Anda di halaman 1dari 183

Online OSCE Notes

anggiadmtr

i
i
Contents

Semester I

1. Anamnesis 1

2. Pemeriksaan Tanda Vital 2

3. Pemeriksaan Fisik Umum 4

Semester II

Musculoskeletal Sytem

4. Pemeriksaan Sendi Temporomandibula dan Upper Limb 6

5. Pemeriksaan Tulang Belakang dan Lower Limb 7

6. Interpretasi Rontgen Musculoskeletal 8

Nervous System

7. Pemeriksaan Nervus Cranialis I (Olfactorius) 9

8. Pemeriksaan Nervus Cranialis III (Oculomotorius) 9

9. Pemeriksaan Nervus Cranialis V (Trigeminus) 9

10. Pemeriksaan Nervus Cranialis VII (Facialis) 9

11. Pemeriksaan Nervus Cranialis VIII (Vestibulocochlearis) 10

12. Pemeriksaan Nervus Cranialis IX (Glossopharyngeus) dan X (Vagus) 10

13. Pemeriksaan Nervus Cranialis XI (Accessorius) 11

14. Pemeriksaan Nervus Cranialis XII (Hypoglossus) 11

15. Pemeriksaan Fungsi Sensorik 12

16. Pemeriksaan Fungsi Motorik (Tonus Dan Tenaga) Superior 13

ii
17. Pemeriksaan Fungsi Motorik (Tonus Dan Tenaga) Inferior 14

18. Penilaian Kesadaran dengan Glasgow Coma Scale 16

19. Pemeriksaan Fungsi Luhur 17

Cardiovascular System

20. Pemeriksaan Fisik Jantung 19

21. Pemeriksaan Tekanan Vena Jugularis 21

Respiratory System

22. Pemeriksaan Fisik Thorax 22

23. Interpretasi Foto Rontgen Thorax 25

Semester III

Genitourinary System

24. Pemeriksaan Fisik Ginjal Dan Saluran Kemih 28

Digestive System

25 Pemeriksaan Fisik Abdomen 30

26. Pemeriksaan Khusus Ascites 32

27. Pemeriksaan Khusus Appendicitis 32

Endocrine System

28. Pemeriksaan Leher 34

29. Pemeriksaan Antropometri 35

Hematology and Immune System

30. Anamnesis Hematologi 36

31. Pemeriksaan Fisik Hematologi 37

iii
32. Skin Prick Test dan Skin Patch Test 39

Semester IV

Medical Humanities, Ethics, Law, and Professionalism

33. Surat Persetujuan Tindakan Dokter 40

34. Pembuatan Surat Keterangan Dokter 41

35. Pembuatan Visum et Repertum 45

Medical Communication

36. Breaking Bad News 48

Semester V

Community Based Health Practice

37. Penelusuran KLB 49

38. Manajemen Vaksin Puskesmas 50

Health System and Management

39. Promosi Kesehatan 52

Safe Motherhood

40. Konseling Pemilihan Kontrasepsi 53

Semester VI

Internal Medicine

41. Interpretasi X-Ray Thorax Patologi 55

42. Interpretasi Foto Konvensional Kepala (Skull) 58

43. Interpretasi Foto Konvensional Abdomen 61

44. Interpretasi Foto Konvensional Dengan Kontras 64

iv
45. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik pada Pasien Diabetes Melitus 68

46. Penatalaksanaan Holistik pada Diabetes Melitus tanpa Komplikasi 70

Ears, Nose, and Throat

47. Interpretasi Radiologi Sinus Paranasalis (Foto Water’s) 74

Dermatology

48. Pemeriksaan Fisik Sistem Integumen 76

49. Tindakan Compressive Bandage Therapy 84

Semester VII

Neurology

50. Pemeriksaan Tanda Rangsang Meningeal 85

51. Pemeriksaan Sensasi Radikuler 87

52. Pemeriksaan Refleks Patologis 89

53. Pemeriksaan Refleks Primitif 92

54. Interpretasi CT Scan Kepala 93

55. Interpretasi X-Ray Spine 100

Psychiatry

56. Wawancara dan Pemeriksaan Psikiatri 103

57. Pemeriksaan Fungsi Kognitif 107

58. Psikoterapi Suportif 109

Pediatrics

59. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Anak 110

60. Pemeriksaan Antropometri Anak 112

v
61. Penilaian Pertumbuhan Anak dengan KMS 114

62. Penilaian Perkembangan Anak dengan KPSP 115

63. Penilaian Perkembangan Anak dengan DDST II (Denver II) 116

vi
Sebelum melakukan
pemeriksaan/ tindakan,

INGAT INFORMED CONSENT

Sebelum melakukan dan


melakukan tindakan,

INGAT CUCI TANGAN

Best of Luck !

vii
Anamnesis

Sacred Seven

1. Onset
2. Lokasi
3. Kualitas
4. Kuantitas
5. Kronologis
6. Faktor memperberat dan memperingan
7. Keluhan penyerta

Fundamental Four

1. Riwayat penyakit sekarang (sacred seven)


2. Riwayat penyakit dahulu (penyakit kronis, pengobatan penyakit dahulu, operasi,
trauma, kehamilan, psikiatri, penyakit masa anak, alergi)
3. Riwayat penyakit keluarga (penyakit serupa, penyakit kronis)
4. Riwayat pribadi dan sosial (olahraga, daily activity, diet, merokok, konsumsi minuman
alcohol, kehidupan sosial, dll.)

Note :

 Jelaskan prosedur anamnesis


 Informed consent akan wawancara medis
 Kesimpulan di akhir wawancara
 Beri kesempatan bertanya

1
Pemeriksaan Tanda Vital

Suhu Tubuh

 Alat : termometer
 Sebelum ukur suhu, pastikan thermometer raksa di 35,5⁰ C
 Ukur suhu dengan menunggu 5-10 menit (axilla)

Klasifikasi Axilla Oral Rektal Membrane timpani

Hipotermia < 36⁰ C 37⁰ C 37,5⁰ C

Normal 36 - 37,5⁰ C 37 - 38,5⁰ C 37,5 - 39⁰ C 37,8 - 39,3⁰ C

Sub febris 37,5 - 38⁰ C 38,5 - 39⁰ C 39 - 39,5⁰ C 39,3 - 39,8⁰ C

Pireksia 38 - 40⁰ C 39 - 41⁰ C 39,5 - 41,4⁰ C 39,8 - 41,8⁰ C

Hiperpireksia > 40⁰ C > 41⁰ C > 41,5⁰ C

Denyut Nadi

 Nilai denyut nadi di pegelangan tangan (arteri radialis) dengan digit II dan III
 Ritme nadi : regular/ ireguler
 Amplitude : keras/ lemah/ tidak teraba
 Frekuensi : takikardi/ bradikardi

Klasifikasi Usia Frekuensi Normal

Newborn 0 – 1 bulan 120 – 160 x/ menit

Bayi 1 bulan – 1 tahun 100 – 160 x/ menit

Batita 1 – 3 tahun 90 – 150 x/ menit

Prasekolah 4 – 5 tahun 80 – 140 x/ menit

Anak-anak 5 – 12 tahun 70 – 120 x/ menit

Remaja 12 – 18 tahun 60 – 100 x/ menit

Dewasa > 18 tahun 60 – 100 x/ menit

2
Respiratory Rate

 Kedalaman RR : normal (tidak ada tanda distress nafas), dangkal (gerak thorax dan
abdomen tidak adekuat), dalam (rthorax mengembang hampir ke kapasitas
maksimal)
 Ritme RR : regular (inspirasi-jeda-ekspirasi-jeda), ireguler

Klasifikasi Usia Frekuensi Normal

Newborn 0 – 1 bulan 40 – 60 x/ menit

Bayi 1 bulan – 1 tahun 30 – 60 x/ menit

Batita 1 – 3 tahun 24 – 40 x/ menit

Prasekolah 4 – 5 tahun 22 – 34 x/ menit

Anak-anak 5 – 12 tahun 18 – 30 x/ menit

Remaja 12 – 18 tahun 12 – 16 x/ menit

Dewasa > 18 tahun 12 – 20 x/ menit

Tekanan Darah

 Alat : sphygmomanometer, stetoskop


 Sphygmomanometer : buka tuas raksa, nilai fungsi alat, pasang cuff, palpasi arteri
brachialis, pompa balon sampai 30 mmHg diatas hilangnya pulsasi arteri brachialis,
turunkan sampai pulsasi kembali, letakkan bell stetoskop pada arteri brachialis,
pompa balon sampai 30 mmHg dari hilangnya arteri pulsasi lalu turunkan, TDS saat
pulsasi tidak terdengar, TDD saat pulsasi terdengar kembali

Klasifikasi TD Sistolik (mmHg) TD Diastolik (mmHg)

Normal <120 <80

Pre HT 120 – 139 80 – 89

HT stage 1 140 – 159 90 – 99

HT stage 2 ≥160 ≥100

3
Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

 Umum : tingkat kesadaran, gaya jalan (gait), postur tubuh, jabat tangan, ekspresi
wajah, cara berpakaian, complexion (warna wajah), bau badan, nutrisi
 Close : kulit dan kuku (nodul, indurasi, turgor, CRT kuku yang normal < 2 detik),
kepala dan leher (wajah, rambut, mata, telinga, hidung, sinus paranasal, mulut,
thorax, spine, abdomen, ekstremitas)
 Saat menjabat tangan : tangan dingin dan berkeringat (kecemasan), tangan panas
dan berkeringat (hipertiroidisme), kulit kering dan kasar (pekerjaan, hipertiroidisme),
deformitas (trauma, rheumatoid arthritis)

Palpasi

 Hangatkan kedua tangan sebelum melakukan palpasi


 Dinding thorax : thrill jantung, vocal fremitus paru
 Abdomen : palpasi ringan (dengan ujung jari, sedalam 1-2 cm), palpasi dalam
(dengan ujung jari, sedalam 4 cm), palpasi bimanual, ballottement ringan dan dalam
(menekan berulang kali seperti memantulkan sesuatu)
 Nilai : lokasi, bentuk, konsistensi, permukaan, nyeri, mobilitas, pulsasi, krepitasi

Perkusi

 Jenis : tidak langsung, langsung, tumpul (fist/ kepalan tangan)


 Perkusi tumpul untuk CVA (dengan/ tanpa bantalan tangan satunya)

Suara Sumber

Sonor (resonans) Paru normal

Timpani Lambung dan usus yang kosong

Redup (dullness) Hepar, kandung kemih yang terisi, uterus wanita hamil

Hipersonor Paru hiperinflasi (emfisema)

Pekak (flatness) Otot

4
Auskultasi

 Hangatkan kepala stetoskop sebelum digunakan ke pasien


 Kepala stetoskop : diagfragma (high pitch sound seperti peristaltic abdomen, thorax,
suara jantung S1 dan S2, suara respirasi, bronkial, dan vesikuler), bell (low pitch
sound seperti suara thorax, suara jantung S3 dan S4, suara Korotkoff)
 Auskultasi pada thorax dan abdomen, berpindah lokasi auskultasi setiap 2-3 detik

5
Pemeriksaan Sendi Temporomandibular dan Upper Limb

Sendi Temporomandibula

 L : kesimetrisan wajah
 F : rada sendi temporomandibula dengan ujung jari telunjuk di depan tragus telinga
dan minta pasien buka mulut
 M : minta pasien buka-tutup mulut, tonjolkan-tarik rahang bawah, gerakkan rahang
bawah ke lateral

Sendi Bahu

 L : dari depan-belakang, lihat scapula dan otot, pembengkakan, bursa subacromial


 F : raba dari medial ke lateral, dari klavikula sampai acromion, palpasi tendon biceps
 M : ayunkan tangan ke depan-belakang (fleksi-ekstensi bahu), ayunkan tangan ke
lateral dan medial (abduksi-adduksi bahu)

Sendi Siku

 L : topang tangan pasien agar siku fleksi 70⁰, lihat epicondyle dan olecranon
 F : raba olecranon process dan tekan epicondyle
 M : fleksi-ekstensi siku, pronasi (lengan bawah putar ke medial, gerak menutup) dan
supinasi (lengan bawah putar ke lateral, gerak membuka)

Sendi Pergelangan Tangan, Tangan, dan Jari

 L : permukaan dan telapak tangan, tonjolan tenar (palmar ibu jari) dan hipotenar
(palmar digit V)
 F : raba pergelangan tangan, anatomical snuffbox (distal radial styloid process), sendi
metacarpophalangeal, sendi proximal interphalangeal dan distal interphalangeal
 M : fleksi, ekstensi pergelangan dan jari, pronasi-supinasi pergelangan tangan,
deviasi ulnar-radial (gerak melambai), abduksi-adduksi jari, oposisi ibu jari

6
Pemeriksaan Tulang Belakang dan Lower Limb

Sendi Tulang Belakang

 L : lihat kurvatura, lengkung servikal-thorakal-lumbal, procesus spinosus (lebih


menonjol di C7 dan T1 saat fleksi), otot paravertebrae, krista iliaka, spina iliaka
posterior
 F : raba prosesus spinosus dengan ibu jari, step off di lumbal, sacroiliac joints
(cekungan diatas spina iliaka posterior superior), otot paravertebrae, pasien
berbaring miring (raba saraf sciatic diantara greater trochanter dan ischial tuberosity/
sepanjang paha lateral belakang)
 M : gerak fleksi (bungkuk ke depan, raba lumbosacral junction), ekstensi, rotasi,
lateral bending

Sendi Panggul

 L : lihat cara jalan (stance/ menahan beban, swing/ mengayun)


 F : posisi pasien tekuk satu kaki dengan tumit diatas lutut kaki sebelahnya, raba
inguinal ligament, spina iliaka posterior superior, trochanter mayor
 M : fleksi (tekuk satu kaki ke dada), abduksi (satu kaki ke lateral), adduksi (1 kaki ke
medial), rotasi (tekuk lutut dan gerakkan betis ke lateral-medial)

Sendi Lutut

 L : cara jalan, atrofi otot quadriceps femoris, cekungan/ bengkak di lutut


 F : pasien duduk dengan posisi lutut fleksi, raba betis bagian posterior (otot
gastrocnemius dan soleus), achilles
 M : fleksi-ekstensi, jongkok-berdiri, rotasi interna-eksterna (duduk di ujung bed, betis
ayunkan ke lateral-medial)

Sendi Pergelangan Kaki dan Kaki

 L : deformitas, nodul, bengkak


 F : raba dengan ibu jari di bagian punggung kaki, raba tendon Achilles, tumit,
metatarsal, jari-jari
 M : fleksi-ekstensi (injak gas), inversi-eversi (pegang tumit, putar kaki agar telapak
ke medial), fleksi jari-jari

7
Interpretasi Rontgen Musculoskeletal

Alat : illuminator, foto rontgen

Langkah :

1. Periksa identitas (nama, usia, jenis kelamin, tanggal dan nomor foto)
2. Proyeksi foto (AP/ lateral)
3. Lokasi (dekstra/ sinistra)
4. Tulang panjang : konfigurasi fraktur (transverse complete/ non complete, oblique),
jumlah fragmen (2/ lebih), displacement (membentuk sudut/ tidak)
5. Soft tissue

8
Pemeriksaan Nervus Cranialis

Pemeriksaan Nervus Cranialis I (Olfactorius)

 Alat : spekulum hidung, penlight/ lampu kepala, zat aroma


 Inspeksi kedua lubang hidung dengan spekulum
 Uji aroma : pasien tutup mata dan satu lubang hidung, dekatkan aroma, minta pasien
mengenali, lakukan pada kedua lubang hidung dengan beberapa zat aroma

Pemeriksaan Nervus Cranialis III (Oculomotorius)

 Alat : penlight, penggaris


 Px pupil : pasien liat jauh ke satu titik, amati pupil (ukuran, bentuk, posisi), sinari dari
lateral ke medial (nilai respon pupil langsung dan tidak langsung)
 Px celah palpebra dan ptosis : amati palpebra, ukur fissura palpebra dengan
penggaris, minta pasien tutup mata lalu buka mata dengan fiksasi muskulus frontalis
 Lebar celah palpebra normal : 9-12 mm

Pemeriksaan Nervus Cranialis V (Trigeminus)

 Alat : lidi kapas dipilin tipis, kapas, peniti/ jarum pentul, tabung air panas dan dingin
 Reflex kornea : pasien lirik ke kanan lalu sentuk kornea mata kiri dari limbus, amati
reflex kornea langsung dan tidak langsung, lakukan pada mata sebelahnya
 Motorik : amati rahang, minta pasien seperti menyengir, gerak menggigit kuat, gerak
rahang kanan-kiri dengan melawan tahanan, palpasi muskulus masseter dan
temporalis (daerah pipi dekat jawline)
 Sensorik : pasien tutup mata, beri respon sentuh (kapas, nyeri (peniti), suhu (tabung
air) dengan menggoreskan di dahi (CN V1), pipi (CN V2), rahang (CN V3) dari medial
ke lateral, bandingkan dan nilai hasil

Pemeriksaan Nervus Cranialis VII (Facialis)

 Alat : bahan rasa + aplikator (gula, garam, asam), kertas nama rasa (manis, asin,
asam), kasa dan air putih (untuk bilas lidah), sarung tangan, palu reflex
 Beri pasien contoh dalam mengangkat alis, kerutkan dahi, kembungkan pipi,
meringis, bersiul
 Px asimetri wajah : amati dalam keadaan istirahat (kerutan dahi, lebar celah
palpebra, sulkus nasolabial, sudut mulut, atrofi otot, fasikulasi, gerak involunter),
9
minta pasien mengangkat alis, kerutkan dahi, kembungkan pipi dan lawan tahanan,
meringis (lihat sudut mulut yang sakit akan tertarik ke sisi yang sehat), bersiul (lihat
bibir terdorong ke sisi yang sakit)
 Px kekuatan tutup mata : pasien tutup mata melawan usaha pemeriksa dalam
membuka mata pasien (pemeriksa menggunakan telunjuk dan ibu jari tangan kiri
untuk membuka mata pasien)
 Px pengecapan : pakai sarung tangan, pasien julurkan lidah dan fiksasi dengan kasa,
sentuhkan/ oleskan bahan rasa di ujung lidah, minta pasien identifikasi rasa dengan
kertas nama rasa, bilas lidah dengan air, lakukan dengan bahan lainnya dan pada
sisi lidah lainnya, melepaskan kasa dan sarung tangan saat selesai
 Px tanda Chvostek : ketuk kulit dibawah processus zygomatic di depan telinga
dengan ujung jari/ palu reflex, amati gerak menyentak (sudut bibir, bibir atas, ala nasi,
pipi, kelopak mata, dahi ipsilateral), lakukan di sisi lainnya

Pemeriksaan Nervus Cranialis VIII (Vestibulocochlearis)

 Px nistagmus spontan : pasien lihat lurus ke depan pada satu titik, amati nistagmus
 Px bed side lirik 30⁰ : pasien melirik mengikuti jari pemeriksa yang gerak ke kanan,
kiri, atas, bawah, amati nistagmus
 Px Manuver Dix-hallpicke : pasien duduk di pinggir tempat tidur, toleh 45⁰ ke kanan,
rebahkan tubuh pasien hingga kepala menggantung di bawah bed kira-kira 15⁰, tahan
10-15 detik, amati nistagmus (jenis, arah, amplitude), tegakkan pasien, tahan 10-15
detik, amati nistagmus, ulangi untuk sisi sebelahnya
 Interpretasi : nistagmus (+/-), jenis (horizontal, vertical, rotasional, pendular), arah
(kanan/ kiri/ atas/ bawah), amplitude (besar/ kasar, kecil/ halus)

Pemeriksaan Nervus Cranialis IX (Glossopharyngeus) dan X (Vagus)

 Alat : spatula lidah, bahan uji pahit (kopi), kertas nama rasa, air minum, kasa, sarung
tangan
 Px arkus faring, uvula, palatum molle : pasien buka mulut, amati arkus faring, minta
pasien bilang “aaa”, amati uvula dan palatum molle
 Px reflex muntah : pasien buka mulut, sentuh dinding posterior faring dengan spatula,
amati ada/ tidaknya reflex muntah
 Px pengecapan : sama dengan cara pemeriksaan pengecapan CN VII
 Px disfonia : minta pasien bilang kata dengan “ng” (gunung, burung, terbang,
kangkung), amati suara sengau/ parau
10
 Tes menelan : minta pasien minum, lihat reflex batuk/ tersedak
 Palpasi arteri radialis (CN X) : palpasi arteri radialis kanan dan kiri

Pemeriksaan Nervus Cranialis XI (Accessorius)

 Px muskulus sternokleidomastoideus : amati leher pasien (simetris), pasien menoleh


ke kiri, tahan pada rahang sisi kanan, minta pasien melawan tahanan, amati dan raba
otot sisi kanan, lakukan pada sisi sebelahnya
 Px muskulus trapezius : amati bahu dan scapula (simetris), letakkan tangan pada
muskulus trapezius dan palpasi, beri tahanan pada bahu dan minta pasien
mengangkat bahu untuk melawan tahanan

Pemeriksaan Nervus Cranialis XII (Hypoglossus)

 Inspeksi lidah saat istirahat : amati otot lidah, simetris, atrofi, fasikulasi
 Motorik dan artikulasi lidah : pasien buka mulut dan julurkan lidah, amati adanya
deviasi ujung lidah, minta pasien dorong lidah ke mukosa bukal kanan-kiri melawan
tahanan pada pipi, minta pasien bilang kata dengan “r/l” (ular, lari, lurus), dengarkan
gangguan artikulasi

11
Pemeriksaan Sistem Sensorik

Alat : kapas (raba halus), peniti (nyeri superfisial, diskriminasi 2 titik), tabung air panas dan
dingin (suhu), garpu tala 128/ 256 Hz (vibrasi/ propioseptif), kunci/ klip kertas/ koin
(diskriminasi/ stereognosis), aplikator tumpul/ palu reflex (grafestesia)

Langkah :

1. Raba halus : pasien tutup mata, sentuhkan kapas dari medial-lateral atau proximal-
distal (pada lengan, badan, paha), bandingkan
2. Nyeri superfisial : pasien tutup mata, beri contoh tajam dan tumpul, sentuhkan peniti
(pada lengan, badan, paha), bandingkan
3. Suhu : pasien tutup mata, sentuh tabung air (pada lengan, badan, paha), bandingkan
4. Vibrasi (propioseptif) : tempelkan garpu tala yang digetarkan ke tonjolan tulang
(malleolus, styloid process radius, sendi jari, klavikula), pasien mengatakan jika
sudah tidak terasa, bandingkan dengan pemeriksa
5. Posisi (propioseptif) : pasien tutup mata, gerakkan jari keatas/ bawah, minta pasien
mengatakan arah gerak jari
6. Diskrimintatif (stereognosis) : pasien tutup mata, beri kunci/ klip kertas/ koin pada
telapak tangan, minta pasien menamakan benda, lakukan di kedua tangan
7. Diskriminatif (grafestesia) : pasien tutup mata, gambar huruf/ angka dengan aplikator
tumpul/ ujung palu reflex pada telapak tangan dan kaki, minta pasien menamakan
yang digambar pemeriksa, lakukan pada kedua sisi
8. Diskriminatif (diskriminasi 2 titik) : pasien tutup mata, sentuh peniti dengan jarak
tertentu (2-3 mm di ujung jari, 3-8 mm di jari kaki, 8-12 mm di telapang tangan, 40-
60 mm di punggung), minta pasien menyebutkan berapa peniti yang dirasakan
(normalnya terasa ada 2 peniti/ titik)
9. Diskriminatif (lokalisasi titik) : pasien tutup mata, pemeriksa menyentuh satu titik,
pasien buka mata dan menunjuk titik yang baru saja disentuh

12
Pemeriksaan Fungsi Motorik (Tonus Dan Tenaga) Superior

Langkah :

1. Px tonus : melemaskan ekstremitas, menggerakkan sendi dengan gerak fleksi-


ekstensi berulang, merasakan tonus saat menggerakkan sendi
2. Px kekuatan :

Px kekuatan m. deltoid (abduksi lengan Px kekuatan m. biceps (fleksi lengan


atas) atas)

Px kekuatan m. triceps (ekstensi lengan Px kekuatan m. flexor carpi radialis


atas) dan ulnaris (fleksi pergelangan
tangan melawan tahanan)

Px kekuatan m. extensor carpi radialis Px kekuatan m. extensor digitorum


longus, m. extensor carpi ulnaris, dan m (ekstensi jari)
extensor digitorum (ekstensi
pergelangan tangan melawan tahanan)

Px kekuatan m. flexor digitorum Px kekuatan m. dorsal dan palmar


profundus (fleksi jari) interossei (buka tutup jari)

13
Pemeriksaan Fungsi Motorik (Tonus Dan Tenaga) Inferior

Langkah :

1. Px tonus : melemaskan ekstremitas, menggerakkan sendi dengan gerak fleksi-


ekstensi berulang, merasakan tonus saat menggerakkan sendi
2. Px kekuatan :

Px kekuatan m. iliopsoas (fleksi Px kekuatan m. gluteus maximus


panggul) (ekstensi panggul)

Px kekuatan m. hamstring (fleksi Px kekuatan m. quadriceps femoris


lutut) (ekstensi lutut)

Px kekuatan m. tibialis anterior Px kekuatan m. gastrocnemius


(dorsofleksi kaki) (plantasfleksi kaki)

Px kekuatan m. extensor digitorum Px kekuatan fleksi jari kaki


dan halluces longus (ekstensi jari
kaki)

14
Tingkat kekuatan otot

Tingkat Kekuatan Otot


5 Kekuatan otot normal
4+ Gerak aktif melawan gravitasi dan tahanan kuat
4 Gerak aktif melawan gravitasi dan tahanan sedang
4- Gerak aktif melawan gravitasi dan tahanan ringan
3 Gerak aktif melawan gravitasi
2 Gerak aktif dengan gravitasi dihilangkan
1 Sedikit kontraksi
0 Tidak ada kontraksi

Pemeriksaan Refleks Fisiologis

 Alat : palu reflex, batang aplikator tumpul, peniti, jelly, sarung tangan
 Langkah :
Px reflex tendon biceps Px reflex tendon triceps Px tendon
brachioradialis

Px reflex tendon patella Px reflex tendon achilles Px reflex abdominal


(Bauch Haut reflex)

Px reflex kremaster Px reflex plantar

 Px reflex anus luar : pasien berbaring litotomi, goreskan ujung peniti pada dinding
anus, amati kontraksi sfingter ani eksterna
 Px reflex anus dalam : pakai sarung tangan, oleskan jelly di jari telunjuk, masukkan
jari ke anus, rasakan kontraksi sfingter ani interna
 Interpretasi : negative (-), menurun/ hiporefleksia (+1), normal (+2), meningkat/
hiperrefleksia (+3), klonus (+4)

15
Penilaian Kesadaran dengan Glasgow Coma Scale

Respon Buka Mata (E/ Eye Opening)


Respon spontan tanpa stimulus 4
Respon terhadap suara/ perintah buka mata 3
Respon terhadap nyeri 2
Tidak ada respon 1
Respon Verbal (V)
Orientasi baik 5
Bicara kacau/ bingung 4
Kata tidak teratur/ kalimat tidak koheren 3
Suara tidak jelas/ tanpa arti 2
Tidak ada suara 1
Respon Motorik Terbaik (M)
Mengikuti perintah 6
Melokalisir nyeri (menjangkau lokasi nyeri saat ada stimulus) 5
Menarik anggota gerak yang dirangsang 4
Fleksi abnormal (dekortikasi : tangan kaku diatas dada, kaki ekstensi
3
saat dirangsang)
Ekstensi abnormal (deserebrasi : tangan ekstensi di sisi tubuh, kaki
2
ekstensi saat dirangsang)
Tidak ada respon motorik 1

Interpretasi

 3 (Coma)
 4-6 (Stupor)
 7-9 (Somnolen)
 10-11 (Delirium)
 12-13 (Apatis)
 14-15 (Compos Mentis)

16
Pemeriksaan Fungsi Luhur

Alat : kertas, pulpen, amplop

Langkah :

1. Orientasi : tanyakan nama, sedang dimana, saat ini tanggal/ jam berapa
2. Atensi : observasi perilaku saat wawancara dan pemeriksaan
3. Atensi (rentang digit) : minta pasien mengikuti serangkaian angka yang kita sebutkan
(dari 2 angka, lalu semakin ditambah)
3-7
7-4-9
8-5-2-7
2-9-6-8-3
5-7-2-9-4-1
8-1-5-9-3-6-2
Jika kurang dari 5 digit yang bisa diulangi maka ada gangguan atensi
4. Afasia : nilai kelancaran bicara, minta pasien menunjuk benda yang pemeriksa
sebutkan, menamakan benda, mengulangi kata/ kalimat dari sederhana ke
kompleks, membaca, menulis
5. Memori : immediate/ barusan (mengulang kata), recent/ tadi pagi (sarapan, dengan
siapa kesini), remote/ dahulu (masa sekolah/ anak)
6. Memori (new learning ability) : menyebutkan 4 kata (mawar, coklat, hari, tetes mata),
minta pasien mengulangi setelah beberapa pemeriksaan/ menit
7. Apraksia : pasien menulis dan melipat surat, memasukkan ke amplop

Pemeriksaan Koordinasi

1. Inspeksi gaya berjalan : pasien jalan lurus menjauhi pemeriksa, memutar, kembali
kearah pemeriksa dengan jalan pada ujung kaki, lalu putar dan menjauh dari
pemeriksa berjalan dengan tumit
2. Tes Romberg : pasien berdiri di depan pemeriksa, merapatkan kaki, tangan
menyilang di dada, buka mata selama 30 detik, tutup mata 30 detik, perhatikan
pasien jatuh/ tidak saat buka/ tutup mata
3. Tes Romberg dipertajam : sama dengan tes Romberg kecuali posisi kaki berbeda,
tumit berada di depan ibu jari kaki lainnya

17
4. Tes telunjuk hidung : pasien duduk di depan pemeriksa jarak satu lengan, dengan
jari telunjuknya pasien menyentuh hidung lalu jari telunjuk pemeriksa, dilakukan
dengan membuka mata secara cepat dan lancar, lalu dengan tuutp mata, lakukan
pada kedua tangan
5. Tes tumit lutut : pasien berbaring, menggeser tumit kanan menuruni krista tibialis kaki
kiri dari lutut ke ibu jari kaki kiri sebanyak 2-3 kali, melakukan pada kaki sebelahnya
6. Tes for dysdiadochokinesis : pasien gerak supinasi-pronasi kedua tangan secara
cepat dan bergiliran, pasien dorsofleksi-volarfleksi pergelangan kaki bergantian
seperti menepuk paha, melakukan gerak oposisi (ibu jari menyentuh jari lain
bergantian)

18
Pemeriksaan Fisik Jantung

Alat : stetoskop

Inspeksi

 Pasien tidur
 Umum : siaonosis sentral di bibir, lelah, JVP, anemia, edema di limbs, clubbing
fingers, ascites, orthopneu/ sulit nafas
 Bentuk precordial : normal, pectus excavatum/ cekung, pectus carinatum/
cembung, deformitas sternum dan costae, gerak dan frekuensi nafas, jaringan
parut)
 Ada/ tidak ictus cordis/ apical impulse

Palpasi

 Hangatkan tangan
 Apex : ICS V MCL kiri
 Left upper sternal border : ICS II kiri
 Right upper sternal border : ICS II kanan
 Left lower sternal border : ICS IV kiri
 Palpasi thrill (murmur grade 4 di left upper sternal border)

Perkusi

 Perkusi MCL kanan dari atas ke bawah sampai suara berubah


 Naik 2 jari dan perkusi ke medial
 Perkusi AAL kiri ke bawah sampai suara sonor menjadi redup
 Naik 2 jari dan perkusi ke medial
 Batas jantung :

Batas kanan atas ICS II PSL kanan


Batas kanan bawah ICS III/ IV PSL kanan
Batas kiri atas ICS II PSL kiri
Batas kiri bawah ICS V MCL kiri

19
Auskultasi

 Hangatkan diafragma stetoskop


 Katup aorta (ICS II PSL kanan)
 Katup pulmonal (ICS II PSL kiri)
 Katup tricuspid (ICS IV PSL kiri)
 Katup mitral/ apex (ICS V PSL kiri)
 Tentukan suara jantung S1-S4 atau tambahan

20
Pemeriksaan Tekanan Vena Jugularis

Alat : penggaris

Langkah :

1. Pasien berbaring dengan kepala elevasi 30-40⁰


2. Pasien menoleh ke kiri
3. Inspeksi external jugular vein dan tentukan puncak pulsasi
4. Letakkan telunjuk pada puncak pulsasi dan ibu jari mengurut vena sampai ke basis
untuk mengosongkan isi vena
5. Lepaskan jari sampai terjadi pengisian ulang vena
6. Tandai puncak pulsasi pengisian ulang
7. Posisikan penggaris dan buat garis horizontal daru puncak pulsasi ke sternal angle
(pertemuan manubrium dan sternum pada level costae II)
8. Perkirakan tinggi kolom vena dengan posisi penggaris seperti gambar
9. Jumlahkan tinggi kolom vena (JVP) dan titik sternal angle dengan jarak right atrium
ke sternal angle

Perhitungan

 CVP/ central venous pressure = JVP + 5 cm


 5 cm adalah perkiraan jarak sternal angle ke right atrium
 Normal : CVP (0-8 cm), JVP (0-3 cm)
 CVP 10-12 cm pada tamponade jantung (kompresi karena cairan berlebih)

21
Pemeriksaan Fisik Thorax

Alat : stetoskop

Inspeksi

 Inspeksi dinding thorax


 Inspeksi gerak dinding thorax selama inspirasi biasa dan inspirasi dalam
 Lakukan pada sisi anterior dan posterior

Palpasi

 Hangatkan tangan
 Palpasi dinding thorax untuk merasakan gerak pernafasan kedua sisi thorax
 Px vocal fremitus : dengan sisi ulnar tangan pada dada pasien, pasien bilang “tujuh
puluh tujuh” 4-5 kali perpindahan tangan, rasakan resonansi/ hantaran getaran

Meningkat Menurun
Pneumonia Unilateral (pneumothorax, efusi pleura,
Atelectasis (pengembangan obstruksi bronkus)
jaringan paru tidak sempurna) Bilateral (PPOK, penebalan dinding dada)
 Palpasi ICS
 Lakukan pada sisi anterior dan posterior

Perkusi

 Perkusi dari atas klavikula kebawah hingga ada perubahan suara


 Lakukan pada sisi kanan-kiri dan pada thorax posterior
 Suara perkusi : paru (sonor/ resonans), hepar (redup/ dull), lambung (timpani)
 Kelainan : pneumonia (sonor menjadi redup), emfisema (sonor menjadi hipersonor)

Auskultasi

 Hangatkan diagframa stetoskop


 Dengarkan kurang lebih di 10 titik berbeda, bergantian kanan-kiri

22
 Bunyi pernafasan :
Bunyi sangat kasar, keras, nada
Trakeal
tinggi
Bunyi keras, nada tinggi, seperti
udara mengalir lewat pipa,
Bronkial ekspirasi lebih keras dan lama
daripada inspirasi, terdengar
diatas manubrium
Komponen inspirasi dan ekspirasi
sama panjang, terdengar di ICS I-
Bronkovesikuler
II, dekat karina dan bronkus
utama, serta antara scapula
Bunyi lemah, nada rendah,
inspirasi jauh lebih panjang dari
Vesikuler
ekspirasi, ekspirasi lemah dan
kadang tidak terdengar

Bunyi Nafas Tambahan

 Ronki : sekresi saluran nafas berlebih (bronchitis, infeksi pernafasan, edema paru,
atelectasis, fibrosis, CHF)
 Wheezing : aliran udara cepat melalui saluran nafas yang tersumbat (asma, edema
paru, bronchitis, CHF)
 Gesekan pleura : radang pleura (pneumonia, infark paru)

Pola Pernafasan Abnormal

 Apnea : tidak ada pernafasan (henti jantung)


 Biot : pernafasan tidak teratur dengan apnea lama (TIK naik, depresi nafas karena
obat, kerusakan medulla)
 Cheyne-stokes : pernafasan tidak teratur dengan periode peningkatan dan
penurunan laju dan dalamnya nafas diselingi periode apnea (depresi nafas karena
obat, CHF, kerusakan serebral)
 Kussmaul : cepat dan dalam (asidosis metabolic)

23
Penyakit Paru

24
Interpretasi Foto Rontgen Thorax

Alat : illuminator, foto rontgen

Langkah :

1. Periksa identitas (nama, usia, jenis kelamin, tanggal dan nomor foto)
2. Tentukan sisi kanan-kiri foto
3. Periksa sentrasi (simetris), exposure (over/ under/ tepat)
4. Perhatikan foto dibuat saat inspirasi penuh/ tidak
5. Proyeksi foto (PA, AP, lateral dextra/ sinistra, lateral decubitus, apical/ lordotik, posisi
ekspirasi)
6. Mediastinum : mediastinum superior (melebar/ tidak), massa, trakea (normal/ deviasi,
tertarik/ terdorong)
7. Jantung : besar, bentuk, CTR (kardiomegali jika CTR > 50%), apex (normal/
tertanam/ terangkat), aorta (normal/ elongasi)
8. Paru : hilus kanan-kiri, corakan bronkovaskular
9. Periksa diafragma, sudut costophrenic, tulang dan soft tissue

25
Interpretasi Rontgen Thorax

Foto PA Foto AP Foto Lateral

Cardiomegaly Massa mediastinum Edema paru

Bayangan dengan garis


tidak tegas, ada
bronkogram udara, bentuk
visual diafrgma hilang
TBC Pneumonia lobaris Atelectasis (collapse)

Bayangan lobus gelap, tan


silhoutte, struktur sekitar
Bercak dengan bayangan bergeser karena ruangan
berbatas tidak tegas, corak kosong lobus yang kolaps
bronkovaskuler meningkat

26
Coin lesions Neoplasma paru Efusi pleura

Nodulus (abses/ kista) Bayangan bulat tepi tidak Cairan mengelilingi paru
teratur berlobulasi dan tepi
infiltrasi
Pneumothorax

Garis pleura terpisah dari


dinding dada, mediastinum,
dan diafragma karena ada
udara, tidak ada bayangan
vascular diluar garis ini

27
Pemeriksaan Fisik Ginjal Dan Saluran Kemih

Alat : sarung tangan, jelly, tissue

Inspeksi Ginjal dan Bladder

 Amati daerah pinggang, abdomen, suprasimfisis


 Lihat benjolan/ massa, jaringan parut/ bekas operasi

Palpasi Ginjal, Palpasi dan Perkusi Bladder

 Pasien berbaring dan tekuk lutut untuk relaksasi abdomen


 Hangatkan tangan
 Palpasi bimanual (tangan kanan diatas, tangan kiri di punggung pasien)
 Palpasi bladder dari umbilicuske bawah (benjolan, massa, bladder pennuh)
 Perkusi bladder dari suprasimfisis ke bawah (perubahan suara timpani ke redup
untuk menentukan batas bladder, bladder yang 2 jari dibawah umbilicus
menandakan retensi urine)

Nyeri Tekan dan Perkusi Ginjal

 Pasien duduk
 Nilai nyeri tekan CVA
 Perkusi tumpul CVA dengan tangan kiri sebagai bantalan
 Lakukan pada kedua sisi

Px Prostat

 Pasien buka celana dan berbaring Sim’s position (miring dengan fleksi lutut dan
panggul)
 Pakai sarung tangan
 Inspeksi perianal (benjolan, ulkus, inflamasi)
 Pakai jelly di telunjuk
 Masukkan telunjuk ke anus
 Periksa kelenjar prostat (lobus, sulcus, pole atas)
 Nilai ukuran, bentuk, konsistensi, nodul, nyeri tekan
 Nilai bagian posterior prostat dan vesikula seminalis
 Keluarkan jari dan nilai adanya darah/ feses/ lendir

28
 Bersihkan anus dengan tissue dan buka sarung tangan

Interpretasi

 Ukuran prostat : grade I (sulcus cekung, pole teraba), grade II (sulcus datar, pole
teraba), grade III (sulcus cembung, pole sulit), grade IV (sulcus cembung, pole tidak
teraba)
 Nyeri tekan prostat (prostatitis)
 Konsistensi prostat : padat-kenyal (BPH), keras (karsinoma), bengkak-lunak
(prostatitis)
 Bentuk prostat asimetris (karsinoma)
 Mobilitas prostat : terbatas (karsinoma), melayang (rupture uretra posterior)

29
Pemeriksaan Fisik Abdomen

Alat : stetoskop, pita pengukur

Inspeksi

 Inspeksi peristaltic usus, kontur permukaan abdomen (flat/ distensi), penonjolan,


kesimetrisan, pigmentasi kulit, jaringan parut, hernia, pelebaran vena, spider nevi

Auskultasi

 Hangatkan diafragma stetoskop


 Auskultasi 9 regio abdomen
 Dengarkan bising usus : absent, hipoaktif, normal (5-15 x/ menit), stomach growl
(saat lapar), borborygmi/ hiperperistaltik, metallic sound

Perkusi

 Perkusi 9 regio abdomen


 Nilai suara : timpani (ada gas pada GI tract), redup (adanya cairan normal/ feses)

Perkusi Hepar

 Perkusi MCL kanan dari umbilicus keatas sampai suara timpani jadi redup
 Perkusi MCL kanan ICS II ke bawah sampai suara sonor jadi redup
 Ukur batas kanan hepar (normalnya 6-12 cm)
 Perkusi dari umbilicus ke processus xiphoideus sampai suara timpani jadi redup
 Ukur batas kiri hepar (normalnya 4-8 cm di midsternal line)

Perkusi Lien

 Pasien mirip 30-45⁰ ke kanan


 Perkusi costae VI AAL kiri kebawah hingga batas costae
 Dengarkan suara timpani
 Pasien inspirasi dalam dan ulangi perkusi (jika timpani berubah menjadi redup berarti
lien membesar)

Palpasi

 Pasien tekuk lutut, palpasi 9 regio abdomen, nilai nyeri tekan

30
Palpasi Hepar

 Palpasi bimanual dari MCL kanan setinggi umbilicus ke atas


 Pasien inspirasi dalam dan jari kanan meraba batas bawah hepar
 Palpasi dari umbilicus ke atas
 Pasien inspirasi dalam dan jari kanan meraba batas bawah hepar
 Ukur pembesaran dibawah arcus costae/ processus xiphoid

Palpasi Lien

 Palpasi bimanual dari SIAS kanan lewati umbilicus ke batas bawah costae kiri (garis
Schuffner)

31
Pemeriksaan Khusus Abdomen

Pemeriksaan Ascites

Alat : -

Langkah :

1. Hangatkan tangan
2. Shifting dullness : pasien berbaring miring/ supinasi ke kanan, perkusi kebawah dari
umbilicus ke lateral kanan (perubahan timpani ke redup)

3. Undulasi : tangan pasien keduanya diatas perut dengan jari mengarah ke umbilicus
(telapak tangan dirapatkan), minta pasien tahan posisi tangan, dorong/ ketok dari
satu sisi dan rasakan apakah ada getaran cairan di sisi lain

Pemeriksaan Appendicitis

Alat : handscoon, jelly

Langkah :

1. McBurney sign : tekan 2 jari di area Mcburney secara


pelan dan lepas dengan cepat, nilai nyeri tekan
2. Rovsing sign : tekan dan lepas cepat di kontra
McBurney (sisi kiri abdomen), nilai nyeri lepas
3. Psoas sign : minta pasien mengangkat kaki kanan dan
melawan tekanan yang ada di lutut, nilai nyeri pada
abdomen kanan bawah

32
4. Obturator sign : tekuk lutut dan panggul, pegang
diatas lutut dan ankle, rotasi kaki ke lateral-medial,
nilai nyeri
5. RT : pasien litotomi/ sim’s position, pakai sarung
tangan, isi jelly di telunjuk, longgarkan sfingter,
masukkan jari, nilai nyeri di arah jam 9-12 dinding
rectum, keluarkan jari, nilai ada darah/ feses/ lendir,
lepas sarung tangan

33
Pemeriksaan Leher

Alat : stetoskop, pita pengukur

Inspeksi

 Amati kontur kulit, benjolan, luka


 Minta pasien angkat dagu, amati deviasi trakea, dilatasi vena
 Minta pasien menelan, amati pembesaran tiroid

Palpasi

 Kelenjar ludah : palpasi dengan telunjuk dan jari tengah di submandibular, parotis,
pre dan post auricular
 Kelenjar limfe : berdiri di belakang pasien, palpasi dari oksipital ke post aurikula, ke
bawah trigonum posterios (untai servikalis posterior), sternocleidomastoid (untai
servikalis anterior superficial), ke trigonum anterior (untai tonsilaris), ke rahang
(submandibular), ujung rahang (submental), pre auricular, supra klavikula, infra
klavikula, para aorta

 Kelenjar tiroid : pemeriksa berdiri dibelakang pasien, pasien menunduk dan menoleh
ke kanan, geser laring ke kiri dengan ibu jari, palpasi tiroid dengan 3 jari, nilai ukuran,
bentuk, konsistensi, nyeri tekan, lakukan pada sisi sebelahnya

Auskultasi

 Hangatkan bell stetoskop


 Dengarkan suara Bruit diatas kelenjar tiroid

34
Pemeriksaan Antropometri

Alat : timbangan, pengukur TB, pita pengukur

Langkah :

1. Ukur BB (pastikan timbangan mulai dari 0)


2. Ukur TB (lepaskan alas kaki dan pasien berdiri tegak)
BB (kg)
3. Hitung BMI =
[TB (m)]²

4. Ukur LILA (pada pertengahan antara bahu dan siku)


5. Ukur Lingkar Pinggang (diantara lengkung costae dan krista iliaka)
6. Ukur Lingar Pinggul (pada area terlebar gluteus)
7. Hitung rasio pinggang-pinggul

Interpretasi

BMI Lingkar Pinggang Rasio Pinggang-Pinggul


< 18,5 (kurus) Normal : Normal :
Pria < 102 cm Pria (0,9-1)
18,5 – 24,9 (normal) Wanita < 88 cm Wanita (0,85)
25 – 26,9 (BB lebih)
> 27 (obese)

35
Anamnesis Hematologi

Sacred Seven

1. Onset
2. Lokasi
3. Kualitas
4. Kuantitas
5. Kronologis
6. Faktor memperberat dan memperingan
7. Keluhan penyerta

Fundamental Four

1. Riwayat penyakit sekarang (sacred seven)


2. Riwayat penyakit dahulu (penyakit kronis, pengobatan penyakit dahulu, operasi,
trauma, kehamilan, psikiatri, penyakit masa anak, alergi)
3. Riwayat penyakit keluarga (penyakit serupa, penyakit kronis)
4. Riwayat pribadi dan sosial (olahraga, daily activity, diet, merokok, konsumsi minuman
alcohol, kehidupan sosial, dll.)

Note :

 Jelaskan prosedur anamnesis


 Informed consent akan wawancara medis
 Kesimpulan di akhir wawancara
 Beri kesempatan bertanya

36
Pemeriksaan Fisik Hematologi

Alat : stetoskop, pita pengukur, sphygmomanometer, penlight

Inspeksi

 Rambut : tipis dan kering (anemia)


 Kulit : pucat, plethora, sianosis, icterus, purpura, ptekie, ekomosis
 Kuku : kuku sendok (koilonikia)
 Mata : sclera kuning, konjungtiva pucat (tarik kebawah palpebra untuk melihat)
 Mulut : ulserasi, hipertrogi dan pendarahan gusi, atrofi papil lidah (ADB), glositis,
stomatitis angularis

Palpasi Kelenjar Limfe

 Pemeriksa berdiri dibelakang pasien


 Palpasi kelenjar limfe dengan digit II-IV
 Rasakan adanya limfadenopati
 Cara pemeriksaan sama dengan pemeriksaan kelenjar limfe pada checklist
pemeriksaan leher

Palpasi dan Perkusi Hepar dan Lien

 Cara pemeriksaan sama dengan pemeriksaan hepar dan lien pada checklist
pemeriksaan abdomen

Px Rumple Leed

 Ukur tensi seperti biasanya


 Hitung tekanan untuk pemeriksaan = TDS + TDD dibagi 2
 Pertahankan cuff pada tekanan yang sudah dihitung selama 5 menit
 Turunkan cuff
 Amati pada daerah cuff adanya petekie (ptekie positif jika ada lebih dari 20/ inci

37
Anemia

38
Skin Prick Test dan Skin Patch Test

Skin Prick Test

Alat : blood lancet/ jarum (26,5/ 27 G), allergen, alcohol swab, sarung tangan

Langkah :

1. Pakai sarung tangan


2. Tentukan tempat injeksi
3. Bersihkan area injeksi dengan alcohol swab
4. Tandai area
5. Teteskan 1 tetes allergen (histamine/ kontrol positif), dan 1 tetes kontrol (buffer/
kontrol negative)
6. Cukit dengan sudut 45⁰ dengan lubang jarung menghadap keatas (jangan sampai
berdarah)
7. Tunggu 15-20 menit
8. Cek hasil/ reaksi (bengkak, pendarahan)
9. Rapikan alat dan lepas sarung tangan

Skin Patch Test

Alat : plester/ hipafix, allergen, alcohol swab, sarung tangan

Langkah :

1. Pakai sarung tangan


2. Tentukan area test
3. Pasien buka baju
4. Campur allergen dan bahan non allergen
5. Oleskan ke punggung
6. Pasang pita perekat
7. Diamkan 48 jam (tidak boleh kena air dan sinar UV)
8. Periksa area test 1 jam pertama dan setelah 48 jam
9. Rapikan alat dan lepas sarung tangan

39
Surat Persetujuan Tindakan Dokter

Contoh Surat Persetujuan Tindakan Dokter (Informed Consent)

 Pasien berhak mendapatkan penjelasan mengenai penyakit yang dialaminya dan


tindakan yang akan diterima sebelum menandatangani surat persetujuan
 Pada bagian atas surat dicantunkan Kop instansi/ rumah sakit

40
Pembuatan Surat Keterangan Dokter

Surat Rujukan

dr. Anggia Dimitri


SIP: 000/ABC/888/2021
Jalan Terompong – Denpasar

Denpasar, tanggal pembuatan surat

SURAT RUJUKAN
No: 000/DPS/I/2020

Yth. TS. dr. XX


di Bagian XXXX RS Warmadewa

Dengan hormat,
Menghadapkan pasien :
Nama :
Usia :
Jenis kelamin :
Alamat :

Keluhan :
Pemeriksaan yang sudah dilakukan :
Hasil Pemeriksaan :
Diagnosis sementara :
Tindakan/ terapi yang sudah dilakukan :

Mohon pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut.

BTK Coll,

dr. Anggia Dimitri

41
Surat Keterangan Sakit

dr. Anggia Dimitri


SIP: 000/ABC/888/2021
Jalan Terompong – Denpasar

SURAT KETERANGAN SAKIT


No: 000/DPS/I/2020

Yang bertandatangan dibawah ini dr. Anggia Dimitri.


Menerangkan bahwa :
Nama :
Usia :
Jenis kelamin :
Alamat :
Pekerjaan :
Dipandang perlu untuk beristirahat selama tiga (3) hari, tertanggal sejak XXXXXX
s/d XXXXXX oleh karena sakit.
Demikian surat keterangan ini dibuar dengan sebenarnya untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Denpasar, tanggal pemeriksaan


Dokter Pemeriksa,

dr. Anggia Dimitri

42
Surat Keterangan Sehat

dr. Anggia Dimitri


SIP: 000/ABC/888/2021
Jalan Terompong – Denpasar

SURAT KETERANGAN SEHAT


No: 000/DPS/I/2020

Yang bertandatangan dibawah ini dr. Anggia Dimitri.


Menerangkan bahwa :
Nama :
Usia :
Jenis kelamin :
Alamat :
Pekerjaan :
Setelah dilakukan pemeriksaan dinyatakan dalam keadaan SEHAT untuk
keperluan XXXXXXX

Denpasar, tanggal pemeriksaan


Dokter Pemeriksa,

dr. Anggia Dimitri

43
Surat Keterangan Diagnosis

RS WARMADEWA
Jalan Terompong – Denpasar
No. Telp 0361 XXXXXX

SURAT KETERANGAN DIAGNOSIS


No: 000/DPS/I/2020

Yang bertandatangan dibawah ini dr. Anggia Dimitri.


Menerangkan dengan sebenarnya bahwa :
Nama :
Usia :
Jenis kelamin :
Alamat :
Pekerjaan :
Setelah melaksanakan pemeriksaan di RS WARMADEWA pada tanggal
XXXXXX, didapatkan hasil pemeriksaan sebagai berikut :
Diagnosis :
Demikian surat ini dibuat dengan sebenarnya agar dapat digunakan sebagaimana
mestinya.

Denpasar, tanggal pemeriksaan


Dokter Pemeriksa,

dr. Anggia Dimitri

44
Pembuatan Visum et Repertum

Alat : surat permintaan VeR, rekam medis, lembar VeR

Langkah :

1. Menulis PRO JUSTITIA pada bagian kiri atas


2. Menulis pendahuluan : identitas dokter peemriksa, instansi pemeriksa, tempat dan
waktu pemeriksaan, instansi peminta visum, nomor dan tanggal surat permintaan,
identitas korban sesuai surat permintaan VeR
3. Menulis pemberitaan/ hasil pemeriksaan dengan bahasa yang dapat dimengerti
orang bukan berlatarbelakang kedokteran
4. Menulis kesimpulan : jenis perlukaan/ cedera, penyebab dan derajat luka
 Derajat I : yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan dalam
menjalankan pekerjaan jabatan/ pencaharian
 Derajat II : yang menimbulkan penyakit atau halangan dalam menjalankan
pekerjaan jabatan/ pencaharian untuk sementara waktu
 Derajat III : yang telah mengakibatkan gugurnya kandungan korban
5. Menulis penutup : “Demikianlah visum et repertum ini dibuat dengan menggunakan
keilmuan yang sebaik-baiknya, mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-
undang Hukum Acara Pidana”
6. Jika lebih dari satu halaman : tulis 3 kata pertama halaman berikutnya di bawah
bagian bawah kanan, tiap lembar diberi nomor visum pada sisi kanan atas dan nomor
halaman dari total halaman dibawah nomor visum
7. Menulis “Dokter Pemeriksa”, dan nama dokter pemeriksa dengan tanda tangan pada
sisi kanan bawah

45
RS WARMADEWA
Jalan Terompong – Denpasar
No. Telp 0361 XXXXXX

Denpasar, tanggal pembuatan VeR


PRO JUSTITIA

VISUM ET REPERTUM
No: 000/DPS/I/2020

Yang bertandataan dibawah ini, dr. Anggia Dimitri, Sp.F, dokter pada Rumah Sakit
Warmadewa, atas permintaan dari Kepolisian Sektor Denpasar Selatan dengan
suratnya nomor VER-00/00/00, tertanggal tiga puluh Januari tahun dua ribu dua
puluh satu, maka dengan ini menerangkan bahwa pada tanggal tiga puluh satu
Januari tahun dua ribu dua puluh satu, pukul sembilan lewat empat puluh menit
korban dengan nomor registrasi XXX-XX-XX yang menurut surat tersebut adalah :
Nama : XXXXX ----------------------------------------------------------------------
Umur : 21 tahun --------------------------------------------------------------------
Jenis kelamin : perempuan -----------------------------------------------------------------
Warga negara : Indonesia -------------------------------------------------------------------
Pekerjaan : Pelajar -----------------------------------------------------------------------
Alamat : Jl XX no XX Denpasar --------------------------------------------------

HASIL PEMERIKSAAN : ---------------------------------------------------------------------------


1. Korban datang dengan kesadaran sadar penuh, dengan keadaan umum
tampak sakit ringan. -------------------------------------------------------------------------
2. Korban mengaku empat jam sebelum pemeriksaan korban dipukul pada
wajah sebanyak satu kali dengan tangan kosong hingga gagang kacamata
yang dipakai korban patah. Korban didorong sampai terjatuh di atas aspal.
Pelaku adalah sekolah laki-laki, yang dikenali sebagai teman tetangga
korban. -----------------------------------------------------------------------------------------
3. Pada korban ditemukan : ------------------------------------------------------------------
a. Tanda vital: tekanan darah seratus dua puluh per delapan puluh
millimeter air raksa, frekuensi nasi delapan puluh kali per menit, frekuensi
nafas dua puluh kali per menit, suhu tiga puluh enam koma tujuh derajat
celcius. -------------------------------------------------------------------------------------
b. Pada batang hidung sisi kanan, satu sentimeter dari garis pertengahan
depan, satu sentimeter di bawah sudut dalam mata terdapat memar
berwarna merah berukuran satu koma lima sentimeter kali satu
sentimeter. --------------------------------------------------------------------------------

c. Pada pipi kanan…….

46
Lanjutan VeR No: 000/DPS/I/2020
Halaman 2 dari 2 halaman

c. Pada pipi kanan, empat koma lima sentimeter dari garis pertengahan
depan, satu sentimeter di bawah sudut luar mata terdapat memar
berwarna ungu berukuran dua sentimeter kali satu sentimeter. ------------
d. Pada punggung sisi kiri, satu koma lima sentimeter dari garis
pertengahan belakang, dua belas sentimeter di bawah puncak bahu
terdapat luka lecet berukuran satu koma lima sentimeter kali nol koma
empat sentimeter, dikelilingi memar warna merah seluas satu koma lima
sentimeter kali nol koma lima sentimeter. ----------------------------------------
e. Pada punggung sisi kiri, satu koma lima sentimeter dari garis
pertengahan belakang, empat belas sentimeter di bawah puncak bahu
terdapat memar berwarna merah berukuran dua sentimeter kali nol koma
lima sentimeter. -------------------------------------------------------------------------
f. Pada punggung sisi kanan, empat belas sentimeter dari garis
pertengahan belakang, lima belas sentimeter di atas taju belakang tulang
usus terdapat luka lecer geser dengan arah dari depan bawah ke
belakang atas berukuran empat koma lima sentimeter kali satu koma
lima sentimeter. -------------------------------------------------------------------------
4. Korban dipulangkan. ------------------------------------------------------------------------
KESIMPULAN : ---------------------------------------------------------------------------------------
Pada korban berusia dua puluh satu tahun ini, ditemukan memar pada wajah serta
lecet dan memar pada punggung akibat kekerasan tumpul yang tidak menimbulkan
penyakit atau halangan dalam menjalankan pekerjaan jabatan/ pencaharian. -------
Demikianlah visum et repertum ini dibuat dengan menggunakan keilmuan yang
sebaik-baiknya, mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum
Acara Pidana. ------------------------------------------------------------------------------------------

Dokter Pemeriksa,

dr. Anggia Dimitri, Sp.F

47
Breaking Bad News

Alat : tissue, lembar hasil pemeriksaan atau sesuai kasus

Langkah :

1. Persiapan (setting up) : ruangan, posisi duduk, informasi, pendamping, tissue


2. Persepsi pasien : pemahaman pasien mengenai penyakit/ kondisinya
3. Invitation : tanyakan pasien berapa informasi yang ingin diketahui, apakah ada yang
ingin tidak diketahui
4. Penyampaian berita (knowledge) : diberitahu secara jelas, bertahap, mudah
dimengerti
5. Empati : beri jeda, amati reaksi/ emosi pasien
6. Summarize/ strategize : diskusikan langkah selanjutnya dengan pasien, jelaskan
pilihan yang ada
7. Beri kesempatan pasien bertanya

48
Penelusuran KLB

Langkah :

1. Memeriksa hasil catatan register poliklinik terkait jumlah kasus penyakit (surveilans)
2. Menghitung jumlah kasus/ angka insidens dan karakteristik kasus sesuai waktu,
tempat, orang
3. Memastikan terjadinya KLB sesuai kriteria KLB
Kriteria KLB :
 Angka kesakitan/ kematian suatu penyakit menular pada suatu kecamatan
menunjukkan kenaikan 3 kali/ lebih selama 3 minggu berturut-turut/ lebih
 Jumlah penderita bary dalam satu bulan dari suatu penyakit menular di
suatu kecamatan menunjukkan peningkatan dua kali/ lebih, bila
dibandingkan dengan angka rata-rata sebulan dalam tahun sebelumnya
dari penyakit menular yang sama di kecamatan yang sama
 Angka rata-rata bulanan dalam satu tahun dari penderita baru dari suatu
penyakit menular di suatu kecamatan, menunjukkan peningkatan dua kali/
lebih, bila dibandingkan dengan angka rata-rata bulanam pada tahun
sebelumnya (penyakit menular yang sama, kecamatan yang sama)
 CFR/ case fatality rate penyakit menular dalam satu bulan di suatu
kecamatan menunjukkan kenaikan 50%/ lebih, bila dibandingkan CFR
penyakit yang sama bulan lalu di kecamatan sama
 Kesakitan/ kematian oleh keracunan timbul di suatu kelompok masyarakatt
 Jika ada penyakit menular yang sebelumnya tidak ada/ tidak dikenal

4. Melakukan laporan KLB ke Dinas Kesehatan setempat


5. Melakukan penyelidikan epidemiologi ke lapangan : mengambil data dan specimen,
menghitung jumlah kasus/ angka insidens yang tengah berjalan, menggambarkan
karakteristik kasus
6. Mengidentifikasikan sumber penyebab penyakit dan cara penularannya
7. Mengidentifikasikan populasi berisiko
8. Melaksanakan tindakan penanggulangan dan rekomendasi

Derajat diagnosis kasus :

 Kasus definitive (confirmed case) : diagnosis kasus ditegakkan sesuai verifikasi lab
 Kasus sangat mungkin (probable case) : diagnosis kasus ditegakkan sesuai berbagai
gambaran klinis yang khas tanpa verifikasi lab
 Kasus mungkin (suspected case) : diagnosis kasus ditegakkan sesuai sedikit
gambaran klinis yang khas tanpa verifikasi lab

49
Manajemen Vaksin Puskesmas

Penerimaan vaksin di kabupaten/ kota dan Puskesmas


 Pastikan jumlah dan jenis barang yang diterima sesuai dengan yang tercantum
dalam SBBK/ surat bukti barang keluar dan dinyatakan dalam satuan ampul/ vial/
dosis
 Pastikan VVM dalam kondisi A/ B (semua vaksin ada kecuali BCG)
 Jika menggunakan indikator pembekuan (paparan suhu dingin/ freeze tag), pastikan
kondisinya masih “√”
Penyimpanan vaksin
 Alat : freezer, lemari es, cool box, thermos, cool/ cold pack, vaccine carrier,
thermometer
 Simpan vaksin pada suhu yang sesuai dengan masing-masing vaksin
 Susun vaksin jangan terlalu rapat pada freezer dengan prinsip FEFO (first expiry, first
out)
 Sisipkan thermometer di sela-sela vaksin
 Catat suhu lemari ex/ freezer, periksa VVM dan indikator pembekuan 2 kali sehari
(pagi dan sore), serta catat grafik suhu
 Lakukan penanganan vaksin saat listrik padam
Pelaksanaan pelayanan
 Perhatikan VVM
 Gunakan alat transportasi vaksin (kendaraan berpendingin khusus, cold box, vaccine
carrier, cool pack/ cold pack) menuju ke tempat pelayanan
Pengelolaan limbah vaksin
 Serahkan limbah vial/ ampul vaksin ke institusi yang mendistribusikan
 Mengumpulkan limbah ke safety box dan dibawa ke puskesmas setempat
 Menggunakan berita acara bukti pemusnahan limbah imunisasi
 Melakukan penghapusan/ pemusnahan vaksin yang rusak/ kadaluarsa setelah
dilakukan penghapusan administrasi
Perawatan alat penyimpanan vaksin
 Perawatan harian, mingguan, bulanan
 Mencairkan bunga es
 Penggunaan satu stop kontak untuk satu lemari es/ freezer

50
Jenis Vaksin menurut Asal Antigen

Live attenuated/ Dilemahkan Inactivated/ Dimatikan

Polio (OPV) Seluruh partikel Sebagian partikel

Campak Polio (IPV) Meningococal

Yellow Fever Rabies HiB

BCG Pertusis Hepatitis B

Jenis Vaksin menurut Sensitivitas Suhu

Sensitive Beku/ Freeze Sensitve Sensitive Panas/ Heat Sensitive


(rusak jika suhu dibawah 0⁰C) (rusak jika suhu > 34⁰C)
Hepatitis B BCG

DPT Polio

DPT-HB Campak

DT

TT

VVM/ Vaccine Vial Monitor

51
Promosi Kesehatan

Langkah :

1. Analisis situasi untuk identifikasi masalah kesehatan di masyarakat


2. Tentukan urutan prioritas masalah (urgency, seriousness, growth)
3. Tetapkan masalah kesehatan yang ingin ditangani
4. Identifikasi perilaku kesehatan yang menyebabkan masalah kesehatan (preventive,
importance, changeability)
5. Identifikasi faktor terkait masalah kesehatan tersebut :
 Prediksi (pengetahuan, sikap, nilai)
 Pemungkin (sumber daya)
 Penguat (sikap petugas kesehatan, keluarga)
6. Tentukan tema, tujuan, sasaran, isi, dan metode promosi kesehatan
7. Menyusun rencana evaluasi proses dan outcome
8. Menyusun jadwal pelaksanaan

52
Konseling Pemilihan Kontrasepsi

Alat : contoh/ katalog kontrasepsi (pil, susuk/ impant, suntik, kondom, IUD)

Langkah :

1. Tanyakan pengalaman kontrasepsi


2. Tanyakan tujuan dan kepentingan kontrasepsi
3. Tanyakan metode yang digunakan sebelumnya
4. Uraikan pilihan klien
5. Uraikan jenis kontrasepsi lainnya
6. Bantu klien memilih sesuai keadaan dan indikasi
7. Jelaskan cara penggunaan kontrasepsi yang dipilih
8. Buat janji untuk pemeriksaan lanjutan dan pemasangan

Prioritas Penggunaan Kontrasepsi

Menunda (usia < 20 tahun) Menjarangkan (usia 20-35 Stop hamil (usia > 35 tahun,
tahun, anak < 2) anak > 3)
Pil IUD Tubektomi/ Vasektomi
IUD Suntik IUD
Kondom Minipil Implant
Implant Pil Suntik
Suntik Implant Kondom
Kondom Pil

Jenis Kontrasepsi

Jenis Kontra- Efek


Indikasi Cara Kerja Efek
Kontrasepsi indikasi Samping
MAL/ Metode Alami, ASI eksklusif Kurang
Amenore menyusui, 8x/ hari lebih 4
Laktasi pasca bulan,
persalinan, sebelum
belum haid haid lagi
Kondom Menunda, Digunakan Efektif jika
perlindungan saat coitus, peng-
terhadap IMS merupakan gunaan
penghalang benar

53
Pil Menunda Menekan Efektif jika Perubahan
Kombinasi ovulasi, lendir peng- pola haid,
vagina jadi gunaan perubahan
lebih kental, benar BB, mual,
diminum tiap jerawat
hari di jam
yang sama
Suntik Menunda, Menekan Efektif jika Perubahan
Kombinasi pasca ovulasi, lendir sesuai pola haid,
persalinan, tidak vagina lebih jadwal perubahan
menyusui, kental, suntik BB, sakit
pelupa jika tiap bulan kepala
minum pil
Pil Progestin Men-jarangkan Lendir vagina Tergantung Perubahan
(minipil) kehamilan, lebih kental, peng- pola haid,
pasca minum pil gunaan sakit kepala,
persalinan, tidak tiap hari nyeri
menyusui payudara
Suntik Menunda, DM Mencegah Efektif jika Perubahan
Progestin menyusui, ovulasi, lendir sesuai pola haid,
merokok, HT, vagina lebih jadwal penurunan
pasca abortus kental, libido
dinding rahm
lebih tipis,
suntik tiap 3
bulan
Implant Ingin menunda, HT, DM, Menekan 2-3 tahun Pola haid
pasca hiper- ovulasi, berubah,
persalinan, ibu kolesterol menipiskan perubahan
pelupa jika dinding rahim BB, mual,
minum obat, sakit kepala
jauh dari faskes
IUD Agar jarang Alat 5-10 tahun 3-6 bulan
hamil/ stop dimasukkan pertama
hamil, MKJP/ ke rahim, pola haid
metode hambat berubah,
kontrasepsi sperma tidak
jangka panjang, nyaman
non-hormon
Tubektomi Stop hamil Obesitas, Tuba fallopi Sangat
radang diikat/ efektif
panggul dipotong
Vasektomi Stop hamil Jika Blok vas Sangat
masih deferens efektif
ingin suami
punya
anak

54
Interpretasi X-Ray Thorax Patologi

Alat : illuminator, foto rontgen

Langkah :

1. Periksa identitas (nama, usia, jenis kelamin, tanggal dan nomor foto)
2. Tentukan sisi kanan-kiri foto
3. Periksa sentrasi (simetris), exposure (over/ under/ tepat)
4. Perhatikan foto dibuat saat inspirasi penuh/ tidak
5. Proyeksi foto (PA, AP, lateral dextra/ sinistra, lateral decubitus, apical/ lordotik, posisi
ekspirasi)
6. Mediastinum : mediastinum superior (melebar/ tidak), massa, trakea (normal/ deviasi,
tertarik/ terdorong), limfadenopati
7. Jantung : besar, bentuk, CTR (kardiomegali jika CTR > 50%), apex (normal/
tertanam/ terangkat), aorta (normal/ elongasi)
8. Paru : hilus kanan-kiri, corakan bronkovaskular, amati kelainan (nodus, infiltrate,
kavitas, air bronchogram, konsolidasi)
9. Periksa diafragma (normal/ lebih mendatar), sudut costophrenic (tumpul/ tajam),
tulang dan soft tissue

55
Interpretasi X-Ray Thorax Patologi

Air bronchogram Hiperinflasi paru Abses paru

Bronkus seperti jari dan Pada asma bisa terjadi Kavitas berdinding tebal di
hitam karena terisi udara, hiperinflasi dengan thorax lobus
tanda bronchus masih lebar, costae datar, ICS
intact, pada pneumonia/ lebar, vascular luscent,
edema alveolus terjadi karena trapped air
Pneumonia lobaris Emfisema/ barrel chest Ground glass appearance

Air bronchogram di lobus Jantung menggantung/


pendulum/ tear drop, ICS
lebar, costae datar

Neoplasma paru Efusi pleura Edema paru

Bayangan bulat tepi tidak Cairan mengelilingi paru, Bayangan dengan garis
teratur berlobulasi dan tepi air fluid level setinggi tidak tegas, ada
infiltrasi costae berapa, sudut bronkogram udara, bentuk
costophrenic hilang visual diafrgma hilang, bat
wing appearance

56
TBC Pneumothorax Atelectasis (collapse)

Bayangan lobus gelap, tan


Garis pleura terpisah dari silhoutte, struktur sekitar
dinding dada, bergeser karena ruangan
mediastinum, dan kosong lobus yang kolaps
diafragma karena ada
udara, tidak ada bayangan
vascular diluar garis ini,
Bercak dengan bayangan paru kolaps, corak
berbatas tidak tegas di bronkovaskular menurun/
apex, corak lebih luscent
bronkovaskuler meningkat

57
Interpretasi Foto Konvensional Kepala (Skull)

Alat : illuminator, foto rontgen

Langkah :

1. Periksa identitas (nama, usia, jenis kelamin, tanggal dan nomor foto)
2. Proyeksi foto (AP, lateral)
3. Periksa marker posisi (dextra, sinistra)
4. Perhatikan bentuk kepala secara keseluruhan
5. Perhatikan kontinuitas tulang tengkorak
6. Identifikasi tepi supra-orbital dan infra-orbital
7. Perhatikan rongga sinus
8. Perhatikan soft tissue

58
Foto Konvensional Kepala/ Skull (AP)

Foto Konvensional Skull – Mandible (Lateral)

59
Interpretasi Foto Konvensional Kepala/ Skull

Fraktur orbital (blow out) - Fraktur orbital (blow out) – Fraktur impresi skull (AP)
tear drop sign (water’s) black eyebrow sign (AP)

Bagian hitam/ luscent di


Tear drop sign pada sinus bagian atas orbita karena
maxillaris (isi orbita Fraktur karena penekanan,
udara sinus yang naik ke bentuk cekung, batar
menonjol ke sinus) orbita sklerotik fraktur tulang
parietal kiri
Fraktur impresi skull Fraktur linear skull (lateral) Fraktur mandibular (PA)
(lateral)

Batar sklerotik fraktur


tulang parietal karena Linear/ retak, seperti garis
penekanan kuat terlihat di parietal kanan Fraktur body of mandible
(panah hitam), dislokasi
ramus mandibular (panah
putih)
Peningkatan TIK – copper beaten skull (PA dan lateral) Metastase litik (lateral)

Litik akan terlihat hitam


karena penghancuran sel.
Pada hydrocephalus/ craniosynostosis, terlihat copper Jika sklerotik akan warna
beaten skull karena densitas tulang menipis, terlihat putih karena densitas
warna opaque menipis tulang naik

60
Interpretasi Foto Konvensional Abdomen

Alat : illuminator, foto rontgen

Langkah :

1. Periksa identitas (nama, usia, jenis kelamin, tanggal dan nomor foto)
2. Proyeksi foto (supine, erect, left lateral dekubitus)
3. Periksa marker posisi (dextra, sinistra)
4. Perhatikan distribusi usus
5. Perhatikan loop usus
6. Perhatikan bayangan radio opaque di urinary tract
7. Perhatikan kesimetrisan psoas line dan preperitoneal fat line
8. Perhatikan keintakan tulang-tulang yang tampak
9. Perhatikan soft tissue

Foto Konvensional Abdomen

Keterangan :
1. Costae 11
2. Thoracal 12
3. Gas pada gaster
4. Gas pada kolon (splenic
flexure)
5. Gas pada kolon transversal
6. Gas pada sigmoid
7. Caecum
8. Sacroiliac joint
9. Head of femur
10. Gas pada caecum
11. Krista iliaka
12. Gas pada kolon (hepatic
flexure)
13. Psoas line
14. Preperitoneal fat

61
Interpretasi Foto Konvensional Abdomen

Ascites Air fluid level (lateral Herring bone (supine)


decubitus)

Pada ileus obstruktif,


Ground glass appearance terlihat batasan antara Pada loop usus yang
karena densitas abdomen udara dan cairan yang ada dilatasi, karena
yang difus, preperitoneal di usus prominence valvulae
terdesak ke lateral, psoas conniventer, ada pada
line hilang, gas normal di ileus obstruktif
colon
Step ladder appearance Ileus obstruktif (supine) Perforasi (erect)

Air fluid level yang banyak Football sign karena udara Udara bebas bentuk bulan
dan pendek-pendek, pada besar terkumpul di tengah sabit terlihat diantara
ileus obstruktif. Jika pada abdomen saat pasien hepar dan diafragma
ileus paralitik akan lebih berbaring bisa juga pada
panjang. perforasi (tanda panah),
rigger’s sign/ double wall
sign (mata panah)

62
Volvulus – coffee bean Batu saluran kemih Batu saluran kemih
sign

Batu radiopaque pada Batu radiopaque pada


Pada sigmoid volvulus ginjal kiri mirip tanduk kandung kemih (pasien
dimana segmen usus (staghorn) tidak bia kencing jika
terpuntir sehingga terjadi tegak, agak miring baru
obstruksi bisa kencing)
Batu saluran kemih

Batu radiopaque ginjal


kanan, dan pada ureter kiri
setinggi L3

63
Interpretasi Foto Konvensional Dengan Kontras

Alat : illuminator, foto rontgen

Langkah :

1. Periksa identitas (nama, usia, jenis kelamin, tanggal dan nomor foto)
2. Proyeksi foto (supine, erect, left lateral dekubitus)
3. Periksa marker posisi (dextra, sinistra)
4. Nilai pasase kontras : kedudukan dan lokasi organ, saluran (normal, melebar/
achalasia, menyempit/ striktur)
5. Nilai sistem calyx pelvis dan ureter
6. Nilai batas-batas (tegas, tidak tegas, kabur), batas proximal dan distal jika obstruksi
7. Nilai filling affect (ulkus permukaan mukosa)
8. Nilai filling defect (tumor)

64
Foto Konvensional Dengan Kontras

Jenis kontras yang digunakan: water soluble (bening, diinjeksikan), barium/ non-water
soluble (mirip bubuk susu)

1. Esophagography/ Barium Swallow : melihat saat menelan, pemeriksaan achalasia


esophagus (bagian atas lebar, bagian bawah sempit)
2. OMD/ Barium Meal : pemeriksaan esophagus distal, gaster, duodenum, pemeriksaan
sliding hernia (usus diatas diafragma), ulkus peptikum (radiopaque karena kontras
menempel), ca gaster (filling defect)
3. Barium Follow Through : pemeriksaan usus halus, foto diambil pada menit/ jam
sekian, dan foto hingga seluruh usus halus tertutupi kontras, pemeriksaan divertikel,
obstruksi (jika sampai 16 jam tidak masuk colon), scleroderma (dilatasi)
4. Colon Loop/ Barium Enema : kontras masuk dari rectum dengan kateter,
pemeriksaan rectum sampai caecum, pemeriksaan colitis ulceratice (tidak ada
haustra, pengecilan colon), divertikel (tonjolan kecil), hirschprung (penyempitan), ca
rectum (filling defect, apple core sign)
5. IV Pyelography : pemeriksaan ginjal, pasien puasa dan diberi obat agar feses keluar
(bersih), kontras injeksi lewat IV, pemeriksaan ginjal non function (kontras tidak
keluar sama sekali), cross fused (ginjal ada di 1 sisi tubuh saja, ada 2 sistem
pelviorenal), double system/ 2 ureter, batu ureter, cobra head sign (kantong abnormal
pada ureter distal), massa (filing defect)
6. Uretrography : pemeriksaan uretra pria, injeksi kontras sampai ke buli-buli,
pemeriksaan striktur/ penyempitan, rupture uretra (hematuria, kebocoran kontras),
divertikel (kantung tambahan abnormal)
7. HSG/ Histerosalphyngography : pemeriksaan pada uterus dan tuba, menggunakan
spekulum dan kontras dimasukkan lewat portio, memeriksan non paten tuba (ada
obstruksi tuba fallopi yang menyebabkan infertile), hydrosaphing (pelebaran, dilatasi
karena ada buntu), septates uterus (kelainan kongenital)
8. Fistulagraphy : memeriksan adanya fistula di anus/ rectum

65
Interpretasi Foto Konvensional Dengan Kontras

Achalasia esophagus Schatzki ring GERD

Penyempitan esophagus
distal
Penyempitan lumen Kontras tidak turun ke
esophagus distal, barium duodenum tapi balik ke
lama tertahan di esophagus (reflux)
esophagus, sering terjadi
stasis makanan
Ca esophagus Sliding hernia Ileus obstruksi

Ditunggu setelah beberapa


lama dan kontras tidak
masuk ke colon

Lumen ireguler, filling Usus diatas diafragma


defect
Ulcerative colitis Hirschprung Apple core sign

Adanya filing defect karena


massa/ tumor, pada colon.
Haustra hilang Dilatasi di proximal,
Jika ada massa pada GI
penyempitan di distal,
tract akan ditandai dengan
banyak feses
filling defect kontras

66
Non function kidney Cross fused Pelvic kidney

Ginjal kiri tidak berfungsi Ginjal di satu sisi tubuh Ureternya pendek karena
letak ginjal di pelvis. Beda
dengan mobile kidney
yang ureternya panjang
Double system Cobra head sign Umbrella sign

Filling defent karena ada


desakan eksternal
(prostat)
Ada 2 ureter ke 1 ginjal

Ureter distal dilatasi

67
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik pada Pasien Diabetes Melitus

Alat : sphygmomanometer, stetoskop, penlight, timbangan, alat ukur TB

Langkah :

1. Identitas pasien : nama, usia, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, alamat, status
pernikahan, pendidikan terakhir
2. Riwayat penyakit sekarang (sacred seven) : onset, lokasi, kualitas, kuantitas, faktor
memperberat/ memperingan, kronologi, keluhan lain
 Keluhan klasik DM (polyuria, polydipsia, polifagia, penurunan BB)
 Keluhan non-klasik DM (badan lemah, kesemutan, gatal, mata kabur,
disfungsi ereksi pada pria dan pruritus vulva pada wanita)
3. Riwayat penyakit dahulu :
 Usia dan karakteristik saat onset diabetes
 Pengobatan sebelumnya
 Pengobatan yang sedang dijalani
 Riwayat tumbuh kembang
 Faktor risiko (jantung coroner, HT, obesitas)
 Komplikasi akut (ketoacidosis diabetic, hyperosmolar hiperglikemia,
hipoglikemia)
 Penyakit dan pengobatan diluar DM
 Infeksi (kulit, gigi, urinary tract)
 Pengobatan komplikasi kronis (ginjal, mata, jantung, pembuluh darah kaki)
 Pengobatan lain yang mungkin mempengaruhi gula darah
4. Riwayat kesehatan keluarga dan sosial ekonomi :
 Penyakit keluarga (DM)
 Pola makan
 Aktivitas fisik
 Merokok
 Budaya, pendidikan, sosial ekonomi
5. Tanyakan persepsi pasien terhadap penyakitnya
6. Buat kesimpulan
7. Melanjutkan ke pemeriksaan fisik (jelaskan prosedur dan informed consent)
8. Cuci tangan sebelum pemeriksaan
68
9. Pengukuran BB dan TB
10. Pemeriksaan tekanan darah dalam posisi berdiri (kemungkinan hipotensi ortostatik)
11. Evaluasi nadi
12. Pemeriksaan fundoskopi mata
13. Pemeriksaan rongga mulut
14. Pemeriksaan kelenjar tiroid
15. Pemeriksaan jantung
16. Pemeriksaan kaki (kelainan vascular, neuropati, deformitas)
17. Pemeriksaan kulit (akantosis nigrikans, bekas luka, hiperpigmentasi, necrobiosis
diabeticorum, kulit kering, bekas penyuntikan insulin)
18. Mencari tanda penyakit lain yang dapat menimbulkan penyakit lain
19. Kesimpulan pemeriksaan
20. Rencana pemeriksaan penunjang (HbA1c, lab kadar glukosa, dll)

69
Penatalaksanaan Holistik pada Diabetes Melitus tanpa Komplikasi

Edukasi

 Jelaskan tujuan konseling/ edukasi


 Tanyakan pengetahuan awal pasien
 Edukasi : perjalanan penyakit DM, penyulit, pentingnya pengendalian dan monitoring
lanjutan, intervensi non farmakologis dan farmakologis, target pengobatan, interaksi
asupan makan dengan aktivitas dan obat, cara pemantauan glukosa darah mandiri
(SMBG), gejala dan penanganan hipoglikemia, perawatan kaki
 Beri dukungan
 Tanyakan pemahaman pasien
 Negosiasi mengenai terapi
 Libatkan keluarga

Terapi Nutrisi Medis

 Jelaskan tujuan terapi nutrisi medis


 Nilai kebutuhan kalori (rumus Broca)
 Hitung kebutuhan komposisi makanan
 Rujuk ke tim gizi
 Tanyakan pemahaman pasien

Latihan Jasmani

 Jelaskan tujuan
 Nilai kondisi dan latihan yang akan diberikan
 Tanyakan pemahaman

Peresepan

 Jelaskan indikasi terapi farmakologis dan tujuannya


 Pemilihan obat sesuai keamanan, efektivitas, penerimaan pasien, ketersediaan, dan
harga
 Meresepkan obat
 Intruksi penggunaan obat (cara pakai, jadwal pakai, lama terapi)
 Pantau penggunaan obat (kerja obat, efek samping, kepatuhan)

70
Diabetes Mellitus

 Kelompok penyakit metabolic yang ditandai hiperglikemia karena defisiensi/


resistensi insulin/ keduanya
 Klasifikasi : tipe I (destruksi sel beta pancreas karena autoimun, terjadi defisiensi
insulin absolut, sering pada anak), tipe II (resistensi insulin, bisa juga defisiensi
insulin relatif), gestasional (pada ibu hamil)
 Keluhan klasik : polydipsia/ banyak minum, polyuria/ banyak kencing, polifagia/
banyak makan, BB turun tanpa sebab jelas
 Keluhan non klasik : lemah badan, mata kabur, kesemutan, disfungsi ereksi,
pruritus vagina
 DM berat/ komplikasi : neuropati, nefropati, diabetic foot, ketoacidosis,
hyperosmolar hiperglikemia, hipoglikemia, stupor, koma, kematian
 Px fisik : temukan penyakit penyerta dan komplikasi
 Px penunjang : GD sewaktu, HbA1c, GD puasa, GD 2 jam post prandial, TTGO
(untuk prediabetes dan resistensi insulin)
 Kriteria diagnosis :
Keluhan klasik + GD sewaktu ≥ 200 mg/ dL atau GD puasa ≥ 126 mg/ dL (GD
puasa diperiksa setelah tidak ada asupan kalori selama 8 jam)
GD2PP setelah TTGO 75 gr ≥ 200 mg/ Dl (11,1 mmol/ L)
HbA1c ≥ 6,5%

 Tata laksana : untuk meringankan gejala, mengurangi mortalitas, meningkatkan


kualitas hidup, menurunkan risiko komplikasi (coronary heart disease, stroke,
retinopathy, nephropathy, neuropathy)
1. Edukasi : tentang DM
2. Nutrisi medis :
Calori intake (dihitung dari BB ideal)
Pria : 30 kal/ kgBB
Wanita : 25 kal/ kgBB
BB ideal (Rumus Broca)
90% x (TB-100) x 1 kg
Normal : BB ideal ± 10%
Kurus : < BB ideal – 10%
Gemuk : > BB ideal + 10%
Komposisi nutrisi
Karbohidrat : 45-60% calorie intake
Lemak : 20-25% calorie intake
Protein : 10-20% calorie intake
71
3. Latihan jasmani : 3-5 x/ minggu (30-45 menit), total 150 menit/ minggu, aerobic
sedang (jalan cepat, jogging, sepeda, renang)
4. Farmakologi :
Lini pertama : metformin
Golongan oral
 Pemicu sekresi insulin (sulfonylurea, glinid)
 Sensitivitas insulin (metformin)
 Hambat absorpsi glukosa (akarbosa)
 DPP-4 inhibitor (sitagliptin, linagliptin)
 SGLT-2 inhibitor (canaglifozin, dapaglifozin)
Golongan injeksi (insulin)
 Kerja cepat/ rapid acting (lispro, aspart)
 Kerja pendek/ short acting (humulin, actrapid)
 Kerja menengah/ intermediate acting (humulin N, insulatard, insuman
basal)
 Kerja panjang/ long acting (lantus, levemir)
 Campuran/ pre mixed (humulin, mixtard, humalog, novomix)
Jika HbA1c setelah 3 bulan tidak sampai target
Kombinasi 2 obat (SU, TZD/ thiazolidinedione, DPP-4i, GLP-1RA, insulin)
Tidak sampai target lagi setelah 3 bulan
Kombinasi 3 obat (TZD + DPP-4i + GLP-1RA atau SU + DPP-4i + GLP-1RA
atau SU + TZD + insulin)
Setelah 3-6 bulan tidak sampai target
Tambah dosis insulin

5. SMBG/ self monitoring blood glucose : penggunaan alat, jadwal (baru bangun
tidur untuk GD puasa), target gula darah normal

72
Algoritme Terapi Farmakologis DM

73
Interpretasi Radiologi Sinus Paranasalis (Foto Water’s)

Alat : illuminator, foto rontgen

Langkah :

1. Periksa identitas (nama, usia, jenis kelamin, tanggal dan nomor foto)
2. Evaluasi unsur tulang sinus paranasal (penebalan dinding, kesimetrisan ruang sinus)
3. Evaluasi air fluid level
4. Evaluasi perselubungan homogen/ tidak homogen pada sinus (sinusitis)
5. Evaluasi kista, polip, mukokel, tumor
6. Evaluasi proses enchance pada foto kontras (tumor)

74
Foto Water’s View

Interpretasi Foto Water’s

 Penebalan mukosa
 Air fluid level (adanya cairan di sinus yang menggenang, bentuk seperti bulan sabit)
 Kista (bentuk seperti kubah)
 Perselubungan masif (sinusitis karena infeksi)
 Penebalan dinding sinus (sklerotik)

75
Pemeriksaan Fisik Sistem Integumen

Alat : kaca pembesar/ lup, penlight

Pemeriksaan Rambut

 Periksa rambut kepala, alis mata dan bagian tubuh lainnya


 Amati hair loss/ alopecia dan warna rambut
 Lakukan hair pull test (meraih 50-60 helai rambut, lilitkan di telunjuk hingga ke
proximal dan tarik, hasil positif kerontokan jika tercabut > 6 helai rambut)
 Amati batang rambut yang mudah patah
 Amati helaian rambut miniaturized hair

Pemeriksaan Kuku

 Periksa bagian nail plate : warna (normalnya transluscen), permukaan (halus/


bergelombang), distrofi, bentuk, free edge, lunula, lapisan keratin (utuh/ tidah)
 Periksa bagian nail bed : hematoma, debris subungual
 Periksa kulit sekitar kuku : eritema, edema

Pemeriksaan Kulit

 Inspeksi (dengan lup jika perlu) : lokasi lesi kulit, distribusi (uni/bilateral, simetris,
soliter, discrete, regional, generalisata)
 Amati efloresensi (morfologi, jumlah, batas, bentuk, ukuran, susunan/ konfigurasi)
 Palpasi : raba lesi, nilai lesi (lembut, kenyal, keras, isi cairan)

Jenis Lesi Kulit

 Efloresensi primer : lesi kulit yang mulanya merupakan bentuk awal yang khas dari
penyakit kulit (macula, papula, nodus, vesikula, bula, urtika, tumor, kista, plak,
abses)
 Efloresensi sekunder : lesi kulit yang sudah mengalami perubahan, akibat proses
penyakitnya sendiri, pengobatan, garukan atau infeksi sekunder (skuama, krusta,
erosi, ekskoriasi, ulkus, rhagade, parut, keloid, abses, likenifikasi, guma,
hiperpigmentasi, hipopigmentasi)
 Efloresensi khusus : kanalikuli, milia, komedo, eksantema, purpurik, lesi target,
burrow, teleangiektasis, vegetasi, roseola

76
Efloresensi Lesi Kulit

1. Morfologi/ Warna
 Lesi meninggi

Papul Plak Nodul

Penonjolan
permukaan kulit, Massa padat batas
Papul yang melebar, tegas/ sirkumkrip,
konsistensi padat,
infiltrate padat, batas penonjolan infilltrat
batas tegas, ukuran
tegas dan datar, kulit yang lebih besar
kurang dari 0,5-1 cm,
ukuran > 1 cm dari papul (> 0,5 cm),
bentuk (kerucut/
folikuler, kubah, kasar, jika < 1 cm disebut
bertangkai, umbilikasi, nodulus, terletak di
datar, polygonal), epidermis/ subkutan
warna (putih, mirip
tembaga, kekuningan)
Kista Wheal/ Urtikaria Scar

Ruangan berdinding Bengkak kulit yang


dan berisi cairan, tidak hilang dalam beberapa Profliferasi jaringan
terbentuk karena jam, edema setempat fibrosa yang
peradangan tapi bisa yang muncul menggantikan kolagen
mengalami radang, mendadak dan hilang normal setelah terjadi
sumber pembentukan perlahan (karena luka/ ulserasi dermis.
(duktus kelenjar yang vasodilatasi dan Epidermis menipis dan
menutup, pembuluh peningkatan permukaan
darah), dinding permeabilitas), klinis mengkerut, tidak ada
jaringan ikat kadang (edema batas tegas struktur adneksa
ada epitel/ endotel isi dan kemerahan, pucat (rambut, folikel)
cairan kental/ di tengah
setengah padat
Komedo Horn Calcinosis

Massa konikal Deposit kalsium di


hiperkeratotik dari sel jermis/ jaringan

77
Infundibulum folikel cornified diatas subkutan berupa plak/
yang dilatasi dan diisi epidermis yang nodul putij dengan/
keratin & lipid. Open berdiferensiasi secara tanpa perubahan
comedo/ blackheads abnormal. Seperti permukaan kulit
(unit pilo-sebaseus veruka vulgaris
terbuka ke permukaan
kulit). Closed comedo/
whiteheads
(infundibulum tertutup
dengan akumulasi
keratin)

 Lesi depresi
Erosi Ulkus Atrofi

Kelainan kulit karena Hilangnya jaringan Penipisan kulit,


kehilangan jaringan lebih dari ekskoriasi, sehingga mudah
(tidak melampai memiliki tepi, dinding, memar. Terjadi karena
stratum basal), dasar pemberian
biasanya karena kortikosteroid topikal
garukan
Poikiloderma Sinus Striae

Stretch marks, depresi


Saluran yang linear kulit karena
Terjadi
terbentuk dengan 1 perubahan kolagen
hipo/hiperpigmentasi
bukaan saja, pada retikuler akibat
kulit, telengiektasis,
hidradenitis supurativa peregangan kulit yang
dan atrofi, pada
cepat (distensi)
chronic radiodermatitis
Burrow Sclerosis

Saluran seperti
Indurasi, pemadatan
benang,
difus kulit karena
bergelombang,
dermal fibrosis, pada
menembus bagian luar
morphea
78
epidermis, tempat
keluar parasit, pada
skabies

 Lesi datas dan macular


Macula Patch Eritema

Mirip macula, warna


beda dengan kulit
sekitar, ukuran lebih Warna pink/ merah
Perubahan warna kulit/ membrane
kulit, batas tegas, besar dari macula (>
0,5 cm), pada vitiligo mukosa karena
ukuran kurang dari 0,5 dilatasi arteri dan vena
cm, karena pigmen dermis papiler dan
kulit/ melanin, retikkuler
vasodilatasi yang
menyebabkan
hiperemi (eritema, Eritroderma
kongesti vascular),
ekstravasasi eritrosit
(petekiae ukurannya
kurang dari 3 mm,
ekimosis ukurannya
lebih dari 1 cm, Kemerahan kulit
purpura ukurannya 3- mengenai > 90%
10 mm), pelebaran permukaan tubuh
pembuluh darah dalam beberapa hari/
(telangiektasis) minggu, pada sezary
syndrome

 Perubahan kulit sekunder

Sisik/ Deskuamasi/ Hiperkeratosis Krusta


Scaling

Penebalam stratum Cairan tubuh yang


Stratum korneum korneum yang tidak mengering di
terlepas dari kulit, lesi selalu disertai sisik permukaan kulit,
hiperkeratotik. warna kuning muda
Skuama kasar (serum), kuning
(psoriasis, kehijauan (pus), hitam
eritroderma), halus (darah). Ada ulkus/
(pitiriasis versikolor/ erosi di dasarnya
79
rosea), tersusun mirip
genting (tinea
imbrikata, iktiosis
lamelaris)
Ekskoriasi Fisura Likenifikasi

Bila garukan lebih Penebalan kulit


dalam (hingga Belahan kulit tanpa
kehilangan jaringan/ disertai relief kulit yang
melebihi stratum makin jelas,
basal), akan terlihat hilangnya kontinuitas
kulit, biasanya linear, perubahan kolagen
bintik pendarahan dermis superficial
penyebab (kulit kering,
trauma tajam), lokasi
(sering di sudut bibir,
telapak kaki, sela jari
kaki)
Keratoderma Eschar

Nekrosis jaringan,
Akumulasi sisik infark, gangrene/
(hyperkeratosis) ulserasi. Berupa
karena penebalan krusta hitam, padat,
kulit, pada telapak melekat pada
tangan/ kaki permukaan kulit. Pada
luka bakar termal

 Lesi berisi cairan


Vesikel Bula Pustula

Gelembung di Kavitas berisi cairan Kavitas sirkumkripta/


permukaan kulit berisi ukuran > 0,5 cm, pada batas tegas yang
cairan (serosa/ pus), pemfigoid bullosa. Isi meninggi pada
batas tegas, ukuran < berupa bula purulent, epidermis/
0,5 cm, bagian atap bula hemoragik, bula infundibulum yang
berisi pus, bisa

80
umbilikasi, pada hipopion, bula berbentuk kerucut dan
impetigo multilokuler berisi rambut di
tengahnya, bisa
terbentuk halo eritema
di sekitarnya
Furunkel Abses

Akumulasi materi
purulent dalam dermis/
Necrotizing folliculitis jaringan subkutan. Pus
dengan supurasi. biasanya tidak terlihat
Nodul di tengah folikel pada permukaan kulit.
yang > 1 cm. Warna pink, eritema,
beberapa furunkel hangat, keras, dan
disebut karbunkel fluktuasi

 Lesi purpura/ vascular


Purpura Teleangiektasis Infark

Dilatasi kapiler kecil


Ekstravasasi RBC dari lapisan dermis
pembuluh darah kutan superfisial tampak Nekrosis kutaneus
ke kulit/ membrane sebagai garis terang, karena inflamasi/
mukosa. Lesi ungu halus, tidak berdenyut/ oklusi vascular.
kemerahan. Tidak pola berjaring di kulit Macula merah
hilang jika ditekan kecoklatan, bentuk
dengan kaca objek. ireguler/ plak tegas,
Petekie (kecil), macula kadang terdepresi
purpura (titik-titik),
ekomosis patch
(lebam besar)

2. Banyak : soliter/ multiple


3. Batas : tegas/ tidak tegas
4. Ukuran
 Miliar (jarum pentul)
 Lenticular (biji jagung)
 Gutata (tetesan air)
 Numular (uang koin)
81
 Plakat (telapak tangan dewasa)
5. Susunan/ Konfigurasi/ Bentuk
 Linier (lurus seperti garis)
 Sirsiner (cincin)
 Arsiner (setengah lingkaran)
 Polisiklik (lesi arsiner bergabung)
 Irisiformis (mirip iris mata)
 Konfluens (dua/ lebih lesi menyatu)
 Korimbiformis (lesi seperti induk ayam dan anaknya mengelilinginya)
 Herpetiformis (beberapa lesi kumpul di satu tempat mirip herpes)
 Monomorf (kelainan kulit 1 jenis morfologi)
 Polimorf (kelainan kulit berbagai macam morfologi)
 Soliter (hanya 1 lesi)

6. Distribusi
 Regional (di 1 tempat)
 Universalis (90-100% tersebar di tubuh)
 Generalisata (tersebar di setiap bagian tubuh, melebihi 50-90% luas
permukaan tubuh), bilateral (tersebar di kedua belahan tubuh)
 Simetris (di kedua belahan tubuh dengan letak bentuk dan besar yang persis
sama), unilateral (di satu sisi badan)
 Diskret (tersebar satu persatu dimana-mana)
 Serpiginosa (perjalanan lesi ke satu arah, diikuti penyembuhan di sisi yang
ditinggalkan)
82
Contoh Efloresensi

Punggung atas tampak macula dan patch


hipopigmentasi, multiple, batas tegas, ukuran miliar
sampai plakat, pada permukaannya tampak skuama
halus, powdery, bentuk bulat, geografika, konfluen
regional

Pipi kanan dan kiri tampak patch eritema batas tidak


tegas multiple, plakat, pada permukaan tampak erosi,
sebagian tertutup krusta berbentuk anular, bilateral
simetris regional

Dada dan leher terdapat macula dan papula eritema,


batas tidak tegas, ukuran dari linier sampai plakat,
konfluen regional

Pada tungkai bawah (cruris dextra and sinistra) tampak


purpura multiple batas tidak tegas, milier sampai
lentikuler bilateral simetris regional

Pada pubis, lipatan paha (inguinal), labia mayora,


perineum, pantat terdapat makula dan papul eritem
batas tidak tegas ukuran dari milier sampai plakat,
permukaan tampak erosi exudasi. korimbiformis regional
(intertrigo)

83
Tindakan Compressive Bandage Therapy

Alat : perban elastic

Langkah :

1. Pasien berbaring
2. Melingkarkan perban elastic dari telapak kaki
3. Sesuaikan tekanan agar semakin keatas tekanannya semakin turun
4. Ukur tekanan perban agar sesuai

Tekanan Compressive Bandage

 Paha (diatas lutut) : 15 mmHg


 Dibawah lutut : 20 mmHg
 Betis : 25 mmHg
 Ankle : 30 mmHg

84
Pemeriksaan Tanda Rangsang Meningeal

Kaku kuduk

 Tangan kanan pemeriksa di dada pasien


 Tangan kanan pemeriksa di bawah kepala pasien
 Fleksi leher pasien sampai dagu menyentuh dada
 Positif : ada tahanan saat fleksi

Kernig’s sign

 Pasien berbaring
 Fleksi sendi panggul dan lutut (90⁰)
 Ekstensi lutut/ angkat betis keatas
 Positif : ada nyeri dan tahanan, keterbatasan gerak sendi (< 135⁰ ekstensi)
 Lakukan di kedua tungkai

Brudzinsky’s neck sign

 Sama dengan kaku kuduk


 Positif : ada fleksi kaki mengikuti fleksi leher
 Pastikan pasien tidak lumpuh agar tidak terjadi hasil negative palsu

85
Brudzinsky’s contralateral leg sign

 Fleksi pasif 1 tungkai (fleksi panggul dan lutut sampai paha menyentuh perut)
 Positif : kaki kontralateral ikut terangkat/ fleksi

Cheek sign

 Tekan kedua pipi


 Positif : fleksi siku dan sentakan lengan bawah

Symphyseal sign

 Tekan simfisis pubis


 Positif : fleksi kedua tungkai saat penekanan

Note :

 Pemeriksaan dilakukan jika curiga meningitis dengan gejala seperti demam dan sakit
kepala, serta kaku kuduk
 Jika pemeriksaan positif maka terjadi radang/ iritasi meningen (meningitis)

86
Pemeriksaan Sensasi Radikuler

Alat : palu reflex

Tinel’s sign

 Terowongan karpal : perkusi pada pergelangan


tangan (bagian volar), tanyakan pada pasien
apakah ada nyeri menjalar/ seperti tersetrum/
paresthesia, positif (carpal tunnel syndrome)
 Sulkus nervus ulnaris : perkusi pada sulkus
ulnaris, tanyakan pada pasien apakah ada
nyeri menjalar/ seperti tersetrum/ paresthesia,
positif (cubital tunnel syndrome)
 Lutut : perkusi pada nervus tibialis di fossa popliteal (bagian belakang lutut), tanyakan
pada pasien apakah ada nyeri menjalar/ seperti tersetrum/ paresthesia

Phalen’s sign

 Pertemukan kedua punggung tangan selama 60 detik, reverse phalen (pertemukan


kedua telapak tangan)
 Positif : jika ada nyeri radikuler/ menjalar (kompresi nervus median)

Lasegue’s sign

 Straight leg raise test


 Positif : nyeri saat tungkai di sudut 30-70⁰ (HNP), jika lebih dari 70⁰ memang nyer

87
Patrick test

 Fleksi panggul dan lutut secara pasif


 Ankle ada di lutut kaki sebelahnya
 Tekan lutut yang fleksi kearah bed
 Positif : nyeri panggul ipsilateral (gangguan sacroiliac joint)

Contra-patrick test

 Lutut fleksi dan diarahkan ke lutut kaki sebelahnya


 Tekan lutut yang fleksi kearah kontralateral
 Positif : nyeri panggul ipsilateral (gangguan sacroiliac joint)

Note :

 Pasien harus sadar dan kooperatif

88
Pemeriksaan Refleks Patologis

Alat : palu reflex

Chvostek sign

 Perkusi innervasi CN VII (didepa telinga)


 Positif : gerak menyentak, kontraksi, spasme otot fasialis (hipercalcemia)

Hoffman sign

 Tangan pasien pronasi


 Pegang phalang terminal digit III
 Petik kuku digit III dengat cepat
 Positif : adduksi ibu jari, fleksi jari lain (upper motor neuron lesion, kompresi spinal
cord bagian cervical)

Tromner sign

 Tangan pasien pronasi


 Digit III dorsofleksi pasif
 Sentakkan bagian palmar digit III
 Positif : fleksi jari lain (kompresi spinal cord)

89
Babinski reflex dan variasinya

 Babinski sign : gores telapak kaki dari tumit-lateral plantar-ibu jari, positif (dorsofleksi
dan abduksi jari, menandakan gg tractus corticospinalis)

 Chaddock sign : gores sisi lateral kaki dari proximal ke distal, positif (dorsofleksi kaki)
 Oppenheim sign : mengurut tibia dengan bagian dorsal digit II dan III, positif
(dorsofleksi kaki)
 Gordon sign : remas m. gastrocnemius dengan keras, positif (dorsofleksi kaki)
 Schaeffer sign : remas tendon Achilles dengan keras, positif (dorsofleksi kaki)
 Bing sign : tusuk dorsum pedis proximal digit IV/V dengan gagang palu reflex, positif
(dorsofleksi kaki)
 Gonda sign : plantarfleksi digit IV, positif (dorsofleksi kaki)
 Stransky sign : abduksi paksa/ menarik digit V ke lateral, positif (dorsofleksi kaki)

90
Rossolimo sign

 Perkusi telapak kaki di basis digit II-V


 Positif : terjadi plantarfleksi (lesi pyramidal tract)

Mendel-Bechterew sign

 Perkusi dorsum pedis di basis digit II-V


 Positif : terjadi plantarfleksi (lesi pyramidal tract)

91
Pemeriksaan Refleks Primitif

Alat : pulpen, palu reflex


Sucking reflex
 Sentuh perioral skin pada sudut mulut
 Positif : gerak bibir seperti bayi menyusu
Snout reflex
 Ketuk philtrum
 Positif : ada kerutan/ protrusi bibir bawah

Glabellar tap reflex


 Ketuk glabella (antara alis)
 Positif : kedipan mata (pada Parkinson’s disease)
Grasp reflex
 Tekan jari pemeriksa ke telapak tangan pasien
 Positif : pasien mengepalkan tangan seperti bayi

Palmomental reflex
 Gores ujung pulpen di telapak tangan bagian tenar (dekat ibu jari)
 Positif : kontraksi m. mentalis dan orbicularis ipsilateral

Note :
 Reflex ini akan positif pada bayi dan pasien demensia
92
Interpretasi CT Scan Kepala

Alat : foto CT Scan, lightbox

Langkah :

1. Redupkan cahaya ruangan


2. Pasang foto di lightbox
3. Cek nama, tanggal, diagnosis pasien
4. Nilai lesi hipodense/ hiperdense/ isodense di parenkim otak (pendarahan, infark,
massa)
5. Nilai sulcus dan gyrus (kedalaman, effacement/ merapat)
6. Nilai ventrikel dan cisterna (dilatasi)
7. Nilai deviasi struktur midline (herniasi)
8. Nilai kalsifikasi parenkim otak
9. Nilai batang otak dan cerebellum
10. Nilai corpus callosum dan basal ganglia
11. Nilai orbita, martoid aircell, sinus paranasal, nasofaring
12. Nilai tulang dan soft tissue (fraktur, litik, scalp hematoma)
13. Jelaskan kesimpulan

93
CT Scan

 Computerized Tomography Scan


 Hasil 3D, multiplanas reconstruction (MPR), hasil cepat, dosis radiasi tinggi
 Window : bone window (fokus tulang), brain window (fokus parenkim otak)

Densitas CT Scan

 Hipodense/ dark : lemak, udara sinus, air (LCS), hematoma subdural kronik
 Isodens : otak normal, hematoma subdural akut
 Hiperdens/ bright : metal (peluru, klip aneurisma), iodine (kontras), kalsium,
pendarahan (protein

Hounsfield Unit (HU)

Material HU

Udara - 000

Paru -500

Lemak (-100) – (-50)

Air 0

Otot 10 – 40

Darah 30 – 80

Jaringan lunak, kontras 100 – 300

Tulang 700 – 3000

CT Scan Planes Brain vs Bone Window

94
Cranial Fossa Sinus Meninges

Tentorium cerebellum

Tentorium cerebellum Sulcus & Gyrus Fissures

Ventricles

95
White & Grey Matter Cortical Grey Matter

Lobes Regions

Basal Ganglia & Thalamus Sagital Plane

96
Pons & Cerebellum Mid Brain & Brainstem Kalsifikasi Plexus Choroid

Arterial Supply Kalsifikasi Basal Ganglia

Interpretasi CT Scan Kepala

Intraventricular Hemorrhage (IVH) Epidural Hemorrage (EDH)

Ventrikel terisi darah sehingga terlihat hiperdense Pendarahan diluar


(normalnya ventrikel berwarna hitam karena terisi LCS) parenkim otak, dibawah
tulang, lesi hiperdense
bentuk binkonveks
(hematoma scalp)

97
Subarachnoid Hemorrage Intracerebral Hemorrage Subdural Hemorrage
(SAH) (ICH) (SDH)

Normalnya subarachnoid Sering karena stroke, Dibawah duramater, lesi


space terisi LCS dan terjadi edema pada hiperdense bentuk bulan
warna hitam, karena jaringan cerebral sabit (akut), menjadi
pendarahan terisi darah sekitarnya hipodense (kronik), bisa
dan terlihat hiperdense mengenai > 1 lobus
Depressed Skull Fracture Maxillofacial Fracture

ICH pada frontal lobe kanan Bone 3D


Sinus Fracture Temporal Fracture Pneumocephalus

Fraktur/ diskontinuitas Fraktur/ diskontinuitas Udara dalam cranial cavity,


dinding sinus maxilla tulang temporal kiri karena trauma, tumor
basis cranii, atau
neurosurgery
Cerebral Artery Clot Hipodense Lesion Subacute Infarct

98
Dense artery sign, early Parenkim hemisfer kanan Destruksi jaringan dan
ischemic stroke hipodense nekrosis likuefaksi otak
Encephalomalacia Brain atrophy

Degenerasi karena faktor usia/ penuaan


Hilangnya jaringan
parenkim otak karena
infark, iskemia, infeksi,
atau trauma craniocerebral
Cerebral Tumor Hydrocephalus SDH Fronto-parietal

Gambaran edema seperti Dilatasi ventrikel karena Banana sign/ lesi


jari (isodense) terisi cairan berlebih hiperdense bulan sabit,
mendesak midline
Mastoiditis Sinusitis

Mastoiditis kanan (tidak Sinusitis maxillaris


ada air cell) (hiperdense di sinus
maxillaris kiri), dan
hipertrofi konka inferior
kanan

99
Interpretasi X-Ray Spine

Alat : foto spine, lightbox

Langkah :

1. Redupkan cahaya ruangan


2. Pasang foto di lightbox
3. Cek nama, tanggal, diagnosis pasien
4. Identifikasi posisi foto (AP, lateral)
5. Nilai alignment/ kesegarisan spine (listhesis)
6. Nilai kurva spine (scoliosis, kifosis, lordosis)
7. Nilai trabekulasi tulang (porotik pada osteoporosis)
8. Nilai endplate superior dan inferior (sklerotik, destruksi, ireguler)
9. Nilai corpus (ukuran, kompresi, wedging, osteofit)
10. Nilai pedikel (destruksi)
11. Nilai intervertebral disc (menyempit, vaccum phenomenon)
12. Nilai prosesus spinosus dan transversus (massa)
13. Jelaskan kesimpulan

Anatomi Vertebrae

 Jumlah vertebrae : 7 cervical, 12 thoracic, 5


lumbar, 5 sacrum, 4 coccyx
 Proyeksi X-Ray Spine : AP, lateral, oblique,
bending, fleksi-ekstensi, swimmer’s view

100
X-Ray Spine

 T12 dengan costae melayang


 Perhatikan kelainan pada lumbal (jika ada 6 maka terjadi lumbalisasi, jika ada 4 maka
terjadi sacralisasi)
 Kelainan seperti HNP tidak terlihat di X-Ray, harus menggunakan CT Scan/ MRI

Interpretasi X-Ray Spine

Kiphosis Lordosis Scoliosis

Bungkuk, karena Spine bengkok ke depan Spine bengkok ke samping


spondilitis TB, trauma
Trabekulasi/ Mineralisasi Tulang

101
Bone Spur/ Osteofit Bone Bridging Compression Fracture

Penonjolan tulang Vertebrae atas dan bawah Wedge-shapped, bagian


tersambung depan corpus collapse
Pedikel Vacuum Phenomenon Paravertebral Soft Tissue

Normalnya hitam, karena Intervertebral space Kiri : groundglass


ada metastase terlihat menyempit dan terisi appearance, kanan: abses
opaque/ putih nitrogen mendesak ginjal keatas

102
Wawancara dan Pemeriksaan Psikiatri

Wawancara Psikiatri

1. Identitas pasien : nama, usia, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, alamat, status
pernikahan, pendidikan terakhir
2. Jelaskan tujuan wawancara
3. Informed consent
4. Sacred seven : onset, lokasi, kualitas, kuantitas, kronologis, faktor memperberat dan
memperingan, keluhan penyerta
5. Riwayat penyakit dahulu : riwayat psikiatri, pemakaian dan penyalahgunaan zat,
penyakit sebelumnya, keluarga, tumbuh kembang dan sosial
6. Riwayat pribadi dan sosial : prenatal dan perinatal, masa kanak awal dan
pertengahan, masa remaja/ pubertas, masa dewasa (riwayat pekerjaan, pernikahan,
pendidikan, aktivitas sosial dan agama, situasi kehidupan sekarang), perkembangan
seksual, fantasi, impian dan nilai
7. Tanyakan persepsi pasien terhadap penyakitnya
8. Buat kesimpulan wawancara

Pemeriksaan Psikiatri

1. Nilai kesan umum : penampilan, kontak verbal dan visual, aktivitas psikomotor
2. Nilai sensorium dan kognisi : kesadaran, orientasi, daya ingat, konsentrasi dan
perhatian, berpikir abstrak, informasi dan intelegensia, tilikan/ insight, judgement
3. Nilai mood dan afek
4. Nilai proses pikir : bentuk, arus, dan isi pikir
5. Nilai dorongan instingtual : insomnia, hipobulia, raptus, ambivalensi
6. Nilai psikomotor

103
Pemeriksaan Status Mental

Kesan Umum

 Dari pengamatan, tidak ditanya ke pasien


 Penampilan tidak wajar, wajah terlalu ceria, kontak verbal dan visual kurang baik,
dandan berlebihan/ tidak wajar

Kesadaran

 Jernih : jika kesadaran baik


 Berkabut : jika ada halusinasi
 Delirium : seperti mengamuk/ gelisah (bisa terjadi pada hiperglikemia DM)
 Stupor : tidak sadar akan sekelilingnya
 Somnolen : rasa mengantuk abnormal

Orientasi

 Terhadap waktu, ruang, tempat


 Disorientasi : tidak tau sedang dimana, hari apa sekarang

Konsentrasi

 Pasien mampu fokus/ tidak


 Distracted : tidak fokus
 Hypervigilance : terlalu alert/ waspada

Memori

 Jangka pendek : sebutkan ulang 3 kata


 Jangka panjang : memori masa kecil/ yang dahulu
 Amnesia : retrograde (tidak ingat kejadian sebelum ingatan hilang), antegrad (sulit
buat ingatan baru seperti mengingat nama)

Mood & Afek

 Mood (dikatakan pasien, subjektif) : sedih (hipotimia), gembira (hipertimia)


 Afek (diamati pemeriksa, berupa ekspresi/ gerak tubuh) : appropriate (senang dan
tertawa/ senyum, sedih dan menangis), inappropriate (sedih tapi tertawa, senang
tapi wajah murung)

104
Bentuk Pikir

 Bicara masuk akal/ tidak


 Logis/ tidak logis (pasien psikotik merasa diikuti seseorang) atau realis/ tidak realis

Isi Pikir

 Tanyakan apa yang membuat cemas/ sulit tidur


 Preokupasi (bunuh diri, obsesi)
 Waham : aneh/ bizzare (lalat keluar dari tembok), nihilistic (merasa bersalah/ tidak
pantas), paranoid (takut), waham kebesaran (merasa diri orang penting), kendali
(thought withdrawal, insertion, broadcasting)

Arus Pikir

 Koheren/ inkoheren
 Inkoherensia : tidak logis, 1 kata dengan yang lainnya tidak nyambung
 Asosiasi longgar : per kalimat tidak nyambung
 Asosiasi bunyi : nada sama, seperti berpantun
 Neologisme : kata dan logika baru yang hanya dimengerti pasien
 Sirkumstansial : berbelit, tujuan jelas
 Tangensial : berbelit, tujuan tidak jelas
 Verbigerasi : pengulangan kata
 Perseverasi : pengulangan kalimat
 Mutisme : diam
 Logore : terlalu banyak bicara
 Blocking : berhenti bicara mid-sentence

Persepsi

 Halusinasi : melihat/ mendengar yang tidak ada


 Ilusi : melihat/ mendengar sesuatu berbeda dengan yang ada

Dorongan Instingtual

 Raptus (mengamuk)
 Insomnia
 Hipobulia (tidak mengurus diri, tidak mau makan, tidak mau mandi)
 Ambivalensi (2 kepribadian)

105
Psikomotor

 Meningkat/ menurun/ normal


 Echopraxia : meniru gerakan orang lain
 Katatonia : diam, stupor, tidak ada gerak sadar
 Katalepsi : mempertahankan bentuk tubuh dalam waktu yang lama
 Fleksibilitas cerea/ lilin : bisa pertahankan posisi tapi harus digerakkan orang lain
 Stereotipi : gerak berulang
 Kompulsi : gerak berulang yang impulsive, diawali pemikiran obsesif

Tilikan/ Insight

1. Tidak tau dirinya sakit


2. Antara sakit/ tidak
3. Tau sakit, tapi menyalahkan orang lain
4. Tau sakit, tapi tidak tau penyebabnya
5. Tau sakit dan tau penyebabnya, tapi tidak mau berobat
6. Tau sakit dan tau penyebab, mau berobat

106
Pemeriksaan Fungsi Kognitif

Langkah :

1. Identitas pasien : nama, usia, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, alamat, status
pernikahan, pendidikan terakhir
2. Jelaskan tujuan wawancara
3. Informed consent
4. Orientasi : tanya tanggal hari ini (hari, bulan, tahun, musim, tanggal lengkap), tanya
saat ini berada dimana (ruang, gedung, kota, provinsi, negara)
Skor : 5 x 2 = 10
5. Registrasi : pemeriksa menyebutkan 3 nama benda, dan minta pasien mengulangi
Skor : 3
6. Atensi dan kalkulasi : menyebutkan 100 dikurangi 7 secara berurutan sampai 5 kali,
atau minta pasien mengeja kata :DUNIA” dari belakang
Skor : 5
7. Recall : minta pasien mengulang 3 nama benda tadi
Skor : 3
8. Berbahasa : menyebut nama benda yang ditunjuk (pensil, jam tangan), mengulangi
kata “tanpa kalau dan atau tetapi”, mengikuti perintah (ambil kertas, lipat, taruh di
lantai), mengikuti apa yang dibacanya (pejamkan mata), menuliskan kalimat secara
spontan, menyalin gambar seperti contoh

Skor : 2, 1, 3, 1, 1, 1 = 9
9. Hitung skor dan buat kesimpulan

107
MMSE/ Mini Mental State Examination

Interpretasi MMSE

 Normal : 24-30
 Gangguan kognitif : skor < 24

108
Psikoterapi Suportif

Langkah :

1. Jelaskan prosedur
2. Informed consent
3. Membina dan mempertahankan hubungan terapeutik (interaksi dengan empati,
tunjukkan ekspresi ketertarikan, responsive)
4. Melakukan tehnik komunikasi baik (tidak interogasi, pendengar aktif, pertanyaan
terbuka)
5. Tehnik intervensi dalam terapi suportif (klarifikasi, konfrontasi, beri saran, pujian,
semangat, reassurance)
6. Mengurangi dan mencegah kecemasan (reframing, paraphrasing, rasionalisasi)
7. Beri pengetahuan sesuai kompetensi dan bimbingan
8. Buat kesimpulan dan menentukan jadwal selanjutnya

Prinsip :

 Alliance building
 Esteem building
 Skill building
 Mengurangi dan mencegah kecemasan
 Expanding awareness/ mengembangkan kesadaran

109
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Anak

Langkah :

1. Identitas anak dan orang tua


2. Jelaskan tujuan dan informed consent
3. Keluhan utama (sacred seven) : onset, lokasi, kualitas, kuantitas, kronologis, faktor
memperberat dan memperingan, keluhan penyerta
4. Riwayat penyakit dahulu : penyakit kronis, pengobatan penyakit dahulu, operasi,
trauma, alergi
5. Riwayat penyakit keluarga : penyakit serupa, penyakit kronis
6. Riwayat pribadi dan sosial
7. Riwayat kehamilan ibu : ANC, penyakit dan pengobatan selama kehamilan
8. Riwayat kelahiran anak
9. Riwayat makanan anak
10. Riwayat imunisasi anak
11. Riwayat tumbuh kembang anak (sesuai dengan usia)
12. Riwayat corak reproduksi ibu (menstruasi, aborsi, jarak kehamilan)

110
Jadwal Imunisasi Anak IDAI 2020

111
Pemeriksaan Antropometri Anak

Alat : timbangan BB, baby scale, wall-mounted stadiometer, neonatal stadiometer, pita
pengukur

Pengukuran BB/ berat badan dengan baby scale

 Letakkan alat pada tempat datar


 Kalibrasi alat ke nol
 Minta orang tua melepaskan pakaian pasien
 Menempatkan pasien di baby scare dengan posisi terlentang
 Melihat pengukuran ke kurva pertumbuhan weight for age WHO

Pengukuran BB/ berat badan dengan timbangan BB

 Letakkan alat pada tempat datar


 Minta pasien melepaskan pakaian yang berat dan alas kaki
 Pasien berdiri tegak diatas timbangan dengan pandangan lurus ke depan
 Melihat pengukuran ke kurva pertumbuhan weight for age WHO

Pengukuran PB/ panjang badan dengan neonatal stadiometer

 Baringkan pasien di neonatal stadiometer


 Pegang kepala agar tidak bergerak
 Rentangkan kaki hingga lurus sempurna
 Lakukan pengukuran 3 kali dan ambil rata-rata
 Melihat hasil ke kurva pertumbuhan length for age WHO

Pengukuran TB/ tinggi badan dengan wall-mounted stadiometer

 Minta pasien melepaskan alas kaki


 Pasien berdiri tegak dengan punggung menempel ke alat ukur dan pandangan lurus
ke depan
 Ukur tinggi
 Melihat hasil ke kurva pertumbuhan length for age WHO/ CDC

Perhitungan radio BB menurut PB atau TB

 Hitung rasio BB menurut PB/ TB dengan rumus

112
BB BB terukur saat itu
(%) = x 100%
TB BB standar sesuai TB yang terukur

 Memetakan hasil ke kurva weight for length/ height WHO/ CDC

Perhitungan BMI/ body mass index

BB (kg)
 Hitung BMI dengan rumus
[TB (m)]²

 Memetakan hasil BMI ke kurva WHO/ CDC

Pengukuran LILA/ lingkar lengan atas

 Tentukan letak acromion dan olecranon pada lengan tidak aktif dalam posisi lengan
fleksi
 Ukur diameter terbesar
 Memetakan LILA terhadap usia di tabel WHO

Pengukuran LK/ lingkar kepala

 Baringkan pasien
 Letakkan pita pengukur melalui occipital, parietal dan frontal prominence
 Memetakan LK pada grafik WHO

WHO & CDC Growth Chart (scan here)

113
Penilaian Pertumbuhan Anak dengan KMS

Alat : timbangan BB, lembar KMS

Langkah :

1. Pilih KMS sesuai jenis kelamin anak


2. Isi identitas anak dan orang tua
3. Isi bulan lahir dan penimbangan anak
4. Letakkan titik berat anak
5. Buat garis pertumbuhan
6. Catat tiap kejadian yang dialami anak
7. Menentukan status pertumbuhan anak
8. Mengisi catatan pemberian imunisasi, vitamin A, dan ASI eksklusif
9. Jelaskan hasil penilaian pertumbuhan anak kepada orang tua

Note :

 Pastikan titik BB dan kolom usia sesuai


 Tulis BB anak dalam satuan kg di bagian bawah
 KBM/ kenaikan berat badan minimal adalah jumlah minimal BB anak harus naik
dalam 1 bulan
 N/T adalah naik/ tidak naik, berikan keterangan ini jika BB anak naik/ tidak naik
 Jika sempat tidak melakukan pengukuran BB selama 2 bulan atau lebih, maka jangan
lanjutkan grafik dari terakhir kali timbang, buatlah grafik baru/ biarkan grafik terputus
 Rujuk ke petugas jika BB tidak naik 2 kali berturut-turut

KMS/ Kartu Menuju Sehat (scan here)

114
Penilaian Perkembangan Anak dengan KPSP

Alat : pulpen, kertas, formulir KPSP, bola tenis, kerincingan, kubus berukuran 2,5 cm (6
buah), kismis, kacang tanah, potongan biscuit kecil

Langkah :

1. Tulis nama, tangal lahir anak, dan usia anak dalam bulan
2. Pilih formulir KPSP yang sesuai (gunakan formulir KPSP dengan usia skrining
terdekat yang lebih muda)
3. Lakukan pemeriksaan KPSP
4. Menentukan hasil pemeriksaan
5. Interpretasi hasil pemeriksaan

Interpretasi :

 Perkembangan sesuai : skor 9-10


 Perkembangan meragukan : skor 7-8
 Kemungkinan ada penyimpangan : skor ≤ 6

Formulir KPSP (scan here)

115
Penilaian Perkembangan Anak dengan DDST II (Denver II)

Alat : formulir Denver II, benang wol merah, manik-manik, icik-icik pegangan kecil, kubus
ukuran 2,5 cm (8 buah, warna merah, kuning, hijau, biru), botol bening dengan lubang botol
2 cm, bel kecil, bola tenis

Langkah :

1. Tulis nama, tanggal lahir anak, dan tanggal pemeriksaan


2. Buat garis umur pada formulir Denver II
3. Lakukan pemeriksaan sesuai sector
4. Menentukan hasil pemeriksaan
5. Interpretasi hasil pemeriksaan

Interpretasi :

 Lebih/ advanced : lulus uji coba semua poin perkembangan di sebelah kanan garis
umur
 Normal : gagal/ menolak uji coba poin perkembangan di sebelah kanan garis umur,
lulus/ gagal/ menolak uji coba poin perkembangan dimana garis umur terletak di
persentil 25 dan 75
 Caution : gagal/ menolak poin perkembangan dimana garis umur terletak di persentil
75 dan 90
 Delayed : gagal/ menolak uji coba poin perkembangan yang seluruhnya ada di
sebelah kiri garis umur
 No opportunity : tidak ada kesempatan untuk melakukan tugas perkembangan, hasil
tidak dimasukkan saat membuat kesimpulan

116
Sector poin perkembangan Denver II

 Personal-sosial : penyesuaian diri di masyarakat


 Motoric halus-adaptif : koordinasi mata-tangan, menggunakan benda kecil,
pemecahan masalah
 Bahasa : mendengar, mengerti, menggunakan bahasa
 Motoric kasar : duduk, berjalan, gerakan otot besar

Koreksi usia bayi lahir premature

 Usia koreksi = usia kronologis – lama premature


 Usia kronologis = tanggal periksa – tanggal lahir
 Lama premature = 40 minggu – usia gestasi saat anak lahir (dalam minggu)
 Gunakan 30 hari untuk 1 bulan

Formulir Denver II (scan here)

117
118
Notes

No Diagnosa Gejala Px Fisik Penunjang DD Terapi

1 Tension  Nyeri tersebar  Vital sign (normal) Migraine R/ paracetamol tab 500
headache/ TTH secara (ringan-  Px kepala dan Cluster type mg No. XX
sedang), leher headache/ CTH S 3 dd tab I prn
dirasakan  Px neurologis (bila perlu)
awalnya pada (kekuatan motoric,
leher dan reflex, koordinasi, Jika curiga depresi :
menjalar ke sensoris, R/ Fluoksetin tab 20
belakang rangsang mg No. X
 Ada gangguan meningeal) S 1 dd tab I o.m
tidur (insomnia,  Px mata (TIO (tiap pagi)
terbangun malam naik)
hari)
2 Migraine Unilateral dengan  Vital sign DL Arteriovenous R/ paracetamol tab 500
sifat berdenyut,  Neurologis malformation mg No. XX
disertai mual, (koordinasi, Atypical facial S 3 dd tab I prn
fotofobia, dan sensoris) pain (bila perlu)
gangguan tidur  Reflex patologis CTH
(hoffman tromner, TTH Jika tidak mempan :
Babinski) R/ sumatriptan tab 50
mg No. X
S 1 dd tab I
3 Vertigo  Vestibular :  Vital sign Meniere’ disease R/ betahistin tab 6 mg
berputar,  GCS No. XV

119
Vestibular episodic, timbul  CN VIII Neuritis S 3 dd tab II
(BPPV, mendadak, pada (nistagmus) vertibularis Atau
Meniere’s BPPV terjadi  Motoric Vertigo pasca R/ dimenhidrinat tab 50
disease, setelah  Sensorik trauma mg No XV
Neuritis perubahan,  Keseimbangan S 3 dd tab I
vestibular) disertai mual,
Non vestibular muntah, keringat BPPV : mendengung Pada BPPV :
(polineuropati, dingin Meinere : Manual Epley
myelopati,  Non vestibular : mendenging Gerak Brandt Daroff
artrosis melayang,
servikalis) bergoyang,
berlangsung
konstan/ kontinu,
disertai mua
muntah
4 Bell’s Palsy  Paralisis otot  Vital sign DL Hemiparesis R/ prednisone tab 5 mg
FR : paparan fasial atas dan  CN VII (fasialis) Gula darah alternans No. XXX
dingin, infeksi, bawah bersifat sewaktu OMA/ OM kronik S 3 dd tab IV (selama 6
autoimun, DM, unilateral dengan BUN/SC Ramsay hunt hari)
HT onset akut syndrome R/ acyclovir tab 400 mg
 Otalgia, produksi No. XXX
air mata naik, S 5 dd tab I
pengecapan R/ metilprednisolon tab
menurun 4 mg No. X
S 5 dd tab II
5 Tetanus Kaku kuduk,  Vital sign Kultus bakteri Meningo- R/ anti tetanus serum
trismus, kejang,  Tanda rangsang (clostridium encephalitis 50.000 Ui/ vial No. X
opisthotonus (kaku meningeal tetani +) Poliomyelitis S imm
dada dan perut, Rabies
120
punggung Lab (SGOT, R/ metronidazole inj.
melengkung) CPK naik) 500 mg infuse solution
lag No. I
S imm
R/ diazepam inj. 10 mg/
2 ml No. II
S imm
6 Meningitis Demam tinggi, kaku  Vital sign DL R/ ampicillin tab 500
kuduk, kejang,  GCS CT Scan mg No. XV
fotofobbia  Tanda rangsang Pungsi lumbal S 3 dd tab I pc
meningeal (+) (warna R/ paracetamol tab 500
 Reflex patologis xantohrom/ mg No. XV
kuning krn S 3 dd tab I pc prn
bakteri, warna
bening karena
virus

7 Low back pain Nyeri punggung  Vital sign Foto polos Infeksi ginjal R/ asam mefenamat
bawah menjalar  Px Lasegue, CT Scan Sacrolitis tab 500 mg No. X
FR : BB berlebih Patrick, Kontra- S 3 dd tab I pc prn
patrick
8 Stroke Hemiparesis, afasia,  Vital sign CT Scan Bell’s palsy R/ captopril tab 25 mg
disfagia  GCS EKG Meningitis No. XXV
 Tanda rangsang S 3 dd tab I ac
meningeal R/ aspirin tab 300 mg
 CN VII (fasialis) No. XXV
 Px tonus S 3 dd tab I pc

121
 Reflex patologis
dan fisiologis
 Px sensoris
9 Epilepsy Bangkitan epilepsy EEG TIA R/ carbamazepine tab
berulang dengan DL Tics 400 mg No. X
jarak lebih dari 24 S 3 dd tab I
jam R/ asam valproate tab
500 mg No. x
S 3 dd tab I
10 Trigeminal Nyeri unilateral MRI Migraine R/ carmazepine tab
neuralgia bagian muka seperti CT Scan CTH 400 mg No. x
tersengat listrik S 2 dd tab I
Atau
R/ phenytoin tab 200
mg No. X
S 1 dd
R/ paracetamol tab 500
mg No. XV
S 3 dd tab I
11 Gangguan Keluhan/ gangguan CBT
somatoform fisik berualng, minta R/ fluoksetin tab 10/20
pemeriksaan medis mg No. X
S 1 dd tab I
12 Insomnia Sulit tidur, sulit  Vital sign Gangguan R/ lorazepam tab 1 mg
mempertahankan  Pasien tampak neurologis/ No. X
tidur, tampak lelah, lelah dengan mata psikiatri S 1 dd tab I pc
mata cekung cekung

122
13 Gangguan  Semangat Vital sign (RR dan Gangguan Ajarkan relaksasi
cemas depresi menurun TD naik) somatoform
 Merasa sedih Gangguan panik R/ fluoksetin tab 20 mg
 Nafsu makan No. XV
menurun/ S 1 dd tab I pc
meningkat
 Sulit konsentrasi Jika insomnia :
 Gg tidur R/ diazepam tab 2 mg
 Jantung berdebar No. XV
S 1 dd tab I pc
14 Gangguan  Halusinasi Intervensi psikososial
psikotik  Waham R/ haloperidol tab 5 mg
(jika  Perilaku kacau/ No. XXI
Skizofrenia, aneh S 1 dd tab I pc
terjadi lebih  Gg proses pikir R/ diazepam tab 5 mg
dari 1 bulan)  Agitatif No. XV
 Isolasi sosial S 2 dd tab I pc an
 Perawatan diri
buruk
15 Mata kering/ Gatal seperti  Visus normal Tetes mata
dry eye berpasir  Foamy tears karboksimetil selulosa
Merah, perih, silau  Tes Schirmer < 10
Memberat saat (normalnya ≥ 20
malam hari mm)
16 Hordeolum Kelopak bengkak, Px fisik mata Selulitis Kompres hangat 4-6x/
nyeri, hiperemi, preseptal hari selama 15 menit
tidak nyaman Chalazion
H. externa :

123
Granuloma R/ kloramfenikol 3%
piogenik eye ointment tube No. I
S 3 dd ue OD/OS

Hordeolum interna :
R/ kloramfenikol 1%
eyedrop fls No. I
S 6 dd gtt OD/OS
17 Konjungtivitis Mata merah dan  Visus normal Swab Konjungtivitis Virus : R/ acyclovir 3%
gatal, berair  Px fisik mata konjungtiva viral eye ointment No. I
(kadang ada (injeksi dengan Konjungtivitis S 5 dd ue OD/OS
sekret), ada rasa konjungtiva) pengecatan bacterial
mengganjal  Px mata anterior Gram Konjungtivitis Bakteri :
Pada infeksi virus gonorrheal R/ kloramfenikol 1%
ditemukan tear foam eyedrop fls No. I
S 6 dd gtt OD/OS
18 Blefaritis Gatal dan panas Px fisik mata Hordeolum Kompres hangat 5-10
pada tepi kelopak, (skuama/ krusta di Trichiasis menit
hiperemi, bulu mata tepi kelopak, bulu
rontok mata rontok, Jika ada ulkus :
bengkak dan merah) R/ kloramfenikol 2%
eye ointment tube No. I
S 3 dd ue OD/OS
19 Benda asing Nyeri, merah, berair,  Visus normal Konjungtivitis  Tetes pantokain 2%
konjungtiva rasa mengganjal,  Px fisik mata akut 1-2x
fotofobia (injeksi  Abil dengan jarum
konjungtiva suntik 32G/ lidi
tarsal/ bulbi, ada kapas
benda asing)
124
 Oleskan betadin
pada lidi kapas ke
tempat benda asing

R/ kloramfenikol 2%
eye ointment tube No. I
S q.2.h (tiap 2 jam
selama 2 hari)
20 Pendarahan Darah pada sclera,  Visus biasanya Konjungtivitis Hilang tanpa terapi
sub konjungtiva mata merah tua/ normal Benda asing dalam 1-2 minggu, tapi
terang  Px fisik mata (ada terlihat meluas dalam
darah) 24 jam

R/ asam askorbat tab


500 mg No. X
S 2 dd tab I pc
21 Astigmatisme Penglihatan kabur, Snellen chart (tajam Px mata anterior R/ OD S -4.00 C -0.50
(silinder) sedikit distorsi, sakit pengelihatan tidak x 80⁰
kepala maksimal, OS – 2.00 C -0.50 x90⁰
bertambah baik
DP 62/60
dengan pinhole)

OD : -4, silinder 0,5


dengan sudut 80
derajat
OS : -2, silinder 0,5
dengan sudut 90
derajat
125
DP : distansia pupil
(jarak mata antara
pusat pupil kedua
mata)
22 Myopia Kabur saat melihat Snellen chart (visus)
jauh, mata cepat
lelah, pusing dan
mengantuk
23 Presbyopia Kabur saat melihat,  Snellen chart Contoh : pasien 55
mata cepat lelah,  Jaeger tahun
saat baca terasa R/ OD S -4.00 C -0.50
lelah, berair, sering x 80⁰
perih OS – 2.00 C -0.50 x90⁰
Addisi S + 2.50 ODS
DP 62/60

Presbiopi
40 tahun + 1.00
45 tahun + 1.50
50 tahun + 2.00
55 tahun + 2.50
60 tahun + 3.00
24 Glaukoma akut  Mata merah  Snellen chart Uveitis anterior R/ asetazolamid tab
 Tajam (visus turun) Keratitis 250 mg No. XII
pengelihatan  Tonometry Ulkus kornea S 4 dd tab I
turun mendadak schiotz (TIO naik) R/ timolol 0,5%
eyedrop fls No. I

126
 Nyeri mata  Konjungtiva bulbi S 2 dd gtt 1 OD/OS
menjalar ke hiperemis dan R/ asam mefenamat
kepala injeksi tab 500 mg No. X
 Mual muntah  Edema kornea S 2 dd tab 1 pc prn
 Bilik mata depan
dangkal Kurangi asupan cairan
 Px lapang
pandang
25 Katarak  Penurunan  Shadow test + RUJUK
pengelihatan  Visus tidak baik
seperti tertutup
asap/ kabut
 Ukuran kaca
meningkat, silau,
dan sulit
membaca
26 Glaukoma  Fase awal tidak  TIO naik Katarak R/ timolol 0,5%
kronis ada keluhan  Perubahan optic Kelainan refraksi eyedrop fls No. I
 Mata pegal dan disc Retinopati S 2 dd gtt 1 OD/OS
kadang pusing  Defek lapang diabetikum
 Tidak nyaman pandang
dan cepat lelah
27 Otitis eksterna/  Nyeri tekan  Inspeksi Perikondritis R/ ikhtiol ear zalf 15 g
OE tragus  Palpasi (nyeri berulang tube No. I
 Telinga penuh tekan tragus, Kondritis S 2 dd ue AD/AS
 Liang telinga luar nyeri tarik daun Otomikosis R/ polimiksin B
sempit telinga) eardrops fls No. I
 Terjadi unilateral  Px otoskop S 3 dd gtt I

127
 Mendengung

28 Otitis media  Stadium oklusi  Vital sign (suhu Audiometri nada Otitis media R/ H2O2 3% eardrops
akut/ OMA tuba (penuh, tubuh meningkat) murni supuratif akut/ fls No. I
nyeri,  Px otoskop OMSA S 3 dd gtt IV AD/AS
pendengaran  Staidum oklusi OE R/ amoxicillin syr 125
bisa turun) tuba (MT suram mg/ 5 ml lag. I
 Stadium retraksi dan reflex S 3 dd cth I atau S 3 dd
hiperemis (nyeri cahaya hilang) c.orig I pc
makin interns,  Stadium
demam, bayi hiperemis (MT c.orig : sendok original/
rewel dan hiperemis dan bawaan (5 cc)
gelisah) edema)
 Stadium supurasi  Stadium supurasi
(keluar sekret (MT bulging +)
dari telinga)  Perforasi : MT
 Stadium resolusi perforasi, liang
(intensitas telinga luar penuh
berkurang, suhu sekret/ basah)
turun, nyeri  Stadium resolusi :
mereda, jika MT tetap
permanen maka perforasi tapi
pendengaran sekret berkurang
akan tetap  Px garpu tala
menurun)
29 Otitis media  Keluar cairan  Vital sign Audiometri nada OMSA R/ H2O2 3% eardrops
supuratif kronik terus/ hilang  Px otoskop murni OE fls No. I
(OMSK) timbul > 2 bulan  Tipe aman : Foto mastoid S 3 dd gtt IV AD/AS
sekret mukoid
128
 Riwayat pernah tidak berbau, R/ ofloxacin 0,3%
keluar cairan dari mukosa cavum eardrops fls No. I
telinga timpani tampak S 3 dd gtt IV AD/AS
sebelumnya edema R/ amoxicillin tab 500
 Cairan bisa  Tipe bahaya : mg No. XV
jernih/ kuning/ sekret sangat S 3 dd tab I pc
kehijauan/ berbau, warna
campur darah/ kuning abu dan
bau purulent
 Gg pendengaran  Px garpu tala
30 Benda asing di  Riwayat masuk  Px otoskop (ada Ekstraksi dengan
telinga benda asing benda asing, anastesi lokal (jika
 Tersumbat/ liang telinga luar seranga hidup tetes
penuh edema dan dengan minyak
 Nyeri dan hiperemis) mineral/ paraffin
berdengung  Px garpu tala (tuli
 Keluar cairan konduktif) R/ paracetamol tab 500
 Gg pendengaran mg No. X
S 3 dd tab I
(antibiotic boleh
diberikan jika tidak ada
rupture membrane
timpani)
R/ ofloxacin 0,3%
eardrops fls No. I
S 2 dd gtt IV AD/AS
31 Serumen prop  Rasa penuh  Px otoskop Benda asing Evakuasi serumen
 Pendengaran (obstruksi liang
menurun telinga luar oleh
129
 Nyeri memberat material warna R/ H2O2 3% eardrops
saat masuk air kuning) fls No. I
 Vertigo/ tinnitus  Px garpu tala S 3 dd gtt IV AD/AS

32 Epistaksis Keluar darah dari  Vital sign DL Hemoptysis Stop pendarahan


hidung (lokasi,  Rhinoskopi Bleeding dan Varises dengan tampon
jumlah, frekuensi, anterior dan clotting time esophagus anterior/ posterior
durasi) posterior Pendarahan
basis cranii
33 Influenza Febris, rhinore,  Vital sign Faringitis R/ paracetamol tab 500
mukosa hidung  Px fisik umum Laryngitis mg No. XV
edema, batuk Tonsillitis S 3 dd tab I pc

Untuk anak :
R/ paracetamol syr 125
mg/ 5 ml fls No. I
S 3 dd c.orig I

R/ pseudoefedrin tab
60 mg No. XX
S 4 dd tab I pc
34 Faringitis akut  Nyeri  Virus : faring, DL Tonsillitis R/ paracetamol tab 500
tenggorokan tonsil hiperemis Laryngitis mg No. X
(saat menelan)  Bakteri : faring S 3 dd tab I pc
 Demam hiperemis, tonsil R/ amoxicillin tab 500
 Sekret hidung membesar dan mg No. X
 Batuk hiperemis S 3 dd tab I pc
 Nyeri kepala  Vital sign

130
 Nafsu makan  Px fisik
turun
35 Laryngitis akut  Suara serak/  Vital sign Rontgen soft Faringitis Istirahatkan suara
hilang/ parau  Px fisik tissue leher AP Bronkiolitis
 Sesak  Laringoskopi lateral (jaringan R/ paracetamol tab 500
 Nyeri subglottis mg No. X
tenggorokan bengkak/ steeple S 3 dd tab I pc
 Demam, malaise sign) R/ amoxicillin tab 500
Rontgen thorax mg No. X
AP S 3 dd tab I pc
DL
36 Tonsillitis akut  Tenggorokan  Vital sign DL Infiltrate tonsil R/ paracetamol tab 500
kering  Px fisik (ada Limfoma mg No. X
 Nyeri menelan detritus dan Tumor tonsil S 3 dd tab I pc
(bisa menyebar kripte di mulut) R/ amoxicillin tab 500
ke telinga) mg No. X
 Sakit kepala, S 3 dd tab I pc
lesu, nafsu
makan turun
 Mulut berbau
37 Asma bronkial  Wheezing  Vital sign Peak flowmeter Disfungsi pita Di UGD :
 Sesak  Px fisik umum (arus puncak suara R/ nebulisasi
 Dada terasa ekspirasi) Hiperventilasi salbutamol 2,5 mg;
berat DL Bronkiektasis NaCl 2,5 ml
 Memburuk saat Foto thorax S imm
malam/ dini hari Spirometri
 Intermitten Obat untuk dirumah :
(serangan

131
singkat, < 1 x/ R/ salbutamol inhaler
minggu atau < 2 100 mcg/ puff lag No. 1
x/ bulan) S prn (saat serangan)
 Persisten ringan Atau
(> 1 x/ minggu R/ salbutamol tab 400
tapi < 1 x/ hari) mg No. XV
 Persisten sedang S 3 dd tab I
(tiap hari, > 1 x/ Atau
minggu, perlu R/ salbutamol syr 2 mg/
bronkodilator) 5 ml lag No. I
 Persisten berat S 3 dd cth I
(terus menerus,
aktivitas fisik
terbatas)
38 Pneumonia  Demam bisa >  Vital sign Px Gram TB paru R/ azithromycin tab 50
40⁰, menggigil  Px fisik umum DL : WBC > PPOK mg No. X
 Batuk dahak  Px fisik thorax 10.000/ < 4.500 S 1 dd tab I
mukoid/ purulent  Inspeksi : sisi Foto thorax
kadang dengan dada yang Kultur sputum Pada anak :
darah tertinggal saat dan darah R/ amoxicillin syr 125
 Sesak nafas nafas mg/ 5 ml fls No. I
 S 2 dd c.orig I
 Nyeri dada Palpasi : vocal
fremitus R/ paracetamol syr 120
mengeras mg/ 5 ml fls No. I
 Perkusi : redup di S 3 dd c.orig I
sisi yang sakit
 Auskultasi :
bronkovesikuler,

132
rhonki basah
halus
39 Pneumo-thorax Sesak nafas, nyeri  Vital sign Foto thorax Simple  Oksigen
pada sisi yang (hypercapnia/ Pulse oxymeter pneumothorax  Dekompresi jarum
bermasalah, ada CO2 tinggi di (curiga gagal Open (RUJUK)
trauma/ infeksi darah, TD turun, nafas) pneumothorax  WSD (pada
takikardi, Tension hematothorax)
perubahan status pneumothorax
mental) hematothorax
 Px fisik paru
 Inspeksi : sisi
yang tertinggal
 Palpasi : vocal
fremitus menurun
pada sisi sakit
 Perkusi :
hipersonor
 Auskultasi : suara
nafas lemah dan
jauh
40 PPOK  Sesak, kadang  Vital sign Uji jalan 6 menit Oksigen
FR : perokok, ada wheezing  Px fisik umum Spirometri R/ nebulisasi
pekerjaan  Batuk kering/  Px fisik thorax Peak flowmeter salbutamol 2,5 mg;
dengan asap dahak produktif  Inspeksi : Pulse oxymeter NaCl 2,5 ml
 Dada terasa sianosis, dinding AGD S imm
berat dada abnormal, Foto thorax Atau
RR > 20x/ menit, DL (Hb, HCT, R/ prednisone tab 5 mg
nafas dangkal, WBC, PLT) No. XXX
S 3 dd tab I
133
pakai otot bantu (diberikan selama 2
nafas minggu tidak perlu
 Palpasi dan tapering off)
perkusi normal
 Auskultasi :
suara nafas
turun, wheezing,
ronki basah
kasar saat
inspirasi, bunyi
jantung lebih
keras di xiphoid

41 Rhinitis akut Rhinore, hidung  Vital sign Rhinitis alergi R/ paracetamol tab 500
tersumbat, hidung  Rhinoskopi Rhinitis mg No. XV
gatal/ panas, bersin, anterior vasomotor S 3 dd tab I pc
batuk, demam R/ amoxicillin tab 500
mg No. XV
S 3 dd tab I
42 Rhinitis Hidung tersumbat  Vital sign Skin prick test Rhinitis alergi R/ pseudoefedrin tab
vasomotor sesuai posisi tidur,  Rhinoskopi Kadar IgE Rhinitis 30 mg No. X
sekret serosa/ anterior (konka spesifik medikamentosa S 3 dd tab I
mucus inferior edema Rhinitis akut Atau
warna merah R/ demacoline tab No.
gelap, sekret X
serosa) S 3 dd tab I
R/ amoxicillin tab 500
mg No. XV
S 3 dd tab I
134
43 Rhinitis alergi Rhinore, bersin  Vital sign Hitung Rhinitis R/ cetirizine tab 10 mg
pada pagi hari > 5  Px fisik eosinophil daah vasomotor No. X
kali, hidung  Allergic salute/ tepi dan sekret Sinusitis S 1 dd tab I
tersumbat, gatal gosok hidung hidung paranasal Atau
 Allergic shiners/ IgE total serum R/ CTM tab 4 mg No. X
dark circle sekitar S 3 dd tab I
mata
 Mulut sering Kortikosteroid topical :
terbuka R/ budesonide nasal
(lengkung langit- spray 50 mcg No. I
langit tinggi) S 1 dd spray I-II
 Faring : dinding
posterior edema
 Rhinoskopi
anterior (mukosa
bawah, edema,
pucat/ biru)
44 Rhinosinusitis Hidung tersumbat,  Vital sign Foto thorax AP Rhinitis akut R/ amoxicillin tab 500
(sinusitis) sekret, nyeri  Px rongga mulut Water’s view Influenza mg No. XV
awajah, demam,  Rhinoskopi DL S 3 dd tab I
fatigue anterior dan
posterior Steroid :
 Px otoskop R/ propionate spray 50
mcg No. I
S 1 dd 2 spray nasal
dextra/ sinistra
R/ dexamethasone tab
0,5 mg No. X
S 3 dd tab I
135
45 TB paru  Nyeri dada  Vital sign DL Pneumonia R/ rifampisin kap 450
 Sesak nafas  Px fisik paru BTA sputum PPOK mg No. XXX
 Batuk > 2 minggu  Auskultasi : ronki Foto thorax AP S 1 dd tab I
 Demam basah, nafas R/ isoniazid tab 300 mg
 Tidak nafsu melemah di apex No. XXX
makan paru S 1 dd tab I
 BB turun R/ pirazinamid tab 500
 Keringat malam mg No. XC
S 1 dd tab III
R/ ethambutol tab 500
mg No. LX
S 1 dd tab II
46 Ulkus mulut  Aftosa (stomatitis  Tanda anemia DL (MCV, MCH, Herpes simpleks Stomatitis aftosa :
aftosa rekuren) :  Px abdomen MCHC) Hand, foot, R/ larutan kumur
luka nyeri di  Tanda dehidrasi mouth disease/ clorhexidin 0,2% No. I
mukosa bukal,  Vital sign HFMD S 3 dd garg I
bibir bagian Atau
dalam/ sisi lateral R/ sol povidone iodine
dan anterior lidah 1% fls No. I
 Stomatitis herpes S 2 dd garg I
: luka bibir, gusi, R/ krim triamcinolone
lidah, gusi, langit- acetonide 0,1% No. I
langit, bukal, bau S 2 dd ue
mulut, malaise,
demam Herpes :
R/ paracetamol tab 500
mg No. X
R/ acyclovir tab 400 mg
No. XXXV
136
S 5 dd tab I
R/ larutan kumur
clorhexidin 0,2% No. I
S 3 dd garg I
47 GERD  Panas dan  Vital sign Endoskopi Angina pectoris R/ omeprazole tab 20
terbakar di  Px fisik abdomen (mucosal break Dyspepsia mg No. X
retrosternal/ di esophagus) Ulkus peptikum S 2 dd tab I ac
epigastrium,
muntah, mulut
terasa asam
48 Gastritis  Nyeri/ panas di  Vital sign DL Kolesistitis R/ omeprazole tab 20
epigastrium,  Px fisik abdomen Rontgen barium Kolelithiasis mg No. X
mual, muntah, (nyeri tekan enema Chron’s disease S 2 dd tab I ac
kembung epigastrium, Endoskopi R/ antasida tab 500 mg
bising usus No. X
meningkat, S 3 dd tab 1 ac
konjungtiva
anemis jika
kronis)
49 Intoleransi  Tenggorokan  Vital sign Pankreatitis R/ asam askorbat tab
makanan gatal  Px fisik abdomen Chron’s disease 50 mg No. X
 Nyeri perut (nyeri tekan, S 1 dd tab I
 Kembung bising usus
 Diare meningkat)
 Mual muntah  Tanda dehidrasi
50 Demam tifoid  Demam naik  Vital sign DL DBD R/ kloramfenikol tab
turun (terutama  GCS Serologi Malaria 500 mg No. XL
sore dan malam) Leptospirosis
137
 Sakit kepala  Px fisik umum Kultur ISK S 4 dd tab I (10-14
 Konstipasi/ diare (icterus, lidah salmonella typii Hepatitis A hari)
 Mual muntah kotor/ thypoid Uji widal
 Nyeri abdomen tongue, nyeri Bed rest
abdomen,
hepato-
splenomehali)
 Bradikardi relatif
dengan
penurunan nadi
sekitar 8 denyut
tiap suhu naik
1⁰C
 Px hepar, lien,
limfe
 Jika demam > 8
hari tidak perlu
rumple leed
51 Gastro-enteritis  BAB lembek/ cair  Vital sign Demam tifoid Cairan adekuat
bisa dengan  Px fiskk umum Colitis pseudo-
darah/ lendir (> 3 (tanda dehidrasi) membran R/ atapulgit tab No. X
x/ 24 jam)  Bising usus S prn tab II
 Nyeri perut lemah/ tidak ada (diberikan tiap diare
 Kembung (hypokalemia) cair sampai diare stop)
 Mual muntah  Nafas cepat R/ ciprofloxacin tab 500
 Tenesmus (asidosis mg No. X
metabolic) S 2 dd tab I

138
52 Disentri  Nyeri perut  Vital sign Infeksi E coli Cegah dehidrasi, bed
amoeba dan sebelah kiri  Px fisik umum Infeksi E coli rest
basiler  BAB encer terus (nyeri tekan enteroinvasive
menerus dengan abdomen, tanda Basiler :
darah/ lendir dehidrasi, R/ ciprofloxacin tab 500
 Muntah tenesmus) mg No. X
 Sakit kepala S 2 dd tab I

Amoeba : R/
metronidazole tab 500
mg No. XV
S 3 dd tab I

Tambahan :
R/ zinc tab 20 mg No.
X
S 1 dd tab I
53 Pendarahan GI  Saluran cerna  Vital sign DL Hemoptysis Stabilkan hemodinamik
atas : melena  Px fisik umum LFT Hematokezia (IV line), NGT
(BAB hitam),  RT Hemoroid
hematemesis Tumor colon R/ ranitidine inj. 50 mg/
(muntah darah) 2 ml ampul No. I
 Saluran cerna S imm
bawah :
hematokezia Saluran cerna bawah :
(BAB dengan IV line (RUJUK)
darah segar)
54 Hemoroid  Darah merah  Vital sign DL Kondiloma
grade I-II segar saat BAB  Tanda anemia akuminata
139
 Prolapse massa  Px status lokalis Rektal prolapse
 Pusing (grade I tidak
 Lemah ada kelainan,
 Pucat grade II ada
benjolan
mukosa, tidak
dapat dideteksi
dengan palpasi)
55 Hepatitis A  Demam  Vital sign Kadar bilirubin Icterus obstruktif
 Mata dan kulit  Px fisik umum urine Hepatitis B dan
kuning  Sclera ikterik SGOT/ SGPT C akut
 Nafsu makan  Px hepar dan naik 2x lipat Sirosis hepatis
turun spleen IgM anti HAV
 Nyeri otot dan (hepatomegaly)
sendi Pria : SGPT <
 Mual muntah 30, SGOT < 25
 Urine seperti teh Wanita : SGPT
 Feses pucat/ < 23, SGOT <
putih 21

56 Hepatitis B  Gejala > 6  Vital sign UL (kadar Perlemakan hati


minggu  Px fisik umum bilirubin Hepatitis
 Malaise (konjungtiva meningkat) autoimun
 Anorexia ikterik) DL Hepatitis
 Mual muntah  Px fisk SGOT/ SGPT alkoholik
 Icterus abdomen (nyeri naik 2x lipat
 Urine gelap tekan dan HBsAg
pembesaran
hati,

140
splenomegaly
dan
limfadenopati)
57 Kolesistitis  Demam  Vital sign DL (leukositosis) Angina pectoris
 Nyeri kolik perut  Px fisik umum Apendisitis akut
epigastrium dan (batu di saluran Ulkus peptikum
menjalar ke bahu empedu perforasi
kanan ekstrahepatik)
 Px fisik
abdomen
(teraba massa
kandung
empedu, nyeri
tekan, Murphy
sign +)
58 Appendicitis  Nyeri perut  Vital sign DL Kolesistitis akut Bed rest, cairan IV
akut kanan bawah  Px fisik Foto polos Divertikel mackel
 Mual muntah abdomen abdomen R/ asam mefenamat
 Anoreksia  Nyeri tekan tab 500 mg No. X
 Dysuria McBurney + S 3 dd tab I
 Demam  Rovsing, psoas,
obturator sign RUJUK
 Nyeri ketok +
 RT (nyeri tekan
jam 9-12)
59 Parotitis  Bengkak area  Vital sign Mumps :
depan telinga-  Px daerah R/ paracetamol tab 500
preaurikular mg No. XV

141
rahan bawah dan (edema, eritema, S 3 dd tab I
nyeri nyeri tekan)
 Malaise Bakteri (terapi
 Anoreksia simptomatik dan
 Demam antibiotic) :
R/ amoxicillin tab 500
mg No. XV
S 3 dd tab I
60 Taeniasis  Rasa tidak enak  Vital sign Px mikroskopik R/ albendazole tab 400
pada lambung  Px fisik umum feses mg No. III
 Mual (nyeri (ditemukan telur S 1 dd tab I
 Badan lemah epigastrium) taenia)
 BB turun
 Sakit kepala
 Konstipasi/ diare
61 ISK  Demam  Vital sign DL Urethritis R/ ciprofloxacin kap
 Dysuria  Px fisik umum UL Pyelonephritis 500 mg No. XIV
 BAK sedikit/  Px fisik ginjal BUN/SC S 2 dd kap I
sering (nyeri ketok Kadar gula
 Polakisuria CVA dan nyeri darah
 Nyeri suprapubik tekan
suprapubik)
62 Phimosis  Nyeri BAK  Vital sign Paraphimosis Sirkumsisi
 Mengejak saat  Preputium tidak Balanitis
BAK dapat diretraksi Angioderma
 Pancuran urine  Ujung preputium
mengecil menggelembung

142
 Benjolan lunak di
ujung penis
63 Pyelonefritis  Nyeri pinggang  Vital sign UL Urethritis akut R/ amoxicillin tab 500
uni/ bilateral (takikardi) Piuria (WBC > Sistisis akut mg No. XXI
timbul mendadak  Px fisik ginjal 5-10/ LPB) Apendisitis akut S 3 dd tab I
 Demam, (nyeri ketok Silinder WBC R/ paracetamol tab 500
menggigil CVA, nyeri Hematuria mg No. X
 Sering disertai tekan mikroskopis S 3 dd tab I
gejala sistisis suprapubik, Bakteriuria (>
distensi 104 koloni/ ml)
abdomen, bising DL (WBC naik)
usus menurun) Foto polos
abdomen (cek
ada batu/
obstruksi)
64 Paraphimosis Bengkak dan nyeri  Preputium Angioderma Sirkumsisi
pada penis tertarik ke Balanitis
belakang gland
dan tidak bisa
kembali
 Eritema, edema,
nyeri
 Warna biru-
hitam (jika
nekrosis)
65 Kehamilan  Haid stop  Vital sign Tes kehamilan Kehamilan palsu R/ sulfas ferrous tab 60
normal  Mual muntah  BB, TB, LILA (HCG +) Tumor uterus mg No. X
pagi DL (Hb) Kista ovarium S 1 dd tab I

143
 Ngidam  Px konjungtiva, R/ asam folat tab 250
 Sering BAK payudara, pg No. X
 Payudara ekstremitas S 1 dd tab I
bengkak dan  HPHT : tanggal
mengeras + 7 hari, bulan – Makanan seimbang
(putting lebih 3 bulan Aktivitas fisik tidak
gelap)  Obstetric berlebihan
 Px abdomen Cek gerak janin (week
(bekas luka 18-20 sampai lahir)
operasi, TFU, px
leopold (> 20
weeks)
 DJJ (120-160 x/
menit)
 Px vulva/ avgina
(kondiloma,
edema,
hemoroid,
candida, tumor,
inspekulo
serviks, infeksi)
66 Hyperemesis Mual muntah hebat,  Vital sign DL (Hb dan R/ dimenhidrinat tab 50
gravidarum pucat, nafsu makan  Px fisik umum HCT naik) mg No. X
turun, BB turun,  Inspekulo UL (urine pekat) S 4 dd tab I
nyeri epigastrium, (kehamilan) :
lemas, haus hebat serviks biru
 Px leopold (> 20
weeks)

144
67 ADB pada Badan lemah, lesu,  Vital sign DL (Hb < 11 Anemia penyakit R/ sulfas fumarat tab
kehamilan pucat, pengelihatan  Px fisik umum pada TI dan TIII, kronis 300 mg No. XX
kabur (konjungtiva Hb < 10,5 pada Trait thalassemia S 1 dd tab I
anemis, atrofi TII) Anemia
papil lidah, sideroblastik
stomatitis
angularis, kuku
sendok)
68 Rupture Pendarahan  Vital sign Episiotomy
perineum pervaginam  Px fisik genital
grade I-II (robekan
perineum,
pendarahan
arterial/
merembes)
 RT (grading)
69 Mastitis Nyeri dan bengkak  Vital sign R/ eritromisin tab 500
payudara, demam  Px payudara mg No. XXI
menggigil, myalgia (bengkak, S 3 dd tab I (10-14
hangat, hari)
kemerahan R/ paracetamol tab 500
batas tegas) mg No. X
S 3 dd tab I
70 Bacterial Duh tubuh putih/  Vital sign pH > 4,5 R/ metronidazole tab
vaginosis abu berbau amis  Px fisik genitalia Swab vagina 500 mg No. XIV
dan gatal  Palpasi Px mikroskopik S 2 dd tab I
bimanual (clue cell
dengan bakteri

145
kokoid melekat, Untuk ibu hamil dan
tidak ada WBC) menyusui :
R/ amoxicillin tab 500
mg No. XX s 4 dd tab I
71 Kandidiasis Duh tubuh tidak  Vital sign pH < 4,5 dan R/ fluconazole kap 150
vaginitis berbau dan eritema  Px fisik genitalia swab vagina mg No. I
vagina S 1 dd tab I
72 Trichomoniasis  Asimptom  Vital sign pH > 4,5 R/ metronidazole tab
 Duh kuning  Px fisik genitalia Swab vagina 500 mg No. XXI
kehijauan WBC > 10/ LPB S 3 dd tab I
berbuih dengan
bau amis

73 Syphilis (ulkus  Primer : lesi tidak  Vital sign Tes serologi Herpes simpleks R/ doxycylin tab 100
durum) nyeri di predileksi  Px fisik genitalia sifilis/ TSS Ulkus mole (GO) mg No. LX
 Sekunder : ruam/ Histopatologi S 2 dd tab I
bruntus kulit,
demam,
kelelahan, rasa
tidak nyaman,
KGB membesar
74 Gonorrhea  Kencing nanah  Vital sign Kultur ISK R/ ofloksasin tab 400
(ulkus mole)  Dysuria  Px fisik genitalia Urethritis herpes mg No. I
 Prostatitis (eritema, edema simpleks S 1 dd tab I (single
(demam, ekropion pada dose)
malaise, tidak orifisium uretra
nyaman di eksterna, duh

146
perineum dan tubuh
suprapubik) mukopurulen)
 KGB membesar
 RT (pria) : prostat
membesar dan
nyeri tekan
Inspekulo (wanita) :
serviks merah, erosi,
sekret mukopurulen
75 Vaginitis Bau, gatal/ pruritus,  Vital sign Swab vagina Bacterial Bacterial vaginosis :
keputihan, disura,  Px fisik genitalia pH cairan vaginosis R/ metronidazole tab
dyspareunia/ nyeri (iritasi, eritema/ vagina Trichomonas 500 mg
intercourse edema vulva dan Whiff test + (jika vaginalis S 2 dd tab I (1 minggu)
vagina, eritema ada bau amis Vulvovaginitis
serviks) saat ditetes candida (putih Trikominas vaginosis :
KOH) seperti keju, R/ metronidazole tab 2
gejala gatal, gr
panas, S 1 dd tab I (single
keputihan, ada dose/ SD)
pseudohifa)
Vulvovaginitis :
R/ fluconazole tab 150
mg
S 1 dd tab I (SD)
76 Vulvitis Rasa terbakar di Px fisik genitalia Dermatitis Hindari allergen
genitalia, gatal, (kulit vulva tebal dan alergika
kemerahan, iritasi, eritema, lesi sekitar R/ hidrokortison zalf
keputihan vulva, cairan kental 1% tube No. I
dan bau) S 2 dd ue
147
77 DM tipe II  Polifagia  Vital sign GD puasa > 126 Sindrom Modif lifestyle
 Polyuria  Px fisik umum GD sewaktu > metabolic
 Polydipsia  BB/ TB (BMI) 200 DM tipe I R/ metformin tab 500
 BB turun  Px visus HbA1C mg No. XX
penyebab tidak  Px jantung UL S 3 dd tab I
jelas  Px ekstremitas R/ noverapid flexpen
 Lemah,  Px kulit No. I
kesemutan, mata (akantosis S 3 dd 10 IU SC
kabur, disfungsi nigrikans)
ereksi, pruritus HbA1C :
vulva < 7 (metformin)
7,5-9 (metformin +
glibenklamid)
> 9 (insulin)
78 Hiperurisemia  Bengkak sendi  Vital sign Rontgen Sepsis arthritis R/ prednisone tab 5 mg
(Gout arthritis)  Nyeri mendadak  Look feel move Kadar asam urat RA No. X
saat malam sendi > 7 mg/ dL S 3 dd tab I
 Rasa panas dan R/ natrium diklofenak
kemerahan tab 25 mg No. X
 Demam, S 3 d dd tab I pc
menggigil, nyeri
badan Menurunkan asam
urat, tidak dipakai saat
serangan akut :
R/ allopurinol tab 100
mg No. X
S 1 dd tab I
79 Dyslipidemia Asimptom  Vital sign Lab Nutrisi medis/ modif
 Antropometri lifestyle
148
Kolesterol total
(baik jika < 200, Diberikan setelah terapi
borderline jika non farmako selama 6
200-239) weeks dan tidak
LDL (baik jika < berhasil :
100, borderline R/ simvastatin tab 10
jika 130-159) mg No. X
HDL (rendah S 1 dd tab I h.v (saat
jika < 40, tinggi malam)
jika > 60)
Trigliserida
plasma (baik
jika < 150,
borderline jika
150-199)
80 Hipoglikemia Gemetar, rasa  Vital sign (TD GD sewaktu < Syncope vagal  Gula murni 30 gr (2
lapar, pusing, turun, nadi naik) 60 mg/ dL atau Stroke/ TIA sdm)/ sirup/ permen
keringat dingin,  GCS < 80 mg/ dL  Stop obat
berdebar, gelisah,  Defisit neurologic dengan gejala hipoglikemia
penurunan fokal sesaat sementara
kesadaran (reflex patologis  Pertahankan GD
+ pada 1 sisi sekitar 200 mg/ dL
tubuh) jika sebelumnya
tidak sadar
81 Malnutrisi  Kwashiorkor :  Vital sign DL (Hb, HCT) Sindrom nefrotik
energy protein edema, ascites,  Px fisik (tanda Gula darah Sirosis hepatis
wajah sembab, dehidrasi, Hapusan darah
pandangan layu, demam, UL
rambut tipis/ pneumonia, LFT
149
rambut jagung, gagal jantung, Antropometri
anak rewel dan pucat, Foto thorax
apatis) pembesaran hati, Uji tuberkulin
 Marasmus : icterus, ulkus
sangat kurus, mulut)
rewel, kulit  Def vitamin A
keriput, old face (konjungtiva
kering, ulkus
kornea,
keartomalasia)
 BB/ TB (< 70%/ -
3 SD)
 LILA < 11,5 cm
(usia anak 6-59
bulan)

82 ADB Lemah, letih, lesu,  Vital sign DL (Hb, HCT, Anemia def vit R/ sulfas ferrous tab
pengelihatan kabur,  Px fisik WBC, PLT, B12 200 mg No. X s 3 dd
pucat, pusing, (konjungtiva MCV, MCH, Anemia aplastic tab I
konsentrasi turun, pucat, disfagia, MCHC) Anemia hemolitik R/ vitamin C tab 500
sesak nafas atrofi papil lidah, Hapusan darah mg No. X
stomatitis LFT S 1 dd tab I
angularis, UL
clubbing finger) TIBC naik
 Px hepar dan lien
83 HIV/ AIDS Demam , diare > 1  Vital sign Hitung jenis Herpes R/ FDC HIV tab (AZT +
tanpa bulan, BB turun >  Px fisik umum WBC TB 3TC + EFV) No. XXX
komplikasi 10%, kandidiasis (kulit kering, (limfopenia dan S 2 dd tab I
CD4 < 250)
150
oral, KGB dermatitis Foto thorax Pada wanita, EFV
membesar seboroik, infeksi diganti NV (?)
herpes simpleks
dan zoster,
kandidiasis oral,
leukoplakia, ronki
basah halus,
KGB membesar)
84 SLE Kelelahan, nyeri  Vital sign Darah perifer Mixed R/ natrium diklofenak
sendi berpidah,  Px fisik (BB lengkap connective tab 50 mg No. X
rambut rontok, turun, myalgia, (leukopenia, tissue disease S 2/3 dd tab I
rumah wajah/ arthralgia/ trombositopenia, Sindrom
butterfly rash, sakit arthritis, ruam, anemia) vaskulitis RUJUK
kepala, demam, sesak, batuk BUN/SC naik
ruam kulit karena kering, ronki di LED naik
paparan matahari basal, murmur UL (hematuria,
sistolik, proteinuria)
miokarditis, Foto thorax
jantung coroner) (efusi pleura)
85 Limfadenitis KGB bengkak,  Vital sign (suhu BTA sputum Mumps R/ eritromisin tab 500
demam, nafsu dan nadi naik) LED Kista duktus mg No. XV
makan hilang,  Px fisik (KGB Uji mantoux triglosus S 3 dd tab I
keringat berlebih membesar, Darah perifer Kista dermoid R/ paracetamol tab 500
rubella di leher lengkap mg No. X
bagian posterior) S 3 dd tab I
 Virus : KGB
bilateral

151
 Bakteri : nyeri
tekan, merah,
hangat
 Keganasan :
keras, immobile
86 Demam  Demam 2-7 hari  Vital sign (TD, DL (WBC < DBD R/ paracetamol syr 120
dengue timbul mendadak suhu 40⁰C) 4000, PLT < Malaria mg/5 ml fls No. I
(demam bifasik)  Tanda dehidrasi 100.000) S 3 dd c.orig I
 Nyeri kepala,  Rumple leed +
retroorbital, otot,  Hepatomegaly
tulang  Ascites -
 Ruam kulit
87 Demam Demam 2-7 hari  Vital sign DL (leukopenia, R/ paracetamol syr 120
berdarah Fase :  Uji tourniquet + trombositopenia, mg/5 ml fls No. I
dengue/ DBD I (1-3 hari) : 40⁰C  Hepatomegaly HCT > 20%) S 3 dd c.orig I
II (4-5 hari) : 37⁰C  Ascites + Albumin < 3,5 g/
 Efusi pleura dL Ringer lactate (IV) :
III (6-7 hari) : 37⁰C
< 15 kg (7 ml/ kg/ jam),
15-40 kg (5 ml/ kg/
jam), > 40 kg (3 ml/ kg/
jam)
88 Malaria  Demam hilang  Vital sign Hapusan darah Demam dengue Untuk BB < 60 kg :
timbul (demam, nadi tebal dan tipis Demam tifoid R/ FDC tab
 Saat demam cepat, nafas Rapid diagnostic Leptospirosis (dihidroartemisin +
hilang : cepat/ takipneu) test piperakuin) No. IX
menggigil,  Px fisik umum S 1 dd tab III
berkeringat, sakit (konjungtiva R/ primakuin tab 15 mg
kepala, nyeri otot anemis, sclera No. II

152
dan sendi, nafsu ikterik, bibr S 1 dd tab II
makan turun, sianosis, hepato-
sakit perut, mual splenomegali, Untuk BB > 60 kg :
muntah, diare ascites, urine R/ FDC tab
 Riwayat coklat/ hitam, (dihidroartemisin +
bepergian ke dysuria/ anuria, piperakuin) No. XII
daerah endemis akral dingin S 1 dd tab IV
R/ primakuin tab 15 mg
No. III
S 1 dd tab III
89 Fraktur terbuka  Patah tulang  ABC Foto polos AP/  Irigasi luka
setelah trauma  Vital sign lateral  Imobilisasi fraktur
 Nyeri, sulit  Look (ada luka  Infus dan antibiotic
digerakkan, terbuka, bone intravena
bengkak, exposure)
perubahan  Feel (nyeri tekan,
warna deformitas)
 Move (tidak
dapat
digerakkan)
 Grade : I (fraktur
terbuka dengan
luka kulit < 1 cm
dan bersih), II
(fraktur terbuka
dengan luka kulit
> 1 cm, tanpa
kerusakan
jaringan lunak,
153
kontaminasi
sedang), III
(fraktur terbuka
dengan
kerusakan
jaringan lunak
luas)
90 Fraktur tertutup  Riwayat trauma  ABC Foto polos AP/ Pembidaian
 Nyeri  Vital sign lateral
 Sulit digerakkan  Look (deformitas R/ asam mefenamat
 Deformitas jaringan tulang tab 500 mg No. X
 Bengkak tapi tidak S 3 dd tab I pc prn
menembus kulit)
 Feel (teraba
deformitas, nyeri
tekan, bengkak)
 Move (tidak
dapat
digerakkan)
91 Polymyalgia  Nyeri dan kaku  Vital sign LED ≥ 40 mm/ Amyloidosis R/ prednisone tab 10
rematik bahu dan pinggul  Px fisik (bengkak jam Osteoarthritis mg No. X
 Sulit bangun dari ekstremitas distal S 3 dd tab I
tempat tidur dengan pitting
 Kekakuan pagi > edema, kekuatan
1 jam otot normal, tidak
ada atrofi, nyeri
pada bahu dan

154
panggul saat
gerak)
92 Rheumatoid  Nyeri tekan  Vital sign LED naik (< 10 SLE R/ natrium diklofenak
Arthritis banyak sendi  Px fisik pada wanita, < Osteoarthritis tab 50 mg No. X
(PIP/ proximal  Look (bengkak/ 15 pada pria) S 2 dd tab I
interphalangeal, efusi sendi) Radiologi R/ prednisone tab 5 mg
MCP/  Feel (nyeri tekan tangan dan kaki No. X
metacarpo- sendi, teraba Rheumatoid S 3 dd tab I
phalangeal, hangat) factor +
MTP/ metatarso-  Move (gerakan
phalangeal, terbatas)
pergelangan
tangan, bahu,
lutut, kaki)
 Bengkak,
gerakan terbatas
 Kaku pada pagi
hari > 1 jam
93 Osteoarthritis  Nyeri sendi  Vital sign Radiologi Arthritis Gout R/ natrium diklofenak
 Hambatan  BB/TB Rheumatoid tab 50 mg No. X
gerakan sendi  Look Arthritis S 2 dd tab I
 Krepitasi (pembengkakan
 Pembesaran asimetris, gaya
sendi jalan)
 Perubahan gaya  Feel (krepitasi)
berjalan  Move (hambatan
gerak)

155
94 Vulnus  Trauma, jejas,  Vital sign Tergantung berat luka
memar, bengkak,  Look (jejas, (bersihkan luka,
nyeri, rasa panas memar) hecting)
daerah trauma  Feel (nyeri, rasa
 Punctum/ tusuk panas)
 Scisum/ sayatan  Move
 Schiopetorum/
tembak
 Moisum/ gigitan
 Perforatum/
tembus
 Laceratum/ robek
 Ekskoriasi/ lecet
 Contusum/
kontusio
95 Lipoma Benjolan, teraba  Vital sign Penusukan Abses Eksisi lipoma
empuk  Look (benjolan) jarum untuk Liposarcoma
 Feel (empuk) mengetahui isi Pasca eksisi :
 Move (bergerak massa R/ paracetamol tab 500
jika ditekan) Biopsy mg No. XV
S 3 dd tab I pc prn
R/ amoxicillin tab 500
mg No. XV
S 3 dd tab I
96 Miliaria (biang Gatal, ada vesikel  Vital sign Morbili R/ bedah salisil 2% No.
keringan) saat berkeringat  Px fisik kulit Folikulitis I
 M. kristalina S 2 dd ue
(vesikel miliar,

156
mudah pecah R/ klorfeniramin meleat
dengan garukan) tab 4 mg No. X
 M. rubra (vesikel S 3 dd tab I
miliar/ Atau
papulovesikel R/ klorfeniramin meleat
diatas dasar syr 2 mg/ 5 ml fls No. I
eritematosa, S 3 dd c.orig I
tersebar diskret)
 M. profunda
(papul putih
keras 1-3 mm,
mirip folikulitis
ada pustule)
97 Veruka vulgaris Kutil pada kulit  Vital sign Histopatologi Kalus Kauterisasi
 Px fisik kulit Komedo
(papul multiple, Moluskum R/ salicyclic acid 20%
berbentuk bulat, kontangiosum 15 gr No. I
warna seperti S ue
kulit sampai
keabuan ukuran
≤ 1 cm)

98 Herpes zoster Nyeri radikuler,  Vital sign Herpes simpleks R/ acyclovir tab 400 mg
demam, pusing,  Px fisik kulit Dermatitis No. LXX
malaise, vesikel (vesikel multiple, venerate S 5 dd tab II
berbentuk bulat R/ bedak salisil 2% No.
dengan dasar I
eritema dengan S 2 dd ue

157
distribusi
dermatomal)
99 Herpes  Vulvovaginitis  Vital sign Impetigo bulosa R/ acyclovir tab 400 mg
simpleks (HSV akut/  Px fisik kulit Ulkus genitalis No. XXV
I pada anak, peradangan (vesikel multiple S 5 dd tab I
HSV II pada pada kulit datang dengan dasar
dewasa karena penis eritema, bentuk
kontak seksual)  Demam, bulat dengan
malaise, distribusi di
myalgia, nyeri daerah
kepala predileksi)
100 Moluskum Papul  Vital sign Miliaria
kontangiosum  Px fisik kulit Komedo
(papul multiple,
bentuk bulat
berwarna putih
mengkilat,
ukuran lentikuler
dengan delle
pada puncak
papul)
101 Reaksi gigitan  Gatal, tidak  Vital sign Prurigo R/ klorfeniramin meleat
serangga nyaman, nyeri,  Px fisik (urtikaria tab 4 mg No. X
kemerahan multiple, bentuk S 3 dd tab I
 Reaksi delayed : numular/ plakat, R/ betametason valerat
kelemahan, disekitar, kulit cream 0,05% No. I
dizziness, sekitar eritema) S 2 dd ue
hipotensi

158
102 Scabies  Gatal hebat  Vital sign Px mikroskopis Pioderma R/ cream permethrin
terutama malam  Px fisik kulit (kerokak kulit) Dermatitis 5% lab No. I
 Lesi timubul di (plak/ macula S uc
stratum korneum eritema multiple R/ klorfeniramin meleat
yang tipis (sela berbatas tegas tab 4 mg No. X
jari, pergelangan bentuk S 3 dd tab I
aksila, umbilicus, terowongan/
areola mammae) kanalikuli, warna
putih/ abu,
panjang kira 1
cm, ada papul/
verikel/
ekskoriasi di
bukaan
terowongan)
103 Pedikulosis Kepala gatal  Vital sign Tinea kapitis R/ cream rinse
kapitis  Px fisik kulit Pioderma permethrin 1% lab No. I
kepala S uc

Rambut dicuci dengan


sampo biasa lalu
dioleskan cream
permethrin, tutup kain
selama 2 jam, lalu bilas
dan sisir dengan sisir
serit
104 Pedikulosis Gatal pubis meluas  Vital sign px fisik Dermatitis R/ emulsi benzyl
pubis ke abdomen (bercak abu/ biru seboroik benzoate 25% No. I
Dermatomikosis S uc
159
di pubis, KGB R/ klorfeniramin maleat
membesar) tab 4 mg No. X
S 3 dd tab I
R/ cream miconazol
2% tube No. I
S 2 d d ue
105 Dermatofitosis  Bercak merah  Vital sign Lampu wood Dermatitis R/ cream miconazol 25
bersisik yang  Px fisik kulit KOH 10% (hifa Pitiriasis rosea tube No. I
gatal (macula eritema panjang S 2 dd ue
 Tinea kapitis : multiple batas bersepta)
kepala rambut tegad bentuk
 Tinea barbae/ geografika,
dagu ukuran numular-
 Tinea kruris/ plakat, central
genital healing + dengan
 Tinea pedis/ kaki tepi aktif
tangan distribusi
 Tinea unguium/ unilateral)
jari
 Tinea korporis/
selain yang
sudah
disebutkan
seperti di badan
106 Pitiriasis/ tinea Bercak putih pada  Vital sign Lampu wood Vitiligo R/ cream ketoconazol
versikolor kulit yang gatal  Px fisik kulit (kuning Dermatitis 2% tube No. I
ringan saat (macula keemasan) seboroik S 2 dd ue
berkeringat hipopigmentasi

160
multiple, batas KOH 10%
tegas, bentuk (spaghetti and
bulat-geografika meatball
dengan skuama appearance)
putih halus
diatasnya,
distribusi
unilateral)
107 Pioderma  Ada luka/ koreng  Vital sign Pewarnaan R/ amoxicillin tab 500
(ulkus yang awalnya  Px fisik kulit Gram mg No. XV
dangkal) seperti bintik  Folikulitis (papul DL S 3 dd tab I
gatal berisi eritema gatal dan
cairan/ nanah perih)
yang nyeri  Furunkel (papul,
 Folikulitis vesikel/ pustule
(radang folikel dengan eritema
rambut) di sekitarnya
 Furunkel (radang yang nyeri)
folikel rambut  Karbunkel
dan jari sekitar) (beberapa
 Furunkulosis furunkel yang
(beberapa berkonfluensi
furunkel membentuk
tersebar) nodus supurasi)
 Karbunkel  Impetigo
(kumpulan krustosa (krusta
beberapa kering kuning)
furunkel)  Impetigo bulosa
(vesikel/ bulosa
161
 Impetigo dengan lesi bula
krustosa hipopion, isi pus)
 Impetigo bulosa
 Ektima
108 Erisipelas Demam, malaise,  Vital sign Lampu wood Selulitis R/ paracetamol tab 500
gatal, rasa terbakar,  Px fisik kulit (merah cerah) Urtikaria mg No. X
nyeri, bengkak (eritema DL (leukositosis) S 3 dd tab I
berwarna merah R/ cefixime tab 100 mg
cerah berbatas No. X
tegas dengan S 3 dd tab I
pinggir meninggi
dan tanda
radang akut)
109 Dermatitis  Bercak merah  Vital sign Psoriasis R/ cream hidrokortison
seboroik  Kulit kasar  Px fisik kulit Kandidosis asetat 1% tube No. I
 Awalnya (papul-plak Otomikosis S 2 dd ue
ketombe ringan eritema, skuama OE R/ loratadine tab 10 mg
lalu menjadi kekuningan No. X
kopeng dan berminyak, batas S 1 dd tab I
berbau tidak tidak tegas, di
sedap kulit kepala,
belakang telinga,
alis, liang telinga
luar)
110 Dermatitis Gatal hilang timbul  Vital sign Px IgE serum Dermatitis R/ cream desonid
atopic sepanjang hari,  Px fisik kulit seboroik 0,05% tube No. I
awalnya hanya  Kriteria mayor : Dermatitis
malam hari pruritus, kontak

162
dermatitis di Untuk likenifikasi dan
wajah/ ekstensor hiperpigmentasi :
pada bayi dan R/ cream betametason
anak, dermatitis valerat 0,1% tube No. I
di fleksura pada S 2 dd ue
dewasa, R/ loratadine tab 10 mg
dermatitis kronis/ No. X
berulang, riwayat S 1 dd tab I
atopi Atau
 Kriteria minor : R/ loratadine syr 5 mg/
xerosis, infeksi 5 ml lag No. I
kulit, ichtyosis, S 1 dd cth ½ (BB <30
pitiriasis alba, kg), cth I (2-12 tahun,
cellulitis, BB >30 kg), cth II (> 12
konjungtivitis tahun, dewasa)
berulang,
keratokonus,
gatal bila
berkeringat,
hipersensitif
terhadap
makanan, mulai
muncul sejak
anak)
111 Liken simpleks Gatal terutama  Vital sign Dermatitis atopic R/ klorfeniramin maleat
kronik malam hari  Px fisik kulit tab 4 mg No. X
(likenifikasi/ S 3 dd tab I
penebalan
dengan RUJUK
163
hiperpigmentasi
ukuran letikuler-
plakat)
112 Dermatitis Gatal dengan  Vital sign Dermatitis R/ cream urea 10%
kontak alergi riwayat kontak  Px fisik kulit kontak iritan tube No. I
bahan allergen (seperti S 2 dd ue (pelembap)
(obat topical, dermatitis pada R/ cream desonid
kosmetik, umumnya) 0,05% tube No. I
pekerjaan) S 2 dd ue
R/ loratadine tab 10 mg
No. X
S 1 dd tab I
113 Dermatitis Gatal, bercak  Vital sign Dermatitis R/ cream urea 10%
kontak iritan kemerahan dengan  Px fisik kulit kontak alergi tube No. I
riwayat kena bahan (seperti S 2 dd ue (pelembap)
iritan (sabun cuci, dermatitis pada R/ cream desonid
pekerjaan tukang umumnya) 0,05% tube No. I
cuci, chef, tukang S 2 dd ue
bangunan, montir, R/ loratadine tab 10 mg
penata rambut) No. X
S 1 dd tab I
114 Pitiriasis rosea Lesi kemerahan  Vital sign KOH 10% Tinea korporis R/ bedak asam salisilat
mirip pohon cemara  Px fisikkulit (lesi Erupsi obat lag No. I
terbalik pertama disebut S 2 dd ue
herald patch
umumnya soliter
di badan dengan
bentuk oval dan
anular, ada
164
eritema dengan
skuama halus
diatasnya)
115 Eritrasma Keluhan subjektif  Lokasi : lipat Lampu Wood Pitiriasis rosea R/ tetrasiklin cream 3%
(gatal dengan durasi paha dalam (merah) Dermatitis No. I
bbrp bulan/ tahun) hingga skrotum, seboroik S 2 dd ue
aksila, R/ eritromisin tab 250
intergluteal mg No. XXX
 Eritema luas S 4 dd tab I
batas tegas
dengan skuama
halus kadang
erosive
 Kadang ada
likenifikikasi dan
hiperpigmentasi
116 Acne vulgaris Erupsi kulit  Vital sign Acne venenata R/ asam salisilat 2%
ringan polimorfik pada  Px fisik kulit Rosasea cream tube No. I
predileksi (nyeri (komedo berupa Dermatitis S 2 dd ue
atau gatal, mslh papul miliar perioral R/ eritromisin tab 250
estetika) mengandung mg No. XX
sebum) S 4 dd tab I
 Open comedo :
hitam
 Closed comedo :
outih
 Predileksi :
wajah, bahu,

165
dada dan
punggung
bagian atas
117 Urtikaria Gatal, seperti Vital sign Skin prick/ patch Purpura R/ loratadine tab 10 mg
tersengat/ tertusuk Px fisik kulit (ruam/ test analfilaktoid No. X
dengan riwayat patch eritema batas Pitiriasis rosea S 1 dd tab I
alergi tegas)
118 Exanthematous Gatal ringan-berat  Vital sign Morbili Stop obat
drug eruption yang muncul  Px fisik kulit Fixed drug
setelah memakai (erupsi eruption R/ prednisone tab 10
obat sistemik makulopapular mg No. XXI
(antibiotic/ analgetik dengan S 3 dd tab I
NSAID) predileksi R/ loratadine tab 10 mg
tungkai, lipat No. X
paha dan ketiak) S 1 dd tab I
119 Cutaneous Gatal dan panas di  Vital sign DL Dermatofitosis Modif lifestyle
larva migrans tempat infeksi  Px fisik kulit (lesi LFT Dermatitis
dengan riwayat papul eritema Dermatosis R/ albendazole tab 400
berjalan tanpa alas yang menjalar mg No. III
kaki dan sering dan tersusun S 1 dd tab I
kontak dengan linear/ berkelok R/ loratadine tab 10 mg
tanah mirip benang) No. X
S 1 dd tab I
120 Luka bakar  Kulit nyeri dan  Vital sign Persentase luka Dewasa :
derajat I-II merah  Px fisik kulit bakar : RL 4 cc x BB x % luas
 Derajat I :  I : hiperemi, Kepala 9% luka bakar
epidermis/ eritema,
superfisial Anak :

166
 Derajat II : ada perabaan Kedua RL 2 cc x BB x % luas
bula (epidermis hangat, nyeri ekstremitas atas luka bakar
dan sebagian  IIA : kena bagian 9%
dermis) atas dermis Dada 9%
 IIB : kena hampir Punggung 9%
seluruh dermis Area genitalia
1%
Ekstremitas
bawah kanan
18%
Ekstremitas
bawah kiri 18%
121 Angina pectoris Nyeri dada daerah  Vital sign EKG normal GERD R/ isosorbit dinitrat tab
stabil (jika sternum seperti  Px fisik jantung Foto thorax Gastritis akut 5 mg No. I
muncul saat tertekan benda (kardiomegali) (normal/ S 1 dd tab I sublingual
istirahat makan berat yang timbul kardiomegali) R/ aspirin tab 160 mg
tidak stabil) saat aktivitas No. I
dengan durasi 1-5 S 1 dd tab I
menit
122 Infark miokard  Nyeri dada  Vital sign EKG Unstable angina R/ isosorbit dinitrat tab
seperti tertekan  Px fisik jantung Enzim jantung pectoris/ UAP 5 mg No. III
dengan nyeri (pucat, aritmia, STEMI (troponin Stable angina S 1 dd tab I sublingual
menjalar murmur/ S3 naik) pectoris/ SAP R/ morfin tab 5 mg No.
 Sesak gallop, JVP naik) NSTEMI (ST I (satu)
 Mual muntah normal, CKMB S 1 dd tab I
dan troponin
naik)
CKMB normal :
< 24
167
Troponin T
normal : < 0,1
123 Takikardia Palpitasi, sesak  Vital sign (HR > EKG (pada AF  Oksigen masker
nafas, mudah lelah, 100x/ menit) tidak ada 10-15 L/ menit
nyeri/ tidak nyaman  SVT (> 150, gelombang P  Vagal maneuver
kompleks QRS (carotid sinus
sempit) massage)
 VT (> 150,  Infus (adenosine 6
kompleks QRS mg bolus cepat)
lebar)
124 Gagal jantung  Sesak saat  Vital sign Foto thorax PPOK  Oksigen 2-4 L/
aktivitas  Px fisik jantung EKG Pneumonia menit
 Gg nafas pada (JVP naik, DL  Infus + furosemide
perubahan posisi kardiomegali, 600 mg/ jam bolus
 Sesak malam gallop)
hari  Px fisik paru R/ furosemide tab 40
(ronki) mg No. XXX
 Hepatomegaly S 1 dd tab I
 Ascites R/ captopril tab 25 mg
 Edema perifer No. XXX
S 2 dd tab I
125 Cardiac arrest Pasien tidak sadar  ABC (tidak EKG (ventricular RJP
sadar, nafas -, fibrillation) Oksigen dan IV line
nadi -) MONA (morfin injeksi 5
 GCS mg, oksigen,
nitrogliserin/ isosorbit
dinitrat 5 mg, aspirin
160 mg)

168
126 Hipertensi/ HT Sakit dan nyeri  Vital sign (TD Lab White collar R/ captopril tab 25 mg
kepala, nyeri naik) UL (proteinuria) hypertension Np. XXX
tengkuk  Px fisik jantung GD sewaktu Nyeri karena S 3 dd tab I
 JVP Profil lipid tekanan R/ furosemide tab 40
 Pre HT : 120- BUN/SC intraserebral mg No. X
139/ 80-89 Foto thorax Ensefalitis S 1 dd tab I
 Stage I HT : 140- EKG
159/ 80-99 Fundoskopi
 Stage II HT :
≥160/ ≥100
127 Hipertiroid  Taki kardi  Vital sign TSH serum Sindrom R/ propiltiourasil tab
 Tremor  Px fisik tiroid turun Ashimoto 100 mg No. x
 BB turun tapi TS, T4 naik Graves disease S 3 dd tab I/ II
nafsu makan R/ propranolol tab 20
baik mg No. X
 Gondok S 1 dd tab I
 Exopthalmus
 Tidak tahan
panas
 Keringat berlebih
128 Hipotiroid  Kulit kering dan  Vital sign TSH serum naik R/ lexothyroxine tab
pecah-pecah  Px fisik tiroid T3, T4 turun 100 mg No. X
 Kejang otot S 1 dd tab I
 Bradikardi
 Konstipasi
 BB naik
 Gg menstruasi

169
129 Bipolar Perubahan mood  Vital sign R/ lithium tab 200 mg
 Px psikiatri No. XX
S 2 dd tab I
Atau
R/ asam valproate tab
500 mg No. XX
S 2 dd tab I

Antipsikotik :
R/ risperidone tab 2 mg
No. X
S 1 dd tab I
130 Filariasis  Demam berulang  Vital sign Darah tepi Thrombophlebitis R/ dietil karbamazin
3-5 hari (dapat  Px fisik umum (leukositosis) TB sitrat tab 100 mg No.
hilang jika LXX
istirahat) S 3 dd tab II
 KGB bengkak
tanpa luka
 Pembesaran
tungkai dan
payudara
131 Keratitis  Mata terasa  Vital sign Konjungtivitis R/ levofloxacin 1%
berpasir  Px fisik mata Skleritis eyedrop fls No. I
 Penurunan visus anterior S 4 dd gtt 1 OD/OS
 Mata merah

170
Cases

1. Seorang perempuan berusia 25 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan sakit


kepala sejak 1 hari yang lalu
2. Seorang perempuan berusia 25 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan bicara
pelo sejak 1 hari yang lalu
3. Seorang perempuan berusia 25 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan tidak
dapat menutup mata sejak 1 hari yang lalu
4. Seorang laki-laki berusia 35 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri hebat
di pipi kanan sejak 2 hari yang lalu
5. Seornag perempuan berusia 35 tahun diantar keluarganya ke UGD RS dengan
keluhan kejang sejak 1 jam yang lalu. Riwayat demam sejak 3 hari yang lalu
6. Seorang perempuan berusia 25 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan tidak
bisa tidur sejak 1 minggu yang lalu
7. Seorang perempuan berusia 25 tahun diantar ayahnya ke poliklink dengan keluhan
sering bicara sendiri sejak 1 bulan yang lalu
8. Seorang perempuan berusia 25 tahun diantar ibunya ke poliklinik dengan keluhan
suka mengurung diri di kamar sejak seminggu yang lalu
9. Seorang perempuan berusia 25 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan cemas
akan ujian nasional bulan depan
10. Seorang perempuan berusia 25 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan sering
terbangun di malam hari karena mimpi buruk sejak 1 bulan yang lalu
11. Seorang perempuan berusia 25 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan benjolan
pada kelopak mata kanan sejak 3 hari yang lalu
12. Seorang perempuan berusia 25 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan mata
merah sejak 3 hari yang lalu
13. Seorang laki-laku berusia 40 tahun datang ke poliklink dengan keluhan telinga
terasa penuh sejak 4 hari yang lalu
14. Seorang laki-laki berusia 30 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri telinga
kanan sejak 1 hari yang lalu
15. Seorang perempuan berusia 20 tahun datang diantar keluarganya ke UGD dengan
keluhan keluar darah dari hidung sejak 1 jam yang lalu
16. Seorang laki-laki berusia 50 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan batuk sejak
2 bulan yang lalu
171
17. Seorang laki-laki berusia 50 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan batuk sejak
3 hari yang lalu
18. Seorang laki-laki berusia 50 tahun datang diantar oleh keluarganya ke UGD dengan
keluhan sesak nafas sejak 1 hari yang lalu
19. Seorang laki-laki berusia 35 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri
menelan sejak 2 hari yang lalu
20. Seorang laki-laki berusia 30 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan suara serak
sejak 3 hari yang lalu
21. Seorang laki-laki berusia 50 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan sakit kepala
sejak kemarin
22. Seorang laki-laki berusia 65 tahun diantar keluarganya ke UGD dengan keluhan
nafas terasa berat sejak 1 jam yang lalu
23. Seorang perempuan berusia 25 tahun diantar keluarganya ke UGD dengan keluhan
rasa berdebar-debar sejak 1 jam yang lalu
24. Seorang perempuan berusia 25 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri
ulu hati sejak 1 hari yang lalu
25. Seorang perempuan berusia 35 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan
mencret sejak 1 hari yang lalu
26. Seorang laki-laki berusia 35 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan mata
kuning sejak 1 minggu yang lalu
27. Seorang laki-laki berusia 55 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan muntah
sejak 2 jam yang lalu
28. Seorang laki-laki berusia 55 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan benjolan
di anus sejak 3 hari yang lalu
29. Seorang laki-laki berusia 50 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri
pinggang sejak 1 hari yang lalu
30. Seorang laki-laki berusia 50 tahun datang ke UGD dengan keluhan kencing
berdarah sejak 2 jam yang lalu
31. Seorang perempuan berusia 25 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri
kencing sejak 1 hari yang lalu
32. Seorang laki-laki berusia 45 tahun datang ke UGD dengan keluhan tidak bisa
kencing sejak 1 hari yang lalu
33. Seorang laki-laki berusia 70 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan kencing
tidak puas sejak 2 hari yang lalu

172
34. Seorang perempuan berusia 30 tahun datang ke puskesmas untuk memeriksakan
kehamilannya
35. Seorang perempuan berusia 30 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan
keputihan sejak 1 minggu yang lalu
36. Seorang perempuan hamil berusia 25 tahun diantar suaminya ke UGD dengan
keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak 1 jam ynag lalu
37. Seornag perempuan 30 tahun diantar ke poliklinik dengan keluhan bengkak pada
payudara sejak 2 hari yang lalu
38. Seorang perempuan berusia 25 tahun datang ke puskesmas untuk berkonsultasi
dalam menggunakan kontrasepsi
39. Seorang laki-laki berusia 25 tahun diantar temannya ke Puskesmas dengan
keluhan nyeri pada pergelangan tangan sejak 1 jam yang lalu
40. Seorang perempuan berusia 50 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri
lutut kiri sejak 1 bulan yang lalu
41. Serang laki-laki berusia 30 tahun diantar keluarganya ke UGD dengan keluhan
nyeri dan tidak dapat menggerakkan jari kaki kiri setelah kecelakaan lalu lintas
sejak 1 jam yang lalu
42. Seorang laki-laki berusia 30 tahun diantar temannya ke UGD dengan keluhan luka
robek pada kaki kanan sejak 30 menit yang lalu
43. Seorang laki-laki berusia 35 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan benjolan
pada tangan kanan sejak 1 bulan yang lalu
44. Seorang laki-laki berusia 20 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan gatal-gatal
di sela jari tangan dan kaki sejak 1 minggu yang lalu
45. Seorang laki-laki berusia 45 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan bentol-
bentol berair di punggung sejak 3 hari yang lalu
46. Seorang anak laki-laki berusia 7 tahun diantar orangtuanya ke poliklinik dengan
luka-luka disekitar hidung sejak 3 hari yang lalu
47. Seorang anak laki-laki berusia 5 tahun diantar orangtuanya ke poliklinik dengan
keluhan demam sejak 5 hari yang lalu
48. Seorang anak perempuan berusia 5 tahun diantar orangtuanya ke poliklinik dengan
keluhan bercak merah di seluruh badan sejak 3 hari yang lalu
49. Seorang anak laki-laki berusia 2 tahun diantar orangtuanya ke poliklinik dengan
keluhan diare sejak kemarin
50. Seorang anak perempuan berusia 2 tahun diantar orangtuanya ke UGD dengan
keluhan kejang sejak 30 menit yang lalu
173
51. Seorang anak laki-laki diantar orangtuanya ke UGD dengan keluhan sesak nafas
sejak 30 menit yang lalu

174
175

Anda mungkin juga menyukai