LAILATUL JANAH
NURUL PATIN AZILA
SANTIKA ALISA
AL IKHSAN PRATAMA
ARDIAN SEPTA ROZI
BORI SETIAWAN
Dosen Pengampu:
ZUL IHSAN MU’ARIF, M.E
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasar merupakan bagian dari kehidupan sosial masyarakat yang tumbuh
kembangnya disesuaikan dengan kebiasaan norma adat disuatu wilayah, yang
kemudian pasar tersebut menjadi sarana kegiatan perekonomian yang menopang
dan mempasilitasi kebutuhan masyarakat, kegiatan perekonomian tersebut
menjadi tempat bertemunya penjual dan pembeli, pengertian lain tentang pasar
adalah himpunan pembeli nyata dan pembeli potensial atas suatu produk,
ditinjau dari perkembanganya pasar diartikan sebagai lembaga atau institusi
yang dikelolah oleh pemerintah sehingga transaksi perdagangan dapat terjadi
dengan baik. Dalam pengertian yang lebih modern pasar adalah mekanisme yang
memungkinkan bertemunya penawaran dan permintaan, baik dalam pengertian
fisik maupun non-fisik. Pasar dapat juga diartikan sebagai tempat dimana
pembeli dan penjual bertemu untuk mempertukarkan barang-barang mereka,
para ahli ekonomi menggunakan istilah pasar untuk menyatakan sekumpulan
pembeli dan penjual yang melakukan transaksi atas suatu produk kata kelas
produk tertentu,misalnya pasar perumahan, pasar besar dan pasar lain-lain.1
Institusi pasar tanpa mekanisme pemerintahan akan berkembang dalam
tatanan yang tidak adil, mendekati hukum rimba, dan sulit mengakomodasikan
nilai-nilai moral serta etika. Institusi pasar pada tingkat rasional senantiasa
berkembang berdampingan dengan institusi negara atau pemerintahan, dalam
kenyataannya, tidak mungkin institusi pasar berkembang tanpa pengaturan yang
dikeluarkan oleh negara, pada sisi lain, kehadiran pemerintah mencampuri
urusan dalam mekanisme pasar juga dipotret oleh sebagian kelompok sebagai
penghambat dan menjadikan jalannya mekanisme pasar tidak bebas.2 Arahan
1
Fahrur Rozi, “Hisbah Dalam Islam,” Journal Kajian Islam dan Pendidikan 44, no. 8
(2011): 5–10.
2
Syaakir Sofyan, “Peran Negara Dalam Perekonomian (Tinjauan Teoritis Kebijakan Fiskal
Dalam Ekonomi Islam),” HUNAFA: Jurnal Studia Islamika 13, no. 2 (2017): 288,
https://www.ptonline.com/articles/how-to-get-better-mfi-results.
1
2
dan kontrol negara terhadap pasar bebas disinyalir akan memberikan dampak
negatif pada ekonomi, Inflasi, pengangguran, bahkan depresi adalah di antara
dampaknya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Dan Sejarah Al-Hisbah?
2. Apa Tugas Dan Wewenang Al-Hisbah?
3. Bagaimana Konsepsi Islam Tentang Takaran Dan Timbangan?
4. Apa Tugas Dan Wewenang Balai Metrologi?
5. Apa Tugas Dan Tanggung Jawab Negara Dalam Perekonomian?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Dan Sejarah al-Hisbah
1. Pengertian al-Hisbah
Menurut arti bahasa Al-Hisbah lebih dikenal sebagai lembaga
pengawas pasar. Al-Hisbah merupakan sebuah lembaga pengawasan yang
dimiliki oleh pemerintah yang mempunyai wewenang dalam membuat
peraturan perundang-undangan yang berkaitan tentang perdagangan. Fungsi
dari lembaga tersebut mengatur mengenai beberapa hal yang berkaitan
dengan aturandalam menjalankan bisnis.3 Maka dapat dikatakan jika seluruh
usaha yang dilakukan negara, untuk menjamin terwujudnya kesejahteraan,
aturan keadilan dalam menjalankan semua aktivitas kehidupan dicerminkan
pada institusi Al-Hisbah. Lembaga Al-Hisbah dalam arti sempit ialah
lembaga yang tugasnya mengawasi kegiatan pasar agar tercipta keadilan dan
tataniaga yang adil didalam interaksi manusia, alam sekitar, dan binatang.
Contohnya, Umar bin Khattab menghukum orang yang memberi beban yang
berat yang jauh di atas kemampuan daya angkat dari onta-onta milik mereka.
Itu adalah salah satu yang menunjukkan jika syariat Islam tidak hanya
menjadi rahmat bagimanusia saja, tetapi juga bagi alam raya dan binatang.
Lembaga yang diberi nama Al-Hisbah tidak hanya dikembangkan
padamasalah ekonomi saja, tetapi diluar masalah ekonomi seperti mencapai
tingkat kesejahteraan moral dan spiritual, juga dalam mengawasi Pproyek
sipil dan sosial.
Penegakkan dilaksanakan dalam wilayah kewenangan pemerintah
untuk mengatur dan mengadili. Dalam konsep awal al Hisbah, lembaga ini
memiliki fungsi yang sangat luas.4 Lembagai ini bahkan mengatur hak-hak
yang berkaitan dengan Allah. Muhtasib sebagai pengawas pasar juga
mempunyai tugas dalam mengatur hak-hak manusia ataupun hak bersama
3
Akhmad Mujahidin, “Eksistensi Lembaga Hisbah Dalam Sejarah (Analisis Terhadap
Peran Muhtasib Dalam Perdagangan),” Al-Fikra : Jurnal Ilmiah Keislaman 4, no. 2 (2017): 119.
4
Akhmad Mujahidin, “Peran Negara Dalam Hisbah,” Al-Iqtishad: Journal of Islamic
Economics 4, no. 1 (2016).
3
4
5
Marah Halim, “Eksistensi Wilayatul Hisbah Dalam Sistem Pemerintahan Islam,” Jurnal
Ilmiah Islam Futura x, no. 2 (2011): 65–81.
5
6
Khairuddin Wahid, “Signifikansi Lembaga Al-Ḥisbah Dalam Sistem Ekonomi Islam,”
Jurnal Ilmiah Mizani: Wacana Hukum, Ekonomi Dan Keagamaan 5, no. 2 (2019): 135.
7
Muhammad Al ikhwan Bintarto, Luthfi Noor Mahmudi, and Ferdin Okta Wardana,
“Penerapan Fungsi Dan Peran Al-Hisbah Dalam Pengawasan Di Baitul Maal Wa Tamwil,” Jurnal
Masharif Al-Syariah: Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah 6, no. 3 (2021): 770.
6
8
3Fitri Nur Latifah Diana Lestari, 2Fidri Fadillah Puspita, “Analisis Komparatif Lembaga
Hisbah Di Zaman Rasulullah Dengan Zaman Modern Berdasarkan Sistem Ekonomi Islam,” Al-
Muamalat: Jurnal Ekonomi Syariah 9, no. 2 (2022): 33–42,
https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/mua/article/view/16270.
7
9
Ahmad Fauzan Abdullah, “Wewenang Dan Peran Wilayah Hisbah Dalam Pengawasan
Pasar Dan Ekonomi Dalam Perspektif Fiqih Siyasah,” Jurnal Penelitian Agama 5, no. 1 (2020): 1–
18.
8
harga yang sudah ditetapkan, sekiranya ada yang melanggar, maka muhtasib
harus memberikan hukuman.
C. Konsepsi Islam Tentang Takaran Dan Timbangan
Berbicara tentang menimbang dan menakar, erat kaitannya dengan
kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi telah ada sejak dulu, hanya saja istilah
ekonomi masih belum dikenal dan belum menjadi disiplin ilmu tersendiri. Jika
dibandingkan dengan kegiatan-kegiatan yang lain, seperti kedokteran, hukum,
dsb. kegiatan ekonomilah yang pertama kali terlahir, Karena Keberadaannya
lahir serentak dengan terbitnya matahari kemanusiaan, yaitu puluhan ribu tahun
yang silam.10 Keberadaannya juga telah dirasakan sangat penting sejak nabi
Adam as. diturunkan ke bumi bersama istrinya. Kebutuhan mereka akan
makanan, pakaian, dan tempat tinggal telah memaksa mereka untuk bergumul
dan bergaul dengan masalah-masalah ekonomi. Sebagai mahluk sosial, manusia
tidak akan terlepas dari kegiatan ekonomi, karena dipundak mereka ada beban
nafkah yang harus ia berikan kepada istri, anak, dan kerabatnya. Sehingga untuk
memenuhi hal itu manusia harus berinteraksi dengan orang lain.
Dalam mencapai tujuan, manusia yang satu dengan yang lain memiliki
cara sendiri-sendiri. Sebagian dari mereka memilih untuk bercocok tanam
(bertani), memproduksi barang, dan ada pula yang lebih asyik berdagang
(berniaga).11 Semua cara ini baik dan mulia jika dilakukan sesuai prosedural
yang ada. Landasan tiga cara ini adalah sabda Nabi ketika beliau ditanya tentang
pekerjaan apa yang paling utama dilakukan, kemudian Nabi menjawab;
pekerjaan seseorang dengan tangannya (jerih payahnya) sendiri dan tiap-tiap jual
beli yang mabrur. Tiga cara di atas menjadi prioritas dalam kegiatan ekonomi
karena ketiga-tiganya kerap kali menjadi pilihan utama ulama-ulama terdahulu,
bahkan Nabi dan sahabatnya tercatat sebagai pelaku utamanya. Nabi sukses
dalam berdagang, Abu Bakar ra. menjalankan usaha perdagangan pakaian,
Umar ra. memiliki bisnis perdagangan jagung dan Utsman ra. juga memiliki
10
Sukamto, “Kontektualisasi Institusi Hisbah Dalam Perekonomian Indonesia Praspektif
Maqashid Syariah,” Malia 7, no. 1 (2016): 59–80.
11
Ririn Noviyanti, “Tinjauan Fungsi Hisbah Dalam Kegiatan Perekonomian,” Iqtishodia
2, no. 1 (2017): 63–85.
9
usaha perdagangan pakaian. Hal ini menunjukkan bahwa generasi islam tidak
kekurangan figur dalam kegiatan ekonomi, khususnya dalam perdagangan.12
Mengingat keberadaannya yang telah berabad-abad, kegiatan ekonomi
erat dengan peristiwa-peristiwa yang bernuansa sejarah. Keberadaannya telah
banyak diwarnai peradaban dari masa ke masa sehingga, tahun demi tahun
format dari kegiatan ekonomi selalu mengalami perubahan. Hal ini memberikan
perhatian khusus kepada kita untuk selalu menelaah sejarah-sejarah umat
terdahulu dalam kegiatan ekonomi yang mereka jalankan. Sejarah kelam
penduduk Madinah dan kaum Nabi Syuib as, tercatat sebagai sejarah yang patut
dijadikan sebuah pelajaran dan sebagai peringatan terhadap umat-umat
berikutnya. Allah telah membinasakan mereka akibat tindakannya yang sok
dalam hal menimbang dan menakar. Mereka menganggap dirinya sebagai yang
berkuasa dan berbuat semena-mena tanpa memerhatikan hak orang lain. Jika
mereka menimbang mereka mengurangi timbangan dan takarannya, dan ketika
berada diposisi pembeli, mereka meminta agar takaran dan timbangannya
dipenuhi. Tentu ini tindakan yang merugikan salah satu pihak.
Timbangan dan takaran adalah dua hal yang harus diperhatikan oleh
penjual demi kepuasan pembeli. Pembeli akan merasa puas jika dalam transaksi
yang ia lakukan transparan, tidak ada yang ditutup-tutupi. Salah satu bentuk
ketransparanan adalah penjual tidak mengurangi timbangan atau takarannya.
Maka dari itu, Nabi bersabda “Sesungguhnya kalian diserahi dua perkara yang
telah mencelakakan umat-umat terdahulu”, Ini menunjukkan bahwa sejak awal
Nabi telah mewanti-wanti kepada meraka (para penjual) bahwa kebanyakan
umat-umat sebelumnya celaka sebab dua perkara itu yakni timbangan dan
takaran. (al-Jami’ al-Shohih Sunan al-Turmudzi, juz 3 hal 217). Dari saking
pentingnya memperhatikan timbangan dan takaran, Allah menyinggungnya ± 4
kali di dalam Al-Qur’an. Berikut firman Allah dalam ayat al-Isra’, ayat 35 yang
artinya “Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah
12
Ambok Pangiuk, “Tinjauan Etika Bisnis Islam Dalam Penggunaan Timbangan Sembako
Dalam Jual Beli (Studi Kasus Di Pasar Mendahara Ilir, Tanjabtim),” Indonesian Journal of Islamic
Economics and Business 4, no. 1 (2019): 39–51, http://repository.uinjambi.ac.id/id/eprint/1716.
10
dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya” , surat al-An’am ayat 152 yang artinya “Dan sempurnakanlah takaran
dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang
melainkan sekedar kesanggupannya”, surat al-Rahman ayat 9 yang artinya “Dan
tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca
itu”, dan surat al-Muthoffifin ayat 1-4 yang artinya “Kecelakaan besar bagi
orang-orang yang curang. (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran
dari orang lain mereka minta dipenuhi. dan apabila mereka menakar atau
menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidaklah orang-orang itu
menyangka, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan”
Berulang-ulangnya penjelasan di dalam Al-Qur’an tentang suatu
persoalan menunjukkan tingkat keseriusan dari persoalan tersebut. Dalam hal
timbangan dan takaran, Allah sebut berkali-kali dalam firman-Nya. Hal ini
mengindikasikan bahwa Allah sangat serius dalam mengatur hubungan antara
sesama. Karena jika tidak demikian, tentu dalam transaksi ada salah satu pihak
yang dirugikan dan hal ini tidak diharapkan oleh syari’at. Nabi bersabda, bahwa
akad jual beli harus dilaksanakan atas dasar suka rela. Maka dari itu, konsep
dasar dalam bertransaksi harus ada kerelaan antara penjual dan pembeli dan tidak
menimbulkan spekulasi (ketidak jelasan) dalam transaksi.13
D. Tugas Dan Wewenang Balai Metrologi
Metrologi Legal dan Perlindungan Konsumen mempunyai tugas
melaksanakan kebijakan teknis penyuluhan dan pengawasan kemetrologian,
pemberdayaan konsumen dan pengawasan peredaran barang dan jasa.14 Kepala
Bidang Metrologi Legal dan Perlindungan Konsumen mempunyai fungsi
diantaranya:
1. penyusunan dan pelaksanaan program dan kegiatan bidang
2. pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian dan pengawasan program dan
kegiatan dalam lingkup bidang
13
Abdul Hamid, “Peran Lembaga Wilayatul Hisbah Dalam Sistem Perekonomian Islam,”
Lentera: Indonesian Journal of Multidisciplinary Islamic Studies 1, no. 2 (2020): 101–112.
14
Rosalinda, “Peranan Pemerintah Dalam Mengawasi Takaran Dan Timbangan
,2014,Turãst: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 2, No. 2” (n.d.).
11
15
“DJPKTN | Tugas Pokok Dan Fungsi,” accessed December 4, 2022,
https://ditjenpktn.kemendag.go.id/direktorat-metrologi/tugas-pokok-dan-fungsi-5.
12
16. Membuat laporan hasil pelaksanaan tugas dan memberi saran dan
pertimbangan kepada pimpinan sesuai tugas dan fungsi; dan
17. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai tugas dan
fungsi.
E. Tugas Dan Tanggung Jawab Negara Dalam Perekonomian
Dalam politik ekonomi Islam, negara bertugas dan bertanggung jawab
untuk menegakkan keadilan dalam ekonomi, mencegah terjadinya setiap
kezhaliman serta menindak para pelanggar hukum di bidang ekonomi. Usaha
mewujudkan itu, dapat dilakukan dengan kekuatan aparat pemerintah (tangan
besi), apabila kondisi membutuhkannya sebagaimana yang dijabarkan di atas
berdasarkan ayat Alquran Al-Hadid ayat 25. Dalam pembahasannya, mengenai
peran negara dalam ekonomi, Muhammad Al Mubarak, dalam buku Nizam al-
Islam, menyatakan bahwa negara merupakan salah satu dari tiga sokoguru
sistem ekonomi Islam bersama-sama dengan iman (moral) dan prinsip-prinsip
organisasi ekonomi. Fungsi negara adalah untuk menegakkan keadilan ekonomi,
pasar dan menjamin terpenuhinya kebutuhan dengan mengatur fasilitas-fasilitas
umum dan sistem jaminan sosial.16
Filsafat kemasyarakatan Islam menggambarkan suatu masyarakat
ekonomi yang didasarkan pada peranan negara yang luas di dalam bidang
perekonomian, perdagangan dan keuangan. Dalam kepentingan dasar dari
keadilan sosial ekonomi, negara harus mencampuri pribadi warga negara, sejauh
keadilan sosial ekonomi menuntutnya. Peranan ekonomi yang aktif oleh negara
merupakan segi yang tidak bisa dipisahkan dari sistem ekonomi Islam.
Selanjutnya Chapra menyatakan bahwa penyediaan modal untuk kepentingan
sosial serta penataan jaminan sosial merupakan kewajiban penting negara.17
Negara juga bertanggung jawab untuk menciptakan kemantapan (stabilitas) nilai
mata uang, selain usaha penghapusan kemiskinan dan penciptaan kondisi yang
sehat untuk pemberian kesempatan kerja yang penuh (full employment) serta
16
Nurul Fadila, “Peran Pemerintah Dalam Ekonomi Islam,” Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Islam 6, no. 1 (2010): 1–18.
17
BatuBara Zakaria, “Ekonomi Syariah Sebagai Fondasi Ekonomi Kerakyatan Untuk
Mencapai Indonesia Yang Sejahtera,” … : Jurnal Ilmiah Ekonomi Kita (2012): 1–11.
13
pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tata cara untuk mencapai semua itu ialah
lewat pendidikan, bukan paksaan, tak seorangpun membantah bahwa selama
bisa diatasi dengan pendidikan, maka paksaan hendaklah dihindarkan. Tapi kita
tak boleh ragu-ragu, bahwa tujuan Islam harus dapat dicapai. Karena itu, paksaan
dibolehkan, bila usaha lewat pendidikan mengalami kegagalan.
Di antara tindakan paksaan yang dibolehkan, guna melindungi
masyarakat umum adalah pembatasan-pembatasan kebebasan pribadi dalam
bertindak, seperti pengaturan kegiatan bisnis, penentuan harga barang-barang
tertentu, perpajakan, pajak progressif, nasionalisasi, pembatasan pemilikan,
penetapan denda-denda keuangan. Demikian pula isi Undang-undang yang
berkaitan dengan monopoli, hak-hak konsumen, hak cipta. Untuk pelaksanaan
tujuan ini, menjadi kewajiban negara untuk menyediakan sumber-sumber daya,
khususnya sumber-sumber yang langka, atau intervensi pasar ketika kekuatan
pasar berjalan tak terkendali.18
Peranan negara mencakup empat macam.
1. Menjamin tegaknya etika ekonomi dan bisnis Islam dari setiap individu
melalui pendidikan, dan bila perlu melalui paksaan.
2. Menciptakan iklim yang sehat dalam mekanisme pasar.
3. Mengambil langkah-langkah positif di bidang produksi dan pembentukan
modal, guna mempercepat pertumbuhan dan menjamin keadilan sosial.
4. Perbaikan penyediaan sumber-sumber daya dan distribusi pendapatan yang
adil, baik dengan bimbingan, pengaturan, maupun campur tangan langsung
dalam proses penyediaan sumber daya itu dan distribusi pendapatan.
18
M. Arif Hakim, “Mekanisme Pasar Dalam Perspektif Ekonomi Islam,” Alqalam 28, no.
3 (2019): 535.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun yang dapat disimpulkan dari pemaparan isi makalah ini adalah
bahwa Menurut arti bahasa Al-Hisbah lebih dikenal sebagai lembaga pengawas
pasar. Al-Hisbah merupakan sebuah lembaga pengawasan yang dimiliki oleh
pemerintah yang mempunyai wewenang dalam membuat peraturan perundang-
undangan yang berkaitan tentang perdagangan. Fungsi dari lembaga tersebut
mengatur mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan aturandalam
menjalankan bisnis. Nabi Muhammad Saw., Juga melakukan inspeksik kepasar
dalam rangka mengecek harga dan mekanisme yang terjadi di pasar yang terjadi.
Dan juga untuk melihat apakah terjadi kecurangan atau tidak, jika terjadi
kecurangan maka segera ditindak lanjuti. Sahabat Rasulullah seperti Abu
Hurairah, menginformasikan yaitu Rasulullah peduli apabila harga padi yang
murah dan mmemasukkan tangannya ke tumpukan barang dagangan, hal
tersebut untuk memastikan apakah barang dagangan tersebut dalam kondisi
basah atau tidak. Kemudian Rasulullah bertanya kepada penjual mengapa padi
yang dijual tersebut kondisinya basah.
Dalam konsep awal al Hisbah, lembaga ini memiliki fungsi yang sangat
luas. Lembaga ini bahkan mengatur hak-hak yang berkaitan dengan Allah.
Muhtasib sebagai pengawas pasar juga mempunyai tugas dalam mengatur hak-
hak manusia ataupun hak bersama yang kesemuanya berlangsung dalam pasar.
Muhtasib bertugas menjamin tidak terjadinya kecurangan di pasar, penimbunan
barang yang dapat menyebabkan naiknya harga, spekulasi di pasar atau mafia di
pasar, dan segala bentuk yang dapat mengganggunya. lembaga al-hisbah
mempunyai peranan dalam peningkatan ekonomi masyarakat.
14
15
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Fauzan Abdullah. 2020. “Wewenang Dan Peran Wilayah Hisbah Dalam
Pengawasan Pasar Dan Ekonomi Dalam Perspektif Fiqih Siyasah.” Jurnal
Penelitian Agama 5(1): 1–18.
Bintarto, Muhammad Al ikhwan, Luthfi Noor Mahmudi, and Ferdin Okta Wardana.
2021. “Penerapan Fungsi Dan Peran Al-Hisbah Dalam Pengawasan Di Baitul
Maal Wa Tamwil.” Jurnal Masharif Al-Syariah: Jurnal Ekonomi dan
Perbankan Syariah 6(3): 770.
Diana Lestari, 2Fidri Fadillah Puspita, 3Fitri Nur Latifah. 2022. “Analisis
Komparatif Lembaga Hisbah Di Zaman Rasulullah Dengan Zaman Modern
Berdasarkan Sistem Ekonomi Islam.” Al-Muamalat: Jurnal Ekonomi Syariah
9(2): 33–42. https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/mua/article/view/16270.
“DJPKTN | Tugas Pokok Dan Fungsi.”
https://ditjenpktn.kemendag.go.id/direktorat-metrologi/tugas-pokok-dan-
fungsi-5 (December 7, 2022).
Fadila, Nurul. 2010. “Peran Pemerintah Dalam Ekonomi Islam.” Jurnal Ekonomi
dan Bisnis Islam 6(1): 1–18.
Fahrur Rozi. 2011. “Hisbah Dalam Islam.” Journal Kajian Islam dan Pendidikan
44(8): 5–10.
Hakim, M. Arif. 2019. “Mekanisme Pasar Dalam Perspektif Ekonomi Islam.”
Alqalam 28(3): 535.
Halim, Marah. 2011. “Eksistensi Wilayatul Hisbah Dalam Sistem Pemerintahan
Islam.” Jurnal Ilmiah Islam Futura x(2): 65–81.
Hamid, Abdul. 2020. “Peran Lembaga Wilayatul Hisbah Dalam Sistem
Perekonomian Islam.” Lentera: Indonesian Journal of Multidisciplinary
Islamic Studies 1(2): 101–12.
Mujahidin, Akhmad. 2016. “Peran Negara Dalam Hisbah.” Al-Iqtishad: Journal of
Islamic Economics 4(1).
———. 2017. “EKSISTENSI Lembaga Hisbah Dalam Sejarah (Analisis Terhadap
Peran Muhtasib Dalam Perdagangan).” Al-Fikra : Jurnal Ilmiah Keislaman
4(2): 119.
Noviyanti, Ririn. 2017. “Tinjauan Fungsi Hisbah Dalam Kegiatan Perekonomian.”
Iqtishodia 2(1): 63–85.
Pangiuk, Ambok. 2019. “Tinjauan Etika Bisnis Islam Dalam Penggunaan
Timbangan Sembako Dalam Jual Beli (Studi Kasus Di Pasar Mendahara Ilir,
Tanjabtim).” Indonesian Journal of Islamic Economics and Business 4(1): 39–
51. http://repository.uinjambi.ac.id/id/eprint/1716.
Rosalinda. “Peranan Pemerintah Dalam Mengawasi Takaran Dan Timbangan
16