Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH KEBUTUHAN UNIQUENESS, STATUS, DAN HEDONIC VALUE TERHADAP

CONSUMER-BRAND IDENTIFICATION DAN BRAND LOYALTY KONSUMEN MEREK-


MEREK FASHION MEWAH DI SURABAYA

Herlius Theodore Pangestu ; Ferry Jaolis


Program Manajemen Pemasaran, Universitas Kristen Petra
Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya
E-mail: m36415012@john.petra.ac.id ; ferry.jaolis@petra.ac.id

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan Keyword Luxury Brands, Uniquness Value,


untuk menguji pengaruh dari tiga nilai penting Status Value, Hedonic Value, Consumer-Brand
yang erat kaitannya dengan merek mewah Identification, Brand Loyalty
(luxury brand), yaitu nilai keunikan
(uniqueness value), nilai status (status value), PENDAHULUAN
dan nilai hedonis (hedonic value) yang Segmen pakaian dan pasar fashion di
mempengaruhi identifikasi konsumen terhadap Indonesia terus berkembang secara signifikan
suatu merek (consumer-brand identification) dari waktu ke waktu, hal ini memungkinkan
terhadap loyalitas merek (Brand Loyalty). konsumen untuk tampil dan merasa lebih trendi
Penelitian ini bersifat konklusif dan di dengan gaya yang berbeda-beda satu sama lain.
klasifikasikan dalam jenis riset kausal dengan Bagi beberapa konsumen, tujuan tampil
menggunakan pendekatan kuantitatif. Data fashionable dengan mengenakan produk
dikumpulkan melalui Google Form fashion bermerek adalah untuk memperoleh
menggunakan instrumen kuesioner dengan kepuasan dan pengalaman yang
respon yang dapat digunakan dari 101 menyenangkan. Produk-produk fashion
responden. Responden adalah konsumen yang beremerek cenderung diciptakan untuk untuk
membeli dan memiliki fashion merek mewah menawarkan rasa bangga pada mereka yang
(luxury brand fashion) yang berada di menggunakannya, terutama bagi para
Surabaya. Data di olah menggunakan konsumen yang yang termasuk dalam fashion
pendekatan persamaan model structural dengan conscious consumers, dimana mereka
Teknik Partial Least Square. Analisis data menyadarai bahwa produk fashion yang mereka
menunjukan bukti kuat untuk mendukung gunakan diciptakan oleh produsen fashion
keseluruhan hipotesa penelitian. papan atas.
Berdasarkan data dari Boston
Kata kunci: Luxury Brands, Uniquness Value, Consulting Group (BCG) bank dunia
Status Value, Hedonic Value, Consumer-Brand memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia
Identification, Brand Loyalty tahun 2017 meningkat 5,2% sebagian besar
disumbang dari meningkatnya ekonomi kelas
ABSTRACT This study examines the menengah di Indonesia. Pertumbuhan kelas
effect of three important values that are closely menengah sebesar 64% di tahun 2012
related to luxury brand, namely uniqueness berjumlah 41,6 juta jiwa dan terus meningkat
value, status value, and hedonic value that 68,2 juta jiwa di tahun 2020. Seiring dengan
affect consumer-brand identification toward bertambahnya masyarakat golongan kelas
brand loyalty. This research is conclusive and menengah hingga kelas atas ini, menciptakan
classified as causal-type research using a konsumen mapan dengan daya beli tinggi dari
quantitative approach. The data was collected sebelumnya.
through online surveys using a self- Berdasarkan data dari
administered questionnaire resulting in 101 www.statista.com peringkat tertinggi merek
usable responses. The respondents are yang diminati adalah Louis Vuitton. Louis
consumers who buy and have a luxury brand Vuitton merupakan rumah mode asal Perancis
fashion in Surabaya. The data is used using a yang berdiri sejak 1854. Keunikan dari label
Structural Equation Modeling using Partial merek mewah ini terletak pada motif
Least Square technique. Results showed monogram yang ikonik dan terkenal di seluruh
substantial evidence for research hypotheses. dunia. Louis Vuitton merupakan salah satu
fashion retail yang paling sering mengeluarkan 1984). Identitas merek mewah merupakan
tas-tas model baru dan kualitas produknya identitas yang diaspirasikan yang dapat
memiliki standarisasi produksi yang sangat memperbaiki identitas yang aktual saat ini.
ketat. Oleh karena itu, merek mewah cenderung
Tynan et al. (2010: p. 1157) melekatkan identitas yang dibentuknya secara
mengatakan kata luxury berasal dari kata sengaja untuk menjadi aspirasi identitas diri
‘luxus’, yang berarti 'hidup yang mewah, konsumen target. Identitas ini akan menyatu
(berlebihan) - kemewahan' dan 'kemewahan, dengan identitas konsumen ketika merek
kemewahan, kemewahan', tetapi istilah mewah memberikan tiga value tersebut.
'kemewahan' saat ini yang umumnya digunakan Kondisi ini dikenal sebagai Consumer-Brand
oleh para pemasar di sebagian besar kategori Identification. CBI diproyeksikan akan
produk atau jasa untuk berkomunikasi dengan membentuk loyalitas yang kuat dari para
konsumen pada suatu tingkatan penawaran pelanggan merek mewah jika para pelanggan
tertentu (Dubois et al., 2005) untuk membujuk merek mewah dapat merasakan manfaat sosial
mereka melakukan 'tukar tambah'. yang diberikan dari merek mewah tersebut.
Stokburger-Sauer dan Teichmann (Stokburger-Sauer et al., 2012: p. 409).
(2013) memilih tiga persepsi nilai non- Dari penjelasan di atas, permasalahan
fungsional pada konsumsi merek mewah yang penelitian dapat di definisikan sebagai berikut
sering dikaitkan dengan merek mewah (luxury “Apakah uniqueness value, status value, dan
brand). Nilai tambah barang – barang dan hedonic value, consumer brand identification
ataupun merek – merek mewah sangat beragam memiliki hubungan dengan loyalitas merek
namun tiga elemen yang penting mampu (Brand Loyalty) terhadap merek mewah di
menambah nilai barang dan merek mewah, Surabaya”.
yaitu apakah merek tersebut memberikan
persepsi nilai yang unik, hedonis, dan LANDASAN TEORI
meningkatkan status. Setelah tiga elemen ini Uniqueness Value
terpenuhi akan membuat seseorang melakukan Salah satu manifestasi terkuat dari
identifikasi diri konsumen dengan suatu merek kecenderungan konsumen untuk mengejar nilai
sebagai bentuk dari self-expression konsumen keunikan sebuah produk/jasa/merek adalah
terhadap merek mewah tersebut yang telah keinginan mereka untuk menghindari
memberikan konsumen tiga nilai tambah kesamaan dengan orang-orang lainnya
penting kepada diri konsumen. Setelah (avoidance of similarity). Tian et al. (2001:
konsumen melakukan identifikasi terhadap p.52) mengungkapkan bahwa avoidance of
merek mewah, serta konsumen merasa sangat similarity merujuk pada kecenderungan
puas dengan merek mewah tersebut, konsumen konsumen untuk kehilangan minat pada, atau
akan mengekspresikan identifikasi itu dengan berhenti menggunakan, barang-barang yang
komitmen jangka panjang atau loyalitas umum digunakan orang-orang lainnya agar
terhadap suatu merek mewah yang dapat menjauh dari norma-norma yang ada dan
diidentifikasi. untuk membangun kembali keunikan dirinya.
Tujuan pertama dari penelitian ini Tian et al. (2001) juga mengatakan bahwa nilai
adalah untuk menyelidiki respon merek mewah keunikan adalah kecenderungan konsumen
konsumen dengan fokus khusus pada untuk mengejar perbedaan terhadap orang lain
kebutuhan konsumen akan keunikan. Tujuan melalui akuisisi, pemanfaatan, dan disposisi
kedua adalah menganalisis persepsi nilai barang konsumsi untuk tujuan
pelanggan yang terkait dengan merek mewah. mengembangkan dan meningkatkan self-image
Secara khusus, penelitian ini menyelidiki dan gambar sosial seseorang. Tian et al. (2001:
potensi merek mewah untuk membangkitkan p.52) juga menjelaskan keunikan harus
persepsi yang lebih tinggi tentang keunikan, mencerminkan perbedaan individu dalam
status, dan nilai hedonis atas merek-merek non- konsumen motivasi counterconformity —
mewah. Ketiga nilai ini penting karena dapat motivasi untuk membedakan diri melalui
menimbulkan consumer-brand identification barang-barang konsumsi dan tampilan visual
yang pada akhirnya membentuk brand loyalty. barang-barang ini yang melibatkan pengejaran
Ketiga nilai tersebut jika diperoleh kehendak atau kesengajaan perbedaan terhadap
konsumen akan menjawab kebutuhan mereka orang lain sebagai tujuan akhir.
untuk membentuk identitas tertentu (Sirgy,
Status Value
Menurut Wiedmann et al. (2009) nilai
status adalah kencenderungan seseorang untuk
melakukan usaha agar dapat mendapat
pengakuan didalam lingkungan kelompok
dimana dia berada, kencenderungan untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial
dimana dia berada. Wiedmann et al. (2009) juga
mengatakan nilai status sangat menekankan Gambar 1. Kerangka Konseptual
pada pengunaan merek mewah, ini sejalan H1 : Uniqueness value mempengaruhi
dengan pendapat Festinger (1954) yang consumer-brand identification dari konsumen
mengatakan bawah seseorang cendeng untuk merek fashion mewah.
mengikuti pendapat mayoritas didalam suatu H2 : Status Value mempengaruhi
kelompok agar orang itu dapat diterima sebagai consumer-brand identification dari konsumen
anggota dari kelompok tersebut. merek fashion mewah.
H3 : Hedonic value mempengaruhi
Hedonic Value consumer-brand identification dari konsumen
Menurut Wiedmann et al. (2009) nilai merek fashion mewah.
hedonis merupakan persepsi subjektif utilitas H4 : Consumer-brand identification
dan properti yang menarik secara intrinsik yang mempengaruhi brand loyalty dari konsumen
diperoleh dari pembelian dan konsumsi merek merek fashion mewah
mewah sebagai perangsang perasaan dan status
afektif diterima dari penghargaan dan METODOLOGI PENELITIAN
pemenuhan pribadi. Jenis penelitian yang digunakan oleh
penulis adalah penelitian kuantitatif. Menurut
Consumer-Brand Identification Hair et al. (2004) penelitian kuantitatif
merupakan penelitian yang memiliki
Stokburger-Sauer et al. (2012)
penekanan besar pada penggunaan pertanyaan
menjabarkan Consumer-Brand Identification
formal dan penekanan berat pada penggunaan
sebagai sejauh mana seorang individu telah
opsi respon yang ditentukan dalam kuesioner
menjadikan merek sebagai bagian dalam
atau survei yang diberikan kepada responden.
konsep diri sendiri, ini didasarkan pada konsep
Selanjutnya, Hair et al. (2004) mengemukakan
self-brand. Stokburger-Sauer et al. (2012)
bahwa dalam penelitian kuantitatif, masalah
kemudian menjabarkan bahwa consumer-brand
penelitian biasanya terdefinisi dengan baik.
identification disebabkan oleh self-definitional
Subana dan Sudrajat (2005: p. 25) menjabarkan
needs. Identifikasi dengan merek mungkin
jika penelitian kuantitatif dilihat dari segi
terkait dengan sejauh mana seseorang
tujuan, penelitian ini dipakai untuk menguji
mempersepsikan merek, yaitu untuk memiliki
suatu teori, menyajikan suatu fakta atau
kepribadian yang mirip dengan dirinya sendiri
mendeskripsikan statistik, dan untuk
(brand-self similiarity), menjadi unik atau khas,
menunjukkan hubungan antar variabel dan
dan menjadi bergengsi.
adapula yang sifatnya mengembangkan konsep,
mengembangkan pemahaman atau
Brand Loyalty
mendiskripsikan banyak hal. Menurut
Stokburger-Sauer (2010, 2012)
Sugiyono (2007), riset kuantitatif
menjabarkan bahwa loyalitas merek sebagai
menitikberatkan pada keluasan informasi
komitmen dari proses identifikasi yang di
(bukan kedalaman) sehingga metode ini cocok
ekspresikan secara berkelanjutan dan terus-
dipergunakan untuk populasi yang luas dengan
menerus untuk membeli kembali produk.
variable yang terbatas, sehingga data atau hasil
riset dianggap sebagai representasi dari seluruh
Kerangka Konseptual
populasi. Metode yang dipakai adalah metode
survei dengan alat kuesioner terstruktur yang
diberikan kepada sampel dari sebuah populasi
dan dibuat untuk mendapatkan informasi yang
spesifik dari responden (Malhotra, 2004)
Di dalam penelitian ini, penulis juga Variabel status value memiliki
akan memberikan beberapa deskripsi mengenai indikator, good impression, keep up with
sampel dan respon-respon partisipan terhadap style,buy to make a good impressions, know
survei menggunakan instrumen kuesioner what other people buy, know what other people
(disebut sebagai statistik deskriptif). Perlu use, pay attention, know what my friend, avoid
ditekankan bahwa desain penelitian ini product that are not in style, worry about what
dilakukan secara serempak menggunakan others think, social standing, sharing, consult
variable-variabel yang sama pada sampel yang my friends, buy the same brands.
sama dalam satu waktu pengambilan data Variabel hedonic value memiliki
(cross-sectional). indikator, self-gift giving, extravagance, self-
directed pleasure, life enrichment.
Definisi Operasional Variabel
Variabel penelitian merupakan segala Populasi
sesuatu yang ditetapkan oleh peneliti untuk Dalam penelitian ini, populasi yang
dipelajari sehingga memperoleh informasi yang akan diteliti adalah seluruh konsumen yang
kemudian dapat ditarik menjadi sebuah membeli dan/atau yang pernah memiliki
kesimpulan (Sugiyono, 2013: p. 39). Variabel merek-merek fashion mewah di Surabaya.
yang diidentifikasikan pada penelitian ini
sebanyak 2 buah variabel, dimana peneliti Sampel
merumuskan definisi operasional masing- Penentuan ukuran sampel pada
masing, sebagai berikut: pengambilan sampel non-probability
1) Variabel Dependen diasumsikan bahwa populasi yang dipakai
Menurut Sugiyono (2013, p. 39) dianggap populasi tidak terbatas. Pada
variabel dependen atau yang sering disebut pengambilan dan pengumpulan data, penulis
sebagai variabel terikat adalah variabel output, akan menyeleksi sampel yang akan dipakai
kriteria, dan konsekuen. Variabel terikat adalah sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
variabel yang dipengaruhi atau sebagai akibat, Apabila data yang diambil berasal dari
dikarenakan adanya variabel bebas. Di dalam responden yang tidak memenuhi kriteria, maka
penelitian ini, yang di sebut sebagai variabel data tersebut terbilang tidak valid. Dalam
dependen adalah consumer-brand penelitian ang menggunakan pendekatan PLS,
identification dan brand loyalty. kriteria ukuran sampel yang disepakati oleh
Indikator dari variabel consumer-brand peneliti dan pembuat PLS (Hair et al., 2014)
identification adalah Belonging to brand, adalah sepuluh kali jumlah panah structural
identify strongly with the brand, embodies what terbanyak yang mengarah pada salah satu
I believe in, part of me, personal meaning. variabel laten. sebagai contoh, dalam model
Sedangkan untuk variabel brand penelitian ini dapat dilihat bahwa terdapat tiga
loyalty memiliki indikator, the best for me dan panah struktural yang mengarah pada variabel
keep buying the brand. Consumer-Brand Identification sehingga
2) Variabel Independen jumlah sampel adalah 30 (sepuluh kali 3 panah
Variabel independen merupakan structural). Namun, untuk memperoleh akurasi
variabel yang sering disebut sebagai variabel prediksi PLS yang konsisten terhadap model
stimulus, prediktor, dan Antessenden. Variabel riset, Hair et al. (2004) menganjurkan ukuran
ini sering disebut sebagai variabel bebas yang sampel minimal 100 dikarenakan presisi
artinya mempengaruhi atau yang menjadi sebab prediksi model terhadap data meningkat seiring
perubahan atau timbulnya variabel dependen dengan peningkatan jumlah sampel.
(Sugiyono, 2013:39). Dalam penelitian ini, Jenis dan Sumber Data
yang digunakan sebagai variabel independen Data merupakan hasil pengamatan
adalah uniqueness value, need status, dan yang dicatat untuk keperluan tertentu. Jenis
hedonic value. data dibedakan menjadi dua, yaitu: data
Uniqueness value memiliki indikator, kualitatif dan data kuantitatif, sedangkan
disinterest of popular product, purchase non- sumber data dibedakan menjadi dua, yaitu: data
average product, discontinue using popular primer dan data sekunder (Zikmund, 2003,
product, dislike “me-too” product, quit p.63). Dalam penelitian ini jenis data yang
wearing common product. digunakan adalah data kuantitatif dimana
berasal dari penyebaran kuesioner serta pernyataan yang berkaitan dengan obyek yang
dicatatkan dalam bentuk angka - angka. sedang diteliti dalam bentuk nilai yang berada
Sumber data yang digunakan adalah: di ujung sebelah kiri (dengan angka rendah)
menggambarkan suatu jawaban yang negatif,
1. Data Primer sedangkan ujung kanan (dengan angka besar)
Data primer adalah data yang langsung menggambarkan suatu jawaban yang positif.
diperoleh dari sumber data pertama pada lokasi
penelitian atau objek penelitian (Bungin, 2006,
p.122). Data ini didapat dari kuesioner yang ANALISA DATA
disebarkan kepada masyarakat yang pernah
berbelanja luxury brand di Surabaya. Statistik Deskriptif
Analisa data deskriptif pada penelitian
2. Data Sekunder ini menunjukkan bahwa responden sebanyak
Data sekunder adalah data yang telah 101 orang. Dengan jenis kelamin pria sebanyak
dikumpulkan oleh pihak lain. Data sekunder 53% dan wanita 48%. Selain itu, usia terbanyak
dalam penelitian ini diperoleh melalui artikel pada usia 20-30 tahun 74%, 30-40 tahun 19%,
elektronik, artikel dari jurnal ilmiah, dan dari dan lebih dari 40 tahun 7%. Dengan profesi
artikel-artikel yang di peroleh secara elektronik sebagai mahasiswa atau mahasiswi sebanyak
maupun cetak yang berhubungan dengan 69% dan wiraswasta 31%. Dengan demikian,
skripsi ini (Kuncoro 2006, p. 136). pada variabel uniqueness value responden
setuju bahwa dalam mengonsumsi merek-
Metode dan Prosedur Pengumpulan Data merek fashion mewah, konsumen
Metode pengumpulan data adalah mengutamakan keunikan, tidak ingin terlihat
metode atau cara yang digunakan dalam sama dengan kalangan umum. Pada variabel
mengumpulkan sumber data. Adapun metode status value, menunjukkan bahwa responden
pengumpulan data yang digunakan pada setuju bahwa konsumen mengonsumsi merek-
penelitian ini adalah : merek fashion mewah untuk meningkatkan
1. Metode survei status mereka. Pada variabel hedonic value,
Penulis melakukan survei atau responden setuju bahwa mereka lebih
penelitian lapangan dengan menyebar mementingkan keuntungan non-fungsional dari
kuesioner kepada konsumen. Dalam penelitian merek-merek fashion mewah. Selanjutnya,
ini, penulis membagikan kuesioner kepada pada variabel consumer-brand identification,
calon responden sesuai dengan metode menunjukkan bahwa konsumen melakukan
sampling yang telah dijelaskan pada bab identifikasi dengan merek-merek fashion
sebelumnya yaitu: snowball sampling. mewah setelah ketiga nilai (uniqueness, status,
dan hedonic value) terpenuhi. Dan pada
2. Studi Pustaka variabel brand loyalty, responden setia kepada
Studi pustaka digunakan sebagai acuan merek-merek fashion mewah setelah diri
untuk pembuatan analisis teori. Studi pustaka konsumen teridentifikasi dengan merek-merek
perlu dilakukan dengan pertimbangan bahwa fashion mewah.
studi pustaka tersebut dapat menjadi panduan
ketika berada di lapangan sehingga dapat Statistik Diferensial
membantu penulis memperoleh pendalaman Pada tahap ini dilakukan pengujian
yang lebih terhadap obyek yang diteliti terhadap kesesuaian model melalui berbagai
kriteria goodness of fit. Evaluasi model PLS
3. Instrumen Penelitian dilakukan dengan mengevaluasi outer model
Pengumpulan data secara langsung dan inner model. Menurut (Jogiyanto, 2009,
yang dilakukan pada obyek penelitian sebagai p.57) Model pengukuran (outer model),
data primer. Menurut Zikmund (2003) merupakan suatu konsep dan model penelitian
penelitian yang menggunakan penyebaran yang tidak dapat diuji dalam suatu model
kuisioner dengan skala likert, merupakan teknik prediksi hubungan relasional dan kausal jika
pengukuran sikap yang paling luas digunakan belum melewati tahap purifikasi dalam model
dalam riset pemasaran. Cara pengisian pengukuran. Model pengukuran sendiri
kuisioner adalah responden diminta untuk digunakan untuk menguji validitas konstruk
memberi pendapat tentang serangkaian dan reliabilitas instrument.
a. Outer Model (CBI), dan Brand Loyalty tersebut yang
Outer model merupakan model menunjukkan lebih besar dari 0,50, maka dapat
pengukuran untuk menilai validitas dan disimpulkan bahwa AVE telah memenuhi
reliabilitas model. Melalui proses iterasi convergent validity.
algoritma, parameter model pengukuran
(validitas konvergen, validitas diskriminan, Tabel 3. Uji Validitas (Convergent Validity)
Konstrak Label Item Outer
composite reliability, dan cronbach’s alpha) Loading
Uniqueness UV1 Kehilangan minat pada 0,712
diperoleh, termasuk nilai 𝑅2 sebagai parameter Value merek-merek fashion
ketepatan model prediksi (Jogiyanto, 2009, p. mewah yang telah populer
UV2 Saya menghindari produk 0,745
57). atau merek-merek yang
sudah dibeli oleh konsumen
Tabel 1. Composite Reliability pada umumnya.
Composite Reliability UV3 Jarang menggunakan 0,715
produk yang menjadi
BRAND LOYALTY 0,814 populer
CBI 0,875 UV4 Menghindari produk yang 0,787
HEDONIC VALUE 0,794 telah dibeli kalangan
STATUS VALUE 0,782 umum.
UNIQUENESS VALUE 0,896 UV6 Saya berhenti mengenakan 0,769
produk-produk fashion
yang telah menjadi populer
Berdasarkan hasil perhitungan UV7 Kurang tertarik untuk 0,719
membeli produk fashion
composite reliability menunjukkan bahwa nilai yang telah menjadi umum.
UV8 Produk terkesan tidak 0,751
composite reliability masing-masing variabel memiliki nilai lebih bagi
penelitian di atas 0,70 sehingga bisa dinyatakan saya ketika dibeli secara
terus-menerus oleh semua
bahwa data penelitian memenuhi pengujian orang.
composite reliability. Status Value SV4 Penting untuk mengetahui 0,734
orang seperti apa yang
membeli merek atau produk
b. Validitas Konvergen tertentu.
Validitas konvergen berhubungan SV8 Saya secara aktif 0,750
menghindari menggunakan
dengan prinsip bahwa pengukur-pengukur dari produk-produk yang tidak
suatu konstruk seharusnya berkorelasi tinggi. sesuai tren terkini.
SV11 Sebagai konsumen merek 0,729
Validitas konvergen terjadi jika skor yang mewah, berbagi dengan
diperoleh dari dua instrumen yang berbeda teman adalah motivator
yang penting bagi saya.
yang mengukur konstruk yang sama Hedonic HV1 Membeli merek-merek 0,790
Value mewah dapat dilihat sebagai
mempunyai korelasi tinggi (Hartono, 2008 hadiah-hadiah bagi saya
seperti dikutip dalam Jogiyanto, 2009, p. 60). untuk merayakan suatu
peristiwa penting bagi saya.
Model mempunyai validitas konvergen yang HV3 Merek-merek mewah 0,690
baik jika nilai AVE di atas 0,5 (Hair et al., adalah salah satu sumber
kesenangan saya sendiri
2014). tanpa memperhatikan
perasaan orang lain.
Tabel 2. Average Variance Extracted (AVE) HV4 Sebagai konsumen produk 0,767
atau merek mewah,
Average Variance Extracted
perkembangan budaya
(AVE) adalah motivator yang
BRAND LOYALTY 0,687 penting.
CBI 0,584 Consumer CBI1 Saya merasa menjadi 0,803
HEDONIC VALUE 0,563 Brand bagian dari merek.
STATUS VALUE 0,544 Identification CBI2 Saya benar-benar 0,743
mengidentifikasikan diri
UNIQUENESS VALUE 0,552 saya dengan merek-merek
fashion mewah.
CBI3 Merek-merek fashion 0,770
mewah mewujudkan apa
Tabel 4.12 menunjukkan bahwa nilai Average yang saya yakini.
variance extracted (AVE) dari variabel CBI4 Merek-merek fashion 0,780
mewah itu seperti bagian
Uniqueness Value sebesar 0,552, variabel dari saya.
Status Value sebesar 0,544, variabel Hedonic CBI5 Merek memiliki makna 0,722
pribadi yang besar bagi
Value sebesar 0,563, variabel Consumer-Brand saya.
Identification (CBI) sebesar 0,584, dan variabel Brand BL1 Saya tetap memilih merek- 0,856
Loyalty merek fashion mewah
Brand Loyalty sebesar 0,687. Berdasarkan hasil karena ssaya tahu itu yang
nilai Average variance extracted (AVE) terbaik untuk saya
BL3 Saya berinat untuk tetap 0,801
variabel Uniqueness Value, Status Value, membeli merek fashion
mewah
Hedonic Value, Consumer-Brand Identification
Uniqueness Value yang terdiri dari Nilai cross loadings pada tabel diatas
UV1, UV2, UV3, UV4, UV6, UV7, dan UV8 didapatkan keseluruhan dari konstruk
dinyatakan sahih sebagai alat ukur konstrak pembentuk dinyatakan memiliki diskriminan
tersebut, karena nilai convergent validity diatas yang baik. Dimana nilai korelasi indikator
0,708. Variabel Status Value yang terdiri dari terhadap konstruknya harus lebih besar
SV4, SV8, SV11 dinyatakan sahih sebagai alat dibandingkan nilai korelasi antara indikator
ukur konstrak tersebut, karena memiliki nilai dengan konstruk lainnya.
convergent validity diatas 0,708. Variabel Tabel 5. Fornell-Larcker Criterion
Hedonic Value yang terdiri dari HV1 dan HV4 BRAND CBI HEDONIC STATUS UNIQUE
LOYALTY VALUE VALUE NESS
dinyatakan sahih sebagai alat ukur konstrak VALUE
BRAND 0,829
tersebut (nilai outer loading diatas 0.708), LOYALTY
kecuali untuk indikator HV3 karena memiliki CBI 0,673 0,764
HEDONIC 0,588 0,586 0,750
nilai convergent validity diatas 0,5 (masih dapat VALUE
diterima pada studi ini yang masih bersifat STATUS 0,485 0,604 0,516 0,738
VALUE
eksploratori karena memperluas model UNIQUENE 0,561 0,706 0,555 0,621 0,743
penelitian dari negara Eropa ke negara SS VALUE
Indonesia). Variabel Consumer-Brand Discriminant validity dalam
Identification yang terdiri dari CBI1, CBI2, pendekatan ini adalah menggunakan kriteria
CBI3, CBI4, dan CBI5 dinyatakan sahih Fornell-Larcker (Fornell dan Larcker, 1981)
sebagai alat ukur konstrak tersebut, karena dimana nilai akar kuadrat AVE suatu konstrak
memiliki nilai convergent validity diatas 0,5. harus lebih besar dari nilai korelasi nya dengan
Variabel Brand Loyalty yang terdiri dari BL1 konstrak-konstrak lainnya. Tabel berikut ini
dan BL3 pengukuran keseluruhannya merupakan ringkasan kriteria Fornell-Larcker
mempunyai nilai convergent validity diatas 0,5, yang dimaksud.
maka seluruh item pengukuran yang mengukur
d. Inner Model
Brand Loyalty dinyatakan sahih sebagai alat
ukur konstrak tersebut. Menurut Jogiyanto (2009, p. 57) inner
model merupakan model struktural untuk
c. Validitas Diskriminan
memprediksi hubungan kausalitas antar
Validitas diskriminan berhubungan
variabel laten. Melalui proses bootstrapping,
dengan prinsip bahwa pengukur-pengukur
parameter uji T statistic diperoleh untuk
konstruk yang berbeda seharusnya tidak
memprediksi adanya hubungan kausalitas.
berkorelasi dengan tinggi. Validitas
Model struktural dalam PLS dievaluasi dengan
diskriminan terjadi jika dua instrumen yang
berbeda yang mengukur dua konstruk yang menggunakan 𝑅2 untuk konstruk dependen,
nilai koefisien path atau t-values tiap path untuk
diprediksi tidak berkorelasi menghasilkan skor
yang memang tidak berkorelasi (Hartono, 2008 uji signifikansi antar konstruk dalam model
seperti dikutip dalam Jogiyanto, 2009, p. 61). struktural. Nilai 𝑅2 digunakan untuk mengukur
tingkat variasi perubahan variabel independen
Tabel 4. Cross Loading terhadap variabel dependen. Semakin tinggi
BRAND
LOYALTY
CBI HEDO
NIC
STATU
S
UNIQU
ENESS
nilai 𝑅2 berarti semakin baik model prediksi
VALUE VALUE VALUE dari model penelitian yang diajukan. Untuk
BL1 0,856 0,597 0,453 0,499 0,533
BL3 0,801 0,515 0,528 0,292 0,389
variabel laten endogen dalam model structural
CBI1 0,582 0,803 0,453 0,497 0,570 yang memiliki hasil R2 sebesar 0.48
CBI2
CBI3
0,586
0,398
0,743
0,770
0,456
0,388
0,397
0,529
0,531
0,557
mengindikasikan bahwa model “moderat”, R2
CBI4 0,458 0,780 0,397 0,471 0,526 sebesar 0.47 mengindikasikan bahwa model
CBI5 0,524 0,722 0,535 0,419 0,510 “moderat” (Ghozali, 2014). Adapun output PLS
HV1 0,494 0,475 0,790 0,347 0,436
HV3 0,399 0,418 0,690 0,465 0,458 sebagaimana dijelaskan berikut:
HV4 0,425 0,423 0,767 0,355 0,354
SV4 0,350 0,453 0,371 0,734 0,396
SV8 0,404 0,450 0,368 0,750 0,487 Tabel 6. Nilai R-Square
SV11 0,319 0,432 0,403 0,729 0,493 R Square R Square Adjusted
UV1 0,412 0,478 0,298 0,275 0,712 BRAND LOYALTY 0,454 0,448
UV2 0,386 0,538 0,434 0,459 0,745 CBI 0,577 0,564
UV3 0,476 0,485 0,464 0,486 0,715
UV4 0,415 0,589 0,416 0,494 0,787
UV6 0,374 0,550 0,385 0,487 0,769 Berdasarkan Tabel 6 Variabel
UV7 0,424 0,468 0,483 0,526 0,719 Uniqueness Value, Status Value, dan Hedonic
UV8 0,445 0,547 0,416 0,495 0,751
Value yang mempengaruhi variabel Consumer- sebesar 4.399 yang berarti lebih besar dari 1,96.
Brand Identification (CBI) dalam model Dengan demikian, hipotesis H1 yang berbunyi
struktural memiliki nilai R2 sebesar 0,577 yang “Uniqueness value memiliki pengaruh
mengindikasikan bahwa model adalah terhadap consumer-brand identification” dapat
“moderat”. Sedangkan Variabel Consumer- dinyatakan diterima.
Brand Identification yang mempengaruhi 2. Status Value memiliki pengaruh
variabel Brand Loyalty dalam model struktural signifikan terhadap Consumer-Brand
memiliki nilai R2 sebesar 0,454 yang juga Identification, karena nilai T-statistik sebesar
mengindikasikan bahwa model “moderet”. 2.509 yang berarti lebih besar dari 1,96. Dengan
Kesesuaian model struktural dapat dilihat dari demikian, hipotesis H2 yang berbunyi “Status
Q2, sebagai berikut : Value memiliki pengaruh terhadap consumer-
Q2 = 1 – [(1 – R1) (1 – R2)] brand identification”, dapat dinyatakan
= 1 – [(1 – 0,454) (1 – 0,577)] diterima.
= 1 – [(0,546) (0,423)] 3. Hedonic Value memiliki pengaruh
= 1 – [0,230] signifikan terhadap Consumer-Brand
= 0,770 Identification, karena nilai T-statistik sebesar
2
Hasil Q yang dicapai adalah 0.77, berarti 2.573 yang berarti lebih besar dari 1,96 .
bahwa nilai Q2 di atas nilai nol memberikan Dengan demikian, hipotesis H3 yang berbunyi
bukti bahwa model memiliki predictive “Hedonic value memiliki pengaruh terhadap
relevance yang tinggi. consumer-brand identification”, dapat
Pengujian Hipotesis Penelitian dinyatakan diterima.
4. Consumer-Brand Identification
memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap Brand Loyalty. Hal ini diketahui dari
nilai T-Statistik sebesar 9.639 yang berarti lebih
besar dari 1,96. Dengan demikian, hipotesis H4
yang berbunyi “Consumer-Brand Identification
memiliki pengaruh terhadap Brand Loyalty”,
dapat dinyatakan diterima.

Kesimpulan

Pengaruh Uniqueness Value Terhadap


Gambar 2. Model PLS inner model Consumer-Brand Identification
Berdasarkan hasil penelitian diketahui
Hasil Analisis Jalur bahwa Uniqueness Value berpengaruh
Hasil analisis jalur pada gambar 2 penelitian signifikan terhadap Online Perceived Value,
dapat dilihat t-statistic pada Tabel 7 berikut ini: karena nilai T statistik sebesar 4.399 yang
berarti lebih besar dari 1,96. Artinya, semakin
Tabel 7. Uji Hipotesis Pengaruh Langsung tinggi Uniqueness Value atau nilai keunikan
Path T P Keterangan
coefficient Statistics Values suatu produk mewah yang diberikan kepada
CBI -> 0,673 9,639 0,000 Hipotesis pelanggan maka akan semakin tinggi juga
BRAND diterima
LOYALTY Consumer-Brand Identification tersebut.
HEDONIC 0,230 2,573 0,010 Hipotesis Dengan demikian hipotesis pertama yang
VALUE -> diterima
CBI berbunyi “Uniqueness value memiliki
STATUS 0,206 2,509 0,012 Hipotesis pengaruh terhadap consumer-brand
VALUE -> diterima
CBI identification” adalah terbukti dan dapat
UNIQUENESS 0,451 4,399 0,000 Hipotesis dinyatakan diterima.
VALUE -> diterima
CBI Stokburger-Sauer dan Tiechmann
(2013 : p. 891) menjelaskan bahwa konsumen
Berdasarkan Tabel 7 mengenai menggunakan barang mewah sebagai simbol
pengujian hipotesis dapat dijelaskan bahwa: identitas individu dan sosial. Dengan begitu,
1. Uniqueness Value memiliki pengaruh konsumsi barang mewah bisa membuat
signifikan terhadap Consumer-Brand konsumen terikat dengan kelompok atau peran
Identification (CBI) karena nilai T-statistik yang diinginkan. Individu menggunakan merek
dan konsumsi merek sebagai isyarat untuk telah menunjukkan bahwa produk mewah
proses identifikasi mereka (Stokburger-Sauer, cenderung memberikan manfaat intangible
2010). Dengan demikian, penelitian tentang yang subjektif (Dubois & Laurent, 1994). Dan
peran penggerak peningkatan diri dalam penelitian mengenai konsep kemewahan telah
afinitas konsumen terhadap merek serta berulang kali mengidentifikasi respons
identifikasi konsumen-perusahaan emosional yang terkait dengan konsumsi
(Bhattacharya & Sen, 2003) akan menyarankan mewah, seperti kenikmatan indrawi, keindahan
suatu keunikan dan status nilai yang dirasakan estetika, dan kegembiraan (Wiedmann et al.,
merek sebagai anteseden untuk identifikasi 2010 : p. 631)
merek konsumen.
Pengaruh Consumer-Brand Identification
Pengaruh Status Value Terhadap Consumer- Terhadap Brand Loyalty
Brand Identification Consumer-Brand Identification
Berdasarkan hasil penelitian diketahui memiliki pengaruh terhadap Brand Loyalty.
bahwa Status Value berpengaruh signifikan Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian
terhadap Consumer-Brand Identification, diketahui bahwa Consumer-Brand
karena nilai T statistik sebesar 2.509 yang Identification berpengaruh signifikan terhadap
berarti lebih besar dari 1,96. Artinya, semakin Brand Loyalty, karena nilai T statistik sebesar
tinggi Status Value maka Consumer-Brand 9.639 yang berarti lebih besar dari 1,96. Dengan
Identification semakin meningkat. Dengan demikian, hipotesis keempat yang berbunyi
demikian hipotesis kedua yang berbunyi “Consumer-Brand Identification memiliki
“Status Value memiliki pengaruh terhadap pengaruh terhadap Brand Loyalty” adalah
consumer-brand identification” adalah terbukti terbukti dan dapat dinyatakan diterima
dan dapat dinyatakan diterima. Hasil penelitian ini sejalan dengan
Hasil analisis yang membuktikan penelitian Bergami dan Bagozzi (2000) dapat
bahwa variabel Status Value memiliki pengaruh secara empiris memverifikasi hubungan yang
positif terhadap Consumer-Brand Identification kuat antara identifikasi dan komitmen.
menunjukkan bahwa Consumer-Brand Loyalitas pelanggan saat ini sering
Identification yang tinggi dapat dibentuk dikonseptualisasikan sebagai konstruk yang
melalui Status Value yang tinggi. Hasil ini terdiri dari sikap (yaitu, komitmen) dan
menunjukkan bahwa Status Value merupakan komponen perilaku, dengan korelasi yang
salah satu faktor yang dapat meningkatkan tinggi di antara mereka.
Consumer-Brand Identification. Hasil dalam
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang KESIMPULAN DAN SARAN
dilakukan oleh Wiedmann et al. (2010) yang
mengatakan bahwa seseorang cenderung Kesimpulan
mengikuti atau mengadaptasi lingkungan yang Berdasarkan analisis yang telah
ada, mayoritas kelompok yang ada dalam suatu dialakukan dapat diambil beberapa kesimpulan
lingkungan untuk mencapai nilai status. antara lain:
1. Uniqueness Value memiliki pengaruh
Pengaruh Hedonic Value Terhadap signifikan terhadap Consumer-Brand
Consumer-Brand Identification Identification. Pengaruh kedua variabel
tersebut adalah positif yang menunjukkan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa semakin unik suatu merek fashion
bahwa Hedonic Value berpengaruh signifikan mewah maka akan semakin meningkat proses
terhadap Consumer-Brand Identification, identifikasi konsumen terhadap merek fashion
karena nilai T statistik sebesar 2.573 yang mewah. Dengan demikian, hipotesis pertama
berarti lebih besar dari 1,96. Dengan demikian dalam penelitian ini yang berbunyi
hipotesis ketiga yang berbunyi “Hedonic value “Uniqueness value memiliki pengaruh
memiliki pengaruh terhadap consumer-brand terhadap consumer-brand identification” dapat
identification” adalah terbukti dan dapat dinyatakan diterima.
dinyatakan diterima. 2. Status Value memiliki pengaruh
Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian signifikan terhadap Consumer-Brand
Wiedmann et al. (2010 : p. 631) menjelaskan Identification. Dengan demikian. Pengaruh
bahwa studi di bidang konsumsi produk mewah kedua variabel tersebut adalah positif yang
menunjukkan bahwa semakin seseorang dapat 2. Status Value merupakan bagian yang
memenuhi nilai status dalam hidupnya dengan paling penting karena salah satu penyebab
menggunakan merek fashion mewah maka seseorang melakukan konsumsi terhadap merek
akan semakin meningkatkan proses identifikasi fashion mewah, dikarenakan ingin memiliki
konsumen terhadap merek fashion mewah. nilai status atau kedudukan status yang sama
Hipotesis kedua dalam penelitian ini yang dengan mayoritas kelompok atau kalangan
berbunyi “Status Value memiliki pengaruh dalam lingkungan mereka.
terhadap consumer-brand identification” dapat - Manajer pemasaran merek fashion
dinyatakan diterima. mewah harus menekankan desain
3. Hedonic Value memiliki pengaruh produk-produk yang dijual sesuai dengan
signifikan terhadap Consumer-Brand tren yang sedang popular atau tren
Identification. Pengaruh kedua variabel terkini, contohnya: style denim,
tersebut adalah positif yang menunjukkan bohemian, street style, check print style,
bahwa semakin seseorang mendapatkan nilai dan lainnya.
hedonis atau kesenangan dalam mengonsumsi 3. Hedonic Value merupakan bagian yang
merek fashion mewah maka akan semakin paling penting karena dalam mengonsumsi
meningkat proses identifikasi konsuemn merek fashion mewah seseorang merasakan
terhadap merek fashion mewah. Dengan manfaat yang tidak fungsional, yaitu merasa
demikian, hipotesis ketiga dalam penelitian ini senang ketika mengonsumsi merek fashion
yang berbunyi “Hedonic value memiliki mewah.
pengaruh terhadap consumer-brand - Manajer pemasaran merek fashion
identification” dapat dinyatakan diterima. mewah menekankan pada eksklusivitas
4. Variabel Consumer-Brand produk-produk yang dijual dengan
Identification memiliki pengaruh terhadap digabungkan pada event-event tertentu,
Brand Loyalty. Hal ini menunjukkan bahwa contohnya: occasional items pada saat
loyalitas pelanggan terhadap merek fashion hari valentine, birthday customer, atau
mewah didorong oleh proses identifikasi international public holidays pada
terlebih dahulu terhadap merek fashion mewah. umumnya.
Dengan demikian hipotesis keempat yang
berbunyi “Consumer-Brand Identification Limitasi Penelitian
memiliki pengaruh terhadap Brand Loyalty” Penyusunan skripsi ini telah
dapat dinyatakan diterima. diupayakan sesuai dengan prosedur Universitas
Kristen Petra, namun menyadari perlu
Saran peningkatan sebagai akibat :
Saran secara garis besar yang dapat 1. Untuk menyempurnakan hasil
diberikan peneliti berdasarkan hasil penelitian penelitian ini bagi peneliti lain yang ingin
ini adalah sebagai berikut: mengadakan penelitian yang sama, maka
Diharapkan agar merek-merek fashion dimohon untuk mencari item-item lain pada
mewah dapat mempertahankan dan lebih variabel status value dan atau mencari
meningkatkan Brand Loyalty pada elemen- indikator-indikator lain pada variabel ini
elemen di bawah ini : 2. Memperluas kategori produk dari
1. Uniqueness Value merupakan bagian merek fashion mewah ke mobil mewah,
yang paling penting dari kelima variabel dalam consumer electronic mewah, sehingga level
penelitian ini, karena dalam mengonsumsi generalisasi temuan penelitian lebih tinggi.
merek fashion mewah konsumen sangat 3. Kesungguhan responden saat mengisi
membutuhkan nilai keunikan agar dirinya merupakan hal-hal yang berada di luar
berbeda atau tidak sama dengan kalangan jangkauan peneliti untuk mengontrolnya,
umum. dengan demikian perlu adanya pendampingan
- Manajer pemasaran merek fashion surveyor lapangan dalam pengisian kuesioner,
mewah harus menekankan ekslusivitas tidak harus dari metode online survei saja.
produk-produk fashion yang dijual,
contohnya: limited item, rare item, DAFTAR REFERENSI
collaboration item dengan brand lain Bergami, M., & Bagozzi, R. P. (2000). Self‐
(Louis Vuitton dengan Supreme) categorization, affective commitment and group
self‐esteem as distinct aspects of social identity in
the organization. British Journal of Social Business Research, 63(11), 1156-1163,
Psychology, 39(4), 555-577. https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2009.10.012.
Bhattacharya, C. B., & Sen, S. (2003). Consumer- Tian, K. T., Bearden, W. O., & Hunter, G. L. (2001).
company identification: A framework for Consumers' need for uniqueness: Scale
understanding consumers’ relationships with development and validation. Journal of consumer
companies. Journal of marketing, 67(2), 76-88, research, 28(1), 50-
https://doi.org/10.1509/jmkg.67.2.76.18609. 66., https://doi.org/10.1086/321947
Bungin, B. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif: Wiedmann, K. P., Hennigs, N., & Siebels, A. (2009).
Komunikasi. Ekonomi Dan KebijakanPublik Serta Value‐based segmentation of luxury consumption
Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, Prenada Media Group, behavior. Psychology & Marketing, 26(7), 625-
Jakarta. 651, https://doi.org/10.1002/mar.20292
Dubois, B., & Laurent, G. (1994). Attitudes towards the Zikmund, W.G. (2003). Business Research Methods. (7th
concept of luxury: An exploratory analysis. ACR ed.), Thomson South Western, Ohio: Cengage
Asia-Pacific Advances. Learning EMEA
Festinger, L. (1954). A theory of social comparison
process. Human Relations, 7, 117–140.
F. Hair Jr, J., Sarstedt, M., Hopkins, L., & G.
Kuppelwieser, V. (2014). Partial least squares
structural equation modeling (PLS-SEM) An
emerging tool in business research. European
Business Review, 26(2), 106-121.
F. Hair Jr, J., Bush, R.P., & Ortinau, D.J. (2004).
Marketing Research: Within a Changing
Information Enviromental, International Edition
(2nd ed.), New York: McGraw-Hill.
Ghozali, I (2014). Structural Equation Modeling, Metode
Alternatif dengan Partial Least Square (PLS). Edisi
4. Semarang : Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Hartono (2008). Teori Portofolio dan Analisis Investasi.
(5th ed.), Yogyakarta: Penerbit. BPFE
Https://www.bcg.com/
Https://www.statista.com/statistics/267948/brand-value-
of-the-leading-10-most-valuable-luxury-brands-
worldwide/
Jogiyanto. (2009). Konsep & aplikasi PLS untuk
penelitian empiris. BPFE Yogyakarta.
Kuncoro, M. (2003). Metode riset untuk bisnis dan
ekonomi. Jakarta: Balai Pustaka
Malhotra, N.K., (2004). Marketing Research: An Applied
Orientation. Prentice Hall International Edition,
(2nd ed.), Amerika Serikat: Prentice Hall.
Sirgy, M. J. (1982). Self-concept in consumer behavior: A
critical review. Journal of consumer research, 9(3),
287-300, https://doi.org/10.1086/208924
Stokburger‐Sauer, N. (2010). Brand community: Drivers
and outcomes. Psychology & Marketing, 27(4),
347-368, https://doi.org/10.1002/mar.20335
Stokburger-Sauer, N., Ratneshwar, S., & Sen, S. (2012).
Drivers of consumer–brand
identification. International journal of research in
marketing, 29(4), 406-418,
https://doi.org/10.1016/j.ijresmar.2012.06.001
Stokburger-Sauer, N. E., & Teichmann, K. (2013). Is
luxury just a female thing? The role of gender in
luxury brand consumption. Journal of Business
Research, 66(7), 889-896,
https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2011.12.007
Subana, M. Dan Sudrajat. 2005. Dasar-Dasar Penelitian
Ilmiah.
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Tynan, C., McKechnie, S., & Chhuon, C. (2010). Co-
creating value for luxury brands. Journal of

Anda mungkin juga menyukai