Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah gizi yang kurang saat ini masih tersebar luas dinegara-negara berkembang, termasuk
Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya
manusia (SDM) yang berkualitas. Kekurangan gizi dapat merusak kualitas SDM. Penyuluhan
gizi secara luas perlu digerakan bagi masyarakat guna perubahan prilaku untuk meningkatkan
keadaan gizinya.Kualitas gizi di Indonesia Sangat memprihatinkan, hal ini dapat dilihat dari
rendahnya nilai gizi masyarakat, banyak gizi buruk, busung lapar di daerah-daerah karena
tingginya tingkat kemiskinan. Kondisi tersebut sangat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti
faktor ekonomi, sosial budaya, kebiasaan dan kesukaan. Kondisi kesehatan termasuk juga
pendidikan atau pengetahuan. Selain tingkat pengetahuan dan tingkat pendidikan masyarakat,
banyak faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang, baik faktor individu, keluarga
maupun masyarakat Indonesia adalah bangsa yang memiliki keanekaragaman budaya yang
terbentang dari sabang sampai merauke dengan latar belakang dari etnis,suku dan tata
kehidupan sosial yang berbeda satu dengan yang lainnya hal ini telah memberikan suatu
formulasi struktur sosial masyarakat yang turut memenuhi menu makanan maupun pola
makanan. Banyak sekali penemuan para ahli sosiologi dan ahli gizi menyatakan bahwa faktor
budaya sangat berperan terhadap proses terjadinya kebiasaan makanan dan bentuk makanan
itu sendiri, sehingga tidak jarang menimbulkan berbagai masalah gizi apabila faktor makanan
itu tidak diperhatikan baik oleh kita yang mengkonsumsi.

1.2 Rumusan Masalah

1.Bagaimana hubungan budaya dengan gizi ?

2.Apakah pengaruh budaya terhadap gizi berdampak buruk bagi kesehatan ?

1.3 Tujuan

1. Agar masyarakat lebih mengetahui secara spesifik bagaimana budaya berpengaruh pada

gizi.
2. Agar masyarakat sadar bahwa tidak semua budaya baik bagi kesehatan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Budaya

Budaya dan kebudayaan adalah hasil dari Perbuatan sehari-hari yang kemudian tumbuh
menjadi kebiasaan. Secara ringkas, budaya terdiri dari dua suku kata yakni budi dan daya
(akal). Dalam bahasa inggris disebut culture yang berarti segala upaya dan kegiatan manusia
untuk mengelolah alam. Secara definiti, hakikat budaya memang kompleks karena mencakup
ideologi, kepercayaan, moral, hukum, adat dan lain sebaginya.

Ketika budaya tumbuh pada sebuah komunitas masyarakat, maka masing-masing anggota
masyarakan wajib memelihara budaya tersebut agar identitasnya tak luntur.

2.2 Sifat Budaya

Berikut ini adalah beberapa hal yang merupakan sifat kebudayaan.

• Terjadi karena perubahan perilaku kebiasaan (habit) manusia.

• Cenderung berkembaang dalam setiap zaman.

• Tradisi tertentu masih perlu melakukan ritual tertentu karena mengan manusia, menganggap
ada kekuatan lebih besar selain dari manusia, yakni tuhan.

• Kebudayaan seperti musik cenderung abadi. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya
langgam-langgam lawas yang dirilis ulang.

• Hukum dan budaya menghadapi persoalan yang serius. Hal ini sering terjadi ketika
penentuan tanah berdasarkan hukum adat dan undang-undang agraria negara.

2.3 Hakikat Gizi

Istilah gizi berasal dari bahasa Arab “Giza“ yang berarti zat makanan, dalam bahasa Inggris
dikenal dengan istilah nutrition yang berarti bahan makanan atau zat gizi. Lebih luas diartikan
sebagai suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal
melalui proses pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan
pengeluaran zat gizi untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal
organ tubuh serta untuk menghasilkan tenaga.

2
2.4 Fungsi dari Gizi

Gizi memiliki beberapa fungsi yang berperan dalam kesehatan tubuh makhluk hidup, yaitu:

1. Memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan/perkembangan serta mengganti jaringan


tubuh yang rusak

2. Memperoleh energi guna melakukan kegiatan sehari-hari

3. Mengatur metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan air, mineral dan cairan tubuh
yang lain

4. Berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit (protein)

2.5 Status Gizi

Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang
diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai
status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien.

2.6 Hubungan Budaya dan Gizi

Malnutrisi erat kaitannya dengan kemiskinan dan kebodohan serta adanya faktor budaya yang
memengaruhi pemberian makanan tertentu. Banyaknya penderita kekurangan gizi dan gizi
buruk di sejumlah wilayah di Tanah Air disebabkan ketidaktahuan akan pentingnya gizi
seimbang.

Faktor budaya sangat berperan penting dalam status gizi seseorang. Budaya memberi peranan
dan nilai yang berbeda terhadap pangan dan makanan.Misalnya tabu makanan yang masih
dijumpai di beberapa daerah. Tabu makanan yang merupakan bagian dari budaya
menganggap makanan makanan tertentu berbahaya karena alasan-alasan yang tidak logis. Hal
ini mengindikasikan masih rendahnya pemahaman gizi masyarakat dan oleh sebab itu perlu
berbagai upaya untuk memperbaikinya. Pantangan atau tabu adalah suatu larangan untuk
mengonsumsi suatu jenis makanan tertentu karena terdapat ancaman bahaya atau hukuman
terhadap yang melanggarnya. Dalam ancaman bahaya ini terdapat kesan magis yaitu adanya
kekuatan supernatural yang berbau mistik yang akan menghukum orang-orang yang
melanggar pantangan atau tabu tersebut.

3
Di Bogor masih ada yang percaya bahwa kepada bayi dan balita laki-laki tidak boleh
diberikan pisang ambon karena bisa menyebabkan alat kelamin/skrotumnya bengkak. Balita
perempuan tidak boleh makan pantat ayam karena nanti ketika mereka sudah menikah bisa
diduakan suami. Sementara di Indramayu, makanan gurih yang diberikan kepada bayi
dianggap membuat pertumbuhannya menjadi terhambat. Untuk balita perempuan, mereka
dilarang untuk makan nanas dan timun. Selain itu balita perempuan dan laki-laki juga tidak
boleh mengonsumsi ketan karena bisa menyebabkan anak menjadi cadel. Mereka
menganggap bahwa tekstur ketan yang lengket menyebabkan anak tidak bisa menyebutkan
aksara ‘r’ dengan benar.

MITOS IBU HAMIL :

 Ibu hamil tidak boleh makan pisang, nanas, dan mentimun

Mitos ini dipercaya oleh sebagian masyarakat di Jawa karena  bias mengakibatkan keputihan.
Bahkan mereka percaya bahwa nanas bisa menyebabkan keguguran (Dyahumi, 2010).

Fakta: Konsumsi pisang, nanas, dan mentimun justru disarankan karena kaya akan vitamin C
dan serat yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh dan melancarkan proses pembuangan
sisa-sisa pencernaan. Adapun keputihan tidak selalu membahayakan. Saat hamil maupun
melahirkan, adalah normal jika ibu mengalami keputihan. Kecuali jika keputihan tersebut
terinfeksi oleh bakteri, jamur, dan virus yang biasanya ditandai dengan keluhan gatal, bau
tidak sedap, dan warnanya kekuningan, kehijauan, atau kecoklatan.

 Mengonsumsi ikan laut, ikan asin, udang dan kepiting menyebabkan ASI menjadi asin

Di masyarakat Betawi, berlaku pantangan makan ikan laut, ikan asin, udang dan kepiting
karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin (Anonim,2009)

Fakta: Padahal, protein yang terkandung dalam ikan laut, ikan asin, udang dan kepiting dapat
meningkatkan kecerdasan otak si anak.

 Minum air es akan menyebabkan bayi besar

Sering minum es saat hamil menyebabkan bayi besar dan akan sulit lahir(Anonim,2009).

Fakta:  Bayi besar biasanya berhubungan dengan ibu hamil yang mempunyai penyakit
kencing manis. Jadi mungkin es ini diminum oleh ibu hamil yang memang dengan riwayat

4
penyakit kencing manis. Jadi bukan minum es lalu menyebabkan bayi besar karena air es
akan dikeluarkan oleh tubuh sebagai keringat atau air seni.

 Makanan pedas akan menyebabkan bayi lahir dengan bercak kulit kemerahan atau
berkulit lebih gelap.

Fakta: Warna kulit seseorang tidak ditentukan oleh makanan pedas, tapi faktor genetik dari
orang tuanya. Dan faktanya bahwa makan makanan pedas saat hamil, membuat rasa tak enak
di perut apalagi bila anda sedang mual, jadi bukan karena menyebabkan bercak kemerahan
pada kulit.

 Jeruk akan meningkatkan lendir pada bayi dan resiko kuning pada bayi baru lahir

Fakta: Jeruk adalah sumber vitamin C dan serat yang baik.

 Minum air kelapa dapat mempercepat persalinan dan menyuburkan rambut bayi

Fakta: Belum ada penelitan yang membuktikan mitos ini karena lancarnya persalinan
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Namun air kelapa muda memang berkhasiat untuk
menjadikan air ketuban putih dan bersih.

Sementara itu minum air kelapa muda atau hijau tidak berkaitan dengan rambut bayi. Lebat
tidaknya rambut bayi tidak ditentukan oleh minuman ataupun makanan tertentu yang
dikonsumsi Ibu selama hamil, melainkan karena faktor keturunan. Banyak lagi mitos
kehamilan lainnya yang terdapat dalam masyarakat kita. Ketika anda sedang hamil dan
mendapatkan berbagai nasihat atau pantangan, ingatlah untuk selalu mendapatkan fakta dan
kebenaran secara medis atau ilmiahnya. Anda dapat bertanya kepada dokter anda untuk
memastikannya sebelum anda hanya sekedar mengikutinya (Anonim,2009)

2.7 Dampak Pengaruh Budaya Terhadap Gizi Bagi Kesehatan

Pengaruh budaya terhadap gizi ada dampak buruk dan baiknya. Dampak buruk pengaruh
budaya terhadap gizi bagi kesehatan masyarakat adalah timbulnya masalah kekurangan gizi
dimasyarakat sekitar, karena masih banyak masyarakat yang mempercayai hal-hal tabu dalam
budaya mereka. Sehingga membuat apa yang seharusnya dibutuhkan oleh tubuh tidak
terpenuhi, yang menyebabkan timbulnya penyakit-penyakit gizi. Contohnya Akseptabilitas
(daya terima) Aseptabilitas menyangkut penerimaan atau penolakan terhadap makanan yang
terkait dengan cara memilih dan menyajikan pangan

5
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Faktor budaya sangat berperan penting dalam status gizi seseorang. Budaya memberi peranan
dan nilai yang berbeda terhadap pangan dan makanan. Tabu makanan yang merupakan
bagian dari budaya menganggap makanan makanan tertentu berbahaya karena alasan-alasan
yang tidak logis. Hal ini mengindikasikan masih rendahnya pemahaman gizi masyarakat dan
oleh sebab itu perlu berbagai upaya untuk memperbaikinya seperti penyuluhan gizi yang
sangat penting untuk dilakukan terus menerus untuk memperbaiki pengetahuan gizi dan
kebiasaan makan masyarakat. Dan juga harus meningkatkan kinerja kelembagaan penyuluhan
gizi seperti Posyandu yang harus perlu lebih diperkuat sehingga aktivitas penyuluhan tidak
terabaikan.

Anda mungkin juga menyukai