Anda di halaman 1dari 5

2.3 .

3 Sosial Budaya (Pantangan Makanan)

1. Pantangan dan Tabu Makanan

Secara umum, tabu melarang seseorang dari melakukan sesuatu, misalnya, membunuh hewan

tertentu, mengkonsumsi makanan tertentu, makan pada waktu-waktu tertentu. Tabu mewakili

aturan sosial tidak tertulis yang mengatur perilaku manusia dan ditentukan dalam kelompok.

Menurut Barfield mungkin ada sebanyak 300 alasan khusus tabu (seperti tidak suka terhadap

makanan tersebut, mitos atau sejarah terhadap makanan tertentu, makanan tertentu dianggap

kotor, seperti predator, seperti manusia, dan sebagainya) yang dapat membatasi asupan gizi

dan berdampak pada wanita yang merupakan kelompok yang berisiko terhadap masalah gizi

terutama pada periode reproduksinya.(30)

Pantangan atau tabu merupakan suatu larangan untuk mengkonsumsi jenis makanan tertentu

karena terdapat ancaman bahaya terhadap yang melanggarnya. Dalam ancaman bahaya

tersebut terdapat kesan magis yaitu adanya kekuatan yang akan menghukum orang-orang

yang melanggar pantangan. Pantangan tersebut diwariskan dari leluhur melalui orang tua

secara terus menerus hingga generasi yang akan datang. Seseorang yang menganut suatu

pantangan biasanya memiliki kepercayaan bahwa bila pantangan tersebut dilanggar akan

memberikan kerugian. Pada kondisi kelaparan, masyarakat yang cenderung memilih tidak

makan dibanding harus mengkonsumsi makanan tersedia yang menjadi suatu pantangan.

Pada kenyataannya hukuman ini tidak selalu terjadi bahkan seringkali tidak terjadi.(31)

2. Faktor yang Mempengaruhi Tabu Makanan

Pilihan makanan selama kehamilan dan menyusui dipengaruhi oleh berbagai macam faktor.

Faktor internal, seperti keinginan dan keengganan, memainkan peran penting terutama pada

masa kehamilan trimester pertama, faktor lingkungan seperti budaya, praktik dan
kepercayaan makanan sering kali menentukan jenis makanan yang dimakan selama

kehamilan dan laktasi. Praktik makanan tradisional seperti itu membuat bayi cenderung

menyukai sesuai karakteristik budaya dan wilayah geografis ibu.(32)

Beberapa alasan pantangan atau tabu makanan antara lain karena khawatir terjadi keracunan,

tidak biasa mengkonsumsi makanan tersebut, takut mandul, kebiasaan pribadi, khawatir

terhadap suatu penyakit, larangan agama, hewan yang disucikan oleh adat atau budaya,

terkait dengan kebersihan dan kesehatan, serta pembatasan makanan hewani. Klasifikasi tabu

menurut Garine dibagi menjaddi dua yaitu sebagai berikut :

a. Tabu menurut waktu

Digolongkan menjadi dua yaitu bersifat permanen dan sementara. Tabu makanan yang

bersifat permanen berdasar agama atau kepercayaan. Pantangan atau tabu yang

berdasarkan larangan agama atau kepercayaan bersifat absolut (tidak dapat diubah),

contohnya konsumsi babi diharamkan bagi umat muslim, daging sapi dilarang

dikonsumsi bagi penganut agama Hindhu. Makanan tabu berdasar keyakinan memiliki

alasan yang berhubungan dengan kesehatan. Tabu makanan yang bersifat sementara

masih dapat diubah atau bahkan dihilangkan jika diperlukan, contohnya dilarang

mengonsumsi makanan tertentu pada kondisi hamil atau menyusui.

b. Tabu menurut kelompok orang

Digolongkan menjadi empat yaitu tabu untuk masyarakat tertentu, seluruh masyarakat,

pria atau wanita, dan tingkat sosial tertentu. Tabu untuk ibu hamil misalnya dilarang

mengkonsumsi ikan lele, udang, telur, dan nanas. Pria hanya memiliki sedikit tabu

makanan namun tabu makanan bagi pria menjadi ekspresi dari dominasi kaum pria atau
perbedaan keterampilan antara kedua jenis kelamin, contohnya di Senegal karena alasan

egois pria menyatakan bahwa produk olahan unggas tabu bagi wanita dan anak.

3. Tabu Makanan pada Ibu Hamil di Indonesia

Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan tradisi dan budaya. Ibu hamil di Suku

Tengger Ngadas memiliki pantangan makanan yang terdiri dari kelompok buah-buahan,

kelompok makanan laut, kelompok sayuran, kelompok makanan yang dianggap panas, dan

kelompok makanan yang dianggap tidak lazim seperti makanan dempet atau kembar. Alasan

tabu makanan di Tengger Ngadas terjadi karena pendekatan secara simbolis, fungsional, dan

nilai keagamaan.(33)

Tabel 2.1. Alasan yang Mendasari Pantangan Makan pada Ibu Hamil

Jenis Makanan Alasan


Buah melodi Menyebabkan darah rendah
Kesulitan saat melahirkan, menyebabkan kulit
anak yang dilahirkan menjadi kasar, buahnya
Salak kembar atau dempet
Menyebabkan keguguran dan mempunyai
Mangga kweni atau poh pewangi yang berbahaya bagi kehamilan
Mempunyai pewangi yang berbahaya bagi
Durian kehamilan
Ikan pari Anak akan lahir lumpuh
Cumi-cumi, Udang dan Menyebabkan kaki anak mencengkram rahim
Kepiting dan mepersulit proses kelahiran
Telur Membuat bayi mengeluarkan bayi tidak sedap
Pada saat melahirkan bayi menjadi bauk amis
Ikan dan kulit bayi tidak bersih
Makanan dempet (pisang Tidak ilok (pamali), dapat menyebabkan petaka
dempet dan telur yang kuning pada anak yang dilahirkan nanti
telurnya dua)
Jenis Makanan Alasan
Makanan panas (cabai, merica, Menyebabkan panas pada janin dan dapat
tapai, durian, dan nanas) menyebabkan keguguran
Merupakan pengapesan wanita dan dapat
Bandeng menyebabkan keguguran
Kumisnya dapat menyebabkan kesulitan saat
Lele melahirkan
Anak menjadi lahir besar sehingga mempersulit
Es proses kelahiran
Makanan asam seperti buah Setelah ibu melahirkan nanti air susu ibu akan
jeruk lemon, nenas, mangga asam, dan anak menjadi diare
muda

Kol dan kubis Kandungan gizinya sudah tidak baik karena


adanya kontaminasi dengan zat kimia
(pestisida)
Babi Larangan agama Islam
Vegetarianisme (ikan, daging, Nilai saling mengasihi sesama makhluk hidup
dan bawang putih)

Kearifan tradisional pada banyak budaya yang berhubungan dengan apa yang dikonsumsi

wanita ketika hamil atau menyusui dapat memilifi efek dalam jangka waktu lama pada anaknya.

Tradisi makanan ini menjaga ibu dan anak dari mortalitas tinggi pada periode kehamilan dan

setelah melahirkan. Walaupun hanya terdapat sedikit bukti ilmiah yang mendukung pernyataan

di atas namun praktik ini berlanjut dari generasi ke generasi karena tradisi ini sudah mengakar

dalam kepercayaan tradisional dan agama. Beberapa tabu dan kepercayaan makanan yang ada di

Indonesia diantaranya ibu hamil dilarang mengkonsumsi daging oleh Nenek Moyang karena

mereka percaya bahwa karakteristik tingkah laku hewan yang dikonsumsi akan berdampak pada

janin.(32)

Beberapa tabu makanan pada ibu hamil di Sumatera antara lain tidak boleh

mengkonsumsi ikan dan hewan buruan seperti rusa karena menimbulkan sawan / convulsion
serta membahayakan bayi, tidak makan kelapa dan kol dianggap menyulitkan persalainan,

menghindari pisang dempet karena dianggap menyebabkan bayi kembar dempet. (34)

4. Risiko Tabu dan Mitos Makanan pada Ibu Hamil

Beberapa penelitian di dunia menemukan bahwa ibu hamil merupakan kelompok risiko

tinggi mengalami gizi kurang karena tabu makanan. Di beberapa wilayah Indonesia ibu hamil

memiliki pantangan mengonsumsi udang, ikan pari, cumi, dan kepiting karena dianggap dapat

menyebabkan kaki anak mencengkeram rahim ibu dan mempersulit proses kelahiran anak.

Tabu makanan dapat meningkatkan risiko defisiensi protein, lemak, vitamin A, kalsium, dan

zat besi pada ibu hamil. Selain itu, risiko kekurangan zat gizi diperparah dengan peningkatan

kebutuhan gizi pada masa kehamilan. Jika tabu makanan bersifat sangat ketat maka risiko

defisiensi zat gizi semakin parah dan berdampak tidak hanya pada ibu hamil tetapi juga pada

bayi yang dilahirkan. Tabu makanan di India dapat meningkatkan risiko defisiensi zat gizi seperti

protein hewani, lemak, vitamin A, kalsium, dan zat besi pada ibu hamil. (33)

Asupan makanan dan zat gizi ibu selama kehamilan sangat penting bagi kondisi bayi yang

akan dilahirkan. Tabu makanan diidentifikasi sebagai salah satu faktor yang berkontribusi pada

kekurangan gizi ibu dalam kehamilan.(35)

Anda mungkin juga menyukai