Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka Tentang Food Tabo


1. Pengertian Food Taboo
Food taboo adalah kegiatan menghindari atau membatasi makan
makanan tertentu sehingga menjadi salah satu berdampak pada kesehatan
dan gizi yang buruk. Luasnya penyebaran makanan yang dihindari
bervariasi dari satu komunitas ke komunitas yang lain. Food Taboo
secara medis adalah pantangan mengonsumsi makanan yang sudah
dibenarkan keberadaannya berdasarkan ilmu dan penelitian. Namun food
taboo biasanya lebih sering ditemukan pada masyarakat di pedesaan
dengan pendidikan kurang daripada di antara masyarakat perkotaan
dengan pendidikan tinggi (Krystya, Sitoayu, Nuzrina, Ronitawati, &
Sa'pang, 2021).
Tabu makanan adalah suatu larangan dalam mengonsumsi makanan
tertentu karena ada beberapa ancaman atau hukum bagi orang yang
mengonsumsinya. Dalam ancaman ini, terdapat kekuatan supranatural
dan mistik yang akan menghukum mereka yang melanggar aturan ini
atau tabu (Sukandar, 2017).
Pantangan makanan adalah bagian dari kepercayaan dan praktik
budaya. Sementara itu, masyarakat mewariskan pantangan makanan dari
satu generasi ke generasi berikutnya. Proses ini bersamaan dengan
pewarisan pewarisan unsur budaya lainnya. Proses pewarisan
kepercayaan terkait pantangan makanan antar generasi ini menjelaskan
konsistensi pantangan makan yang berlaku pada beberapa suku (Laksono
& Wulandari, 2021)
2. Jenis Food Taboo
Pantangan makan (food taboo) terkait fungsi makanan dihubungkan
dengan larangan untuk mengonsumsi jenis makanan tertentu, karena
terdapat ancaman hukuman terhadap barang siapa yang melanggarnya.
Suatu makanan dianggap tabu karena makanan tersebut merupakan
makanan asing di masyarakat. Tabu dengan alasan makanan tersebut
tidak higienis atau tidak bersih, comtohnya (Noor, Panghiyangani, &
Husaini, 2020) :
a. Pantangan berdasarkan agama atau kepercayaan absolut yang tidak
bisa ditawarkan lagi, misalnya memakan babi
b. Pantangan yang tidak berdasarkan agama atau kepercayaan serta
masih bisa diubah bila diperlukan, misalnya konsumsi nanas
Ibu yang tengah hamil atau ibu yang sedang menyusui dan anak-
anak usia di bawah lima tahun hampir tidak pernah mengonsumsi daging
ayam dan telur. Perilaku tidak mengonsumsi ayam dan telur disini tidak
karena pengehatan diri, tetapi karena adanya kepercayaan bahwa telur
adalah makan pantangan bagi bumil, busui dan balita. Bayi dan anak
tidak diberikan daging, ikan, telur dan makan yang dimasak dengan
santan dan kelapa parut, sebab dipercaya akan menyebabkan cacingan,
sakit perut dan sakit mata. Bagi gadis dilarang makan buah papaya, nanas
dan jenis pisang tertentu karena ada hubungan yang erat dengan siklus
masa haid, hubungan kelamin dan reproduksi (Noor, Panghiyangani, &
Husaini, 2020).
Berikut beberapa tabu makan bagi ibu hamil (Noor, Panghiyangani,
& Husaini, 2020) :
No. Makanan Tabu Alasan
1. Daun melinjo Sulit melahirkan, darah bau, gatal,
ketiduran
2. Lele Darah bau
3. Udang Darah bau dan sulit melahirkan
4. Tebu Sakit perut, pendarahan, sulit
melahirkan
5. Es Kandungan besar
6. Nanas Keguguran
7. Gula merah Pendarahan
8. Jengkol Darah bau
9. Bakso Kandungan besar
10. Belut Darah bau
11. Keluwih Bisa meninggal
12. Petai Darah bau
13. Sukun/keluwih Sakit perut
14. Pisang ambon Melahirkan susah, lahir besar
15. Bogo Darah bau
16. Ikan belut Perut ibu sakit
17. Ikan gabus Anak suka menangis
18. Kerak Darah bau
19. Kulur Anak sakit
20. Mentimun Muntaber
21. Tawon Anak galak
22. Ulat Anak galak
23. Es Anak dilahirkan besar dan sakit
24. Pisang kembar Anak dilahirkan besar dan sakit
25. Kelapa muda Anak dilahirkan besar dan sakit
26. Air kelapa Anak dilahirkan besar
27. Nanas muda Keguguran
28. Ikan Anak dilahirkan besar dan sakit
29. Ikan tauman Ibu bisa sakit

3. Food Taboo di Indonesia


Indonesia memiliki banyak suku yang memiliki adat istiadat dan
kebudayaan yang berbeda dimana ini akan memberikan pengaruh pada
kehidupan sehari-harinya baik perlaku maupun kebiasaan sehari-hari
salah satunya adalah pantangan makan. Biasanya suatu makanan menjadi
tabu untuk dikonsumsi bagi golongan tertentu, seperti pada ibu hamil, ibu
menyusui, balita, perempuan dan laki-laki dewasa serta orang sakit.
Seperti halnya berbagai contoh di beberapa wilayah di Indonesia, ibu
hamil pantang mengonsumsi udang, ikan pari, cumi dan kepiting karena
dianggap dapat menyebabkan kaki anak mencengkram rahim ibu dan
sulit untuk dilahirkan. Masyarakat malayu memiliki kepercayaan bahwa
selama proses kehamilan, ibu hamil dilarang makan nanas dan juga tidak
boleh banyak minum es karena dikhawatirkan bayinya akan membesar
dalam rahim sehingga menyulitkan pada saat persalinan. Secara teoritis,
beberapa pantangan tersebut memang selaras dengan kesehatan seperti
mengonsumsi nanas yang dapat menyebabkan bayi keguguran. Namun,
disisi lain tabu makan justru mempengaruhi kesehatan individu
pengonsumsi terkait gizi tubuh (Sholihah, 2019).

B. Tinjauan Pustaka Tentang Suku Bajo


1. Pengertian Suku Bajo
suku bajo adalah sekelompok orang yang telah lama hidup bersama,
bermukim tidak jauh dari pantai dengan mata pencaharian utamanya
adalah mencari hasil laut yang jauh dari pemukiman mereka. Sebagian
besar masyarakat yang tinggal di pesisir pantai dan menggantungkan
kehidupan mereka dari hasil laut berupa ikan, udang dan rumput laut.
Suku bajo menggantungkan kehidupannya dari sumber daya kelautan.
(Herman & Anhusadar, 2022)
Suku bajo merupakan etnis asal asia tenggara yang memiliki
karakteristik kemaritiman cukup kental. Saat ini mereka tersebar di
beberapa wilayah perairan Sulawesi, Kalimantan Timur, Maluku, Nusa
Tenggara, hingga ke pantai timur sabah (Malaysia) dan Kepulauan Sulu
(Filipina). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti kata bajo
adalah suku bangsa yang berasal atau mendiami perairan sulawesi. Arti
lainnya dari bajo adalah bahasa yang dituturkan oleh suku bajo.
2. Tradisi Suku Bajo
Adapun upacara peralihan yang masih hidup pada masyarakat bajo
adalah sebagai berikut (Abdullah, 2013) :
a. Upacara saat mengandung (sangkine) dilaksanakan sewaktu hamil
muda dan usia kandungan sekitar dua atau tiga bulan, karena masa
itu dianggap masa yang kritis bagi ibu-ibu yang hamil, maka dengan
melaksanakan acara tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi
keguguran atau kesakitan dengan cara memelihara diri dari segala
pengaruh buruk baik yang sifatnya fisiplogis maupun yang sifatnya
psikologis.
b. Upacara kelahiran (companiga) sesaat ibu merasa bayinya akan lahir,
maka segera dipasang tenda yang terbuat dari kain di atas tempat
tidurnya. Lalu setelah bayi lahir, maka memanik yang dipakai
sewaktu upacara hamil, segera dilepas kemudian digantung pada
tenda. Setelah tali pusar dipotong, bayi terus dimandikan dengan air
laut sebagai berkenalan pertama dengan laut, sembari berdoa.
Kemudian ari atau plasentanya diramu dengan garam, asam camba
dan sebagainya baru dibungkus dengan kain putih, lalu dimasukkan
dalam tempurung kelapa untuk dihanyutkan di laut.

C. Penelitian Terdahulu
No Nama Tahun Judul Metode Hasil
.
1. Agung 2021 Pantangan Menggunakan Pantangan
Dwi makan desain study makan berlaku
Laksono, pada suku kasus untuk khusus bagi
Ratna Dwi muyu di mengekspolor semua
Wulandari Papua asi tabu masyarakat suku
makanan pada muyu. Orang
suku Muyu di muyu
Papua memaksudkan
pantangan
makanan bagi
perempuan
seringkali karena
kondisi hamil
dan menyusui.
Makanan
pantangan bagi
ibu hamil sering
dikaitkan dengan
janin dalam
kandungan.
2. Siti Nurul 2019 Perilaku Menggunakan Masih ditemukan
Huda, berpantan pendekatan sejumlah bahan
Martha g makan kulaitatif makanan yang
Irene pada ibu dengan dipantang oleh
Kartasurya hamil pengambilan ibu hamil dengan
, Sulistiani suku sampel secara alasan untuk
Dayak di Purposive kesehatan ibu
Kabupate sampling dan dan bayinya
n Sintang analisis data walaupun
Kalimanta menggunakan makanan yang
n Barat analysis dipantang
content tersebut bertolak
belakang dengan
prinsip ilmu gizi
3. Santi I 2020 Food Merupakan Usia ibu hamil
Putri, taboo penelitian tidak memiliki
Yefta, with analitik kolerasi dengan
Astri socioecon observasional budaya pantang
Yunita omic dengan desain makan. Sehingga
status studi cross meskipun
during sectional. semakin
pregnancy Pengambilan bertambah usia
in west sampel ibu hamil
Kalimanta menggunakan tersebut tidak
n, purpossive memiliki
Indonesia sampling keterkaitan
dengan budaya
pantang makan

D. Kerangka Teori

PREDISPOSISI PENGUAT

- Pengetahuan - Dukungan
- Sikap keluarga
PEMUNGKIN
- Tindakan - Dukungan
- Tradisi - Sarana dan petugas kesehatan
- Kepercayaan prasarana - Dukungan tokoh
- Budaya masyarakat

BUDAYA PANTANG
MAKAN (FOOD
TABOO)

Sumber : teori perilaku Lawrence Green (1980)


E. Kerangka Konsep

BUDAYA PANTANG
PENGETAHUAN MAKAN (FOOD
TABOO)

Ket :

= Variabel Independen

= Variabel Dependen
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, H. (2013). Suku Bajo di Kabupaten Bone. Watampone: Lukman Al-


Hakim Press.
Herman, H., & Anhusadar, L. (2022). Pendidikan Islam Anak Suku Bajo:
Penelitian Lapangan pada Suku Bajo. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini,
2665-2676.
Huda, S. N., Kartasurya, M. I., & Sulistiyani. (2019). Perilaku Berpantang Makan
pada Ibu Hamil Suku Dayak di Kabupaten Sintang Kalimantan Barat.
Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia, 191-197.
Krystya, A. M., Sitoayu, L., Nuzrina, R., Ronitawati, P., & Sa'pang, M. (2021).
Perilaku Food Taboo pada Ibu Hamil dan Faktor yang Mempengaruhinya
di Puskesmas Pamarayan Kabupaten Serang, Banten. Jurnal Ekologi
Kesehatan, 139-151.
Laksono, A. D., & Wulandari, R. D. (2021). Pantangan Makan pada Suku Muyu
di Papua. 251-259.
Noor, M. S., Panghiyangani, R., & Husaini. (2020). Aspek Sosial Pangan dan
Gizi. Yogyakarta: CV Mine.
Putri, S. I., Yefta, & Yunita, A. (2020). Food taboo with socioeconomic status
during pregnancy in west Kalimantan, Indonesia. Public Health Science
Journal, 219-231.
Sholihah, A. (2019). Kajian Etnobiologi Makanan Tabu pada Masyarakat Suku
Madura, Jawa, dan Pendalungan di Kabupaten Jember Serta
Pemanfaatannya sebagai Buku Ilmiah Populer. 95-100.
Sukandar, D. (2017). Makanan Tabu di Barito Kuala Kalimantan Selatan. Jurnal
Gizi dan Pangan, 44-48.

Anda mungkin juga menyukai