Anda di halaman 1dari 5

EKLAMPSIA

No. Dokumen No. Revisi Halaman


1/4
Jl. Stadion Patroman
Kav III No 5
Kota Banjar

Tanggal Terbit Ditetapkan :


Direktur RSU Banjar Patroman

SPO

dr. Suci Dara


Eklampsia adalah kejang-kejang pada ibu hamil, bersalin dan
nifas dengan atau tanpa penurunan kesadaran dimana
sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre-eklampsia dan
PENGERTIAN
tidak dapat dibuktikan adanya penyebab yang lain.
Catatan: 10% kasus eklampsia adalah atypical (tanpa didahului
oleh gejala PE).
Sebagai acuan pelayanan kesehatan maternal risiko tinggi di
TUJUAN
Rumah Sakit Umum Banjar Patroman.
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Banjar Patroman
KEBIJAKAN No. _______________________________Tentang Kebijakan
Program Nasional pada Rumah Sakit Umum Banjar Patroman.
PROSEDUR Terapi
1. Menghentikan kejang dan mencegah kejang ulangan
dengan pemberian MgSO4 (dosis dan tata cara
pemberian sama dengan pada PE berat).
2. Menurunkan tekanan darah
Tekanan darah harus diturunkan sampai sistolik < 160
mmHg dan diastolik < 110 mmHg atau MAP ˂125.
a. Pengobatan awal yang dipergunakan menurunkan
tekanan darah adalah Nifedipin oral.
Tata cara pemberian nifedipin:
a) Berikan Nifedipine oral 10 – 20 mg, kemudian
berikan setiap 30-45 menit sampai tekanan darah
menurun (tercapai stabilisasi) dilanjutkan dengan
dosis pemeliharaan setiap 4-6 jam.
b) Dilakukan monitoring janin kontinyu sampai
tekanan darah stabil.
b. Bila pasien tidak sadar, anti hipertensi yang
diberikan adalah nicardipin.
Tata cara pemberian:
a) Buat larutan 25 mg nicardipine dalam 240 cc
RL, atau 20 mg nicardipin dalam 200 cc RL
sehingga konsentrasinya menjadi 0,1 mg/cc.
b) Berikan dalam bentuk infus dengan kecepatan
5 mg/jam atau 50 cc/jam, sampai mencapai
target MAP yang diinginkan.
c) Jangan melebihi 15 mg/jam atau 150 cc/jam.
3. Memperbaiki keadaan umum ibu
a. Infus RL / Dextrose 5% dengan jumlah 80 ml/jam atau 1
ml/kgBB/jam.
b. Pasang CVP untuk pemantauan keseimbangan cairan
(bila perlu).
c. Koreksi keseimbangan asam basa sesuai pemeriksaan
analisa gas darah.
4. Mencegah dan mengatasi komplikasi
a. Edema paru.
a) Posisi semi fowler, kepala dan dada ditinggikan
sehingga meningkatkan ventilasi
b) Diberikan Furusemide 20-40 mg intravenous dalam
dua menit. Bila respon adekuat tidak terjadi dalam
30-50 menit, dosis ditingkatkan menjadi 40-60 menit
dengan injeksi pelan intra vena sampai dosis
maksimal 120 mg dalam satu jam.
c) Morphine Sulfat 3-5 mg i.v (hindari pada
peningkatan tekanan intra kranial, penurunan
kesadaran)
d) Diit rendah garam dan restriksi cairan (monitor CM /
CK)
e) Oksigen 8-10 L/mnt dengan “face mask” atau
dengan CPAP dengan monitoring saturasi oksigen
dengan pulse oximeter
f) Posisi kepala dan dada ditinggikan.

b. Gagal jantung kongestif


Adanya tanda-tanda gagal jantung kongestif dengn
pemberian:
a) Preparat β-bloker (Propranolol 1 mg i.v tiap 2 menit
sesuai dengan pengamatan pasien)
b) Preparat inotropik (Digoxin, dosis awal 0,5 mg i.v
dalam 5 menit kemudian 0,25 mg i.v tiap 6 jam
sebanyak dua kali pemberian, diikuti dosis
pemeliharaan 0,125-0,375 mg i.v / p.o empat kali
sehari)
Catatan: Jika diperlukan dilakukan konsultasi dengan
Bagian Penyakit Dalam.

c. Gagal ginjal.
a) Terapi suportif termasuk pemberian obat
antihipertensi
b) Bila terjadi peningkatan volume arah intra vaskuler,
batasi pemberian garam 1-2 gram per hari dan
batasi air (< 1 liter / hari)
c) Memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit
d) Nutrisi sesuai dengan pasien gagal ginjal, batasi
protein (-0,5 g/kgBB/hari), dan rendah karbohidrat
(-100 gram/hari)
e) Dialisis kalau ada indikasi:
i. Klinis uremia
ii. Peningkatan volume intravaskuler yang sulit
diatasi
iii. Hiperkalemia atau asidosis yang resisten
dengan perawatan konservatif
iv. Profilaksis dialisis bila : BUN >50-70 mg/dl
atau kreatinin > 6-7 mg / dl
f) Pasien eklampsia dengan gagal ginjal harus
dikonsultasikan kepada bagian Penyakit Dalam cq
Divisi Nefrologi.
d. Disseminated Intravascular Coagulation
a) Mempertahankan volume sirkulasi dan
memberikan pengganti komponen darah atau
faktor pembekuan sesuai dengan hasil
pemeriksaan darah.
b) Diberikan PRC; transfusi cepat sampai klinis
membaik atau hematokrit ≥ 25%. Berikan satu
ampul Calsium Glukonas setiap pemberian 5
kantong PRC
c) Cryoprecipitat, volume 35-40 cc
Diberikan bila fibrinogen < 100 mg/dl
Tiap unit meningkatkan fibrinogen 5-10 mg/dl.
d) Fresh Frozen Plasma (FFP), volume 250 cc
Diberikan untuk mengkoreksi PT, aPTT, dan
fibrinogen. Diberikan bila kadar fibrinogen kurang <
100 mg/dl atau < 150 mg/dl yang disertai dengan
tanda perdarahan. Diberikan 4 kantong pada awal,
kemudian diberikan lagi sesuai dengan kebutuhan
e) Platelet Konsentrat
Berikan bila kadar trombosit < 20.000 /mm3
meskipun tidak ada tanda perdarahan atau kadar
trombosit < 50.000 / mm3 bila disertai dengan
perdarahan
f) Persalinan segera dilakukan setelah syarat
terpenuhi.
Catatan: Pasien eklampsia dengan DIC harus
dikonsultasikan dengan Bagian Penyakit Dalam.
e. Ruptur hepar
Segera lakukan konsultasi Bagian Bedah Digestif untuk
dilakukan eksplorasi laparotomi.
f. Perdarahan intracranial.
g. Apabila dicurigai adanya perdarahan intracranial maka
dikonsulkan ke bagian Bedah Saraf.
h. Koma
Konsultasi ke Bagian Anestesi dan Rawat Intensif.

1. Penanganan Obstetri:
Sikap terhadap kehamilan:
a. Sikap dasar adalah semua kehamilan dengan eklampsia
harus diakhiri tanpa memandang umur kehamilan dan
keadaan janin, setelah kondisi ibu stabil.
Stabilisasi hemodinamik dan metabolisme ibu dicapai
dalam 4-8 jam setelah salah satu atau lebih keadaan di
bawah ini:
a) Setelah pemberian obat anti kejang terakhir.
b) Setelah kejang terakhir
c) Setelah pemberian obat-obat anti hipertensi terakhir.
d) Penderita mulai sadar (responsif dan orientasi).
b. Cara terminasi kehamilan:
a) Bila hasil KTG normal induksi persalinan dengan drip
Oksitosin; dengan syarat PS sama dengan atau lebih
dari 5
b) Seksio Sesaria bila:
i. Syarat drip oksitosin tidak dipenuhi atau adanya
kontraindikasi drip oksitosin
ii. PS < 5
iii. Persalinan (fase aktif) belum terjadi dalam waktu
12 jam pasca induksi
iv. Bila hasil KTG patologis
v. Umur hamil < 32 minggu (kurang dari 1/3 berhasil
induksi)
c. Perawatan pasca persalinan:
Bila persalinan terjadi pervaginam, monitoring tanda-
tanda vital dilakukan sebagaimana lazimnya.
Pemeriksaan laboratorium untuk monitoring dikerjakan setelah 24
jam persalinan.
1. Ruang Bersalin
2. IGD
3. Ruang Nifas
UNIT TERKAIT
4. Instalasi Bedah Sentral
5. Ruang Perinatologi
6. Ruang HCU

Anda mungkin juga menyukai