Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

AL-Hisbah Institusi Pengawas Pasar


Disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas dengan mata kuliah:
EKONOMI MIKRO ISLAM

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 3

LAILATUL JANAH
NURUL PATIN AZILA
SANTIKA ALISA
AL IKHSAN PRATAMA
ARDIAN SEPTA ROZI
BORI SETIAWAN

Dosen Pengampu:
ZUL IHSAN MU’ARIF, M.E

JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KERINCI
TAHUN 2022 M/1444 H
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pasar merupakan bagian dari kehidupan sosial masyarakat yang tumbuh
kembangnya disesuaikan dengan kebiasaan norma adat disuatu wilayah, yang
kemudian pasar tersebut menjadi sarana kegiatan perekonomian yang menopang
dan mempasilitasi kebutuhan masyarakat, kegiatan perekonomian tersebut
menjadi tempat bertemunya penjual dan pembeli, pengertian lain tentang pasar
adalah himpunan pembeli nyata dan pembeli potensial atas suatu produk,
ditinjau dari perkembanganya pasar diartikan sebagai lembaga atau institusi
yang dikelolah oleh pemerintah sehingga transaksi perdagangan dapat terjadi
dengan baik. Dalam pengertian yang lebih modern pasar adalah mekanisme yang
memungkinkan bertemunya penawaran dan permintaan, baik dalam pengertian
fisik maupun non-fisik. Pasar dapat juga diartikan sebagai tempat dimana
pembeli dan penjual bertemu untuk mempertukarkan barang-barang mereka,
para ahli ekonomi menggunakan istilah pasar untuk menyatakan sekumpulan
pembeli dan penjual yang melakukan transaksi atas suatu produk kata kelas
produk tertentu,misalnya pasar perumahan, pasar besar dan pasar lain-lain.1
Institusi pasar tanpa mekanisme pemerintahan akan berkembang dalam
tatanan yang tidak adil, mendekati hukum rimba, dan sulit mengakomodasikan
nilai-nilai moral serta etika. Institusi pasar pada tingkat rasional senantiasa
berkembang berdampingan dengan institusi negara atau pemerintahan, dalam
kenyataannya, tidak mungkin institusi pasar berkembang tanpa pengaturan yang
dikeluarkan oleh negara, pada sisi lain, kehadiran pemerintah mencampuri
urusan dalam mekanisme pasar juga dipotret oleh sebagian kelompok sebagai
penghambat dan menjadikan jalannya mekanisme pasar tidak bebas.2 Arahan

1
Fahrur Rozi, “Hisbah Dalam Islam,” Journal Kajian Islam dan Pendidikan 44, no. 8
(2011): 5–10.
2
Syaakir Sofyan, “Peran Negara Dalam Perekonomian (Tinjauan Teoritis Kebijakan Fiskal
Dalam Ekonomi Islam),” HUNAFA: Jurnal Studia Islamika 13, no. 2 (2017): 288,
https://www.ptonline.com/articles/how-to-get-better-mfi-results.

1
2

dan kontrol negara terhadap pasar bebas disinyalir akan memberikan dampak
negatif pada ekonomi, Inflasi, pengangguran, bahkan depresi adalah di antara
dampaknya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Dan Sejarah Al-Hisbah?
2. Apa Tugas Dan Wewenang Al-Hisbah?
3. Bagaimana Konsepsi Islam Tentang Takaran Dan Timbangan?
4. Apa Tugas Dan Wewenang Balai Metrologi?
5. Apa Tugas Dan Tanggung Jawab Negara Dalam Perekonomian?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Dan Sejarah al-Hisbah
1. Pengertian al-Hisbah
Menurut arti bahasa Al-Hisbah lebih dikenal sebagai lembaga
pengawas pasar. Al-Hisbah merupakan sebuah lembaga pengawasan yang
dimiliki oleh pemerintah yang mempunyai wewenang dalam membuat
peraturan perundang-undangan yang berkaitan tentang perdagangan. Fungsi
dari lembaga tersebut mengatur mengenai beberapa hal yang berkaitan
dengan aturandalam menjalankan bisnis.3 Maka dapat dikatakan jika seluruh
usaha yang dilakukan negara, untuk menjamin terwujudnya kesejahteraan,
aturan keadilan dalam menjalankan semua aktivitas kehidupan dicerminkan
pada institusi Al-Hisbah. Lembaga Al-Hisbah dalam arti sempit ialah
lembaga yang tugasnya mengawasi kegiatan pasar agar tercipta keadilan dan
tataniaga yang adil didalam interaksi manusia, alam sekitar, dan binatang.
Contohnya, Umar bin Khattab menghukum orang yang memberi beban yang
berat yang jauh di atas kemampuan daya angkat dari onta-onta milik mereka.
Itu adalah salah satu yang menunjukkan jika syariat Islam tidak hanya
menjadi rahmat bagimanusia saja, tetapi juga bagi alam raya dan binatang.
Lembaga yang diberi nama Al-Hisbah tidak hanya dikembangkan
padamasalah ekonomi saja, tetapi diluar masalah ekonomi seperti mencapai
tingkat kesejahteraan moral dan spiritual, juga dalam mengawasi Pproyek
sipil dan sosial.
Penegakkan dilaksanakan dalam wilayah kewenangan pemerintah
untuk mengatur dan mengadili. Dalam konsep awal al Hisbah, lembaga ini
memiliki fungsi yang sangat luas.4 Lembagai ini bahkan mengatur hak-hak
yang berkaitan dengan Allah. Muhtasib sebagai pengawas pasar juga
mempunyai tugas dalam mengatur hak-hak manusia ataupun hak bersama

3
Akhmad Mujahidin, “Eksistensi Lembaga Hisbah Dalam Sejarah (Analisis Terhadap
Peran Muhtasib Dalam Perdagangan),” Al-Fikra : Jurnal Ilmiah Keislaman 4, no. 2 (2017): 119.
4
Akhmad Mujahidin, “Peran Negara Dalam Hisbah,” Al-Iqtishad: Journal of Islamic
Economics 4, no. 1 (2016).

3
4

yang kesemuanya berlangsung dalam pasar. Muhtasib bertugas menjamin


tidak terjadinya kecurangan di pasar, penimbunan barang yang dapat
menyebabkan naiknya harga, spekulasi di pasar atau mafia di pasar, dan
segala bentuk yang dapat mengganggunya.
2. Sejarah al-Hisbah
Tujuan dari hisbah, seperti yang diterjemahkan oleh IbnuTaimiyah
merupakan untuk memberi perintah kebaikan dan encegah keburukan
dwilayah yang menjadi hak dari pemerintah untuk mengatur, mengadili di
wilayah urusan umum khusus lain, yang tidak dapat dijangkau olehi institusi
yang biasa. Artinya bahwa asal dari Al-Hisbah tersebut adalah sebuah
lembaga yang mencegah kemungkaran dan menegakkan kebaikan
dimasyarakat.5 Maksud dari hal tersebut adalah lembaga Al-Hisbah menjadi
sebuah lembaga yang fungsinya memberi arahan kepada masyarakat tentang
yang mana mungkar dan mana ma’ruf. Hisbah sebagai fungsi kontrol yang
dilakukan oleh pemerintah melalui kegiatan perorangan yang khusus
mempunyai garapan dibidang moral, ekonomi dan agama yang berkaitan
tentang kehidupan untuk mencapai kebenaran dan keadilan berdasarkan
prinsip Islam lalu dikembangkan untuk menjadi kebiasaan pada suatu tempat.
Pejabat yang mempunyai tanggung jawab dalam lembaga hisbah adalah
muhtasib. Sesekali terdapat sebuah anggapan jika lembaga tersebut
mempunyai kemiripan dengan lembaga saat zaman kekuasaan Imperium
Romawi Timur. Tetapi pada kenyataannya, beberapa penulis yang
sebelumnya juga menyatakan bahwa lembaga hisbah awal mulanya dari al-
Qur’andan contoh perbuatan Rasulullah. Menurut Ibnu Taimiyah jika semua
kantor publik dalam ajaran Islam tujuannya untuk memberi seruan kepada
masyarakat untuk selalu melakukan kebaikan dan mencegah hal yang
dilarang.
Untuk mengutip beberapa ajaran Islam Ibnu Taimiyah dengan
bukunya sendiri yaitu al-hisbah fil al-islam, tentang kontrak yang jujur dan

5
Marah Halim, “Eksistensi Wilayatul Hisbah Dalam Sistem Pemerintahan Islam,” Jurnal
Ilmiah Islam Futura x, no. 2 (2011): 65–81.
5

perdagangan. Ia menulis jika Nabi Muhammad Saw. Juga melakukan


inspeksik kepasar dalam rangka mengecek harga dan mekanisme yang terjadi
di pasar yang terjadi.6 Dan juga untuk melihat apakah terjadi kecurangan atau
tidak, jika terjadi kecurangan maka segera ditindak lanjuti. Sahabat
Rasulullah seperti Abu Hurairah, menginformasikan yaitu Rasulullah peduli
apabila harga padi yang murah dan mmemasukkan tangannya ke tumpukan
barang dagangan, hal tersebut untuk memastikan apakah barang dagangan
tersebut dalam kondisi basah atau tidak. Kemudian Rasulullah bertanya
kepada penjual mengapa padi yang dijual tersebut kondisinya basah. Tentang
hal tersebut Rasulullah bersabda “Kenapa padi yang masih basah tidak
diletakkan diatas sehinggapembeli bisa mudah untuk melihatnya? Seseorang
yang menipukami, bukan golongan umatku.”
Kejadian tersebut, sudah jelas jika lembaga Al-Hisbah itu sudah ada
sejak zaman Rasulullah. Itu ialah bukti jika sudah terdapat contoh bagi para
sahabat nabi untuk tetap menjalankan lembaga seperti itu. Contoh itu berasal
dari Rasulullah dimana beliau adalah manusia yang paling mulia dan sebagai
kepala negarayang menjadi suri tauladan bagi umat Islam. Lembaga Al-
Hisbah tetap ada selama bagian yang terbesar dari Dunia Islam. Sampai pada
sekitar awal abad yang ke -18. Pada saat periode Dinasti Mamluk, institusi
tersebut juga memegang peran yang penting, bukitnya dari beberapa hasil
yangsudah di capai selama masa itu. Di negara Mesir,,sistem tersebut juga
tetap bertahan sampai pada masa pemerintahannya Muhammad Ali yaitu
tahun 1805 sampai pada tahun1849.7 Di negaraMaroko,lembaga yang serupa
juga masih di temukan hingga awalabad yang ke-20. Sedangkan di wilayah
Romawi Timur, yangsudah melaksanakan kontak dengn Dunia Islam melalui
Perang Salib, lembaga yang sama tersebut juga masih di adopsi, yang dalam
negara tersebut di kenal dengan sebutan mathessep (hisbah) yangasalnya dari

6
Khairuddin Wahid, “Signifikansi Lembaga Al-Ḥisbah Dalam Sistem Ekonomi Islam,”
Jurnal Ilmiah Mizani: Wacana Hukum, Ekonomi Dan Keagamaan 5, no. 2 (2019): 135.
7
Muhammad Al ikhwan Bintarto, Luthfi Noor Mahmudi, and Ferdin Okta Wardana,
“Penerapan Fungsi Dan Peran Al-Hisbah Dalam Pengawasan Di Baitul Maal Wa Tamwil,” Jurnal
Masharif Al-Syariah: Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah 6, no. 3 (2021): 770.
6

istilah yaitu muhtasib. Fenomena tentang lembaga Al-Hisbah sebenarnya


merupakan kebutuhan bagi masyarakat sehingga sudah menjadi kewajiban
bagi negara untuk memenuhinya. Pada perkembangan saat ini lebih
mempunyai spesifikasi dalam bidang keuangan yaitu terdapat Otoritas Jasa
Keuangan atau disebut (OJK), Yayasan LembagaKKonsumenDIndonesia
(YLKI) dan juga lemabga-lemabaga pengawas lainnya.
B. Tugas Dan Wewenang Al-Hisbah
Dalam konsep awal al Hisbah, lembaga ini memiliki fungsi yang sangat
luas. Lembaga ini bahkan mengatur hak-hak yang berkaitan dengan Allah.
Muhtasib sebagai pengawas pasar juga mempunyai tugas dalam mengatur hak-
hak manusia ataupun hak bersama yang kesemuanya berlangsung dalam pasar.
Muhtasib bertugas menjamin tidak terjadinya kecurangan di pasar, penimbunan
barang yang dapat menyebabkan naiknya harga, spekulasi di pasar atau mafia di
pasar, dan segala bentuk yang dapat mengganggunya.8 lembaga al hisbah
mempunyai peranan dalam peningkatan ekonomi masyarakat. Hal ini dengan
menegakkan keadilan di pasar, membela yang hak dan memerangi yang bathil.
Muhtasib sebagai pengawas pasar adalah memberantas segala bentuk penipuan.
Dalam muamalah manusia, bentuk penipuan di pasar ada banyak sekali
bentuknya. Salah satunya adalah najash yaitu adanya kesepakatan antara penjual
dengan beberapa orang dengan cara melakukan rekayasa permintaan, sehingga
barang yang diminta seakan banyak dan menghasilkan pembeli yang banyak.
Hal ini tentunya akan merusak mekanisme pasar. Bentuk penipuan yang lainnya
adalah tadlis, yaitu menyembunyikan barang dagang. Penjual memperlihatkan
barang dagangnya yang bagus, namun menyembunyikan barang dagangnya
yang buruk. Di kasus lain, banyak penjual yang merekayasa timbangan dengan
cara mengurangi takar timbangan, sehingga banyak pembeli yang tertipu dengan
takaran tersebut.

8
3Fitri Nur Latifah Diana Lestari, 2Fidri Fadillah Puspita, “Analisis Komparatif Lembaga
Hisbah Di Zaman Rasulullah Dengan Zaman Modern Berdasarkan Sistem Ekonomi Islam,” Al-
Muamalat: Jurnal Ekonomi Syariah 9, no. 2 (2022): 33–42,
https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/mua/article/view/16270.
7

Muhtasib mempunyai wewenang dalam memberantas segala perbuatan


yang dapat merusak mekanisme pasar. Para muhtasib harus mempunyai jadwal
dalam menyidak pasar, mengukur timbangan dan alat ukur, menyaring
pengiklanan agar sesuai dengan produksi barang, dan memberikan hukuman
bagi yang melakukan suatu hal yang dapat mengganggu mekanisme pasar.
Selain memberantas segala bentuk penipuan dan kecurangan di pasar, tugas
utama muhtasibadalah menentukan harga. Dalam Islam, penentuan harga ini
terdapat beberapa ulama yang membolehkan penetapan harga dan ada beberapa
ulama yang melarang penetapan harga. Walaupun begitu, penulis membenarkan
adanya penetapan harga dengan syarat adanya keadilan bagi semua pihak dan
penetapan harga ini tidak dengan harga yang terlalu tinggi. Karenanya, kebijakan
pemerintah yang demikian ada kebijakan ceiling price dan floor price.9
Menurut Ibnu Qayim, penetapan harga (tas’ir) terbagi menjadi dua, yaitu
penetapan harga yang diharamkan dan penetapan harga yang dibolehkan.
Penetapan harga yang diharamkan adalah tindakan memaksa para produsen
menjual barangnya dengan harga yang tidak disetujui dalam keadaan pasar yang
seimbang. Dan penetapan harga yang dibolehkan bahkan menjadi wajib adalah
penetapan harga yang adil. Penetapan harga ini menjamin keadilan sesama
manusia seperti memaksa produsen menjual dengan satu harga tertentu yang
ditetapkan apabila keadaan pasar tidak normal dan mencegah mereka dalam
pengambilan laba yang berlebihan. Lembaga al-Hisbah selaku pengawas pasar
mempunyai kuasa untuk menetapkan harga jika terjadi hal yang demikian.
Adapun ketentuan penetapan harga ini harus melibatkan perwakilan dari
produsen dan konsumen. Harus dapat dipastikan adanya keuntungan dari
produsen dan konsumen ketika terjadi penetapan harga. Dan harga yang
ditetapkan tidak membebani produsen dan konsumen. Selain itu, muhtasin wajib
melakukan pengawasan di pasar agar para produsen menjual barangnya dengan

9
Ahmad Fauzan Abdullah, “Wewenang Dan Peran Wilayah Hisbah Dalam Pengawasan
Pasar Dan Ekonomi Dalam Perspektif Fiqih Siyasah,” Jurnal Penelitian Agama 5, no. 1 (2020): 1–
18.
8

harga yang sudah ditetapkan, sekiranya ada yang melanggar, maka muhtasib
harus memberikan hukuman.
C. Konsepsi Islam Tentang Takaran Dan Timbangan
Berbicara tentang menimbang dan menakar, erat kaitannya dengan
kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi telah ada sejak dulu, hanya saja istilah
ekonomi masih belum dikenal dan belum menjadi disiplin ilmu tersendiri. Jika
dibandingkan dengan kegiatan-kegiatan yang lain, seperti kedokteran, hukum,
dsb. kegiatan ekonomilah yang pertama kali terlahir, Karena Keberadaannya
lahir serentak dengan terbitnya matahari kemanusiaan, yaitu puluhan ribu tahun
yang silam.10 Keberadaannya juga telah dirasakan sangat penting sejak nabi
Adam as. diturunkan ke bumi bersama istrinya. Kebutuhan mereka akan
makanan, pakaian, dan tempat tinggal telah memaksa mereka untuk bergumul
dan bergaul dengan masalah-masalah ekonomi. Sebagai mahluk sosial, manusia
tidak akan terlepas dari kegiatan ekonomi, karena dipundak mereka ada beban
nafkah yang harus ia berikan kepada istri, anak, dan kerabatnya. Sehingga untuk
memenuhi hal itu manusia harus berinteraksi dengan orang lain.
Dalam mencapai tujuan, manusia yang satu dengan yang lain memiliki
cara sendiri-sendiri. Sebagian dari mereka memilih untuk bercocok tanam
(bertani), memproduksi barang, dan ada pula yang lebih asyik berdagang
(berniaga).11 Semua cara ini baik dan mulia jika dilakukan sesuai prosedural
yang ada. Landasan tiga cara ini adalah sabda Nabi ketika beliau ditanya tentang
pekerjaan apa yang paling utama dilakukan, kemudian Nabi menjawab;
pekerjaan seseorang dengan tangannya (jerih payahnya) sendiri dan tiap-tiap jual
beli yang mabrur. Tiga cara di atas menjadi prioritas dalam kegiatan ekonomi
karena ketiga-tiganya kerap kali menjadi pilihan utama ulama-ulama terdahulu,
bahkan Nabi dan sahabatnya tercatat sebagai pelaku utamanya. Nabi sukses
dalam berdagang, Abu Bakar ra. menjalankan usaha perdagangan pakaian,
Umar ra. memiliki bisnis perdagangan jagung dan Utsman ra. juga memiliki

10
Sukamto, “Kontektualisasi Institusi Hisbah Dalam Perekonomian Indonesia Praspektif
Maqashid Syariah,” Malia 7, no. 1 (2016): 59–80.
11
Ririn Noviyanti, “Tinjauan Fungsi Hisbah Dalam Kegiatan Perekonomian,” Iqtishodia
2, no. 1 (2017): 63–85.
9

usaha perdagangan pakaian. Hal ini menunjukkan bahwa generasi islam tidak
kekurangan figur dalam kegiatan ekonomi, khususnya dalam perdagangan.12
Mengingat keberadaannya yang telah berabad-abad, kegiatan ekonomi
erat dengan peristiwa-peristiwa yang bernuansa sejarah. Keberadaannya telah
banyak diwarnai peradaban dari masa ke masa sehingga, tahun demi tahun
format dari kegiatan ekonomi selalu mengalami perubahan. Hal ini memberikan
perhatian khusus kepada kita untuk selalu menelaah sejarah-sejarah umat
terdahulu dalam kegiatan ekonomi yang mereka jalankan. Sejarah kelam
penduduk Madinah dan kaum Nabi Syuib as, tercatat sebagai sejarah yang patut
dijadikan sebuah pelajaran dan sebagai peringatan terhadap umat-umat
berikutnya. Allah telah membinasakan mereka akibat tindakannya yang sok
dalam hal menimbang dan menakar. Mereka menganggap dirinya sebagai yang
berkuasa dan berbuat semena-mena tanpa memerhatikan hak orang lain. Jika
mereka menimbang mereka mengurangi timbangan dan takarannya, dan ketika
berada diposisi pembeli, mereka meminta agar takaran dan timbangannya
dipenuhi. Tentu ini tindakan yang merugikan salah satu pihak.
Timbangan dan takaran adalah dua hal yang harus diperhatikan oleh
penjual demi kepuasan pembeli. Pembeli akan merasa puas jika dalam transaksi
yang ia lakukan transparan, tidak ada yang ditutup-tutupi. Salah satu bentuk
ketransparanan adalah penjual tidak mengurangi timbangan atau takarannya.
Maka dari itu, Nabi bersabda “Sesungguhnya kalian diserahi dua perkara yang
telah mencelakakan umat-umat terdahulu”, Ini menunjukkan bahwa sejak awal
Nabi telah mewanti-wanti kepada meraka (para penjual) bahwa kebanyakan
umat-umat sebelumnya celaka sebab dua perkara itu yakni timbangan dan
takaran. (al-Jami’ al-Shohih Sunan al-Turmudzi, juz 3 hal 217). Dari saking
pentingnya memperhatikan timbangan dan takaran, Allah menyinggungnya ± 4
kali di dalam Al-Qur’an. Berikut firman Allah dalam ayat al-Isra’, ayat 35 yang
artinya “Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah

12
Ambok Pangiuk, “Tinjauan Etika Bisnis Islam Dalam Penggunaan Timbangan Sembako
Dalam Jual Beli (Studi Kasus Di Pasar Mendahara Ilir, Tanjabtim),” Indonesian Journal of Islamic
Economics and Business 4, no. 1 (2019): 39–51, http://repository.uinjambi.ac.id/id/eprint/1716.
10

dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya” , surat al-An’am ayat 152 yang artinya “Dan sempurnakanlah takaran
dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang
melainkan sekedar kesanggupannya”, surat al-Rahman ayat 9 yang artinya “Dan
tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca
itu”, dan surat al-Muthoffifin ayat 1-4 yang artinya “Kecelakaan besar bagi
orang-orang yang curang. (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran
dari orang lain mereka minta dipenuhi. dan apabila mereka menakar atau
menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidaklah orang-orang itu
menyangka, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan”
Berulang-ulangnya penjelasan di dalam Al-Qur’an tentang suatu
persoalan menunjukkan tingkat keseriusan dari persoalan tersebut. Dalam hal
timbangan dan takaran, Allah sebut berkali-kali dalam firman-Nya. Hal ini
mengindikasikan bahwa Allah sangat serius dalam mengatur hubungan antara
sesama. Karena jika tidak demikian, tentu dalam transaksi ada salah satu pihak
yang dirugikan dan hal ini tidak diharapkan oleh syari’at. Nabi bersabda, bahwa
akad jual beli harus dilaksanakan atas dasar suka rela. Maka dari itu, konsep
dasar dalam bertransaksi harus ada kerelaan antara penjual dan pembeli dan tidak
menimbulkan spekulasi (ketidak jelasan) dalam transaksi.13
D. Tugas Dan Wewenang Balai Metrologi
Metrologi Legal dan Perlindungan Konsumen mempunyai tugas
melaksanakan kebijakan teknis penyuluhan dan pengawasan kemetrologian,
pemberdayaan konsumen dan pengawasan peredaran barang dan jasa.14 Kepala
Bidang Metrologi Legal dan Perlindungan Konsumen mempunyai fungsi
diantaranya:
1. penyusunan dan pelaksanaan program dan kegiatan bidang
2. pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian dan pengawasan program dan
kegiatan dalam lingkup bidang

13
Abdul Hamid, “Peran Lembaga Wilayatul Hisbah Dalam Sistem Perekonomian Islam,”
Lentera: Indonesian Journal of Multidisciplinary Islamic Studies 1, no. 2 (2020): 101–112.
14
Rosalinda, “Peranan Pemerintah Dalam Mengawasi Takaran Dan Timbangan
,2014,Turãst: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 2, No. 2” (n.d.).
11

3. pelaksanaan evaluasi program dan kegiatan dalam lingkup bidang dan


4. pelaksanaan tugas lain yang diberikan pimpinan sesuai tugas dan fungsi.
Metrologi Legal dan Perlindungan Konsumen mempunyai rincian tugas
sebagai berikut:15
1. Menyusun rencana program/kegiatan kerja penyuluhan dan pengawasan
kemetrologian, pemberdayaan konsumen dan pengawasan peredaran barang
dan jasa.
2. Melaksanakan, mengkoordinasikan kegiatan kerja penyuluhan dan
pengawasan kemetrologian, perlindungan konsumen dan pengawasan barang
beredar dan jasa.
3. Mengatur, mendistribusikan dan mengkoordinasikan tugas bawahan.
4. Memberikan petunjuk, bimbingan teknis dan pengawasan bawahan.
5. Memeriksa hasil kerja bawahan.
6. Melaksanakan penyuluhan dan pengamatan kemetrologian.
7. Melaksanakan pengawasan alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya
(UTTP).
8. Melaksanakan pengawasan Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT) dan
satuan ukuran (SU).
9. Melaksanakan penyuluhan pemberdayaan konsumen.
10. Melaksanakan pembinaan dan penyuluhan kepada pelaku usaha.
11. Melaksanakan pengawasan barang beredar dan jasa.
12. Memonitoring dan fasilitasi lembaga perlindungan konsumen swadaya
masyarakat (LPKSM).
13. Memonitoring dan fasilitasi operasional Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen (BPSK).
14. Memfasilitasi pengaduan dan penyelesaian sengketa konsumen.
15. Melaksanakan penyidikan terhadap pelaksanaan Undang-Undang Metrologi
Legal dan Perlindungan Konsumen.

15
“DJPKTN | Tugas Pokok Dan Fungsi,” accessed December 4, 2022,
https://ditjenpktn.kemendag.go.id/direktorat-metrologi/tugas-pokok-dan-fungsi-5.
12

16. Membuat laporan hasil pelaksanaan tugas dan memberi saran dan
pertimbangan kepada pimpinan sesuai tugas dan fungsi; dan
17. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai tugas dan
fungsi.
E. Tugas Dan Tanggung Jawab Negara Dalam Perekonomian
Dalam politik ekonomi Islam, negara bertugas dan bertanggung jawab
untuk menegakkan keadilan dalam ekonomi, mencegah terjadinya setiap
kezhaliman serta menindak para pelanggar hukum di bidang ekonomi. Usaha
mewujudkan itu, dapat dilakukan dengan kekuatan aparat pemerintah (tangan
besi), apabila kondisi membutuhkannya sebagaimana yang dijabarkan di atas
berdasarkan ayat Alquran Al-Hadid ayat 25. Dalam pembahasannya, mengenai
peran negara dalam ekonomi, Muhammad Al Mubarak, dalam buku Nizam al-
Islam, menyatakan bahwa negara merupakan salah satu dari tiga sokoguru
sistem ekonomi Islam bersama-sama dengan iman (moral) dan prinsip-prinsip
organisasi ekonomi. Fungsi negara adalah untuk menegakkan keadilan ekonomi,
pasar dan menjamin terpenuhinya kebutuhan dengan mengatur fasilitas-fasilitas
umum dan sistem jaminan sosial.16
Filsafat kemasyarakatan Islam menggambarkan suatu masyarakat
ekonomi yang didasarkan pada peranan negara yang luas di dalam bidang
perekonomian, perdagangan dan keuangan. Dalam kepentingan dasar dari
keadilan sosial ekonomi, negara harus mencampuri pribadi warga negara, sejauh
keadilan sosial ekonomi menuntutnya. Peranan ekonomi yang aktif oleh negara
merupakan segi yang tidak bisa dipisahkan dari sistem ekonomi Islam.
Selanjutnya Chapra menyatakan bahwa penyediaan modal untuk kepentingan
sosial serta penataan jaminan sosial merupakan kewajiban penting negara.17
Negara juga bertanggung jawab untuk menciptakan kemantapan (stabilitas) nilai
mata uang, selain usaha penghapusan kemiskinan dan penciptaan kondisi yang
sehat untuk pemberian kesempatan kerja yang penuh (full employment) serta

16
Nurul Fadila, “Peran Pemerintah Dalam Ekonomi Islam,” Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Islam 6, no. 1 (2010): 1–18.
17
BatuBara Zakaria, “Ekonomi Syariah Sebagai Fondasi Ekonomi Kerakyatan Untuk
Mencapai Indonesia Yang Sejahtera,” … : Jurnal Ilmiah Ekonomi Kita (2012): 1–11.
13

pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tata cara untuk mencapai semua itu ialah
lewat pendidikan, bukan paksaan, tak seorangpun membantah bahwa selama
bisa diatasi dengan pendidikan, maka paksaan hendaklah dihindarkan. Tapi kita
tak boleh ragu-ragu, bahwa tujuan Islam harus dapat dicapai. Karena itu, paksaan
dibolehkan, bila usaha lewat pendidikan mengalami kegagalan.
Di antara tindakan paksaan yang dibolehkan, guna melindungi
masyarakat umum adalah pembatasan-pembatasan kebebasan pribadi dalam
bertindak, seperti pengaturan kegiatan bisnis, penentuan harga barang-barang
tertentu, perpajakan, pajak progressif, nasionalisasi, pembatasan pemilikan,
penetapan denda-denda keuangan. Demikian pula isi Undang-undang yang
berkaitan dengan monopoli, hak-hak konsumen, hak cipta. Untuk pelaksanaan
tujuan ini, menjadi kewajiban negara untuk menyediakan sumber-sumber daya,
khususnya sumber-sumber yang langka, atau intervensi pasar ketika kekuatan
pasar berjalan tak terkendali.18
Peranan negara mencakup empat macam.
1. Menjamin tegaknya etika ekonomi dan bisnis Islam dari setiap individu
melalui pendidikan, dan bila perlu melalui paksaan.
2. Menciptakan iklim yang sehat dalam mekanisme pasar.
3. Mengambil langkah-langkah positif di bidang produksi dan pembentukan
modal, guna mempercepat pertumbuhan dan menjamin keadilan sosial.
4. Perbaikan penyediaan sumber-sumber daya dan distribusi pendapatan yang
adil, baik dengan bimbingan, pengaturan, maupun campur tangan langsung
dalam proses penyediaan sumber daya itu dan distribusi pendapatan.

18
M. Arif Hakim, “Mekanisme Pasar Dalam Perspektif Ekonomi Islam,” Alqalam 28, no.
3 (2019): 535.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun yang dapat disimpulkan dari pemaparan isi makalah ini adalah
bahwa Menurut arti bahasa Al-Hisbah lebih dikenal sebagai lembaga pengawas
pasar. Al-Hisbah merupakan sebuah lembaga pengawasan yang dimiliki oleh
pemerintah yang mempunyai wewenang dalam membuat peraturan perundang-
undangan yang berkaitan tentang perdagangan. Fungsi dari lembaga tersebut
mengatur mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan aturandalam
menjalankan bisnis. Nabi Muhammad Saw., Juga melakukan inspeksik kepasar
dalam rangka mengecek harga dan mekanisme yang terjadi di pasar yang terjadi.
Dan juga untuk melihat apakah terjadi kecurangan atau tidak, jika terjadi
kecurangan maka segera ditindak lanjuti. Sahabat Rasulullah seperti Abu
Hurairah, menginformasikan yaitu Rasulullah peduli apabila harga padi yang
murah dan mmemasukkan tangannya ke tumpukan barang dagangan, hal
tersebut untuk memastikan apakah barang dagangan tersebut dalam kondisi
basah atau tidak. Kemudian Rasulullah bertanya kepada penjual mengapa padi
yang dijual tersebut kondisinya basah.
Dalam konsep awal al Hisbah, lembaga ini memiliki fungsi yang sangat
luas. Lembaga ini bahkan mengatur hak-hak yang berkaitan dengan Allah.
Muhtasib sebagai pengawas pasar juga mempunyai tugas dalam mengatur hak-
hak manusia ataupun hak bersama yang kesemuanya berlangsung dalam pasar.
Muhtasib bertugas menjamin tidak terjadinya kecurangan di pasar, penimbunan
barang yang dapat menyebabkan naiknya harga, spekulasi di pasar atau mafia di
pasar, dan segala bentuk yang dapat mengganggunya. lembaga al-hisbah
mempunyai peranan dalam peningkatan ekonomi masyarakat.

14
15

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Fauzan Abdullah. 2020. “Wewenang Dan Peran Wilayah Hisbah Dalam
Pengawasan Pasar Dan Ekonomi Dalam Perspektif Fiqih Siyasah.” Jurnal
Penelitian Agama 5(1): 1–18.
Bintarto, Muhammad Al ikhwan, Luthfi Noor Mahmudi, and Ferdin Okta Wardana.
2021. “Penerapan Fungsi Dan Peran Al-Hisbah Dalam Pengawasan Di Baitul
Maal Wa Tamwil.” Jurnal Masharif Al-Syariah: Jurnal Ekonomi dan
Perbankan Syariah 6(3): 770.
Diana Lestari, 2Fidri Fadillah Puspita, 3Fitri Nur Latifah. 2022. “Analisis
Komparatif Lembaga Hisbah Di Zaman Rasulullah Dengan Zaman Modern
Berdasarkan Sistem Ekonomi Islam.” Al-Muamalat: Jurnal Ekonomi Syariah
9(2): 33–42. https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/mua/article/view/16270.
“DJPKTN | Tugas Pokok Dan Fungsi.”
https://ditjenpktn.kemendag.go.id/direktorat-metrologi/tugas-pokok-dan-
fungsi-5 (December 7, 2022).
Fadila, Nurul. 2010. “Peran Pemerintah Dalam Ekonomi Islam.” Jurnal Ekonomi
dan Bisnis Islam 6(1): 1–18.
Fahrur Rozi. 2011. “Hisbah Dalam Islam.” Journal Kajian Islam dan Pendidikan
44(8): 5–10.
Hakim, M. Arif. 2019. “Mekanisme Pasar Dalam Perspektif Ekonomi Islam.”
Alqalam 28(3): 535.
Halim, Marah. 2011. “Eksistensi Wilayatul Hisbah Dalam Sistem Pemerintahan
Islam.” Jurnal Ilmiah Islam Futura x(2): 65–81.
Hamid, Abdul. 2020. “Peran Lembaga Wilayatul Hisbah Dalam Sistem
Perekonomian Islam.” Lentera: Indonesian Journal of Multidisciplinary
Islamic Studies 1(2): 101–12.
Mujahidin, Akhmad. 2016. “Peran Negara Dalam Hisbah.” Al-Iqtishad: Journal of
Islamic Economics 4(1).
———. 2017. “EKSISTENSI Lembaga Hisbah Dalam Sejarah (Analisis Terhadap
Peran Muhtasib Dalam Perdagangan).” Al-Fikra : Jurnal Ilmiah Keislaman
4(2): 119.
Noviyanti, Ririn. 2017. “Tinjauan Fungsi Hisbah Dalam Kegiatan Perekonomian.”
Iqtishodia 2(1): 63–85.
Pangiuk, Ambok. 2019. “Tinjauan Etika Bisnis Islam Dalam Penggunaan
Timbangan Sembako Dalam Jual Beli (Studi Kasus Di Pasar Mendahara Ilir,
Tanjabtim).” Indonesian Journal of Islamic Economics and Business 4(1): 39–
51. http://repository.uinjambi.ac.id/id/eprint/1716.
Rosalinda. “Peranan Pemerintah Dalam Mengawasi Takaran Dan Timbangan
16

,2014,Turãst: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 2, No. 2.”


Sofyan, Syaakir. 2017. “Peran Negara Dalam Perekonomian (Tinjauan Teoritis
Kebijakan Fiskal Dalam Ekonomi Islam).” HUNAFA: Jurnal Studia Islamika
13(2): 288. https://www.ptonline.com/articles/how-to-get-better-mfi-results.
Sukamto. 2016. “Kontektualisasi Institusi Hisbah Dalam Perekonomian Indonesia
Praspektif Maqashid Syariah.” Malia 7(1): 59–80.
Wahid, Khairuddin. 2019. “Signifikansi Lembaga Al-Ḥisbah Dalam Sistem
Ekonomi Islam.” Jurnal Ilmiah Mizani: Wacana Hukum, Ekonomi Dan
Keagamaan 5(2): 135.
Zakaria, BatuBara. 2012. “Ekonomi Syariah Sebagai Fondasi Ekonomi Kerakyatan
Untuk Mencapai Indonesia Yang Sejahtera.” … : Jurnal Ilmiah Ekonomi Kita:
1–11.

Anda mungkin juga menyukai