PROPOSAL PENELITIAN
OLEH
ROBERTO WEWRA
1317114007
PROGRAM DIPLOMA IV
2022
LEMBARAN PENGESAHAN
PROPOSAL PENELITIAN
OLEH
ROBERTO WEWRA
1317114007
MENYETUJUI
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
MENGETAHUI
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang selalu
menyertai penulis sehingga penulisan proposal penelitian dengan judul “Mutu Organoleptik
Dan Komposisi Kimia Olahan Inasua Ikan Golok Merah Dari Desa Watludan
Penulis menyadari sungguh bahwa penulisan proposal penelitian ini masih jauh
dari kesempurnaan, oleh karena itu segala saran dan kritikan yang bersifat membangun dari
berbagai pihak sangat diharapkan sehingga dapat melengkapi segala kekurangan. Semoga
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
LEMBARAN PENGESAHAN............................................................................ ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. v
DAFTAR TABEL................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
3.1 Alat............................................................................................................ 14
3.2 Bahan......................................................................................................... 14
3.3 Metode....................................................................................................... 14
3.4 Parameter................................................................................................... 14
3.5 Prosedur Kerja........................................................................................... 14
3.6 Prosedur Analisa........................................................................................ 14
3.6.1 Uji Organoleptik............................................................................... 14
3.6.2 Uji Proksimat.................................................................................... 15
3.7 Waktu Dan Tempat Penelitian................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA
iv
DAFTAR GAMBAR
NO Halaman
v
DAFTAR TABEL
NO Halaman
vi
1. Beberapa penelitian olahan inasua 5BAB I
PENDAHULUAN
Inasua (Posua) merupakan produk fermentasi ikan asin secara tradisional yang
dilakukan oleh masyarakat Teon, Nila dan Serua (TNS) di Maluku Tengah (Mahulette et al.,
2018). Produk fermentasi ikan ini telah ditetapkan pemerintah sebagai salah satu Warisan
Budaya Tak Benda (WBTB) dari Maluku sejak tahun 2015 (Tiwery et al., 2014). Pada
dasarnya pembuatan produk Inasua (Posua) telah berlangsung sejak zaman para leluhur dan
merupakan kearifan lokal masyarakat TNS dalam pemanfaatan sumber daya perikanan yang
Inasua (Posua) adalah suatu produk olahan yang berasal dari pulau Teon, Nila dan
Serua. Olahan ini juga merupakan salah satu bahan pangan yang penting dikonsumsi kapan
saja lebih tepatnya pada musim dimana masyarakat tidak dapat melaut dikarenakan musim
timur ( musim paceklik). Inasua (Posua) yang dibuat oleh masyarakat Teon, Nila dan Serua
berasal dari beberapa jenis ikan. ikan yang sering digunakan diantaranya dari ikan golok
merah (priacanthus tayenus). Disisi lain, pengolahan Inasua (Posua) dilakukan dengan proses
fermentasi dengan cara perendaman dalam larutan garam sehingga proses fermentasi tetap
sederhana yang melibatkan mikroorganisme. Fermentasi adalah proses produksi energi dalam
sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Selama proses fermentasi, peptida akan
dirombak menjadi peptida kemudian menjadi asam amino (Kamiya et al., 2002; Abun, 2006).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi fermentasi yaitu keasaman (pH), mikroba, suhu,
1
Garam sering digunakan dalam proses fermentasi. Garam dapat berfungsi sebagai
pengikat air dan pemberi rasa yang sedap, selain itu juga garam dapat menghambat
relatif lebih sensitif terhadap garam. Garam dapat berfungsi sebagai bahan pengawet karena
dapat menaikan tekanan osmosis yang menyebabkan terjadinya plasmolisis pada sel mikroba
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang Posua
dengan judul “Mutu Organoleptik Dan Komposisi Kimia Olahan Inasua Ikan Swanggi Dari
Untuk mengetahui mutu organoleptik dan komposisi kimia olahan inasua ikan golok
menambah pengetahuan bagi penulis tentang mutu organoleptik dan komposisi kimia olahan
inasua ikan golok merah dari Desa Watludan Kecamatan Teon Nila Serua Kabupaten Maluku
Tengah.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Class : Pisces
Ordo : Perciformes
Family : Priachantidae
Genus : Priacanthus
Ikan golok merah (priacanthus tayenus) merupakan salah satu jenis ikan demersal
yang umumnya mendiami suatu perairan dasar atau daerah berbatu. Ikan swanggi termasuk
ke dalam salah satu dari enam ikan demersal ekonomis penting di Laut Cina Selatan (Ibrahim
et al. 2003). Secara umum ikan ini mencari makan secara nokturnal tetapi dapat juga mencari
makan secara diurnal dengan sama baiknya. Makanan utamanya adalah dari jenis crustacea
(dominan udang), cephalopoda kecil, polychaeta, dan ikan kecil (Starnes 1984).
3
Ikan golok merah secara morfologi memiliki badan agak tinggi, agak memanjang, dan
pipih secara lateral. Tubuh, kepala, iris mata, dan sirip berwarna merah muda atau kemerah-
merahan. Pada sirip perut memiliki bintik-bintik kecil berwarna ungu kehitam-hitaman
dengan 1 atau 2 titik lebih besar di dekat perut. Bintik-bintik pada sirip perut ini yang
membedakan ikan golok merah dengan ikan famili Priacanthidae yang lain (FAO 1999).
Tulang belakang pada preoperkulum berkembang dengan baik. Jumlah tulang tapis
insang pada lengkung insang pertama 21 sampai 24. Jari-jari sirip punggung berjumlah X
jari-jari keras dan 11 sampai 13 jari-jari lemah. Jari-jari pada sirip dada 17-19. Sisik-sisik
pada bagian tengah lateral dengan bagian posterior atas hilang dan memiliki sedikit duri kecil
pada ikan yang lebih besar. Sisik-sisik lateral berjumlah 56 sampai 73 dan sisik-sisik linear
lateralis berjumlah 51 sampai 67. Sisik pada baris vertikal (dari awal sirip dorsal sampai
Ikan golok merah merupakan ikan karang demersal dengan karakteristik khusus
berwarna merah muda, memiliki mata besar, dan pada sirip perut terdapat bintik berwarna
ungu kehitam-hitaman (FAO 1999). Menurut data statistik perikanan PPP Labuan, produksi
tangkapan ikan golok merah dari awal tahun 2011 sampai saat ini menduduki posisi kelima
dari total produksi tangkapan ikan demersal di PPP Labuan Banten, yaitu sebesar 4376.70 kg
4
Gambar 1: Ikan golok merah (priacanthus tayenus)
komposisi nilai gizi asam amino esensial sebesar 1,97 – 2,01 %w/w dan total asam
amino sebesar 4,26 dan 4,32%w/w; Kadar Protein 7,54 – 8,44%; Kadar air 3,08 – 3,24%;
kadar lemak 27,84 – 31,21%; kadar abu 2,34 – 2,58%; Zat Besi 23,54 – 23,82%; kadar gula 2
g/100g; vitamin A.
1 Penambahan garam saja dan garam Analisi bakteri asam Mahulette et al ( 2019)
ditambahkan nira kelapa laktat dalam fermentasi
Inasua dengan dan
tanpa nira kelapa.
Mahulette et al ( 2021)
Profil asam amiono
dan asam lemak dalam
fermentasi inasua
gurara
5
Magnesium (Mg), Besi
(Fe)
2.3 Penggaraman
Garam merupakan faktor utama dalam proses penggaraman. Sebagai bahan pengawet,
kemurnian garam sangat mempengaruhi mutu ikan yang dihasilkan. Garam juga merupakan
bahan pembantu yang sengaja ditambahkan atau diberikan dengan tujuan untuk
meningkatkan konsistensi, nilai gizi, cita rasa, mengandalikan keasaman dan kebebasan, serta
Menurut Moeljanto (1992), secara umum garam terdiri atas 39,39% Na dan 60,69%
C1, bentuk kristal seperti kubus dan berwarna putih. Sebagian bahan pengawet, garam
mempunyai tekanan osmosis yang tinggi sehingga dapat mengakibatkan terjadinya peristiwa
osmosis dengan faging ikan. Kecepatan penetrasi garam kedalam tubuh ikan dipengaruhi oleh
tingkat kemurnian garam. Garam yang baik adalah garam yang mengandung NaC1 cukup
6
tinggi (95%) dan sedikit mengandung elemen magnesium (Mg) maupun kalsium Ca). Elemen
1. Dapat memperlambat penetrasi garam kedalam tubuh ikan sehingga terjadi proses
dalam penyimpanan.
3. Garam yang mengandung CaSO⁴ sebanyak 0,5-1.0% menyebabkan ikan asin yang
4. Garam yang mengandung MgC1 atau MgSO⁴ akan menghasilkan ikan asin yang agak
pahit.
5. Garam yang mengandung Fe dan Cu dapat mengakibatkan ikan asin berwarna kuning
Prinsip pengawetan dengan garam adalah mengurangi atau menurunkan kadar air
yang dikandung dalam tubuh ikan melalui aksi osmosis yang terjadi selama penggaraman
dimana penarikan air bersamaan waktu dengan penetrasi garam kedalam daging ikan
(Silawane 2009, dalam Gainaugasiray, 2010). Hal ini juga bertegas oleh Leiwakabessy
(1991), yang menyatakan bahwa akibat yang penting dari pemberian garam adalah penarikan
air dari daging ikan sampai titik dimana aktifitas mikrobia dan enzimatik dihambat.
Penarikan air akibat perbedaan antara larutan garam didalam daging ikan dan konsentrasi
yang tinggi diluar daging ikan. Akibatnya terjadi tekanan osmotik yang tinggi, yang
menyebabkan air keluar dari tubuh ikan dan terjadi penetrasi garam kedalam jaringan ikan.
Proses ini berlangsung sampai terbentuk keseimbangan antara larutan garam didalam dan
7
Muryanti dan Sunarman (2000) menyatakan bahwa penggaraman merupakan cara
yang digunakan untuk memperpanjang mutu ikan dengan menunda autolisis dan membunuh
bakteri secara langsung. Ikan yang mengalami proses penggaraman, akan mempunyai daya
simpan karena garam dapat berfungsi untuk menghambat reaksi autolysis dan pertumbuhan
garam yang digunakan dapat mengikat protein miofibril. Protein ini merupakan protein
larutan garam. Penambahan garam menyebabkan protein aktin dan miosin berinteraksi
membentuk aktomiosin yang menghasilkan struktur jaringan protein daging yang membentuk
gel dan dapat mengubah tekstur daging menjadi lebih kenyal (Winarno, 1997).
Dalam pengertiannya, Inasua (Posua) terdiri dari dua suku kata yaitua Ina yang
berarti ikan dan Sua yang yang berarti garam. Sehingga bisa diartikan bahwa Inasua
merupakan cara Fermentasi ikan dengan menggunakan media garam. Proses fermentasi
inasua berbeda dengan fermentasi pada umumnya, karena Inasua merupakan fermentasi ikan
mentah dan hasil dari fermentasi ikan itu juga mentah. Proses fermentasi ini dilakukan oleh
masyarakat Teon, Nila dan Serua. (Tari Anggut 2015).fermentasi ikan dengan cara
pengawetan tradidional dinilai lebih mudah dan murah (Rahayu at al. 1992). Nilai gizi pada
makanan fermentasi lebih tinggi dari bahan asal karena mikroba memiliki kemampuan
memecah senyawa kompleks menjadi lebih sederhana. Hal tersebut membuat makanan lebih
mudah dicerna (Buckle, 1987). Produk fermentasi secara tradisional dimiliki oleh masing-
masing daerah, salah satunya berupa olahan ikan fermentasi tradisional yaitu Inasua.
8
2.5 Analisa Proksimat
secara rinci, namun berupa nilai perkiraan (Danuarsa, 2006). Metode ini dikembangkan oleh
Henneberg dan Stockman dari Weende Expriment Station di Jerman pada tahun 1865.
(Tillman et al., 1991). Analisa makronutrien analisis proksimat meliputi kadar abu total,air
total, lemak total, protein total dan karbohidrat total, sedangkan untuk kandungan
vitamin A dan provitamin A secara kimia dalam buah-buahan dan produk hasil olahan dapat
ditemukan dengan berbagai metode diantaranya kromatografi lapis tipis, kromatografi kolom
absorpi, kromotografi cair kinerja tinggi, kolorimetri dan spektrofotometri sinar tampak
(Susi, 2001).
nutrien suatu bahan baku atau pakan. Metode analisa proksimat pertama kali dikembangkan
oleh Henneberg dan Stohman pada tahun 1860 di sebuah laboratorium penelitian di Weende,
Jerman (Hartadi et al., 1997). Analisa proksimat dibagi menjadi enam fraksi nutrien yaitu
kadar air, abu, protein kasar, lemak kasar, serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen
(BENT).
Kadar air dalam bahan pangan sangat mempengaruhi kualitas dan daya dari bahan
pangan tersebut. Oleh karena itu, penentuan kadar air dari suatu bahan pangan sangat penting
agar dalam proses pengolahan maupun penditrubusian mendapat pangan yang tepat. Ditiap
bahan pakan yang paling kering sekalipun, masih terdapat kandungan air walaupun dalam
jumlah yang kecil. Bahan yang paling banyak mengandung kadar air adalah tepung kedele
dengan nilai 18,1490 dan yang memiliki berat kering paling besar adalah tepung darah
9
dengan nilai 99,7501 kadar bahan kering ini pun dapat berubah-ubah, tergantung dari suhu
Banyaknya kadar air dalam suatu bahan pakan dapat diketahui bila bahan pakan
tersebut dipanaskan pada suhu 105°C. Bahan kering dihitung sebagai seilisih antara 100%
dengan persentase kadar air suatu bahan pakan yang dipanaskan hingga ukurannya tetap
(Anggorodi, 1994). Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat
dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berat kering (dry basis). Metode
pengeringan melalui oven sangat memuaskan untuk sebagian besar makanan, akan tetapi
beberapa makanan seperti silase, banyak sekali bahan-bahan atsiri (bahan yang mudah
Analisa kadar abu bertujuan untuk memisahkan bahan organika dan bahan anorganik
suatu bahan pakan. Kandungan abu suatu bahan pakan menggambarkan kandungan mineral
pada bahan tersebut. Menurut Cherney (2000) abu terdiri dari mineral yang larut dalam
detergen kandungan bahan organik suatu pakan terdiri protein kasar, lemak kasar, serat kasar
dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Karra (2007) menyatakan bahwa pemanasan
diluar tanur adalah dengan suhu 400-600°c dan Halim (2006) menyatakan bahwa zat organik
yang tertinggi didalam pemanasan dengan tanur disebut dengan abu (ash). Disini, bahan
Jumlah abu dalam bahan pakan hanya penting untuk menentukan perhitungan bahan
ekstrak tanpa nitrogen (Soejono, 1990). Kandungan abu ditentukan dengan cara mengabukan
atau membakar bahan pakan dalam tanur. Pada suhu 400-600°C sampai semua karbon hilang
dari sampe, dengan suhu tinggi ini bahan organik yang ada dalam bahan pakan akan terbakar
dan sisanya merupakan abu yang dianggap mewakili bagian organik makanan. Namun, abu
10
juga mengandung bahan organik seperti sulfur dan fosfor dari protein dan beberapa bahan
yang mudah terbang seperti natrium, klorida, kalium, fosfor dan sulfur akan hilang selama
pembakaran. Kandungan abu dengan demikian tidaklah sepenuhnya mewakili bahan organik
pada makanan baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif (Anggorodi, 1994)
Kadar protein pada analisa proksimat bahan pakan pada umumnya mengacu pada
istilah protein kasar. Protein kasar memiliki pengertian banyaknya kandungan nitrogen (N)
yang terkandung pada bahan tersebut dikali dengan 6,25. Defenisi tersebut berdasarkan
asumsi bahwa rata-rata kandungan N dalam bahan pakan adalah 16 gram / 100 gram protein.
Protein kasar terdiri dari protein dan nitrogen bukan protein (NPN) (Cherney, 2000).
Protein merupakan salah satu zat makanan yang berperan dalam penentuan
produktifitas ternak. Jumlah protein dalam pakan ditentukan dengan kandungan nitrogen
bahan pakan kemudian dikali dengan faktor protein 6,25. Angka 6,25 diperoleh dengan
asumsi bahwa protein mengandung 16% nitrogen. Kelemahan analisa proksimat untuk
protein kasar itu sendiri terletak pada asumsi dasar yang di gunakan. Pertama, dianggpa
bahwa semua nitrogen bahan pakan merupakan protein, kenyataan tidak semua nitrogen
berasal dari nitrogen dan kedua, bahwa kadar nitrogen protein 16%, tetapi kenyataan kadar
Kandungan lemak suatu bahan pakan dapat ditentukan dengan metode soxhlet, yaitu
proses ekstraksi suatu bahan dalam tabung soxhlet (soejono, 1990). Lemak yang dapat dari
analisis lemak bukan lemak murni. Selain mengandung lemak sesungguhnya, ekstrak eter
juga mengandung waks (lilin), asam organik, alkohol, dan pigmen, oleh karena itu fraksi eter
11
untuk menentukan lemak tidak sepenuhnya benar (Anggorodi, 1994). Penetapan kandungan
lemak dilakukan dengan larutan hekssan sebagai pelarut. Fungsi dari heksan adalah untuk
mengekstraksi lemak atau untuk melarutkan lemak, sehingga merubah warna dari kuning
Karbohidrat merupakan senyawa yang terbentuk dari molekul karbon hydrogen dan
oksigen. Sebagai salah satu jenis zat gizi, fungsi utama karbohidrat adalah penghasil energy
dalam tubuh. Menurut (Yasit dan Nursanti, 2015, karbohidrat merupakan senyawa karbon
yang banyak dijumpai sebagai penyusun utama jaringan tumbuh-tumbuhan. Nama latin
karbohidrat adalah sakarida (berasal dari Bahasa latin saccharum : gula). Senyawa
karbohidrat adalah polihidroksi aldehida atau polihidroxy keton yang mengandung unsur-
unsur karbon (C), hydrogen (H), dan oksigen (O), dengan rumus empiris total (CH2O)n
Menurut Maryam 2016, manfaat karbohidrat didalam tubuh adalah sebagai sumber
energy bagi kebutuhan sel-sel jaringan tubuh, mencegah agar protein tidak diolah sebagai
penghasil energy, membantu metabolisme lemak dan protein, didalam hati karbohidrat untuk
Mutu suatu produk didefinisikan sebagai keadaan fisik, fungsi dan sifat suatu produk
bersangkutan yang dapat memenuhi selerah dan kebutuhan konsumen dengan memuaskan
sesuai nilai uang yang telah dikeluarkan (Suyadi, 2007). Mutu organoleptik merupakan
mempergunakan suatu produk. Uji organoleptik atau uji indera atau uji sensori sendiri
merupakan cara pengujian dengan menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk
12
pengukuran daya penerimaan terhadap produk. Pengujian organoleptik mempunyai peranan
penting dalam penerapan mutu dan kerusakan lainnya dari produk (Shfali, 2007).
Adapun syarat-syarat yang harus ada dalam uji organoleptik adalah adanya contoh
(sampel), adanya panelis, dan pernyataan respon yang jujur. Penilaian inderawi ada enam
tahap yaitu pertama menerima bahan, mengenali bahan, mengadakan klarifikasi sifat-sifat
bahan, mengingat kembali bahan yang telah diamati, dan menguraikan kembali sifat inderawi
produk tersebut.
1. Aroma
Disebut juga pencicipan jarak jauh karena manusia dapat mengenal enaknya makanan
yang belum terlihat hanya dengan mencium aromanya dari jarak jauh, manusia dapat
mencium bau yang keluar dari makanankarena adanya sel-sel epitel alfaktori dibagian
dinding atas rongga hidung yang peka terhadap komponen bau. Pemasakan dapat
mempengaruhi warna, bau, rasa dan produk daging (Montolalu et al., 2013).
2. Rasa
Rasa ialah sesuatu yang diterima oleh lidah. Dalam penginderaan cecapan dibagi empat
yaitu manis, pahit, asam dan asin serta ada tambahan respon bila dilakukan modifikasi. Rasa
yang dipengaruhi oleh beberapa komponen yaitu senyawa kimia, suhu, konsentrasi dan
3. Tekstur
Tekstur mempunyai peranan penting pada daya terima makanan. Penilaian terhadap
tekstur antara lain dengan cara menilai kehalusan dan keknyalan terhadap produk yang
dihasilkan dan merupakan kombinasi dari keadaan fisik suatu makanan dan indera oleh
13
sentuhan penglihatan dan perabaan. Keadaan fisik suatu makanan meliputi, ukuran, jumlah,
4. Warna
Warna merupakan salah satu parameter selain cita rasa, tekstur dan nilai nutrisi yang
menentukan persepsi konsumen terhadap suatu bahan pangan. Referensi konsumen sering
ditentukan berdasarkan penampakan luat suatu produk pangan. Warna pangan yang cerah
memberikan daya tarik bagi konsumen. Warna pada produk pangan memiliki beberapa fungsi
anatara lain : sebagai indikator kematangan, terutama untuk produk pangan segar sebagai
indikator kesegaran.
14
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Alat
1. Alat yang digunakan dalam pembuatan inasua adalah pisau, baskom dan jerigen.
2. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan analitic, oven, sochlet.
3.2 Bahan
1. Bahan yang digunakan dalam pembuatan inasua adalah ikan dan garam
3.3 Metode
3.4 Parameter
Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah organoleptik dan proksimat,
1. Mengamati sampel posua dari Desa Watludan, dibawa kelaboratorium teknologi hasil
15
Ikan
Pencucian I
Membelah ikan
Pencucian II
* Inasua
Uji organoleptik adalah cara untuk mengukur, nilai dan menguji mutu komoditas. Uji
organoleptik juga disebut pengukuran subyektif manusia sebagai alat ukur (Soekarto, 1990).
16
Bagian organ tubuh yang berperan dalam penginderaan adalah : mata, telinga, indra
pencicip, indra pembau dan indra peraba atau sentuhan. Kemampuan alat indra memberikan
kesan atau tanggapan dapat dianalisis atau dibedakan berdasarkan jenis kesan. Luas daerah
kesan adalah gambaran dari sebaran atau cakupan dari alat indera yang menerima
indera memberikan reaksi atas rangsangan yang diterima. Kemampuan tersebut meliputi
1. Kadar Air
Siapkan alat dan bahan. Panaskan cawan porselen dalam oven. Pada suhu 102-105°C
selama 12 jam. Kemudian timbang cawan yang telah dipanaskan dalam desikator, selama 30
menit. Timbang cawan yang telah didingingkan. Kemudian timbang sampel sebanyak 1 – 2
gram. Masukan sampel yang telah di timbang kedalam cawan ysng telah selesai ditimbang.
Selanjutnya keringkan sampel dalam oven paa suhu 105°C sampai menjadi konstan.
Kemudian sampel dikeluarkan dan dinginkan dalam desikator selama 30 menit. Timbang
sampel.
2. Kadar abu
Cawan abu dipanaskan dalam oven. Dengan suhu abu 105°C dinginkan cawan pengabuan
dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang berat cawan abu kosong. Kedalam cawan
abu, masukan sekitar 2 gram sampel, selanjutnya abukan dalam tungku pengabuan sampai
suhu sekitar 650°C dan biarkan pada suhu selama 1 jam. Setelah suhu tungku pengabuan
turun sekitar 200°C. Dinginkan cawan abu porselin dalam desikator selama 30 menit dan
timbang beratnya.
17
3. Kadar Lemak
Ambil abu lemak yang ukurannya sesuai dengan alat ekstrasi sochlet yang akan
digunakan. Timbang 1 gram sampel yang telah dihaluskan langsung kedalam kertas saring.
Kemudian tutup dengan kapas – wool yang bebas lemak. Letakan timbel atau kertas saring
yang berisi sampel tersebut dalam alat ekstrasi soxhlet, kemudian pasang alat kondensor
diatasnya dan abu kemak dibawahnya. Tuangkan pelarut dietil eter atau petroleum eter
kedalam abu labu kemak secukupnya, sesuai dengan ukuran soxhlet yang digunakan.
Lakukan refluks selama minimum 5 jam sampai pelarut yang turun kembali kelabu lemak
berwarna jernih. Destilasi pelarut yang ada dalam abu lemak, kemudian tampung pelarutnya.
Selanjutnya labu kemak yang berisi lemak hasil ekstrasi dipanaskan dalam oven pada suhu
105°C. Setelah dikeringkan sampai berat konstan dan didinginkan dalam desikatoe, timbang
4. Kadar Protein
Timbang contoh sebanyak 1 – 2 gram masukan dalam labu destruksi, tambahkan 5 gram
campuran nutrium sulfat dan mercury oxide ( 20 : 1 ). Tambahkan kedalam labu destruksi 10
ml asam sulfat pekat. Lakukan pemanasan labu destruksi mula-mula pada suhu 200 - 250°C
sampai larutan tidak berasap lagi kemudian dilakukan pemanasan pada suhu 300 400°C
sampai larutan didalam labu menjadi jernih. Bilas labu destruksi dengan aquades dan lakukan
pemanasan pada suhu yang sama sampai lerutan menjadi jernih. Pindahkan labu destruksi
kedalam alat destilasi dan lakukan pengenceran dengan aquades secukupnya, kedalam abu
destruksi tambahkan larutan NaOH 45% sampai larutan bersifat alkalis (basah) diuji dengan
kertas lakmus. Tempatkan Erlenmeyer pada larutan penampung ( asam boric 5%). Destilasi
sampai volume laruta dalam labu destilasi 2/3 telah menguap atau larutan yang keluar dari
ujung pendingin alat destilasi tidak bersifat basah lagi ( diuji dengan kertas lakmus). Lakukan
18
tetrasi larutan hasil destilasi dengan HC1 0,1 N sampai mencapai titik ekuivalen (warna
Penentuan kadar karbohidrat dengan perhitungan secara kasar ( Proximate analysis ) atau
disebut juga karbohidrat ( by difference ), yang dimaksut dengan proximate analysis adalah
dimana kandungan karbohidrat termasuk serat kasar diketahui bukan melalui analisis tetapi
melalui perhitungan.
Penelitian ini direncanakan pada bulan September 2022, hingga selesai. Dilakukan
19
DAFTAR PUSTAKA
Agustono, H. Setyono, T. Nurhajati, M. Lamid, M.A. Al-Arief dan W.P. Lokapirnasari. 2011.
Petunjuk Praktikum Nutrisi Ikan. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas
Airlangga. Surabaya.
Belitz, H. D., Grosch, W., Schieberle,p. 2009. Food Chemistry. Edisi 4 Revisi.
Carpenter, Roland P., David H. Lyon, and Terry A. Hasdell. 2000. Guidelines for Sensory
Analysis in Food Product Development and Quality Control; second edition.
Gaithersburg, Maryland: Aspen Publisher, Inc.
Danuarsa. (2006). “Analisis Proksimat dan Asam Lemak pada Beberapa Komoditas Kacang-
Kacangan”. Buletin Teknik Pertanian. 11, (1), 5-8
20
FAO. 1999. The Living Marine Resources od Western Central Pasific. FAO Species
Identification Guide for Fishery Purpose. Department of Biological Sciences Old
Dominion University Norfolk, Virginia, USA.
Hartadi. dkk, 1997. Tabel-tabel Dari Komposisi Bahan Makanan Ternak Untuk Indonesia.
Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Ibrahim S, Muhammad M, Ambak MA, Zakaria MZ, Mamat AS, & Isa MM, & Hajısamae S.
2003. Stomach Contents of Six Commercially Important Demersal Fishes in the South
China Sea. Turk. J. Fish. Aquat. Sci. 3: 11-16.
Kamiyah T, Miyukigaoka, T. Shi, Ibaraki. 2002. Biological Functions and healt Bemefist Of
Amino Acids. Foods food Ingredients. No 206.
Mahmudi. M. 1997. Penurunan Kadar Limbah Sintesis Asam Phospat Menggunak an Cara
Ekstraksi Cair-Cair dengan Solven Campuran Isopropanol dan n-Heksane.
Universitas Diponegoro. Semarang.
Maryam, S. 2016. Gizi dalam kesehatan reproduksi. Jakarta. Penerbit Salmeba Medika.
Moeltajono, R. 1992. Pengawetan dan Pengolahan Hasil Perikanan. PT. Penebar Swadaya.
Jakarta.
21
Murniyati, AS., Sunarman. 2000. Pendinginan Pembekuan dan Pengawetan Ikan. Kanisius.
Yogyakarta.
Montolalu S, N. Lontaan, S. Sakul, A. Dp. Mirah. 2013. Sifat Fisiko-Kimia dan Mutu
Organoleptik Bakso Broiler dengan Menggunakan Tepung Ubi Jalar (Ipomoea batatas
L). Jurnal ZootekVol. 32(5), Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi,
Manado.
Rinto, E., Arafah, S. B. & Utama. (2009). Kajian Keamanan Pangan (formalin, Garam dan
Mikroba) Pada Ikan Sepat Asin Produksi Indralaya. Jurnal Pembangunan Manusia, 8
(2), 20-25.
Rahayu, W.P., Suliantari dan Fardiaz. 1992. Teknologi Fermentasi Produk Perikanan Bogor.
PAU Pangan dan Gizi. IPB.
Shfali Dhingra, Sudesh Jood. 2007. Organoleptic and nutritional evaluation of wheat breads
supplemented with soybean and barley flour. Food Chemistry 77 (2001) 479–488.
Sudarmadji. S., Haryono, B., Suhardi. 1996. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty
Yogyakarta. Yogyakarta.
Suyadi. 2004. Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadu, Jakarta: Rineka Cipta.
Soekarto 1990 Penilaian Organoleptik Untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Pertanian.
Penerbit Bhara Karya Aksara, Jakarta.
Soejono, M. 1990. Petunjuk Laboratorium Analisis dan Evaluasi Pakan. Fakultas Peternakan
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Tillman, A.D., dkk. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Tiwery, S., Tiwery, D., Hetharia T., Uniberua, I., JUNITA, l. 2014. Inasua, Pengawetan Ikan
di Teun Nila Serua. Ambon: Balai Pelestarian Nilai Budaya.
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 206
halaman.
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 206
halaman.
22
Yazid Estien dan Lisda Nursanti. (2015). Biokimia Praktikum Analis Kesehatan.
Jakarta:EGC.
23