Makalah KLP Nifas Bu Rifzul 2
Makalah KLP Nifas Bu Rifzul 2
Dosen Pengampu:
Dr. Rifzul Maulina, S.ST.,M.Keb
Disusun Oleh:
1. Ikarina Ardian Wijayanti (226008)
2. Sonnia Ardelia Putri (226010)
3. Sintia Nur Anggraini (226089)
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“ANALISIS BUDAYA INDONESIA YANG MERUGIKAN IBU NIFAS” ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
Ibu Dr. Rifzul Maulina, S.ST.,M.Keb selaku dosen pada mata kuliah Asuhan
Kebidanan Nifas dan Menyusui prodi Sarjana Kebidanan di Institut Teknologi
Sains dan Kesehatan RS dr.Soepraoen Malang.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Rifzul Maulina,
S.ST.,M.Keb selaku dosen pada mata kuliah Asuhan Kebidanan Nifas dan
Menyusui yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuan nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini belum sempurna dan
banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca guna menyempurnakan segala kekurangan
dalam penyusunan makalah ini. Akhir kata, penulis berharap semoga makalah
ini dapat berguna bagi para pembaca dan pihak pihak lain yang berkepentingan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui pengertian tentang nifas pada ibu hamil serta budaya nifas di negara
Indonesia.
1.4 Manfaat
Dapat digunakan sebagai masukan dalam pengembangan ilmu keperawatan tentang
gambaran asuhan keperawatan pada ibu nifas dengan budaya di daerah nya. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan untuk meningkatkan
pengetahuan tentang nifas pada ibu post partum.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Aspek adalah suatu hal yang mendasar. Budaya atau kebudayaan berasal dari
bahasa sanserketa yaitu buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi
(budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia. Dalam bahasa inggris kebudayaan disebut culture yang bersal dari kata
latin colere yaitu mengolah atau mengerjakan bisa diartikan juga sebagai mengolah
tanah atau bertani. Sosial berarti kata society berasal dari bahasa latin societas
yang berarti hubungan persahabatan yang lain. Societas diturunkan dari katasocius
yang berarti teman sehingga arti society berhubungan erat dengan kata sosial. Jadi
sosial mengandung makna bahwa setiap anggotanya mempunyai perhatian dan
kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan bersama.
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulih nya
kembali alat kandungan yang lama nya enam minggu. Jadi arti keseluruhan dari
aspek sosial budaya pada masa nifas adalah suatu hal yang berkaitan dengan budi
dan akal manusia untuk mencapai tujuan bersama pada masa sesudah persalinan.
2.3 Aspek social budaya pada masa nifas pada daerah yang lain:
1. Harus pakai sandal kemanapun ibu nifas pergi, selama 40 hari.
2. Harus memakai Stagen /udet/ centing.
3. Minum jamu, agar rahim cepat kembali seperti semula.
4. Pakai lulur param kocok keseluruh badan, biar capek pada badan nya cepat
hilang.
5. Tidak boleh bicara dengan keras keras
6. Tiap pagi harus mandi keramas, biar badannya cepat segar dan peredaran darah
lancar.
7. Kalau tidur atau duduk kaki harus lurus. Tidak boleh ditekuk atau posisi miring,
hal itu dapat mempengaruhi posisi tulang, dikarenakan tulang ibu nifas seperti
bayi baru melahirkan atau mudah terken Varises.
8. Harus banyak makanan yang bergizi atau yang mengandung sayur-sayuran.
9. Tidak usah memakai perhiasan, karena dapat mengganggu aktifitas Bayi.
Begitupun yang terjadi di kecamatan Jambo Aye kabupaten Aceh utara tepatnya di
daerah Tirupati. Andhra Pradesh meneliti sebanyak 100 orang ibu post partum. Dari hasil
penelitian nya di dapatkan banyak kepercayaan dan keyakinan budaya perawatan ibu post
partum, di antaranya pembatasan asupan cairan, makanan di batasi dan hanya boleh makan
sayur-sayuran, tidak boleh mandi, diet makanan, tidak boleh keluar rumah, menggunakan
alas kaki, menggunakan gurita, tidak boleh tidur di siang hari bahkan mereka meyakini
kolustrum tidak baik untuk anak. (Bhvaneswari, 2013).
Budaya masyarakat Aceh dalam melakukan perawatan masa nifas seperti pantangan
untuk meninggalkan rumah selama 44 hari, disuruh berbaring pada suatu pembaringan yang
ditinggikan yang dasar nya diberi batu bata panas, kakinya telentang dan dirapatkan, lengan
nya tidak boleh diangkat di atas kepala serta ibunya menjaga nya, seraya mengawasi supaya
perempuan nifas tersebut tetap mengikuti petunjuk mengenai posisi kaki dan cara berbaring
sekali-sekali harus dirubah supaya seluruh badan wanita dihangatkan.
Penghangatan badan di mulai pada hari sesudah melahirkan dan berlangsung sekurang-
kurang nya 20 hari dan paling lama 44 hari. Ibu yang baru melahirkan mandi nya dibatasi
agar berkeringat, karena bila ibu postpartum berkeringat dianggap baik untuk proses
pengeringan luka-luka jalan lahir. Berdasarkan hasil pengamatan yang lakukan di Kecamatan
Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara, perawatan yang diberikan paska melahirkan di
antara masa nifas nya. Masyarakat masih mempercayai adanya beberapa pantangan
makanan bagi ibu nifas, setelah melahirkan ibu di mandikan dengan ie boh kruet (jeruk
perut), diberikan ramuan daun-daunan, di letakkan batu panas di perut di peumadeung
(disale), seluruh tubuh ibu di urut, di bagian muka dan badan ibu di beri bedak dingin dan
obat- obatan ramuan, ibu tidak boleh keluar rumah selama 40 hari dan masih banyak
perawatan lainnya yang di berikan setelah melahirkan. Hal tersebut di latar belakangi oleh
nilai, adat istiadat, kepercayaan dan sikap dari masyarakat yang menjadi faktor budaya
dalam perawatan ibu nifas.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dari manfaat perawatan nifas yang dilakukan partisipan didapatkan
bahwa hal ini memberikan dampak positif bagi para partisipan untuk menjalankan budaya
perawatan nifas. Banyak manfaat yang mereka dapatkan di antaranya tubuh terasa nyaman,
tampak singset, kulit menjadi lebih putih, peranakanpun cepat membaik dan salah satu hal yang
terpenting adalah dapat mengatur jarak kehamilan Dalam penelitian ini, didapatkan adat istiadat
dari daerah setempat tidak bisa dipisahkan dari budaya perawatan nifas, karena dimanapun
mereka berada akan ada adat istiadat tersendiri dari daerah tersebut, yang tanpa terkecuali
semua masyarakat juga mengikuti hal-hal tersebut karena bagi mereka itu harus dilakukan.
3.2 Saran
1. Bagi Penulis
Penulis diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan tentang konsep
sehat sakit menurut islam
2. Bagi Institut
Institut diharapkan dapat menyediakan lebih banyak literatur yang lengkap dan terbaru
khususnya 5 tahun terakhir serta beberapa jurnal penelitian terbaru agar mahasiswa
bisa membaca dan menambah wawasannya baik dalam materi ini
3. Bagi Pembaca
Pembaca diharapkan mendapat ilmu dan memberikan saran kepada penulis agar dapat
menjadi lebih baik untuk penulisan makalah
Daftar Pustaka
Anderson, E.T & McFarlene, J. (2006) Buku ajar keperawatan komunitas teori dan praktek ed-3.
(Yudha, E.K, Terjemahan). Jakarta: EGC
Sri, Mudatsir, Hasballah/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2017) 5:1 49 Deri, F. (2009): Kajian Konsumsi
Makanan Tradisi Badapu Dan Status Gizi Ibu Nifas Di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil.
Dibuka Pada Situs http://repository.usu.ac.id/handle/12345 6789/6953
New York: Chapman & Hall Iqbal, W. M., Nurul, C.,Iga, M. (2012). Ilmu sosial budaya dasar
kebidanan. Jakarta: EGC
KEMENKES.R.I. (2014), Profil kesehatan Indonesia tahun 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia
Masbukin, I. (2006). Persiapan menghadapi persalinan. Yogyakarta: Mitra Pustaka
Prawirohardjo, (2006). Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarah, M . , & Yvette D, M. (2015). Perceived safety, quality and cultural competency of
maternity care for culturally and linguistically diverse women in Queensland. J. Racial and Ethnic
Health Disparities(2016) 3:83–98
Suryawati, C. (2007). Faktor sosial budaya dalam praktik keperawatan kehamilan, persalinan,
dan pasca persalinan. (studi di kecamatan Bangsari, kabupaten Jepara. Diakses pada Jurnal
Promosi Kesehatan Indonesia Vol 2
Swasono, F, M. ( 2005). Kehamilan, kelahiran, perawatan ibu dan bayi dalam konteks budaya.
Jakarta : UIPress WHO. (2014). Media center: maternal mortality, Diakses dari
http://www.who.int/gho/maternal.he alth/en/
Wilson, C. (1980). Food ecology and culture. New York, London, Paris: Gordon and Breach
Science Publishers