Anda di halaman 1dari 124

BAB II

SURVEY DETAIL
BAB II ini tinggal memasukan Survei
Geoteknik dan Hidro saja.
2.1. SURVEY INVENTARISASI JEMBATAN
Mulai dari
2.5.6 Hasil Survei Geoteknik
2.1.1 Pendahuluan
Halaman 66
Pemeriksaan inventarisasi dilaksanakan untuk mencatat data administrasi, dimensi, material dan
kondisi setiap jembatan dalam Sistem Informasi Manajemen jembatan.
Semua Jembatan, lintasan kereta api, lintasan bawah, lintasan ferry, dan gorong-gorong yang
memiliki panjang dua meter atau lebih harus dicatat.
Secara lebih khusus, pemeriksaan inventarisasi dilakukan untuk :
 Mencatat jembatan dalam Sistem, Informasi Manajemen jembatan dengan menggunakan
nomor dan lokasi jembatan
 Mengukur dan mencatat dimensi keseluruhan dari jembatan dan setiap bentang
 Menunjukan jenis jembatan atau lintasan, komponen utama dan tanggal atau tahun
konstruksi
 Mencatat batas-batas muatan pembatasan fungsional lainnya pada jembatan yang ada.
 Menafsirkan dan mencatat pengaruh lembar jembatan yang ada terhadap lalu lintas.
 Mencatat rincian mengenai jalan darurat (detour yang ada bilamana terjadi penutupan
jembatan.
 Mencatat data banjir tertinggi yang diketahui, tanggal terjadinya dan sumber informasi.
 Mencatat apakah terdapat gambar jembatan terlaksana dan apakah jembatan merupakan
jenis standar.

2.1.2 Materi Acuan

Sebelum melaksanakan pemeriksaan inventarisasi, para pemeriksa harus mengumpulkan materi


berikut ini :
 Buku pegangan pemeriksaan jembatan di lapangan
 Peta yang memperlihatkan ruas jalan
 Laporan data lalu lintas dan ruas jalan

2.1.3 Pemeriksaan

LAPORAN ANTARA II - 1
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Setiap jembatan harus diperiksa dengan menggunakn urutan berikut ini:
 Periksa dan catat data administrasi pada halaman 1 dan 3 dari formulir pemeriksaan
inventarisasi, nama jembatan, lokasi, kota/kabupaten, dan seterusnya
 Keliling jembatan untuk mengetahui tata letak umum dari struktur
 Catat jenis lintasan dan ukur serta mencatat data geometrik pada halaman 3 dari Laporan;
iumlah bentang, panjang keseluruhan, sudut miring
 Ukur dan catat dimensi bentang pada halaman 3 dari formulir ; panjan, lebar antar kerb,
lebar tempat pejal kaki, dan seterusnya
 Tentukan dan catat jenis, material, sumber dan kondisi dari komponen utama pada
bangunan atas dan bangunan bawah pada halaman 3 dari formulir
 Tentukan dan catat data pelengkap jembatan pada halaman 4 dari formulir: pembatsa
fungsional yang ada, keadaan lalu lintas jalan memutar dan pemindahan jalan dan
seterusnya
 Catat pada halaman I pada formulir apakah dianjurkan tindakan darurat dan alasannya
 Buat catatan yang diperlukan dalam bagian catatan pada halaman 1 dari formulir.
 Selama pemeriksaan berlangsung pemeriksa harus mengambil foto struktur jembatan yang
memperlihatkan :
 Ketinggian sisi jembatan / jarak bebas jembatan
 Tampak jembatan
 Tampak samping jembatan
 Hal-hal menarik lainnya termasuk kerusakan dan masalah yang dibutuhkan perhatian.

2.1.4 Wilayah Pulau Seram Bagian Timur


Survey Inventarisasi Penanganan Jembatan untuk wilayah Pulau Seram bagian timur sepanjang
ruas jalan Amahi – Werinama antara lain :

LAPORAN ANTARA II - 2
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
8

10
Adapun hasil Survey Inventarisasi Jembatan seperti dibawah ini :

LAPORAN ANTARA II - 3
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
2.1.4.1 INVENTARISASI KONDISI JEMBATAN
1. Jembatan Wai Muno

Dilihat dari arah Amahai ke Tamilow Dilihat dari Hulu ke Jembatan

Dilihat dari arah Tamilow ke Amahai Dilihat dari Hilir ke Jembatan

Gambar 2. 1 Bangunan Atas Jembatan Wai Muno

LAPORAN ANTARA II - 4
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Abutment arah Tamilow (Aman) Pelindung Abutment Rusak (Kiri) Arah Tamilow

Abutment arah Amahai (Aman) Pelindung Abutment Rusak (Kiri) Arah Amahai

Gambar 2. 2 Bangunan Bawah Jembatan Wai Muno

LAPORAN ANTARA II - 5
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
2. Jembatan Wai Laurussa

Dilihat dari arah Amahai ke Dilihat dari Hulu ke Jembatan


Tamilow

Dilihat dari arah Tamilow ke Amahai Dilihat dari Hilir ke Jembatan

LAPORAN ANTARA II - 6
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Gambar 2. 3 Bangunan Atas Jembatan Wai Laurussa

Abutment arah Tamilow (Aman) Retakan Sambungan antara Pelat dan Sandaran

Abutment arah Amahai (Aman) Pelindung Abutment Rusak (Kiri) Arah


Amahai

LAPORAN ANTARA II - 7
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Gambar 2. 4 Bangunan Bawah Jembatan Wai Laurussa

LAPORAN ANTARA II - 8
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
3. Jembatan Wai Uku

Abutment arah Tamilow (Aman) Retakan Sambungan antara Pelat dan Sandaran

Abutment arah Amahai (Aman) Pelindung Abutment Rusak (Kiri) Arah


Amahai
Gambar 2. 5 Bangunan Bawah Jembatan Wai Uku

LAPORAN ANTARA II - 9
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Abutment arah Tamilow (Aman) Retak Pelindung ABT (Kiri) arah Tamilow

Abutment arah Amahai (Aman) Pengendapan Material

Gambar 2. 6 Bangunan Bawah Jembatan Wai Uku

LAPORAN ANTARA II - 10
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
4. Jembatan Wai Moon I

Dilihat dari arah Amahai ke Dilihat dari Hulu ke Jembatan


Tamilow

Dilihat dari arah Tamilow ke Amahai Dilihat dari Hilir ke Jembatan

Gambar 2. 7 Bangunan Atas Jembatan Wai Moon I

LAPORAN ANTARA II - 11
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Rusaknya Railing Jembatan Rusak Railing Jembatan

Rusaknya + Bengkok Railing Jembatan Pelindung Abutment Rusak (Kiri) Arah Tamilow

Gambar 2. 8 Kondisi Bangunan Jembatan Wai Moon I

LAPORAN ANTARA II - 12
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
5. Jembatan Wai Lessin

Dilihat dari arah Tamilow ke Haya Dilihat dari Hulu ke Jembatan

Dilihat dari arah Haya ke Tamilow Dilihat dari Hilir ke Jembatan

Gambar 2. 9 Kondisi Bangunan Atas Jembatan Wai Lessin

LAPORAN ANTARA II - 13
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Scouring Abutment arah Haya (Kiri) Bearing Bengkok dari arah Tamilow

Gelagar Jembatan (Aman) Amblas Jalan Arah Haya (Kiri)

Gambar 2. 10 Kondisi Bangunan Bawah Jembatan Wai Lessin

LAPORAN ANTARA II - 14
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
6. Jembatan Wai Hiko

Dilihat dari arah Tamilow ke Haya Dilihat dari Hulu ke Jembatan

Dilihat dari arah Haya ke Tamilow Dilihat dari Hilir ke Jembatan

Gambar 2. 11 Kondisi Bangunan Atas Jembatan Wai Hiko

LAPORAN ANTARA II - 15
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Tulangan Abutment Rusak arah Haya (Kiri) Gelagar Korosi (Akibat Rembesan air)

Tulangan Abutment Rusak arah Tamilow (Kiri) Gelagar rusak (Tulangan Rarik

Gambar 2. 12 Kondisi Bangunan Bawah Jembatan Wai Hiko

LAPORAN ANTARA II - 16
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
7. Jembatan Wai Lateri I

Dilihat dari arah Tamilow ke Haya Dilihat dari Hulu ke Jembatan

Dilihat dari arah Haya ke Tamilow Dilihat dari Hilir ke Jembatan

Gambar 2. 13 Kondisi Bangunan Atas Jembatan Wai Lateri I

LAPORAN ANTARA II - 17
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Pelindung Abutment Rusak (Kiri) arah Tamilow Kiri) Gelagar Kropos

Abutment arah Amahai (Aman) Abutment arah Tamilow (Aman)

Gambar 4. 14 Kondisi Bangunan Bawah Jembatan Wai Lateri I


LAPORAN ANTARA II - 18
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
8. Jembatan Wai Lateri II

Dilihat dari arah Tamilow ke Haya Dilihat dari Hulu ke Jembatan

Dilihat dari arah Haya ke Tamilow Dilihat dari Hilir ke Jembatan

Gambar 2. 15 Kondisi Bangunan Atas Jembatan Wai Lateri II

LAPORAN ANTARA II - 19
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Pelat Jembatan Retak (Kiri) dari arah Amahai Abutment arah Amahai (Aman)

Scouring Abutment (Pinggir) arah Tamilow Scouring Abutment (Tengah) arah Tamilow

Gambar 2. 16 Kondisi Bangunan Bawah Jembatan Wai Lateri II

LAPORAN ANTARA II - 20
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
9. Jembatan Wai Misa I

Dilihat dari arah Tamilow ke Haya Dilihat dari Hulu ke Jembatan

Dilihat dari arah Haya ke Tamilow Dilihat dari Hilir ke Jembatan

Gambar 2. 17 Kondisi Bangunan Atas Jembatan Wai Misa I

LAPORAN ANTARA II - 21
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Abutment arah Haya (Aman) Bearing (Tidak ada)

Abutment arah Tamilow (Aman) Gelagar Jembatan (Aman)

Gambar 2. 18 Kondisi Bangunan Bawah Jembatan Wai Misa I

LAPORAN ANTARA II - 22
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
10. Jembatan Wai Misa II

Dilihat dari arah Tamilow ke Haya Dilihat dari Hulu ke Jembatan

Dilihat dari arah Haya ke Tamilow Dilihat dari Hilir ke Jembatan

Gambar 2. 19 Kondisi Bangunan Atas Jembatan Wai Misa II

LAPORAN ANTARA II - 23
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Abutment arah Tamilow (Aman) Gelagar Jembatan Kropos

Abutment arah Haya (Aman) Gelagar Jembatan Retak

Gambar 2. 20 Kondisi Bangunan Bawah Jembatan Wai Misa II

LAPORAN ANTARA II - 24
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
11. Jembatan Wai Sianaman III

Dilihat dari arah Tamilow ke Haya Dilihat dari Hulu ke Jembatan

Dilihat dari arah Haya ke Tamilow Dilihat dari Hilir ke Jembatan

Gambar 2. 21 Kondisi Bangunan Atas Jembatan Wai Sianaman III

LAPORAN ANTARA II - 25
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
12. Jembatan Wai Sou Kecil

Dilihat dari arah Haya ke Tehoru


Dilihat dari Hulu ke Jembatan

Dilihat dari arah Tehoru ke Haya Dilihat dari Hilir ke Jembatan

Gambar 2. 22 Kondisi Bangunan Atas Jembatan Wai Sou Kecil

LAPORAN ANTARA II - 26
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Abutment arah Tamilow (Aman) Penumpukan Material Bongkaran Beton

Abutment arah Amahai (Aman) Gelagar (Aman)

Gambar 2. 23 Kondisi Bangunan Bawah Jembatan Wai Sou Kecil

LAPORAN ANTARA II - 27
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
13. Jembatan Wai Wildo

Dilihat dari arah Laimu ke Werinama Kondisi Sungai di Lihat dari arah Werinama ke Laimu

Dilihat dari arah Werinama ke Laimu

Gambar 2. 24 Kondisi Lokasi Wai Wildo

LAPORAN ANTARA II - 28
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
14. Jembatan Wai Maskano

Dilihat dari Hulu Sungai

Dilihat dari Hulu Sungai Dilihat dari arah Laimu ke


Werinama
Gambar 2. 25 Kondisi Lokasi Wai Maskano

LAPORAN ANTARA II - 29
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
15. Jembatan Wai Tunsa

Dilihat dari arah Laimu ke Werinama Dilihat dari Hulu ke Hilir

Dilihat dari arah Werinama ke Laimu Dilihat dari Hilir ke Hulu

Gambar 2. 26 Kondisi Lokasi Wai Tunsa

LAPORAN ANTARA II - 30
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
17. Jembatan Wai Ekh

Dilihat dari arah Laimu ke Werinama Dilihat dari arah Laimu ke Werinama

Dilihat dari arah Werinama ke Laimu

Gambar 2. 27 Kondisi Lokasi Wai Ekh

LAPORAN ANTARA II - 31
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
18. Jembatan Wai Mato

Dilihat dari arah Laimu ke Werinama

Kondisi Sungai

Dilihat dari arah Werinama ke Laimu

Gambar 2. 28 Kondisi Lokasi Wai Mato

LAPORAN ANTARA II - 32
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
2.2 UTILITAS PADA JEMBATAN EKSISTING

2.2.1 Data Utilitas Pada Jembatan

10
LAPORAN ANTARA II - 33
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
2.2.2 Tanggung Jawab Pemindahan Ultilitas

Dalam pelaksanaannya pemindahan Utilitas yang ada di lokasi penanganan , kontraktor


pelaksana harus bertanggung jawab penuh dan harus koordinasi dengan instansi yang
terkait dalam hal ini Perusahaan Air Minum Daerah dan PLN.

LAPORAN ANTARA II - 34
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
2.3 SURVEY TOPOGRAFI

2.3.1 Pendahuluan
Survei Topografi atau Geometrik sebagai salah satu survei atau penyelidikan yang
dilaksanakan pada kegiatan Perencanaan Teknis Jembatan Pulau Morotai
dimaksudkan untuk memperoleh data dan gambaran bentuk permukaan tanah yang
dapat berupa situasi dan elevasi atau ketinggian dari masing – masing lokasi
permukaan tanah sekitar lokasi rencana jembatan. Sesuai Kerangka Acuan Kerja, hasil
survei tersebut akan disajikan dalam bentuk Peta Situasi dengan skala 1 : 1.000
dengan interval kontur mayor 5.00 meter dan kontur minor dengan interval 1.00 meter,
Profil Melintang dengan skala V = 1 : 50, skala H = 1 : 100 dan Profil Memanjang
dengan skala V = 1 : 100 dan skala H = 1 : 1000.

Adapun lingkup kegiatan yang akan dilaksanakan di lapangan sehubungan dengan


Survei Topografi atau Geometrik dapat berupa pengukuran poligon (Kerangka Dasar
Horizontal), pengukuran sipat datar (Kerangka Dasar Vertikal), pengukuran situasi
detail, pemasangan patok – patok Sta. / BM dan perhitungan data hasil pengukuran.

2.3.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dari Survei Topografi atau Geometrik pada kegiatan Perencanaan Teknis
Jembatan di Kabupaten Morotai adalah untuk mengumpulkan data – data pengukuran
di lapangan yang dibutuhkan dalam pembuatan kerangka dasar horizontal, kerangka
dasar vertikal dan pemetaan detail situasi serta informasi lainnya yang diperlukan guna
keperluan pekerjaan rekayasa selanjutnya.

Tujuan kegiatan Survei Topogarafi atau Geometrik adalah untuk mengetahui letak atau
kedudukan lokasi rencana jembatan, profil memanjang dan melintang penampang
sungai, jalan dan jembatan serta obyek – obyek lainnya di lokasi sekitar rencana
jembatan pada batas koridor yang ditentukan dalam suatu sistem koordinat sesuai
dalam KAK

LAPORAN ANTARA I - 34
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
2.3.3 Lokasi Pekerjaan

Lokasi pekerjaan pada Kegiatan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1,
seperti yang ditunjukan pada gambar 1 di bawah ini

Gambar 1. 1 Lokasi Pekerjaan

LAPORAN ANTARA I - 35
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Laimu
Amahai Tehoru
Tamilow

Haya
Werinama

Ruas Jalan Amahai -


Ruas Jalan Tamilow - Haya Ruas Jalan Haya - Tehoru Ruas Jalan Laimu - Werinama
Tamilow

Wai Muno Wai Lesin Wai Manawa Kecil Wai Wildo


Wai Laurussa Wai Hiko Wai Sou Kecil Wai Maskano
Wai Uku Wai Lateri I Wai Tunsa
Wai Moon I Wai Lateri II
Wai Ekh
Wai Misa
Wai Misa II Wai Mato
Wai Sianaman III

Gambar 1. 1 Gambar Detail Lokasi Pekerjaan


LAPORAN ANTARA II - 36
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
2.3.4 Metode Pelaksanaan Pengukuran
Daerah yang diukur minimal :

- 200 m pada kiri atau kanan sungai di sepanjang jalan atau sampai ke rencana
pertemuan alinemen lama dan alinemen baru.
- 100 m pada kiri atau kanan as jalan pada daerah sungai.
- 50 m pada kiri dan kanan jalan.

1. Pengukuran Titik Kontrol

b) Pengukuran kontrol disini dapat berupa jaring poligon atau rangkaian segi tiga,
pemilihan jenis titik kontrol tersebut tergantung pada lebar sungai. Untuk
sungai dengan lebar lebih dari 100 m dipakai rangkaian segitiga.

c) Titik kontrol tersebut diletakkan antara 50 m – 100 m.

2. Pengukuran Situasi Jembatan

a. Pengukuran situasi daerah sepanjang jembatan harus mencakup semua


keterangan yang ada di daerah sepanjang jalan jembatan, misalnya rumah,
pohon, pohon pelindung jalan, pinggir selokan, letak gorong- gorong, tiang
listrik, tiang telepon, jembatan, batas bawah, batas kebun, arah aliran air dan
lain sebagainya. Untuk itu pengukuran dapat dilakukan dengan cara
tachymetri.

b. Patok Km dan Hm yang ada pada tepi jalan harus diambil dan dihitung
koordinatnya. Ini dimaksudkan untuk memperbanyak titik referensi pada
penemuan kembali sumbu jalan yang direncanakan.

3. Pengukuran Penampang Memanjang dan Melintang

a) Di daerah sungai dibuat penampang untuk setiap 25 meter sampai jarak 100
meter kiri kanan sumbu jalan.

b) Lebar penampang dibuat 50 meter kiri kanan sampai ujung sungai / kepala
jembatan.

c) Pengukuran penampang memanjang dan melintang pada jalan pendekat


jembatan (oprit) :

LAPORAN ANTARA II - 37
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
 Pengukuran Penampang Memanjang

Pengukuran penampang memanjang adalah memanjang sumbu jalan yang


ada, kecuali pada tempat dimana kemungkinan diadakan realinemen harus
diadakan tambahan. Untuk pengukuran penampang memanjang ini peralatan
yang digunakan sama yang dipakai untuk kontrol tinggi.

 Pengukuran Penampang Melintang

Pengukuran penampang melintang diambil setiap jarak 50 meter pada bagian


jalan lurus dan landai dan setiap jarak 25 meter untuk daerah-daerah tikungan
dan berbukit. Lebar pengukuran harus mengikuti daerah sejauh 50 meter
sebelah kiri kanan sumbu jalan pada bagian yang lurus dan 25 meter ke sisi
luar dan 75 meter ke sisi dalam pada bagian jalan yang menikung.

Titik yang perlu diperhatikan adalah tepi perkerasan, dasar atas gorong-
gorong, tepi bahu jalan, dasar permukaan selokan, saluran irigasi, lantai
kendaraan jembatan dan tebing sungai.

Peralatan yang digunakan untuk pengukuran situasi dapat digunakan untuk


pengukuran penampang ini.

 Pengukuran Patok-patok

Patok beton dengan ukuran 20 x 20 x 75 cm harus ditanam sedemikian rupa


sehingga bagian patok yang ada di atas tanah adalah kurang lebih 20 cm.
Patok poligon dan profil dibuat dari kayu dengan ukuran 5 x 7 x 60 cm. Patok
dan kayu harus diberi tanda BM dan nomor urut.

Untuk memperbanyak titik tinggi yang tetap, perlu ditempelkan titik tinggi
referensi pada pokok pohon atau tempat lain yang permanen dan mudah
diketemukan kembali. Baik patok poligon maupun patok profil diberi tanda cat
kuning dengan tulisan merah yang diletakkan disebelah kiri ke arah jalannya
pengukuran.

Khusus untuk profil memanjang titik yang terletak disumbu jalan diberi paku
dengan dilingkari cat kuning sebagai tanda.

LAPORAN ANTARA II - 38
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
4. Persyaratan Pengukuran
a) Pemeriksaan dan koreksi alat ukur sebelum melakukan pengukuran,
setiap alat ukur yang akan digunakan harus diperiksa dan dikoreksi.
Hasil pemeriksaan dan koreksi alat ukur harus dicatat dan dilampirkan
dalam laporan.

b) Ketelitian dalam pengukuran

Ketelitian untuk pengukuran poligon adalah sebagai berikut :

 Kesalahan sudut yang diperbolehkan adalah 10”√n, atau dari


pengukuran Global Position System (GPS) geodetic yang
mempunyai presisi tinggi pertama ke pengukuran GPS
berikutnya dalam desimeter).
 Kesalahan azimuth pengontrol tidak lebih dari 5”.

c) Perhitungan :

1. Perhitungan Koordinat.

Perhitungan koordinat poligon dibuat setiap seksi. Koreksi sudut


tidak boleh diberikan atas dasar nilai rata-rata, tapi harus diberikan
berdasarkan panjang kaki sudut (kaki sudut yang lebih pendek
mendapatkan koreksi yang lebih besar), dan harus dilakukan di
lokasi pekerjaan.

2. Perhitungan Sifat Datar.

Perhitungan sifat datar harus dilakukan hingga 4 desimal


(ketelitian 0,5 mm), dan harus dilakukan kontrol perhitungan pada
setiap lembar perhitungan dengan menjumlahkan beda tingginya.

3. Perhitungan Ketinggian Detail.

Ketinggian detail dihitung berdasarkan ketinggian patok ukur yang


dipakai sebagai titik pengukuran detail dan dihitung secara
tachimetris.

LAPORAN ANTARA II - 39
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
4. Seluruh perhitungan sebaiknya menggunakan sistim
komputerisasi.

d) Penggambaran :

- Penggambaran poligon harus dibuat dengan skala 1 : 1000.


- Garis-garis grid dibuat setiap 10 Cm.
- Koordinat grid terluar (dari gambar) harus dicantumkan harga
absis (x) dan ordinat (y)-nya.
- Pada setiap lembar gambar dan/ atau setiap 1 meter panja ng
gambar harus dicantumkan petunjuk arah Utara.
- Penggambaran titik poligon harus berdasarkan hasil perhitungan
dan tidak boleh dilakukan secara grafis.
- Setiap titik ikat (BM) agar dicantumkan nilai X,Y,Z-nya dan diberi
tanda khusus.

e) Titik kontrol horisontal diukur dengan menggunakan metode


penentuan posisi Global Positioning System (GPS) secara diferensial.
GPS atau nama lengkapnya NAVSTAR GPS merupakan singkatan
dari Navigation Satellite Timing and Ranging Global Positioning
System. Metode yang digunakan adalah metode diferensial dengan
menggunakan lebih dari satu receiver GPS dimana minimal satu titik
digunakan sebagai titik referensi (base station) dan yang lainnya
ditempatkan pada titik yang akan diukur. Titik referensi yang
digunakan adalah titik referensi Bakosurtanal ataupun Badan
Pertanahan Nasional. Untuk merapatkan titik kontrol horisontal dapat
dilakukan pengukuran menggunakan metode poligon dengan
menggunakan alat Total Station;

f) Sistem koordinat proyeksi yang digunakan adalah sebagai Sistem


koordinat proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM)

Ketentuan proyeksi UTM:

- Proyeksi adalah Transverse Mercator


- Lebar zona adalah 6°

LAPORAN ANTARA II - 40
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
- Titik awal setiap zona adalah perpotongan meridian tengah dan
ekuator
- Faktor skala pada meridian tengah ko = 0,9996
- Timur (T) didefinisikan dengan penambahan 500.000 meter kepada
nilai x yang dihitung dari meridian tengah
- Utara (U) didefinisikan dengan penambahan 10.000.0000 meter
kepada nilai y yang dihitung dari ekuator selatan.
- Zona 1 dimulai dari bujur 180° barat sampai dengan bujur 174° barat
dan seterusnya ke arah Timur sampai zona 60 untuk bujur 174° timur
sampai dengan 180° timur.
- Satuan dalam meter
- Batas lintang 84° Utara dan lintang 80° selatan.
- Notasi koordinat UTM, Timur (T) diletakkan di depan Utara (U)
- Datum DGN-95

Tabel 2.1 Penomoran Zona dalam UTM di Wilayah Indonesia


Zona Batas Zona Meridian Tengah

46 90°-96° 93°

47 96°-102° 99°

48 102°-108° 105°

49 108°-114° 111°

50 114°-120° 117°

51 120°-126° 123°

52 126°-132° 129°

53 132°-138° 135°

54 138°-144° 141°

g) Pengukuran untuk titik Kontrol Vertikal harus mengunakan peralatan


Waterpass jenis auto level dengan ketelitian 2 mm.
LAPORAN ANTARA II - 41
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Semua hasil perhitungan titik pengukuran detail, situasi, dan
penampang melintang harus digambarkan pada gambar polygon,
sehingga membentuk gambar situasi dengan interval garis ketinggian
(contour) 0,5 meter.

Proses pengambilan data untuk Topografi mengacu pada Pedoman


Pengukuran Topografi NO.010/PW/2004, atau Pedoman yang
dipersyaratkan

h) Perhitungan Dan Penggambaran Peta


 Titik poligon utama harus dihitung koordinatnya berdasarkan titik
referensi.
 Perhitungan harus berdasarkan bowdith metode.
 Penggambaran titik poligon harus berdasarkan pada hasil
perhitungan koordinat.
 Gambar ukur yang berupa gambar situasi digambarkan dalam
bentuk file CAD dengan skala 1 : 500 dan garis tinggi dengan
interval 0,5 meter.
 Ketingian titik detail harus tercantum dalam gambar ukur, begitu
pula semua keterangan - keterangan penting.
 Titik ikat atau titik mati serta titik - titik baru harus dimasukkan
dalam gambar dengan diberi tanda khusus dan ketinggian titik
tersebut harus pula dicantumkan.
 Daftar koordinat beserta ketinggian dari titik-titik poligon utama
harus ditampilkan pada penyerahan hasil pekerjaan.

5. Keluaran survey Topografi meliputi :


Laporan survey Topografi meliputi :
- Data pengukuran dan hitungan pengukuran topografi yang telah diterima.
- Data Koordinat dan elevasi Bench Mark.
- Foto dokumentasi proses pengukuran dan Bench Mark
- Peta situasi lokasi penanganan yang menunjukan secara jelas lokasi terhadap
kota besar terdekat
- Peta situasi dengan skala 1:500, interval kontur 0,5 meter

LAPORAN ANTARA II - 42
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
- Gambar potongan memanjang dengan skala horizontal 1:500, dan vertikal 1:100,
dilengkapi dengan detail situasi yang ada, letak dan tanda patok kayu, beton dan
sebagainya.
- Gambar potongan melintang dengan skala horizontal 1:100 dan vertikal 1:100.
- Deskripsi Bench Mark

2.3.5 Hasil Survey Topografi


Berdasarkan hasil pengukuran topografi dan setelah melalui proses penggambaran
peta topografi maka didapatkan analisa sebagai berikut :

LAPORAN ANTARA II - 43
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Z = 3.6 86
Z = 5.926

Z = 2.868
Z = 4.156

PETA SITUASI JBT. WAI MUNO

Z = 9.011 Z = 8.989

Z = 9.271
Z = 8.703

PETA SITUASI JBT. LAURUSSA

LAPORAN ANTARA II - 44
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Z = 14.503

Z = 12.777

Z = 13.965

Z = 15.769

PETA SITUASI JBT. WAI UKU

LAPORAN ANTARA II - 45
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Z = 10.906
Z = 7.740

Z = 8.583

Z = 6.595 Z = 11.126

Z = 9.000

PETA SITUASI JBT. WAI MOON 1


PETA SITUASI JBT. WAI LESSIN

LAPORAN ANTARA II - 46
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Z = 3.355

Z = 2.225

Z = 3.309

Z = 2.282

PETA SITUASI JBT. WAI HIKO

LAPORAN ANTARA II - 47
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Z = 28.208 Z = 30.470

BH2

BH1

Z = 34.256
Z = 31.950
BH2

Z = 27.784
BH2

BH1

Z = 33.863

Z = 31.672

PETA SITUASI JBT. WAI WAILATERI 2

PETA SITUASI JBT. WAI WAILATERI 1

LAPORAN ANTARA II - 48
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Z = 3.872

Z = 3.405

BH1

BH2

Z = 3.912

Z = 3.145

PETA SITUASI JBT. WAI MISA 1

LAPORAN ANTARA II - 49
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Z = 22.808

Z = 23.237

BH1

BH2

Z = 22.699

Z = 22.854

Z = 29.312
Z = 28.764

PETA SITUASI JBT. WAI SLANAMAN 3

PETA SITUASI JBT. WAI MISA 2


LAPORAN ANTARA II - 50
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Z 3.779

Z = 3.093

Z = 2.800
Z = 3.599

PETA SITUASI JBT. WAI MANAWA KECIL

LAPORAN ANTARA II - 51
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Z = 13.884

Z = 13.097

B
H1

H
B2
Z = 13.658

Z = 13.809

PETA SITUASI JBT. WAI SOU KECIL


LAPORAN ANTARA II - 52
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
J.1
J.2 Z = 3.347
Z = 2.121

BH

BH

Z = 2.345

Z = 2.998

PETA SITUASI JBT. WAI WILDO

PETA SITUASI JBT. WAI MASKANO

LAPORAN ANTARA II - 53
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Z = 11.276

Z = 10.531

Z = 11.411

Z = 10.779

PETA SITUASI JBT. WAI TUNSA

LAPORAN ANTARA II - 54
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Z = 8.486

Z = 9.372

Z = 9.020
Z = 9.154

PETA SITUASI JBT. WAI EKH

Z = 30.511 Z = 30.665

J.2

J.1
Z - 29.611 Z = 29.889

LAPORAN ANTARA II - 55
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1 PETA SITUASI JBT. WAI MATO

No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
LAPORAN ANTARA II - 56
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
2.4 SURVEY GEOTEKNIK

2.4.1 Pendahuluan
Dengan mengacu dan sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja dalam Pekerjaan
Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1 di Propinsi Maluku dan guna
menunjang pekerjaan Perencanaan maka Konsultan Perencanaan telah melakukan
Penyelidikan Tanah .

Penyelidikan tanah ini sangat perlu dilakukan karena dari hasil data –data yang
diperoleh nantinya untuk dasar dalam pekerjaan perencanaan ( desain ). Oleh karena
itu dalam pelaksanaan penyelidikan tanah harus sesuai dengan spesifikasi teknis dan
data yang diperoleh harus benar-benar akurat.

2.4.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari pada penyelidikan tanah dalam perencanaan jembatan adalah memberikan
dukungan data lapangan yang diperoleh dari hasil pemboran dan sondir , agar dalam
perencanaan dapat menghasil mutu perencanaan.

Tujuan kegiatan ini adalah untuk memberikan informasi tentang kondisi bawah
permukaan tanah, bahaya geoteknik, dan ketersediaan tanah, agregat dan batuan
pada perencanaan.

2.4.3 Lingkup Pekerjaan

Adapun lingkup pekerjaan dalam penyelidikan tanah yang telah dilaksanakan adalah :

1. Sondir

2. Pemboran yang meliputi pengambilan sampel tanah tidak terganggu (undisturbed)


ataupun terganggu ( disturbed ), dan melakukan Standart Penetration Test ( SPT )

3. Pengamatan Lokasi

4. Pengujian Laboratorium

LAPORAN ANTARA II - 57
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
2.4.4 Metodologi Pekerjaaan :

A. Sondir (ASTM D3441 )

Metoda pelaksanaan sondir dilakukan berdasarkan ASTM D3441. Sondir


dilakukan untuk mengetahui kedalam lapisan tanah keras, menentukan lapisan-
lapisan tanah berdasarkan tahanan ujung konus dan daya lekat tanah setiap
kedalaman yang diselidiki, alat ini hanya dapat digunakan pada tanah berbutir
halus, tidak boleh digunakan pada daerah alluvium yang mengandung komponen
berangkal dan kerakal serta batu gamping yang berongga, karena hasilnya akan
memberikan indikasi lapisan tanah keras yang salah.

Kedalaman maksimum dari alat sondir biasanya hanya sampai kedalaman 20 s/d
30 meter dibawah muka tanah.

Ada dua macam alat sondir yang digunakan :

1.Sondir Ringan dengan kapasitas 2,5 ton.

2.Sondir Berat dengan kapasitas 10 ton.

Pembacaan dilakukan pada setiap penekanan pipa sedalam 20 cm, pekerjaan


sondir dihentikan apabila pembacaan pada manometer berturut-turut
menunjukkan harga 150 kg/cm2 dan alat sondir terangkat keatas.

Apabila pembacaan manometer belum menunjukkan angka yang maksimum,


maka alat sondir perlu diberi pemberat yang diletakkan pada baja kanal
jangkar.

Hasil yang diperoleh adalah nilai sondir (qc) atau perlawanan penetrasi konus
dan jumlah hambatan pelekat (JHP). Grafik yang dibuat adalah perlawanan
penetrasi konus (qc) pada tiap kedalaman dan jumlah hambatan pelekat (JHP)
secara kumulatif.

B. Bor Mesin (ASTM D 2113-94) dan Sampling

Pekerjaan pemboran dilakukan untuk melihat susunan tanah yang terletak di


bawah permukaan tanah. Pekerjaan ini dilakukan dengan sistem putar ( rotary

LAPORAN ANTARA II - 58
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
drilling) dengan diameter mata bor harus cukup besar (minimum 75 mm) agar
undistrurbed sample yang diinginkan dapat diambil dengan baik.

Pada tanah lunak, putaran bor dilakukan dengan kecepatan maksimum 1 putaran
per detik dan kecepatan penetrasi dilakukan maksimum 30 mm per detik. Dinding
lubang bor pada tanah lunak dilindungi dengan casing diameter minimum 100
mm agar tidak longsor. Posisi dasar casing minimal berjarak 50 cm dari posisi
pengambilan sampel.

Untuk lapisan yang keras atau cemented dipakai core barrel sehingga juga dapat
diambil undisturbed sample-nya dari lapisan keras tersebut.

Hasil yang diperoleh dari pengeboran berupa data Bor Log yang paling sedikit
dilengkapi dengan lithologi (geological description), nilai SPT, letak muka air
tanah dan beberapa catatan lain yang dianggap perlu beserta letak kedalaman
lapisan tanah yang bersangkutan.

Pada saat pengeboran, maka kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut

 Lapisan tanah disusun menurut urutan kedalamannya, tiap-tiap lapis


diperiksa dengan teliti tentang karakteristik dan sifat-sifatnya secara visual.
Pengamatan secara visual tersebut akan di cek silang dengan
pengambilan sample yang kemudian diteliti di laboratorium,
 Apabila pada lobang bor terdapat muka air tanah, segera dilakukan
pencatatan kedalaman dan saatnya (waktu setempat),
 Pada setiap interval kedalaman 1,5 meter dilakukan Standard
Penetration Test (SPT) yang mengacu kepada ASTM D1586-58T dan
diambil contoh tanahnya (tidak perlu undisturbed), disimpan dalam
tempat yang dapat menjaga kadar air aslinya. Contoh tanah tersebut
diperlukan untuk menyusun lithologie description lapisan tanah.
 Pada setiap rata-rata kedalaman kurang lebih 3,00 meter, pada tanah
lunak diambil undisturbed sample untuk test di laboratorium guna
mendapatkan harga index dan structural properties lapisan tanah. Tabung
sample (yang dibuat dari baja tipis tetapi keras dan berbentuk silinder
dengan diameter rata-rata 70 mm, panjang minimal 700 mm)

LAPORAN ANTARA II - 59
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
dimasukkan kedalam tanah pada kedalaman di mana undisturbed sample
akan diambil kemudian ditekan perlahan-lahan sehingga tabung tersebut
dapat penuh terisi tanah dan diputar 180 O untuk memotong tanah pada
dasar tabung, selanjutnya tabung dicabut kembali.

2.4.5 Pengujian Laboratorium


Pengujian tanah di laboratorium ini dilaksanakan berdasarkan standard pengujian
menurut American Society for Testing Materials (ASTM) atau American
Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO), sedangkan
standard klasifikasi tanah berdasarkan standard Unified Soil Classification System
(USCS).

Pemerikssan Undisturbed Samples di laboratorium meliputi :

 Sifat-sifat asli tanah ( Index Properties) :

a. Water Content : ASTM D.2216 - 71 , menentukan harga kadar air tanah (v).

b. Volume Unit Weight : ASTM D.2837 - 71 , menentukan harga berat isi tanah (g).

c. Specific Gravity : ASTM D.854 – 72, menentukan harga berat jenis tanah (Gs).

d. Atterberg Limits : ASTM D.424 – 74, menentukan harga batas cair (LL) dan
batas plastis (PL) tanah.

e. Sieve dan Hydrometer Analysis : ASTM C.136 – 46, menentukan harga %


lolos saringan nomor 4, 10, 40 & 200 atau menentukan % fraksi jenis-jenis
tanah.

f. CBR ASTM C.136 – 46, menentukan daya dukung tanah (%).

h. Standard Proctor ASTM C.136 – 46, menentukan Kepadatan (d) dan kadar
air optimum (w).

 Sifat-sifat mekanika tanah (Engineering Properties) :

1. Consolidation Test : ASTM D.2435 – 70, menentukan harga koefisien


konsolidasi (Cv) dan indeks kompresi (Cc) tanah.

LAPORAN ANTARA II - 60
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
2. Triaxial-UU Test : ASTM D. 2850., menentukan harga kohesi (c) dan sudut
geser dalam (f) tanah.

3. UCS (Unconfined Compressive Strenght Test)


Pemerikasaan ini dimaksudkan untuk mendapatkan besarnya kekuatan
tekan bebas (qu) contoh tanah atau batuan yang bersifat kohesif, baik dalam
keadaan asli atau batuan (remolded).

BAB II ini tinggal memasukan Survei


Geoteknik dan Hidro saja.
2.4.6 Hasil Survey Geoteknik
Mulai dari
2.4.6.1 Hasil Pemboran 2.5.6 Hasil Survei Geoteknik
Halaman 66
1. Jembatan Wai Muno ( Panjang : 6,60 m )

Berdasarkan hasil pemboran yang dilaksanakan 2 titik bor dilokasi jembatan Wai
Muno , yaitu BH-1 dan BH-2 maka diperoleh dataKisaran Foto Kegiatan
sebagai berikut (untuk lebih detail
No Bor Kedalaman (m ) Deskripsi dan
N - SPT
lihat lampiran Log Bor). Kotak Sample (Core Box )

Pasir, berwarna abu-abu tua,


BH - 2 0.00 - 1.00 mengandung kerikil (diameter 2 Cm),
kepadatan: Lepas

Pasir, berwarna abu-abu tua,


1.00 - 5.00 mengandung kerikil (diameter 2 Cm), 21-58
kepadatan: Lepas

Pasir, berwarna abu-abu tua, berbutir


5.00 - 10.00 58->60
halus, kepadatan: padat dan keras

Pasir, berwarna abu-abu tua, berbutir


10.00 - 15.00 >60
halus, kepadatan: padat dan keras

Pasir, berwarna abu-abu tua, berbutir


15.00 - 20.00 >60
halus, kepadatan: padat dan keras

Pada titik bor BH-1, tanah keras mulai dari ….. m sampai dengan …..m. Hal ini ditunjukkan dari hasil
nilai SPT pada kedalaman tersebut mempunyai nilai N-SPT > 60 pukulan.

LAPORAN ANTARA II - 61
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
RESUME HASIL BORING
JEMBATAN WAI MUNO

Kisaran Foto Kegiatan


No Bor Kedalaman (m ) Deskripsi
dan
N - SPT
Kotak Sample (Core Box )

Pasir, berwarna abu-abu tua,


BH - 1 0.00 - 1.00 mengandung kerikil (diameter 3-5 Cm),
kepadatan: Lepas

Pasir, berwarna abu-abu tua,


1.00 - 5.00 mengandung kerikil (diameter 3-5 Cm), 46 - 56
kepadatan: Lepas

Pasir, berwarna abu-abu tua, berbutir


5.00 - 10.00 56 - 57
halus, kepadatan: padat dan keras

Pasir, berwarna abu-abu tua, berbutir


10.00 - 15.00 57-60
halus, kepadatan: padat dan keras

Pasir, berwarna abu-abu tua, berbutir


15.00 - 20.00 > 60
halus, kepadatan: padat dan keras

Pada titik bor BH-1, tanah keras mulai dari ….. m sampai dengan …..m. Hal ini ditunjukkan dari hasil
nilai SPT pada kedalaman tersebut mempunyai nilai N-SPT > 60 pukulan.

LAPORAN ANTARA II - 62
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
2. Hasil Pemboran Jembatan Wai Laurussa ( Panjang ….. m )

Dari hasil pemboran yang dilaksanakan di jembatan Wai Laurussa yaitu BH-1 dengan total
kedalaman …meter dan BH-2 dengan total kedalaman …meter , diperoleh data sebagai berikut :
RESUME HASIL BORING
JEMBATAN WAI LAURUSSA
Kisaran Foto Kegiatan
No Bor Kedalaman (m ) Deskripsi dan
N - SPT
Kotak Sample (Core Box )

pasir berwarna abu-abu tua, berbutir


BH - 1 0.00 - 1.00 halus-kasar, mengandung kerikil
(diameter 2 Cm), Kepadatan: Padat

pasir berwarna abu-abu tua, berbutir


1.00 - 5.00 halus-kasar, mengandung kerikil 24-55
(diameter 2 Cm), Kepadatan: Padat

pasir berwarna abu-abu tua, berbutir


5.00 - 10.00 halus-kasar, mengandung kerikil, 55-37
Kepadatan: Lepas

pasir berwarna abu-abu tua, berbutir


10.00 - 15.00 halus-kasar, Kepadatan: Sangat padat 37- >60
dan keras

pasir berwarna abu-abu tua, berbutir


15.00 - 20.00 halus-kasar, Kepadatan: Sangat padat >60
dan keras

Pada titik bor BH-1, tanah keras mulai dari ….. m sampai dengan …..m. Hal ini ditunjukkan dari hasil
nilai SPT pada kedalaman tersebut mempunyai nilai N-SPT > 60 pukulan.

LAPORAN ANTARA II - 63
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Kisaran Foto Kegiatan
No Bor Kedalaman (m ) Deskripsi dan
N - SPT
Kotak Sample (Core Box )

pasir berwarna abu-abu tua, berbutir


BH - 2 0.00 - 1.00 halus-kasar, mengandung kerikil
(diameter 2 Cm), Kepadatan: Padat

pasir berwarna abu-abu tua, berbutir


1.00 - 5.00 halus-kasar, mengandung kerikil 53-57
(diameter 2 Cm), Kepadatan: Padat

pasir berwarna abu-abu tua, berbutir


5.00 - 10.00 halus-kasar, mengandung kerikil 57- >60
(diameter 2-5 Cm), Kepadatan: lepas

pasir berwarna abu-abu tua, berbutir


10.00 - 15.00 halus-kasar, Kepadatan: Sangat padat >60
dan Keras

pasir berwarna abu-abu tua, berbutir


15.00 - 20.00 halus-kasar, Kepadatan: Sangat padat >60
dan Keras

Dengan demikian untuk lapisan tanah yang keras di jembatan Wai Laurussa pada kedalaman .. meter.
Hal ini ditunjukkan dari hasil nilai SPT pada kedalaman tersebut mempunyai nilai N-SPT > 60 pukulan.

LAPORAN ANTARA II - 64
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
3. Hasil Pemboran Jembatan Wai Uku ( Panjang …. )

Di jembatan Wai Uku ,telah dilakukan pemboran sebayak 2 titik bor yaitu BH-1 dengan kedalaman
…. meter dan BH- 2 dengan kedalaman … meter dan hasil sebagai berikut :

RESUME HASIL BORING


JEMBATAN WAI UKU
Kisaran Foto Kegiatan
No Bor Kedalaman (m ) Deskripsi dan
N - SPT
Kotak Sample (Core Box)

Pasir, berwarna abu-abu tua, berbutir


BH - 1 0.00 - 1.00 halus - kasar, mengandung kerikil,
kepadatan: Lepas

Pasir, berwarna abu-abu tua, berbutir


1.00 - 5.00 halus - kasar, mengandung kerikil, 29 - 48
kepadatan: Lepas

Pasir, berwarna abu-abu tua, berbutir


5.00 - 10.00 halus - kasar, mengandung kerikil, 48 - 55
kepadatan: Lepas

Pasir, berwarna abu-abu kehitaman,


10.00 - 15.00 55 - >60
berbutir halus, kepadatan: Lepas

Pasir, berwarna abu-abu kehitaman,


15.00 - 20.00 >60
berbutir halus, kepadatan: Lepas

Pada titik bor BH-1 dengan total kedalaman….. m, lapisan tanah keras mulai dari kedalaman ….
meter hingga …. meter dengan kisaran nilai SPT …. Pukulan

LAPORAN ANTARA II - 65
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Untuk di jembatan Wai Uku , pada titik bor BH-1 lapisan tanah yang
Kisaran keras mulai
Foto Kegiatan
No Bor Kedalaman (m ) Deskripsi dan
N - SPT
Kotak Sample (Core Box )

Pasir, berwarna abu-abu tua, berbutir


BH - 2 0.00 - 1.00 halus - kasar, mengandung kerikil,
kepadatan: Lepas

Pasir, berwarna abu-abu tua, berbutir


1.00 - 5.00 halus - kasar, mengandung kerikil, 53 - 55
kepadatan: Lepas

Pasir, berwarna abu-abu tua, berbutir


5.00 - 10.00 halus - kasar, mengandung kerikil, 55 - >60
kepadatan: Lepas

Pasir, berwarna abu-abu tua, berbutir


10.00 - 15.00 halus - kasar, mengandung kerikil, >60
kepadatan: Lepas

Pasir, berwarna abu-abu kehitaman,


15.00 - 20.00 >60
berbutir halus, kepadatan: Lepas

Demikian juga pada titik bor BH-2 dengan total kedalaman …. meter , lapisan yang keras mulai pada
kedalaman …. meter hingga …. meter dengan nilai SPT berkisar ….. pukulan.

LAPORAN ANTARA II - 66
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
4. Hasil Pemboran Jembatan Wai Moon I (…..m)
Untuk di jembatan Wai Moon I ,dilakukan pemboran 2 titik bor yaitu BH–1, dengan total
kedalaman …. meter dan BH-2, dengan total kedalaman …. meter
RESUME HASIL BORING
JEMBATAN WAI MOON 1
Kisaran Foto Kegiatan
No Bor Kedalaman (m ) Deskripsi dan
N - SPT
Kotak Sample (Core Box )

Pasir, berwarna abu-abu muda,


berbutir halus - kasar, mengandung
BH - 1 0.00 - 1.00
kerikil (diameter 3-5 Cm), kepadatan:
Lepas

Pasir, berwarna abu-abu muda,


berbutir halus - kasar, mengandung
1.00 - 5.00 21 - 23
kerikil (diameter 3-5 Cm), kepadatan:
Lepas

Pasir, berwarna abu-abu muda,


5.00 - 10.00 berbutir halus - kasar, mengandung 23 - 38
kerikil, kepadatan: Lepas

Pasir, berwarna abu-abu tua, berbutir


10.00 - 15.00 halus - kasar, mengandung kerikil, 38 - >60
kepadatan: Lepas

Pasir, berwarna abu-abu tua, berbutir


15.00 - 20.00 halus - kasar, mengandung kerikil, >60
kepadatan: Lepas

Pada titik bor BH-1 dengan total kedalaman….. m, lapisan tanah keras mulai dari kedalaman …. meter
hingga …. meter dengan kisaran nilai SPT …. Pukulan

LAPORAN ANTARA II - 67
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Kisaran Foto Kegiatan
No Bor Kedalaman (m ) Deskripsi dan
N - SPT
Kotak Sample (Core Box )

Pasir, berwarna abu-abu tua, berbutir


BH - 2 0.00 - 1.00 halus - kasar, mengandung kerikil
(diameter 2 Cm), kepadatan: Lepas

Pasir, berwarna abu-abu tua, berbutir


1.00 - 5.00 halus - kasar, mengandung kerikil 23 - 34
(diameter 2 Cm), kepadatan: Lepas

Pasir, berwarna abu-abu muda,


berbutir halus - kasar, mengandung
5.00 - 10.00 34 - 46
kerikil (diameter 3-5 Cm), kepadatan:
Lepas

Pasir, berwarna abu-abu tua, berbutir


10.00 - 15.00 halus - kasar, mengandung kerikil, 46 - >60
kepadatan: Lepas

Pasir, berwarna abu-abu tua, berbutir


15.00 - 20.00 halus - kasar, mengandung kerikil, >60
kepadatan: Lepas

Untuk di jembatan Wai Moon I , pada titik bor BH-2 lapisan tanah yang keras mulai dari kedalaman
… meter hingga …. meter dengan kisaran nilai SPT …. Pukulan.

LAPORAN ANTARA II - 68
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
5. Jembatan Wai Lessin (… m)
Di jembatan Wai Lessin ,telah dilakukan pemboran sebayak 2 titik bor yaitu BH-1 dengan
kedalaman 20 meter dan BH- 2 dengan kedalaman 20 meter dan hasil sebagai berikut :

RESUME HASIL BORING


JEMBATAN WAI LESSIN
Kisaran Foto Kegiatan
No Bor Kedalaman (m ) Deskripsi dan
N - SPT
Kotak Sample (Core Box )

Pasir berwarna abu-abu muda, berbutir


BH - 1 0.00 - 1.00 halus, mengandung kerikil (diameter 2-5
Cm), Kepadatan: Lepas

Pasir berwarna abu-abu muda, berbutir


1.00 - 5.00 halus, mengandung kerikil, Kepadatan: 6-30
Lepas

Pasir berwarna abu-abu muda, berbutir


5.00 - 10.00 halus, mengandung kerikil, Kepadatan: 30- >60
Lepas

Pasir berwarna abu-abu muda, berbutir


10.00 - 15.00 halus, mengandung kerikil, Kepadatan: >60 - 48
Lepas

Pasir berwarna abu-abu muda, berbutir


15.00 - 20.00 halus, mengandung kerikil, Kepadatan: 48 - >60
Lepas

Untuk di jembatan Wai Lessin , pada titik bor BH-1 lapisan tanah yang keras mulai dari kedalaman
… meter hingga …. meter dengan kisaran nilai SPT …. Pukulan.

LAPORAN ANTARA II - 69
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Kisaran Foto Kegiatan
No Bor Kedalaman (m ) Deskripsi dan
N - SPT
Kotak Sample (Core Box )

pasir berwarna abu-abu tua, berbutir


BH - 2 0.00 - 1.00 halus-kasar, mengandung kerikil
(diameter 2 Cm), Kepadatan: Lepas

pasir berwarna abu-abu tua, berbutir


1.00 - 5.00 halus-kasar, mengandung kerikil 14 - 51
(diameter 2 Cm), Kepadatan: Lepas

pasir berwarna abu-abu tua, berbutir


5.00 - 10.00 halus-kasar, mengandung kerikil, 51- >60
Kepadatan: Padat

pasir berwarna abu-abu tua, berbutir


10.00 - 15.00 halus-kasar, mengandung kerikil, >60
Kepadatan: Padat

pasir berwarna abu-abu tua, berbutir


15.00 - 20.00 halus-kasar, mengandung kerikil, >60
Kepadatan: Lepas

Untuk di jembatan Wai Lessin , pada titik bor BH-2 lapisan tanah yang keras mulai dari kedalaman
… meter hingga …. meter dengan kisaran nilai SPT …. Pukulan.

LAPORAN ANTARA II - 70
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
6. Wai Hiko (…. m)
Di jembatan Wai Hiko ,telah dilakukan pemboran sebayak 2 titik bor yaitu BH-1 dengan
kedalaman 20 meter dan BH- 2 dengan kedalaman 20 meter dan hasil sebagai berikut :

7. Wai Lateri I (…… m)


8. Wai Lateri II (….. m)

LAPORAN ANTARA II - 71
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
LAPORAN ANTARA II - 72
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
LAPORAN ANTARA II - 73
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
LAPORAN ANTARA II - 74
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
2.4.6.2 Hasil Sondir
Pekerjaan Sondir telah dilakukan di masing-masing jembatan dan hasilnya adalah
seperti dalam tabel dibawah ini

Tabel 2.2 RESUME HASIL SONDIR MASING-MASING JEMBATAN

RESUME HASIL SONDIR


KEDALAMAN
Hambatan Konus
JUMLAH NO SONDIR (HK) Jumlah Hambatan (m)
NO NAMA JEMBATAN Pelekat (JHP)
SONDIR
(Kg/cm2) (Kg/cm2) HK JHP
1 AKE LEOMONADE 1 sondir 1 ( S.1) 200 692 8.20 8.20

sondir 1 ( S.2) 200 640 11.00 11.00


2 AKE DAHEGILA I 2
sondir 2 (S.3) 200 1074 11.60 11.60
sondir 1 ( S.4) 150 514 3.80 3.80
3 AKE DAHEGILA II 2
sondir 2 (S.5) 150 706 4.40 4.40
4 AKE AHA 1 sondir 1 ( S.6 ) 150 834 6.60 6.60
sondir 1 ( S.7 ) 140 884 7.00 7.00
5 AKE AHA I 2
sondir 2 (S.8 ) 150 1156 8.20 8.20
6 AKE AHA II 1 sondir 1 ( S.9 ) 150 1108 8.40 8.40
sondir 1 ( S.10 ) 150 694 4.00 4.00
7 AKE SOSOLO 2
sondir 2 ( S.11) 150 754 5.00 5.00
8 AKE MOMOJIU 1 sondir 1 (S.12) 200 576 10.80 10.80
sondir 1 (S.13) 200 642 9.60 9.60
9 AKE MOMOJIU I 2
sondir 2 (S.14) 200 556 9.60 9.60
10 AKE DAEO V 1 sondir 1 (S.15) 200 562 9.60 9.60
sondir 1 ( S.16) 200 588 10.80 10.80
11 AKE DAEO VI 2
sondir 2 (S.17) 200 612 10.60 10.60
12 AKE SAMBIKI II 1 sondir 1 ( S.18) 150 1010 12.20 12.20
13 AKE MIRA I 1 sondir 1 (S.19) 200 682 11.00 11.00

LAPORAN ANTARA II - 75
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
2.4.6.3 Hasil Laboratorium

Pengujian laboratorium yang telah dilakukan pada Undisturbed Sample yang diambil
dari hasil pemboran di jembatan adalah

Sifat-sifat asli tanah (Index Properties) :

a. Water Content : ASTM D.2216 - 71 , menentukan harga kadar air tanah (v).

b. Volume Unit Weight : ASTM D.2837 - 71 , menentukan harga berat isi tanah (g).

c. Specific Gravity : ASTM D.854 – 72, menentukan harga berat jenis tanah (Gs).

d. Atterberg Limits : ASTM D.424 – 74, menentukan harga batas cair (LL) dan batas
plastis (PL) tanah.

e. Sieve dan Hydrometer Analysis : ASTM C.136 – 46, menentukan harga % lolos
saringan nomor 4, 10, 40 & 200 atau menentukan % fraksi jenis-jenis tanah.

f. CBR ASTM C.136 – 46, menentukan daya dukung tanah (%).

h. Standard Proctor ASTM C.136 – 46, menentukan Kepadatan (d) dan kadar air
optimum (w).

Sifat-sifat mekanika tanah (Engineering Properties) :

1. Consolidation Test : ASTM D.2435 – 70, menentukan harga koefisien


konsolidasi (Cv) dan indeks kompresi (Cc) tanah.

2. Triaxial-UU Test : ASTM D. 2850., menentukan harga kohesi (c) dan sudut geser
dalam (f) tanah.

3. UCS (Unconfined Compressive Strenght Test)


Pemerikasaan ini dimaksudkan untuk mendapatkan besarnya kekuatan tekan bebas
(qu) contoh tanah atau batuan yang bersifat kohesif, baik dalam keadaan asli atau
batuan (remolded).
Dari pengujian diatas dapat diperoleh hasil seperti dalam Tabel 2.3

LAPORAN ANTARA II - 76
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
LAPORAN ANTARA II - 77
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Tabel 2.3 RESUME HASIL LABORATORIUM MASING-MASING JEMBATAN

Indeks Properties
No. Kedalaman Gradation Clasification Atterberg Natural State
No Lokasi No Test
Sample (m) Gravel Sand SIlt-Clay UCGS AASHTO GS LL PL Pl Wn ϓt ϓ dry ѐ n sr
(%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) gr/cm³ gr/cm³ (%) (%) (%)

UDS-1 3.00-3.50 0.23 8.34 90.38 MH A7-5 2.613 79.323 36.579 42.744 54.255 1.604 1.040 1.513 60.205 93.707
1 Ake Dahegila I BH-1
UDS-2 5.00-5.50 0.13 5.40 94.50 CH A7-6 2.638 64.774 20.894 44.080 48.154 1.720 1.161 1.272 55.991 99.845
UDS-1 1.00-1.50 1.05 18.65 80.30 CH A7-6 2.885 79.050 18.983 82.087 48.800 1.715 1.168 1.281 58.169 97.349
2 Ake Dahegila I BH-2
DS-1 5.00-5.50 2.87 6.75 90.58 CH A7-6 2.875 64.870 18.529 48.341 44.610 1.740 1.203 1.223 55.018 97.559
UDS-1 1.00-1.50 0.03 2.38 97.84 MH A7-5 2.559 72.396 35.889 36.527 50.780 1.675 1.111 1.304 56.589 99.686
3 Ake Dahegila II BH-3 UDS-2 3.00-3.50 0.03 5.87 94.13 CH A7-6 2.648 61.846 17.857 43.988 51.182 1.693 1.120 1.366 57.726 99.290
UDS-3 5.00-5.50 0.03 15.82 84.18 CH A7-6 2.670 60.840 12.590 48.050 40.360 1.740 1.240 1.154 53.570 93.397
UDS-1 1.00-1.50 0.05 8.80 91.15 CH A7-6 2.880 61.380 19.750 41.630 43.800 1.762 1.225 1.171 53.936 99.505
4 Ake Dahegila II BH-4 UDS-2 3.00-3.50 0.13 10.05 89.79 CH A7-6 2.835 50.641 15.857 34.784 38.050 1.788 1.281 1.057 51.397 94.812
DS-1 5.00-5.50 2.83 16.72 80.59 CH A7-6 2.839 60.306 17.406 42.900 48.594 1.709 1.150 1.295 56.419 99.061
UDS-1 1.00-1.50 0.03 7.52 92.48 MH A7-5 2.880 74.022 37.912 36.110 45.598 1.642 1.128 1.359 57.603 89.273
5 Ake Aha I BH-5 UDS-2 3.00-3.50 0.85 9.87 89.28 MH A7-5 2.662 76.870 34.716 42.154 47.150 1.670 1.135 1.346 57.367 93.278
UDS-3 5.00-5.50 0.43 19.27 80.33 CH A7-6 2.670 89.800 14.596 55.204 43.680 1.680 1.189 1.283 56.207 90.866
UDS-1 1.00-1.50 0.23 3.96 95.94 CH A7-6 2.667 60.340 18.989 43.371 48.650 1.723 1.158 1.301 56.539 99.736
6 Ake Sosolo BH-6 UDS-2 3.00-3.50 0.03 8.13 93.87 CH A7-6 2.887 56.587 14.452 42.135 45.001 1.722 1.188 1.246 55.471 96.342

LAPORAN ANTARA II - 78
Perencanaan Perencanaan Teknik Jembatan Di Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
2.4.7 Lokasi Quarry

Penentuan lokasi quarry baik untuk perkerasan jalan, struktur jembatan, maupun untuk
bahan timbunan (borrow pit) diutamakan yang ada disekitar lokasi pekerjaan. Bila tidak
dijumpai, maka harus menginformasikan lokasi quarry lain yang dapat dimanfaatkan.

Penjelasan mengenai quarry meliputi jenis dan karakteristik bahan, perkiraan kuantitas,
jarak ke lokasi pekerjaan, serta kesulitan-kesulitan yang ungkin timbul dalam proses
penambangannya, dilengkapi dengan foto-foto.

LAPORAN HIDROLOGI
Perencanaan Teknik Jembatan Pulau Seram II.1
2 -1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
2.5. SURVEY HIDROLOGI

2.5.1 Pendahuluan

Survey hidrologi berhubungan dengan siklus pergerakan air, baik yang mengalir sebagai
limpasan permukaan (surface run off) maupun yang meresap masuk kedalam tanah.
Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh data yang diperlukan untuk perhitungan besar
hujan rencana dan debit rencana.

Survey hidrolika berhubungan dengan perhitungan bangunan hidrolika yang diperlukan


sesuai kapasitas debit rencana yang diinginkan.

2.5.2 Maksud dan Tujuan

Maksud daripada survey Hidrologi adalah membuat analisa hidrologi berdasarkan data-
data sebagai berikut :

Tujuan survey hidrologi dan hidrolika yang dilaksanakan dalam pekerjaan ini adalah untuk
mengumpulkan data hidrologi dan karakter/perilaku aliran air sekitar jalan, guna keperluan
analisis hidrologi dan menetapkan bangunan hidrolika yang diperlukan. Dari hasil
survey dan analisa yang dilakukan,maka dapat ditentukan elevasi jembatan dan bangunan
pengaman terhadap gerusan,tumbukan air dan debris.

1.
2.
2.5.3 Metodologi dan Kriteria Standar Analisa

Agar dalam tahapan pelaksanaan pembangunan jembatan dapat berjalan lancar dan
hasilnya dapat memberikan manfaat seoptimal mungkin maka salah satu tahapan kegiatan
yang dilakukan adalah tahapan perencanaan teknis.

Perencanaan teknis suatu bangunan silang (jembatan dan gorong - gorong) serta
bangunan drainase dapat ditinjau dari beberapa aspek diantaranya adalah aspek struktur
dan aspek hidrolis. Perencanaan dari aspek struktur dimaksudkan agar bangunan air
kokoh terhadap gaya - gaya yang bekerja. Perencanaan dari aspek hidrolis dimaksudkan

LAPORAN HIDROLOGI
Perencanaan Teknik Jembatan Pulau Seram II.1
2 -2
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
agar bangunan air mampu mengalirkan debit tertentu dengan aman tanpa menimbulkan
kerusakan pada bangunan air yang bersangkutan.

Beberapa data yang diperlukan dalam perencanaan bangunan tersebut dari aspek hidrolis
adalah : data karakteristik daerah pengaliran (data topografi dan data tata guna lahan),
data curah hujan, dan data debit. Data tersebut selanjutnya akan digunakan dalam
perhitungan debit rencana.

Debit rencana pada suatu bangunan silang dan drainase adalah debit yang yang
kemungkinan terjadi pada periode ulang t tahun yang direncanakan untuk masing - masing
bangunan tersebut. Besar kecilnya nilai debit rencana akan menentukan besar kecilnya
dimensi hidrolis suatu bangunan air.

Ketentuan mengenai periode ulang yang direncanakan pada masing - masing bangunan
mengacu pada standar - standar yang sudah ditentukan.

2.5.4 Analisa Hidrologi

Analisa Hidrologi adalah tahap penting sebelum perencanaan hidrologi dari alur sungai.
Analisa demikian perlu untuk menentukan laju aliran, aliran air atau debit yang harus
ditampung oleh alur sungai. Debit rencana adalah beban hidrologi pada alur sungai.

Sesuai dengan karakteristik hidrologi suatu daerah pengaliran, debit sungai yang
bersangkutan berubah – ubah tidak beraturan oleh karenanya sukarnya untuk
meralamalkan besarnya debit yang akan melintas suatu penampang sungai secara pasti
pada suatu saat tertentu.

Konsultan akan mengumpulkan dan mengadakan pengujian terhadap data – data yang
diperoleh agar dapat digunakan untuk menganalisa persoalan drainase jembatan. Untuk
itu, maka hal – hal yang perlu diperhatikan adalah :

 Daerah aliran (Catcment area) dari setiap gejala aliran akan dipelajari dengan cermat
dari peta topografi/geologis maupun pemeriksaan langsung di tempat.

LAPORAN HIDROLOGI
Perencanaan Teknik Jembatan Pulau Seram II.1
2 -3
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
 Analisa frekuensi curah hujan rencana akan dipilih dari beberapa metode analisa yang
umum digunakan di Indonesia dengan membandingkan secara statistik berdasarkan
data pengamatan curah hujan.

2.5.5 Metode Analisa Curah Hujan Rancangan

2.5.5.1 Curah Hujan Wilayah

Data historis rekaman curah hujan dalam kurun waktu tertentu sering digunakan
untuk memperkirakan debit banjir rencana selain dari data debit sungai. Dibandingkan
dengan data debit sungai, rekaman data untuk curah hujan relatif lebih lengkap dan lebih
mudah didapat sehingga jenis data inilah yang sering digunakan. Data curah hujan bisa
didapatkan di Instansi Pemerintah seperti: Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
(BMKG), dinas - dinas terkait pada kabupaten/kota setempat dan Badan Pusat Statistik.

Data-data curah hujan yang tercatat pada setiap pos curah hujan merupakan data
curah hujan setempat. Sebagai data dasar dalam perhitungan hujan rencana periode
sekian tahun, data-data curah hujan tersebut harus dijadikan data curah hujan wilayah.
Perhitungan curah hujan wilayah dilakukan dengan 3 metode yang disesuaikan dengan
kondisi topogradi serta lokasi pos curah hujan di wilayah tersebut sebagaimana yang
tertuang dalamTabel 1 di bawah ini:

Tabel 1. Metode Perhitungan Curah Hujan Wilayah

Topografi Lokasi Pos Curah Hujan Metode

Datar Tersebar merata Rata-rata hitung aritmatik


Datar Tidak tersebar merata Poligon Thiessen
Pegunungan dan berbukit Merata/tidak merata Isohiet
Sumber: Manual No: 01-1/BM/2005 (Hidroloki untuk pekerjaan jalan dan jembatan)

2.5.5.2 Metode Rata-rata hitung aritmatik

LAPORAN HIDROLOGI
Perencanaan Teknik Jembatan Pulau Seram II.1
2 -4
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Harga rata-rata diperoleh dengan menjumlahkan xurah hujan dari semua stasiun
hujan selama suatu periode tertentu (1 hari, 1 bulan, 1 tahun) dan membaginya dengan
jumlah stasiun hujan. Seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1.

Rumus perhitungannya adalah sebagai berikut :

R1 + R2 + R3 +… + Rn
Rave
n
Dimana :
Rave : Curah hujan rata-rata daerah
R1……Rn : Besarnya curah hujan dimasing-masing stasiun
n : Jumlah stasiun hujan

Gambar 1. Metode rata-rata hitung aritmatik

2.5.5.3 Metode Poligon Thiessen

Pada metode ini dianggap bahwa data curah hujan dari suatu tempat pengamatan
dapat digunakan untuk daerah pengaliran disekitar tempat tersebut. Cara ini diperoleh
dengan membuat poligon yang memotong tegak lurus pada tengah-tengah garis
penghubung dua stasiun hujan. Dengan demikian tiap stasiun hujan akan terletak pada
suatu wilayah poligon tertutup seperti Gambar 2. Curah hujan rata-rata daerah adalah

LAPORAN HIDROLOGI
Perencanaan Teknik Jembatan Pulau Seram II.1
2 -5
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
jumlah total dari hasil perkalian antara tinggi hujan disetiap stasiun dengan persentase luas
masing-masing daerah hujan terhadap luas seluruh daerah pengaliran.

Persamaannya adalah sebagai berikut :

Rave = a.A + b.B + c.C + d.D + …………………


Dimana :
Rave : Cuarah hujan rata-rata daerah
A, B, C, D, … : Besarnya curah hujan dimasing-masing stasiun
a, b, c, d, … : persentase luas masing-masing daerah hujan terhadap luas
seluruh daerah pengaliran

Gambar 2. Metode poligon Thiessen

2.5.5.4 Metode Garis Isohiet

Metode ini menggunakan peta isohiet, yaitu peta dengan garis-garis kontur yang
menghubungkan tempat-tempat dengan curah hujan yang sama besar. Peta isohiet di
gambar pada peta topografi dengan interval kontur 10 mm sampai 20 mm berdasarkan
data curah hujan pada titik-titik pengamatan di dalam dan disekitar daerah yang dimaksud.
Luas bagian daerah antara dua garis isohiet yang berdekatan diukur dengan planimeter.
Seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3.

LAPORAN HIDROLOGI
Perencanaan Teknik Jembatan Pulau Seram II.1
2 -6
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Adapun curah hujan daerah dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

A1 R 1+ A 2 R2 + A 3 R3 +… + A n Rn
Rave =
A 1+ A 2 + A 3 +…+ A n

Dimana :
Rave : Curah hujan rata-rata daerah
A1, A2, …, An : Luas bagian-bagian antara garis-garis isohiet
R1, R2, …, Rn : curah hujan rata-rata pada bagian-bagian A1,…, An

Gambar 3. Metode garis isohiet

2.5.6 Hujan rencana periode ulang T tahun

Hujan rencana adalah hujan dengan periode ulang tertentu yang diperkirakan akan
terjadi di suatu daerah pengaliran. Hujan rencana ini merupakan hasil dari suatu rangkaian
analisa hidrologi yang biasa disebut analisa frekuensi curah hujan.
Analisa frekuensi sesungguhnya merupakan sebuah prakiraan ( forecasting) untuk terjadinya
suatu peristiwa hidrologi dalam bentuk hujan rencana yang berfungsi sebagai dasar
perhitungan perencanaan hidrologi untuk antisipasi setiap kemungkinan yang akan terjadi.
Analisa frekuensi ini dilakukan dengan menggunakan agihan kemungkinan teori
(probability distribution) dan yang biasa digunakan adalah Analisa Frekuensi Metode
Normal, Gumbel, Log Normal, dan Log Pearson type III.

2.5.7 Uji konsitensi data curah hujan


LAPORAN HIDROLOGI
Perencanaan Teknik Jembatan Pulau Seram II.1
2 -7
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Sebelum data digunakan dalam perhitungan frekuensi curah hujan terlebih dahulu di
uji konsitensi data curah hujannya. Uji konsistensi data dimaksudkan untuk mengetahui
kebenaran data lapangan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor :
 Spesifikasi alatpenakar berubah
 Tempat alat ukur dipindahkan
 Perubahan lingkungan disekitar alat penakar
Jika dari hasil pengujian ternyata datanya konsisten berarti tidak terjadi perubahan
lingkungan dan cara penakaran. Namun sebaliknya jika ternyata data tidak konsisten artinya
terjadi perubahan lingkungan dan cara penakarannya. cara pengujian konsistensi data curah
hujan dapat dilakukan dengan menggunakan metode Curve massa ganda.

2.5.8 Metode curve massa ganda

Dalam pengujian konsistensi data dengan metode curve massa ganda ini
Memerlukan data curah hujan lebih dari 1 stasiun, dalam metode ini nilai kumulatif seri data
yang diuji dibandingkan dengan nilai kumulatif seri data dari stasiun referensi. Stasiun
referensi dapat berupa rerata dari beberapa stasiun didekatnya.
Jika kurva berbentuk garis lurus artinya data konsisten. Sebaliknya jika terjadi
perubahan/patahan kemiringan bentuk kurva artinya data tidak konsisten dan perlu dikoreksi
(mengalikan atau membagi data sebelum dan sesudah perubahan/patahan dengan faktor
koreksi).
Persamaan faktor koreksi.
β
, Dimana : β : kemiringan kurva setelah patahan
α
α : kemiringan kurva sebelu patahan

LAPORAN HIDROLOGI
Perencanaan Teknik Jembatan Pulau Seram II.1
2 -8
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Gambar 4. Sketsa analisa kurva massa ganda

2.5.9 Analisa frekuensi curah hujan

Dalam penentuan curah hujan rencana dilakukan analisa distribusi frekuensi dengan
beberapa metode, yaitu Metode distribusi Normal, Log Normal, Gumbel, dan Log
Pearson type III. Untuk melakukan analisa ini digunakan data curah hujan harian
maksimum untuk tiap stasiun pengamat hujan yang akan digunakan dalam analisa
hidrologi dengan panjang data minimal 10 tahun untuk masing-masing lokasi stasiun
pengamat curah hujan.
Curah hujan rencana adalah curah hujan dengan periode ulang tertentu yang
kemudian dipakai untuk perencanaan. Penentuan curah hujan rencana dengan
periode ulang tertentu dapat dihitung menggunakan metode analisa frekuensi.
Periode ulang yang akan dihitung pada masing-masing metode adalah untuk periode
ulang 2, 5, 10, 25, 50 serta 100 tahun.

2.5.10 Metode distribusi Normal

Distribusi normal atau kurva normal dikenal pula dengan nama distibusi Gauss yang
mempunyai rumus sebagai berikut:
X t = X+ Sx . K t
Dimana :
Xt : Curah hujan periode ulang T tahun (mm)
X : nilai rata-rata data curah hujan (mm)
Sx : Standar deviasi (mm)

LAPORAN HIDROLOGI
Perencanaan Teknik Jembatan Pulau Seram II.1
2 -9
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Sx=
√ ∑ ( X −X )2
n−1
Kt : Koefisien didtribusi Gauss (lihat Tabel 2)
Tabel 2. Harga Kt pada distribusi normal
No. Tr (tahun) Kt Peluang
1 1.001 -3.091 0.999
2 1.005 -2.578 0.995
3 1.010 -2.330 0.990
4 1.050 -1.668 0.950
5 1.110 -1.287 0.900
6 1.250 -0.842 0.800
7 1.330 -0.680 0.750
8 1.430 -0.522 0.700
9 1.670 -0.250 0.600
10 2.000 0.000 0.500
11 2.500 0.253 0.400
12 3.330 0.524 0.300
13 4.000 0.674 0.250
14 5.000 0.842 0.200
15 10.000 1.282 0.100
16 25.000 1.751 0.040
17 50.000 2.054 0.020
18 100.000 2.326 0.010
19 200.000 2.576 0.005
20 500.000 2.878 0.002
21 1000.000 3.090 0.001

2.5.11 Metode distribusi Log Normal

Formula dari model ini merupakan fungsi logaritma dari model sebelumnya, yang
dipresentasikan sebagai berikut :
log X t =LogX + SLogx . K t
Dimana :
Log Xt : Logaritmis Curah hujan periode ulang T tahun (mm)
LogX : nilai rata-rata data curah hujan
n

∑ LogXi , (mm)
LogX= i=1
n
Sx : Standar deviasi dari Logx (mm)

LAPORAN HIDROLOGI
Perencanaan Teknik Jembatan Pulau Seram II.1
2 - 10
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07

n
2
∑ ( Logxi −Logx)
i=1
Sx=
n−1
Kt : Koefisien distribusi Gauss (lihat Tabel 2)

2.5.12 Metode distribusi Gumbel

Perhitungan berdasarkan metode Gumbel dilakukan dengan persamaan berikut:


X t = X+ Sx . K t
Dimana :
Xt : Curah hujan periode ulang T tahun (mm)
X : nilai rata-rata data curah hujan (mm)
Sx : Standar deviasi (mm)

Sx=
√ ∑ ( X −X )2
n−1
Y t −Y n
Kt : Faktor Koef. Gumbel : Kt =
Sn
T −1
Yt : Reduced variate : Yt = −ln−ln
T
Sn : Reduced Standard deviation dapat ditentukan berdasarkan Tabel 3
Yn : Reduced mean dapat ditentukan berdasarkan Tabel 3

LAPORAN HIDROLOGI
Perencanaan Teknik Jembatan Pulau Seram II.1
2 - 11
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Tabel 3. Harga Sn dan Yn

S ampel Yn Sn S ampel Yn Sn S ampel Yn Sn

10 0.4952 0.9497 40 0.5436 1.1413 70 0.5548 1.1854


11 0.4996 0.9676 41 0.5442 1.1436 71 0.555 1.1854
12 0.5035 0.9833 42 0.5448 1.1458 72 0.5552 1.1873
13 0.5070 0.9971 43 0.5453 1.148 73 0.5555 1.1881
14 0.5100 1.0095 44 0.5458 1.1499 74 0.5557 1.189
15 0.5128 1.0206 45 0.5463 1.1519 75 0.5559 1.1898
16 0.5157 1.0316 46 0.5468 1.1538 76 0.5561 1.1906
17 0.5181 1.0411 47 0.5473 1.1557 77 0.5563 1.1915
18 0.5202 1.0493 48 0.5477 1.1574 78 0.5565 1.1923
19 0.5220 1.0565 49 0.5481 1.159 79 0.5567 1.193
20 0.5236 1.0628 50 0.5485 1.1607 80 0.5569 1.1938
21 0.5252 1.0696 51 0.5489 1.1623 81 0.557 1.1945
22 0.5268 1.0754 52 0.5493 1.1638 82 0.5572 1.1953
23 0.5283 1.0811 53 0.5497 1.1658 83 0.5574 1.1959
24 0.5296 1.0864 54 0.5501 1.1667 84 0.5576 1.1967
25 0.5309 1.0915 55 0.5504 1.1681 85 0.5578 1.1973
26 0.5320 1.0861 56 0.5508 1.1696 86 0.558 1.1987
27 0.5332 1.1004 57 0.5511 1.1708 87 0.5581 1.1987
28 0.5343 1.1047 58 0.5515 1.1721 88 0.5583 1.1994
29 0.5353 1.1086 59 0.5519 1.1734 89 0.5583 1.2001
30 0.5362 1.1124 60 0.5521 1.1747 90 0.5586 1.2007
31 0.5371 1.1159 61 0.5524 1.1759 91 0.5587 1.2013
32 0.5380 1.1193 62 0.5527 1.177 92 0.5589 1.202
33 0.5388 1.1226 63 0.553 1.1782 93 0.5591 1.2026
34 0.5396 1.1255 64 0.5533 1.1793 94 0.5592 1.2032
35 0.5402 1.1287 65 0.5535 1.1803 95 0.5593 1.2038
36 0.5410 1.1313 66 0.5538 1.1814 96 0.5595 1.2044
37 0.5418 1.1339 67 0.554 1.1824 97 0.5596 1.2049
38 0.5424 1.1363 68 0.5543 1.1834 98 0.5598 1.2055
39 0.5430 1.1388 69 0.5545 1.1844 99 0.5599 1.206
100 0.56 1.2065

2.5.13 Metode distribusi Log Pearson Tipe III

Formula dari model ini merupakan fungsi logaritma seperti model Log Normal
sebelumnya, yang dipresentasikan sebagai berikut :
log X t =LogX + SLogx . K t
Dimana :
Log Xt : Logaritmis Curah hujan periode ulang T tahun (mm)
n

LogX : nilai rata-rata data curah hujan ∑ LogXi , (mm)


LogX= i=1
n
Sx : Standar deviasi dari Logx (mm)

LAPORAN HIDROLOGI
Perencanaan Teknik Jembatan Pulau Seram II.1
2 - 12
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07

n
2
∑ ( Logxi −Logx)
i=1
Sx=
n−1
Kt : Variasi standar, besarnya bergantung koef. Kepencengan Cs atau G.
lihat Tabel 4, dengan nilai Cs menggunakan persamaan berikut,

n
n ∑ ( LogX i−LogX )
3

Cs : i=1
3
(n−1)(n−2)( SLogX)

LAPORAN HIDROLOGI
Perencanaan Teknik Jembatan Pulau Seram II.1
2 - 13
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Tabel 4. Faktor frekuensi Kt untuk distribusi log peArson tipe III
Skew RETURN PERIODE(YEAR)
Coef. 1.01 2 5 10 25 50 100 200 500 1000

G' / 'C' EXCEEDENCE PROBABILITY


Cs' 0.990 0.500 0.200 0.100 0.040 0.020 0.010 0.005 0.002 0.001

-3.0 -4.051 0.396 0.636 0.666 0.666 0.666 0.667 0.667 0.668 0.668
-2.9 -4.013 0.390 0.651 0.681 0.683 0.689 0.690 0.690 0.694 0.695
-2.8 -3.973 0.384 0.666 0.702 0.712 0.714 0.714 0.714 0.720 0.722
-2.7 -3.832 0.376 0.681 0.747 0.738 0.740 0.740 0.741 0.747 0.748
-2.6 -3.889 0.368 0.696 0.771 0.764 0.768 0.769 0.769 0.774 0.775
-2.5 -3.845 0.360 0.711 0.795 0.793 0.798 0.799 0.800 0.802 0.802
-2.4 -3.800 0.351 0.725 0.819 0.823 0.830 0.832 0.833 0.837 0.838
-2.3 -3.753 0.341 0.739 0.844 0.855 0.864 0.867 1.869 0.873 0.874
-2.2 -3.705 0.330 0.752 0.869 0.888 0.900 0.905 0.907 0.909 0.910
-2.1 -3.656 0.319 0.765 0.895 0.923 0.939 0.946 0.949 0.954 0.955
-2.0 -3.065 0.307 0.777 0.920 0.959 0.980 0.990 0.995 0.999 1.000
-1.9 -3.553 0.294 0.788 0.945 0.996 1.023 1.038 1.044 1.060 1.065
-1.8 -3.499 0.282 0.799 0.970 1.035 1.069 1.087 1.097 1.122 1.130
-1.7 -3.444 0.268 0.808 0.884 1.075 1.116 1.140 1.155 1.193 1.205
-1.6 -3.388 0.254 0.817 0.994 1.116 1.166 1.197 1.216 1.264 1.280
-1.5 -3.330 0.240 0.825 1.018 1.157 1.217 1.256 1.282 1.350 1.373
-1.4 -3.271 0.225 0.832 1.041 1.198 1.270 1.318 1.351 1.437 1.465
-1.3 -3.211 0.210 0.838 1.064 1.240 1.324 1.383 1.424 1.515 1.545
-1.2 -3.149 0.195 0.844 1.086 1.282 1.379 1.449 1.501 1.594 1.625
-1.1 -3.087 0.180 0.848 1.107 1.324 1.435 1.518 1.581 1.680 1.713
-1.0 -3.022 0.164 0.852 1.128 1.366 1.492 1.588 1.664 1.766 1.800
-0.9 -2.957 0.148 0.854 1.147 1.407 1.549 1.660 1.749 1.870 1.910
-0.8 -2.891 0.132 0.856 1.166 1.448 1.606 1.733 1.837 1.986 2.035
-0.7 -2.824 0.116 0.857 1.183 1.488 1.663 1.806 1.926 2.094 2.150
-0.6 -2.755 0.099 0.857 1.200 1.528 1.720 1.880 2.016 2.210 2.275
-0.5 -2.686 0.083 0.856 1.216 1.567 1.770 1.955 2.108 2.327 2.400
-0.4 -2.615 0.066 0.855 1.231 1.606 1.834 2.029 2.201 2.455 2.540
-0.3 -2.544 0.500 0.853 1.245 1.643 1.890 2.104 2.294 2.580 2.675
-0.2 -2.472 0.033 0.850 1.258 1.680 1.945 2.178 2.388 2.705 2.810
-0.1 -2.400 0.017 0.846 1.270 1.716 2.000 2.252 2.482 3.583 3.950
0.0 -2.326 0.000 0.842 1.282 1.751 2.054 2.326 2.576 2.962 3.090
0.1 -2.252 -0.017 0.836 1.292 1.785 2.107 2.400 2.670 3.094 3.235
0.2 -2.178 -0.033 0.830 1.301 1.818 2.159 2.472 2.763 3.226 3.380
0.3 -2.104 -0.050 0.824 1.309 1.849 2.211 2.544 2.856 3.358 3.525
0.4 -2.029 -0.066 0.816 1.317 1.880 2.261 2.615 2.949 3.490 3.670
0.5 -1.955 -0.083 0.808 1.323 1.910 2.311 2.686 3.041 3.622 3.815
0.6 -1.880 -0.099 0.800 1.328 1.939 2.359 2.755 3.132 3.753 3.960
0.7 -1.806 -0.116 0.790 1.333 1.967 2.407 2.824 3.223 3.885 4.105
0.8 -1.733 -0.132 0.780 1.336 1.998 2.453 2.891 3.312 4.016 4.250
0.9 -1.660 -0.148 0.769 1.339 2.018 2.498 2.957 3.401 4.147 4.395
1.0 -1.588 -0.164 0.758 1.340 2.043 2.542 3.022 3.489 4.277 4.540
1.1 -1.518 -0.180 0.745 1.341 2.066 2.585 3.087 3.575 4.404 4.680
1.2 -1.449 -0.195 0.732 1.340 2.087 2.626 3.149 3.661 4.530 4.820
1.3 -1.383 -0.210 0.719 1.339 2.108 2.666 3.211 3.745 4.660 4.965
1.4 -1.318 -0.225 0.705 1.337 2.128 2.706 3.271 3.828 4.790 5.110
1.5 -1.256 -0.240 0.690 1.333 2.146 2.743 3.330 3.910 4.915 5.250
1.6 -1.197 -0.254 0.675 1.329 2.163 2.780 3.388 3.990 5.040 5.390
1.7 -1.140 -0.268 0.660 1.324 2.179 2.815 3.444 4.069 5.161 5.525
1.8 -1.087 -0.282 0.643 1.318 2.193 2.828 3.499 4.147 5.282 5.660
1.9 -1.037 -0.282 0.627 1.310 2.207 2.881 3.553 4.223 5.395 5.785
2.0 -0.990 -0.307 0.609 1.302 2.219 2.912 3.605 4.298 5.507 5.910
2.1 -0.946 -0.319 0.592 1.294 2.230 2.942 3.656 4.372 5.634 6.055
2.2 -0.905 -0.330 0.574 1.284 2.240 2.970 3.705 4.444 5.761 6.200
2.3 -0.867 -0.341 0.555 1.274 2.248 3.997 3.753 4.515 5.879 6.333
2.4 -0.832 -0.351 0.537 1.262 2.256 3.023 3.800 4.584 5.996 6.467
2.5 -0.799 -0.360 0.518 1.250 2.262 3.048 3.845 4.652 6.113 6.600
2.6 -0.769 -0.368 0.799 1.238 2.267 3.017 3.899 4.718 6.227 6.730
2.8 -0.714 -0.384 0.460 1.210 2.275 3.114 3.937 4.847 6.454 6.990
2.8 -0.740 -0.376 0.479 1.224 2.272 3.093 3.932 4.783 6.341 6.860
2.9 -0.690 -0.390 0.440 1.195 2.277 3.134 4.013 4.909 6.566 7.120
3.0 -0.667 -0.396 0.420 1.180 2.278 3.152 4.051 4.970 6.680 7.250

2.6 Uji kecocokan data curah hujan

Uji kecocokan data curah hujan dimaksud untuk mengetahui apakah persamaan distribusi
frekuensi yang dipilih dapat mewakili distribusi statistik sampel data yang dianalisis atau
LAPORAN HIDROLOGI
Perencanaan Teknik Jembatan Pulau Seram II.1
2 - 14
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
tidak . Ada dua macam metode pengujian kecocokan distibusi frekuensi data ( testing at
goodness of fit), yaitu Metode Chi-Kuadrat dan (X2) dan Metode Smirnov-Kolmogorov.
2.3.6.1. Metode Chi-Kuadrat (X2)
Distribusi yang dipilih dan dianggap tidak cocok menurut Uji Chi Kuadrat adalah
apabila harga X2 melewati harga X2 kritis.
Persamaan atau formala yang metode Chi-Kuadrat yaitu:
n 2
(O ¿ ¿ f −Ef )
X =∑
2
¿
i=1 Ef
Dimana :
X2 : Parameter Chi-Kuadrat terhitung
Ef : Frekuensi yang diharapkan sesuai dengan pembagian kelasnya
Of : Frekuensi yang diamati pada kelas yang sama
n : Jumlah sub kelompok

2.3.6.2. Metode Smirnov-Kolmogorov


Menurut Uji Smirnov Kolmogorov, yaitu apabila harga penyimpangan maksimum
(Pmaksimum) lebih kecil dari harga penyimpangan kritik (Pkritis).
Rumus yang digunakan pada uji Smirnov - Kolmogorov ini, menggunakan rumus Weibull,
yaitu:
100.m
P=
n+1
Dimana :
P : Probabilitas
m : nomor urut data dari seri yang telah disusun
n : besarnya data

LAPORAN HIDROLOGI
Perencanaan Teknik Jembatan Pulau Seram II.1
2 - 15
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
2.4. METODE ANALISA DEBIT BANJIR

2.4.1. Karakterisitk daerah pengaliran air hujan ( Catchment area)


Daerah pengaliran suatu sungai adalah daerah tempat presipitasi (hujan)
mengkonsentrasi (mengumpul) ke sungai. Garis-garis battas daerah-daerah aliran yang
berdampingan disebut batas daerah pengaliran (batas catchment area).
Batas daerah pengaliran yang diperlukan untuk mengetahui luas daerah pengaliran dapat
ditnetukan oleh dua hal, yaitu :
1. Kondisi topografi yang membentuk batas-batas alami seperti pada Gambar 5.
2. Ditentukan oleh bangunan-bangunan buatan manusia seperti misalnya tanggul, jalan
dan lain sebagainya, seperti pada Gambar 6.

Gambar 5. Batas daerah pengaliran yang ditentukan kondisi topografi

LAPORAN HIDROLOGI
Perencanaan Teknik Jembatan Pulau Seram II.1
2 - 16
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Gambar 6. Batas daerah pengaliran yang ditentukan bangunan manusia
Luas daerah pengaliran diperkirakan dengan pengukuran daerah itu pada peta topografi
dengan menggunakan planimeter atau alat ukur lainnya. Daerah pengaliran yang dibatasi oleh kondisi
topografi alami, umumnya terdiri dari tiga bentuk, yaitu : Bentuk bulu burung, Bentuk menyebar,
Bentuk sejajar seperti yang diperlihatkan pada Gambar 7.

(1) Bentuk bulu burung (2) Bentuk menyebar (3) Bentuk sejajar
Gambar 7. Bentuk daerah pengaliran alami
(1) Bentuk pengaliran berbentuk bulu burung
Daerah pengaliran yang berbentuk bulu burung ini mempunyai debit banjir yang kecil, karena waktu
tiba banjir dari anak-anak sungainya berbeda-beda. Tetapi biasanya banjirnya berlangsung agak
lama.
(2) Bentuk pengaliran berbentuk menyebar (radial)
Daerah pengaliran yang berbentuk demikian mempunyai debit banjir yang besar didekat titik
pertemuan anak-anak sungai, hal ini terjadi karena daerah pengaliran anak-anak sungai
terkonsentrasi ke suatu titik secara radial.
LAPORAN HIDROLOGI
Perencanaan Teknik Jembatan Pulau Seram II.1
2 - 17
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
(3) Bentuk pengaliran berbentuk sejajar (parallel)
Bentuk ini mempunyai corak dimana dua jalur daerah pengaliran bersatu di daerah pengaliran bajir
hilir. Banjir yang cukup besar akan terjadi di sebelah hilir titik pertemuan sungai-sungai.

2.4.2. Perhitungan debit aliran


Rumus yang dipakai utnuk perhitungan debit aliran dapat ditentukan berdasarkan luasanya
catchment area, yaitu sebagai berikut :
 Untuk catchment area < 25 km2 (< 2.500 ha) dapat digunakan metode Rasional
 Untuk catchment area 25 < 100 km2 (2.500 – 10.000 ha) dapat digunakan metode Weduwen atau
metode Haspers.
 Untuk catchment area > 100 km2 (> 10.000 ha) dapat digunakan metode Melchior.
Dengan anggapan-anggapan yang digunakan dalam penerapan metode-metode di atas, antara lain
adalah : intensitas hujan yang merata diseluruh catchment area untuk waktu curah hujan tertentu,
waktu hujan sama dengan waktu konsentrasi dari catchment area, puncak banjir dan intensitas hujan
mempunyai periode ulang yang sama.
2.4.3. Metode Rasional
Metode ini menggambarkan hubungan antara debit limpasan dengan besar curah hujan. Dua
komponen utama yang berpengaruh dalam perhitungan metode ini adala waktu konsentrasu (tc) dan
intensitas curah hujan (I).
Rumus rasional menganggap bahwa debit puncak pada suatu titik yang ditinjau terjadi pada
saat bersamaan dengan waktu konsentrasi, dan periode ulang debit sama dengan periode ulang
curah hujan.
Rumus rasional adalah sebagai berikut :
Q = (1/3.6) x C x I x A atau Q = 0,278 x C x I x A
Dimana :
Q : Debit puncak banjir (m3/det)
C : Koefisien limpasan (tanpa dimensi)
A : Luas daerah pengaliran atau catchment area (km2)
I : Intensitas curah hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam)
2
R 24 24 3
I=
24 tc
Besarnya nilai tc dapat dihitung dengan beberapa rumus antara lain :
1. Rumus Kirpich

LAPORAN HIDROLOGI
Perencanaan Teknik Jembatan Pulau Seram II.1
2 - 18
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
2 0,385 0,77
0,87 x L 0,06628. L
tc= 0,385
1000 x S S
Dimana :
tc : Waktu konsentrasi (jam)
L : Panjang lintasan air dari titik terjauh sampai titik yang ditinjau (km)
S : Kemiringan rata-rata daeerah aliran sungai
2. Waktu konsentrasi dapat juga dihitung dengan membedakaannya menjadi 2 komponen yaitu :
tc = to + td (dalam menit)
dengan to = {(2/3) x 3,28 x L x (nd/√s)}0,467
dimana :
to : waktu konsentrasi untuk aliran di lahan (jam)
L : panjang lereng di sub DAS (m)
S : kemiringan rata-rata di sub DAS (m/m)
nd : Koefisien hambatan (Tabel 5)

Tabel 5. Koefisien hambatan (nd)


No Kondisi lapis permukaan nd

1 Lapisan semen dan aspal beton 0,013

2 Permukaan licin dan kedap air 0,020

3 Permukaan licin dan kokoh 0,1

4 Tanah dengan rumput tipis dan gundul dengan permukaan sedikit kasar 0,2

5 Padang rumput dan rerumputan 0,4

6 Hutan gundul 0,6

Hutan rimbun dan hutan gundul rapat dengan hamparan rumput jarang sampai
7 0,8
rapat
Sumber: Manual No: 01-2/BM/2005 (Hidroloki untuk pekerjaan jalan dan jembatan)

Adapun besarnya time of flow (td), dapat diperkiran dengan rumus berikut :
td = L/V
Dimana :
td : Waktu konsentrasi untuk aliran di sungai (jam)
L : Panjang saluran, mulai dari inlet sampai ke titik yang ditinjau (km)
LAPORAN HIDROLOGI
Perencanaan Teknik Jembatan Pulau Seram II.1
2 - 19
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
V : Kecepatan rata-rata aliran melalui saluran
Dengan V = 72/(ΔH/L)0,6
Dimana : ΔH adalah selisih elevasi hulu saluran ke titik outlet (km)

 Koefisien limpasan (C)


Koefisien limpasan (C) adalah suatu besaran angka yang menunjukan perbandingan antara air
hujan yang mengalir di atas permukaan tanah (surface runoff) dengan air yang meresap ke dalam
tanah. Besarnya koefisien pengaliran antara lain di pengaruhi oleh :
1. Kondisi penggunan lahan
2. Kemiringan lahan
3. Struktur geologi permukaan tanah
Harga koefisien pengaliran (C) untuk berbagai kondisi permukaan tanah sebagaimana pada Tabel 6.
Jika dalam suatu catchment area terdiri dari beberapa tipe kondisi permukaan tanah yang mempunyai
nilai C yang berbeda-beda, maka harga C untuk perhitungan debit digunakan nilai C rata-rata dengan
persamaan sebagai berikut :

C1 A 1 +C2 A 2 +C3 A3 +… +C n A n
C rat −rata=
A1 + A 2+ A 3+ …+ An
Dimana :
Crata-rata : Koefisien limpasan rata-rata
C1, C2, …, Cn : Koefisien limpasan yang sesuai tupe kondisi permukaan tanah
A1, A2, …, An : Luasan daerah pengaliran yang diperhitungkan sesuai dengan kondisi
permukaan tanah

LAPORAN HIDROLOGI
Perencanaan Teknik Jembatan Pulau Seram II.1
2 - 20
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Tabel 6. Koefisien pengaliran (C) untuk persamaan rasional

2.5. METODE ANALISA HIDROLIKA


Analisa hidrolika pada perencanaan jalan jembatan ini bertujuan untuk mengetahui elevasi muka air
banjir yang didasarkan pada perkiraan debit banjir rencana yang telah diperoleh pada analisa hidrologi.

2.5.1. Analisa hidrolika untuk bangunan gorong-gorng (Curvert)


Prosedur analisa hidrolika untuk bangunan curvert sesuai dengan diagram alir pada Gambar 8.

LAPORAN HIDROLOGI
Perencanaan Teknik Jembatan Pulau Seram II.1
2 - 21
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Gambar 8. Bagan alir perencanaan hidrolika untuk Curvert

2.5.2. Analisa hidrolika untuk jembatan


Prosedur analisa hidrolika untuk jembatan sesuai dengan diagram alir pada Gambar 9.

Gambar 9. Bagan alir perencanaan hidrolika untuk jembatan

Berdasarkan hasil perhitungan debit rencana periode ulang T tahun maka tinggi muka air sungai dapat
dihitung dengan menggunakan rumus Manning. Dimana luas penampang basah dan keliling basah dihitung
sesuai dengan tampang sungai beserta kondisi kekasaran pada masing-masing sub bagian penampang.
Kedalaman air rencana di lokasi jembatan ditentukan berdasarkan lengkung debit.
LAPORAN HIDROLOGI
Perencanaan Teknik Jembatan Pulau Seram II.1
2 - 22
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Adapun formula Manning yaitu :
V = 1/n (R2/3)(S)1/2 dan rumus kontinuitas adalah Q = A.V
Dimana :
V : Kecepatan aliran rata-rata (m/det)
R : Jari-jari hidrolis (m) = A/P
A : Luas penampang basah (m2)
P : Keliling penampang basah (m)
S : Kemiringan energi (untuk aliran seragam, S = kemiringan dasar saluran)
n : koefisien kekasaran “Manning”
Lebar bukaan minimum jembatan dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut :

b=
( )( )
Q 1
V max y
,
Dimana :
b : lebar minimum bukaan (m)
Q : Debit rencana (m3/s)
Vmax : Kecepatan aliran maksimum, 2.2 m/s (agar tidak terjadi gerusan)
Y : Tinggi air banjir (m)

2.6. KRITERIA STANDAR ANALISA


Dalam perencanaan teknis jembatan pada paket pekerjaan Perencanaan Teknis
Perencanaan Teknik Jembatan Pulau Seram II.1, analisa hidrologi dan hidrolika didasarkan pada
kondisi eksisting, asumsi, standar dan kriteria. Hal ini perlu ditetapkan lebih awal untuk memberikan
kejelasan pada analisa yang dilakukan khususnya pada penaksiran besaran debit banjir, penentuan
elevasi muka air banjir dan perilaku hidrolik yang pada jembatan yang akan direncanakan.
Adapun asumsi, kriteria dan standar yang akan digunakan pada perencanaan teknis ini
adalah :
a. Manual No : 01–1/BM/2005 s/d Manual No : 01-4/BM/2005 mengenai Hidrologi dan
Hidrolika Untuk Pekerjaan Jalan dan Jembatan.
b. Analisa curah hujan menggunakan data dari Stasiun BMKG Klas II Pattimura Ambon
Amahai dengan koordinat garis lintang 03°.21 LS dan garis bujur 128°.52 BT, dan Tual
dengan koordinat garis lintang 05°.39 LS dan garis bujur 132°.44 BT. Data yang
dipergunakan merupakan data curah hujan maksimum harian yang diperoleh dari tahun
2004 s/d tahun 2014.
LAPORAN HIDROLOGI
Perencanaan Teknik Jembatan Pulau Seram II.1
2 - 23
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
c. Analisa distribusi hujan untuk menaksir besar curah hujan rancangan digunakan model
distribusi Normal, Log Normal, Gumbel dan Log Pearson tipe III.
d. Analisa Debit Banjir menggunakan Metode Rasional.

LAPORAN HIDROLOGI
Perencanaan Teknik Jembatan Pulau Seram II.1
2 - 24
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
BAB

3
ANALISA HIDROLOGI DAN
ANALISA HIDROLIKA

3.1. ANALISA HIDROLOGI


3.1.1. Data curuh hujan Stasiun Tual
Lokasi Stasiun Pertama : Tual
Letak geografis : 05.39 LS 132.44 BT
Elevasi : 3 mdpl

Tabel 7. Data curah hujan lokasi stasiun Tual


Curah Hujan Bulanan Maksimum (mm)
Tahun
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Maks
2005 43 56 42 89 30 32 5 2 43 62 39 36 89
2006 45 72 47 44 186 116 8 7 7 0 10 100 186
2007 96 29 128 71 44 28 10 12 4 16 41 45 128
2008 47 94 87 38 21 39 9 29 82 50 40 81 94
2009 78 38 69 193 44 55 20 11 5 4 15 65 193
2010 66 96 78 48 86 78 90 82 57 62 118 58 118
2011 173 91 109 83 67 11 43 32 79 21 63 106 173
2012 35 46 48 59 91 32 36 11 24 3 73 63 91
2013 83 65 56 81 68 71 50 24 7 32 75 62 83
2014 75 58 43 143 29 72 14 13 36 10 37 64 143
Maks 173 96 128 193 186 116 90 82 82 62 118 106

Sumber data : BMKG Stasiun Meteorologi Klas II Pattimura Ambon di Tual

LAPORAN HIDROLOGI
3 -1
Perencanaan Teknik Jembatan Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
3.1.2. Grafik curah hujan stasiun Tual

Gambar 10. Curah hujan stasiun tual

3.1.3. Data curuh hujan Stasiun Amahai


Lokasi Stasiun kedua : Amahai
Letak geografis : 03.10 LS 128.52 BT
Elevasi : 10 mdpl

Tabel 8. Data curah hujan lokasi stasiun Amahai


Curah Hujan Maksimum (mm)
Tahun
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Maks
2005 13 29 48 57 35 62 108 58 23 64 65 39 108
2006 58 28 39 33 45 159 75 11 47 9 32 28 159
2007 14 20 38 41 97 141 58 49 50 9 14 19 141
2008 16 28 22 49 84 76 125 190 108 42 42 76 190
2009 71 31 35 22 67 188 44 94 29 63 34 69 188
2010 26 24 75 36 38 78 30 136 34 46 27 61 136
2011 32 15 57 39 208 92 125 38 156 12 52 57 208
2012 14 66 48 48 145 95 209 249 65 16 36 47 249
2013 39 33 31 65 98 76 194 165 56 28 54 58 194
2014 20 22 41 49 64 88 42 63 79 8 11 66 88
Maks 71 66 75 65 208 188 209 249 156 64 65 76

Sumber data : BMKG Stasiun Meteorologi Klas II Pattimura Ambon di Amahai


LAPORAN HIDROLOGI
3 -2
Perencanaan Teknik Jembatan Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
3.1.4. Grafik curah hujan stasiun Amahai

Gambar 11. Curah hujan statisun tual

3.1.5. Uji konsitensi data


Uji konsistensi menggunakan metode Kurva Massa Ganda
Tabel 9. Curah hujan tahunan kumulatif tahunan
Data Hujan harian
Kumulatif Stasiun
maksimum Stasiun
Tahun
A B A Referensi
Tual Amahai Tual Amahai
2005 89 108 89 108
2006 186 159 275 267
2007 128 141 403 408
2008 94 190 497 598
2009 193 188 690 786
2010 118 136 808 922
2011 173 208 981 1130
2012 91 249 1072 1379
2013 83 194 1155 1573
2014 143 88 1298 1661

Dari kurva terlihat perubahan kemiringan terjadi setelah tahun 2008, dan setelah tahun
2012, olehnya, data stasiun A dari tahun sebelum dan sesudah 2008 dan 2012 harus
dikoreksi.

LAPORAN HIDROLOGI
3 -3
Perencanaan Teknik Jembatan Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Grafik 1. Analisa Kurva massa ganda
Berdasarkan kurva diperoleh.
Kurva tahun 2008
α = kemiringan kurva sebelum patahan
598 - 108.0
α = = 1.20
497 - 89.0
β = kemiringan kurva setelah patahan
1661 - 598
β = = 1.33
1298 - 497
β 1.33
jadi faktor koreksi = = = 1.11
α 1.20

Kurva tahun 2012


α = kemiringan kurva sebelum patahan
1379 - 108.0
α = = 1.35
1025 - 80.5
β = kemiringan kurva setelah patahan
1661 - 1379
β = = 1.25
1251 - 1025
β 1.25
jadi faktor koreksi = = = 0.93
α 1.35

LAPORAN HIDROLOGI
3 -4
Perencanaan Teknik Jembatan Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Tabel 10. Curah Hujan Tahunan Kumulatif Stasiun A setelah terkoreksi pertama dan
kedua

Data Hujan harian


Kumulatif Stasiun
maksimum Stasiun
Tahun
A B A
Referensi
Tual Amahai Tual
2005 86.89 108 86.8866 108
2006 181.58 159 268.47 267
2007 124.96 141 393.43 408
2008 91.77 190 485.198 598
2009 208.20 188 693.4 786
2010 127.29 136 820.695 922
2011 186.63 208 1007.32 1130
2012 98.17 249 1105.49 1379
2013 83.00 194 1188.49 1573
2014 143.00 88 1331.49 1661

Grafik 2. Kurva massa ganda

Tabel 11. Data yang digunakan dalam analisa Curah hujan

LAPORAN HIDROLOGI
3 -5
Perencanaan Teknik Jembatan Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Belum Setelah
Tahun
Terkoreksi Terkoreksi
2005 89.00 86.89
2006 186.00 181.58
2007 128.00 124.96
2008 94.00 91.77
2009 193.00 208.20
2010 118.00 127.29
2011 173.00 186.63
2012 91.00 98.17
2013 83.00 83.00
2014 143.00 143.00
3.1.6. Analisa distribusi frekuensi
Analisa distribusi menggunakan 4 metode.

3.1.6.1. Metode distribusi Normal


Tabel 12. Perhitungan curah hujan metode distribusi Normal
No. Weibull X X urut (X urut -X) 2
Tahun
Urut (tahun) (mm) (mm) (mm)
1 2005 11.00 86.89 208.20 5632.97
2 2006 5.50 181.58 186.63 2859.87 σ ሺܺ െܺҧሻʹ
3 2007 3.67 124.96 181.58 2345.88
ܵ
‫ݔ‬ ൌ
݊െͳ
4 2008 2.75 91.77 143.00 97.04
5 2009 2.20 208.20 127.29 34.27 Sx = 18628.29
6 2010 1.83 127.29 124.96 67.05 9
7 2011 1.57 186.63 98.17 1223.68 = 45.50 mm
8 2012 1.38 98.17 91.77 1712.39
9 2013 1.22 83.00 86.89 2140.20
10 2014 1.10 143.00 83.00 2514.92
Jumlah data n 10
Nilai rata-rata X 133.15 mm
Standard deviasi SX 45.50 mm
2
selisih dgn mean pangkat 2 ∑(X - X ) 18628.29 mm

Sumber: Hasil perhitungan

LAPORAN HIDROLOGI
3 -6
Perencanaan Teknik Jembatan Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Maka Curah hujan Rencana periode (Tr2 , Tr5 , Tr10 , Tr25 , Tr50 , Tr100 ) adalah :

dimana KTr2 = 0 ( Nilai Koefisien Distribusi Normal)


KTr5 = 0.842 ( Nilai Koefisien Distribusi Normal)
KTr10 = 1.282 ( Nilai Koefisien Distribusi Normal)
KTr25 = 1.751 ( Nilai Koefisien Distribusi Normal)
KTr50 = 2.054 ( Nilai Koefisien Distribusi Normal)
KTr100 = 2.326 ( Nilai Koefisien Distribusi Normal)

dengan persamaan berikut : XTr = X¯ + ( S x . KTr )

Hasil perhitungan di Tabelkan sebagai berikut:


Hasilnya di Tabelkan sebagai berikut :
Tabel
Tr 13. Hasil perhitungan curah hujan metode distribusi Normal
(tahun)
Tr (mm)
X Tr
2 KTr
0.00 133.149 Peluang
50.0%
(tahun) (mm)
5
2 0.84
0.00 171.439
133.149 20.0%
50.0%
10
5 1.28
0.84 191.453
171.439 10.0%
20.0%
25 1.75 212.797 4.0%
10 1.28 191.453 10.0%
50 2.05 226.585 2.0%
25 1.75 212.797 4.0%
100 2.33 238.987 1.0%
50 2.05 226.585 2.0%
100 2.33 238.987 1.0%
Sumber: Analisa perhitungan

3.1.6.2. Metode distribusi Log Normal


Tabel 14. Perhitungan curah hujan metode distribusi Log Normal

LAPORAN HIDROLOGI
3 -7
Perencanaan Teknik Jembatan Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Weibull X X urut Y=LOG X (Y - Y)2
No. Tahun
(tahun) (mm) (mm) (mm) (mm)
1 2005 11.00 86.89 208.20 2.32 0.047
2 2006 5.50 181.58 186.63 2.27 0.029
3 2007 3.67 124.96 181.58 2.26 0.025
4 2008 2.75 91.77 143.00 2.16 0.003
5 2009 2.20 208.20 127.29 2.10 0.000
6 2010 1.83 127.29 124.96 2.10 0.000
7 2011 1.57 186.63 98.17 1.99 0.012
8 2012 1.38 98.17 91.77 1.96 0.019
9 2013 1.22 83.00 86.89 1.94 0.027
10 2014 1.10 143.00 83.00 1.92 0.033 σ ሺܺ െܺҧ
ሻʹ
ܵ‫ ݔ‬ൌ
Jumlah data n 10 ݊െͳ
Nilai rata-rata Y 2.10 mm
0.19
Standard deviasi SX 0.15 mm Sx =
9
∑(Y - Y )2 0.19 mm = 0.15 mm
Maka Curah hujan Rencana periode (Tr2 , Tr5 , Tr10 , Tr25 , Tr50 , Tr100 ) adalah :

dimana KTr2 = 0 ( Nilai Koefisien Distribusi Normal)


KTr5 = 0.8416 ( Nilai Koefisien Distribusi Normal)
KTr10 = 1.2816 ( Nilai Koefisien Distribusi Normal)
KTr25 = 1.7507 ( Nilai Koefisien Distribusi Normal)
KTr50 = 2.0537 ( Nilai Koefisien Distribusi Normal)
KTr100 = 2.3263 ( Nilai Koefisien Distribusi Normal)

dengan persamaan berikut : YT = Y¯ + ( S x . KTr )

Hasil perhitungan di Tabelkan sebagai berikut:


Tabel 15. Hasil perhitungan curah hujan metode distribusi Log Normal.
Tr YT X Tr =Anti Log
KTr Peluang
(tahun) (mm) (mm)
2 0.000 2.10 126.420 50.0%
5 0.842 2.23 168.092 20.0%
10 1.282 2.29 195.086 10.0%
25 1.751 2.36 228.664 4.0%
50 2.054 2.40 253.369 2.0%
100 2.326 2.44 277.862 1.0%
Sumber: Analisa perhitungan

LAPORAN HIDROLOGI
3 -8
Perencanaan Teknik Jembatan Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
3.1.6.3. Metode distribusi Gumbel
Tabel 16. Perhitungan curah hujan metode distribusi Gumbel
Weibull X X urut
No. Tahun (X - X) 2
(tahun) (mm) (mm)
1 2005 11.00 86.89 208.20 5632.97
2 2006 5.50 181.58 186.63 2859.87
3 2007 3.67 124.96 181.58 2345.88
4 2008 2.75 91.77 143.00 97.04
5 2009 2.20 208.20 127.29 34.27
6 2010 1.83 127.29 124.96 67.05
7 2011 1.57 186.63 98.17 1223.68
8 2012 1.38 98.17 91.77 1712.39
9 2013 1.22 83.00 86.89 2140.20
10 2014 1.10 143.00 83.00 2514.92
Jumlah data yang dipergunakan n 10
Nilai rata-rata X 133.15
Jumlah nilai data ∑X 1331.49
Jumlah selisih dengan mean pangkat 2 ∑(X - X )2 18628.29
Standard deviasi SX 45.50
Koefisien y n (reduced mean) Yn 0.4952
Koefisien sn (reduced Sd ) Sn 0.9497

σ ሺܺ െܺҧ
ሻʹ
ܵ‫ ݔ‬ൌ
݊െͳ
18628.29
Sx =
9
= 45.50 mm

Maka Curah hujan Rencana periode (Tr2 , Tr5 , Tr10 , Tr25 , Tr50 , Tr100 ) adalah :
ࢀ࢘ െ૚
dimana Y Tr2 = 0.3665 ࢅࢀ࢘ ൌ
െࡸ࢔ െࡸ࢔
ࢀ࢘
Y Tr5 = 1.4999
Y Tr10 = 2.2504
Y Tr25 = 3.1985
Y Tr50 = 3.9019
Y Tr100 = 4.6001
ࢅࢀ࢘ െࢅ࢔
dengan persamaan berikut : ࢄ ࢀ࢘ ൌ
ࢄഥ൅ Ǥ‫ܠ ܁‬
ࡿ࢔

Hasil perhitungan di Tabelkan sebagai berikut:

LAPORAN HIDROLOGI
3 -9
Perencanaan Teknik Jembatan Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Tabel 17. Hasil Perhitungan curah hujan metode Gumbel

Tr X Tr
Y Tr Peluang
(tahun) (mm)
2 0.3665 126.984 50.0%
5 1.4999 181.281 20.0%
10 2.2504 217.230 10.0%
25 3.1985 262.652 4.0%
50 3.9019 296.348 2.0%
100 4.6001 329.796 1.0%

3.1.6.4. Metode Log Person tipe III


Tabel 18. Perhitungan curah hujan metode distribusi Log Person tipe III
Weibull X X urut Y=LOG X Y 1 =(Y - Y) 2 Y 2 =(Y - Y) 3
No. Tahun
(tahun) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
1 2005 11.00 86.89 208.20 2.32 0.047 0.0102
2 2006 5.50 181.58 186.63 2.27 0.029 0.0048
3 2007 3.67 124.96 181.58 2.26 0.025 0.0039
4 2008 2.75 91.77 143.00 2.16 0.003 0.0002
5 2009 2.20 208.20 127.29 2.10 0.000 0.0000
6 2010 1.83 127.29 124.96 2.10 0.000 0.0000
7 2011 1.57 186.63 98.17 1.99 0.012 -0.0013
8 2012 1.38 98.17 91.77 1.96 0.019 -0.0027
9 2013 1.22 83.00 86.89 1.94 0.027 -0.0043
10 2014 1.10 143.00 83.00 1.92 0.033 -0.0061
Jumlah data yang dipergunakan n 10
Nilai rata-rata Y 2.10 mm
Standard deviasi SY 0.15 mm
∑Y 1 0.19 mm
∑Y 2 0.005 mm
3
Koef. G=(n.∑Y 2 )/(n-1).(n-2).Sx 0.20170 0.201704
Cs 0.51732

σ ሺܺ െܺҧ
ሻʹ
ܵ‫ ݔ‬ൌ
݊െͳ
0.19
Sx =
9
= 0.15 mm

Maka Curah hujan Rencana periode (Tr2 , Tr5 , Tr10 , Tr25 , Tr50 , Tr100 ) adalah :
dimana KTr2 = -0.033
KTr5 = 0.830
KTr10 = 1.301
KTr25 = 1.819
KTr50 = 2.160
KTr100 = 2.473
dengan persamaan berikut : YT = Y¯ + ( S x . KTr )
LAPORAN HIDROLOGI
3 - 10
Perencanaan Teknik Jembatan Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Hasil perhitungan di Tabelkan sebagai berikut:
Tabel 19. Hasil Perhitungan curah hujan metode Log Person tipe III

Tr YT X Tr =Anti Log
KTr Peluang
(tahun) (mm) (mm)
2 -0.033 2.10 125.003 50.0%
5 0.830 2.22 167.427 20.0%
10 1.301 2.29 196.384 10.0%
25 1.819 2.37 233.976 4.0%
50 2.160 2.42 262.638 2.0%
100 2.473 2.47 292.027 1.0%

3.1.7. Uji kecocokan data


Uji kecocokan data menggunakan metode Smirnov-kolmogorof setiap distribusi frekuensi
curah hujan.

3.1.7.1. Metode Normal


Tabel 20. Uji kecocokan data distribusi metode Normal
X aktual X prediksi
m Weibull Tr KTr Δ
(mm) (mm)
1 0.09 11.00 1.31 208.20 192.88 15.33
2 0.18 5.50 0.89 186.63 173.44 13.19
3 0.27 3.67 0.60 181.58 160.42 21.17
4 0.36 2.75 0.33 143.00 148.38 5.38
5 0.45 2.20 0.10 127.29 137.76 10.46
6 0.55 1.83 -0.13 124.96 127.40 2.44
7 0.64 1.57 -0.36 98.17 116.68 18.51
8 0.73 1.38 -0.61 91.77 105.43 13.66
9 0.82 1.22 -0.93 86.89 90.84 3.95
10 0.91 1.10 -1.35 83.00 71.72 11.28
Selisih Maksimum Δ maks 21.17
Nilai Kritis 5% ditolak Δo 41.00
Korelasi hasil uji kecocokan Diterima

LAPORAN HIDROLOGI
3 - 11
Perencanaan Teknik Jembatan Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
3.1.7.2. Metode Log Normal
Tabel 21. Uji kecocokan data distribusi metode Log Normal
X aktual X prediksi
m Weibull Tr KTr Δ
(mm) (mm)
1 0.09 11.00 1.31 208.20 197.16 11.04
2 0.18 5.50 0.89 186.63 170.61 16.01
3 0.27 3.67 0.60 181.58 154.86 26.72
4 0.36 2.75 0.33 143.00 141.59 1.41
5 0.45 2.20 0.10 127.29 130.83 3.54
6 0.55 1.83 -0.13 124.96 121.12 3.84
7 0.64 1.57 -0.36 98.17 111.84 13.67
8 0.73 1.38 -0.61 91.77 102.86 11.09
9 0.82 1.22 -0.93 86.89 92.28 5.39
10 0.91 1.10 -1.35 83.00 80.04 2.96
Selisih Maksimum Δ maks 26.72
Nilai Kritis 5% ditolak Δo 41.00
Korelasi hasil uji kecocokan Diterima

3.1.7.3. Metode Gumbel


Tabel 22. Uji kecocokan data distribusi metode Gumbel
X aktual X prediksi
m Weibull Tr Y Tr Δ
(mm) (mm)
1 0.09 11.00 2.35 208.20 222.03 13.83
2 0.18 5.50 1.61 186.63 186.37 0.26
3 0.27 3.67 1.14 181.58 164.24 17.34
4 0.36 2.75 0.79 143.00 147.47 4.47
5 0.45 2.20 0.50 127.29 133.41 6.12
6 0.55 1.83 0.24 124.96 120.81 4.15
7 0.64 1.57 -0.01 98.17 108.87 10.71
8 0.73 1.38 -0.26 91.77 96.88 5.12
9 0.82 1.22 -0.53 86.89 83.87 3.01
10 0.91 1.10 -0.87 83.00 67.53 15.47
Selisih Maksimum Δ maks 17.34
Nilai Kritis 5% ditolak Δo 41.00
Korelasi hasil uji kecocokan Diterima

LAPORAN HIDROLOGI
3 - 12
Perencanaan Teknik Jembatan Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
3.1.7.4. Metode Log Person tipe III
Tabel 23. Uji kecocokan data distribusi metode Log Person tipe III
X aktual X prediksi
m Weibull Tr KTr Δ
(mm) (mm)
1 0.09 11.00 1.2688 208.2 194.2 13.96
2 0.18 5.50 0.7847 186.6 321.9 135.30
3 0.27 3.67 0.5015 181.6 229.8 48.17
4 0.36 2.75 0.3006 143.0 180.9 37.86
5 0.45 2.20 0.1448 127.3 150.2 22.92
6 0.55 1.83 0.0175 125.0 129.1 4.12
7 0.64 1.57 -0.0902 98.2 113.5 15.38
8 0.73 1.38 -0.1834 91.8 101.6 9.84
9 0.82 1.22 -0.2657 86.9 92.1 5.24
10 0.91 1.10 -0.3393 83.0 84.4 1.39
Selisih Maksimum Δ maks 135.30
Nilai Kritis 5% ditolak Δo 41.00
Korelasi hasil uji kecocokan Ditolak

3.1.7.5. Resume hasil uji kecocokan data metode Simirnov-


Kolmogorof
Tabel 24. Resume hasil uji kecocokan data metode Simirnov-Kolmogorof
Distribusi Log Normal
Gumbell Log Pearson III
X X urut Normal 2 Parameter
No. Tahun
X prediksi Selisih X prediksi Selisih X prediksi Selisih X prediksi Selisih
(mm) (mm) (mm) D (mm) D (mm) D (mm) D
1 2005 86.89 208.20 192.88 15.33 197.16 11.04 222.03 13.83 194.24 13.96
2 2006 181.58 186.63 173.44 13.19 170.61 16.01 186.37 0.26 321.92 135.30
3 2007 124.96 181.58 160.42 21.17 154.86 26.72 164.24 17.34 229.76 48.17
4 2008 91.77 143.00 148.38 5.38 141.59 1.41 147.47 4.47 180.86 37.86
5 2009 208.20 127.29 137.76 10.46 130.83 3.54 133.41 6.12 150.22 22.92
6 2010 127.29 124.96 127.40 2.44 121.12 3.84 120.81 4.15 129.08 4.12
7 2011 186.63 98.17 116.68 18.51 111.84 13.67 108.87 10.71 113.54 15.38
8 2012 98.17 91.77 105.43 13.66 102.86 11.09 96.88 5.12 101.61 9.84
9 2013 83.00 86.89 90.84 3.95 92.28 5.39 83.87 3.01 92.12 5.24
10 2014 143.00 83.00 71.72 11.28 80.04 2.96 67.53 15.47 84.39 1.39
Absolut Selisih Maksimum 21.17 26.72 17.34 135.30
Nilai Kritis 5% ditolak 41.00 41.00 41.00 41.00
Korelasi hasil uji kecocokan Diterima Diterima Diterima Ditolak

LAPORAN HIDROLOGI
3 - 13
Perencanaan Teknik Jembatan Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
3.1.8. Data curah hujan periode ulang
Data curah hujan yang digunakan dalam analisa debit banjir sesuai dengan Tabel 25.
Tabel 25. Data curah hujan rencana periode T tahun
Periode Curah Hujan Rencana (mm) Curah Hujan Rencana
Ulang Distribusi Log Normal yang digunakan
Gumbell Log Pearson III
Tr Normal 2 Parameter (mm)
2 Tahun 133.15 126.42 126.98 125.00 133.15
5 Tahun 171.44 168.09 181.28 167.43 181.28
10 Tahun 191.45 195.09 217.23 196.38 217.23
25 Tahun 212.80 228.66 262.65 233.98 262.65
50 Tahun 226.58 253.37 296.35 262.64 296.35
100 Tahun 238.99 277.86 329.80 292.03 329.80
Sumber : Hasil Analisa

3.2. ANALISA HIDROLIKA


Cetchment Area
Ruas Jalan Amahai – Tamilow

Wai Laurussa

Wai Uku
Wai Muno
Wai Moon I

Gambar 12. Catchment area Ruas Jalan Amahai - Tamilow

Ruas Jalan Tamilow – Amahai – Haya

Wai Lessin Wai Lateri I


Wai Hiko Wai Manawa Kecil

Wai Lateri II
Wai Misa I Wai Slanaman III
Wai Misa II

Gambar 13. Catchment area Ruas Jalan Tamilow - Amahai - Haya


LAPORAN HIDROLOGI
3 - 14
Perencanaan Teknik Jembatan Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Wai Wildo

Wai Maskano Wai Tunsa


Wai Ekh
Ruas Jalan Laimu – Werilama

Wai Mato

Gambar 14. Catchment area ruas jalan Tamilow - Amahai - Haya


Gambar 15. Catchment area ruas jalan Laimu - Werilama

Dalam menghitung debit banjir rancangan metode perhitungan yang digunakan


adalah metode Rasional. Adapun informasi setiap karakteristik sungai DAS dapat di lihat
pada Tabel 26.
Tabel 26. Karakteristik DAS.

Panjang Penampang basah Sungai Elevasi


Luas DAS Kemiringan Elevasi Dasar Elevasi
No Sub DAS Sungai Existing
(km²) Sungai Sungai (m) MAN (m)
(Km) Panjang (m) Lebar (m) Tinggi (m) MAB (m)

1 WAI MUNO 0.480 1.100 0.1555 + 1.00 + 1.10 12.0 3.2 2.0 + 1.10
2 WAI LAURUSSA 2.580 3.480 0.0129 + 7.00 + 7.00 12.0 7.7 1.7 + 7.00
3 WAI UKU 1.370 1.480 0.0824 + 11.00 + 11.00 15.0 3.4 1.5 + 11.00
4 WAI MOON I 2.470 1.700 0.1135 - 2.00 - 2.00 12.0 3.2 2.4 -+ 2.00
5 WAI LESSIN 5.590 3.260 0.1497 + 5.00 + 5.20 30.0 16.0 4.4 + 5.20
6 WAI HIKO 2.700 1.450 0.1517 -2.00 - 1.75 30.0 24.3 3.7 -+ 1.75
7 WAI LATERI I 0.620 0.635 0.1921 + 28.70 + 28.90 15.0 9.0 3.0 + 28.90
8 WAI LATERI II 0.640 0.740 0.1378 + 25.00 + 25.20 12.0 5.4 2.7 + 25.20
9 WAI MISA I 0.720 0.555 0.1063 - 1.00 - 0.70 12.6 12.6 3.2 -+ 0.70
10 WAI MISA II 19.900 6.170 0.0770 + 21.00 + 21.00 20.0 10.0 7.4 + 21.00
11 WAI SLANAMAN III 2.590 1.950 0.0523 + 17.00 + 17.00 15.0 7.0 2.0 + 17.00
12 WAI MANAWA KECIL 2.970 2.380 0.0420 + 1.00 + 1.00 12.6 8.5 2.0 + 1.00
13 WAI SAO KECIL 7.850 5.170 0.0282 + 11.00 + 11.20 15.0 12.3 3.0 + 11.20
14 WAI WILDO 5.540 7.480 0.0230 + 1.60 + 1.80 12.0 12.0 3.1 + 1.80
15 WAI MASKANO 3.580 4.860 0.0146 + 8.00 + 8.25 60.0 12.4 2.0 + 8.25
16 WAI TUNSA 38.500 11.700 0.0397 + 10.00 + 10.50 300.0 79.0 3.5 + 10.50
17 WAI EKH 0.880 1.930 0.0409 + 8.00 + 8.15 12.0 12.0 5.5 + 8.15
18 WAI MATO 2.000 2.280 0.0066 + 29.00 + 29.30 60.0 15.0 2.0 + 29.30

LAPORAN HIDROLOGI
3 - 15
Perencanaan Teknik Jembatan Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
3.2.1. Analisa debit banjir
Tabel 27. Karakteristik DAS pada perhitungan debit banjir

L u as DAS K o ef. K emirin g an


No S u b DAS 2 L (K m)
A (K m ) Pen g aliran C (S)

1 WAI MUNO 0.48 0.6 1.1 0.155454545


2 WAI LAURUSSA 2.58 0.6 3.48 0.012931034
3 WAI UKU 1.37 0.6 1.48 0.082432432
4 WAI MOON I 2.47 0.6 1.7 0.113529412
5 WAI LESSIN 5.59 0.6 3.26 0.149693252
6 WAI HIKO 2.7 0.6 1.45 0.151724138
7 WAI LATERI I 0.62 0.6 0.635 0.192125984
8 WAI LATERI II 0.64 0.6 0.74 0.137837838
9 WAI MISA I 0.72 0.6 0.555 0.106306306
10 WAI MISA II 19.9 0.6 6.17 0.076985413
11 WAI SLANAMAN III 2.59 0.6 1.95 0.052307692
12 WAI MANAWA KECIL 2.97 0.6 2.38 0.042016807
13 WAI SAO KECIL 7.85 0.6 5.17 0.028239845
14 WAI WILDO 5.54 0.6 7.48 0.022994652
15 WAI MASKANO 3.58 0.6 4.86 0.014609053
16 WAI TUNSA 38.5 0.6 11.7 0.03974359
17 WAI EKH 0.88 0.6 1.93 0.040932642
18 WAI MATO 2 0.6 2.28 0.006578947

Contoh perhitungan Metode Rasional Sub DAS WAI MUNO


Luas DAS A = 0.48 Km2
Koefisien Pengaliran C = 0.6
Panjang Sungai L = 1.1 Km
Kemiringan Sungai S = 0.1555
Curah hujan Rencana periode 50 tahun X T = 296.35 mm
2 0.385
Waktu konsentrasi tC = ((0.87 * L ) / (1000 * S)) = 0.146 jam
(2/3)
Intensitas Mononobe IT = (X T/24) * ((24 / tc) ) = 370.270 mm/jam
Debit Banjir Rencana Q = 0.278 * A * C * I = 29.645 m3 /det
Untuk Sub DAS yang lainnya dapat dilihat pada

LAPORAN HIDROLOGI
3 - 16
Perencanaan Teknik Jembatan Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Tabel 28. Tabel Perhitungan debit banjir periode T tahun
Waktu Intensitas Debit Banjir
Luas DAS Koef. Panjang Sungai Kemiringan
No Nama Sub DAS Periode A x C (Km2) XT (mm) Konsentrasi mononob Rencana
A (Km2) Pengaliran C L (Km) Sungai (S)
tc (jam) e IT (m3/det)
2 133.15 166.362 13.320
5 181.28 226.500 18.134
10 217.23 271.416 21.731
1 WAI MUNO 0.480 0.60 0.29 1.10 0.1555 0.146
25 262.65 328.168 26.274
50 296.35 370.270 29.645
100 329.80 412.061 32.991
2 133.15 48.652 20.937
5 181.28 66.239 28.506
10 217.23 79.374 34.158
2 WAI LAURUSSA 2.580 0.60 1.55 3.48 0.0129 0.924
25 262.65 95.971 41.301
50 296.35 108.284 46.599
100 329.80 120.505 51.859
2 133.15 121.391 27.740
5 181.28 165.273 37.768
10 217.23 198.048 45.257
3 WAI UKU 1.370 0.60 0.82 1.48 0.0824 0.234
25 262.65 239.459 54.720
50 296.35 270.180 61.740
100 329.80 300.674 68.709
2 133.15 122.736 50.567
5 181.28 167.103 68.846
10 217.23 200.241 82.499
4 WAI MOON I 2.470 0.60 1.48 1.70 0.1135 0.231
25 262.65 242.111 99.749
50 296.35 273.172 112.546
100 329.80 304.003 125.248
2 133.15 94.328 87.953
5 181.28 128.427 119.746
10 217.23 153.894 143.493
5 WAI LESSIN 5.590 0.60 3.35 3.26 0.1497 0.342
25 262.65 186.073 173.497
50 296.35 209.945 195.755
100 329.80 233.640 217.849
2 133.15 143.469 64.613
5 181.28 195.332 87.970
10 217.23 234.067 105.415
6 WAI HIKO 2.700 0.60 1.62 1.45 0.1517 0.182
25 262.65 283.010 127.456
50 296.35 319.318 143.808
100 329.80 355.358 160.039
2 133.15 232.892 24.085
5 181.28 317.079 32.791
10 217.23 379.958 39.294
7 WAI LATERI I 0.620 0.60 0.37 0.64 0.1921 0.088
25 262.65 459.406 47.510
50 296.35 518.344 53.605
100 329.80 576.848 59.655
2 133.15 197.707 21.106
5 181.28 269.176 28.735
10 217.23 322.556 34.433
8 WAI LATERI II 0.640 0.60 0.38 0.74 0.1378 0.113
25 262.65 390.001 41.633
50 296.35 440.035 46.975
100 329.80 489.700 52.276
2 133.15 214.390 25.747
5 181.28 291.889 35.055
10 217.23 349.772 42.006
9 WAI MISA I 0.720 0.60 0.43 0.56 0.1063 0.100
25 262.65 422.908 50.790
50 296.35 477.164 57.306
100 329.80 531.020 63.773

LAPORAN HIDROLOGI
3 - 17
Perencanaan Teknik Jembatan Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Lanjutan
2 133.15 57.318 190.256
5 181.28 78.037 259.031
10 217.23 93.513 310.399
10 WAI MISA II 19.900 0.60 11.94 6.17 0.0770 0.723
25 262.65 113.066 375.302
50 296.35 127.571 423.450
100 329.80 141.970 471.244
2 133.15 93.757 40.504
5 181.28 127.649 55.146
10 217.23 152.963 66.082
11 WAI SLANAMAN III 2.590 0.60 1.55 1.95 0.0523 0.345
25 262.65 184.947 79.899
50 296.35 208.674 90.150
100 329.80 232.227 100.325
2 133.15 80.013 39.638
5 181.28 108.937 53.967
10 217.23 130.539 64.669
12 WAI MANAWA KECIL 2.970 0.60 1.78 2.38 0.0420 0.438
25 262.65 157.835 78.191
50 296.35 178.084 88.222
100 329.80 198.183 98.179
2 133.15 48.520 63.531
5 181.28 66.059 86.497
10 217.23 79.159 103.650
13 WAI SAO KECIL 7.850 0.60 4.71 5.17 0.0282 0.928
25 262.65 95.711 125.322
50 296.35 107.990 141.400
100 329.80 120.179 157.360
2 133.15 38.078 35.187
5 181.28 51.843 47.906
10 217.23 62.123 57.406
14 WAI WILDO 5.540 0.60 3.32 7.48 0.0230 1.335
25 262.65 75.113 69.410
50 296.35 84.749 78.314
100 329.80 94.315 87.154
2 133.15 42.290 25.253
5 181.28 57.577 34.382
10 217.23 68.995 41.200
15 WAI MASKANO 3.580 0.60 2.15 4.86 0.0146 1.140
25 262.65 83.422 49.815
50 296.35 94.124 56.206
100 329.80 104.748 62.549
2 133.15 34.828 223.661
5 181.28 47.419 304.512
10 217.23 56.822 364.899
16 WAI TUNSA 38.500 0.60 23.10 11.70 0.0397 1.526
25 262.65 68.703 441.197
50 296.35 77.517 497.800
100 329.80 86.266 553.985
2 133.15 88.505 12.991
5 181.28 120.499 17.687
10 217.23 144.395 21.195
17 WAI EKH 0.880 0.60 0.53 1.93 0.0409 0.377
25 262.65 174.587 25.627
50 296.35 196.985 28.914
100 329.80 219.218 32.178
2 133.15 50.821 16.954
5 181.28 69.192 23.083
10 217.23 82.914 27.660
18 WAI MATO 2.000 0.60 1.20 2.28 0.0066 0.866
25 262.65 100.250 33.444
50 296.35 113.112 37.734
100 329.80 125.878 41.993

LAPORAN HIDROLOGI
3 - 18
Perencanaan Teknik Jembatan Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Untuk menghitung tinggi muka air banjir menggunakan metode Manning (n)
Contoh hitungan metode Manning.
Sub DAS = WAI MUNO
Debit Banjir Q 50 Tahun = 29.645 m3 /det
Koefisien Manning n= 0.030
Kemiringan Sungai S= 0.155
Luas penampang basah trapesium A = (b + my)y = 4.022 m2
Keliling penampang basah P = b + 2y √(1+m2 ) = 7.270 m
Elevasi Dasar Sungai E DS = 1.000 m
Elevasi muka air Normal Existing E MAN = 1.100 m
Jari-jari Hidrolis R = A/P = 0.553
Kecepatan aliran V = (1/n) * R * S1/2 =
2/3 8.857 m/detik
Debit pada penampang sungai Q =A*V = 35.623 m3 /det
Adapun hasil perhitungan untuk Sub DAS yang lain dapat di lihat pada Tabel 29.

LAPORAN HIDROLOGI
3 - 19
Perencanaan Teknik Jembatan Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07
Tabel 29. Hasil perhitungan Debit banjir dan
ketinggian muka air banjir

Q Rencana Elevasi Elevasi Muka air


2 3 Elevasi Muka air Tinggi Muka air banjir
No Sub DAS A (m ) P (m) R (m) n S V m/det Q (m /det) 50 tahun dasar normal existing
3 banjir Existing (m) dari Dasar Sungai (m)
(m /det) sungai (m) (m)
1 WAI MUNO 4.02 7.27 0.5532 0.030 0.1555 8.857 35.623 29.645 + 1.00 1.10 0.80 1.11
2 WAI LAURUSSA 7.70 11.06 1.4364 0.030 0.0129 4.825 37.156 46.599 + 7.00 7.00 1.70 1.82
3 WAI UKU 3.40 6.40 1.8824 0.030 0.0824 14.590 49.607 61.740 + 11.00 11.00 1.30 2.09
4 WAI MOON I 3.22 8.02 2.4907 0.030 0.1135 20.637 66.451 112.546 - 2.00 -2.00 4.40 4.4
5 WAI LESSIN 20.62 25.08 1.2167 0.030 0.1497 14.698 303.013 195.755 + 5.00 5.20 1.70 2.02
6 WAI HIKO 27.36 31.79 1.1620 0.030 0.1517 14.351 392.602 143.808 - 2.00 -1.75 1.40 1.45
7 WAI LATERI I 9.18 15.00 1.6341 0.030 0.1921 20.270 186.082 53.605 + 28.70 28.90 1.80 1.81
8 WAI LATERI II 6.63 10.79 1.6276 0.030 0.1378 17.123 113.512 46.975 + 25.00 25.20 1.30 1.61
9 WAI MISA I 12.60 18.90 1.5000 0.030 0.1063 14.241 179.442 57.306 - 1.00 -0.70 1.40 1.45
10 WAI MISA II 10.00 24.80 2.4800 0.030 0.0770 16.945 169.454 423.450 + 21.00 21.00 5.70 5.69
11 WAI SLANAMAN III 7.00 11.00 1.5714 0.030 0.0554 10.601 74.209 104.436 + 17.00 17.00 3.80 3.80
12 WAI MANAWA KECIL 8.53 12.53 1.4689 0.030 0.0420 8.829 75.314 88.222 + 1.00 1.00 0.80 1.89
13 WAI SAO KECIL 15.30 18.62 1.2173 0.030 0.0282 6.386 97.708 141.400 + 11.00 11.20 1.50 2.06
14 WAI WILDO 15.21 18.52 1.2174 0.030 0.0230 5.763 87.675 78.314 + 1.60 1.80 0.75 1.12
15 WAI MASKANO 12.40 16.40 1.3226 0.030 0.0146 4.854 60.195 56.206 + 8.00 8.25 0.75 1.45
16 WAI TUNSA 272.55 85.90 0.3152 0.030 0.0397 3.078 838.796 497.800 + 10.00 10.50 1.00 2.01
17 WAI EKH 66.00 23.00 0.3485 0.030 0.0409 3.340 220.418 28.914 + 8.00 8.15 0.75 0.77
18 WAI MATO 30.00 19.00 0.6333 0.030 0.0066 1.994 59.818 37.734 + 29.00 29.30 0.75 0.80

LAPORAN HIDROLOGI
Perencanaan Teknik Jembatan Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07 III - 20
3.2.2. Gerusan
Penggerusan (Scouring) terjadi didasar sunai di bawah pier dan abutment akibat
sungai yang mengikis lapisan tanaha dasar sungai. Dalamnya penggerusan dihitung dengan
menggunakan formula Liu yaitu sebagai berikut :
hs / h1 =1.1 (a / h1)0.40 Fr0.33

PERHITUNGAN GERUSAN DASAR


JEMBATAN Wai Muno
KABUPATEN PULAU SERAM

A. DATA
Debit rencana Q= 29.65 m3 /dt
Lebar dasar sungai B= 3.23 m
Kemiringan tebing sungai V= 1 H=m= 4
Koefisien Manning n= 0.030
Kemiringan dasar sungai S= 0.1555

B. PERHITUNGAN PARAMETER HIDROLIS


kedalaman aliran saat banjir h= 1.11 m
Luas penampang basah A = (B + m h) h = 8.52 m2
Keliling basah penampang P = B + 2  (1+m2 h) = 11.89 m
Jari-jari hidrolis penampang R=A/P = 0.72 m
Kecepatan aliran v = 1/n x R2/3 x S1/2 = 10.52 m/dt
Debit hitung Qhit = A x v = 89.57 m3 /dt
Syarat: Q < Q hit
29.65 < 89.57  Nilai h OKE

C. PERHITUNGAN GERUSAN DASAR


Menurut Liu, formula untuk perhitungan gerusan dasar :
hs / h1 =1.1 (a / h1 )0.40 Fr0.33
Bilangan Froude Fr = v / gh = 3.19
Lebar yang diproyeksikan terhadap hampiran aliran a=B+2Hh= 12.11 m
Kedalaman aliran h1 = h = 1.11 m
Kedalaman gerusan dasar hs / h1 =1.1 (a / h1 )0.40 Fr0.33 = 4.19 m

Selanjutnya untuk jembatan yang lainnya dapat dilihat pada Error: Reference source not
foundError: Reference source not found.

LAPORAN HIDROLOGI 1 -1
Perencanaan Teknik Jembatan Pulau Seram II.1
No Kontrak : HK.02.03/BL.IX/485474/APBN/2016/07

Anda mungkin juga menyukai