereka. kemudian mengidentifikasi unsafe behavior yang diletakkan
Dalam program Behavior Based Safety, umpan balik dapat berbentuk umpan balik
verbal yang langsung diberikan pada karyawan sewaktu observasi, umpan balik dalam
bentuk data (grafik) yang ditempatkan dalam tempat-tempat yang strategis dalam
lingkungan kerja, dan umpan balik berupa briefing dalam periode tertentu dimana data
hasil observasi dianalis untuk mendapatkan umpan balik yang mendetail tantang
perilaku yang spesifik.
a. Prinsip pertama
Sepenuhnya melibatkan karyawan mulai dari tingkat structural hingga fungsional untuk
pentingnya perilaku berdasarkan keselamatan serta menetapkan standar untuk semua
karyawan di semua tingkatan untuk berpartisipasi dalam menciptakan perilaku yang
aman di dalam lingkungan kerja maupun saat bekerja.
b. Prinsip kedua
c. Prinsip ketiga
d. Prinsip keempat
Meningkatan intervensi atau keterlibatan seluruh karyawan melalui pertemuan rutin dan
pengemukaan pendapat yang berkaitan dengan kelangsungan program perilaku
berbasis keselamatan serta memberikan evaluasi kepada karyawan tentang praktik
individu yang telah mereka laksanakan sesuai dengan standar perilaku keselamatan
yang telah ditetapkan.
f. Prinsip ketujuh
Analisis perilaku merupakan ilmu perilaku yang mengembangkan serta menganalisis prosedur-
prosedur praktek secara eksperimental supaya menghasilkan perubahan perilaku yang
bermakna secara sosial. Analisis perilaku juga dikenal sebagai disiplin ilmu yang mempelajari
kaitan-kaitan antara perilaku dan lingkungan (Interpersonal atau fisik) dan memodifikasi kaitan-
kaitan ini sedemikian rupa sehingga dapat membantu individu mengadopsi perilaku baru yang
lebih fungsional.
Beberapa contoh variabel yang dikategorikan sebagai antecedents antara lain tujuan,
sasaran, insentif, deskripsi jabatan (job description), kebijakan, prosedur, standar,
kaidah-kaidah formal, regulasi, hasil rapat, peralatan, bahan mentah, kondisi kerja,
pengarahan dan instruksi. Antecedents ini mempengaruhi perilaku dan kinerja
seseorang, tetapi tidak menjamin bahwa output yang dihasilkan benar-benar bisa
terjadi. Sistem insentif, pelatihan, dan pengembangan kemungkinan merupakan
antecedents yang efektif untuk mengubah perilaku dan meningkatkan kinerja, namun
tidak semuanya bisa menghasilkan output sebagaimana dikehendaki.
b. Behavior / perilaku adalah sesuatu yang dilakukan oleh seseorang yang dapat kita lihat,
seperti yang sudah dijelaskan diatas, perilaku adalah apa yang seseorang katakan atau
lakukan yang merupakan hasil dari pikirannya, perasaannya, atau diyakininya. Teori
motivasi menjelaskan bagaiamana individu-individu dapat dipengaruhi untuk bisa
menyesuaikan diri pada perilaku yang baru. Sebagian besar strategi organisasi adalah
mensyaratkan terjadinya perubahan perilaku di tempat kerja. Dalam hal ini sebenarnya
yang terjadi adalah proses penyesuaian diri pada perilaku baru yang akan dibentuk
tersebut oleh individu dan organisasi. Dalam hal ini akan terjadi proses pembelajaran
baik bagi individu maupun organisasi tentang perilaku mana yang sukses dan mana
yang gagal. Jadi, model pengukuran kinerja diharapkan mampu menjadikan entitas
menjadi sebuah organisasi pembelajaran (learning organisation).
Contoh dari konsekuensi negatif di atas adalah hasil dari unsafe action (Tindakan tidak
aman). Unsafe action bisa menyebabkan kecelakaan baik itu kecelakaan ringan
ataupun fatal tergantung dari resiko dari pekerjaan yang dilakukannya. Berikut ini
beberapa alasan orang melakukan unsafe action :
- Kesadaran
- Kebiasaan
- Tidak disengaja
- Terlalu percaya diri / merasa sudah sangat berpengalaman
Adapun BBS berfokus pada Kebiasaan dan perilaku yang tidak disengaja.
Reinforcement (Penguatan)
Reinforcement Positif
Reinforcement negatif
Punishment (Hukuman)
Memudahkan deskriminasi
Ignoring
Dari beberapa penjelasan serta kasus diatas dari penerapan analisis perilaku
maka dapat dibuat kolom untuk memetakan perilaku yang dapat diobservasi,
antesenden yang direncanakan atau antesenden terencana dan penetapan
konsekuensi. Tetapi sebelum masuk ke dalam penjelasan kolom pemetaan maka
ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan konsekuensi
terhadap pekerja, yaitu :
Contoh : Para pekerja ingin menggunakan APD tetapi APD yang tersedia
sangatlah terbatas untuk digunakan seluruh pekerja
Dalam proses Behaviour Based Safety, salah satu nya terdapat identify critical behavioural atau
mengidentifikasi perilaku kritis/berbahaya, sebelum kita membahas tentang checklist perilaku
kritis/berbahaya, langkah awal yang harus lakukan adalah mengidentifikasi perilaku kritis atau
berbahaya yang berpotensi menyebabkan cedera atau kecelakaan. Seperti diilustrasikan
dalam bagan di halaman sebelumnya, perilaku yang tidak aman menjadi penyebab terbesar
dari kecelakaan/insiden. Langkah-langkah ini akan membantu Anda mengidentifikasi perilaku
yang perlu diubah. Untuk menentukan mengapa karyawan tersebut melakukan tugas ini
dengan cara yang tidak aman, hal ini akan kami jelaskan pada Analisis Perilaku kritis /
berbahaya.
Lihatlah tren kecelakaan / insiden yang sering terjadi untuk menentukan risiko
terbesar yang menyebabkan kecelakaan
Lihatlah pekerjaan yang memiliki potensi bahaya yang tinggi yang dapat
menyebabkan kecelakaan hingga kematian. Sebagai contoh : pekerjaan
pemeliharaan pada jaringan tegangan menengah.
APD (Alat Pelindung Diri) - Tentukan apa saja alat pelindung diri yang diperlukan
untuk melakukan pekerjaan. Uraikan secara spesifik sehingga orang yang
melakukan pengamatan tahu persis apa yang harus dicari.
Observasi adalah metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung atau peninjauan
secara cermat dan langsung di lapangan atau lokasi penelitian. Dalam hal ini, peneliti dengan
berpedoman kepada desain penelitiannya perlu mengunjungi lokasi penelitian untuk
mengamati langsung berbagai hal atau kondisi yang ada di lapangan. Penemuan ilmu
pengetahuan selalu dimulai dengan observasi dan kembali kepada observasi untuk
membuktikan kebenaran ilmu pengetahuan tersebut.
Dengan observasi kita dapat memperoleh gambaran tentang kehidupan sosial yang sukar
untuk diketahui dengan metode lainnya. Observasi dilakukan untuk menjajaki sehingga
berfungsi eksploitasi. Dari hasil observasi kita akan memperoleh gambaran yang jelas tentang
masalahnya dan mungkin petunjuk-petunjuk tentang cara pemecahannya. Jadi, jelas bahwa
Berdasarkan pelaksanaan, observasi dapat dibagi dalam dua jenis, yaitu observasi partisipasi
dan observasi non partisipasi.
a. Observasi partisipasi.
Observasi partisipasi adalah observasi yang melibatkan peneliti atau observer secara
langsung dalam kegiatan pengamatan di lapangan. Jadi, peneliti bertindak sebagai
observer, artinya peneliti merupakan bagian dari kelompok yang ditelitinya. Keuntungan
cara ini adalah peneliti merupakan bagian yang integral dari situasi yang dipelajarinya
sehingga kehadirannya tidak memengaruhi situasi penelitian. Kelemahannya, yaitu ada
kecenderungan peneliti terlampau terlibat dalam situasi itu sehingga prosedur yang
berikutnya tidak mudah dicek kebenarannya oleh peneliti lain.
Instrumen yang digunakan dalam melakukan observasi, yaitu checklist, rating scale, anecdotal
record, catatan berkala, dan mechanical device.
a. Check list, merupakan suatu daftar yang berisikan nama-nama responden dan faktor-
faktor yang akan diamati.
c. Anecdotal record, merupakan catatan yang dibuat oleh peneliti mengenai kelakuan-
kelakuan luar biasa yang ditampilkan oleh responden.
d. Mechanical device, merupakan alat mekanik yang digunakan untuk memotret peristiwa-
peristiwa tertentu yang ditampilkan oleh responden.
a. Kelebihan observasi.
b. Kelemahan observasi.
e. Harus diketahui tentang cara mencatat hasi! observasi, seperti telah menyediakan buku
catatan, kamera, tape recorder, dan alat-alat tulis lainnya.
Hal-hal yang biasanya menjadi pengamatan seorang peneliti yang menggunakan metode
pengamatan adalah sebagai berikut :
a. Pelaku atau partisipan, menyangkut siapa saja yang terlibat dalam kegiatan yang
diamati, apa status mereka, bagaimana hubungan mereka dengan kegiatan tersebut,
bagaimana kedudukan mereka dalam masyarakat atau budaya tempat kegiatan
tersebut, kegiatan menyangkut apa yang dilakukan oleh partisipan, apa yang
mendorong mereka melakukannya, bagaimana bentuk kegiatan tersebut, serta akibat
dari kegiatan tersebut.
b. Tujuan, menyangkut apa yang diharapkan partisipan dari kegiatan atau peristiwa yang
diamati.
d. Ruang atau tempat, menyangkut lokasi dari peristiwa yang diamati serta pandangan
para partisipan tentang waktu.
e. Waktu, menyangkut jangka waktu kegiatan atau peristiwa yang diamati serta
pandangan para partisipan tentang waktu.
f. Benda atau alat, menyangkut jenis, bentuk, bahan, dan kegunaan benda atau alat yang
dipakai pada saat kegiatan berlangsung.
a. Pengamatan biasa.
Pengamatan terlibat merupakan jenis pengamatan yang paling sering digunakan dalam
penelitian antropologi khususnya etnografi. Metode semacam ini dalam bahasa Jerman
disebut juga verstehen, yaitu suatu metode yang memungkinkan terjadinya keterlibatan
seorang peneliti pada masyarakat yang dijadikan objek penelitiannya. Dalam
pengamatan terlibat, pengamat ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang diamati.
Caranya peneliti datang ke lokasi penelitian, tinggal di tempat tersebut untuk jangka
waktu tertentu, mempelajari bahasa, atau dialek setempat, kemudian berpartisipasi
dalam kehidupan sehari-hari sambil melakukan pengamatan.
- Pengamatan berstruktur.
Untuk menambah ketepatan pengamatan, selain dilengkapi dengan alat-alat untuk mencatat,
biasanya peneliti juga dilengkapi dengan alat-alat sebagai berikut.
c. Film atau video, untuk merekam kegiatan objek penelitian secara audio-visual.
Seorang pengamat tentu saja tidak harus menggunakan seluruh peralatan di atas.
Penggunaan alat-alat tersebut disesuaikan dengan kebutuhan penelitian dan kemampuan
peneliti.
Untuk memperoleh hasil yang baik, seseorang yang hendak melakukan pengamatan sebaiknya
memerhatikan prinsip-prinsip pengamatan sebagai berikut :
b. Dalam menentukan objek yang hendak diamati, seorang pengamat harus mengingat
bahwa makin banyak objek yang diamati, makin sulit pengamatan dilakukan dan makin
tidak teliti hasilnya.
d. Agar pengamatan lancar, pengamat perlu memahami apa yang hendak dicatat serta
bagaimana membuat catatan atas hasil pengamatan yang terkumpul.
Komunikasi adalah pemindahan dan pemahaman makna. Pengertian lain dari komunikasi
adalah suatu proses dalam seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi, dan
masyarakat yang menciptakan atau menggunakan informasi agar terhubung dengan
lingkungan dan orang lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal
yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat
dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-
gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala,
mengangkat bahu, cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal. Selain itu
dapat menggunakan komunikasi tertulis, sebagai contoh melalui tulisan artikel, blog di internet
dll.
Komponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar komunikasi bisa berlangsung
dengan baik. Menurut Laswell komponen-komponen komunikasi adalah:
a. Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan pesan kepada
pihak lain.
b. Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak
kepada pihak lain.
c. Saluran (channel) adalah media dimana pesan disampaikan kepada komunikan. dalam
komunikasi antar-pribadi (tatap muka) saluran dapat berupa udara yang mengalirkan
getaran nada/suara.
e. Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi pesan yang
disampaikannya.
f. Aturan yang disepakati para pelaku komunikasi tentang bagaimana komunikasi itu akan
dijalankan (Protokol)
b. Pesan (message) itu disampaikan atau dibawa melalui suatu media atau saluran baik
secara langsung maupun tidak langsung. Contohnya berbicara langsung melalui
telepon, surat, e-mail, atau media lainnya
Media (channel) alat yang menjadi penyampai pesan dari komunikator ke komunikan :
Komunikan (receiver) memberikan umpan balik (feedback) atau tanggapan atas pesan
yang dikirimkan kepadanya, apakah dia mengerti atau memahami pesan yang
dimaksud oleh si pengirim.
Komunikasi adalah jalan dua arah. Jika seseorang mengatakan sesuatu kepada Anda, Anda
diharapkan untuk memberikan respon. Apabila komunikasi hanya tercipta satu arah saja, maka
komunikasi tersebut dapat dikatakan tidak efektif.
b. Pasif
Perilaku atau Sikap Pasif ibarat Anda selalu menghindari Konflik atau Konfrontasi
dengan lawan bicara, demi menjaga suasana damai dan tenang. Anda cenderung
mengalah demi kelanggengan hubungan yang telah terjalin, dengan mengorbankan
kepentingan pribadi yang mungkin saja lebih penting daripada hubungan komunikasi
tersebut. Sikap Pasif dapat terlihat dari beberapa hal berikut:
Tidak mampu membuat permintaan kepada lawan bicara atau orang lain
Tidak mampu berkata “tidak” atau menolak permintaan orang lain, walau
sebenarnya tidak menginginkan permintaan tersebut
Menghindari Kontak Mata lawan dan tidak mampu menatap lawan bicara
c. Asertif / Tegas
Perilaku atau Sikap inilah yang merupakan salah satu Tabiat atau Perilaku Manusia
Efektif. Anda tidak mengorbankan orang lain demi kepentingan pribadi pun sebaliknya
tidak semena-mena menahan diri dari intervensi orang lain. Anda mengajak lawan
bicara untuk menemukan kemenangan bersama atau Mendahulukan Menang-menang.
Perilaku Asertif adalah contoh Komunikasi Efektif yang berguna dalam Pengembangan
Mampu membuat permintaan kepada orang lain dengan cara wajar, tanpa
menunjukkan Sikap Kuasa atau Kata Perintah.
Mampu menolak Permintaan Orang lain dengan Sikap Wajar, Sopan dan Tidak
menyakiti Perasaan Orang lain dan Perasaan Diri Sendiri.
Kontak Mata terjadi secara Wajar, dengan Pandangan yang Tenang dan Pantas
Berbicara dengan Intonasi Sedang, Volume Suara Cukup, dan terasa Lemah
Lembut.
Sikap dan Perilaku yang Anda pilih dalam sebuah hubungan Komunikasi menjadi dasar
keberhasilan dan keberlangsungan relasi dengan Rekan Kerja, Kolega, Atasan dan
Bawahan, Teman dan Sahabat. Sikap Asertif adalah pilihan Perilaku Komunikasi yang
Efektif dalam Jangka Pendek atau Jangka Panjang. Anda mengajarkan Diri Sendiri dan
Orang lain dalam mengutamakan Hubungan Menang-menang satu dan lainnya.
Mulailah dengan asumsi bahwa mereka tidak tahu sesuatu yang Anda tahu atau
tidak melihat sesuatu yang Anda lihat
Komunikasikan tentang tindakan yang tidak aman, dikarenakan selain topik ini
banyak terjadi dilapangan dan menjadi penyebab kecelakaan, topik ini juga
dapat mengarah langsung kepada pekerja yang kesehariannya masih
melakukan tindakan yang tidak aman dalam bekerja dan lingkungan kerja.
Jika umpan balik yang anda harapkan tidak didapatkan saat mereka
bekerja atau mereka masih melakukan kegiatan, jam istirahat adalah
waktu yang tepat bagi anda berbagi apa yang Anda amati.
Hindari perilaku yang tidak pantas dan memojokkan secara individu, anda harus
benar-benar mengerti mengapa perilaku tidak aman yang anda amati itu terjadi.
Karena meminta dan mendengarkan adalah satu-satunya cara untuk sampai
pertanyaan "mengapa mereka melakukan itu".
Pastikan anda terlibat dalam dialog dan tidak melakukan aktifitas hingga
membuat mereka merasa bahwa anda tidak mendengarkan.
Dari ketiga hal diatas, anda sedang membangun hubungan yang lebih akrab
untuk lebih dalam lagi menggali informasi.
Dalam berkomunikasi lebih dari 60% tercipta dari komunikasi non verbal, yaitu
postur tubuh, nada suara, ekspresi wajah dan nada emosional menyampaikan
makna di balik kata-kata. Jangan sampai hal ini membuat lawan bicara anda
merasa bahwa anda menyepelekan mereka atau bahkan meremehkan mereka
dengan bahasa tubuh anda.
Gunakan perbandingan.
Sebagai contoh saat anda tertimpa batu bata atau besi di kaki anda saat
menggunakan sepatu biasa maka efek yang akan anda alami jauh lebih minim
saat anda menggunakan sepatu safety.