Anda di halaman 1dari 51

ANALISIS PENGARUH EKUITAS MEREK TERHADAP

KEPUTUSAN PEMBELIAN SMARTPHONE DI JAKARTA


(STUDI KASUS MEREK XIAOMI)

DEA RAHMADI NUGROHO


1400310022

PROGRAM STUDI ENTREPRENEURSHIP


FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS SURYA
TANGERANG
2019
ANALISIS PENGARUH EKUITAS MEREK TERHADAP
KEPUTUSAN PEMBELIAN SMARTPHONE DI JAKARTA
(STUDI KASUS MEREK XIAOMI)

DEA RAHMADI NUGROHO


1400310022

PROGRAM STUDI ENTREPRENEURSHIP


FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS SURYA
TANGERANG
2019

ii
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1


1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 8
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................................. 9
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................................... 9
1.6 Sistematika Penelitian ........................................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 11
2.1 Konsep Brand ........................................................................................................ 11
2.2 Brand Equity (Ekuitas Merek) .............................................................................. 12
2.2.1 Pengertian Brand Equity .................................................................................... 12
2.2.2 Manfaat Brand Equity ........................................................................................ 12
2.2.3 Tahap Proses Perkembangan Brand Equity ....................................................... 13
2.2.4 Dimensi Brand Equity ....................................................................................... 14
2.3 Perilaku Konsumen dan Pengambilan Keputusan ................................................ 19
2.3.1 Perilaku Konsumen ............................................................................................ 19
2.3.2 Keputusan Pembelian ......................................................................................... 19
2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian ........................................... 20
2.3.4 Tahap-Tahap Proses Pembelian ......................................................................... 21
2.4 Xiaomi ................................................................................................................... 23
2.5 Penelitian Terdahulu ............................................................................................. 24
2.6 Kerangka Berpikir ................................................................................................. 26
2.7 Hipotesis................................................................................................................ 27
BAB III METODE PENELITIAN.............................................................................. 28
3.1 Pendekatan Penelitian ........................................................................................... 28
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................... 28
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................................ 29
3.4 Definisi Operasional Variabel ............................................................................... 31
3.5 Sumber Data .......................................................................................................... 32
3.5.1 Data Primer ........................................................................................................ 32
3.5.2 Data Sekunder .................................................................................................... 33
3.6. Metode Analisis Data ........................................................................................... 33
3.6.1. Uji Instrument ................................................................................................... 34
3.6.3. Uji Asumsi Klasik ............................................................................................. 36
3.6.4. Pengujian Simultan (Uji F) ............................................................................... 37

iii
3.6.5. Analisis Regresi Linier Berganda ..................................................................... 35
3.6.6. Pengujian Parsial (Uji T) ................................................................................... 38
3.6.7. Analisis Koefisien Determinasi (R square) ...................................................... 38

iv
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini membahas mengenai pentingnya penelitian dimana terdiri dari enam
bagian. Bagian 1.1 membahas tentang latar belakang penelitian, bagian 1.2
memperlihatkan rumusan masalah, bagian 1.3 memaparkan tentang tujuan penelitian,
bagian 1.4 membahas tentang manfaat penelitian, bagian 1.5 membahas mengenai
ruang lingkup penelitian, dan diakhiri dengan bagian 1.6 yang berisikan sistematika
penelitian.

1.1 Latar Belakang


Perkembangan teknologi pada era globalisasi saat ini menjadi sangat pesat
(Ratih Maulidina, 2016). Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi di era
globalisasi dapat dijadikan peluang bisnis yang potensial bagi perusahaan teknologi
dunia, termasuk di Indonesia. Kebutuhan manusia yang tinggi untuk dapat
membantu aktivitas sehari-harinya membuat manusia tidak bisa lepas dari hal-hal
yang berkaitan dengan teknologi (Elizabeth Venta M. A, 2016). Manusia
menginginkan suatu alat yang praktis, mudah dipakai, serta multifungsi untuk
menjadi bagian dari gaya hidup yang dapat meningkatkan prestige penggunanya
(Elizabeth Venta M. A, 2016). Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, dibuatlah
teknologi bernama smartphone (Elizabeth Venta M. A, 2016).
Definisi smartphone sendiri menurut Oxford Learner’s Dictionaries yaitu
“a mobile/cell phone that also has some of the functions of a computer, for example
the facility to use apps and the Internet” atau telepon seluler / seluler yang juga
memiliki beberapa fungsi komputer, misalnya fasilitas untuk menggunakan
aplikasi dan Internet (Oxford Learner's Dictionaries, 2019). Di Indonesia,
smartphone menjadi perangkat yang paling banyak digunakan untuk mengakses
internet. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia menyatakan dari 171 juta
pengguna internet di Indonesia pada tahun 2018, sebesar 93,9% pengguna internet
di Indonesia terhubung dengan internet melalui perangkat smartphone setiap
harinya, disusul oleh perangkat komputer laptop sebesar 17,2%, komputer desktop

1
sebesar 9,6% dan tablet sebesar 5,2% (APJII, 2018). Smartphone akan
mempermudah setiap orang untuk melakukan segala aktivitas atau sekedar mencari
informasi di dunia digital apabila terhubung dengan internet (Dicho Pradipta,
2016). Adopsi teknologi seperti Internet dan smartphone mengakibatkan
perubahan perilaku konsumen (Schulz, 2018). Sebagai contoh, kecenderungan
untuk berbelanja online meningkat di kalangan orang dewasa muda dengan
frekuensi melihat pakaian secara online dengan smartphone (Schulz, 2018).
Di bawah ini merupakan gambar 1.1 yang menggambarkan data jumlah
pengguna smartphone di Indonesia.

Gambar 1.1 Jumlah Pengguna Smartphone di Indonesia (Statista Research Department,


2019)
Berdasarkan gambar 1.1, Statista menunjukkan jumlah pengguna smartphone
di Indonesia dari 2011 hingga 2019 dan memprediksi pengguna smartphone di
Indonesia hingga tahun 2022. Angka tersebut menunjukkan bahwa jumlah pengguna
smartphone Indonesia telah mengalami peningkatan dari hanya 11,7 juta pada tahun
2011 dan diprediksi mencapai 89,86 juta pada tahun 2022. Angka ini menunjukkan
bahwa penetrasi penggunaan smartphone terus meningkat dan menjadikan Indonesia

2
sebagai pasar potensial bagi perusahaan smartphone untuk masuk dan
mengembangkan bisnisnya di Indonesia. Peluang pasar ini tentunya ingin dikuasai oleh
beberapa merek smartphone. Menurut Kotler, merek adalah nama, istilah, simbol atau
rancangan, atau kombinasi hal-hal tersebut yang dimaksud konsumen untuk
mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang atau kelompok penjual dan untuk
membedakannya dari pesaing (Philip Kotler K. L., 2009).
Saat ini merek memainkan peran penting dalam kehidupan manusia (Akber,
2016). Akber menyatakan bahwa merek bukan hanya sekadar simbol perusahaan atau
produk lagi, sekarang merek mendefinisikan bagaimana kepribadian, gaya hidup, serta
latar belakang sosial dan ekonomi seseorang. Selain itu Akber mengatakan bahwa kini
konsumen memiliki hubungan yang lebih dalam dengan merek yang mereka beli dan
gunakan (Akber, 2016). Namun sebelum memutuskan untuk melakukan pembelian,
konsumen melewati beberapa tahap yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi,
evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian (Philip Kotler
G. A., 2013). Ketika seseorang mengambil keputusan untuk membeli sebuah merek,
tidak banyak faktor yang ikut bermain termasuk ketika konsumen melakukan
pembelian smartphone. Ketika konsumen ingin melakukan pembelian smartphone, ia
memiliki banyak alternatif. Semua merek menawarkan fitur dan manfaat yang hampir
sama, tetapi ada banyak alasan mendasar yang membuat konsumen membeli satu
merek dibandingkan merek lainnya dan dalam banyak kasus bahkan membayar premi
untuk membeli merek tersebut (Akber, 2016).
Sebagai pemasar, salah satu cara dalam memenangkan persaingan adalah
dengan membangun hubungan yang baik antara merek dengan konsumen. Hubungan
yang dalam dengan merek menjadi salah satu alasan seseorang memutuskan untuk
membeli merek tersebut (Akber, 2016). Kekuatan merek biasanya dapat diukur dengan
menggunakan brand equity. “Brand equity adalah nilai tambah yang diberikan pada
produk dan jasa. Brand equity dapat tercermin dalam cara konsumen berfikir, merasa,
dan bertindak dalam hubungannya dengan merek, dan juga harga, pangsa pasar, dan
profitabilitas yang diberikan merek bagi perusahaan” (Philip Kotler K. L., 2009).
Ekuitas merek adalah seperangkat aset yang dimiliki oleh pelanggan merek, anggota

3
saluran distribusi, dan perusahaan yang memungkinkan suatu merek mendapatkan
kekuatan, daya tahan dan keunggulan yang dapat membedakan dengan merek pesaing
(A.Aaker, 2013). Menurut (Aaker D. A., 1991), Brand equity memiliki beberapa
dimensi yang terdiri dari: Brand Awareness (X1), Brand Associations (X2), Perceived
Quality (X3), dan Brand Loyalty (X4).
Kesadaran merek (brand awareness), adalah tingkat kesadaran seseorang untuk
mengenal adanya suatu merek sebagai bagian dari kategori produk. Asosiasi merek
(brand association) adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan merek dalam ingatan
atau sekumpulan merek yang berasosiasi (memiliki hubungan) yang dibentuk oleh
konsumen atau terbentuk dalam pikiran-benaknya. Persepsi kualitas (perceived
quality) adalah persepsi pelanggan terhadap mutu atau keunggulan suatu produk dilihat
dari fungsi produk dibanding produk lain dan Loyalitas merek (brand loyalty) adalah
ukuran kedekatan pelanggan pada sebuah merek, dan perasaan positif terhadap suatu
merek (Aaker D. A., 1991).
Dalam kaitannya dengan keempat variabel tersebut akan menguntungkan baik
bagi produsen maupun konsumen. Bagi produsen adalah untuk mengetahui keinginan
akan produk/jasa yang diinginkan konsumen serta memahami karakteristik pembeli
dari segi brand awareness, brand associations, perceived quality, dan brand loyalty
maupun bagaimana seorang pembeli melakukan keputusan pembelian. Bagi konsumen
adalah untuk memudahkan dalam mengetahui info-info tentang suatu produk yang
diminatinya dan keputusannya dalam melakukan keputusan pembelian. Keputusan
pembelian adalah suatu keputusan akhir yang dimiliki oleh para calon pembeli dengan
berbagai pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Saat ini merek-merek smartphone dari luar negeri masih mendominasi pasar
smartphone di Indonesia. Menurut Riset International Data Corporation (IDC), Sebagai
pemain lama, merek asal Korea Selatan yaitu Samsung masih menjadi pemimpin pasar
smartphone Indonesia dengan market share 27% pada kuartal kedua 2019. Sementara
tiga merek Cina yaitu Vivo, Oppo, dan Xiaomi mengambil 56% pangsa pasar Indonesia
pada kuartal kedua 2019. Padahal, ketiga merek Cina ini tergolong pendatang baru
dalam pasar smartphone di Indonesia (Kompas.com, 2019). Sementara menurut

4
Counterpoint, saat ini ada lima merek smartphone terbesar yang menguasai pasar
smartphone di Indonesia (Counterpoint, 2019), seperti terlihat pada Tabel 1.1 yang
menggambarkan data pembagian market share penjualan smartphone di Indonesia dari
masing-masing merek smartphone.
Tabel 1.1 Market Share Smartphone di Indonesia Pada Kuartal II 2019
Merek Market Share Kuartal II 2019
Samsung 27%
Xiaomi 21%
Oppo 17%
Vivo 9%
Realme 8%
Merek Lainnya 18%
Sumber : (Counterpoint, 2019)
Market share dikuasai oleh Samsung sebesar 27% diikuti oleh Xiaomi, Oppo,
Vivo, Realme dan merek lainnya. Sementara dari beberapa merek smartphone, Gambar
1.2 menunjukkan perkembangan market share pengembang smartphone di Indonesia
dari tahun 2015 hingga 2019. Salah satu merek smartphone yang menarik perhatian
yaitu Xiaomi karena Xiaomi merupakan pengembang smartphone yang menawarkan
ponsel Android dengan harga yang murah, tetapi dengan spesifikasi yang tidak
mengecewakan. Selain itu, desain dan kustomisasi ponsel Xiaomi juga menarik
sehingga formula ini sukses menarik hati konsumen (Detikinet, 2014). Berdasarkan
gambar 1.2 Xiaomi sendiri mengalami peningkatan market share yang cukup pesat
sehingga menjadi merek smartphone nomor dua yang menguasi pangsa pasar
smartphone di Indonesia.

5
Market Share Smartphone Indonesia Tahun 2015 - 2019
45.00%
40.00%
35.00%
30.00%
25.00%
20.00%
15.00%
10.00%
5.00%
0.00%
1Q 2015 2Q 2015 3Q 2015 2Q 2016 Q2 2017 Q1 2018 Q2 2018 Q1 2019 Q2 2019

Samsung Evercoss Advan Smartfren Asus*


Oppo Xiaomi Vivo Realme Others

Gambar 1.2 Market Share Merek Smartphone Indonesia tahun 2015-2019


(Counterpoint, 2019).
Xiaomi sendiri didirikan oleh mantan CEO Kingsoft, Lei Jun, dan beberapa
rekannya di tahun 2010. Awalnya Xiaomi adalah perusahaan software yang membuat
custom ROM baru berbasis sistem operasi Android (Detikinet, 2014). Pada tahun 2011,
Xiaomi memutuskan masuk ke pasar ponsel. Produk pertamanya dinamakan sebagai
Mi One, ponsel spefikasi tinggi di masanya tetapi dibanderol dengan harga yang sangat
terjangkau (Detikinet, 2014). Berkat formula tersebut, Xiaomi pun cepat berkembang
di industri ponsel. Pada tahun 2013, mereka sudah menghasilkan pendapatan USD 5
miliar, sebuah prestasi impresif untuk perusahaan ponsel yang terhitung baru berdiri.
Xiaomi mulai masuk di Indonesia pada Agustus 2014 (Millward, 2015) dan mulai
memasarkan produknya di Indonesia pada tanggal 4 september 2014 dengan produk
yang pertama dipasarkan yaitu xiaomi redmi 1s (cnn indonesia, 2014). Hingga akhir
tahun 2018, Xiaomi telah membuka 40 Mi Store resmi dan lebih dari 50 service centre
yang tersebar di seluruh Indonesia (Triwijanarko, 2018). Xiaomi juga masuk ke dalam
daftar Fortune Global 500 tahun 2019 dan tercatat sebagai perusahaan dengan usia
termuda. Xiaomi menempati peringkat ke-468, dengan pendapatan sebesar US$
26.443,50 juta atau setara dengan Rp389,169 triliun dan pendapatan bersih sebesar

6
US$ 2.049,10 juta atau setara dengan Rp30,157 triliun pada tahun fiskal sebelumnya
(Maulana, 2019).
Xiaomi sebagai merek smartphone yang terus berkembang dan berhasil
mengambil pangsa pasar di Indonesia tidak terlapas dari kekuatan merek itu sendiri,
karena Merek (brand) adalah salah satu faktor penting dalam kegiatan pemasaran. Hal
itu juga terbukti dari data yang dikeluarkan oleh Top Brand Index.
Di bawah ini merupakan Tabel 1.2 yang menggambarkan data Top Brand Index
merek smartphone di Indonesia dari tahun 2017 hingga 2019.
Tabel 1.2 Top Brand Index Smartphone di Indonesia Tahun 2015 - 2019
No. 2017 2018 2019
Merek TBI Merek TBI Merek TBI
1 Samsung 46,6% Samsung 48,6% Samsung 45,8%
2 Nokia 8,8% Oppo 11,2% Oppo 16,6%
3 Blackberry 8,0% Xiaomi 5,5% Xiaomi 14,3%
4 Iphone 5,1% Lenovo 4,5% Vivo 4,5%
5 Smartfren 5,1% Nokia 4,3% Lenovo 3,7%
6 Lenovo 4,4%
7 Oppo 4,1%
8 Asus 3,8%
Sumber : Website Top Brand Index 2019
Dari data di atas, diketahui bahwa Xiaomi membutuhkan waktu selama 4 tahun
untuk menjadi top brand smartphone di Indonesia sejak Xiaomi mulai memasarkan
produknya untuk pertama kali di Indonesia pada tahun 2014. Dari data top Brand Index
tersebut Xiaomi berhasil masuk menjadi top 3 brand index pada tahun 2018 dengan
TBI 5,5% dan meningkat cukup drastis pada tahun 2019 menjadi 14,3%.
Berdasarkan fenomena, teori serta data di atas telah menyebutkan bahwa
xiaomi menjadi merek smartphone dengan pangsa pasar nomor dua pada kuartal kedua
2019 dan menjadi top brand smartphone nomor tiga di Indonesia pada tahun 2019 serta
menjadi perusahaan termuda yang masuk dalam fortune 500. Hal ini melatarbelakangi

7
penulis untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul “Analisis Pengaruh
Ekuitas Merek Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Smartphone Xiaomi”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, rumusan masalah dalam penelitian
ini yaitu :

1. Bagaimana pengaruh brand awareness (kesadaran merek) terhadap keputusan


pembelian konsumen pada smartphone Xiaomi?

2. Bagaimana pengaruh brand associations (asosiasi merek) terhadap keputusan


pembelian konsumen pada smartphone Xiaomi?

3. Bagaimana pengaruh perceived quality (persepsi kualitas merek) terhadap


keputusan pembelian konsumen pada smartphone Xiaomi?

4. Bagaimana pengaruh brand loyalty (loyalitas merek) terhadap keputusan


pembelian konsumen pada smartphone Xiaomi?

5. Bagaimana pengaruh brand awareness, brandassociations, perceived quality, dan


brand loyalty terhadap keputusan pembelian konsumen pada smartphone Xiaomi?

1.3 Tujuan Penelitian


Sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini, maka
tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh brand awarennes terhadap keputusan pembelian


konsumen pada smartphone Xiaomi.

2. Untuk mengetahui pengaruh brand associations terhadap keputusan pembelian


konsumen pada smartphone Xiaomi.

3. Untuk mengetahui pengaruh perceived quality terhadap keputusan pembelian


konsumen pada smartphone Xiaomi.

8
4. Untuk mengetahui pengaruh brand loyalty terhadap keputusan pembelian
konsumen pada smartphone Xiaomi.

5. Bagaimana pengaruh brand awareness, brandassociations, perceived quality,


dan brand loyalty terhadap keputusan pembelian konsumen pada smartphone
Xiaomi?

1.4 Manfaat Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini
adalah sebagai berikut:

1. Bagi akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi semua pihak
yang berminat untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan pengaruh
ekuitas merek (brand equity) terhadap keputusan pembelian smartphone.
2. Bagi peneliti
Dengan penelitian ini akan menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis
mengenai pengaruh ekuitas merek (brand equity) terhadap keputusan
pembelian smartphone. Selain itu, penelitian ini juga berguna sebagai syarat
akademisi untuk menyelesaikan strata 1 jurusan Technopreneurship Fakultas
Green Economy dan Digital Communication.
3. Bagi Perusahan dan Marketer
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi perusahaan
tentang variable di dalam ekuitas merek (brand equity) yang berpangaruh
terhadap keputusan pembelian smartphone oleh konsumen sehingga dapat
membantu perusahaan dalam mengambil langkah pemasaran kedepannya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


Peneliti memiliki batasan dalam penelitian ini untuk mempermudah proses
penelitian dan penulisan skripsi dan membuat penelitian ini lebih terarah. Berikut
uraian ruang lingkup dari penelitian ini:
1. Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis pengaruh ekuitas merek terhadap
keputusan pembelian konsumen.

9
2. Lokasi penelitian berada di Indonesia.
3. Produk yang diteliti yaitu smartphone Xiaomi.
4. Kuesioner yang disebar kepada konsumen yang sudah pernah melakukan
pembelian smartphone merek Xiaomi.
5. Penelitian ini berfokus pada pengaruh dimensi ekuitas merek terhadap
keputusan pembelian konsumen. Dimensi ekuitas merek yaitu kesadaran merek
(X₁), asosiasi merek (X₂), persepsi kualitas (X₃) dan loyalitas merek (X₄) sebagai
variabel bebas serta keputusan pembelian konsumen (Y) sebagai variabel terikat.

1.6 Sistematika Penelitian


Penelitian ini terdiri dari lima bab dengan struktur penulisan sebagai berikut. Bab
satu menjelaskan tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian dan sistematika penelitian.
Bab dua menjelaskan landasan teori yang digunakan. Bab tiga merupakan
rancangan penelitian yang terdiri dari pembentukan pendekatan penelitian,
metodologi yang dipakai, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data. Bab
empat memaparkan data yang diperoleh melalui pendekatan kuantitatif. Bab lima
berisi kesimpulan dan saran.

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini terdiri dari lima bagian, yaitu bagian 2.1 membahas konsep brand,
bagian 2.2 membahas brand equity, bagian 2.3 membahas perilaku konsumen dan
pengambilan keputusan, bagian 2.4 menjelaskan mengenai Xiaomi, bagian 2.5
menjelaskan penelitian terdahulu yang digunakan, bagian 2.6 menjelaskan kerangka
pemikiran penelitian, Terakhir bagian 2.7 menjelaskan mengenai hipotesis penelitian.

2.1 Konsep Brand


Kata “brand” dalam bahasa inggris berasal dari kata “brandr” yang dalam bahasa
“old nurse”, yang berarti “to burn” mengacu pada pengidentifikasian merek. Pada
waktu itu pemilik hewan ternak menggunakan tanda cap khusus untuk menandai ternak
miliknya untuk membedakan dengan ternak lainnya. Melalui cap tersebut konsumen
lebih mudah mengidentifikasi ternak yang berkualitas dari peternak yang bereputasi
bagus (Tjiptono, 2005:45).
Menurut Kotler (2009:332), merek adalah nama, istilah, simbol atau rancangan, atau
kombinasi hal-hal tersebut yang dimaksud konsumen untuk mengidentifikasi barang
atau jasa dari seseorang atau kelompok penjual dan untuk membedakannya dari
pesaing. Dari definisi di atas kita dapat menetapkan bahwa sebuah merek membantu
perusahaan untuk membedakan penawarannya dari yang lain. Merek-merek yang kuat
akan memberikan jaminan kualitas dan nilai yang tinggi kepada pelanggan, yang
akhirnya juga akan berdampak luas terhadap perusahaan. Kotler dan Keller (2008)
menyebutkan menambahkan bahwa didalam merek terdapat enam tingkatan, yaitu:
a) Atribut: Merek memberikan ingatan pada atribut-atribut tertentu terhadap
produk tertentu.
b) Manfaat: Atribut produk yang dapat diingat melalui merek harus dapat
diterjemahkan dalam bentuk manfaat baik secara fungsional dan manfaat secara
emosional.
c) Nilai: Merek mencerminkan nilai yang dimiliki oleh produsen sebuah
produk.

11
d) Budaya: Merek mempresentasikan suatu budaya tertentu.
e) Kepribadian: Merek dapat memproyeksikan dari karakteristik pribadi
seseorang.
f) Pengguna: Didalam merek terdapat beberapa tipe kelompok konsumen yang
membeli atau mengkonsumsi suatu produk.

2.2 Brand Equity (Ekuitas Merek)

2.2.1 Pengertian Brand Equity


Menurut Eaker (2013), Ekuitas merek adalah seperangkat asosiasi dan
perilaku yang dimiliki oleh pelanggan merek, anggota saluran distribusi, dan
perusahaan yang memungkinkan suatu merek mendapatkan kekuatan, daya
tahan, dan keunggulan yang membedakan dengan para pesaing.
Sementara menurut Kotler (2013), Ekuitas merek (brand equity) adalah
nilai tambah yang diberikan pada produk dan jasa. Ekuitas merek dapat
tercermin dalam cara konsumen berpikir, merasa, dan bertindak dalam
hubungannya dengan merek, dan juga harga,pangsa pasar, dan profitabilitas
yang diberikan merek bagi perusahaan.
Ekuitas merek didapatkan dari posisi pasar strategik merek
bersangkutan dan consumer trust terhadap merek tersebut. Trust ini yang
kemudian menciptakan jalinan relasi antar merek dan pelanggan sedemikian
rupa sehingga dapat mengurangi resiko pembelian dan mendorong terciptanya
preferensi merek, loyalitas merek, dan kesediaan untuk mempertimbangkan
merek yang ditawarkan perusahaan dengan nama merek yang sama di
kemudian hari (Tjiptono, 2005).

2.2.2 Manfaat Brand Equity


Brand Equity (Ekuitas Merek) memiliki manfaat yang sangat besar bagi
perusahaan maupun konsumen, seperti yang dikatakan oleh Hery pada tahun
2019 dalam buku Manajemen Pemasaran hal 95-96 tentang beberapa manfaat
penting dari ekuitas merek, yaitu :

12
a. Peningkatan persepsi kinerja produk
b. Loyalitas yang lebih besar
c. Lebih sedikit kerentanan terhadap krisis pemasaran
d. Marjin yang lebih besar
e. Lebih kakunya tanggapan konsumen terhadap kenaikan harga
f. Lebih besarnya kerja sama dan dukungan perdagangan
g. Meningkatkan efektivitas komunikasi pemasaran
h. Kemungkinan adanya peluang untuk memberi lisensi
i. Peluang untuk memperluas merek tambahan

2.2.3 Tahap Proses Perkembangan Brand Equity


Setelah perusahaan dapat membangun sebuah brand equity (ekuitas
merek) maka selanjutnya perusahaan harus memahami bagaimana cara atau
tahapan proses dalam mengembangkan ekuitas merek produk tersebut. Menurut
(Jatmiko, 2015) Perkembangan brand equity paling tidak mengikuti enam
tahapan sebagai berikut:
a. Tahap 1: Produk Unbranded
Pada tahap pertama, barang diperlukan sebagai barang komoditi atau kasus
dimana konsumen enggan untuk membuat perbedaan merek.
b. Tahap 2: Merek sebagai Referensi
Pada tahap kedua, produsen meningkatkan daya saing produk di pasar untuk
membedakan barang-barang mereka dengan yang lain. Pada tahap ini, upaya
membangun ekuitas merek berfokus pada kesadaran merek yang berhubungan
dengan atribut produk, dan manfaat fungsional.
c. Tahap 3: Merek sebagai Kepribadian
Ketika banyak produsen membuat klaim rasional/atribut fungsional,
diferensiasi diantar merek, pelanggan memilih merek sejalan dengan
kepribadian, nilai-nilai emosional dari brand dan target gaya hidup konsumen.
d. Tahap 4: Merek sebagai Ikon
Pada tahap ini, konsumen memiliki pengetahuan merek dan menggunakan
manfaat simbolik sebagai identitas.

13
e. Tahap 5: Perusahaan sebagai Merek
Merek memiliki identitas komposit dan tersedia banyak jalur komunikasi antara
konsumen dalam tahap ini.
f. Tahap 6: Merek sebagai Kebijakan
Pada tahap akhir, merek dan perusahaan diidentifikasikan dengan etika, sosial,
dan politik. Konsumen berkomitmen berbagai pandangan untuk merek-merek
dan perusahaan yang terkait dengan mereka

2.2.4 Dimensi Brand Equity


Menurut (Aaker D. , 1997)ekuitas merek ditentukan oleh empat dimensi
atau elemen utama yaitu brand awareness, brand associations, perceived
quality, brand loyalty.
a. Kesadaran Merek (Brand Awareness)
Menurut (Aaker D. , 1997), Kesadaran merek (Brand Awareness) adalah
kemampuan pelanggan untuk mengenali dan mengingat kembali sebuah merek
dan mengaitkannya dengan suatu produk tertentu. Kesadaran merek melibatkan
pengakuan merek dan ingatan tentang merek. Pengakuan merek melibatkan
orang-orang yang akan mampu mengenali merek tersebut sebagai sesuatu yang
berbeda dengan merek-merek lain, dengan mendengarnya, setelah mereka
diperkenalkan dengan merek tersebut. Logo, slogan, nama dan kemasan yaitu
identitas visual umum yang akan memfasilitasi. Sedangkan ingatan tentang
merek merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan seberapa
baikkah orang-orang bisa mengingat nama kategori atau situasi penggunaan.
Menurut Henry dalam buku manajemen pemasaran internasional tahun 2000,
Kesadaran Merek memiliki tingkatan dalam ingatan konsumen dalam
menciptakan suatu nilai, tingkatan tersebut adalah sebagai berikut :
1) Top Mind menggambarkan merek yang pertama kali diingat oleh responden
atau pertama kali disebut ketika yang bersangkutan di tanya tentang suatu
kategori produk.
2) Brand recall (pengingatan kembali merek) mencerminkan merek-merek apa
yang diingat responden setelah menyebutkan merek yang pertama kali disebut.

14
Brand recall merupakan multi response questions yang menghasilkan jawaban
tanpa di bantu (unaided question).
3) Brand recognition (pengenalan) merupakan pengukuran brand awareness
responden di mana kesadarannya di ukur dengan memberikan bantuan
pertanyaan yang diajukan dibantu dengan menyebutkan ciri-ciri dari produk
merek tersebut (aided question). Pertanyaan diajukan untuk mengetahui
beberapa banyak responden yang perlu diingatkan akan keberadaan merek
tersebut.

b. Asosiasi Merek (Brand Association)


Asosiasi Merek (Brand associations) menurut (Aaker D. , 1997) adalah
segala sesuatu yang berkaitan dengan memory pelanggan terhadap sebuah
merek. Karena itu dalam asosiasi merek agar benar-benar bisa menonjol
diantara merek-merek lainnya suatu merek harus mempunyai hubungan
emosional yang unik. (Darmadi Durianto, 2001)
Pada umumnya asosiasi merek yang membentuk brand image menjadi
pijakan konsumen dalam keputusan pembelian dan loyalitasnya pada merek
tersebut. Dalam prakteknya banyak sekali asosiasi dan variasi dari brand
association yang dapat memberikan nilai bagi suatu merek, dipandang bagi sisi
perusahaan maupun dari sisi pengguna berbagai fungsi asosiasi. (Darmadi
Durianto, 2001). Asosiasi yang terkait dengan suatu merek umumnya
dihubungkan dengan berbagai hal, dengan kata lain, terdapat beberapa macam
tipe asosiasi yang dapat dihubungkan dengan suatu merek. Aaker (1997)
mengemukakan adanya 11 tipe asosiasi, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Atribut produk
Mengasosiasikan atribut atau karakteristik suatu produk merupakan
strategi positioning yang paling sering digunakan. Mengembangkan asosiasi
semacam ini efektif karena jika atribut tersebut bermakna, asosiasi dapat secara
langsung diterjemahkan dalam alasan pembelian suatu merek.
b. Atribut tidak berwujud

15
Suatu faktor tidak berwujud merupakan atribut umum, seperti halnya persepsi
kualitas, kemajuan teknologi, atau kesan nilai yang mengikhtisarkan
serangkaian atribut yang objektif.
c. Manfaat bagi pelanggan
Sebagian besar atribut produk memberikan manfaat bagi pelanggan, maka
terdapat hubungan antara pelanggan dengan produsen.
d. Harga relatif
Evaluasi terhadap suatu merek dengan suatu penggunaan atau aplikasi tertentu.
e. Penggunaan atau aplikasi
Pendekatan ini mengasosiasikan merek dengan suatu pengguna atau aplikasi
tertentu.
f. Pengguna atau pelanggan
Pendekatan ini mengasosiasikan merek dengan sebuah tipe pengguna atau
pelanggan dari produk.
g. Orang terkenal atau khalayak
Mengaitkan orang terkenal atau artis dengan sebuah merek dapat mentransfer
asosiasi kuat yang dimiliki oleh orang terkenal ke merek tersebut.
h. Gaya hidup atau kepribadian
Asosiasi sebuah merek dengan suatu gaya hidup dapat diilhami oleh asosiasi
para pelanggan merek dengan aneka kepribadian dan karakteristik gaya hidup
yang hampir sama.
i. Kelas produk
Mengasosiakan sebuah merek menurut kelas produknnya.
j. Jasa pesaing atau kompetitor
Mengetahui persaingan dan berusaha untuk menyamai atau bahkan
menggungguli persaingan.
k. Negara atau wilayah geografis
Asosiasi negara bisa menjadi kompleks dan penting apabila negara berusaha
mengembangkan strategi global.

16
c. Persepsi Kualitas (Perceived Quality)
Menurut (Aaker D. , 1997) Persepsi Kualitas (Perceived Quality) terhadap
merek menggambarkan respon keseluruhan pelanggan terhadap kualitas dan
keunggulan yang ditawarkan merek. Karena perceived quality merupakan
persepsi dari pelanggan maka perceived quality tidak dapat ditentukan secara
objektif, persepsi pelanggan akan melibatkan apa yang penting bagi pelanggan
karena setiap pelanggan memiliki kepentingan yang berbeda-beda terhadap
suatu produk atau jasa. Membangun perceived quality harus diikuti dengan
peningkatan kualitas nyata dari produknya karena akan sia-sia menyakinkan
pelanggan bahwa kualitas mereknya adalah tinggi bilamana kenyataan
menunjukkan kebalikannya. Hal ini berdampak pada perasaan puas atau tidak
puas. Intinya adalah jika pengalaman penggunaan dari pelanggan tidak sesuai
dengan kualitas yang diposisikan maka citra perceived quality tidak dapat
dipertahankan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membangun perceived quality
adalah sebagai berikut :
1) Komitmen terhadap kualitas, artinya perusahaan harus dapat membangun
konsep kualitas secara jelas pada sistem manajemen perusahaan secara
menyeluruh.
2) Budaya kualitas, artinya komitmen kualitas harus terefleksi dalam budaya
perusahaan, norma perilakunya dan nilai-nilainya.
3) Informasi masukan dari pelanggan, artinya pelanggan-lah yang menentukkan
kualitas, sehingga perusahaan berfokus pada orientasi konsumen.
4) Sasaran / standar yang jelas, artinya sasaran / standar mudah dipahami,
dimengerti dan diprioritaskan oleh seluruh karyawan. Tidak bersifat umum dan
terlalu banyak sasaran / standar.
5) Kembangkan karyawan yang berinisiatif, artinya karyawan harus dimotivasi
dan diizinkan untuk berinisiatif serta dilibatkan dalam mencari solusi terhadap
masalah yang dihadapi

17
d. Loyalitas Merek (Brand Loyalty)
(Aaker D. , 1997) mendefinisikan Loyalitas Merek (Brand Loyalty) sebagai
komitmen kuat dalam berlangganan atau membeli kembali suatu merek secara
konsisten di masa mendatang. Konsumen yang loyal berarti konsumen yang
melakukan pembelian secara berulang-ulang terhadap merek tersebut dan tidak
mudah terpengaruhi oleh karakteristik produk, harga dan kenyamanan para
pemakainya ataupun berbagai atribut lain yang ditawarkan oleh produk merek
alternatif. Dengan pengelolaan dan pemanfaatan yang benar, loyalitas merek
menjadi aset strategis bagi perusahaan.
Secara umum, langkah-langkah untuk memelihara dan meningkatkan
brand loyalty adalah dengan melakukan pemasaran hubungan (relationship
marketing), pemasaran frekuensi (frequency marketing), pemasaran
keanggotaan (membership marketing) dan memberikan hadiah (reward)
(A.Aaker, 2013)
Menurut Durianto, dkk (2001), brand loyalty memiliki beberapa fungsi
yaitu :
1. Loyalitas pada suatu merek akan mengurangi biaya pemasaran
2. Loyalitas merek akan meningkatkan perdagangan dan memperkuat
keyakinan perantara pemasaran
3. Loyalitas merek secara tidak langsung akan menarik konsumen baru
untuk membeli produk merek tersebut
4. Loyalitas merek akan memberikan waktu untuk merespon ancaman
persaingan seperti munculnya produk baru. Dengan adanya loyalitas
merek, akan memberikan waktu bagi pengembang untuk
mengembangkan produk yang lebih unggul dari produk lainnya di
pasaran.

18
2.3 Perilaku Konsumen dan Pengambilan Keputusan

2.3.1 Perilaku Konsumen


Menurut American Marketing Association (AMA) mendefinisikan
bahwa perilaku konsumen (consumer behavior) sebagai interaksi dinamis
antara pengaruh kognisi, perilaku, dan kejadian disekitar kita dimana manusia
melakukan aspek dalam hidup mereka. Terdapat tiga ide penting dalam definisi
diatas yaitu:
a. Perilaku konsumen adalah dinamis
Dinamis yang dimaksud berarti seorang konsumen atau masyarakat luas
selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu. Hal ini memiliki implikasi
terhadap studi perilaku konsumen, demikian pula pada pengembangan strategi
pemasaran. Dalam generalisasi perilaku konsumen biasanya terbatas untuk satu
jangka waktu tertentu, produk, dan individu.
b. Perilaku konsumen melibatkan interaksi antara pengaruh kognisi, perilaku
dan kejadian sekitar bahwa untuk memahami konsumen dalam
mengembangkan strategi pemasaran yang tepat kita harus memahami apa yang
mereka pikirkan (kognisi) dan mereka rasakan (pengaruh), apa yang mereka
lakukan (perilaku) dan apa serta dimana (kejadian sekitar) yang mempengaruhi
serta dipengaruhi oleh apa yang dipikirkan, dirasa, dan dilakukan konsumen.
c. Perilaku melibatkan pertukaran antar individu
Hal ini membuat definisi perilaku konsumen tetap konsisten dengan definisi
pemasaran yang sejauh ini juga menekankan peraturan. Kenyataanya perananan
pemasaran adalah untuk menciptakan pertukaran dengan konsumen melalui
formulasi dan penerapan strategi pemasaran.

2.3.2 Keputusan Pembelian


Menurut (Tjiptono, 2005) keputusan pembelian adalah sebuah proses
dimana konsumen mengenal masalahnya, mencari informasi mengenai produk
atau merek tertentu dan mengevaluasi seberapa baik masing-masing alternatif
tersebut dapat memecahkan masalahnya, yang kemudian mengarah kepada
keputusan pembelian. Menurut (Philip Kotler K. L., 2012) Proses keputusan

19
pembelian merupakan proses dimana konsumen melewati lima tahap, yaitu
pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan
pembelian, dan perilaku pasca pembelian, yang dimulai jauh sebelum
pembelian aktual dilakukan dan memiliki dampak yang lama setelah itu

2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian


Menurut (Philip Kotler K. L., 2012), keputusan pembelian dipengaruhi
oleh empat faktor sebagai berikut :
a. Faktor Budaya
Budaya, sub budaya, dan kelas sosial sangat penting bagi perilaku
pembelian. Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku paling dasar.
b. Faktor Sosial
1) Kelompok Acuan
Kelompok acuan dalam perilaku pembelian konsumen dapat diartikan
sebagai kelompok yang dapat memberikan pengaruh langsung atau tidak
langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang.
2) Keluarga
Dalam hal ini keluarga dibedakan menjadi dua jenis, keluarga orientas yang
terdiri dari orang tua dan saudara kandung seseorang yang dapat memberikan
orientasi agama, politik, dan ekonomi serta ambisi pribadi, harga diri, dan cinta.
Selain itu ada keluarga prokreasi yang terdiri dari pasangan dan jumlah anak
yang dimiliki seseorang.
3) Peran dan Status
Semakin tinggi peran seseorang dalam organisasi maka semakin tinggi pula
status seseorang dalam organisasi tersebut dan secara langsung dapat
berdampak pada perilaku pembeliannya.
c. Pribadi
1) Usia dan Siklus Hidup Keluarga
Orang membeli barang dan jasa yang berbeda-beda sepanjang hidupnya
dimana kegiatan konsumsi ini dipengaruhi oleh siklus hidup keluarga.
2) Pekerjaan dan Lingkungan Ekonomi

20
Pekerjaan dan lingkungan ekonomi seseorang dapat mempengaruhi
konsumsinya. Biasanya pemilihan produk juga dilakukan berdasarkan keadaan
ekonomi seseorang seperti besarnya penghasilan yang dimiliki, jumlah
tabungan, utang dan sikap terhadap belanja atau menabung.
3) Gaya Hidup
Gaya hidup dapat diartikan sebagai sebuah pola hidup seseorang yang
terungkap dalam aktivitas, minat dan opininya yang terbentuk melalui kelas
sosial dan pekerjaan. Melihat hal ini sebagai peluang dalam kegiatan
pemasaran, banyak pemasar yang mengarahkan merek mereka pada gaya hidup
seseorang.

4) Kepribadian
Kepribadian merupakan ciri bawaan psikologis manusia yang berbeda yang
menghasilkan tanggapan relatif konsisten dan tahan lama terhadap rangsangan
lingkungannya. Kepribadian dapat menjadi variabel yang sangat berguna dalam
menganalisis pilihan merek konsumen. Hal ini disebabkan karena beberapa
kalangan konsumen akan memilih merek yang cocok dengan kepribadiaannya.
5) Psikologis
Faktor psikologis ini dipengaruhi oleh empat faktor utama diantaranya
motivasi, persepsi, pembelajaran, serta keyakinan dan sikap

2.3.4 Tahap-Tahap Proses Pembelian


Menurut (Philip Kotler G. A., 2013) tahap-tahap yang dilewati pembeli
untuk mencapai keputusan membeli melewati lima tahap, yaitu:
a) Pengenalan Masalah
Proses membeli dimulai dengan pengenalan masalah dimana pembeli
mengenali adanya masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan
antara keadaan nyata dan keadaan yang diinginkan.
b) Pencarian Informasi
Seorang konsumen yang sudah terkait mungkin mencari lebih banyak
informasi tetapi mungkin juga tidak. Bila dorongan konsumen kuat dan produk

21
yang dapat memuaskan ada dalam jangkauan, konsumen kemungkinan akan
membelinya. Bila tidak, konsumen dapat menyimpan kebutuhan dalam ingatan
atau melakukan pencarian informasi yang berhubungan dengan kebutuhan
tersebut.
c) Evaluasi Alternatif
Tahap dari proses keputusan membeli, yaitu ketika konsumen menggunakan
informasi untuk mengevaluasi merk alternatif dalam perangkat pilihan. Konsep
dasar tertentu membantu menjelaskan proses evaluasi konsumen. Pertama, kita
menganggap bahwa setiap konsumen melihat produk sebagai kumpulan atribut
produk. Kedua, konsumen akan memberikan tingkat arti penting berbeda
terhadap atribut berbeda menurut kebutuhan dan keinginan unik masing-
masing. Ketiga, konsumen mungkin akan mengembangkan satu himpunan
keyakinan merek mengenai dimana posisi setiap merek pada setiap atribut.
Keempat, harapan kepuasan produk total konsumen akan bervariasi pada
tingkat atribut yang berbeda. Kelima, konsumen sampai pada sikap terhadap
merek berbeda lewat beberapa prosedur evaluasi. Ada konsumen yang
menggunakan lebih dari satu prosedur evaluasi, tergantung pada konsumen dan
keputusan pembelian.

d) Keputusan Membeli
Dalam tahap evaluasi, konsumen membuat peringkat merek dan membentuk
niat untuk membeli. Pada umumnya, keputusan membeli konsumen adalah
membeli merek yang paling disukai, tetapi dua faktor dapat muncul antara niat
untuk membeli dan keputusan untuk membeli. Faktor pertama adalah sikap
orang lain, yaitu pendapat dari orang lain mengenai harga, merek yang akan
dipilih konsumen. Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak diharapkan,
harga yang diharapkan dan manfaat produk yang diharapkan.

22
e) Tingkah Laku Pasca Pembelian
Tahap dari proses keputusan pembeli, yaitu konsumen mengambil tindakan
lebih lanjut setelah membeli berdasarkan pada rasa puas atau tidak puas. Yang
menentukan pembeli merasa puas atau tidak puas dengan suatu pembelian
terletak pada hubungan antara harapan konsumen dengan prestasi yang diterima
dari produk. Bila produk tidak memenuhi harapan, konsumen merasa tidak
puas, bila memenuhi harapan konsumen merasa puas, bila melebihi harapan
konsumen akan merasa puas. Apabila produk tersebut memuaskan maka ada
kemungkinan konsumen tersebut akan melakukan pembelian ulang.

2.4 Xiaomi
Xiaomi sendiri didirikan oleh mantan CEO Kingsoft, Lei Jun, dan beberapa
rekannya di tahun 2010. Awalnya Xiaomi adalah perusahaan software yang membuat
custom ROM baru berbasis sistem operasi Android (Detikinet, 2014). Pada tahun 2011,
Xiaomi memutuskan masuk ke pasar ponsel. Produk pertamanya dinamakan sebagai
Mi One, ponsel spefikasi tinggi di masanya tetapi dibanderol dengan harga yang sangat
terjangkau (Detikinet, 2014). Berkat formula tersebut, Xiaomi pun cepat berkembang
di industri ponsel.

Pada tahun 2013, mereka sudah menghasilkan pendapatan USD 5 miliar, sebuah
prestasi impresif untuk perusahaan ponsel yang terhitung baru berdiri. Xiaomi mulai
masuk di Indonesia pada Agustus 2014 (Millward, 2015) dan mulai memasarkan
produknya di Indonesia pada tanggal 4 september 2014 dengan produk yang pertama
dipasarkan yaitu xiaomi redmi 1s (cnn indonesia, 2014). Hingga akhir tahun 2018,
Xiaomi telah membuka 40 Mi Store resmi dan lebih dari 50 service centre yang tersebar
di seluruh Indonesia (Triwijanarko, 2018).

Xiaomi juga masuk ke dalam daftar Fortune Global 500 tahun 2019 dan tercatat
sebagai perusahaan dengan usia termuda. Xiaomi menempati peringkat ke-468, dengan
pendapatan sebesar US$ 26.443,50 juta atau setara dengan Rp389,169 triliun dan

23
pendapatan bersih sebesar US$ 2.049,10 juta atau setara dengan Rp30,157 triliun pada
tahun fiskal sebelumnya (Maulana, 2019).

Berdasarkan website resmi Xiaomi, saat ini Xiaomi menjual smartphone dengan
varian Redmi dan Mi. Varian Redmi dijual dengan harga yang lebih rendah
dibandingkan dengan varian Mi. Selain smartphone, Xiaomi juga menjual Televisi dan
berbagai aksesoris seperti Mi band Smartwatch, Powerbank, Earphone serta Bluetooth
speaker (Xiaomi, n.d.).

Tulisan "MI" pada logo Xiaomi merupakan singkatan dari Mobile Internet.
Singkatan ini juga memiliki arti lain, salah satunya adalah "Mission Impossible" karena
setelah mendirikan Xiaomi, terdapat banyak hambatan yang terlihat mustahil untuk
dihadapi pada saat itu.

2.5 Penelitian Terdahulu


Beberapa penelitian yang terkait dengan masalah ekuitas merek dan keputusan
pembelian dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah ini :
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No. Peneliti Judul Variabel Metode Hasil Penelitian
(Tahun) Penelitian Penelitian Penelitian
1 Muhamma The Variabel Metode Hasil penelitian
d Amir Impact of Independen: pengambilan tersebut
Adam and Brand -Brand sampel yang menyatakan
Sameen Equity on Awereness dipilih adalah bahwa keempat
Nasir Consumer -Brand Random variabel sangat
Akber Purchase Association Sampling, berdampak pada
(2016) Decision -Brand untuk Keputusan
of Cell Quality menguji data pembelian
Phones -Brand Analisis konsumen, yang
Loyalty Korelasi dan paling penting
Regresi telah adalah loyalitas
dilakukan merek dan

24
Variabel dengan asosiasi merek
Dependen : bantuan SPSS hanya dengan a
-Keputusan sedikit
Pembelian perbedaan.
Konsumen
2 Dhany Analisis Variabel Menggunakan Hasil penelitian
Pramana Pengaruh Independen: metode sampel tersebut
Sudar, Elemen -Brand aksidental. menyatakan
Susilo Ekuitas Awereness Analisis bahwa keempat
Toto Merek -Brand kuantitatif variabel
Rahardjo Terhadap Association terdiri dari Uji independen yang
(2014) Keputusan -Brand Validitas, Uji diteliti memiliki
Pembelian Quality Reliabilitas, pengaruh positif
PC Tablet -Brand Uji Asumsi dan signifikan
Aplle Ipad Loyalty Klasik, terhadap
(Studi Analisis Keputusan
Kasus Variabel Regresi Pembelian.
Pada Dependen : Berganda
Konsumen -Keputusan
Apple Ipad Pembelian
di Kota Konsumen
Semarang)
3 Youngky Pengaruh Variabel Metode yang Hasil penelitian
Ramadhan Brand Independen: digunakan yang dilakukan,
, Dr. Maya Equity -Brand adalah metode menunjukkan
Ariyanti, Terhadap Awereness deskriptif dan bahwa
S.E., M.M, Proses -Brand kausal, serta berdasarkan
Drs. Keputusan Association analisis data tanggapan
Sumrahadi Pembelian yang responden brand

25
, M.M Smartphon -Perceive digunakan equity memiliki
(2017) e : Studi Quality adalah dengan pengaruh
Pada -Brand SEM-PLS signifikan
Pengguna Loyalty terhadap
Apple keputusan
Iphone di Variabel pembelian
Kota Dependen :
Bandung -Keputusan
Pembelian
Konsumen

2.6 Kerangka Berpikir


Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan kajian teori yang telah
dijelaskan sebelumnya, maka dapat disajikan kerangka pemikiran untuk
menggambarkan hubungan dari variabel independent, dalam hal ini adalah ekuitas
merek (X) terhadap variabel dependen yaitu keputusan pembelian (Y) sebagai berikut:

Sumber : (Akber, 2016)

26
2.7 Hipotesis
Berdasarkan pada skema dalam kerangka berpikir, maka hipotesis dalam
penelitian ini adalah :
H1: Kesadaran merek Xiaomi berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian
konsumen.
H0: Kesadaran merek Xiaomi tidak berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian
konsumen.
H1: Asosiasi merek Xiaomi berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian
konsumen.
H0: Asosiasi merek Xiaomi tidak berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian
konsumen.
H1: Persepsi kualitas Xiaomi berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian
konsumen.
H0: Persepsi kualitas Xiaomi tidak berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian
konsumen.
H1: Loyalitas merek Xiaomi berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian
konsumen.
H0: Loyalitas merek Xiaomi tidak berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian
konsumen.

27
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini membahas mengenai desain penelitian dimana terdiri dari enam
bagian. Bagian 3.1 membahas tentang pendekatan penelitian, bagian 3.2 membahas
tentang Lokasi Penelitian, bagian 3.3 membahas mengenai populasi dan sampel
penelitian, bagian 3.4 menjelaskan mengenai definisi operasional variabel, bagian 3.5
membahas mengenai sumber data. Terakhir bagian 3.6 yang berisikan metode analisis
data.

3.1 Pendekatan Penelitian


Penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Brand Equity Terhadap Keputusan
Pembelian Smartphone Xiaomi di Indonesia” termasuk kedalam jenis penelitian
kuantitatif. Penelitian kuantitatif yaitu jenis penelitian yang hasilnya diperoleh dengan
menggunakan prosedur statistik atau pengukuran matematis lainnya (Sujarweni, 2015).
Hasil analisis kuantitatif disajikan dengan tabel, frekuensi, grafik, dan lain sebagainya
(Sugiyono, 2018)
Analisis kuantitatif digunakan untuk melihat pengaruh kesadaran merek (Brand
Awareness) (X1), Asosiasi Merek (Brand Association) (X2), persepsi kualitas
(Perceived Quality) (X3), dan loyalitas merek (Brand Loyalty) (X4) terhadap
keputusan pembelian konsumen (Y). Adapun yang akan diukur adalah uji instrumen,
uji regresi linear berganda, uji simultan, uji parsial, dan analisa koefisien determinasi
yang akan dihitung menggunakan alat hitung SPSS 25 for Windows.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan, dimulai dari bulan September 2019
hingga Desember 2019. Subjek penelitian ini adalah pengguna smartphone Xiaomi.
Lokasi penelitian ini akan dilakukan di Indonesia.

28
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi menurut Sujarweni yaitu keseluruhan jumlah yang terdiri atas objek
atau subjek yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk diteliti kemudian ditarik kesimpulannya. (Sujarweni, 2015). Populasi
dari penelitian ini adalah konsumen Xiaomi di Indonesia. Namun, jumlah populasi
tidak diketahui secara spesifik. Populasi tersebut merupakan populasi infinit, yaitu
populasi dengan jumlah jumlahindividu tidak terhingga atau tidak diketahui dengan
pasti oleh peneliti (Ir. Syofian Siregar, 2013)

3.3.2 Sampel
Sampel menurut Sujarweni yaitu bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki
oleh populasi yang digunakan untuk penelitian (Sujarweni, 2015). Acuan umum untuk
pengambilan sampel menurut (Sekaran, 2006) yaitu :
1. Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan
peneliti.
2. Jika sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita, junior/senior, dan
sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori adalah tepat.
3. Dalam penelitian multivariate (termasuk analisis regresi berganda), ukuran sampel
sebaiknya 10x lebih besar dari jumlah variabel penelitian.
4. Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol eksperimen yang ketat,
penelitian yang sukses adalah mungkin dengan ukuran sampel kecil antara 10 sampai
dengan 20.
Teknik pengambilan sampel yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah
purpossive sampling. Purpossive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel (Sugiyono, 2018). Teknik
penarikan sampel yang dilakukan berdasarkan karakteristik yang ditetapkan terhadap
elemen populasi target yang disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian.
Berdasarkan uraian tersebut sampel dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria yaitu:
1. Konsumen yang pernah melakukan pembelian smartphone Xiaomi.

29
2. Konsomen yang berdomisili di wilayah Indonesia.
Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini menggunakan ketentuan dari
tabel Isaac dan Michael, hal ini dikarenakan jumlah populasi tidah diketahui atau tidak
terhingga (Sugiyono, 2018). Berdasarkan tabel Isaac dan Michael, jika populasi tidak
diketahui dengan tingkat kesalahan 10%, maka jumlah sampel yang diperlukan dalam
penelitian ini sebanyak 271 sampel.

Dalam pengambilan sampel, rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah


sampel menggunakan rumus penentuan sampel untuk estimasi interval dari rerata
populasi (Williams, 2011):

(𝑧𝑎 ∕ 2)2 (𝜎)2


𝑛=
𝐸2
(1,96)2 (4,5)2
𝑛=
0,52
𝑛 = 311

Dimana :
n = Ukuran sampel
𝑍𝑎/2 = Nilai tabel distribusi normal dengan tingkat
kepercayaan 95 % yaitu 1,96
𝜎 = Standar Deviasi
E = Margin of Error (Tingkat Kesalahan)

Dengan

𝜎
𝐸 = 𝑧𝑎 ∕ 2
√𝑛
𝜎
0,51 = 1,96
√300
𝜎 =4,5

30
Dimana :
E = Margin of Error (Tingkat Kesalahan)
Za/2 = Nilai tabel distribusi normal dengan tingkat
Kepercayaan 95 % yaitu 1,96
𝜎 = Standar Deviasi
n = Ukuran sampel

3.4 Definisi Operasional Variabel


Variabel penelitian menurut Sugiyono (1999) dalam (Sujarweni, 2015) adalah sesuatu
hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sujarweni, 2015). Dalam penelitian ini variabel yang digunakan meliputi :
No Variabel Definisi Notasi Instrumen Kode Jenis Data
1 Kesadaran Kesadaran merek adalah X1 Kuesioner 1 = Sangat Ordinal
Tidak
Merek kesanggupan seorang calon no 1-4
Setuju
pembeli untuk 2 = Tidak
Setuju
menggambarkan keberadaan
3 = Netral
merek di dalam pikirannya 4 = Setuju
5 = Sangat
bahwa merek tersebut
Setuju
merupakan bagian dari
kategori tertentu. (Aaker D. ,
1997)
2 Asosiasi Asosiasi merek adalah segala X2 Kuesioner 1 = Sangat Ordinal
Tidak
Merek hal yang berkaitan dengan no 5-8
Setuju
ingatan mengenai sebuah 2 = Tidak
Setuju
merek sehingga membentuk
3 = Netral
citra merek dalam pikiran 4 = Setuju
5 = Sangat
konsumen. (Aaker D. , 1997)
Setuju
3 Persepsi Persepsi kualitas adalah X3 Kuesioner 1 = Sangat Ordinal
Tidak
Kualitas persepsi pelanggan terhadap no 9-12
Setuju
kualitas dan keunggulan yang 2 = Tidak
Setuju
ditawarkan oleh suatu produk
3 = Netral
atau jasa sesuai dengan apa 4 = Setuju

31
yang diharapkan. (Aaker D. , 5 = Sangat
1997) Setuju
4 Loyalitas Loyalitas merek adalah X4 Kuesioner 1 = Sangat Ordinal
Tidak
Merek tingkat ketertarikan no 13-16
Setuju
pelanggan dengan suatu 2 = Tidak
Setuju
merek produk, dan
3 = Netral
kemungkinan konsumen 4 = Setuju
5 = Sangat
tersebut untuk konsisten
terhadap merek tersebut. Setuju

(Aaker D. , 1997)
5 Keputusan Keputusan pembelian adalah Y Kuesioner 1 = Sangat Ordinal
Tidak
Pembelian serangkaian unsur-unsur yang no 17-21
Setuju
mencerminkan keputusan 2 = Tidak
Setuju
konsumen apakah akan
3 = Netral
melakukan pembelian atau 4 = Setuju
5 = Sangat
tidak. (Philip Kotler G. A.,
2013) Setuju

3.5 Sumber Data


Data adalah bahan mentah yang perlu diolah sehingga menghasilkan informasi
atau keterangan yang menunjukkan data (Sujarweni, 2015). Jenis data yang digunakan
dalam penelitian ini berdasarkan sumbernya ada dua, yaitu data primer dan data
sekunder.

3.5.1 Data Primer


Data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner,
kelompok fokus, dan panel, atau juga data hasil wawancara peneliti dengan
narasumber. Data yang diperoleh dari data primer ini harus diolah lagi. Sumber data
yang langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sujarweni, 2015). Data
primer dari penelitian ini adalah data yang didapatkan dari konsumen yang telah
melakukan pembelian smartphone Xiaomi di Indonesia. Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Kuesioner menurut
Asmani adalah Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada para responden untuk dijawab

32
(Asmani, 2011). Kuesioner disebarkan secara online untuk menjangkau wilayah yang
lebih luas dengan menggunakan skala Likert. Skala Likert adalah skala yang digunakan
untuk megukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekolompok orang tentang
fenomena sosial (Sugiyono, 2017). Skala Likert digunakan dalam penelitian ini karena
jenis pengukurannya paling umum dalam mengukur tingkat kesetujuan seorang responden
terhadap suatu pernyataan. Pada penelitian ini, skala likert yang digunakan menggunakan
rentang 1 sampai 5 (Sugiyono, 2017) dengan keterangan :
1 = Sangat Tidak Setuju
2 = Tidak Setuju
3 = Netral
4 = Setuju
5 = Sangat Setuju

3.5.2 Data Sekunder


Data sekunder adalah data yang didapat dari catatan, buku, dan majalah berupa
laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan pemerintah, artikel, buku-buku
sebagai teori, majalah dan lain sebagainya. Data yang diperoleh dari data sekunder ini
tidak perlu diolah lagi. Sumber yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data (Sujarweni, 2015).

3.6. Metode Analisis Data


Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan perangkat
lunak SPSS 25 dan Microsoft Excel 2010. Dalam menganalisis data terdapat dua cara
yaitu analisis statistik deskriptif dan inferensial. Analisis statistik deskriptif merupakan
teknik statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan mendeskripsikan atau
menggambarkan hasil tanpa bermaksud untuk membuat suatu kesimpulan. Adapun
yang termasuk ke dalam analisis statistik deskriptif antara lain adalah penyajian data
dalam bentuk tabel, grafik, diagram, dan lain sebaginya. Analisis statistik inferensial
merupakan teknik statistik yang digunakan dalam menganalisis suatu sampel yang
hasilnya diberlakukan untuk popolasi dari sampel yang telah diambil tersebut
(Sugiyono, 2018)

33
3.6.1. Uji Instrument
Alat ukur dalam penelitian disebut juga dengan instrumen penelitian. Instrumen
ini digunakan untuk mengukur fenomena yang terjadi pada penelitian. Instrumen
penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk memperoleh, mengolah dan
menginterpretasikan informasi yang diperoleh dari responden yang dilakuakan dengan
menggunakan pola ukur yang sama (Sugiyono, 2018). Berikut adalah metode untuk
menguji instrumen penelitian:
a. Uji Validitas
Validitas atau keshahihan menunjukkan sejauh mana alat ukur mampu mengukur
apa yang ingin diukur. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner
mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji
ini dilakukan pada setiap pernyataan-pertanyaan kuesioner dengan jalan menghitung
koefisien relasi dari tiap pertanyaan dengan skor total yang diperoleh, kemudian
dibandingkan dengan angka kritis untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner
(Siregar, 2013). Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan software SPSS.
Dasar pengambilan keputusan untuk menguji validitas adalah sebagai berikut:
a. Jika r hitung positif dan r hitung > r tabel, maka variabel tersebut valid.
b. Jika r hitung negatif dan r hitung < r tabel, maka variabel tersebut tidak valid.

b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten apabila
dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dan menggunakan
alat yang sama (Ir. Syofian Siregar, 2013), Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau
handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari
waktu ke waktu. Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur bahwa variabel yang
digunakan benar-benar bebas dari kesalahan sehingga menghasilkan hasil yang
konsisten meskipun diuji berkali-kali (Ghozali, 2006). Pengujian reliabilitas dilakukan
dengan menggunakan software SPSS dengan uji statistik.

34
Cronbach Alpha. Dasar pengambilan keputusan untuk menguji reliabilitas adalah
sebagai berikut:
a. Jika hasil koefisien Alpha > taraf signifikasni 60% atau 0,6 maka kuesioner tersebut
dikatakan reliable.
b. Jika hasil koefisien Alpha < taraf signifikasni 60% atau 0,6 maka kuesioner tersebut
dikatakan tidak reliabel.
3.6.2. Range Hasil Kuisioner
Berikut adalah rumus perhitungan skala yang dapat digunakan untuk pembagian kelas
(range) berdasarkan rata-rata jawaban kuesioner dari responden yang diperoleh (Nazir,
2011): 𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒=(Xib−Xik)Banyaknya Skala Pengukuran
Keterangan:
Xib = Nilai terbesar yang mungkin diperoleh
Xik = Nilai tekecil yang mungkin diperoleh

3.6.2. Analisis Regresi Linier Berganda


Analisis regresi linier berganda merupakan suatu prosedur statistik untuk
menganalisa hubungan variabel dependent (terikat) dan variabel independent (bebas)
(Siregar, 2013). Apabila terdapat lebih dari satu variabel independen, maka alat analisis
yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Dengan demikian, dapat
diketahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Rumus yang digunakan dalam analisis regresi linear berganda adalah sebagai berikut
(Rangkuti, 2011):
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
Keterangan:
Y: Keputusan Pembelian (variabel terikat)
a: konstanta
b1: koefisien regresi (X1)
b2: koefisien regresi (X2)
b3: koefisien regresi (X3)
b4: koefisien regresi (X4)

35
X1: Brand Awareness (variabel bebas)
X2: Brand Association (variabel bebas)
X3: Perceive Quality (variabel bebas)
X4: Brand Loyalty (variabel bebas)

3.6.3. Uji Asumsi Klasik


Dalam model regresi ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi. Beberapa
asumsi yang harus diuji terlebih dahulu dalam penerapan model regresi adalah
normalitas, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas (Rofieq & Mochammad, 2002).
Jika asumsi yang ada pada penerapan model regresi tersebut dapat terpenuhi, maka
dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) akan menghasilkan
koefisien regresi yang menghasilkan sifat-sifat Best Linear Unbiased Estimator
(BLUE), yaitu koefisien regresi yang linear, tidak bias, konsisten (walaupun sampel
diperbesar menuju tak terhingga, taksiran yang didapat akan tetap mendekati nilai
parameternya), serta memiliki varians yang minimum. Berikut adalah beberapa
pengujian dalam uji asumsi klasik, yaitu uji normalitas, uji multikolinieritas, dan uji
heteroskedastisitas (Ghozali, 2016).
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak. Uji normalitas dapat
dilakukan dengan dengan dua pendekatan yang saling melengkapi, yaitu pendekatan
statistis dan pendekatan grafis. Pendekatan statistis menyajikan output secara numeris,
sedangkan pendekatan grafis menyajikan output berupa grafis histogram, plot, dan
boxplot (Abdilllah & Jogiyanto, 2015).
Terdapat beberapa cara untuk melihat apakah residual berdistribusi normal atau tidak,
yaitu dengan analisis grafik, analisis ini merupakan cara termudah dalam melihat
normalitas residual. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang
menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali,
2016). Selain itu, uji normalitas yang dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-
Smirnov memiliki kriteria sebagai berikut:

36
1. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka data dinyatakan berdistribusi normal.
2. Jika nilai signifikansi < 0,05 maka data dinyatakan tidak berdistribusi normal.

b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
antar variabel bebasnya. Jika variabel bebas saling berkorelasi maka variabel menjadi
tidak ortogonal. Variabel orthogonal merupakan variabel bebas yang memiliki nilai
korelasi antar sesama variabel bebas sama dengan nol (Ghozali, 2016). Berikut adalah
kriteria model yang terbebas dari multikolinieritas:
1. Mempunyai nilai VIF lebih kecil dari 10.
2. Mempunyai angka tolerance lebih dari 0,1.

c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut dengan heteroskedastisitas. Model regresi
yang baik adalah yang homoskedastisitas. Adapun cara yang dapat dilakukan untuk
mendeteksi heteroskedastisitas, yaitu dengan melihat signifikansinya, jika di atas 0,05
maka tidak terjadi gelaja heteroskedastisitas. Selain itu, bisa juga dilihat dari ada
tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana
sumbu Y adalah Y 31 yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi
– Y sesungguhnya). Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan
di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali,
2016).

3.6.4. Pengujian Simultan (Uji F)


Nilai F adalah parameter pertama dan krusial dalam menganalisis regresi linier.
Jika nilai F tidak signifikan secara statistis maka dapat disimpilkan bahwa model

37
regresi tidak valid. Parameter F menjelaskan pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen (Abdilllah & Jogiyanto, 2015). Menurut Priyanto (2016) uji f
merupakan suatu metode uji untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yaitu produk
(X1), harga (X2), lokasi (X3), promosi (X4) secara simultan terhadap variabel terikat
yaitu kepuasan konsumen (Y). Adapun kriteria pengujian dengan tingkat signifikansi
(a) = 0,05 atau dengan tingkat kepercayaan 95% ditentukan sebagai berikut:
a. Jika f hitung > f tabel, berarti masing-masing variabel bebas bersama-sama memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.
b. Jika f hitung < f tabel, berarti masing-masing variabel bebas secara bersama-sama
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.

3.6.5. Pengujian Parsial (Uji T)


Uji t bertujuan untuk menguji distribusi data pada kelompok sampel tertentu
memiliki distribusi mean yang sama atau berbeda dengan kelompok sampel lain
(Abdilllah & Jogiyanto, 2015). Menurut Priyanto (2016) uji t digunakan untuk
mengkur seberapa jauh pengaruh dari setiap variabel independen (bebas) Brand
Awareness (X1), Brand Association (X2), Perceive Quality (X3), Brand Loyalty (X4)
berpengaruh secara parsial (terpisah) terhadap variabel dependennya, yaitu Keputusan
Pembelian (Y). Adapun kriteria pengujian dengan tingkat signifikansi (a) = 0,05 atau
dengan tingkat kepercayaan 95% ditentukan sebagai berikut:
a. Jika t hitung > t tabel, maka H0 diterima
b. Jika t hitung < t tabel, maka H0 ditolak

3.6.6. Analisis Koefisien Determinasi (R square)


Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi pada variabel dependen. Nilai koefisien determinasi
adalah antara nol dan satu. Nilai R square yang semakin mendekati 1 menunjukkan
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variasi variabel dependen, namun R square bukanlah parameter

38
tunggal model estimasian yang baik karena model dengan R square yang tinggi tetapi
tidak memenuhi asumsi klasik justru akan menghasilkan hasil analisis yang bias secara
statistis dan menjebak peneliti ke dalam sindroma R square. Dengan demikian, selama
model estimasian regresi linier telah memenuhi asumsi-asumsi klasik maka berapapun
nilai R square tidak menjadi kendala dalam menganalisis hubungan kausalitas
(Abdilllah & Jogiyanto, 2015)

39
Referensi

A.Aaker, D. (2013). Manajemen Pemasaran Strategis. Jakarta: Salemba empat.

Aaker, D. (1997). Manajemen Ekuitas Merek. Jakarta: Spektrum.

Aaker, D. A. (1991). Managing Brand Equity: Capitalizing on the Value of a Brand.


New York: Free Press.

Akber, M. A. (2016). The Impact of Brand Equity on Consumer Purchase Decision of


Cell Phones. European Journal of Business and Innovation Research, Vol.4,
No.4, pp.60-133.

Alto, P. (2019, Februari 22). Indonesian Smartphone Market Q4 2018. Retrieved from
Canalys: https://www.canalys.com/newsroom/samsung-leads-in-indonesian-
smartphones-as-market-surges-ahead-to-close-2018-up-171

APJII. (2017). Infografis Penetrasi & Perilaku Pengguna Internet Indonesia 2017.
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia.

APJII. (2018). Penetrasi & Profil Perilaku Pengguna Internet Indonesia 2018.
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia.

Asmani, J. M. (2011). Tuntunan Lengkap Metodologis Praktis Penelitian Pendidikan.


Jakarta: Diva Press.

Bank Indonesia. (2019). Survei Konsumen (SK). Jakarta: Bank Indonesia.

Counterpoint. (2015, Desember 09). Indonesia Smartphone Market Declines For The
First Time in Q3 2015. Retrieved from Counterpoint:
https://www.counterpointresearch.com/indonesia-smartphone-market-
declines-for-the-first-time-in-q3-2015/

Counterpoint. (2015, Juni 19). Market Monitor Q1 2015 : Handset and Smartphones
Indonesia. Retrieved from Counterpoint:

40
https://www.counterpointresearch.com/market-monitor-q1-2015-handset-and-
smartphones-indonesia/

Counterpoint. (2016, Agustus 23). Indonesia Smartphone Market Demand Recovers in


Q2 2016. Retrieved from Counterpoint:
https://www.counterpointresearch.com/indonesia-smartphone-market-
demand-recovers-in-q2-2016/

Counterpoint. (2018, Agustus 17). Indonesian Smartphone Shipments Reached Record


Volumes During Q2 2018. Retrieved from Counterpoint:
https://www.counterpointresearch.com/indonesian-smartphone-shipments-
reached-record-volumes-q2-2018/

Counterpoint. (2019, Agustus 07). Indonesian Smartphone Market Grew 6% annually


in Q2 2019. Retrieved from Counterpoint:
https://www.counterpointresearch.com/indonesian-smartphone-market-grew-
6-annually-q2-2019/

Counterpoint. (2019, Juli 01). Market Share of Top Five Smartphone OEMs in
Indonesia Reached Highest-Ever Level During Q1 2019. Retrieved from
Counterpoint: https://www.counterpointresearch.com/market-share-top-five-
smartphone-oems-indonesia-reached-highest-ever-level-q1-2019/

Darmadi Durianto, S. d. (2001). Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan
Perilaku Merek. Jakarta: Gramedia.

Detikinet. (2014, September 09). Mengenal Xiaomi, Bukan Ponsel China Biasa.
Retrieved from detikinet: https://inet.detik.com/consumer/d-
2603083/mengenal-xiaomi-bukan-ponsel-china-biasa

Dhany Pramana Sudar, S. T. (2014). Analisis Pengaruh Elemen Ekuitas Merek


Terhadap Keputusan Pembelian PC Tablet Apple Ipad (Studi Kasus Pada
Konsumen Apple Ipad di Kota Semarang). Diponogoro Journal of
Management, 1-15.

41
Dicho Pradipta, K. H. (2016). Pengaruh Brand Equity Terhadap Keputusan Pembelian
(Survei pada Konsumen Pembeli dan Pengguna Kartu Perdana simPATI
Telkomsel di Lingkungan Mahasiswa Jurusan Administrasi Bisnis Angkatan
2012 & 2013 Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang).
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 138-147.

Durmadi Durianto, S. T. (2001). Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas


dan Perilaku Merek . Jakarta: Gramedia.

Elizabeth Venta M. A, M. T. (2016). Pengaruh Variabel Brand Equity Apple Terhadap


Keputusan Pembelian Produk Iphone 5S di Kalangan Mahasiswa ICT Bandung
(Studi Kuantitatif Pada Mahasiswa ITB). e-Proceeding of Management, 2496.

E-Marketer. (2016, Agustus 8). Pengguna Smartphone di Indonesia 2016-2019.


Retrieved from Databoks:
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/08/08/pengguna-smartphone-
di-indonesia-2016-2019

H., C. M. (2018, Oktober 24). BI: DKI Jakarta Sumbang 17 Persen Perekonomian
Indonesia. Retrieved from Tempo.co: https://metro.tempo.co/read/1139563/bi-
dki-jakarta-sumbang-17-persen-perekonomian-indonesia/full&view=ok

Hery, S. M. (2019). Manajemen Pemasaran. Jakarta: PT Grasindo.

Hu, P. W. (2018). A Comparative Study on The Influence of Transliteration and Free


Translation of Brand Names In Brand Infiltration on Consumer Willingness.
British Journal of Marketing Studies, Vol.6, No.5, pp. 16-27.

International Data Corporation (IDC). (2018, September 06). IDC Indonesia: 2Q18
Smartphone Shipments Post New Record High with Xiaomi Disrupting the
Market into a New Phase. Retrieved from IDC:
https://www.idc.com/getdoc.jsp?containerId=prAP44263418

International Data Corporation (IDC). (2018, September 06). IDC Indonesia: 2Q18
Smartphone Shipments Post New Record High with Xiaomi Disrupting the

42
Market into a New Phase. Retrieved from International Data Corporation
(IDC): https://www.idc.com/getdoc.jsp?containerId=prAP44263418

Ir. Syofian Siregar, M. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana.

Jatmiko, R. L. (2015). Pengaruh Brand Positioning dan Brand Equity Terhadap


keputusan Pembelian Sepeda Motor Yamaha. Jurnal Ekonomi Vol.6 No.2, 22-
23.

Jetmiko, R. L. (2015). Pengaruh Brand Positioning dan Brand Equity Terhadap


Keputusan Pembelian Sepeda Motor Yamaha. Jurnal Ekonomi Vol. 6 No.2, 22-
23.

Kompas.com. (2019, September 29). IDC: Samsung Rajai Pasar Smartphone


Indonesia. Retrieved from Kompas.com:
https://tekno.kompas.com/read/2019/08/29/17330497/idc-samsung-rajai-
pasar-smartphone-indonesia?page=all

Kotler, P. (2002). Marketing Management, Millenium Edition. New Jersey: Pearson


Custom Publishing.

Kotler, P. (2010). Manajemen Pemasaran Edisi ke 13 Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Lee, E. (2013). Impacts of Social Media on Consumer Behavior. Finlandia: Turku


University of Applied Sciences.

Maulana, Y. (2019, Juli 30). Masuk Fortune Global 500, Xiaomi Jadi Perusahaan
Termuda. Retrieved from SWA:
https://swa.co.id/swa/trends/technology/masuk-fortune-global-500-xiaomi-
jadi-perusahaan-termuda

Millward, S. (2015, Agustus 14). Perjalanan Xiaomi Dalam Lima Tahun


[INFOGRAFIS]. Retrieved from Techinasia:
https://id.techinasia.com/infografis-perjalanan-xiaomi

43
MuhammadLatief, D. (2019, Mei 09). Kemajuan Teknologi Komunikasi Menjadi
Smartphone. Retrieved from Kompasiana:
https://www.kompasiana.com/dizamuhammadlatief/5cd3a9b395760e08b13ad
ef5/kemajuan-teknologi-komunikasi-menjadi-smartphone?page=all

Naciye Guliz Ugur, T. K. (2015). Time for Digital Detox: Misuse of Mobile
Technology and Phubbing. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 1022-
1031.

Nugraha, A. (2014). PENGARUH EKUITAS MEREK TERHADAP KEPUTUSAN


PEMBELIAN PRODUK MIE INSTAN. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.

Oxford Learner's Dictionaries. (2019, Oktober 10). Definition of smartphone noun


from the Oxford Advanced Learner's Dictionary. Retrieved from Oxford
Learner's Dictionaries:
https://www.oxfordlearnersdictionaries.com/definition/english/smartphone?q=
smartphone

Palo Alto, S. S. (2019, Februari 22). Samsung leads in Indonesiansmartphonesas


market surges aheadto close2018 up 17.1%. Retrieved from Canalys:
https://www.canalys.com/newsroom/samsung-leads-in-indonesian-
smartphones-as-market-surges-ahead-to-close-2018-up-171

Permana, K. S. (2019, Januari 24). Ketika Pengguna Internet dan Smartphone Terus
Meningkat, Android Dominasi Pasar Indonesia dan Dunia. Retrieved from
Tribunjabar: https://jabar.tribunnews.com/2019/01/24/ketika-pengguna-
internet-dan-smartphone-terus-meningkat-android-dominasi-pasar-indonesia-
dan-dunia

Pertiwi, W. K. (2019, September 29). IDC: Samsung Rajai Pasar Smartphone


Indonesia. Retrieved from Kompas.com:
https://tekno.kompas.com/read/2019/08/29/17330497/idc-samsung-rajai-
pasar-smartphone-indonesia?page=all

44
Philip Kotler, A. S. (2001). Manajemen Pemasaran Di Indonesia. Jakarta: Salemba
Empat.

Philip Kotler, G. A. (2013). Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga.

Philip Kotler, K. L. (2009). Manajemen Pemasaran, Edisi Ketiga Belas Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.

Philip Kotler, K. L. (2012). Marketing Management 14E. New Jersey: Pearson Prentice
Hall.

Pratomo, G. Y. (2014, Agustus 27). Redmi 1S, Ponsel Pertama Xiaomi di Indonesia.
Retrieved from CNN Indonesia:
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20140827171919-185-1922/redmi-
1s-ponsel-pertama-xiaomi-di-indonesia

Purwanto, E. (2019, Februari 21). 2018: Pengguna Smartphone Indonesia Tembus 103
Juta Orang. Retrieved from Ayooberita: https://www.ayooberita.com/berita---
--2018-pengguna-smartphone-indonesia-tembus-103-juta-orang

Ratih Maulidina, D. M. (2016). Analisis Ekuitas Merek Smartphone Apple dan


Samsung Pada Konsumen Muda Di Indonesia (Kesadaran Merek, Persepsi
Kualitas, Asosiasi Merek, Loyalitas Merek). E-Proceeding of Management,
1113-1119.

Schulz, L. M. (2018). Disconnect to Reconnect: The Phenomenon of Digital Detox as


a Reaction to Technology Overload. Sweden: Lund University.

Sekaran, U. (2006). Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

Simemora, H. (2000). Menajemen Pemasaran Internasonal. Jakarta: Salemba Empat.

Social, W. A. (2017, Agustus 29). Pengguna Ponsel Indonesia Mencapai 142% dari
Populasi. Retrieved from Databoks:
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/08/29/pengguna-ponsel-
indonesia-mencapai-142-dari-populasi

45
Stanley Lemeshow, D. W. (1990). Adequacy of Sample Size in Health Studies.
England: John Wiley & Sons Ltd.

Statcounter Globalstats. (2019, September). Mobile Vendor Market Share Indonesia


2015-2019. Retrieved from Statcounter Globalstats:
https://gs.statcounter.com/vendor-market-share/mobile/indonesia/#yearly-
2015-2019

Statista Research Department. (2019, Februari 19). Number of smartphone users in


Indonesia from 2011 to 2022 (in millions)*. Retrieved from Statista:
https://www.statista.com/statistics/266729/smartphone-users-in-indonesia/

Sugiyono, P. D. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.

Sujarweni, V. W. (2015). Metodologi Penelitian Bisnis & Ekonomi. Yogyakarta:


Pustakabarupress.

Tjiptono, F. (2005). Brand Management & Strategy. Yogyakarta: Andi Offset.

Top Brand Award. (2019). Top Brand Index. Retrieved from Top Brand Award:
https://www.topbrand-award.com/top-brand-
index/?tbi_index=Top%20Brand&tbi_year=2019

Triwijanarko, R. (2018, Juli 16). Kilas Balik Perjalanan Empat Tahun Xiaomi di
Indonesia. Retrieved from Marketeers: https://marketeers.com/perjalanan-4-
tahun-xiaomi-di-indonesia/

Wartaekonomi. (2019, Februari 21). China Kuasai 56% Market Smartphone Indonesia.
Retrieved from Wartaekonomi:
https://www.wartaekonomi.co.id/read216500/china-kuasai-56-market-
smartphone-indonesia.html

Xiaomi. (n.d.). Products of Xiaomi. Retrieved from Mi: https://www.mi.co.id/id/list/

46
Youngky Ramadhan, D. M. (2017). Pengaruh Brand Equity Terhadap Proses
Keputusan Pembelian Smartphone : Studi Pada Pengguna Apple Iphone di Kota
Bandung. e-Proceeding of Management : Vol.4, 1.

47

Anda mungkin juga menyukai