Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Administrasi Bisnis

Volume 11, Nomor 1, Maret 2022, pp. 31-42


P-ISSN: 2252-3294 E-ISSN: 2548-4923

Brand Loyalty: Pengaruh Self-Brand Connection melalui Brand


Experience Burberry di Indonesia
Muhammad Ardany Ramadhan1,*, Prima Nurita Rusmaningsih2
1,2
Departemen Administrasi Niaga, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Indonesia,
Depok, Indonesia
*
Email: muhammad.ardany@ui.ac.id

Abstract: For the past five years, the upper middle class has experienced a dilemma in purchasing luxury
brands. Even so, the sales figures for luxury brands as a whole continue to increase. The increase in sales of
luxury brands is due to the adjustment of the consumer's self-concept with a high level of lifestyle. This study
aims to analyze the effect of self-brand connection on brand loyalty in the luxury brand Burberry in Indonesia
by using brand experience as a mediating variable. This study uses a quantitative approach with respondents
in the form of customers who have purchased Burberry bag products more than once during the last five years
and using a non-probability sampling technique. The results of this study indicate that brand experience has a
positive effect as a mediation between self-brand connection and brand loyalty. This study shows that the value
of the buying experience can be a process of verifying the suitability of the customer's self-concept with the
Burberry brand so as to create a sense of loyalty from the customer himself.

Abstraksi: Masyarakat kelas menengah ke atas selama lima tahun terakhir mengalami dilema dalam pembelian
luxury brand. Meskipun demikian, angka penjualan luxury brand secara keseluruhan terus meningkat.
Meningkatnya penjualan luxury brand disebabkan oleh penyesuaian konsep diri konsumen dengan tingkat gaya
hidup yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh self-brand connection terhadap brand
loyalty pada luxury brand Burberry di Indonesia dengan menggunakan brand experience sebagai variabel
mediasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan 131 responden berupa pelanggan yang
pernah membeli produk tas Burberry lebih dari satu kali selama lima tahun terakhir dan menggunakan teknik
analisis regresi sederhana dan berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa brand experience
berpengaruh positif sebagai mediasi antara self-brand connection dengan brand loyalty. Nilai dari pengalaman
pembelian dapat menjadi proses verifikasi kesesuaian konsep diri pelanggan dengan merek Burberry sehingga
menimbulkan rasa loyalitas dari pelanggan.
Keywords: brand experience; brand loyalty; luxury brand burberry; self-brand connection

Pendahuluan Perkembangan penjualan luxury brand di


Luxury brand secara keseluruhan Indonesia setiap tahunnya terus meningkat
dianggap sebagai sebuah gambaran di benak seiring dengan meningkatnya perekonomian
konsumen tentang suatu merek yang terdiri masyarakat kelas menengah atas. Menurut
atas hubungan mengenai harga, kualitas, data dari Badan Pusat Statistik (BPS), rata-rata
estetika, kelangkaan, dan perbedaan dengan pendapatan penduduk Indonesia terus
tingkat yang tinggi (Heine, 2012). Luxury meningkat seiring dengan laju pertumbuhan
brand selanjutnya menawarkan suatu produk ekonomi, yaitu untuk tahun 2019 sebesar Rp
premium yang memberikan kesenangan dan 59,1 juta atau setara dengan 4,174.9 US Dollar
terhubung dengan konsumen secara (katadata.co.id, 2020). Selanjutnya, dikutip
emosional. Perkembangan penjualan luxury dari kemenkeu.go.id (2019), sudah lebih dari
brand dalam lima tahun terakhir meningkat 50 juta penduduk Indonesia tergolong kelas
secara stabil. Menurut data dari Statista.com menengah keatas. Jumlah tersebut sudah
(2020), angka penjualan luxury brand di sangat meningkat dibandingkan dengan
seluruh dunia pada tahun 2019 mencapai jumlah pada tahun 2010 yaitu sebesar 45 juta
angka 281 Milyar Euro, angka tersebut orang.
meningkat dari tahun sebelumnya yaitu Melihat perkembangan perekonomian
sebesar 260 Milyar Euro sedangkan dengan kelas menengah atas yang semakin meningkat,
Indonesia memiliki angka konsumsi sebesar membuat para merek luxury di dunia
1.9 Milyar Euro. melakukan ekspansi menuju Indonesia. Salah
Copyright ©2022, The authors. Available at https://ejournal.undip.ac.id/index.php/janis
Received: 18-08-2021; Revised: 27-03-2022; Accepted: 27-03-2022; Published: 31-03-2022; Available
online: 31-03-2022 DOI: https://doi.org/10.14710/jab.v11i1.40771 | 31
32 | Jurnal Administrasi Bisnis, Volume 11, Nomor 1, Maret 2022

satunya adalah Burberry. Burberry merupakan mereka lakukan. Konsep diri konsumen dapat
luxury brand asal Inggris yang didirikan pada dikaitkan dengan suatu merek sehingga
tahun 1856 oleh Thomas Burberry (Burberry menghasilkan self-brand connection (Escalas,
Annual Report, 2020). Burberry merupakan dan Bettman, 2003). Self-brand connection
luxury brand yang menghasilkan produk- diidentifikasikan sebagai “sejauh mana
produk unggulan seperti tas, sepatu, aksesoris, konsumen memasukkan merek ke dalam
parfum, kosmetik, dan pakaian. Keunikan dari konsep diri mereka” (Escalas, 2003), yang
luxury brand ini terdapat pada motif kain menghasilkan variasi tingkat intensitas
tartan yang selalu ada dalam setiap produk hubungan antara konsumen dengan merek
pakaiannya, seperti pada kaus, tas, sweater, (Fournier, 1998). Hubungan antara self-brand
dan jas panjang. Penjualan Burberry secara connection dengan konsumsi luxury brand
global dapat dikatakan cukup tinggi dengan dapat diperlihatkan dari bagaimana perilaku
total pendapatan pada tahun 2019 sebesar konsumen berbelanja merek tersebut. Luxury
2,720 Juta Poundsterling. Burberry di brand menawarkan produk yang dapat sesuai
Indonesia telah membuka tokonya yang dengan konsep diri pelanggan yang memang
terdapat di Senayan City, Plaza Indonesia, dan memiliki gaya hidup tinggi. Contoh hubungan
Grand Indonesia. self-brand connection dengan luxury brand
Burberry diperlihatkan pada produk-produk
Meskipun dengan angka penjualan yang
yang dijual, seperti layaknya tas Burberry
cukup tinggi, Burberry masih sangat tertinggal
DK88 top handle bag. Produk tas Burberry ini
dengan pesaing-pesaing luxury brand lainnya.
menawarkan produk tas unggulan Burberry
Menurut data dari Statista (2019), Burberry
yang dapat dimodifikasi untuk pemilihan
hanya menempati urutan kesembilan dalam
warnanya sesuai dengan keinginan pelanggan
nilai penjualan luxury brand tahun 2019
(Cuccardo, 2017).
dengan angka sebesar 3,537 Juta US Dollar,
Peringkat tersebut masih sangat tertinggal dari Hubungan yang diciptakan oleh Burberry
saingan lainnya seperti Louis Vuitton (51,777 dengan self-brand connection tentu
Juta US Dollar), Chanel (36,120 Juta US selanjutnya akan memberikan pengalaman
Dollar), dan Hermes (33,008 Juta US Dollar). tersendiri bagi para pelanggan yang telah
Selanjutnya, dilansir dari Danzinger (2019), mengonsumsi produk tersebut. Oleh karena
survei yang dilakukan oleh YouGov Affluent itu, konsumen dapat mendeskripsikan bahwa
Perspective pada 2019 mengenai persepsi hubungannya dengan luxury brand akan
konsumsi konsumen berpendapatan tinggi menciptakan pengalaman atau brand
secara global terhadap lebih dari 800 experience (Schmitt, et al, 2015). Brand
responden, hasil menjelaskan bahwa sebesar experience dikatakan sebagai respons
67% menganggap bahwa banyak merek konsumen saat berinteraksi dengan suatu
massal sekarang menawarkan tingkat kualitas merek (Morgan-Thomas, dan Veloutsou,
yang sebanding dengan luxury brand. Oleh 2013) yang selanjutnya dapat dianggap
karena itu itu, Burberry perlu membuktikan sebagai proses verifikasi diri dalam
strategi pemasaran kemewahan yang baru. membentuk konsep diri. Semakin banyak
Salah satu strategi yang bisa dikembangkan pelaku bisnis yang menempatkan pengalaman
oleh Burberry adalah mengenai makna dari sebagai inti dari strategi pemasaran mereka,
produk yang dapat disesuaikan dengan konsep dan dalam luxury brand, pengalaman
diri konsumen serta memberi pengalaman merupakan suatu hal yang penting (Atwal, dan
lebih agar tidak berpindah ke merek yang lain Williams, 2009). Burberry memberikan
dan dapat secara terus-menerus meningkatkan pengalaman bagi konsumen yang berbeda dari
penjualan. merek lainnya. Sebagai contoh, Burberry
memberikan pengalaman produk yang luar
Sebagai konsumen, mereka tentunya
biasa dengan mengadakan fitur Augmented
akan terus mengejar sebuah konsistensi dalam
Reality (AR) pada pembelian produk di
cara pandang mengenai diri sendiri, yaitu
aplikasi Burberry sendiri.
sebuah konsep diri (Westhuizen, 2018).
Konsumen memiliki rasa keinginan untuk Pengalaman pembelian yang dilakukan
mengekspresikan diri melalui pembelian yang Burberry akan memberikan rasa loyalitas yang
Brand Loyalty: Pengaruh Self-Brand Connection…. | 33

tinggi terhadap pelanggan akibat dari baiknya Penelitian terdahulu belum pernah membahas
kualitas produk dan konten yang ditawarkan. kemungkinan brand experience sebagai
Westhuizen (2018) menyatakan bahwa, self- mediator antara self-brand connection dan
brand connection dan brand experience brand loyalty. Oleh karena itu, tujuan dari
memiliki hubungan dengan brand loyalty. penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
Brand loyalty biasa terkait dengan perilaku terdapat pengaruh self-brand connection
berulang konsumen dalam membeli merek terhadap brand loyalty dengan brand
tertentu dari waktu ke waktu (Kumar, dan experience sebagai variabel mediasi pada
Advani, 2005). Menurut survei yang konsumsi luxury brand Burberry di Indonesia.
dilakukan oleh Rare Consulting dengan
Collider mengenai loyalitas pelanggan Kajian Teori
terhadap luxury brand pada tahun 2018, hasil Pada penelitian ini, digunakan beberapa
menunjukkan bahwa sebesar 88% pelanggan teori untuk menjelaskan keterkaitan variabel
setia terhadap luxury brand dengan alasan baik variabel independen, mediasi, maupun
karena pengalaman pembelian yang dirasakan, dependen. Teori variabel independen yang
serta sebesar 84% beralasan luxury brand digunakan pada penelitian ini adalah self-
sesuai dengan kepribadian pelanggan (Trotter, brand connection. Dasar terciptanya self-
2018). Hal ini juga berlaku bagi Burberry. brand connection ditentukan oleh sejauh mana
Salah satu contoh lain yang diberikan oleh merek-merek tersebut melambangkan
Burberry agar dapat meningkatkan loyalitas konsumen. Artinya, mereka
pelanggannya adalah dengan menciptakan mengomunikasikan sesuatu mengenai
akun sosial media seperti Facebook, Twitter, konsumennya (Escalas, dan Bettman, 2003).
dan Instagram untuk melakukan interaksi Hal ini menunjukkan bahwa konsumen lebih
secara langsung dengan para pelanggan. mungkin mengembangkan self-brand
Interaksi pada sosial media tersebut connection ketika ada hubungan yang kuat
memberikan para pelanggan kemudahan antara konsumen dengan merek (Kwon, dan
untuk mengetahui mengenai produk baru yang Mattila, 2015). Singkatnya, konsumen
akan datang, promosi harga sesuai dengan memilih untuk memiliki self-brand
waktu, dan informasi lebih banyak mengenai connection karena hubungan semacam itu
konten behind-the-scenes ketika Burberry membantu mereka mengembangkan
mengadakan fashion show (Trotter, 2018). kesadaran tentang siapa mereka (Fournier,
1998) dan mengomunikasikan tentang diri
Penelitian sebelumnya menjelaskan mereka kepada orang lain (Escalas, dan
bahwa terdapat hubungan yang tidak Bettman, 2005). Self-brand connection juga
signifikan antara self-brand connection menjelaskan mengenai diri konsumen,
dengan brand loyalty (Westhuizen, 2018). misalnya mengenai siapa dia (identitas diri
Namun pada penelitian Lin et al (2016) masa lalu, identitas diri saat ini), ingin menjadi
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang siapa (identitas diri yang diinginkan), dan
signifikan antara self-brand connection tidak ingin menjadi siapa.
dengan brand loyalty. Selanjutnya, penelitian
Iglesias (2011) menunjukkan bahwa Selanjutnya, teori variabel dependen pada
hubungan antara brand experience dengan penelitian ini adalah teori mengenai brand
brand loyalty tidak signifikan, berbeda dengan loyalty. Brand loyalty memfasilitasi upaya
penelitian Westhuizen (2018), yang retensi pelanggan (Reichheld, dan Schefter,
menjelaskan bahwa terdapat hubungan 2000) dan menciptakan resistensi bagi
signifikan antara brand experience dengan konsumen yang setia untuk beralih karena
brand loyalty. Penelitian oleh Westhuizen strategi bersaing (Dick dan Basu, 1994).
(2018) juga menunjukkan adanya hubungan Selain itu, brand loyalty dapat membantu
yang signifikan antara self-brand connection meningkatkan pangsa pasar, dan pelanggan
dengan brand experience. Oleh karena itu, setia merek bersedia membayar lebih karena
brand experience mungkin menjadi hal nilai yang mereka rasakan lebih tinggi
penting dalam memahami hubungan merek (Chaudhuri dan Holbrook, 2001). Penelitian
dan konsumen (Schembri, 2009), secara terdahulu menjelaskan bahwa brand loyalty
khusus, yaitu dengan self-brand connection. sering dikaitkan dengan perilaku berulang
34 | Jurnal Administrasi Bisnis, Volume 11, Nomor 1, Maret 2022

pembelian suatu merek dari waktu ke waktu Teori oleh Westhuizen (2018),
(Kumar dan Advani, 2005) dan hal tersebut menyatakan bahwa self-brand connection
diukur menggunakan konstruksi perilaku memiliki hubungan dengan brand loyalty,
seperti proporsi pembelian, yaitu seberapa dimana kedua hubungan tersebut dapat
banyak konsumsi pembelian yang dilakukan dimediasi melalui brand experience yang
(Cunningham, 1966), rangkaian pembelian, dirasakan oleh pelanggan. Selanjutnya, Lin et
yaitu seberapa lama pembelian dilakukan al (2016) menjelaskan bahwa self-brand
(Kahn et al, 1986) dan probabilitas pembelian, connection secara keseluruhan signifikan
yaitu seberapa mungkin akan melakukan mempengaruhi brand loyalty. Escalas (2003)
pembelian di waktu yang akan datang (Massey menyatakan bahwa self-brand connection
et al, 1970). merupakan bagaimana seorang konsumen
mengekspresikan diri dengan mengonsumsi
Teori terakhir yang digunakan sebagai
produk yang sesuai sehingga dapat
variabel mediasi pada penelitian ini adalah
memberikan pengalaman pembelian tersendiri
teori mengenai brand experience. Menurut
yang dapat dirasakan. Westhuizen (2018) juga
teori ini, konsumen tidak hanya membeli,
menyatakan bahwa pengalaman pembelian
menggunakan, dan membuang produk dan
memiliki hubungan dengan loyalitas
layanan untuk memenuhi kebutuhan, tetapi
pelanggan. Jika pengalaman pembelian
juga membeli suatu merek untuk pengalaman
produk memberikan nilai yang diharapkan, hal
yang terkait dengan hubungan dan keterikatan
tersebut akan mengubah niat membeli dan
padanya (Schmitt et al, 2015). Brakus et al,
rekomendasi konsumen ke depannya. Maka
(2009) menjelaskan bahwa konsep
dari beberapa penjelasan teori tersebut dapat
pengalaman merek atau brand experience
diciptakan hipotesis dari penelitian sebagai
sebagai subjektif, tanggapan konsumen secara
berikut:
internal (sensasi, perasaan, dan kognisi) dan
perilaku tanggapan yang ditimbulkan oleh H1: Terdapat pengaruh antara self-brand
rangsangan terkait merek yang didapat dari connection terhadap brand loyalty melalui
desain, identitas, pengemasan, komunikasi, brand experience pada konsumsi luxury
dan lingkungan merek tersebut. Brakus et al, brand Burberry di Indonesia
(2009) menjelaskan bahwa brand experience H2: Terdapat pengaruh antara self-brand
memiliki empat dimensi dalam connection terhadap brand loyalty pada
pengukurannya, yaitu sensory, affective, konsumsi luxury brand Burberry di
intellectual, dan behavioral. Indonesia
Hubungan antar ketiga variabel yaitu self- H3: Terdapat pengaruh antara self-brand
brand connection, brand experience, dan connection terhadap brand experience pada
brand loyalty telah dijelaskan dalam jurnal konsumsi luxury brand Burberry di
acuan oleh Westhuizen pada tahun 2018. Indonesia
Temuan dari jurnal rujukan ini menunjukkan H4: Terdapat pengaruh antara brand
bahwa self-brand connection tidak memiliki experience terhadap brand loyalty pada
pengaruh positif terhadap brand loyalty, tetapi konsumsi luxury brand Burberry di
memiliki pengaruh positif terhadap brand Indonesia
experience. Selanjutnya, temuan dari
penelitian rujukan menunjukkan bahwa Metode
terdapat pengaruh positif dari brand
Pada penelitian ini, dilakukan
experience terhadap brand loyalty. Lebih
pendekatan menggunakan pendekatan
lanjut, terungkap bahwa brand experience
kuantitatif untuk mengukur pengaruh dari
dapat digunakan untuk memperkuat dampak
self-brand connection dalam hubungannya variabel self-brand connection terhadap brand
terhadap brand loyalty. Akhirnya, ditunjukkan loyalty melalui brand experience. Kemudian
bahwa terdapat hubungan yang signifikan jenis penelitian diukur berdasarkan tujuan,
antara self-brand connection dengan brand manfaat, waktu, dan pengumpulan data. Jenis
loyalty melalui peran mediasi oleh brand penelitian berdasarkan tujuannya, penelitian
experience. ini termasuk dalam penelitian eksplanatif. Hal
Brand Loyalty: Pengaruh Self-Brand Connection…. | 35

Brand Experience

H1
H3 H4

Self-Brand
-
Connection Brand Loyalty
H2

Gambar 1. Model Penelitian

ini karena penelitian ini memiliki tujuan Populasi dari penelitian ini merupakan
mengidentifikasi sumber perilaku sosial, konsumen luxury brand Burberry di Indonesia
kepercayaan, kondisi, dan peristiwa (Neuman, karena penelitian ini memfokuskan mengenai
2014). Berdasarkan manfaatnya, penelitian ini sifat pembelian Burberry di Indonesia.
merupakan penelitian murni karena memiliki Sementara itu, sampel penelitian ini
orientasi untuk pengembangan ilmu merupakan konsumen luxury brand Burberry
pengetahuan. Selanjutnya, berdasarkan waktu, sebanyak 131 di Indonesia yang pernah
penelitian ini termasuk dalam penelitian cross membeli produk tas lebih dari satu kali selama
sectional karena dilakukan penelitian lima tahun terakhir. Pengukuran selama lima
berdasarkan waktu tertentu yakni bulan tahun terakhir agar penyesuaian dengan data
September hingga Juli. Berdasarkan teknik yang didapat mengenai penjualan produk tas
pengumpulan data, penelitian ini Burberry serta menurut Kapferer et al (2015)
menggunakan teknik pengumpulan data menjelaskan bahwa lima tahun merupakan
kuantitatif. Penelitian ini menggunakan angka minimal konsumen merasakan adanya
metode survei dengan alat bantu kuesioner keinginan untuk membeli suatu produk luxury
sebagai instrument utama untuk brand yang lebih baru. Selain itu, sesuai
mengumpulkan data. dengan teori Kumar dan Advani (2005)
Selanjutnya, teknik pengumpulan data mengenai retensi pembelian produk oleh
dilakukan dengan studi lapangan dan studi konsumen secara terus menerus. Berikutnya,
kepustakaan. Studi lapangan, dilakukan sampel pada penelitian ini juga merujuk pada
melalui data primer atau langsung tanpa konsumen dengan umur minimal 21 tahun.
perantara kepada responden. Hal ini dilakukan Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam Pasal
melalui penyebaran kuesioner kepada 330 Kitab UUH Perdata yang menyatakan
responden secara online. Studi kepustakaan seseorang dianggap dewasa jika sudah berusia
dilakukan dengan mengumpulkan beragam 21 tahun. Teknik analisis data menggunakan
data sekunder, yakni berupa kajian literatur analisis regresi sederhana dan berganda.
dari berbagai penelitian terdahulu yang telah
dilakukan sebagai referensi dan sumber Hasil dan Pembahasan
komponen penelitian. Kemudian peneliti Pada penelitian ini, digunakan sebuah
membutuhkan kriteria responden yang alat ukur untuk membuktikan kevalidan dari
dianggap sesuai guna memperoleh sasaran setiap indikator. Peneliti melakukan pre-test
penelitian yang tepat sehingga mampu untuk menguji alat ukur (kuesioner) dengan
dijadikan sebuah sumber penelitian yang menyebarkannya kepada 35 responden
akurat. Penentuan responden ini dilakukan sebagai sampel yang memiliki kriteria yang
dengan cara menentukan populasi dan sampel. sama dengan populasi yang digunakan dalam
penelitian.
36 | Jurnal Administrasi Bisnis, Volume 11, Nomor 1, Maret 2022

Tabel 1. Hasil Pengukuran Uji Validitas pada Variabel Penelitian


No. Dimensi KMO – Nilai Signifikansi Total Variance Status
MSA Barlett’s of Sphericity Explained
(>0.500) (<0.05) (>60%)
1 Self-Brand Connection .775 .000 60.237 Valid
2 Sensory .678 .000 61.854 Valid
3 Affective .783 .000 62.819 Valid
4 Behavioral .599 .000 64.476 Valid
5 Intellectual .753 .000 65.986 Valid
6 Brand Loyalty .887 .000 74.135 Valid
Sumber: Hasil Analisis Data, Diolah (2021)
Tabel tersebut menunjukkan atas hasil variabel tersebut adalah reliabel. Dengan ini,
dari pengukuran validitas dari setiap variabel dapat disimpulkan bahwa seluruh dimensi-
digunakan dalam penelitian ini. Berdasarkan dimensi dalam penelitian ini dapat digunakan
ketentuan nilai minimal KMO dan Sig. untuk pengambilan data yang diperlukan
Barlett’sof Sphericity, semua dimensi dalam dalam penelitian. Selanjutnya, penelitian ini
penelitian ini adalah valid. Dengan demikian, melakukan penelitian dengan menggunakan
dimensi yang digunakan sebagai alat ukur uji analisis regresi sederhana dan berganda.
dalam penelitian ini memenuhi syarat dan
Langkah awal dalam menganalisis
dapat digunakan untuk mengukur keadaan
penelitian ini adalah dengan melakukan
populasi yang sebenarnya.
analisis regresi sederhana untuk mengetahui
hubungan antara variabel self-brand
Tabel 2. Hasil Uji Reliabilitas
connection terhadap variabel brand
No. Dimensi Cronbach experience dengan melihat nilai koefisien dari
Alpha (>0.6) data-data yang dioleh menggunakan IBM
1 Self-Brand .829 SPSS Statistics versi 20. Setelah melakukan
Connection pengolahan data, peneliti mendapatkan hasil
2 Sensory .674 yang dapat dilihat pada Tabel 3.
3 Affective .793 Berdasarkan Tabel 3, setelah uji regresi
4 Behavioral .810 dapat diketahui besarnya koefisien sebesar
5 Intellectual .708 0,802 dilihat dari standardized coefficients
6 Brand Loyalty .940 (beta). Selain itu, variabel self-brand
Sumber: Hasil analisis data, 2021 connection (𝑋1) memiliki nilai 𝑡hitung sebesar
Pada tabel ini menunjukkan atas hasil 15,248 dan nilai signifikansinya sebesar 0.000
dari uji reliabilitas yang telah dilakukan oleh sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai
penelitian ini kepada enam variabel yang ada, tersebut memenuhi syarat yang telah
baik dari variabel independen, dependen, ditentukan karena landasan untuk hipotesis
maupun mediasi. Keenam variabel ini agar diterima dalam penelitian ini adalah t
memiliki hasil yang positif yaitu memperoleh hitung harus berada di atas 1.978 atau di
nilai yang melampaui batas minimum dalam bawah -1.978 dan nilai signifikansinya berada
perhitungan Cronbach’s Alpha, yakni di atas di bawah 0.005.
0.600. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh

Tabel 3. Uji Koefisien Self-Brand Connection terhadap Brand Experience


Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 18.001 3.602 4.998 .000
SBC 2.343 .154 .802 15.248 .000
a. Dependent Variable: BE
Sumber: Hasil Analisis Data, Diolah (2021)
Brand Loyalty: Pengaruh Self-Brand Connection…. | 37

Tabel 4. Uji Koefisien Self-Brand Connection terhadap Brand Loyalty melalui Brand
Experience
Model Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) -16.747 2.887 -5.801 .000
SBC (X1) .663 .189 .296 3.512 .001
Brand Experience (X2) .435 .065 .566 6.731 .000
a. Dependent Variable: Brand Loyalty (Y)
Sumber: Hasil Analisis Data, Diolah (2021)

Maka dari itu, dapat diketahui bahwa memenuhi syarat signifikansi karena nilai
variabel self-brand connection berpengaruh yang didapat kurang dari 0.05. Sedangkan
secara signifikan terhadap brand experience untuk nilai thitung variabel self-brand
atau hipotesis diterima. Selanjutnya, peneliti connection dan brand experience adalah
juga menguji hubungan tiga variabel yang masing-masing sebesar 3,512 dan 6,731.
digunakan dalam penelitian ini, yaitu self- Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
brand connection, brand experience, dan H1 diterima karena nilai thitung dan nilai
brand loyalty dengan menggunakan uji signifikansi memenuhi syarat, yaitu nilai
analisis regresi berganda. Hasil yang diperoleh thitung berada di atas 1.978 dan nilai
setelah mengolah data dengan IBM SPSS signifikansi berada kurang dari 0.05. Artinya,
Statistics versi 20 terlihat pada Tabel 4. antara variabel self-brand connection, brand
experience, dan brand loyalty memiliki
Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui
hubungan antar variabel yang signifikan. Dari
besar nilai koefisien dari variabel self-brand
hasil tersebut juga dapat diartikan bahwa
connection (X1) dan brand experience (X2)
hubungan antar variabel merupakan positif
terhadap variabel brand loyalty (X3).
karena nilai yang dihasilkan merupakan nilai
Besarnya nilai koefisien untuk variabel self-
positif sehingga apabila terjadi penambahan
brand connection (X1) adalah 0,296 dan untuk
nilai pada variabel self-brand connection (X1)
variabel brand experience (X2) adalah 0,566.
maka menyebabkan nilai variabel brand
Besarnya nilai signifikansi variabel brand
loyalty (X3) meningkat. Begitu juga apabila
experience (X2) adalah 0,000 dan untuk
terjadinya pertambahan nilai pada variabel
variabel self-brand connection (X1) sebesar
0,001 yang artinya kedua nilai signifikansi

β = 0.296
Self-Brand Connection (X1) Brand Loyalty (X3)

Brand Experience (X2)

Gambar 2. Diagram Hasil Analisis


38 | Jurnal Administrasi Bisnis, Volume 11, Nomor 1, Maret 2022

brand experience (X2) maka menyebabkan variabel yang dimediasi oleh variabel brand
nilai variabel brand loyalty (X3) meningkat. experience dengan nilai 0.746.
Berdasarkan pengujian kedua persamaan, Pengujian dilakukan dengan
maka besarnya nilai koefisien yang dihasilkan menggunakan nilai F dan nilai signifikansi
pada penelitian ini menunjukkan berapa besar yang terdapat pada tabel ANOVA hasil
pengaruh antar variabel self-brand connection, regresi. Ketentuan nilai F adalah apabila nilai
brand experience, dan brand loyalty baik F hitung lebih besar dibandingkan dengan F
pengaruh langsung, tidak langsung, maupun tabel maka H0 ditolak, sedangkan jika nilai F
pengaruh total. Besarnya pengaruh variabel hitung lebih kecil dari nilai F tabel maka H0
self-brand connection (X1) terhadap diterima. Sementara itu, apabila menggunakan
variabel brand loyalty (X3) secara langsung nilai signifikansi maka Batasan nilai
adalah sebesar 0.296 sedangkan pengaruh signifikansi yang digunakan adalah 0.05.
secara tidak langsung dapat dihitung dengan apabila nilai signifikansi dibawah 0.05 (<0.05)
mengalikan nilai koefisien jalur variabel X1 maka H0 diterima, sedangkan jika nilai
terhadap X2 dan X2 terhadap X3 yaitu sebesar signifikansi diatas 0.05 (>0.05) maka H0
0,802 X 0,566 = 0,45 yang dapat dilihat pada ditolak.
Tabel 5.
Tabel 6. Hasil Uji Koefisien Hipotesis Tu-
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui runan Self-Brand Connection
bahwa besarnya pengaruh langsung antara terhadap Brand Loyalty melalui
variabel self-brand connection (X1) terhadap Brand Experience
brand loyalty (X3) adalah sebesar 0,296 Hipotesis t Sig.
sedangkan ketika dimediasi dengan variabel Turunan
brand experience (X2) maka besar H2 Terdapat pengaruh 3.512 .001
pengaruhnya menjadi 0,746. Semakin besar antara self-brand
nilai koefisien yang dihasilkan, maka akan connection
semakin besar pengaruh antar variabel yang terhadap brand
diteliti. Artinya, pengaruh self-brand loyalty pada
connection akan menjadi lebih besar apabila konsumsi luxury
dimediasi oleh variabel brand experience. brand Burberry di
Tabel 5. Pengaruh Self-Brand Connection Indonesia
terhadap Brand Loyalty melalui H3 Terdapat pengaruh 15.248 .000
Brand Experience antara self-brand
Variabel Pengaruh Total connection
terhadap brand
Langsung Tidak
experience pada
Langsung
konsumsi luxury
X1 0,296 0,802 X 0,746
brand Burberry di
terhadap 0,566 =
Indonesia
X3 0,45
H4 Terdapat pengaruh 6.731 .000
X1 0,802 0,802
antara brand
terhadap
experience
X2
terhadap brand
X2 0,566 0,566
loyalty pada
terhadap
konsumsi luxury
X3
Sumber: Diolah Oleh Peneliti IBM SPSS
brand Burberry di
Statistics 20 n=131, 2021 Indonesia
Sumber: Diolah Oleh Peneliti IBM SPSS
Hal tersebut disebabkan oleh nilai Statistics 20 n=131, 2021
koefisien self-brand connection terhadap
brand loyalty adalah 0.296 dimana nilai yang Pada Tabel 6 yang menganalisis
dihasilkan lebih kecil dari nilai pengaruh antar pengaruh self-brand connection terhadap
brand loyalty dapat dilihat bahwa self-brand
Brand Loyalty: Pengaruh Self-Brand Connection…. | 39

connection memiliki t-hitung sebesar 3.512 experience lebih yang dirasakan oleh para
atau > 1.978 dan nilai signifikansi sebesar pelanggan.
0.001 atau < 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa
Selanjutnya, hasil penelitian ini juga
kedua variabel memiliki hubungan yang
menunjukkan bahwa brand experience
signifikan dan H2 = Terdapat pengaruh antara
merupakan variabel yang penting karena
self-brand connection terhadap brand loyalty
terbukti dapat memediasi hubungan antara
pada konsumsi luxury brand Burberry di
self-brand connection dan brand loyalty.
Indonesia diterima. Selanjutnya, dapat dilihat
Merujuk pada hasil pengujian yang dilakukan,
bahwa hubungan self-brand connection
pengaruh variabel self-brand connection
dengan brand experience memiliki t-hitung
terhadap brand loyalty secara langsung hanya
sebesar 15.248 > 1.978 dan nilai signifikansi
sebesar 0.296 dengan korelasi sedang menuju
sebesar 0.000 atau < 0.05 maka H3 = Terdapat
kuat. Oleh karena itu, brand experience
pengaruh antara self-brand connection
terbukti mempunyai peranan penting dalam
terhadap brand experience pada konsumsi
memperkuat loyalitas pelanggan. Penelitian
luxury brand Burberry di Indonesia diterima.
ini menemukan bahwa kesesuaian self-brand
Terakhir, berdasarkan hasil perhitungan nilai
connection antara konsep diri pelanggan
t-hitung dan nilai signifikansi antara hubungan
dengan merek yang tinggi dapat memberikan
brand experience dengan brand loyalty, hasil
pengalaman pembelian lebih yang dapat
menunjukkan bahwa signifikansi sebesar
dirasakan. Hal ini kemudian menghasilkan
0.000 atau < 0.05 dan nilai t-hitung sebesar
brand loyalty yang tinggi bagi para pelanggan
6.731 atau > 1.978 sehingga H4 = Terdapat
Burberry. Merujuk pada hasil temuan
pengaruh antara brand experience terhadap
penelitian ini, indikator kedua dari brand
brand loyalty pada konsumsi luxury brand
loyalty yang menyatakan “Saya akan membeli
Burberry di Indonesia diterima.
produk Burberry kapan pun” terbutki
Hasil temuan dalam penelitian ini mempunyai nilai mean (4.48) yang paling
menunjukkan adanya korelasi yang cukup tinggi. Nilai mean paling tinggi tersebut
kuat antara self-brand connection dan brand didapatkan karena kesesuaian karakteristik
experience sebesar 0.802 sehingga dibuktikan responden penelitian yang memiliki profesi
bahwa self-brand connection merupakan sebagai pegawai swasta yang memiliki
faktor penting yang dapat memengaruhi pendapatan yang dapat dinegosiasi sesuai
pembentukan brand experience pelanggan. dengan keahlian yang dimilikinya.
Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa nilai Selanjutnya, penelitian terdahulu yang
mean dari self-brand connection sebesar 4.64 mendukung temuan tersebut adalah penelitian
merupakan kisaran nilai tinggi. Hal tersebut oleh Kumar dan Advani (2005) yang
menunjukkan bahwa pelanggan merasakan menyatakan bahwa brand loyalty sering
kesesuaian dari nilai produk yang ditawarkan dikaitkan dengan perilaku berulang pembelian
oleh Burberry dengan konsep diri dari para suatu merek dari waktu ke waktu, dan hal
pelanggannya. Produk tas Burberry yang tersebut diukur menggunakan konstruksi
menyesuaikan dengan konsep diri perilaku seperti proporsi pembelian, yaitu
pelanggannya selanjutnya dapat membantu seberapa banyak konsumsi pembelian yang
pelanggan untuk mengkomunikasikan dan dilakukan, rangkaian pembelian, yaitu
mengekspresikan dirinya. Kesesuaian nilai seberapa lama pembelian dilakukan dan
produk yang ditawarkan oleh Burberry probabilitas pembelian, yaitu seberapa
kemudian dapat meningkatkan brand mungkin akan melakukan pembelian di waktu
experience pelanggan, sebagaimana yang yang akan datang.
terlihat pada perolehan nilai mean yang cukup
Selanjutnya, pelanggan yang setia
tinggi dan tinggi pada keempat dimensinya,
terhadap suatu merek bersedia membayar
yaitu sensory (4.79), affective (4.57),
lebih dari waktu ke waktu karena nilai yang
behavioral (4.27) dan intellectual (4.48). Hasil
mereka dapatkan dari pengalaman pembelian
temuan tersebut juga didukung oleh hasil
dan rasakan lebih tinggi (Chauduri, 2001). Hal
penelitian terdahulu dari Westhuizen (2018)
tersebut juga sesuai dengan temuan penelitian
bahwa dengan tingkat self-brand connection
ini karena sampel yang digunakan adalah
yang tinggi akan memberikan brand
40 | Jurnal Administrasi Bisnis, Volume 11, Nomor 1, Maret 2022

kelompok pelanggan produk tas Burberry pelanggannya sehingga dapat merasakan nilai
yang telah membeli produk tas tersebut lebih lebih ketika menggunakan produk Burberry.
dari satu kali selama lima tahun terakhir dan
Burberry dapat menciptakan kembali
tingginya nilai mean dari brand experience.
produk tas dengan warna dan bahan yang
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
dapat dipilih sesuai keinginan pelanggan.
pelanggan produk tas luxury brand Burberry
Selain dapat memilih warna, Burberry
yang memiliki kesesuaian self-brand
diharapkan dapat memberikan beberapa
connection tinggi dengan merek Burberry varian bahan dasar pada tas agar dapat
dapat menciptakan nilai pengalaman
menyesuaikan dengan keinginan dari
pembelian yang lebih baik yang kemudian
pelanggan sendiri. Upaya tersebut dapat
menimbulkan niat untuk membeli lagi produk
dilakukan sehingga mampu memberikan
tas Burberry secara seterusnya.
kesan spesial kepada pelanggan dan dapat
Kesimpulan membuat produk tas tersebut lebih mahal dan
Berdasarkan data dan informasi, serta prestise.
analisis yang telah dilakukan peneliti, maka Burberry dapat menciptakan membership
kesimpulan yang dapat dibuat adalah terdapat card kepada pelanggan yang telah melakukan
pengaruh antara self-brand connection pembelian produk tas lebih dari satu kali.
terhadap brand loyalty melalui brand Keuntungan dari membership card tersebut
experience studi pada luxury brand Burberry dapat berupa promosi harga tas maupun
di Indonesia. Terdapat pengaruh positif antara produk lainnya untuk pembelian selanjutnya.
self-brand connection terhadap brand loyalty Saran ini diberikan atas dasar untuk
pada luxury brand Burberry di Indonesia. mengurangi retensi pelanggan membeli
Namun, nilai pengaruh positif tersebut secara produk tas selain Burberry.
keseluruhan lebih tinggi dengan adanya
mediasi. Terdapat pengaruh positif antara self- Daftar Referensi
brand connection terhadap brand experience Atwal, G., & Williams, A. (2008). Marketing
pada luxury brand Burberry di Indonesia. in Postmodern India: Bulgari meets
Terdapat pengaruh positif antara brand Bollywood. Indian Journal of Marketing,
experience terhadap tingkat brand loyalty 38(1).
pada luxury brand Burberry di Indonesia.
Brakus, J. J., Schmitt, B. H., & Zarantonello,
Saran L. (2009). Brand experience: what is it?
Berdasarkan hasil interpretasi data dan How is it measured? Does it affect
kesimpulan yang telah ditarik, peneliti loyalty?. Journal of marketing, 73(3), 52-
mengajukan beberapa saran yang dapat 68.
digunakan untuk meningkatkan keunggulan
Chaudhuri, A., & Holbrook, M. B. (2001). The
yang dimiliki untuk dapat bersaing dengan
chain of effects from brand trust and
luxury brand lainnya. Saran tersebut adalah
brand affect to brand performance: the
Burberry dapat menciptakan kembali acara
role of brand loyalty. Journal of
yang mendukung pelanggannya untuk
marketing, 65(2), 81-93.
memperlihatkan produk tas yang sudah dibeli
pada kegiatan Burberry: Art of The Trench. Cuccardo, Olivia. (2017). Burberry Launches
Kegiatan ini mempersilahkan para pelanggan DK88 Bag Experience in New York.
untuk memasukan foto mereka berpose https://www.elitetraveler.com/features/b
layaknya sebagai model dengan produk urberry-launches-dk88-bag-experience-
Burberry yang dipakai ke laman resmi new-york 29 Oktober 2020.
Burberry yang kemudian foto tersebut akan
Cunningham, S. M. (1966) Brand loyalty –
dipajang oleh Burberry. Kegiatan ini berlaku What, where, how much. Harvard
bagi pelanggan Burberry yang sebelumnya
Business Review, 34, pp. 116 – 128.
pernah mengikuti kegiatan tersebut maupun
yang belum pernah. Hal ini dapat memberikan Dick, A. S., & Basu, K. (1994). Customer
pengalaman pembelian yang menarik kepada loyalty: toward an integrated conceptual
Brand Loyalty: Pengaruh Self-Brand Connection…. | 41

framework. Journal of the academy of brand connection and brand loyalty.


marketing science, 22(2), 99-113. Journal of Retailing and Consumer
Escalas, J. E., & Bettman, J. R. (2003). You Services, 35, pp. 133-141.
are what they eat: The influence of Massey, W. F., Montgomery, D. B. and
reference groups on consumers’ Morrison, D. G. (1970). Stochastic
connections to brands. Journal of Models of Buyer Behavior. Cambridge,
consumer psychology, 13(3), 339-348. MA: MIT Press.
Fournier, S. (1998). Consumers and their Morgan-Thomas, A., & Veloutsou, C. (2013).
brands: Developing relationship theory in Beyond technology acceptance: Brand
consumer research. Journal of Consumer relationships and online brand
Research, 24(4), 343-353. experience. Journal of Business
Research, 66(1), 21-27.
Heine, K. (2012). The concept of luxury
brands. Luxury brand management, 1(2), Neuman, W Lawrence. (2014). Social
193-208. Research Methods: Qualitative and
Quantitative Approaches. 7th Edition.
Iglesias, O., Singh, J. J., & Batista-Foguet, J.
Pearson Education Limited.
M. (2011). The role of brand experience
and affective commitment in determining Reichheld, F. F., & Schefter, P. (2000). E-
brand loyalty. Journal of Brand loyalty: your secret weapon on the web.
Management, 18(8), 570-582. Harvard business review, 78(4), 105-113.
Kahn, B. E., Kalwani, M. U. and Morrisson, Schembri, S. (2009). Reframing brand
D. G. (1986). Measuring variety seeking experience: The experiential meaning of
and reinforcing behaviors using panel Harley–Davidson. Journal of Business
data. Journal of Marketing Research, 23, Research, Vol. 62 No. 12, pp. 1299-1310.
pp. 89–100.
Schmitt, B., Brakus, J.J. and Zarantonello, L.
Kapferer, Jean-Noel., Klippert, Cindy., (2015). From experiential psychology to
Leproux, Lara. (2015). Does Luxury consumer experience. Journal of
Have a Minimum Price? An Exploratory Consumer Psychology, 25(1), 166-171.
Study Into Consumers Psychology of
Trotter, Cate. (2018). Inside the Retail
Luxury Prices. Journal of Revenue and
Strategy of Burberry.
Pricing Management, 34(13), 2-11.
https://www.insider-trends.com/inside-
Kementrian Keuangan. (2019). Kelas retail-strategy-burberry/. Diakses pada 25
Menengah Penggerak Ekonomi Juni 2021
Indonesia.
Value of the personal luxury goods market
https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/b
worldwide from 1996 to 2019.
erita/kelas-menengah-penggerak-
https://www.statista.com/statistics/26650
ekonomi-indonesia/ 29 Oktober 2020
3/value-of-the-personal-luxury-goods-
Kumar, S. Ramesh, & Advani, J. Y. (2005). market-worldwide/ 19 Juni 2021
Factors affecting brand loyalty: A study
Victoria, Agatha Olivia. (2020). Rata-Rata
in an emerging market on fast moving
Pendapatan Penduduk Indonesia
consumer goods. Journal of Customer
Setahun Rp 59 Juta.
Behaviour, 4(2), 251-275.
https://katadata.co.id/agustiyanti/finansia
Kwon, E. and Mattila, A.S. (2013). The effect l/5e9a495de4ee7/rata-rata-pendapatan-
of self-brand connection and self- penduduk-indonesia-setahun-rp-59-
construal on brand lovers’ word of mouth juta#:~:text=BPS%20mencatat%20pertu
(WOM). Cornell Hospitality Quarterly, mbuhan%20ekonomi%20pada,2018%20
Vol. 56, No. 4, pp. 427-435. sebesar%205%2C17%25.&text=Badan
%20Pusat%20Statistik%20(BPS)%20me
Lin, J., Lobo, A., & Leckie, C. (2016) The role
ncatat,setara%20US%24%204.174%2C9
of benefits and transparency in shaping
29 Oktober 2020
consumers’ green perceived value, self-
42 | Jurnal Administrasi Bisnis, Volume 11, Nomor 1, Maret 2022

Westhuizen, L. M. van der. (2018). Brand and brand experience. Journal of Product
loyalty: exploring self-brand connection & Brand Management.

Anda mungkin juga menyukai