Anda di halaman 1dari 3

Nama : Pingky

NIM : 2019.C.11a.1056

Prodi : S1 Keperawatan TKT 2A

Dosen : Takesi Arisandi,Ners,M.Kep

Budaya Yang Bertentang Dengan Kesehatan:

1. Tradisi oyog untuk ibu hamil


Tradisi oyog merupakan tradisi menggoyang-goyangkan perut ibu hamil yang dilakukan oleh
etnis Jawa di Desa Dukuh Widara, Kecamatan Pabedilan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
Tradisi ini dilakukan sejak usia kehamilan menginjak bulan ketiga sampai bulan kesembilan.
Biasanya tradisi ini dilakukan oleh dukun bayi setempat.
Masyarakat setempat menilai, tradisi oyog bermanfaat untuk mengurangi berbagai keluhan
pada kehamilan, melancarkan proses persalinan, dan memberikan kenyamanan dan rasa
tenang.
2. Pengobatan oleh Topo Tawoi
Topo Tawui adalah dukun yang melakukan semua pengobatan penyakit, termasuk persalinan,
dengan meniup bagian tubuh yang sakit tanpa menggunakan alat apapun. Mayoritas
persalinan pada etnis Kaila Da'a di Desa Wulai, Kecamatan Bambalamotu, Kabupaten
Mamuju Utara, Sulawesi Tengah, dilakukan di rumah dengan banguan Topo Tawui.
Persalinan yang dilakukan di rumah dianggap wajar karena sudah dilakukan turun temurun.
Mereka pun merasa lebih nyaman melakukan persalinan dengan Topo Tawui karena alat
kelamin ibu tertutup oleh sarung.
3. Kematian bayi karena makhluk gaib
Tingginya angka kematian bayi pada etnis Laut di Desa Tanjung Pasir, Kabupaten Indragiri
Hilir, Riau, masih dipercaya disebabkan oleh kepercayaan bahwa penyakit yang menyerang
disebabkan oleh keteguran, kelintasan dan tekene yang merupakan makhluk gaib.
Sayangnya, pengobatan yang dilakukan oleh dukun atau pengobat tradisional dengan
menggunakan cara-cara tradisional diduga dapat berisiko menambah parah penyakit.
4. Ritual penyembuhan dengan memanggil roh
Untuk menolong dan menyembuhkan masyarakat yang sakit, etnis Dayak Ngaju, Desa Muroi
Raya, Kapuas, Kalimantan Tengah, melakukan ritual memanggil roh Dewa Sangiang sebagai
penyembuhnya. Yang menjadi perantara antara Sangiang dan pasien disebut lasang atau
dukun.
Masih tergantungnya masyarakat terhadap tradisi tersebut disebabkan oleh akses ke sarana
layanan kesehatan yang jauh dan sulit dan jarangnya tenaga kesehatan yang berkunjung ke
desa tersebut. Pengobatan yang dilakukan oleh dokter dan perawat pun hanya dianggap
sebagai pengobatan sampingan.
5. Kusta di Asmat
Ada 150 penderita kusta ditemukan di etnis Asmat di Kampung Mumugu, Distrik Sawa
Erma, Kabupaten Asmat, Papua. Di sana, penderita kusta bisa hidup berbaur dengan
masyarakat lain dan tidak ada pengucilan. Bagi mereka, kusta hanyalah penyakit kulit biasa
sehingga mereka tidak melalukan pencegahan dan pengobatan. Akibatnya penyebaran kusta
pun semakin cepat. Kondisi ini juga diperparah dengan kondisi sanitasi yang kurang baik.

Budaya Yang Tidak Bertentangan Dengan Kesehatan

Hubungan budaya dengan kesehatan


Kebudayaan-kebudayaan ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari seperti
halnya jika salah seorang anggota keluarga menderita suatu penyakit (misal demam karena
masuk angin) hal yang pertama dilakukan sebelum pergi ke dokter pastilah mencoba
untuk menyembuhkannya. Misal dengan kerokan. Ini adalah ciri dari sebuah kebudayaan
yang sangaterat hubungannya dengan kesehatan. Dimana anggapan masyarakat mengenai
demam karenamasuk angin ini akan hilang apabila angin di dalam tubuh keluar. Maka
kerokan adalah hal yang paling masuk akal bagi mereka dan tanpa mereka ketahui pula
bahwa kerokan ini memilikidampak yang negatif bagi tubuh kita. Karena pori-pori dalam
tubuh akan terbuka dan terluka. Namun dibalik efeknya yang negatif ini tidak bisa kita
pungkiri bahwa jasanya sangat besar,karena terbukti dapat menyembuhkan.Akibat hal inilah
banyak masyarakat yang cenderung memegang kokoh prinsip ini.Dimana angin yang terlalu
banyak di dalam tubuh hanya dapat dikeluarkan dengan kerokan yang  bertujuan membuka
pori-pori dan mengeluarkan udara yang mengumpul di dalam tubuh.
 Selain kerokan diatas masih banyak lagi contoh-contoh kebudayaan yang memiliki
hubungan dengankesehatan. Permisalan yang lain dapat kita lihat dalam kehidupan
masyarakat yang masih tradisional. Jika anggota keluarga sakit mereka akan mengunjungi
dukun untuk menyembuhkan.Hal ini dikarenakan keyakinan mereka terhadap si dukun
tersebut sangatlah tinggi.
 Hal lainnya karena mereka takut dengan dokter. Sebab mereka berpikir jika pergi ke
dokter mereka pastiakan disuntik dengan jarum yang besar. Sebab lainnya yakni karena
masih menganggap bahwasakit yang mereka derita ada hubungannya dengan hal-hal yang
berbau mistis. Untuk menghindari hal tersebutlah mengapa mereka lebih memilih untuk
menggunakan danmempercayakan kesehatannya pada dukun tradisional yang notabene
belum tentu mengerti

1. Suku Muyu yang dinilai cerdas, telah terpapar dan menerima modernisasi lebih
intens. Orang Muyu pada realitasnya seringkali tetap memegang teguh adat dan
keyakinan. Mereka menerima dengan pikiran terbuka modernisasi yang berkembang
pesat, sekaligus tetap memegang teguh beberapa keyakinan yang seringkali saling
bertentangan, tak terkecuali mereka yang berstatus sebagai petugas kesehatan. Tenaga
kesehatan yang berasal dari Suku Muyu, yang hidup membaur bersama masyarakat
Muyu, seakan terjebak pada tarikan dua kutub keyakinan yang berbeda, dan bahkan
seringkali berlawanan. Konsep teknis medis yang dipelajari dan diyakini sebagai
seorang tenaga kesehatan tumpang tindih dan bertentangan dengan keyakinan sesuai
konsep tradisi suku Muyu. Pada akhirnya, meski juga seringkali diingkari, tenaga
kesehatan juga “turut serta secara aktif” meyakini dan bahkan mempraktikkan
keduanya.

Anda mungkin juga menyukai