Secara umum, tabu melarang seseorang dari melakukan sesuatu, misalnya, membunuh hewan
tertentu, mengkonsumsi makanan tertentu, makan pada waktu-waktu tertentu. Tabu mewakili
aturan sosial tidak tertulis yang mengatur perilaku manusia dan ditentukan dalam kelompok.
Menurut Barfield mungkin ada sebanyak 300 alasan khusus tabu (seperti tidak suka terhadap
makanan tersebut, mitos atau sejarah terhadap makanan tertentu, makanan tertentu dianggap
kotor, seperti predator, seperti manusia, dan sebagainya) yang dapat membatasi asupan gizi
dan berdampak pada wanita yang merupakan kelompok yang berisiko terhadap masalah gizi
Pantangan atau tabu merupakan suatu larangan untuk mengkonsumsi jenis makanan tertentu
karena terdapat ancaman bahaya terhadap yang melanggarnya. Dalam ancaman bahaya
tersebut terdapat kesan magis yaitu adanya kekuatan yang akan menghukum orang-orang
yang melanggar pantangan. Pantangan tersebut diwariskan dari leluhur melalui orang tua
secara terus menerus hingga generasi yang akan datang. Seseorang yang menganut suatu
pantangan biasanya memiliki kepercayaan bahwa bila pantangan tersebut dilanggar akan
memberikan kerugian. Pada kondisi kelaparan, masyarakat yang cenderung memilih tidak
makan dibanding harus mengkonsumsi makanan tersedia yang menjadi suatu pantangan.
Pada kenyataannya hukuman ini tidak selalu terjadi bahkan seringkali tidak terjadi.(31)
Pilihan makanan selama kehamilan dan menyusui dipengaruhi oleh berbagai macam faktor.
Faktor internal, seperti keinginan dan keengganan, memainkan peran penting terutama pada
masa kehamilan trimester pertama, faktor lingkungan seperti budaya, praktik dan
kepercayaan makanan sering kali menentukan jenis makanan yang dimakan selama
kehamilan dan laktasi. Praktik makanan tradisional seperti itu membuat bayi cenderung
Beberapa alasan pantangan atau tabu makanan antara lain karena khawatir terjadi keracunan,
tidak biasa mengkonsumsi makanan tersebut, takut mandul, kebiasaan pribadi, khawatir
terhadap suatu penyakit, larangan agama, hewan yang disucikan oleh adat atau budaya,
terkait dengan kebersihan dan kesehatan, serta pembatasan makanan hewani. Klasifikasi tabu
Digolongkan menjadi dua yaitu bersifat permanen dan sementara. Tabu makanan yang
bersifat permanen berdasar agama atau kepercayaan. Pantangan atau tabu yang
berdasarkan larangan agama atau kepercayaan bersifat absolut (tidak dapat diubah),
contohnya konsumsi babi diharamkan bagi umat muslim, daging sapi dilarang
dikonsumsi bagi penganut agama Hindhu. Makanan tabu berdasar keyakinan memiliki
alasan yang berhubungan dengan kesehatan. Tabu makanan yang bersifat sementara
masih dapat diubah atau bahkan dihilangkan jika diperlukan, contohnya dilarang
Digolongkan menjadi empat yaitu tabu untuk masyarakat tertentu, seluruh masyarakat,
pria atau wanita, dan tingkat sosial tertentu. Tabu untuk ibu hamil misalnya dilarang
mengkonsumsi ikan lele, udang, telur, dan nanas. Pria hanya memiliki sedikit tabu
makanan namun tabu makanan bagi pria menjadi ekspresi dari dominasi kaum pria atau
perbedaan keterampilan antara kedua jenis kelamin, contohnya di Senegal karena alasan
egois pria menyatakan bahwa produk olahan unggas tabu bagi wanita dan anak.
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan tradisi dan budaya. Ibu hamil di Suku
Tengger Ngadas memiliki pantangan makanan yang terdiri dari kelompok buah-buahan,
kelompok makanan laut, kelompok sayuran, kelompok makanan yang dianggap panas, dan
kelompok makanan yang dianggap tidak lazim seperti makanan dempet atau kembar. Alasan
tabu makanan di Tengger Ngadas terjadi karena pendekatan secara simbolis, fungsional, dan
nilai keagamaan.(33)
Tabel 2.1. Alasan yang Mendasari Pantangan Makan pada Ibu Hamil
Kearifan tradisional pada banyak budaya yang berhubungan dengan apa yang dikonsumsi
wanita ketika hamil atau menyusui dapat memilifi efek dalam jangka waktu lama pada anaknya.
Tradisi makanan ini menjaga ibu dan anak dari mortalitas tinggi pada periode kehamilan dan
setelah melahirkan. Walaupun hanya terdapat sedikit bukti ilmiah yang mendukung pernyataan
di atas namun praktik ini berlanjut dari generasi ke generasi karena tradisi ini sudah mengakar
dalam kepercayaan tradisional dan agama. Beberapa tabu dan kepercayaan makanan yang ada di
Indonesia diantaranya ibu hamil dilarang mengkonsumsi daging oleh Nenek Moyang karena
mereka percaya bahwa karakteristik tingkah laku hewan yang dikonsumsi akan berdampak pada
janin.(32)
Beberapa tabu makanan pada ibu hamil di Sumatera antara lain tidak boleh
mengkonsumsi ikan dan hewan buruan seperti rusa karena menimbulkan sawan / convulsion
serta membahayakan bayi, tidak makan kelapa dan kol dianggap menyulitkan persalainan,
menghindari pisang dempet karena dianggap menyebabkan bayi kembar dempet. (34)
Beberapa penelitian di dunia menemukan bahwa ibu hamil merupakan kelompok risiko
tinggi mengalami gizi kurang karena tabu makanan. Di beberapa wilayah Indonesia ibu hamil
memiliki pantangan mengonsumsi udang, ikan pari, cumi, dan kepiting karena dianggap dapat
menyebabkan kaki anak mencengkeram rahim ibu dan mempersulit proses kelahiran anak.
Tabu makanan dapat meningkatkan risiko defisiensi protein, lemak, vitamin A, kalsium, dan
zat besi pada ibu hamil. Selain itu, risiko kekurangan zat gizi diperparah dengan peningkatan
kebutuhan gizi pada masa kehamilan. Jika tabu makanan bersifat sangat ketat maka risiko
defisiensi zat gizi semakin parah dan berdampak tidak hanya pada ibu hamil tetapi juga pada
bayi yang dilahirkan. Tabu makanan di India dapat meningkatkan risiko defisiensi zat gizi seperti
protein hewani, lemak, vitamin A, kalsium, dan zat besi pada ibu hamil. (33)
Asupan makanan dan zat gizi ibu selama kehamilan sangat penting bagi kondisi bayi yang
akan dilahirkan. Tabu makanan diidentifikasi sebagai salah satu faktor yang berkontribusi pada