Anda di halaman 1dari 2

P3 FILSAFAT KOMUNIKASI

PARADIGMA POSITIVISME

PARADIGMA POSITIVISMA (sebab-akibat, pengirim dan penerima aktif)


Suatu proses linear (sebab-akibat) yang mencerminkan pengirim untuk mengubah pengetahuan
yang pasif.
Komunikasi dianggap proses satu arah, penyampaian pesan dari seseorang/Lembaga kepada
komunikan.
Konsep komunikasi yang disoroti adalah penyampaian pesan yg efektif, semua kegiatan
komunikasi bersifat instrumental dan persuasive.
ALIRAN POSITIVISME :
1. POSITIVISME : paradigma hanya mengakui pengetahuan yang benar pada fakta-fakta positif.
Fakta harus didekati dengan metode ilmu pengetahuan eksperimen, observasi dan komparasi.

CIRI – CIRI : bebas nilai, fenomenalisme (sesuatu yang berkala), nominalisme (mengikuti teori
yang ada untuk memecahkan sesuatu, reduksionisme (menyederhanakan agar mudah dimengerti/
disimpulkan), naturalism (apa adanya/alamiah), mekanisme (hal-hal yang teknis)

3 TAHAP POSITIVISME :
1.) teologis, manusia menghayati dirinya dan semesta, berpikir secara animism (membayangkan
keberadaan roh) dan fetiyisme (menghayati alam semesta dalam individulistis dan
partikuralis), berpikir felitiesme (menganggap partikualitas benda atau kejadian diganti dalam
bentuk konsep umum dan abstrak), berpikir monoteisme (mengakui banyak roh tapi satu
yang sacral yaitu tuhan)

2.) METAFISIS : manusia mulai mencari hakikat/esensi dari segala sesuatu. Hamper sama
dengan teologis namun menerangkan kenyataan berbeda. Gabungan antara dogma agama dan
akal budi. Alam sebelumnya diasalkan dari dewa/tuhan, diterapkan dengan konsep abstrak
seperti kodrat/kehendak tuhan/nurani

3.) POSITIF : mengobservasi gejala kejadian secara empiris dan menemukan hukum-hukum
yang mengatur gejala dan kejadian (rasional, diperoleh langsung dari gejala/kejadian yang
positif). Hukum bersifat pasti dan dipertanggungjawabkan dengan metodis.

2. POSITIVISME LOGIS : adanya hubuungan mutllak Bahasa dan dunia nyata.

4 PRINSIP NYA :
1.) Menolak perbedaan ilmu alam dan social
2.) Menganggap penyataan yang tidak diverifikasi secara empiris sebagai nonsense.
3.) Berusaha menyatakan semua ilmu pengetahuan dalam satu Bahasa ilmiah yang universal
4.) Memandang tugas filsafat sebagai analisis atas kata penyataan
3. POST-POSITIVISME : eksperimental melalui observasi pada positivisme belum sukup jadi harus
digunakan triangulasi yakni macam metode, sumber data, penelitian dan teori

Secara Ontologi : realitas social sebagai fenomena tetap, abadi, tidak berubag. Meyakini bahwa
realitas social memiliki pola-pola alamiah dan dampak dapat diprediksi.

Secara Epistemologi : kebenaran tidak dapat diungkap jika hanya berdiri dibelakang layer
melainkan harus terlibat dengan objek langsung.

Anda mungkin juga menyukai