OLEH :
ANDI SABRI
1806045004
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2023
i
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Proposal : Studi Pengolahan dan Analisis Karakteristik Mutu Ikan
Nomei (Harpodon nehereus) Kering Tipis Di Kelurahan
Juata Laut Tarakan Kalimantan Utara
Nama Mahasiswa : Andi Sabri
NIM : 1806045004
Jurusan : Budidaya Peraian
Program Studi : Teknologi Hasil Perikanan
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Ir. Hj. Andi Noor Asikin, M.Si. Dr. Ita Zuraida, S.Pi., M.Si
NIP. 196303131988032001 NIP. 198006012005012005
Mengetahui,
Tanggal:
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN................................................................... ii
DAFTAR ISI ..........................................................................................iii
DAFTAR TABEL ...................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 2
D. Manfaat penelitian ...................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 3
A. Ikan Nomei (Harpadon neheteus) .............................................. 3
B. Ikan kering ................................................................................. 5
C. Pengolahan dan pengawetan ikan ............................................. 6
D. Pengaraman .............................................................................. 7
E. pengeringan ............................................................................... 7
F. Pengolahan Ikan Nomei ............................................................11
BAB III METODE PENELITIAN............................................................13
A. Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................13
B. Bahan dan Alat..........................................................................13
C. Prosedur Penelitian ...................................................................13
D. Analisis Data .............................................................................19
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................20
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
dan bentuk serta bagian dari tubuh ikan yaitu dengan menggunakan rumus
sirip. Bentuk garis rusuk dan jumlah garis sisik yang meliputi garis rusuk
tersebut bentuk sisik dan gigi beserta susunan tulang-tulang insang. Secara
anatomi ikan mempunyai sepuluh sistem yang bekerjasama dalam
membentuk keseluruhan individu. Adapun kesepuluh sistem tersebut yaitu
sistem saraf, sistem peredaran darah, sistem intergumen, sistem otot, sistem
pencernaan, sistem rangka, sistem ekskresi, sistem pernafasan, dan sistem
reproduksi. Diantara kesepuluh sistem ini saling berkaitan satu dengan yang
lainnya (Rahardjo, 1980).
Secara morfologi ikan nomei memiliki bentuk tubuh yang memanjang,
berkepala simetris, tidak bersisik, memiliki alat pernafasan tambahan. Bagian
depan badannya terdapat penampang yang membulat sedang bagian
tengahnya dan belakang berbentuk pipih. Alat pernafasan tambahan terletak
dibagian kepala di dalam rongga yang di bentuk oleh dua pelat tulang kapak.
Insangnya berukuran kecil dan terdapat di bagian kepala bagian belakang
(Saanin, 1984), serta mempunyai 5 jenis sirip yaitu sirip dada, punggung,
anus, ekor dan perut. Nybakken (1992) mengatakan ikan nomei mempunyai
bentuk badan memanjang agak pipih, ujung moncong pendek membulat, sirip
ekor mempunyai 3 bagian yaitu atas, bawah dan tengah sebagai kelanjutan
dari garis sisik. Gigi kedua rahangnya mempunyai bentuk bermacam-macam
yaitu lengkung pipih, besar maupun kecil. Warna badan kecoklatan sampai
putih keabu-abuan, panjang mencapai 40 cm. Nelson (1994), ikan nomei
mempunyai jari-jari sirip punggung 9-14 mm, ikan nomei termasuk ikan
pemakan segala, terutama ikan-ikan kecil seperti teri, udang dan ikan kecil
lainnya. Kemudian ikan nomei menyebar atau hidup bergerombol, terdapat
disepanjang perairan pantai dan daerah estuari atau daerah dekat dengan
muara sungai.
2. Penyebaran dan Habitat Ikan Nomei
Penyebaran populasi merupakan pergerakan individu kedalam atau
keluar dari populasi. Penyebara populasi berperan penting dalam
penyebaran secara geografi dari habitat asli kesuatu daerah dimana mereka
belum menenmpatinya. Penyebaran populasi dapat disebabkan karena
dorongan mencari makanan, menghindarkan diri dari predator, pengaruh
iklim, terbawa arus kebiasaan kawin dan fakror fisik lainnya. Perbedaan yang
5
B. Ikan Kering
Ikan kering adalah salah satu bentuk makanan olahan ikan yang banyak
di konsumsi oleh masyarakat Indonesia karena rasanya yang renyah dan mudah
didapat. Salah satu produk ikan yang banyak diawetkan di Indonesia adalah ikan
asin, hampir 65% produk perikanan diolah dan diawetkan dengan cara
penggaraman. Memiliki mutu yang baik maka perlu diperhatikan beberapa hal
berikut seperti : proses pengawetan seperti menjaga kebersihan bahan dan alat,
kebersihan ikan yang diawetkan dan garam yang digunakan adalah garam yang
bersih (Imbir et al., 2015).
Menurut BPOM (2016), ikan asin kering adalah produk olahan yang
berasal dari ikan segar dalam bentuk utuh atau disiangi, dengan atau tanpa
mengalami perlakuan (perebusan, pemasakan dengan penambahan garam, gula,
vinegar atau rempah- rempah), selanjutnya dilakukan penggaraman dan
pengeringan. Kadar garam minimum 12% dari berat ikan pada produk akhir.
Proses pengeringan dilakukan secara alami (sinar matahari) atau mekanis
(pengeringan ikan buatan). Bahan baku yang digunakan adalah ikan yang layak
untuk dikonsumsi manusia. Berikut persyaratan mutu dan keamanan ikan asin
kering berdasarkan BSN dapat dilihat pada Tabel 1.
6
Kimia
D. Penggaraman
E. Pengeringan
1. Proses Pengeringan
Pengeringan merupakan proses penghilangan sejumlah air dari
material. Proses pengeringan, air dihilangkan dengan prinsip perbedaan
kelembaban antara udara pengering dengan bahan makanan yang
dikeringkan. Bahan biasanya dikeringkan, dalam proses ini terjadi
perpindahan massa air dari bahan ke udara pengering (Rohman, 2008).
Menurut Juliana (2008), pengeringan merupakan suatu metode untuk
mengeluarkan sebagian besar air dari suatu bahan melalui penerapan energi
panas. Pengeringan dapat dilakukan dengan memanfaatkan sinar matahari
8
pengeringannya, karena ikatan air dan jaringan ikatan dari tiap bahan akan
berbeda.
a. Pengeringan oven
Menurut Murniyati dan Sunarman (2000), karena
banyaknya kelemahan pengeringan alami, maka manusia telah
mencoba membuat peralatan untuk memperoleh hasil yang lebih
baik dengan cara yang lebih efisien. Alat pengering mekanis
berupa suatu ruang dengan udara panas yang ada di dalamnya.
Hal pokok yang menyebabkan pengeringan mekanis ini lebih baik
dibandingkan pengeringan alami yaitu: suhu, kelembaban, dan
kecepatan angin dapat diukur dan higien dapat lebih mudah
dikendalikan.
Pengeringan oven merupakan alat pengering yang
menggunakan pemanas koil uap dengan permukaan luas.
Pengering ini terdiri dari struktur rangka dimana dinding, atas dan
atap diisolasi untuk mencegah kehilangan panas dan dilengkapi
dengan kipas angin internal untuk menggerakkan medium
pengering melalui sistem pemanas dan mendistribusikan secara
merata (Subarna et al., 1992). Oven adalah salah satu alat
pengeringan bahan pangan yang menggunakan panas dalam
ruangan tertutup. Pengeringan oven bertujuan untuk menurunkan
kadar air suatu bahan hasil pertanian. Pengeringan dengan oven
juga bertujuan untuk mempermudah penanganan, transportasi,
pengepakan dan lain-lain (Susanto, 1985 dalam Sudaryati et al.,
2013).
b. Pengeringan Vakum
Pengeringan vakum merupakan salah satu cara
pengeringan bahan dalam suatu ruangan yang tekanannya lebih
rendah dibanding tekanan udara atmosfir. Pengeringan dapat
berlangsung dalam waktu relatif cepat walaupun pada suhu yang
lebih rendah daripada pengeringan atmosfir. Tekanan uap air
dalam udara yang lebih rendah, air pada bahan akan menguap
pada suhu rendah (Astuti, 2008). Pengeringan vakum digunakan
untuk mengeringkan bahan-bahan yang peka terhadap perubahan
10
dan nampan. Kemudian baki atau nampan ini disusun di atas rak
yang ada dalam alat pengering. Selain alat pemanas udara,
biasanya digunakan juga kipas (fan) untuk mengatur sirkulasi
udara dalam alat pengering. Udara setelah melewati kipas masuk
ke dalam alat pemanas, pada alat ini udara dipanaskan lebih
dahulu kemudian dialirkan diantara rak-rak yang sudah berisi
bahan. Suhu yang digunakan serta waktu pengeringan ditentukan
menurut keadaan bahan, kadar air awal dan kadar air akhir yang
diharapkan. Arah aliran udara panas di dalam alat pengering bisa
dari atas ke bawah dan bisa juga dari bawah ke atas, sesuai
dengan ukuran bahan yang dikeringkan. Bila ukuran bahan yang
dikeringkan agak halus, maka digunakan arah aliran udara panas
dari atas ke bawah agar bahan tidak berserakan, untuk
menentukan arah aliran udara panas ini maka letak kipas juga
harus disesuaikan.
d. Pengeringan dengan sinar matahari
Pengeringan dengan sinar matahari dilakukan dengan
menjeinur di atas alas jemur yang ditutup kain hitam, selain
penjemuran pada alas jemur, juga dapat dilakukan pada rak-rak
yang terbuat dari kayu atau anyaman bambu. Pengeringan
dengan metode penjemuran mempunyai beberapa kelebihan
antara lain tidak memerlukan bahan bakar dan biaya pengeringan
rendah. Pengeringan dengan metode penjemuran mempunyai
beberapa kelemahan yaitu (1) Kondisi pengeringan tidak dapat
dikontrol, (2) memerlukan tempat yang luas, (3) kemungkinan
terjadi susut lebih besar, (4) hanya dapat berlangsung jika ada
sinar matahari, (5) sering terjadi perubahan wama dan ferinentasi
pada simplisia dan (6) kontaminasi kotoran pada simplisia relatif
tinggi.
F. Pengolahan Ikan Nomei
Menurut Wijayanti (2019) proses pengolahan ikan nomei kering tipis yang
dilakukan nelayan dikelurahan Juata Laut melalui beberapa tahap yaitu :
1. Penimbangan bahan baku
12
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari 2023 sampai bulan
Maret 2023. Tempat pengambilan sampel ikan kering tipis dan wawancara akan
dilaksanakan pada pengolah ikan yang aktif sebagai responden di Kelurahan
Juata Laut. Parameter pengujian kadar air, kadar abu, kadar garam, kadar protein,
dan kadar lemak, akan dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan,
dan pengujian TPC akan dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi
Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman.
Pengujian warna akan di lakukan di Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman.
C. Prosedur Penelitian
B-C
Kadar air (%)= ×100%
B-A
Keterangan :
A : berat cawan kosong (g)
B : berat cawan+ sampel awal (g)
C : berat cawan + sampel kering (g)
2. Kadar Abu (SNI 2354.1:2010)
Cawan abu porselin kosong dimasukan kedalam tungku pengabuan.
Suhu dinaikan secara bertahap hingga mencapai 550ºC, lalu
dipertahankan pada suhu (550 ± 5 ºC) selama 16 sampai 24 jam.
Suhu diturunkan menjadi 40 ºC, kemudian keluarkan cawan abu
porselin dan dinginkan dalam desikator selama 30 menit kemudian
timbanh hingga diperoleh berat konstan (A). Sampel sebanyak 2 g
dihomogenkan lalu dimasukkan kedalam cawan porselin. Cawan
porselin yang berisi sampel kemudian dimasukkan kedalam oven
pada suhu 100 0C selama 16 sampai 24 jam.Cawan abu porselin
dipindahkan kedalam tungku pengabuan. Suhu tungku pengabuan
dinaikan secara bertahap hingga mencapai 550 ± 5 ºC. Suhu di
pertahankan selama 16 sampai 24 jam, hingga di peroleh abu
berwarna putih. Suhu tungku pengabuan diturunkan menjadi 40 0C.
Cawan porselen dikeluarkan dengan menggunakan penjepit, lalu
dimasukan kedalam desikator selama 30 menit hingga mencapai suhu
ruang (pengabuan dilakukan kembali apa bila abu belum terlihat
putih). Basahi (lembabkan) abu sampel dengan aquades secara
perlahan, lalu keringkan pada hotplate dan abu kan kembali pada
suhu 550 0C hingga mencapai berat konstan. Suhu tungku pengabuan
diturunkan menjadi ± 400C. Cawan abu porselin dipindahkan kedalam
desikator selama 30 menit lalu timbang beratnya segera setelah
dingin hingga mencapai berat konstan(B). Lakukan pengujian minimal
2 kali
B-A
Kadar abu (%)= berat sampel ×100%
Keterangan :
A :berat cawan porselin kosong(g)
B : berat cawan + abu (g)
16
W = Berat Sampel
6. Uji warna
Pengujian warna dilakukan dengan menggunakan hunterlab colorFlex
EZ spectrophotometer. Uji warna dilakukan dengan sistem warna
Hunter L (warna putih), a (warna merah), b (warna kuning).
Chromameter terlebih dahulu dikalibrasi dengan standar warna putih
yang terdapat pada alat tersebut. Hasil analisis derajat putih yang
dihasilkan berupa nilai L, a, b. Pengukuran total derajat warna
digunakan basis warna putih sebagai standar. Derajat putih dihitung
menggunakanrumus ini:
Derajat Putih (%) = 100 − [(100 − 𝐿∗)2 + 𝑎∗2 + 𝑏∗2]1/2
7. Uji organoleptik
Pengujian sensori atau pengujian organoleptik sudah ada sejak
manusia mulai menggunakan indranya untuk menilai kualitas dan
keamanan suatu makanan dan minuman (Setyangingsih et al., 2010).
Pengujian organoleptik padapenelitian ini ada 2 yaitu : pengujian pada
bahan baku (Ikan) dan pengujian pada produk ikan nomei kering tipis.
Pengujian bahan baku dilakukan langsung oleh peneliti dengan
menggunakan Score Sheet Uji Organoleptik ikan segar sesuai
dengan SNI 2729:2013 meliputi kenampakan, bau, dan teksur secara
deskriptif. Pengujian produk ikan nomei kering tipis dilakukan oleh
panelis semi terlatih sebanyak 15 orang, dengan cara menyajikan
sampel dan di berikan lembar penilaian Organoleptik sesuai dengan
penilaian sensori ikan asin kering SNI 2346.2009, meliputi
kenampakan, bau, rasa, tekstur, dan jamur. Kemudian
disederhanakan sesuai kriteria kualitas yang ada di Kecamatan Juata
Laut. Panelis diminta untuk menilai kenampakan, bau, rasa, tesktur,
dan jamur pada sampel dengan cara memeberikan jawaban secara
deskriptif sesuai kriteria yang baik menurut para panelis. Sampel
memiliki nomor kode masing – masing dan berikan secara acak.
dengan :
N : jumlah koloni produk, dinyatakan dalam koloni per ml atau
koloni per g
ΣC : jumlah cawan pada semua cawan yang dihitung;
20
D. Analisis Data
Data hasil penelitian dari uji proksimat (kadar air, abu, protein, lemak),
kadar garam dan uji warna disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara
deskriptif, sedangkan uji organoleptik di analisis dengan menggunakan Kruskal
Wallis, dan apabila terjadi pergeseran nilai, maka dilanjutkan dengan uji Multiple
Comparison. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak
Statisyical Package For Social Science (SPSS) 24 pada komputer.
22
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, K. 2003. Fish Drying Using Solar Energy, Lectures and Workshop
Exercises on Drying of Agricultural and Marine Products. ASEAN SCNCER, pp.
159-183.
Antoni S 2010. Analisa kandungan formalin pada ikan asin dengan metode
spektrofotometri di Kecamatan Tampan Pekanbaru [skripsi] Pekanbaru:
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim
Riau.
Barat JM., Rodriguez-Barona S., Andres A., and Fito P. 2003. Cod salting
manufacturing analysis. Food Res Int. 36: 447 – 453
Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Tarakan. 2010. Laporan Tahunan Dinas
Kelatan dan Perikanan Kota Tarakan Tahun 2009. Dinas Kelautan dan
Perikanan Kota Tarakan. Kota Tarakan.
Dinas Kelautan dan Perikanan. 2002. Potensi Ikan Pepija (Horpodon nehereus).
Ham Buck, 1822) di Kota Tarakan. Tarakan Kalimantan Timur.
Feringo, T. 2019. Analisis kadar air, kadar abu, kadar abu tak larut asam dan kadar
lemak pada makanan ringan di balai riset dan standardisasi industri medan.
Tugas Akhir. Program Studi Diploma Analis Farmasi dan Makanan. Fakultas
Farmasi. Universitas Sumatra Utara, Medan. 45 hal.
Guizani N., Al-Shoukri AO., Mothershaw A., dan Rahman MS. 2014. Drying
technology: an international journal. Drying Tech. 26: 705 - 713.
Imbir, E., Onibala, H dan Pongoh, J., 2015, Studi pengeringan ikan laying
23
Juliana, S. 2008. Pengaruh Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Siput Laut
(Littoraria scabra).
Margono, T., Suryati, D., dan Hartinah, S. 2000. Ikan Asin Cara Kombinasi
Penggaraman Dan Peragian (Ikan Peda).
Nelson, J.S. 2006. Fishes of the word. Fourth edition. John Wiley and Sons, Inc.
New York. 601 p.
Nelson.J.S. 1984. Fishes Of the Word. Jhon Wiley and Sons. New York 524 pp.
Nybakken. J.W. 1992. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Diterjemahkan oleh
M. Ediman, D. G. Bengen, M. Hutumo dan S. Sukarjo. Gramedia. Jakarta. 402
halaman.
Rahardjo MF, Simanjuntak CPH. 2008. Hubungan panjang bobot dan faktor kondisi
ikan tetet, johnius belangerii Cuvier (Pisces: Scianidae) diperairan Pantai
Mayang, Jawa Barat. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. Jilid
15 No. 2 (2008): 135-140.
Saanin.H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid I dan II. Bina Cipta:
Bandung. 520 hal.
Sudaryati, Latifah, dan Eko, H.D. 2013. Pembuatan Bubuk Cabe Merah
Menggunakan Variasi Jenis Cabe dan Metode Pengeringan. Teknik Pangan.
FTI UPN “Veteran” Jatim.
24
Tri Wuri Wijayanti. 2019. Pola Nafkah Ganda Masyarakat Nelayan Ikan Nomei
(Harpodon nehereus) di Juata Laut Kota Tarakan Kalimantan Utara. Skripsi.
Samarinda: Universitas Mulawarman.
Tri Wuri Wijayanti.2019. Pola Nafkah Ganda Masyarakat Nelayan Ikan Nomei
(Harpodon nehereus sp) di Juata Laut Kota Tarakan Kalimantan Utara. JPPA.
6(2): 75-86.
I. IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Umur :
Jenis kelamin : Laki – Laki/Perempuan
Alamat :
Pekerjaan : Pokok / SambilanLama Bekerja
3) dll …….
e. Bagaimana sistem pembayarannya ?
1) Bayar langsung
2) dll ………..
f. Kendala dalam pemasaran hasil produk ?
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………