MAKALAH
KONDISI AKTUAL SUMBERDAYA MANUSIA
MASYARAKAT MARITIM
Disusun Oleh :
1. Bunga Reda Pertiwi (NIT. 20.4.02.064)
Kata Pengantar
Penulis
iii
DAFTAR ISI
COVER......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ...............................................................................................ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................iii
I. PENDAHULUAN ..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................1
1.2 Rumusan masalah ......................................................................................5
1.3 Tujuan .........................................................................................................6
II. PEMBAHASAN ................................................................................................7
2.1 Kondisi Aktual Sumberdaya Manusia .........................................................7
2.2 Regulasi Hukum Dan Kebijakan Pemerintah .............................................8
2.3 Mindset Kultural Masyarakat Maritim .......................................................15
2.4 Infrastruktur dan Teknologi Maritim ..........................................................17
III. PENUTUP .......................................................................................................19
3.1 Kesimpulan ...............................................................................................19
3.2 Saran .........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................20
1
I. PENDAHULUAN
wilayah pesisir laut akibat kegiatan proses produksi. Hal ini juga dapat
mengakibatkan suatu kondisi di mana kegiatan produktif melebihi
kemampuan ekosistem untuk mendukung produksi ekonomi.
Ketika batas ekologi terlampaui dari waktu ke waktu, sebuah kesulitan
sosial akhirnya dapat terjadi melalui runtuhnya sumber daya terkait seperti
perikanan. Spektrum yang luas dari informasi tentang proses ekosistem,
kesehatan, manfaat dan nilai-nilai ekonomi pesisir sangat penting dikelola
dengan baik dan benar dalam mempertahankan modal alam di wilayah
pesisir untuk kepentingan generasi sekarang dan mendatang. Tujuan
penelitian (1) untuk mengetahui permasalahan umum yang dihadapi
masyarakat pesisir di Kabupaten Pontianak. (2) Mengetahui komponen urgen
pengelolaan sumberdaya pesisir, (3) Mengidentifikasi faktor-faktor internal
yang Jurnal Economia, Volume 11, Nomor 1, April 2015 mempengaruhi
pemberdayaan masyarakat pesisir, (4) Mengidentifikasi faktor-faktor
eksternal yang mempengaruhi pemberdayaan masyarakat pesisir, (5)
Mengidentifikasi Peringkat prioritas comanagement sumberdaya perikanan.
Ekonomi masyarakat pesisir merupakan kegiatan pengelolaan sumberdaya
pesisir dan masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut. Pengaturan wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil pada tahun 2011, Mahkamah Konstitusi
(2010:164-165) menyatakan bahwa hak pengusahaan perairan pesisir
bertentangan dengan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Hak ini
dikhawatirkan akan mengakibatkan wilayah perairan pesisir dikuasai oleh
pemodal besar, sehingga nelayan tradisional yang telah menggantungkan
kehidupannya pada sumber daya pesisir akan tersingkir.
Menurut Mahkamah Konstitusi, salah satu tujuan pengelolaan wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil adalah memperkuat peran serta masyarakat
dan lembaga pemerintah serta mendorong inisiatif masyarakat dalam
pengelolaan sumberdaya pesisir dan pulaupulau kecil agar tercapai keadilan,
keseimbangan dan berkelanjutan. Dalam pengusahaan perairan pesisir,
menurut Suseno (201:27-8) terdapat beberapa aspek yang perlu
diperhatikan, yaitu aspek sosial, perikanan, jasa-jasa lingkungan, dan
keseimbangan lingkungan hidup. Keseimbangan aspek ekonomi, sosial dan
lingkungan hidup dalam proses pembangunan adalah prinsip yang
senantiasa harus menjadi dasar utama bagi seluruh stakeholder.
Secara umum prinsip pengelolaan sumber daya meliputi empat hal, yaitu
1) prinsip kehati-hatian. Hal ini termasuk dalam Code of Conduct for
Responsible Nature 1995, yang menyebutkan negara harus memberlakukan
pendekatan yang bersifat kehati-hatian secara luas demi konservasi,
pengelolaan, dan pengusahaan sumber daya hayati guna melindungi dan
mengawetkan lingkungannya, 2) prinsip tanggung Jawab, pengelolaan yang
bertanggung jawab tidak memperbolehkan hasil tangkapan melebihi jumlah
potensi lestari yang boleh ditangkap, 3) prinsip Keterpaduan, yaitu
keterpaduan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dunia usaha dan
masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan
dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya, 4) prinsip Berkelanjutan
yaitu konsep pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang
mengintegrasikan komponen ekologi, ekonomi dan sosial.
Setiap komponen itu saling berhubungan dalam satu sistem yang dipicu
kekuatan dan tujuan. Alasan pentingnya tujuan pengelolaan ekonomi pesisir
bahwa ekonomi ekologi meneliti hubungan antara ekosistem, ekonomi, dan
kesejahteraan manusia. Hal ini bisa dibilang salah satu daerah yang paling
cepat berkembang dalam bidang ekonomi. Sweeden et al (2008) menyatakan
pemahaman ekonomi pesisir memberikan kontribusi ekonomi penting dari
3
II. PEMBAHASAN
UUD 1945. Pasal 33 UUD 1945 sebagai dasar hak penguasaan Negara
mengatur tentang dasar-dasar sistem perekonomian dan kegiatan
perekonomian yang dikehendaki dalam Negara Indonesia, tetapi Pasal 33
bukan sebagai sesuatu yang berdiri sendiri, melainkan berkaitan dengan
kesejahteraan sosial. Berdasarkan pemikiran yang demikian, maka upaya
memahami Pasal 33 tidak terlepas dari dasar pemikiran tentang
kesejahteraan sosial (Bagir Manan, 1995 : 55). Atas dasar itu pula, sehingga
tujuan hak penguasaan Negara atas sumberdaya alam ialah keadilan sosial
dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Keterkaitan hak penguasaan
Negara dengan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat menurut Bagir Manan
(dalam Abrar Saleng, 2004: 17) akan mewujudkan kewajiban Negara : (1)
Segala bentuk pemanfaatan (bumi dan air) serta hasil yang di dapat
(kekayaan alam), harus secara nyata meningkatkan kemakmuran dan
kesejahteraan masyarakat; (2) Melindungi dan menjamin segala hak-hak
rakyat yang terdapat di dalam atau di atas bumi, air dan berbagai kekayaan
alam tertentu yang dapat dihasilkan secara langsung atau dinikmati oleh
rakyat; (3) Mencegah segala tindakan dari pihak manapun yang akan
menyebabkan rakyat tidak mempunyai kesempatan atau akan kehilangan
haknya dalam menikmati kekayaan alam. Ketiga kewajiban di atas, sebagai
jaminan bagi tujuan hak penguasaan Negara atas sumberdaya alam yang
sekaligus memberikan pemahaman bahwa dalam hak penguasaan itu,
Negara hanya melakukan bestuursdaad dan beheersdaad dan tidak
melakukan eigensdaad. Artinya secara a contrario, apabila hak penguasaan
Negara diartikan sebagai eigensdaad maka tidak ada jaminan bagi
pencapaian tujuan hak penguasan Negara yaitu sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Lebih lanjut Bagir Manan merumuskan cakupan
pengertian dikuasai oleh Negara atau hak penguasaan Negara sebagai
berikut: (1) Penguasaan semacam pemilikan oleh Negara. Artinya Negara
melalui pemerintah adalah satu-satunya pemegang wewenang untuk
menentukan hak, wewenang atasnya. Termasuk di sini bumi, air dan
kekayaaan yang terkandung di dalamnya. (2) Mengatur dan mengawasi
penggunaan dan pemanfaatan; (3) Penyertaan modal dan dalam bentuk
perusahaan Negara untuk usaha-usaha tertentu. Apabila konsep Negara
kesejahteraan dan fungsi Negara menurut W. Friedmann dikaitkan dengan
konsepsi hak penguasaan Negara untuk kondisi Indonesia dapat diterima
dengan beberapa kajian kritis sebagai berikut (Abrar Saleng, 2004 : 18-19) :
Pertama, hak penguasaan Negara yang dinyatakan dalam pasal 33 UUD
1945 memposisikan Negara sebagai pengatur dan penjamin kesejahteraan
rakyat. Fungsi Negara itu tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Artinya
melepaskan suatu bidang usaha atas sumberdaya alam kepada koperasi,
swasta harus disertai dengan bentuk-bentuk pengaturan dan pengawasan
yang bersifat khusus. Karena itu kewajiban mewujudkan sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat tetap dapat dikendalikan oleh Negara. Kedua, hak
penguasaan Negara dalam pasal 33 UUD 1945, membenarkan Negara untuk
mengusahakan sumberdaya alam yang berkaitan dengan public utilities dan
public service atas dasar pertimbangan : filosofis (semangat dasar dari
10
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kondisi aktual sumberdaya manusia di wilayah maritim berfokus pada
beberapa bidang antara lain :
1. Ketidakmampuan masyarakat maritim memahami regulasi hukum
dan kebijakan pemerintah yang berkembang ataupun berubah-
ubah.
2. Permasalahan mindset kultural kesulitan untuk menerima jika ada
pembangunan dengan penyebab norma atau nilai warisan budaya
leluhur.
3. Infrastruktur dan teknologi yang ditujukan untuk sumberdaya
manusia masyarakat pesisir tidak merata atau terjadi kesenjangan
antara luar jawa dan jawa.
3.2 Saran
Untuk mengatasi kondisi aktual sumberdaya manusia diperlukan
penyuluhan dan pengarahan maupun pelatihan agar pembangunan dan
perkembangan sumberdaya manusia masyarakat maritim bisa maksimal
dan menjadi salah satu faktor pendorong pembangunan di bidang
maritim.
20
DAFTAR PUSTAKA
Ikhsan, M. (2016) Pola Pendidikan Anak Suku Laut di Kampung Wisata Pang
Long Kabupaten Bintan Universitas Maritim Raja Ali Haji.(diakses 13 Juli
2019, 12:21 WIB)
Martin, R., & Meliono, I. (2011) Ritual Petik Laut Pada Masyarakat Nelayan
Sendang Biru, Malang di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI, Kampus
Depok.
Keraf, Sonny A. 2002. Etika Lingkungan : Teori-teori etika, etika Lingkungan dan
Politik Lingkungan; dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Kembali ke
Kearifan Tradisional. Jakarta : Buku Kompas.
Kusnadi. 2002. Konflik Sosial Nelayan, Kemiskinan dan Perebutan Sumber Daya
Alam. Yogyakarta : LKiS Yogyakarta.