Anda di halaman 1dari 3

Nama: Erika Aditya Ningrum

NIM : P1337420617018
Prodi Profesi Ners

TRANSCULTURAL NURSING
(TRADISI MARAPI)

Kota Padangsidimpuan memiliki tradisi untuk ibu sesudah yaitu tradisi “marapi”.
Tradisi marapi adalah tradisi mengasapkan atau memanaskan ibu yang baru
melahirkan bersama bayinya selama 40 hari. Tradisi ini sudah dilakukan oleh
masyarakat di Kota Padangsidimpuan secara turun-temurun dan masih dipertahankan
sampai sekarang. Tradisi ini menggunakan beberapa bahan seperti arang dari
tempurung kelapa atau arang dari kayu bakar yang digunakan untuk memanaskan ibu
dan bayinya dengan cara arang tersebut dibakar dan diletakkan di bawah tempat tidur
ibu. Selain arang beberapa jenis daun-daunan khusus seperti daun cengkeh, daun
jeruk, daun kulit manis, dan daun nilam juga diperlukan dalam melakukan marapi.
Seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat di Kota Padangsidimpuan sudah
banyak yang meninggalkan tradisi tersebut, hanya beberapa desa saja yang masih
mempertahankan tradisi marapi, salah satunya adalah masyarakat di daerah Desa
Manunggang Jae.
Tradisi ini diyakini oleh Ibu mampu mempercepat penyembuhan luka yang
terjadi pada saat persalinan, membuat ibu menjadi lebih kuat, ibu tidak sering merasa
kedinginan setelah selesai masa nifas, serta dapat memberikan rasa hangat kepada
ibu dan bayi. Beberapa ibu mengatakan bahwa mereka melakukan marapi karena
marapi sudah dilakukan sejak dulu dan mereka ingin mengikuti kebiasaan dari para
orang tua. Asap dari pembakaran kayu, arang dan bahan lain mengandung berbagai
zat kimia yang bisa mengganggu kesehatan seperti gangguan sisitem pernafasan, dan
luka di area mata. Selain itu, Pelaksanaan tradisi marapi dapat menimbulkan risiko
kesehatan seperti terjadinya luka bakar akibat suhu panas yang terlalu tinggi dan
lamanya tubuh ibu dan bayi terpapar oleh panas. Ibu dan bayi juga bisa mengalami
dehidrasi akibat suhu panas dan pengeluaran keringat yang berlebihan selama
melakukan tradisi marapi. Risiko kesehatan yang dapat terjadi yaitu penurunan
tekanan darah akibat pembuluh darah melebar atau membesar. Hal tersebut
menyebabkan tersisanya banyak ruang kosong di arteri dan vena, sehingga tekanan
darah menurun.

1
Penanganan bayi baru lahir yang tidak sehat akan menyebabkan kelainan-
kelainan yang mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian. Untuk merubah
pandangan bukanlah sesuatu yang mudah. Pandangan masyarakat desa Manunggang
Jae tentang ibu nifas yang melakukan tradisi marapi dapat diubah dengan memberikan
penyuluhan sekitar kehamilan, persalinan, masa nifas, dan perawatan bayi melalui
cara-cara yang mudah dicerna oleh daya nalar mereka. Perlu intervensi khusus oleh
pelayanan masyarakat setempat untuk memaksimalkan layanan kesehatan ibu dan
bayi. Program pendidikan tidak hanya ditujukan untuk ibu, tetapi juga suami, orang
tua, mertua dan masyarakat. Mengenali dan menghargai kepercayaan lokal setempat
dapat membantu pelayanan masyarakat untuk memanfaatkan dan atau memodifikasi
marapi untuk memberikan perawatan nifas yang kompeten secara budaya dan sesuai
dengan konsep kesehatan.

Jumlah kata: 484 kata

2
Daftar Pustaka

Dewi Rosmala. 2020. Tradisi Marapi Dan Hubungannya Dengan Kesehatan Ibu Dan
Bayi (Studi Fenomenologi di Desa Manunggang Jae). Sumatera Utara:
Universitas Suatera Utara
Faradilla Safitri, dkk. 2020. Perilaku Ibu Terhadap Tradisi Perawatan Masa Nifas Di
Wilayah Kerja Puskesmas Jeulingke Kota Banda Aceh. Banda Aceh:
Universitas Ubudiyah Indonesia
Naila Syatir. 2017. Tradisis Marapi. Banda Aceh: Universitas Ubudiyah Indonesia

Anda mungkin juga menyukai