Anda di halaman 1dari 2

Nama : Ulfa Yulia Hutasuhut

Nim : 20010015

Kelas : 4A

Mk :Psikososial dan kebudayaan

1.Contoh budaya lokal yang berdampak negatif bagi kesehatan antara lain:

 Keramas ketika ada gerhana bulan

Di darah jawa timur khususnya sidoardjo mereka mempercayai bahwa Ketika ada gerhana bulan ibu
hamil harus keramas tengah malam supaya anaknya tidak cacat sumbing sedangkan faktanya bahwa
bayi lahir sumbing bukan karena gerhana bulan tetapi karena ada kelainan genetic/ kromosom

 Budaya jawa ibu hamil tidak boleh duduk di pintu

Larangan ibu hamil menurut adat Jawa adalah bahwa seorang ibu hamil tidak boleh duduk di tengah
pintu karena menurut mitos Jawa ini akan membuat proses kelahiran menjadi susah serta menyakitkan
Fakta sementara yang mempengaruhi jalan lahir dipengaruhi power,passage,passenger, Dan penolong

 Membunuh Hewan

Menurut adat Jawa, pantangan suami saat istri hamil, suami pantang membunuh hewan karena dapat
punya pengaruh buruk untuk kondisi janin bahkan dampak terburuknya janin bisa luruh sebelum
dilahirkan Dan dapat membuat janin dalam kandungan memiliki cacat fisik.

 Merendam Cucian Terlalu Lama

Pantangan suami saat istri hamil menurut adat hawa jangan merendam cucian terlalu lama.Hingga saat
ini, masyarakat masih percaya jika aktivitas ini bisa menyebabkan kaki istri jadi bengkak sampai sulit
untuk digerakan.

 Tradisi nasi papah berdampak terjadinya carly childhood caries

Pemberian nasi papah merupakan tradisi yang dilakukan oleh para ibu di daerah Lombok Timur Propinsi
Nusa Tenggara Barat. Tradisi ini sudah ada sejak zaman dahulu dan diwariskan sampai saat ini. Tradisi
nasi papah adalah nasi yang sudah dikunyah sekaligus dilumatkan terlebih dahulu sebelum diberikan
pada bayi. . Sebagian besar masyarakat memberikan nasi papah kepasa bayi berdasarkan keyakinan
agama mereka yang mayoritas Islam bahwa Nabi Muhammad dulu pernah memberikan papahan kurma
kepada bayi dan cucunya. Para ibu di daerah Lombok Timur menganggap bahwa pemberian nasi papah
kepada bayi ini aman dan tidak akan berdampak pada kesehatan bayi, tradisi ini dianggap sebagai
ekspresi kasih sayang antara ibu dengan bayinya, karena adanya kontak air liur antara ibu dengan anak,
yang diyakini dapat mempererat hubungan antara ibu dengan anak.
Dilihat dari segi kandungan gizinya, nasi papah sudah tidak baik karena makanan sudah dilumatkan
terlebih dahulu oleh ibu sehingga nutrisi yang terkandung sudah hilang, sehingga dapat dikatakan jika si
bayi hanya mengonsumsi makanan sisa atau ampas makanan yang sudah sangat berkurang kandungan
nutrisinya. Sedangkan dilihat dari segi kesehatan mulut, pemberian nasih papah ini akan merugikan
dikarenakan akan terjadi transmisi atau perpindahan mikroorganisme dari mulut ibu ke mulut anak,
terutama terjadinya tranmisi Lactobacillus, S. Mutans, dan mikroorganisme lainnya yang berperan dalam
terjadinya proses karies gigi. Inisiasi dini dari S. Mutans pada rongga mulut anak khususnya pada balita
akan meningkatkan risiko terjadinya karies pada anak. Setelah adanya erupsi gigi pertama pada bayi
yang berumur sekitar 6 bulan, S. Mutans akan segera berkolonisasi di daerah sekitar gigi. Apabila
kebersihan rongga mulut bayi tidak diperhatikan serta pemberian makan seperti nasi papah ini tetap
diteruskan, dan hal tersebut berlangsung dalam durasi lama dengan frekuensi yang berulang, maka
dapat menimbulkan risiko tinggi terhadap kejadian Early Childhood Caries.

2.Contoh budaya lokal yang berdampak positif bagi kesehatan antara lain:

 Budaya menyirih pada masyarakat Papua

Budaya menyirih di Indonesia khususnya pada masyarakat Papua, perilaku tersebut dilakukan semenjak
Bangsa Melanesia menginjakkan kaki di sekitar kawasan pasifik. Menyirih adalah proses meramu
campuran dari beberapa bahan seperti pinang, sirih, kapur dan gambir yang dikunyah secara
bersamaan. Dalam budaya Papua, perilaku menyirih dijadikan untuk pengantar saat pertemuan adat
pernikahan. Perilaku menyirih dilakukan hampir disemua tempat dan setiap golongan masyarakat
Papua. Suku asli Papua melakukan perilaku menyirih dikarenakan adanya keyakinan yang telah
diwariskan secara turun temurun oleh para leluhur. Frekuensi menyirih yang dilakukan oleh suku asli
Papua yaitu > 2 kali dalam sehari. Masyarakat suku asli Papua mendapatkan dampak positif dari perilaku
menyirih yaitu tubuh terasa segar, bau mulut menjadi hilang serta gigi menjadi kuat.

 Daun hasona/Angsana

Menurut budaya batak mandailing daun ini bisa mempercepat penyembuhan pasca melahirkan Dan bisa
mencegah terjadinya infeksi.

Anda mungkin juga menyukai