Anda di halaman 1dari 4

APLIKASI SUNRISE MODEL TENTANG TRADISI MARAPI DI DESA

MANUNGGANG JAE

TUGAS INDIVIDU
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Antropologi Kesehatan
Yang dibina oleh Ibu Rossyana Septyasih, S.Kp., M.Pd

Oleh :
Diffa Aqidatul Zuhroh
(2B/P17210213080)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN MALANG
Februari 2023
1. Latar Belakang Tradisi Marapi

Di Kota Padangsidimpuan memiliki tradisi pasca melahirkan yang


disebut dengan "marapi". Tradisi marapi adalah tradisi mengasapkan atau
memanaskan ibu yang baru melahirkan bersama bayinya selama 40 hari.
Tradisi marapi sudah dilakukan oleh masyarakat di Kota Padangsidimpuan
secara turun- temurun dan masih dipertahankan sampai sekarang. Seiring
dengan perkembangan zaman, masyarakat di Kota Padangsidimpuan sudah
banyak yang meninggalkan tradisi tersebut, hanya beberapa desa saja yang
masih mempertahankan tradisi marapi, salah satunya adalah masyarakat di
Desa Manunggang Jae.
Ibu meyakini bahwa dengan melakukan marapi dapat mempercepat
penyembuhan luka yang terjadi pada saat persalinan, membuat ibu menjadi
lebih kuat, agar ibu tidak sering merasa kedinginan setelah selesai masa nifas,
serta dapat memberikan rasa hangat kepada ibu dan bayi. Beberapa ibu
mengatakan bahwa mereka melakukan marapi karena marapi sudah
dilakukan sejak dulu dan mereka ingin mengikuti kebiasaan dari para orang
tua. Selama melakukan marapi, ibu dan bayi akan menghirup udara yang
tercemar karena bahan bakar yang digunakan untuk marapi adalah bahan
bakar biomassa (arang, kayu bakar, daun jeruk dan daun cengkeh). Hasil
pembakaran tidak sempurna bahan bakar biomassa menghasilkan berbagai
macam zat perusak kesehatan seperti: partikel halus (PM2.5) atau partikel
kecil (PM10), ozon (03), oksida nitrogen (NOx), karbon monoksida (CO),
hidrokarbon polyaromatik (PAH), senyawa organik non-metana yang mudah
menguap (NMVOCs) dan sulfur dioksida (SO2). Pajanan bahan-bahan
pencemar hasil pembakaran biomassa tersebut dapat berdampak buruk
terhadap kesehatan. Dampak yang ditimbulkan cukup beragam mulai dari
yang bersifat alergi, iritan, sampai karsinogenik dan mutagenik. Paparan
polusi udara dalam ruangan dapatmenimbulkan beberapa dampak negatif
untuk kesehatan ibu dan bayi, diantaranya seperti gangguan sistem
pernafasan, luka bakar, dehidrasi, penurunan tekanan darah, infeksi luka
perineum, dan iritasi kulit.
Sebagian masyarakat sudah mengetahui bahwa tradisi marapi dapat
menimbulkan risiko kesehatan terhadap ibu dan bayi. Ibu nifas tetap
melakukan tradisi marapi atas anjuran keluarga maupun atas keinginannya
sendiri karena mereka meyakini tradisi marapi dapat membantu proses
pemulihan mereka setelah melahirkan. Berdasarkan fenomena tersebut,
peneliti tertarik untuk mengeksplorasi praktik tradisi marapi dan
mengaitkannya dengan risiko kesehatan yang terjadi pada ibu dan bayi.
Penelitian terhadap tradisi marapi dan hubungannya dengan kesehatan ibu
dan bayi perlu dilakukan kerena belum ada penelitian yang sama sebelumnya.

2. Kasus

Masalah kesehatan ibu dan anak tidak terlepas dari faktor budaya
yang ada di masyarakat. Salah satu contoh budaya yang berhubungan dengan
kesehatan ibu dan anak adalah tradisi marapi. Tradisi marapi adalah tradisi
mengasapkan atau memanaskan ibu yang baru melahirkan bersama bayinya
selama 40 hari. Tradisi marapi dapat menimbulkan risiko terhadap kesehatan
ibu maupun bayinya. Ibu nifas tetap melakukan tradisi marapi atas anjuran
keluarga maupun atas keinginannya sendiri karena mereka meyakini tradisi
marapi dapat membantu mempercepat proses pemulihan mereka setelah
melahirkan.

3. Penanganan Dalam Bidang Kesehatan

Selain tradisi marapi, dalam bidang kesehatan juga sudah ada edukasi
untuk perawatan masa nifas agar membantu proses pemulihan setelah
melahirkan. Adapun beberapa desa yang ada di Kota Padangsidimpuan yang
sudah menggunakan perawatan masa nifas dengan benar. Perawatan masa
nifas diperlukan karena periode ini merupakan masa kritis bagi ibu maupun
bayinya. Diperkirakan 60 persen kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah
persalinan dan 50 persen kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.
Pemantauan melekat dan pemberian asuhan yang tepat bagi ibu dan bayi
pada masa nifas dapat mencegah kematian ibu dan bayi.
Tujuan umum perawatan masa nifas adalah membantu ibu dan
pasangannya selama masa transisi awal mengasuh anak. Sedangkan tujuan
khususnya adalah:
1) menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologisnya;
2) mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada
ibu dan bayinya;
3) memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, menyusui, keluarga berencana. perawatan bayi sehat dan pemberian
imunisasi;
4) memberikan pelayanan keluarga berencana.
Kebutuhan ibu pada masa nifas meliputi kebutuhan fisik, kebutuhan
psikologis dan kebutuhan sosial. Kebutuhan fisik ibu selama hamil umumnya
menurun walaupun ibu tidak mengalami sakit. Untuk memenuhi kebutuhan
fisik (istirahat, makanan bergizi dan lingkungan bersih) dilakukan pengawasan
dan perawatan yang sempurna serta pengertian dari keluarga. Kebutuhan
psikologis merupakan kebutuhan ibu untuk dihargai dan diperhatikan oleh
keluarga, dan keluarga harus bersikap dan bertindak bijaksana dan
menunjukkan rasa simpati dan menghormati. Kebutuhan sosial ibu juga harus
terpenuhi.

Anda mungkin juga menyukai