Anda di halaman 1dari 1

PUTU ADI SETYAWAN

KP1522034
D3 KEPERAWATAN

TRADISI YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENINGKATAN KESEHATAN

1. Tradisi oyog untuk ibu hamil


Tradisi oyog merupakan tradisi menggoyang-goyangkan perut ibu hamil yang dilakukan oleh etnis Jawa
di Desa Dukuh Widara, Kecamatan Pabedilan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Tradisi ini dilakukan
sejak usia kehamilan menginjak bulan ketiga sampai bulan kesembilan. Biasanya tradisi ini dilakukan
oleh dukun bayi setempat.
Masyarakat setempat menilai, tradisi oyog bermanfaat untuk mengurangi berbagai keluhan pada
kehamilan, melancarkan proses persalinan, dan memberikan kenyamanan dan rasa tenang.
2. Pengobatan oleh Topo Tawoi
Topo Tawui adalah dukun yang melakukan semua pengobatan penyakit, termasuk persalinan, dengan
meniup bagian tubuh yang sakit tanpa menggunakan alat apapun. Mayoritas persalinan pada etnis Kaila
Da'a di Desa Wulai, Kecamatan Bambalamotu, Kabupaten Mamuju Utara, Sulawesi Tengah, dilakukan di
rumah dengan banguan Topo Tawui.
Persalinan yang dilakukan di rumah dianggap wajar karena sudah dilakukan turun temurun. Mereka pun
merasa lebih nyaman melakukan persalinan dengan Topo Tawui karena alat kelamin ibu tertutup oleh
sarung.
3. Kematian bayi karena makhluk gaib
Tingginya angka kematian bayi pada etnis Laut di Desa Tanjung Pasir, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau,
masih dipercaya disebabkan oleh kepercayaan bahwa penyakit yang menyerang disebabkan oleh
keteguran, kelintasan dan tekene yang merupakan makhluk gaib.
Sayangnya, pengobatan yang dilakukan oleh dukun atau pengobat tradisional dengan menggunakan cara-
cara tradisional diduga dapat berisiko menambah parah penyakit.
4. Ritual penyembuhan dengan memanggil roh
Untuk menolong dan menyembuhkan masyarakat yang sakit, etnis Dayak Ngaju, Desa Muroi Raya,
Kapuas, Kalimantan Tengah, melakukan ritual memanggil roh Dewa Sangiang sebagai penyembuhnya.
Yang menjadi perantara antara Sangiang dan pasien disebut lasang atau dukun.
Masih tergantungnya masyarakat terhadap tradisi tersebut disebabkan oleh akses ke sarana layanan
kesehatan yang jauh dan sulit dan jarangnya tenaga kesehatan yang berkunjung ke desa tersebut.
Pengobatan yang dilakukan oleh dokter dan perawat pun hanya dianggap sebagai pengobatan sampingan.
5. Kusta di Asmat
Ada 150 penderita kusta ditemukan di etnis Asmat di Kampung Mumugu, Distrik Sawa Erma, Kabupaten
Asmat, Papua. Di sana, penderita kusta bisa hidup berbaur dengan masyarakat lain dan tidak ada
pengucilan. Bagi mereka, kusta hanyalah penyakit kulit biasa sehingga mereka tidak melalukan
pencegahan dan pengobatan. Akibatnya penyebaran kusta pun semakin cepat. Kondisi ini juga diperparah
dengan kondisi sanitasi yang kurang baik.

Anda mungkin juga menyukai