Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

PENTINGNYA MEMPELAJARI PSIKOLOGI PENDIDIKAN


A.Pokok Permasalahan Pendidikan

1. Pokok Permasalahan

Pada bagian ini akan dibahas empat masalah pokok pendidikan yang telah menjadi kesepakatan
nasional yang perlu diprioritaskan penanggulangannya. Secara kuantitatif dapat dikatakan bahwa
pendidikan di Indonesia telah mengalami kemajuan. Indikator pencapaiannya dapat dilihat pada
kemampuan baca tulis masyarakat yang mencapai 67,24%. Hal ini sebagai akibat dari program
pemerataan pendidikan, terutama melaui INPRES SD yang dibangun oleh rezim Orde Baru. Namun
demikian, keberhasilan dari segi kualitatif pendidikan di Indonesia belum berhasil membangun karakter
bangsa yang cerdas dan kreatif apalagi unggul.Siswa jauh lebih cerdas dan sedikit lebih suka memaafkan
daripada kuda, tetapi upaya mengajar mereka mempunyai persamaan dengan mengajar kuda berikut:
Pengetahuan tentang bagaimana memindahkan informasi dan kemampuan setidaknya sama pentingnya
dengan pengetahuan tentang informasi dan kemampuan itu sendiri. Kita semua mempunyai guru
(sayangnya paling sering dosen perguruan tinggi) yang cerdas dan berpengetahuan mendalam tentang
bidang mereka tetapi tidak dapat mengajar. Adapun masalah yang dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Masalah pemerataan pendidikan

b. Masalah mutu pundidikan

c. Masalah efisiensi prndidikan

d. Masalah relevansi Pendidikan

Berikut ini adalah penjelasan lebih detailnya mengenai keempat jenis permasalahan pokok pendidikan
tersebut.

a. Masalah Pemerataan Pendidikan

Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana sistem pendidikan dapat menyediakan
kesempatan seluasluasnya kepada seluruh warga Negara untuk memperoleh pendidikan, sehingga
pendidikan itu menjadi wahana bagi pembangunan sumber daya manusia untuk menunjukkan
pembangunan. Masalah pemerataan pendidikan timbul apabila masih banyak warga Negara khususnya
anak usia sekolah yang tidak dapat ditampung di dalam sistem atau lembaga pendidikan karena
kurangnya fasilitas pendidikan yang tersedia. Pada masa awalnya, di tanah air kita pemerataan
pendidikan itu telah dinyatakan dalam undang-undang no. 4 Tahun 1950 sebagai dasar-dasar pendidikan
dan pengajaran di sekolah. Pada Bab XI pasal 17 berbunyi: Tiap-tiap warga Negara Republik Indonesia
mempunyai hak yang sama untuk diterima menjadi murid suatu sekolah jika syarat-syarat yang
ditetapkan untuk pendidikan dan pengajaran pada sekolah itu dipenuhi.
b. Pemecahan masalah pemerataan pendidikan.

Banyak macam pemecahan masalah yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan
pemerataan pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, langkah-langkah yang di
tempuh melalui cara konvesional dan cara inovatif.

Sehubungan dengan itu yang perlu dikalahkan, utamanya untuk pendidikan dasar ialah
membangkitkan kemauan belajar bagi masyarakat atau keluarga yang kurang mampu agar mau
menyekolahkan anaknya.

c. Masalah Mutu Pendidikan

Mutu pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan belum mencapai taraf seperti yang diharapkan.
Penetapan mutu hasil pendidikan pertama dilakukan oleh lembaga penghasil sebagai produsen tenaga
terhadap calon luaran, dengan sistem sertifikasi. Selanjutnya jika luaran tersebut terjun kelapangan
kerja penilaian dilakukan oleh lembaga pemakai sebagai konsumen tenaga dengan sistem tes unjuk
kerja (performance test). Lazimnya sesudah itu masih dilakukan pelatihan pemagangan bagi calon untuk
penyesuaian dengan tuntutan persyaratan kerja di lapangan. Jadi mutu pendidikan pada akhirnya dilihat
pada kualitas keluarannya. Berhubung dengan sulitnya pengukuran terhadap produk tersebut maka jika
orang berbicara tentang mutu pendidikan, umumnya hanya mengasosiasikan dengan hasil belajar yang
dikenal sebagai hasil Ujian Negara atau hasil Sipenmaru, UMPTN (yang bias di sebut instructional effect),
karena ini yang mudah di ukur. Hasil UN dan lain-lain tersebut itu di pandang sebagai gambaran tentang
hasil pendidikan.Umumnya kondisi mutu pendidikan di seluruh tanah air menunjukkan bahwa di daerah
pedesaan utamanya di daerah terpencil lebih rendah daripada di daerah perkotaan.

d. Pemecahan Masalah Mutu Pendidikan

Upaya pemecahan masalah mutu pendidikan dalam garis besarnya meliputi hal-hal yang bersifat fisik
dan perangkat lunak, personalia dan manajemen sebagai berikut:

- Seleksi yang lebih rasional terhadap masukan mentah, khususnya untuk SLTA dan PT.

- Pengembangan kemampuan tenaga kependidikan melalui studi lanjut misalnya berupa pelatihan,

penataran, seminar, kegiatan-kegiatan kelompok studi.

- Pengembangan prasarana yang menciptakan lingkungan yang tenteram untuk belajar.

- Penyempurnaan sarana belajar seperti buku paket, media pembelajaran dan peralatan laboratorium.

- Peningkatan administrasi manajemen khususnya yang mengenai anggaran.

e. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Berkembangnya Masalah Pendidikan

perkembangan iptek dan seni, laju pertumbuhan penduduk, aspirasi masyarakat dan keterbelakangan
budaya dan sarana kehidupan
2. Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar

Guru dituntut untuk dapat bekerja dengan teratur dan konsisten, tetapi kreatif dalam menghadapi
pekerjaannya. Kemantapan dalam bekerja hendaknya merupakan pribadinya sehingga pola kerja seperti
ini terhayati pula oleh siswa sebagai pendidikan. Kemantapan dan integritas pribadi ini tidak terjadi
dengan sendirinya, tetapi tumbuh melaui proses belajar-mengajar dan proses pendidikan yang sengaja
diciptakan.

a. Pentingnya Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar

Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai tanggung jawab untuk terus
mendidik siswanya. Untuk itu sekolah menyelenggarakan kegiatan belajar-mengajar sebagai realisasi
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Adapun penanggung jawab kegiatan proses belajar-mengajar
di dalam kelas adalah guru karena gurulah yang memberikan kemungkinan bagi siswa agar terjadi
proses belajar yang efektif.

Mengajar adalah membimbing kegiatan siswa belajar. Mengajar adalah mengatur dan mengorganisasi
lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan siswa untuk
melakukan kegiatan belajar. Melihat rumusan mengajar di atas maka dalam proses belajar-mengajar
terjadi interaksi antara guru dan siswa. Apabila kita membicarakan proses belajar-mengajar, dapatlah
dibayangkan bahwa dalam proses tersebut terjadi komunikasi antara guru dan siswa. Dalam komunikasi
itu guru berperan sebagai komunikan. Kedua-duanya terlibat dalam proses tersebut, sebab guru
(komunikator) menyampaikan pesan-pesan (bahan pelajaran) yang harus disampaikan kepada siswa.

b. Keterkaitan Kemampuan Dasar Guru dengan Keberhasilan Proses Belajar Mengajar

Proses belajar-mengajar bertujuan mengembangkan potensi siswa secara optimal, yang memungkinkan
siswa dapat mencapai tujuan yang diharapkan, dan bertanggung jawab sebagai anggota masyarakat.
Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, banyak faktor yang harus dipenuhi serta diperhatikan oleh guru,
baik secara langsung ataupun tidak langsung, yang dapat mempengaruhi proses belajar siswa. Diantara
proses belajar mengajar menjadi tiga macam pengertian, yaitu sebagai berikut:

1) Pengertian kuantitatif, dimana mengajar diartikan sebagai the transmission of knowledge, yaitu
penularan pengetahuan. Dalam hal ini guru hanya perlu menguasai pengetahuan bidang studinya dan
menyampaikan kepada siswa dengan sebaik-baiknya. Masalah berhasil atau tidaknya siswa, bukan
tanggung jawab pengajar.

2) Pengertian institusional, yaitu mengajar berarti the efficient orchestration ofteaching skills, yakni
penataan segala kemampuan mengajar secara efisien. Dalam hal ini guru dituntut untuk siap
mengadaptasikan berbagai teknik mengajar terhadap siswa yang memiliki berbagai macam tipe belajar
serta berbeda bakat, kemampuan, dan kebutuhannya.

3) Pengertian kualitatif dimana mengajar diartikan sebagai the facilitation of learning, yaitu upaya
membantu memudahkan kegiatan belajar siswa mencari makna danpemahamannya

sendiri. sehingga dengan metode yang digunakan tujuan pengajaran dapat tercapai.
C. MENGAJAR YANG BAIK

Istilah mengajar (pengajaran) yang dalam bahasa Arab disebut taklim (baca ta’lim) dan dalam bahasa
inggris teaching itu kurang lebih sama artinya dengan pendidikan yakni tarbiyah dalam bahasa Arab dan
education dalam bahasa Inggris. pembelajaran (proses membuat murid belajar) sebagaimana yang
diisyaratkan dalam Undang-Undang No. 20 / 2003 Bab XI Pasal 39 ayat 2. materi yang diajarkan dan
metode yang dipakai di dalam memberikan pelajaran, dan lain-lain. Seorang pengajar memiliki fungsi
antara lain sebagai komunikator. Ia berfungsi sebagai sumber dan penyedia informasi. Kemudian
menyaring, mengevaluasi informasi yang tersedia dan mengolahnya ke dalam suatu bentuk yang cocok
bagi kelompok penerima informasi (komunikasi), sehingga kelompok penerima informasi dapat
memahami informasi tersebut sebaik-baiknya dan setepat mungkin.

Seorang pengajar tidak mendorong pelajarnya untuk mempelajari sesuatu di luar kemampuannya. Atau
dengan kata lain bahwa dalam proses belajar-mengajar, pengajar harus memperhatikan keadaan
pelajar, tingkat pertumbuhan dan perbedaan perorangan yang terdapat di antara mereka.

1. Metode Ceramah
Metode ceramah ialah sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan
pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara
pasif.
2. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan belajar
memecahkan masalah (problem solving).
3. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara mempragakan barang, kejadian,
aturan, dan urutan melakukan kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan
media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.
4. Metode Ceramah Plus
Metode ceramah plus dapat terdiri atas banyak metode campuran, seperti: Metode ceramah
plus tanya jawab dan tugas, Metode ceramah plus diskusi dan tugas, Metode ceramah plus
demonstrasi dan pelatihan).

D. GURU YANG MEMILIKI VISI

Guru adalah pelaku perubahan. Itulah sebenarnya hakekat terdalam keberadaan seorang guru. Dengan
kegiatannya mengajar, ia membentuk identitas keguruannya. Melalui identitas inilah ia mengukuhkan
dirinya sebagai pelaku perubahan. Kegiatan mengajar yang dilakukan guru di kelas akan memberikan
perubahan dalam diri siswanya yang akan berguna bagi hidupnya mengatasi batas-batas kelas. Sebagai
pelaku perubahan, guru mengubah siswa menjadi lebih baik, lebih pandai, lebih memiliki keterampilan
yang berguna bagi pengembangan profesi mereka dalam masyarakat. Guru membuat siswa memahami
persoalan dengan lebih jernih sehingga mampu membuat keputusan dan bertindak secara tepat dan
bertanggung jawab dalam hidup mereka. Guru yang baik membuat siswa siap terjun secara aktif dalam
masyarakat sehingga mampu membangun dan menciptakan tatanan masyarakat yang lebih baik dari
yang sekarang ini mereka alami. Guru dapat menjadi pelaku perubahan jika memiliki sikap terbuka dan
kritis serta kemauan untuk menemukan dan menegaskan kembali nilai-nilai yang diyakininya selama ini.

Anda mungkin juga menyukai