PENGARUH KEBUTUHAN UNIQUENESS, STATUS, DAN HEDONIC VALUE TERHADAP
CONSUMER-BRAND IDENTIFICATION DAN BRAND LOYALTY KONSUMEN MEREK-
MEREK FASHION MEWAH DI SURABAYA
Herlius Theodore Pangestu ; Ferry Jaolis
Program Manajemen Pemasaran, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya E-mail: m36415012@john.petra.ac.id ; ferry.jaolis@petra.ac.id
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan Keyword Luxury Brands, Uniquness Value,
untuk menguji pengaruh dari tiga nilai penting Status Value, Hedonic Value, Consumer-Brand yang erat kaitannya dengan merek mewah Identification, Brand Loyalty (luxury brand), yaitu nilai keunikan (uniqueness value), nilai status (status value), PENDAHULUAN dan nilai hedonis (hedonic value) yang Segmen pakaian dan pasar fashion di mempengaruhi identifikasi konsumen terhadap Indonesia terus berkembang secara signifikan suatu merek (consumer-brand identification) dari waktu ke waktu, hal ini memungkinkan terhadap loyalitas merek (Brand Loyalty). konsumen untuk tampil dan merasa lebih trendi Penelitian ini bersifat konklusif dan di dengan gaya yang berbeda-beda satu sama lain. klasifikasikan dalam jenis riset kausal dengan Bagi beberapa konsumen, tujuan tampil menggunakan pendekatan kuantitatif. Data fashionable dengan mengenakan produk dikumpulkan melalui Google Form fashion bermerek adalah untuk memperoleh menggunakan instrumen kuesioner dengan kepuasan dan pengalaman yang respon yang dapat digunakan dari 101 menyenangkan. Produk-produk fashion responden. Responden adalah konsumen yang beremerek cenderung diciptakan untuk untuk membeli dan memiliki fashion merek mewah menawarkan rasa bangga pada mereka yang (luxury brand fashion) yang berada di menggunakannya, terutama bagi para Surabaya. Data di olah menggunakan konsumen yang yang termasuk dalam fashion pendekatan persamaan model structural dengan conscious consumers, dimana mereka Teknik Partial Least Square. Analisis data menyadarai bahwa produk fashion yang mereka menunjukan bukti kuat untuk mendukung gunakan diciptakan oleh produsen fashion keseluruhan hipotesa penelitian. papan atas. Berdasarkan data dari Boston Kata kunci: Luxury Brands, Uniquness Value, Consulting Group (BCG) bank dunia Status Value, Hedonic Value, Consumer-Brand memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia Identification, Brand Loyalty tahun 2017 meningkat 5,2% sebagian besar disumbang dari meningkatnya ekonomi kelas ABSTRACT This study examines the menengah di Indonesia. Pertumbuhan kelas effect of three important values that are closely menengah sebesar 64% di tahun 2012 related to luxury brand, namely uniqueness berjumlah 41,6 juta jiwa dan terus meningkat value, status value, and hedonic value that 68,2 juta jiwa di tahun 2020. Seiring dengan affect consumer-brand identification toward bertambahnya masyarakat golongan kelas brand loyalty. This research is conclusive and menengah hingga kelas atas ini, menciptakan classified as causal-type research using a konsumen mapan dengan daya beli tinggi dari quantitative approach. The data was collected sebelumnya. through online surveys using a self- Berdasarkan data dari administered questionnaire resulting in 101 www.statista.com peringkat tertinggi merek usable responses. The respondents are yang diminati adalah Louis Vuitton. Louis consumers who buy and have a luxury brand Vuitton merupakan rumah mode asal Perancis fashion in Surabaya. The data is used using a yang berdiri sejak 1854. Keunikan dari label Structural Equation Modeling using Partial merek mewah ini terletak pada motif Least Square technique. Results showed monogram yang ikonik dan terkenal di seluruh substantial evidence for research hypotheses. dunia. Louis Vuitton merupakan salah satu fashion retail yang paling sering mengeluarkan 1984). Identitas merek mewah merupakan tas-tas model baru dan kualitas produknya identitas yang diaspirasikan yang dapat memiliki standarisasi produksi yang sangat memperbaiki identitas yang aktual saat ini. ketat. Oleh karena itu, merek mewah cenderung Tynan et al. (2010: p. 1157) melekatkan identitas yang dibentuknya secara mengatakan kata luxury berasal dari kata sengaja untuk menjadi aspirasi identitas diri ‘luxus’, yang berarti 'hidup yang mewah, konsumen target. Identitas ini akan menyatu (berlebihan) - kemewahan' dan 'kemewahan, dengan identitas konsumen ketika merek kemewahan, kemewahan', tetapi istilah mewah memberikan tiga value tersebut. 'kemewahan' saat ini yang umumnya digunakan Kondisi ini dikenal sebagai Consumer-Brand oleh para pemasar di sebagian besar kategori Identification. CBI diproyeksikan akan produk atau jasa untuk berkomunikasi dengan membentuk loyalitas yang kuat dari para konsumen pada suatu tingkatan penawaran pelanggan merek mewah jika para pelanggan tertentu (Dubois et al., 2005) untuk membujuk merek mewah dapat merasakan manfaat sosial mereka melakukan 'tukar tambah'. yang diberikan dari merek mewah tersebut. Stokburger-Sauer dan Teichmann (Stokburger-Sauer et al., 2012: p. 409). (2013) memilih tiga persepsi nilai non- Dari penjelasan di atas, permasalahan fungsional pada konsumsi merek mewah yang penelitian dapat di definisikan sebagai berikut sering dikaitkan dengan merek mewah (luxury “Apakah uniqueness value, status value, dan brand). Nilai tambah barang – barang dan hedonic value, consumer brand identification ataupun merek – merek mewah sangat beragam memiliki hubungan dengan loyalitas merek namun tiga elemen yang penting mampu (Brand Loyalty) terhadap merek mewah di menambah nilai barang dan merek mewah, Surabaya”. yaitu apakah merek tersebut memberikan persepsi nilai yang unik, hedonis, dan LANDASAN TEORI meningkatkan status. Setelah tiga elemen ini Uniqueness Value terpenuhi akan membuat seseorang melakukan Salah satu manifestasi terkuat dari identifikasi diri konsumen dengan suatu merek kecenderungan konsumen untuk mengejar nilai sebagai bentuk dari self-expression konsumen keunikan sebuah produk/jasa/merek adalah terhadap merek mewah tersebut yang telah keinginan mereka untuk menghindari memberikan konsumen tiga nilai tambah kesamaan dengan orang-orang lainnya penting kepada diri konsumen. Setelah (avoidance of similarity). Tian et al. (2001: konsumen melakukan identifikasi terhadap p.52) mengungkapkan bahwa avoidance of merek mewah, serta konsumen merasa sangat similarity merujuk pada kecenderungan puas dengan merek mewah tersebut, konsumen konsumen untuk kehilangan minat pada, atau akan mengekspresikan identifikasi itu dengan berhenti menggunakan, barang-barang yang komitmen jangka panjang atau loyalitas umum digunakan orang-orang lainnya agar terhadap suatu merek mewah yang dapat menjauh dari norma-norma yang ada dan diidentifikasi. untuk membangun kembali keunikan dirinya. Tujuan pertama dari penelitian ini Tian et al. (2001) juga mengatakan bahwa nilai adalah untuk menyelidiki respon merek mewah keunikan adalah kecenderungan konsumen konsumen dengan fokus khusus pada untuk mengejar perbedaan terhadap orang lain kebutuhan konsumen akan keunikan. Tujuan melalui akuisisi, pemanfaatan, dan disposisi kedua adalah menganalisis persepsi nilai barang konsumsi untuk tujuan pelanggan yang terkait dengan merek mewah. mengembangkan dan meningkatkan self-image Secara khusus, penelitian ini menyelidiki dan gambar sosial seseorang. Tian et al. (2001: potensi merek mewah untuk membangkitkan p.52) juga menjelaskan keunikan harus persepsi yang lebih tinggi tentang keunikan, mencerminkan perbedaan individu dalam status, dan nilai hedonis atas merek-merek non- konsumen motivasi counterconformity — mewah. Ketiga nilai ini penting karena dapat motivasi untuk membedakan diri melalui menimbulkan consumer-brand identification barang-barang konsumsi dan tampilan visual yang pada akhirnya membentuk brand loyalty. barang-barang ini yang melibatkan pengejaran Ketiga nilai tersebut jika diperoleh kehendak atau kesengajaan perbedaan terhadap konsumen akan menjawab kebutuhan mereka orang lain sebagai tujuan akhir. untuk membentuk identitas tertentu (Sirgy, Status Value Menurut Wiedmann et al. (2009) nilai status adalah kencenderungan seseorang untuk melakukan usaha agar dapat mendapat pengakuan didalam lingkungan kelompok dimana dia berada, kencenderungan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dimana dia berada. Wiedmann et al. (2009) juga mengatakan nilai status sangat menekankan Gambar 1. Kerangka Konseptual pada pengunaan merek mewah, ini sejalan H1 : Uniqueness value mempengaruhi dengan pendapat Festinger (1954) yang consumer-brand identification dari konsumen mengatakan bawah seseorang cendeng untuk merek fashion mewah. mengikuti pendapat mayoritas didalam suatu H2 : Status Value mempengaruhi kelompok agar orang itu dapat diterima sebagai consumer-brand identification dari konsumen anggota dari kelompok tersebut. merek fashion mewah. H3 : Hedonic value mempengaruhi Hedonic Value consumer-brand identification dari konsumen Menurut Wiedmann et al. (2009) nilai merek fashion mewah. hedonis merupakan persepsi subjektif utilitas H4 : Consumer-brand identification dan properti yang menarik secara intrinsik yang mempengaruhi brand loyalty dari konsumen diperoleh dari pembelian dan konsumsi merek merek fashion mewah mewah sebagai perangsang perasaan dan status afektif diterima dari penghargaan dan METODOLOGI PENELITIAN pemenuhan pribadi. Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian kuantitatif. Menurut Consumer-Brand Identification Hair et al. (2004) penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang memiliki Stokburger-Sauer et al. (2012) penekanan besar pada penggunaan pertanyaan menjabarkan Consumer-Brand Identification formal dan penekanan berat pada penggunaan sebagai sejauh mana seorang individu telah opsi respon yang ditentukan dalam kuesioner menjadikan merek sebagai bagian dalam atau survei yang diberikan kepada responden. konsep diri sendiri, ini didasarkan pada konsep Selanjutnya, Hair et al. (2004) mengemukakan self-brand. Stokburger-Sauer et al. (2012) bahwa dalam penelitian kuantitatif, masalah kemudian menjabarkan bahwa consumer-brand penelitian biasanya terdefinisi dengan baik. identification disebabkan oleh self-definitional Subana dan Sudrajat (2005: p. 25) menjabarkan needs. Identifikasi dengan merek mungkin jika penelitian kuantitatif dilihat dari segi terkait dengan sejauh mana seseorang tujuan, penelitian ini dipakai untuk menguji mempersepsikan merek, yaitu untuk memiliki suatu teori, menyajikan suatu fakta atau kepribadian yang mirip dengan dirinya sendiri mendeskripsikan statistik, dan untuk (brand-self similiarity), menjadi unik atau khas, menunjukkan hubungan antar variabel dan dan menjadi bergengsi. adapula yang sifatnya mengembangkan konsep, mengembangkan pemahaman atau Brand Loyalty mendiskripsikan banyak hal. Menurut Stokburger-Sauer (2010, 2012) Sugiyono (2007), riset kuantitatif menjabarkan bahwa loyalitas merek sebagai menitikberatkan pada keluasan informasi komitmen dari proses identifikasi yang di (bukan kedalaman) sehingga metode ini cocok ekspresikan secara berkelanjutan dan terus- dipergunakan untuk populasi yang luas dengan menerus untuk membeli kembali produk. variable yang terbatas, sehingga data atau hasil riset dianggap sebagai representasi dari seluruh Kerangka Konseptual populasi. Metode yang dipakai adalah metode survei dengan alat kuesioner terstruktur yang diberikan kepada sampel dari sebuah populasi dan dibuat untuk mendapatkan informasi yang spesifik dari responden (Malhotra, 2004) Di dalam penelitian ini, penulis juga Variabel status value memiliki akan memberikan beberapa deskripsi mengenai indikator, good impression, keep up with sampel dan respon-respon partisipan terhadap style,buy to make a good impressions, know survei menggunakan instrumen kuesioner what other people buy, know what other people (disebut sebagai statistik deskriptif). Perlu use, pay attention, know what my friend, avoid ditekankan bahwa desain penelitian ini product that are not in style, worry about what dilakukan secara serempak menggunakan others think, social standing, sharing, consult variable-variabel yang sama pada sampel yang my friends, buy the same brands. sama dalam satu waktu pengambilan data Variabel hedonic value memiliki (cross-sectional). indikator, self-gift giving, extravagance, self- directed pleasure, life enrichment. Definisi Operasional Variabel Variabel penelitian merupakan segala Populasi sesuatu yang ditetapkan oleh peneliti untuk Dalam penelitian ini, populasi yang dipelajari sehingga memperoleh informasi yang akan diteliti adalah seluruh konsumen yang kemudian dapat ditarik menjadi sebuah membeli dan/atau yang pernah memiliki kesimpulan (Sugiyono, 2013: p. 39). Variabel merek-merek fashion mewah di Surabaya. yang diidentifikasikan pada penelitian ini sebanyak 2 buah variabel, dimana peneliti Sampel merumuskan definisi operasional masing- Penentuan ukuran sampel pada masing, sebagai berikut: pengambilan sampel non-probability 1) Variabel Dependen diasumsikan bahwa populasi yang dipakai Menurut Sugiyono (2013, p. 39) dianggap populasi tidak terbatas. Pada variabel dependen atau yang sering disebut pengambilan dan pengumpulan data, penulis sebagai variabel terikat adalah variabel output, akan menyeleksi sampel yang akan dipakai kriteria, dan konsekuen. Variabel terikat adalah sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. variabel yang dipengaruhi atau sebagai akibat, Apabila data yang diambil berasal dari dikarenakan adanya variabel bebas. Di dalam responden yang tidak memenuhi kriteria, maka penelitian ini, yang di sebut sebagai variabel data tersebut terbilang tidak valid. Dalam dependen adalah consumer-brand penelitian ang menggunakan pendekatan PLS, identification dan brand loyalty. kriteria ukuran sampel yang disepakati oleh Indikator dari variabel consumer-brand peneliti dan pembuat PLS (Hair et al., 2014) identification adalah Belonging to brand, adalah sepuluh kali jumlah panah structural identify strongly with the brand, embodies what terbanyak yang mengarah pada salah satu I believe in, part of me, personal meaning. variabel laten. sebagai contoh, dalam model Sedangkan untuk variabel brand penelitian ini dapat dilihat bahwa terdapat tiga loyalty memiliki indikator, the best for me dan panah struktural yang mengarah pada variabel keep buying the brand. Consumer-Brand Identification sehingga 2) Variabel Independen jumlah sampel adalah 30 (sepuluh kali 3 panah Variabel independen merupakan structural). Namun, untuk memperoleh akurasi variabel yang sering disebut sebagai variabel prediksi PLS yang konsisten terhadap model stimulus, prediktor, dan Antessenden. Variabel riset, Hair et al. (2004) menganjurkan ukuran ini sering disebut sebagai variabel bebas yang sampel minimal 100 dikarenakan presisi artinya mempengaruhi atau yang menjadi sebab prediksi model terhadap data meningkat seiring perubahan atau timbulnya variabel dependen dengan peningkatan jumlah sampel. (Sugiyono, 2013:39). Dalam penelitian ini, Jenis dan Sumber Data yang digunakan sebagai variabel independen Data merupakan hasil pengamatan adalah uniqueness value, need status, dan yang dicatat untuk keperluan tertentu. Jenis hedonic value. data dibedakan menjadi dua, yaitu: data Uniqueness value memiliki indikator, kualitatif dan data kuantitatif, sedangkan disinterest of popular product, purchase non- sumber data dibedakan menjadi dua, yaitu: data average product, discontinue using popular primer dan data sekunder (Zikmund, 2003, product, dislike “me-too” product, quit p.63). Dalam penelitian ini jenis data yang wearing common product. digunakan adalah data kuantitatif dimana berasal dari penyebaran kuesioner serta pernyataan yang berkaitan dengan obyek yang dicatatkan dalam bentuk angka - angka. sedang diteliti dalam bentuk nilai yang berada Sumber data yang digunakan adalah: di ujung sebelah kiri (dengan angka rendah) menggambarkan suatu jawaban yang negatif, 1. Data Primer sedangkan ujung kanan (dengan angka besar) Data primer adalah data yang langsung menggambarkan suatu jawaban yang positif. diperoleh dari sumber data pertama pada lokasi penelitian atau objek penelitian (Bungin, 2006, p.122). Data ini didapat dari kuesioner yang ANALISA DATA disebarkan kepada masyarakat yang pernah berbelanja luxury brand di Surabaya. Statistik Deskriptif Analisa data deskriptif pada penelitian 2. Data Sekunder ini menunjukkan bahwa responden sebanyak Data sekunder adalah data yang telah 101 orang. Dengan jenis kelamin pria sebanyak dikumpulkan oleh pihak lain. Data sekunder 53% dan wanita 48%. Selain itu, usia terbanyak dalam penelitian ini diperoleh melalui artikel pada usia 20-30 tahun 74%, 30-40 tahun 19%, elektronik, artikel dari jurnal ilmiah, dan dari dan lebih dari 40 tahun 7%. Dengan profesi artikel-artikel yang di peroleh secara elektronik sebagai mahasiswa atau mahasiswi sebanyak maupun cetak yang berhubungan dengan 69% dan wiraswasta 31%. Dengan demikian, skripsi ini (Kuncoro 2006, p. 136). pada variabel uniqueness value responden setuju bahwa dalam mengonsumsi merek- Metode dan Prosedur Pengumpulan Data merek fashion mewah, konsumen Metode pengumpulan data adalah mengutamakan keunikan, tidak ingin terlihat metode atau cara yang digunakan dalam sama dengan kalangan umum. Pada variabel mengumpulkan sumber data. Adapun metode status value, menunjukkan bahwa responden pengumpulan data yang digunakan pada setuju bahwa konsumen mengonsumsi merek- penelitian ini adalah : merek fashion mewah untuk meningkatkan 1. Metode survei status mereka. Pada variabel hedonic value, Penulis melakukan survei atau responden setuju bahwa mereka lebih penelitian lapangan dengan menyebar mementingkan keuntungan non-fungsional dari kuesioner kepada konsumen. Dalam penelitian merek-merek fashion mewah. Selanjutnya, ini, penulis membagikan kuesioner kepada pada variabel consumer-brand identification, calon responden sesuai dengan metode menunjukkan bahwa konsumen melakukan sampling yang telah dijelaskan pada bab identifikasi dengan merek-merek fashion sebelumnya yaitu: snowball sampling. mewah setelah ketiga nilai (uniqueness, status, dan hedonic value) terpenuhi. Dan pada 2. Studi Pustaka variabel brand loyalty, responden setia kepada Studi pustaka digunakan sebagai acuan merek-merek fashion mewah setelah diri untuk pembuatan analisis teori. Studi pustaka konsumen teridentifikasi dengan merek-merek perlu dilakukan dengan pertimbangan bahwa fashion mewah. studi pustaka tersebut dapat menjadi panduan ketika berada di lapangan sehingga dapat Statistik Diferensial membantu penulis memperoleh pendalaman Pada tahap ini dilakukan pengujian yang lebih terhadap obyek yang diteliti terhadap kesesuaian model melalui berbagai kriteria goodness of fit. Evaluasi model PLS 3. Instrumen Penelitian dilakukan dengan mengevaluasi outer model Pengumpulan data secara langsung dan inner model. Menurut (Jogiyanto, 2009, yang dilakukan pada obyek penelitian sebagai p.57) Model pengukuran (outer model), data primer. Menurut Zikmund (2003) merupakan suatu konsep dan model penelitian penelitian yang menggunakan penyebaran yang tidak dapat diuji dalam suatu model kuisioner dengan skala likert, merupakan teknik prediksi hubungan relasional dan kausal jika pengukuran sikap yang paling luas digunakan belum melewati tahap purifikasi dalam model dalam riset pemasaran. Cara pengisian pengukuran. Model pengukuran sendiri kuisioner adalah responden diminta untuk digunakan untuk menguji validitas konstruk memberi pendapat tentang serangkaian dan reliabilitas instrument. a. Outer Model (CBI), dan Brand Loyalty tersebut yang Outer model merupakan model menunjukkan lebih besar dari 0,50, maka dapat pengukuran untuk menilai validitas dan disimpulkan bahwa AVE telah memenuhi reliabilitas model. Melalui proses iterasi convergent validity. algoritma, parameter model pengukuran (validitas konvergen, validitas diskriminan, Tabel 3. Uji Validitas (Convergent Validity) Konstrak Label Item Outer composite reliability, dan cronbach’s alpha) Loading Uniqueness UV1 Kehilangan minat pada 0,712 diperoleh, termasuk nilai 𝑅2 sebagai parameter Value merek-merek fashion ketepatan model prediksi (Jogiyanto, 2009, p. mewah yang telah populer UV2 Saya menghindari produk 0,745 57). atau merek-merek yang sudah dibeli oleh konsumen Tabel 1. Composite Reliability pada umumnya. Composite Reliability UV3 Jarang menggunakan 0,715 produk yang menjadi BRAND LOYALTY 0,814 populer CBI 0,875 UV4 Menghindari produk yang 0,787 HEDONIC VALUE 0,794 telah dibeli kalangan STATUS VALUE 0,782 umum. UNIQUENESS VALUE 0,896 UV6 Saya berhenti mengenakan 0,769 produk-produk fashion yang telah menjadi populer Berdasarkan hasil perhitungan UV7 Kurang tertarik untuk 0,719 membeli produk fashion composite reliability menunjukkan bahwa nilai yang telah menjadi umum. UV8 Produk terkesan tidak 0,751 composite reliability masing-masing variabel memiliki nilai lebih bagi penelitian di atas 0,70 sehingga bisa dinyatakan saya ketika dibeli secara terus-menerus oleh semua bahwa data penelitian memenuhi pengujian orang. composite reliability. Status Value SV4 Penting untuk mengetahui 0,734 orang seperti apa yang membeli merek atau produk b. Validitas Konvergen tertentu. Validitas konvergen berhubungan SV8 Saya secara aktif 0,750 menghindari menggunakan dengan prinsip bahwa pengukur-pengukur dari produk-produk yang tidak suatu konstruk seharusnya berkorelasi tinggi. sesuai tren terkini. SV11 Sebagai konsumen merek 0,729 Validitas konvergen terjadi jika skor yang mewah, berbagi dengan diperoleh dari dua instrumen yang berbeda teman adalah motivator yang penting bagi saya. yang mengukur konstruk yang sama Hedonic HV1 Membeli merek-merek 0,790 Value mewah dapat dilihat sebagai mempunyai korelasi tinggi (Hartono, 2008 hadiah-hadiah bagi saya seperti dikutip dalam Jogiyanto, 2009, p. 60). untuk merayakan suatu peristiwa penting bagi saya. Model mempunyai validitas konvergen yang HV3 Merek-merek mewah 0,690 baik jika nilai AVE di atas 0,5 (Hair et al., adalah salah satu sumber kesenangan saya sendiri 2014). tanpa memperhatikan perasaan orang lain. Tabel 2. Average Variance Extracted (AVE) HV4 Sebagai konsumen produk 0,767 atau merek mewah, Average Variance Extracted perkembangan budaya (AVE) adalah motivator yang BRAND LOYALTY 0,687 penting. CBI 0,584 Consumer CBI1 Saya merasa menjadi 0,803 HEDONIC VALUE 0,563 Brand bagian dari merek. STATUS VALUE 0,544 Identification CBI2 Saya benar-benar 0,743 mengidentifikasikan diri UNIQUENESS VALUE 0,552 saya dengan merek-merek fashion mewah. CBI3 Merek-merek fashion 0,770 mewah mewujudkan apa Tabel 4.12 menunjukkan bahwa nilai Average yang saya yakini. variance extracted (AVE) dari variabel CBI4 Merek-merek fashion 0,780 mewah itu seperti bagian Uniqueness Value sebesar 0,552, variabel dari saya. Status Value sebesar 0,544, variabel Hedonic CBI5 Merek memiliki makna 0,722 pribadi yang besar bagi Value sebesar 0,563, variabel Consumer-Brand saya. Identification (CBI) sebesar 0,584, dan variabel Brand BL1 Saya tetap memilih merek- 0,856 Loyalty merek fashion mewah Brand Loyalty sebesar 0,687. Berdasarkan hasil karena ssaya tahu itu yang nilai Average variance extracted (AVE) terbaik untuk saya BL3 Saya berinat untuk tetap 0,801 variabel Uniqueness Value, Status Value, membeli merek fashion mewah Hedonic Value, Consumer-Brand Identification Uniqueness Value yang terdiri dari Nilai cross loadings pada tabel diatas UV1, UV2, UV3, UV4, UV6, UV7, dan UV8 didapatkan keseluruhan dari konstruk dinyatakan sahih sebagai alat ukur konstrak pembentuk dinyatakan memiliki diskriminan tersebut, karena nilai convergent validity diatas yang baik. Dimana nilai korelasi indikator 0,708. Variabel Status Value yang terdiri dari terhadap konstruknya harus lebih besar SV4, SV8, SV11 dinyatakan sahih sebagai alat dibandingkan nilai korelasi antara indikator ukur konstrak tersebut, karena memiliki nilai dengan konstruk lainnya. convergent validity diatas 0,708. Variabel Tabel 5. Fornell-Larcker Criterion Hedonic Value yang terdiri dari HV1 dan HV4 BRAND CBI HEDONIC STATUS UNIQUE LOYALTY VALUE VALUE NESS dinyatakan sahih sebagai alat ukur konstrak VALUE BRAND 0,829 tersebut (nilai outer loading diatas 0.708), LOYALTY kecuali untuk indikator HV3 karena memiliki CBI 0,673 0,764 HEDONIC 0,588 0,586 0,750 nilai convergent validity diatas 0,5 (masih dapat VALUE diterima pada studi ini yang masih bersifat STATUS 0,485 0,604 0,516 0,738 VALUE eksploratori karena memperluas model UNIQUENE 0,561 0,706 0,555 0,621 0,743 penelitian dari negara Eropa ke negara SS VALUE Indonesia). Variabel Consumer-Brand Discriminant validity dalam Identification yang terdiri dari CBI1, CBI2, pendekatan ini adalah menggunakan kriteria CBI3, CBI4, dan CBI5 dinyatakan sahih Fornell-Larcker (Fornell dan Larcker, 1981) sebagai alat ukur konstrak tersebut, karena dimana nilai akar kuadrat AVE suatu konstrak memiliki nilai convergent validity diatas 0,5. harus lebih besar dari nilai korelasi nya dengan Variabel Brand Loyalty yang terdiri dari BL1 konstrak-konstrak lainnya. Tabel berikut ini dan BL3 pengukuran keseluruhannya merupakan ringkasan kriteria Fornell-Larcker mempunyai nilai convergent validity diatas 0,5, yang dimaksud. maka seluruh item pengukuran yang mengukur d. Inner Model Brand Loyalty dinyatakan sahih sebagai alat ukur konstrak tersebut. Menurut Jogiyanto (2009, p. 57) inner model merupakan model struktural untuk c. Validitas Diskriminan memprediksi hubungan kausalitas antar Validitas diskriminan berhubungan variabel laten. Melalui proses bootstrapping, dengan prinsip bahwa pengukur-pengukur parameter uji T statistic diperoleh untuk konstruk yang berbeda seharusnya tidak memprediksi adanya hubungan kausalitas. berkorelasi dengan tinggi. Validitas Model struktural dalam PLS dievaluasi dengan diskriminan terjadi jika dua instrumen yang berbeda yang mengukur dua konstruk yang menggunakan 𝑅2 untuk konstruk dependen, nilai koefisien path atau t-values tiap path untuk diprediksi tidak berkorelasi menghasilkan skor yang memang tidak berkorelasi (Hartono, 2008 uji signifikansi antar konstruk dalam model seperti dikutip dalam Jogiyanto, 2009, p. 61). struktural. Nilai 𝑅2 digunakan untuk mengukur tingkat variasi perubahan variabel independen Tabel 4. Cross Loading terhadap variabel dependen. Semakin tinggi BRAND LOYALTY CBI HEDO NIC STATU S UNIQU ENESS nilai 𝑅2 berarti semakin baik model prediksi VALUE VALUE VALUE dari model penelitian yang diajukan. Untuk BL1 0,856 0,597 0,453 0,499 0,533 BL3 0,801 0,515 0,528 0,292 0,389 variabel laten endogen dalam model structural CBI1 0,582 0,803 0,453 0,497 0,570 yang memiliki hasil R2 sebesar 0.48 CBI2 CBI3 0,586 0,398 0,743 0,770 0,456 0,388 0,397 0,529 0,531 0,557 mengindikasikan bahwa model “moderat”, R2 CBI4 0,458 0,780 0,397 0,471 0,526 sebesar 0.47 mengindikasikan bahwa model CBI5 0,524 0,722 0,535 0,419 0,510 “moderat” (Ghozali, 2014). Adapun output PLS HV1 0,494 0,475 0,790 0,347 0,436 HV3 0,399 0,418 0,690 0,465 0,458 sebagaimana dijelaskan berikut: HV4 0,425 0,423 0,767 0,355 0,354 SV4 0,350 0,453 0,371 0,734 0,396 SV8 0,404 0,450 0,368 0,750 0,487 Tabel 6. Nilai R-Square SV11 0,319 0,432 0,403 0,729 0,493 R Square R Square Adjusted UV1 0,412 0,478 0,298 0,275 0,712 BRAND LOYALTY 0,454 0,448 UV2 0,386 0,538 0,434 0,459 0,745 CBI 0,577 0,564 UV3 0,476 0,485 0,464 0,486 0,715 UV4 0,415 0,589 0,416 0,494 0,787 UV6 0,374 0,550 0,385 0,487 0,769 Berdasarkan Tabel 6 Variabel UV7 0,424 0,468 0,483 0,526 0,719 Uniqueness Value, Status Value, dan Hedonic UV8 0,445 0,547 0,416 0,495 0,751 Value yang mempengaruhi variabel Consumer- sebesar 4.399 yang berarti lebih besar dari 1,96. Brand Identification (CBI) dalam model Dengan demikian, hipotesis H1 yang berbunyi struktural memiliki nilai R2 sebesar 0,577 yang “Uniqueness value memiliki pengaruh mengindikasikan bahwa model adalah terhadap consumer-brand identification” dapat “moderat”. Sedangkan Variabel Consumer- dinyatakan diterima. Brand Identification yang mempengaruhi 2. Status Value memiliki pengaruh variabel Brand Loyalty dalam model struktural signifikan terhadap Consumer-Brand memiliki nilai R2 sebesar 0,454 yang juga Identification, karena nilai T-statistik sebesar mengindikasikan bahwa model “moderet”. 2.509 yang berarti lebih besar dari 1,96. Dengan Kesesuaian model struktural dapat dilihat dari demikian, hipotesis H2 yang berbunyi “Status Q2, sebagai berikut : Value memiliki pengaruh terhadap consumer- Q2 = 1 – [(1 – R1) (1 – R2)] brand identification”, dapat dinyatakan = 1 – [(1 – 0,454) (1 – 0,577)] diterima. = 1 – [(0,546) (0,423)] 3. Hedonic Value memiliki pengaruh = 1 – [0,230] signifikan terhadap Consumer-Brand = 0,770 Identification, karena nilai T-statistik sebesar 2 Hasil Q yang dicapai adalah 0.77, berarti 2.573 yang berarti lebih besar dari 1,96 . bahwa nilai Q2 di atas nilai nol memberikan Dengan demikian, hipotesis H3 yang berbunyi bukti bahwa model memiliki predictive “Hedonic value memiliki pengaruh terhadap relevance yang tinggi. consumer-brand identification”, dapat Pengujian Hipotesis Penelitian dinyatakan diterima. 4. Consumer-Brand Identification memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Brand Loyalty. Hal ini diketahui dari nilai T-Statistik sebesar 9.639 yang berarti lebih besar dari 1,96. Dengan demikian, hipotesis H4 yang berbunyi “Consumer-Brand Identification memiliki pengaruh terhadap Brand Loyalty”, dapat dinyatakan diterima.
Kesimpulan
Pengaruh Uniqueness Value Terhadap
Gambar 2. Model PLS inner model Consumer-Brand Identification Berdasarkan hasil penelitian diketahui Hasil Analisis Jalur bahwa Uniqueness Value berpengaruh Hasil analisis jalur pada gambar 2 penelitian signifikan terhadap Online Perceived Value, dapat dilihat t-statistic pada Tabel 7 berikut ini: karena nilai T statistik sebesar 4.399 yang berarti lebih besar dari 1,96. Artinya, semakin Tabel 7. Uji Hipotesis Pengaruh Langsung tinggi Uniqueness Value atau nilai keunikan Path T P Keterangan coefficient Statistics Values suatu produk mewah yang diberikan kepada CBI -> 0,673 9,639 0,000 Hipotesis pelanggan maka akan semakin tinggi juga BRAND diterima LOYALTY Consumer-Brand Identification tersebut. HEDONIC 0,230 2,573 0,010 Hipotesis Dengan demikian hipotesis pertama yang VALUE -> diterima CBI berbunyi “Uniqueness value memiliki STATUS 0,206 2,509 0,012 Hipotesis pengaruh terhadap consumer-brand VALUE -> diterima CBI identification” adalah terbukti dan dapat UNIQUENESS 0,451 4,399 0,000 Hipotesis dinyatakan diterima. VALUE -> diterima CBI Stokburger-Sauer dan Tiechmann (2013 : p. 891) menjelaskan bahwa konsumen Berdasarkan Tabel 7 mengenai menggunakan barang mewah sebagai simbol pengujian hipotesis dapat dijelaskan bahwa: identitas individu dan sosial. Dengan begitu, 1. Uniqueness Value memiliki pengaruh konsumsi barang mewah bisa membuat signifikan terhadap Consumer-Brand konsumen terikat dengan kelompok atau peran Identification (CBI) karena nilai T-statistik yang diinginkan. Individu menggunakan merek dan konsumsi merek sebagai isyarat untuk telah menunjukkan bahwa produk mewah proses identifikasi mereka (Stokburger-Sauer, cenderung memberikan manfaat intangible 2010). Dengan demikian, penelitian tentang yang subjektif (Dubois & Laurent, 1994). Dan peran penggerak peningkatan diri dalam penelitian mengenai konsep kemewahan telah afinitas konsumen terhadap merek serta berulang kali mengidentifikasi respons identifikasi konsumen-perusahaan emosional yang terkait dengan konsumsi (Bhattacharya & Sen, 2003) akan menyarankan mewah, seperti kenikmatan indrawi, keindahan suatu keunikan dan status nilai yang dirasakan estetika, dan kegembiraan (Wiedmann et al., merek sebagai anteseden untuk identifikasi 2010 : p. 631) merek konsumen. Pengaruh Consumer-Brand Identification Pengaruh Status Value Terhadap Consumer- Terhadap Brand Loyalty Brand Identification Consumer-Brand Identification Berdasarkan hasil penelitian diketahui memiliki pengaruh terhadap Brand Loyalty. bahwa Status Value berpengaruh signifikan Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian terhadap Consumer-Brand Identification, diketahui bahwa Consumer-Brand karena nilai T statistik sebesar 2.509 yang Identification berpengaruh signifikan terhadap berarti lebih besar dari 1,96. Artinya, semakin Brand Loyalty, karena nilai T statistik sebesar tinggi Status Value maka Consumer-Brand 9.639 yang berarti lebih besar dari 1,96. Dengan Identification semakin meningkat. Dengan demikian, hipotesis keempat yang berbunyi demikian hipotesis kedua yang berbunyi “Consumer-Brand Identification memiliki “Status Value memiliki pengaruh terhadap pengaruh terhadap Brand Loyalty” adalah consumer-brand identification” adalah terbukti terbukti dan dapat dinyatakan diterima dan dapat dinyatakan diterima. Hasil penelitian ini sejalan dengan Hasil analisis yang membuktikan penelitian Bergami dan Bagozzi (2000) dapat bahwa variabel Status Value memiliki pengaruh secara empiris memverifikasi hubungan yang positif terhadap Consumer-Brand Identification kuat antara identifikasi dan komitmen. menunjukkan bahwa Consumer-Brand Loyalitas pelanggan saat ini sering Identification yang tinggi dapat dibentuk dikonseptualisasikan sebagai konstruk yang melalui Status Value yang tinggi. Hasil ini terdiri dari sikap (yaitu, komitmen) dan menunjukkan bahwa Status Value merupakan komponen perilaku, dengan korelasi yang salah satu faktor yang dapat meningkatkan tinggi di antara mereka. Consumer-Brand Identification. Hasil dalam penelitian ini sejalan dengan penelitian yang KESIMPULAN DAN SARAN dilakukan oleh Wiedmann et al. (2010) yang mengatakan bahwa seseorang cenderung Kesimpulan mengikuti atau mengadaptasi lingkungan yang Berdasarkan analisis yang telah ada, mayoritas kelompok yang ada dalam suatu dialakukan dapat diambil beberapa kesimpulan lingkungan untuk mencapai nilai status. antara lain: 1. Uniqueness Value memiliki pengaruh Pengaruh Hedonic Value Terhadap signifikan terhadap Consumer-Brand Consumer-Brand Identification Identification. Pengaruh kedua variabel tersebut adalah positif yang menunjukkan Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa semakin unik suatu merek fashion bahwa Hedonic Value berpengaruh signifikan mewah maka akan semakin meningkat proses terhadap Consumer-Brand Identification, identifikasi konsumen terhadap merek fashion karena nilai T statistik sebesar 2.573 yang mewah. Dengan demikian, hipotesis pertama berarti lebih besar dari 1,96. Dengan demikian dalam penelitian ini yang berbunyi hipotesis ketiga yang berbunyi “Hedonic value “Uniqueness value memiliki pengaruh memiliki pengaruh terhadap consumer-brand terhadap consumer-brand identification” dapat identification” adalah terbukti dan dapat dinyatakan diterima. dinyatakan diterima. 2. Status Value memiliki pengaruh Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian signifikan terhadap Consumer-Brand Wiedmann et al. (2010 : p. 631) menjelaskan Identification. Dengan demikian. Pengaruh bahwa studi di bidang konsumsi produk mewah kedua variabel tersebut adalah positif yang menunjukkan bahwa semakin seseorang dapat 2. Status Value merupakan bagian yang memenuhi nilai status dalam hidupnya dengan paling penting karena salah satu penyebab menggunakan merek fashion mewah maka seseorang melakukan konsumsi terhadap merek akan semakin meningkatkan proses identifikasi fashion mewah, dikarenakan ingin memiliki konsumen terhadap merek fashion mewah. nilai status atau kedudukan status yang sama Hipotesis kedua dalam penelitian ini yang dengan mayoritas kelompok atau kalangan berbunyi “Status Value memiliki pengaruh dalam lingkungan mereka. terhadap consumer-brand identification” dapat - Manajer pemasaran merek fashion dinyatakan diterima. mewah harus menekankan desain 3. Hedonic Value memiliki pengaruh produk-produk yang dijual sesuai dengan signifikan terhadap Consumer-Brand tren yang sedang popular atau tren Identification. Pengaruh kedua variabel terkini, contohnya: style denim, tersebut adalah positif yang menunjukkan bohemian, street style, check print style, bahwa semakin seseorang mendapatkan nilai dan lainnya. hedonis atau kesenangan dalam mengonsumsi 3. Hedonic Value merupakan bagian yang merek fashion mewah maka akan semakin paling penting karena dalam mengonsumsi meningkat proses identifikasi konsuemn merek fashion mewah seseorang merasakan terhadap merek fashion mewah. Dengan manfaat yang tidak fungsional, yaitu merasa demikian, hipotesis ketiga dalam penelitian ini senang ketika mengonsumsi merek fashion yang berbunyi “Hedonic value memiliki mewah. pengaruh terhadap consumer-brand - Manajer pemasaran merek fashion identification” dapat dinyatakan diterima. mewah menekankan pada eksklusivitas 4. Variabel Consumer-Brand produk-produk yang dijual dengan Identification memiliki pengaruh terhadap digabungkan pada event-event tertentu, Brand Loyalty. Hal ini menunjukkan bahwa contohnya: occasional items pada saat loyalitas pelanggan terhadap merek fashion hari valentine, birthday customer, atau mewah didorong oleh proses identifikasi international public holidays pada terlebih dahulu terhadap merek fashion mewah. umumnya. Dengan demikian hipotesis keempat yang berbunyi “Consumer-Brand Identification Limitasi Penelitian memiliki pengaruh terhadap Brand Loyalty” Penyusunan skripsi ini telah dapat dinyatakan diterima. diupayakan sesuai dengan prosedur Universitas Kristen Petra, namun menyadari perlu Saran peningkatan sebagai akibat : Saran secara garis besar yang dapat 1. Untuk menyempurnakan hasil diberikan peneliti berdasarkan hasil penelitian penelitian ini bagi peneliti lain yang ingin ini adalah sebagai berikut: mengadakan penelitian yang sama, maka Diharapkan agar merek-merek fashion dimohon untuk mencari item-item lain pada mewah dapat mempertahankan dan lebih variabel status value dan atau mencari meningkatkan Brand Loyalty pada elemen- indikator-indikator lain pada variabel ini elemen di bawah ini : 2. Memperluas kategori produk dari 1. Uniqueness Value merupakan bagian merek fashion mewah ke mobil mewah, yang paling penting dari kelima variabel dalam consumer electronic mewah, sehingga level penelitian ini, karena dalam mengonsumsi generalisasi temuan penelitian lebih tinggi. merek fashion mewah konsumen sangat 3. Kesungguhan responden saat mengisi membutuhkan nilai keunikan agar dirinya merupakan hal-hal yang berada di luar berbeda atau tidak sama dengan kalangan jangkauan peneliti untuk mengontrolnya, umum. dengan demikian perlu adanya pendampingan - Manajer pemasaran merek fashion surveyor lapangan dalam pengisian kuesioner, mewah harus menekankan ekslusivitas tidak harus dari metode online survei saja. produk-produk fashion yang dijual, contohnya: limited item, rare item, DAFTAR REFERENSI collaboration item dengan brand lain Bergami, M., & Bagozzi, R. P. (2000). Self‐ (Louis Vuitton dengan Supreme) categorization, affective commitment and group self‐esteem as distinct aspects of social identity in the organization. British Journal of Social Business Research, 63(11), 1156-1163, Psychology, 39(4), 555-577. https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2009.10.012. Bhattacharya, C. B., & Sen, S. (2003). Consumer- Tian, K. T., Bearden, W. O., & Hunter, G. L. (2001). company identification: A framework for Consumers' need for uniqueness: Scale understanding consumers’ relationships with development and validation. Journal of consumer companies. Journal of marketing, 67(2), 76-88, research, 28(1), 50- https://doi.org/10.1509/jmkg.67.2.76.18609. 66., https://doi.org/10.1086/321947 Bungin, B. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif: Wiedmann, K. P., Hennigs, N., & Siebels, A. (2009). Komunikasi. Ekonomi Dan KebijakanPublik Serta Value‐based segmentation of luxury consumption Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, Prenada Media Group, behavior. Psychology & Marketing, 26(7), 625- Jakarta. 651, https://doi.org/10.1002/mar.20292 Dubois, B., & Laurent, G. (1994). Attitudes towards the Zikmund, W.G. (2003). Business Research Methods. (7th concept of luxury: An exploratory analysis. ACR ed.), Thomson South Western, Ohio: Cengage Asia-Pacific Advances. Learning EMEA Festinger, L. (1954). A theory of social comparison process. Human Relations, 7, 117–140. F. Hair Jr, J., Sarstedt, M., Hopkins, L., & G. Kuppelwieser, V. (2014). Partial least squares structural equation modeling (PLS-SEM) An emerging tool in business research. European Business Review, 26(2), 106-121. F. Hair Jr, J., Bush, R.P., & Ortinau, D.J. (2004). Marketing Research: Within a Changing Information Enviromental, International Edition (2nd ed.), New York: McGraw-Hill. Ghozali, I (2014). Structural Equation Modeling, Metode Alternatif dengan Partial Least Square (PLS). Edisi 4. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hartono (2008). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. (5th ed.), Yogyakarta: Penerbit. BPFE Https://www.bcg.com/ Https://www.statista.com/statistics/267948/brand-value- of-the-leading-10-most-valuable-luxury-brands- worldwide/ Jogiyanto. (2009). Konsep & aplikasi PLS untuk penelitian empiris. BPFE Yogyakarta. Kuncoro, M. (2003). Metode riset untuk bisnis dan ekonomi. Jakarta: Balai Pustaka Malhotra, N.K., (2004). Marketing Research: An Applied Orientation. Prentice Hall International Edition, (2nd ed.), Amerika Serikat: Prentice Hall. Sirgy, M. J. (1982). Self-concept in consumer behavior: A critical review. Journal of consumer research, 9(3), 287-300, https://doi.org/10.1086/208924 Stokburger‐Sauer, N. (2010). Brand community: Drivers and outcomes. Psychology & Marketing, 27(4), 347-368, https://doi.org/10.1002/mar.20335 Stokburger-Sauer, N., Ratneshwar, S., & Sen, S. (2012). Drivers of consumer–brand identification. International journal of research in marketing, 29(4), 406-418, https://doi.org/10.1016/j.ijresmar.2012.06.001 Stokburger-Sauer, N. E., & Teichmann, K. (2013). Is luxury just a female thing? The role of gender in luxury brand consumption. Journal of Business Research, 66(7), 889-896, https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2011.12.007 Subana, M. Dan Sudrajat. 2005. Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Tynan, C., McKechnie, S., & Chhuon, C. (2010). Co- creating value for luxury brands. Journal of
Pendekatan sederhana untuk marketing: Panduan praktis untuk dasar-dasar marketing profesional dan strategi terbaik untuk menargetkan bisnis Anda ke pasar