Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS NOVEL

Analisis Unsur Interinstik

a. Tema

Novel ini menceritakan tentang sejarah pada masa Hindia Belanda sebagai pembangkit idealisme
yang menggugah jiwa bagi setiap pembacanya. Dilengkapi gambaran pada masa kolonial
Belanda mengenai kehidupan pada masa perjuangan serta nasionalisme para pemudanya, serta
kehidupan para kapitalis pada masa tersebut.

b. Alur

No Alur Latar Deskripsi


1 Pengenalan suasana : bahagia Lelaki muda yang bersekolah di Netherlands
tepatnya di Universitas Leiden selama bertahun-
tahun lamanya kini ia pun telah sampai pada
tujuannya, yaitu Batavia. Seorang inlander atau
bumi putera keturunan keratin yang menjadi
lulusan terbaik fakultas ekonomi di universitas
tertua di Belanda tersebut. (Halaman 7-10)
2 Pengembangan Suasana : suram Setelah beberapa hari beristirahat seorang lelaki
muda bernama Rangga Pahurita pun pergi
berkeliling untuk menyapa penduduk sekitar
dengan sepeda anginnya. Ia melihat betapa
mirisnya para inlander di negeri jahahannya dalam
kata lain di negerinya sendiri, ia bertemu dengan
beberapa penduduk lalu menanyakan beberapa hal
mengenai pabrik gula yang nantinya akan ia
masuki untuk bekerja disana karna mengikuti
saran dari ayahnya. Dan Para inlander tersebut di
gaji seharinya hanya 20 sampai 30 sehari.
(Halaman 86-88)
3 Klimaks Suasana : tegang Pada saat itu tengah di adakan pertemuan di
lapangan Sriwedari yang menghadirkan seorang
aktivis dari Batavia-Jakarta yang menjadi
pembicara pada sebuah pertemuan tersebut
bernama Bung Yasa Kusuma. Pertemuan tersebut
di hadiri oleh beberapa tokoh pergerakan nasional
dan para anggota dari partai nasionalisme, pada
saat pembicara kedua bernama Nona Kareen
Spinoza seorang Belanda totok yang akrab dengan
para inlander dan di hormati tersebut serta
keberpihakannya terhadap kemerdekaan Indonesia
selesai berpidato dan para peserta pertemuan
menyerukan kata “Merdekaaa!!!” dengan
serempak, dengan berteriak tentara KNIL
membubarkan masa, dan pada saat itulah terjadi
kericuhan. Kemudian setelah pertemuan tersebut
di adakan para tokoh pergerakan kemerdekan satu
per satu di tangkap oleh tentara KNIL. (Halaman
248-252)
5 Resolusi Suasana : sedih Paraaktivis kini satu persatu di tangkap oleh
tentara KNIL dan asingkan di berbagai tempat
seperti di Boven Digoel, dan salah satunya adalah
Rangga Pahurita pun di tangkap atas tuduhan
mengikuti kegiatan kemerdekaan. Di sisilain
Rangga mengikuti pertemuan tersebut hanya karna
di undang dan ingin berkenalan, namun ia pun di
fitnah karna menjadi dalang pergerakan nasional
tersebut dan bersekongkol untuk menghancurkan
pabrik Gula De Winst, karna seseorang ingin
menyingkirkannya. Lalu ia pun harus berpisah
dengan pujaan hatinya yang baru saja ia nikahi.
(Halaman 305-311 dan 321-323)
c. Latar

Kisah ini mengambil latah di tanah Jawa, tepatnya Hindia Belanda-Indoesia pada masa keraton
atau penjajahan Belanda. Sedikit di Batavia-Jakarta, dan Universitas Leiden, Belanda. Penulis
pun mengambil latar waktu untuk kisah ini sejak tahun 1930 hingga 1931.

d. Toko dan Penokohan

1) RM Rangga Pahurita, tokoh utama


2) Rr. Sekar Prembayun, perempuan yang di jodohkan dengan Rangga
3) Everdine Kareen Spinoza, Teman perjalanan pulang Rangga sekaligus Istri Rangga
4) Kanjeng Rama KGPH Suryanegara, ayah Rangga sekaligus Raja
5) Raden Ngabehi Suratman, abdi dalem Suryanegara
6) Tn. Edward Biljimer, administrator pabrik gula de winst
7) Kresna, nama samaran Sekar Prembayun ketika menjadi laki-laki
8) Sarmin Martosunaryo, buruh pabrik gula de winst
9) Pratiwi, adik tiri Rangga
10) Jatmiko, ketua partai rakyat dan orang yang disukai Sekar Prembayun
11) Eyang Haji, Iman masjid sekaligus guru mengaji Rangga
12) Thijsee, Suami Karen Spinoza sekaligus direktur baru pabrik gula dewinst
13) Raden Ayu Sintawati Suryanegara, Ibu kandung Rangga
14) Haji Suranto, pengusaha batik laweyan
15) Raden Suryakusuma, Ayah Sekar Prembayun
16) Partini, kakak Pratiwi

No Nama Watak Deskripsi


1. Rangga Pahurita  Agamis  “Kamu masih muslim, engger?”
 Sederhana tanya sang Ibu. “Mengapa Ibu
 Gigih dalam menanyakan seperti itu?”. “Banyak
membela orang Jawa yang pergi ke Eropa,
kemerdekaan terus ikut zending. Di kota ini saja
sudah banyak benjadi pengikut
zending, termasuk orang-orang
keraton. Baguslah kalua kau masih
muslim. Kemarin, Raden Haji
Ngalim Sudarman menanyakanmu,
apakah kau bias menjadi imam dan
khatib salat jum’at di masjid
agung?”. “Itu soal gampng, saya
masih hafal beberapa surat dalam
Al quran. Saat pergi ke Den Hag,
saya pernh salat berjamaah dengan
Tuan Muhammad Hatta, dan juga
Tuan Nazir Pamuntjak. Tetapi Iu
senang dengan ini?” (Halaman 44-
45)
2. Sekar  Patriotisme  “Saya hanya berusaha jujur
Prembayun  Pemberani terhadap kata hati saya. Saya tidak
 Keras kepala mau dijodohkan dengan siapaun,
apalagi jika saya tidak terlibat
dalam proses pemiihan jodoh
tersebut!”
(Halaman 81)
3. Everdine  Pintar  Rangga percaya bahwa sang
Spinoza  Pemberani bidadari itu juga memiliki
 Kasih saying kecermerlangan pemikiran. Gadis

 Ramah itu cukup intelek. Ia memang


menamatkan pendidikan hingga
sekolah menengah atas di
Bandung., akan tetapi kelanjutan
studinya ia sambung di fakultas
Hukum Universitas Rotterdam.
Kini ia berencana membuka kantor
hokum di Bnadung dimana ia akan
bertindak sebagai advokat.
(Halaman 17)
4. KGHP  Berwibawa  “Saya memiliki sedikit urusan
Suryanegara  Pemberani dengn meneer Thijsse!”. KGPH
 Tegas Suryanegara turun dari kereta,
menyambut kedatangan Jan dengan
tenang. “ Hei, lelaki tua berengsek,
jangan ikut campur dalam urusan
rumah tangga saya!” bentak Jan,
marah. Pangeran Suryanegara
tersenyum manis. “Saya tidak akan
ikut campur. Akan tetapi, saya
memiliki urusan lain dengan Anda.
Pratiwi, anak saya telahmenjadikan
kematian anda sebagai mahar
pengakuan dia kepada saya sebagai
ayah kandungnya”.
(Halaman 319-320)
5. R. Ngabehi  Ramah  “Hei, bukankah lantai 2 itu untuk
Suratman  Sopan kamar-kamar kelas dua? Kenapa
 Sederhana Paman tidak memesan kamar yang
sama kelasnya dengan saya?”. “Ah,
kelas dua sudah sangat mewah buat
saya, Den Mas, silahkan
beristirahat!”. (Halaman 28)
6. Tn. Edward  Baik hati  “Saya tidak mengerti, mengapa
Biljimer  Ragu dalam justru di akhir karir saya di sini,
mengambil saya harus menglami permasalahan
keputusan seperti ini. Tampaknya ini akan
menjadi pekerjaan besar buat
 Ramah pengganti saya. Saya tidaksanggup
mengati permasalahan ini, karena
saya harus segera pergi” keluhnya.
(Halaman 97)
7. Kresna  Pemuda  “Tatat karma… tergantung sekali
berkharisma pada siapa yang berkuasa saat itu.
 Sombong Bagi orang Jawa, makan tentu tak
boleh mengeluarkan suara. Tetapi,
kenalan saya seorang Dai Nippon
mengatakan, bahwa di negerinya
sekarang, untuk memperlihatkan
penghargaan pada para penghidang
makanan, mereka harus makan
seraya berdecak-decak”. Tantang
pemuda itus sambal kembali
mengangkat mukanya. Tanpa malu,
ia bahkan menirukn gaya orang dari
negeri Matahari Terbit itu ketika
tengah menyantap hidangannya.
(Halaman 51-51).
8. Sarmin  Sopan  Sarmin mendesah. “Yang penting
Martosuwiryo  Rendah hati terima, Nyo. Kalau ada beras, kami
sekeluarga makan beras. Jika tidak
ada, makan thiwul juga enak. Di
belakang gubuk kami ada sepetah
tanah, istri menanam pohung
disana. Lumayan, bias dibuat
thiwul. Terkadang kami juga
makan nasi aking karena sering kali
kami mendapat sisa-sisa nasi dari
warung makan. Kalua memasaknya
pintak, enak juga.”
(Halaman 88)
9. Pratiwi  Pemberani  “Saya tidak yakin, bahwa kata-kata
 Keras kepala anda benar adanya, Tuan!”. Ujar
 Pintar Pratiwi, dengan suara lantang yang
berdiplomasi membuat para lelaki diruangan itu

 Tidak pernah tertegun. Betapa beraninya gadis

mengeluh remaja itu. “Saya yakin,anda adalah


pembohong besar yang
tengahmencoba menakut-nakuti
saya. Tak perlu ada lagi
perundingan! Semua telah jelas.
Hanya ada 2 pilihan, pabrik
menyewa tanah dengan harga 10
kali lipat lebih besar dari harga
semula, atau kami akan garap
sendiri tanah kami.”
(Halaman 167)
10. Jatmiko  Berjiwa  “Ya. Bahkan banyak di antara
nasionasilme tokoh pemuda yang kemudian
 Pemberani ditangkap, serta di buang ke Digul.
 Keras kepala Tetapi, saya tidak pernah takut.

 Memiliki Hidup saya, adalah untuk

pemikiran kemerdekaan tanah air ini.

kritis Kemerdekaan dalam semangat


kebersamaan, kesederajatan, sama
rata, sama bahagia.” Suara Jatmiko
terdengar sangat mantap, membuat
Rangga terkesan, namun sekligus
mengedikkan bahu. Prinsip
perjuangan pemuda itu mirip
dengan yang didengung-dengugkan
oleh para pengikut Marxis.
(Halaman224)
11. Eyang haji  Agamis  “Diskusi kalian ramai sekali!” puji
 Penyabar Haji Ngalim Sudarman. “Tetapi,
 Penengah jika boleh berpendapa,
pertikaian sebenarnyaada jalanyang bias

 Bijaksana menengahi perbedaan pendapat di


antara kalian. Konsep zakat. Itu
jaabnya. Dalam agama yang kita
anut, kepemilikan pribadi tidak di
larang. Menjadi kaya juga
dianjurkan. Namun, setelah kaya,
ia harus menyalurkan sebagian
rezekinya kepada yang
berkekurangan. Bahkan, pada harta
si kaya itu, terdapat hak orang
miskin. Lantas, bagaimana jika ada
orang yang memiliki aset melebihi
bats? Misalnya tanah. Asal ia tetap
mengelolanya dengan produktif,
dan dengan produktivitasnya ia
berhasil berbagi kemakmuran
dengan orang lain, itu sangat bagus.
Sedangkan jika tanah yang dimilki
itu dibiarkan terbengkalai, maka
negara berhak untuk mencabut
kepemilikan tersebut.”
(Halaman 220)
12. Thijisee  Keras kepala  “Tidak bias! Ini pemikiran orang
 Jahat tidak waras. Selama saya menjadi
 Berwibawa administrator kepala, tak akan ada
 Pintar penurunan gaji para administrator

 Tidak memilki sesen-pun. Apalagi para

belas kasihan administrator yang berasal dari

 Licik Kalanga Eropa yang terhormat.

 sombong Tetapi jikan anda yang dipotong


gajunya, tuan inlander… saya tidak
keberatan. Mungkin anda ingin
menyumbangkanseluruh gaji anda
kepada para buruh sehingga gaji
mereka tidak diturunkan, itu sangat
baik, kelak, jika negara anda
merdeka, anda akan diangkat
sebagai menteri kemakmuran
rakyat. Dan jika anda telah menjadi
mayat,anda akan tetap dielu-elukan
sebagai the real hero!”
(Halaman 129)
13. R. Ayu Sintawati  Lemah lembut  “Semar mendem itu, Ibu yang
S  Baik khusus membuatkanuntuk andika,
 Penyabar le!” suara lembut seorang wanita
tengah baya yang sejak tadi
mengamatinya mengusik
perhatiannya. Rangga menoleh dan
tersenyum. Didekatinya sang Ibu,
lalu dipeluknya tubuh setengah tua
namun masih terawatt itu dengan
lembut.
(Halaman 43)
14. H. Suranto  Baik hati  “Jika itu maksud Jatmiko, saya
 Pekerja keras sungguh sangat menyesal. Saya
 Memiliki rasa tidak seperti orang-orang yang anda
simpati tinggi gambarkan itu, Denmas Rangga.
 Dermawan Maafkanlah, saya tidak bermaksud
 Adil menyanjung diri sendiri. Saya
senantiasa menggaji pekerja saya
dengan gaji yang cukup baik.
Ketika mereka sakit, saya juga
memberi biaya pengobatan
kemantri kesehatan, bahkan dokter.
Juga jika mereka sedang punya
hajat, menikah, mantua tau
mempunyai anak. Setiap bulan,
selain gaji, saya juga memberi
tunjangan beras dan pakaian.”
(Halaman 157)
15. R. Suryakusuma  Tegas  Ayah selalu menganggap bahwa
semua orang itu bisa dia kendalikan
sekehendak hatinya. Saudara-
saudraku, mungkin hanya orang-
orang lemah, akan tetapi… tidak
dengan saya. …”
(Halaman 164)
16. Partini  Penyayang  “Pratiwi, mengapa engkau tidak
 Memiliki belas bercerita soal ini kepada Mbakyu?
kasih yang Mbakyu? Mbakyu mungkin hanya
tinggi seorang lonte. Wi…tetapi Mbakyu
tidak akan mau menjual diri kepada
orang yang sangat dibenci olehmu,
dan bahkan menginginkan
kematianmu.”
(Halaman 194)
e. Sudut pandang

Dalam novel ini penulis mengangkat sudut pandang orang pertama serba tahu dan sebagai tokoh
utama.

f.. Amanant

Dalam novel ini penulis mengingatkan untuk tetap berpegang teguh prinsip sebagai seorang
muslim dimanapun berada dengan tidak meninggalkan salat 5 waktu, lalu penulis berpesan agar
berpegang teguh kepada pendirian untuk tidak mudah goyah atas masalah yang tengah di hadapi
ataupun berpegang teguh dalam hal menegakkan kemerdekaan Indonesia , penulis juga berpesan
untuk memiliki belas kasih dalam hal persahabat, kekeluargaan dan antar sesama manusia untuk
saling membantu dan tolong-menolong, dan penulis berpesan jangan mengikuti kebudayaan
yang justru tidak membuat pemekiran menjadi maju.

g. Gaya Bahasa

 Personifikasi    : Angin buritan menampar-nampar syalnya.


 Simile              : Pelapis tubuhnya laksana kualam putih yang halus.
 Alusio              : Aku memang hanya seekor pungguk yang merindukan bulan.
 Hiperbola         : Rangga merasakan debur yang bergemuruh didadanya seakan sebuah

Analisis Unsur terinstik

a. Latar belakang pengarang novel:

Afifah Afra memiliki nama asli Yeni Mulati, ia adalah seorang penulis novel, artikel, dan cerpen.
Hingga saat ini, Afifah Afra telah menulis sebanyak 67 judul buku baik fiksi maupun non
fiksi. Afifah Afra merupakan Ketua Umum Forum Lingkar Pena pada periode 2017 hingga 2021.
Afifah Afra terpilih sebagai ketua umum Forum Lingkar Pena pada Munas ke-4 di Bandung, 4
November 2017 sebagai ketua umum ke-5 Forum Lingkar Pena setelah Helvy Tiana Rosa, M.
Irfan Hidayatullah, S. Intan Savitri, dan Sinta Yudisia. Masa jabatan Afifah Afra sebagai ketua
Umum Forum Lingkar Pena berakhir pada 2021. Afifah Afra menjabat sebagai salah satu
anggota Dewan Pertimbangan Forum Lingkar Pena. Afifah Afra mendirikan penerbit Indiva
Media Kreasi pada 1 Agustus 2007, saat ini menjabat sebagai direktur di penerbit yang berlokasi
di Kota Surakarta itu. Buku-buku yang telah ditulis antara lain Nun Pada Sebuah Cermin, De
Liefde, De Winst, Mei Hwa dan Sang Pelintas Zaman, serta Kesturi dan Kepodang Kuning.

b. Nilai-nilai novel

 Nilai Ideologis
Dalam salah satu karekter terdapat karakter yang memilki ideologi tinggi bahkan sampai
menyanjung tinggi prinsip ideologi yang dimilikinya.
 Nilai politis
Terlebih dengan latar belakang novel yang megandung sejarah, novel ini memiliki nilai
politis terhadap setiap karakternya yang tergabung dalam partai yang di ceritakan oleh
penulis
 Nilai ekonomi
Berhubungan dengan Indonesia yang belum merdeka dan masih di jajah oleh Belanda,
perekonomian pun belum pulih bahkan sangat memprihatinkan, disisi lain penulis
menggambarkan sosok karakter dengan kehidupan perekonomian yang terbilang cukup
rendah dalam kehidupan sehari-harinya, ia adalah buruh pabrik de winst yang di gaji oleh
pabrik senilai 20-30 sen.
 Nilai sosial
Dalam novel ini sangat memiliki nilai social yang tinggi terhadap satu sama lain, di
gambarkan oleh sang tokoh utama yang sangat peduli terhadap lingkungan dan
masyarakat sekitarnya.
 Nilai budaya
Berlatarkan kehidupan kerajaan, yang pada saat itu masih kental dengan budaya
jawabnya terlebih dalam hal perjodohan didalam suatu kerajaan. Dan budaya Jawa untuk
seorang anak perempuan yang terbatas dalam kesehariannya, yang pada saat itu penulis
menggambarka bahwa tokoh perempuan tersebut sangat semangat dalam membela
kemerdekaan, berhubungan dengan budaya Jawa yang kental ia pun rela menyamar
menjadi seorang laki-laki
 Nilai religious
Nilai ini di gambarkan kepada sang tokoh utama dalam ibadahnya kepada Allah SWT.
Dimanapun ia berada ia akan tetapmenjalankan kewajibannya kepada Allah SWT.

 Nilai Humanistik
Atas nama kemanuisiaan berkatian dengan nilai sosial, nilai humanistik sangatlah
berkaitan arat karena sang tokoh utama rela menolong para buruh, dan para buruh pun
berharap agar kemakmurannya atas gaji yang di terima sesuai dengan kerja mereka
selama ini.
 Nilai edukatif
Novel ini sangatlah bagus dalam perihal pendidikan. Kaerena ceritanya yang
mengandung sejarah Indonesia sebelum merdeka dan sifat nasionalisme para pejuang
kemerdekaan dalam membela Indonesia. Serta penulis pun menggambarkan tokoh dalam
cerita ini memiliki pendidikan yang tinggi sampai menempuh perguruan tinggi, walaupun
pada saat itu untuk menempun perguruan tinggi sangatlah susah.
 Nilai psikologis
Berkaitan dengan para tokoh dan wataknya yang bermacam-macam,terdapat salah satu
tokoh yang keras kepala dalam menyikapi lingkungan di sekitarnya terlebih ia adalah
seorang perempuan terpelajar yang terjebak dalam budaya Jawa yang masih sangat
kental.
 Nilai moral
Terdapat banyak sekali tokoh baik dalam novel ini yang penulis ceritakan, tetapi terdapat
satu tokoh yang memiliki sifat antagonis serta licik yang menjadi bumbu kemarahan bagi
siapapun yang membaca novel tersebut.

Kelebihan dan Kekurangan


 Kelebihan
Kelebihan novel ini berceritakan sebuah sejarah Indonesia pada saat masih di jajah oleh
Belanda. Sejarah yang di balut dalam sebuah novelyang sangat bagus untuk di baca
dalam kegiatan literasi sekolah. Jika terdapat anak yang tidak suka membaca sejarah,
novel ini adalah solusinya, membaca sejarah yang dikemas kedalam cerita sebuah novel
yang tidak lupa terdapat kisah percintaan didalamnya. Novel ini juga sangat
membangkitkan rasa semanagat dalam nasionalisme untuk tetap memegang teguh
kemerdekaan Indonesia agar tidak di jajah kembali.
 Kekurangan
Terdapat Bahasa Jawa dalam percakapan sehari-hari yang tidak dapat di mengerti jika si
pembaca tidak paham dengan Bahasa tersebut. Alangkah baiknnya untuk menmbahkan
arti dalam setiap Bahasa Jawa yang di pakai dalam percakapan sehari-hari

Anda mungkin juga menyukai