Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENYAKIT DIARE PADA ANAK DAN BALITA


Makalah ini dibuat untuk memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Ilmu Kesehatan Anak

Oleh Dosen Pengampu:


Anik Sri Purwanti, SST., M. Keb

Oleh Kelompok 5 :
1. Ikarina Ardian Wijayanti 226008
2. Sonnia Ardelia Putri 226010
3. Yessa Rosyidah 226012
4. Wulan Rindiani Husain 226015
5. Zetiana Putri Finisha 226029
6. Diana Maulidia 226041
7. Amaliyyah Jazilla 226047
8. Ayunda Aprilia 226052
9. Deva Rosa Fernanda 216039

PROGAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN RS dr. SOEPRAOEN
BRAWIJAYA / MALANG
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “PENYAKIT DIARE
PADA ANAK DAN BALITA ” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu Anik Sri Purwanti, SST., M. Keb selaku
dosen pada Mata Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Prodi Sarjana Kebidanan di Institut Teknologi
Sains dan Kesehatan RS dr.Soepraoen Malang. Tidak lupa juga Shalawat serta salam kita
curahkan kepada junjungan Nabi Agung kita Nabi Muhammad SAW, yang telah
mengarahkan kami ke jalan yang penuh berkah.

Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu Anik Sri Purwanti, SST., M. Keb
selaku dosen pengampu Mata Kuliah Ilmu Kesehatan Anak yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini belum sempurna dan
banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca guna menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca dan
pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Malang, 27 Februari 2024

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... 1


DAFTAR ISI .................................................................................................... 2
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 4
1.1 Latar belakang ............................................................................................. 4
1.2 Rumusan masalah ....................................................................................... 6
1.3 Tujuan penelitian......................................................................................... 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 7
2.1 Pengertian Diare.......................................................................................... 7
2.2 Penyebab Diare .......................................................................................... 7
2.3 Tanda dan gejala ......................................................................................... 10
2.4 Klasifikasi Diare ......................................................................................... 11
2.5 Cara penularan dan faktor resiko diare ...................................................... 11
2.6 Komplikasi diare ......................................................................................... 12
2.7 Pelaktasanaan diare .................................................................................... 12
2.8 Pencegahan diare ........................................................................................ 13
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 16
3.1 Tinjauan kasus............................................................................................. 16
BAB VI. METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 16
4.1 pembahasan ................................................................................................. 16
BAB V. METODOLOGI PENELITIAN....................................................... 19
5.1 kesimpulan dan saran ................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 20

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) penyebab utama kematian
pada balita adalah diare (post natal) 14% dan pneumonia 14% kemudian malaria 8%,
penyakit tidak menular 4% injuri 3%, HIV (Human Imunodefficiency Virus)/AIDS
(Acquired Immunodeficiency Syndrome) 2%, campak 1%, dan lainnya 13%, dan
kematian pada bayi <1 bulan sebesar 41%. Kematian pada bayi umur <1 bulan akibat
diare yaitu 2%. Terlihat bahwa diare sebagai salah satu penyebab utama tingginya
angka kematian anak di dunia (WHO dalam Buletin Jendela Data Informasi
Kemenkes RI,).
Diare hingga saat ini masih merupakan salah satu penyebab utama kesakitan
dan kematian hampir di seluruh daerah geografis di dunia dan semua kelompok usia
bisa diserang oleh diare, tetapi penyakit berat dengan kematian yang tinggi terutama
terjadi pada bayi dan anak balita. Di negara berkembang, anak-anak menderita diare
lebih dari 12 kali per tahun dan hal ini yang menjadi penyebab kematian sebesar 15-
34% dari semua penyebab kematian (Aman,dalam Zubir et al). Di negara
berkembang, anakanak balita mengalami rata-rata 3-4 kali kejadian diare per tahun
tetapi di beberapa tempat terjadi lebih dari 9 kali kejadian diare per tahun atau hampir
15-20% waktu hidup anak dihabiskan untuk diare (Soebagyo).
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih
tinggi. Menurut Riskesdas 2015, insiden diare terjadi 18 kali Kejadian Luar Biasa
(KLB). Diare yang tersebar di 11 provinsi, 18 kabupaten/kota, dengan jumlah
penderita 1.213 orang dan kematian 30 orang (CFR 2,47%). Angka kematian (CFR)
saat KLB diare diharapkan <1%. Diare pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2015,
CFR masih cukup tinggi (>1%) kecuali pada tahun 2011 CFR saat KLB 0,40%,
sedangkan tahun 2015 CFR diare saat KLB bahkan meningkat menjadi 2,47% (WHO
dalam Buku Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit).
Dari hasil Survei Morbiditas Diare tahun 2012 yaitu sebesar 214/1000
penduduk. Perkiraan jumlah penderita diare yang datang ke sarana kesehatan dan
kader kesehatan sebesar 10% dari angka kesakitan dikali jumlah penduduk di satu

4
wilayah kerja dalam waktu satu tahun. Maka diperkirakan jumlah penderita diare di
fasilitas kesehatan sebanyak 5.405.235 atau 100% (Kemenkes RI).
Dari hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa angka kematian anak di Indonesia
tidak banyak mengalami penurunan dibanding hasil SDKI 2007. Angka kematian
balita hanya turun dari 44 per 1000 kelahiran hidup menjadi 40 per 1000 kelahiran
hidup. Hal ini masih jauh dari tujuan pencapaian MDGs ke 4 yang menyebutkan
bahwa target angka kematian balita diharapkan turun mencapai 23/1000 kelahiran
hidup pada tahun 2015, pemerintah telah menetapkan kebijakan diantaranya adalah
tatalaksana penderita diare sesuai standar, baik di sarana kesehatan maupun di rumah
tangga, melaksanakan surveilans epidemiologi dan pengendalian Kejadian Luar
Biasa (KLB).
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan
Riset Kesehatan Dasar penyebab utama kematian akibat diare adalah tata laksana
yang tidak tepat baik di rumah maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan
kematian karena diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat (Kemenkes RI). Upaya
pencegahan diare meliputi: memberikan ASI, memperbaiki makanan pendamping
ASI, menggunakan air bersih yang cukup, mencuci tangan, menggunakan jamban,
membuang tinja bayi atau balita dengan benar, dan memberikan imunisasi campak
karena pemberian imunisasi campakdapat mencegah terjadinya diare yang lebih berat
(Depkes RI).
Faktor-faktor yang meningkatkan resiko terjadinya diare adalah meliputifaktor
penjamu, lingkungan dan perilaku. Faktor penjamu yaitu tidak memberikan ASI
selama 2 tahun, kurang gizi, penyakit campak, dan imunodefisiensi. Sedangkan
faktor ibu dalam kejadian diare adalah perilaku, pendidikan, dan pengetahuan. Faktor
keluarga baik sosial ekonomi keluarga maupun jumlah balita dalam keluarga juga
dapat mempengaruhi terjadinya diare pada balita. Karena diare merupakan penyakit
yang berbasis lingkungan, maka faktor lingkungan juga berperan terhadap kejadian
diare seperti sarana air bersih, jamban keluarga, kepadatan hunian rumah, sarana
pembuangan air limbah dan pengelolaan sampah. Apabila faktor lingkungan tidak
sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang
tidak sehat pula, maka penularan diare dengan mudah dapat terjadi (Depkes RI).
Jumlah kasus diare di Jawa Barat pada tahun 2012 mencapai 61,85% dengan
prevalensi diare pada laki-laki 53.920 jiwa, sedangkan pada perempuan sebanyak
52.804 jiwa dengan kasus diare yang ditangani sebanyak 42.316 jiwa sekitar 40%

5
kasus diare yang ditangani oleh pihak tenaga kesehatan di Jawa Barat. Jumlah kasus
diare pada balita setiap tahunnya rata-rata di atas 40%, hal ini menunjukkan bahwa
kasus diare pada balita masih tetap tinggi dibandingkan golongan umur lainnya
(Dinkes Jawa Barat).
Kota Bogor merupakan salah satu dari 26 Kabupaten atau Kota di Provinsi
Jawa Barat. Kejadian diare di Kota Bogor pada tahun 2014 cukup tinggi yaitu pada
laki-laki 11.156 jiwa, sedangkan perempuan 10715 jiwa. Sedangkan kejadian diare
pada balita di Rumah Sakit Islam Bogor Jawa Barat Tahun 2016 sebesar 21,1% atau
sekitar 201 balita penderita penyakit diare dari 951 balita yang datang berobat.
Sedangkan data penyakit diare pada tahun 2017 di Rumah Sakit Islam Bogor Jawa
Barat pada bulan Februari-Mei 2017 sebanyak 41 atau sekitar 9,5% penderita diare
pada balita dari 432 balita yang datang berobat.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang di maksud dengan penyakit diare?
b. Bagaimana riwayat alamiah penyakit diare?
c. Bagaimana pencegahan penyakit diare?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui apa itu penyakit diare
b. Untuk mengetahui bagaimana riwayat alamiah penyakit diare
c. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan penyakit diare

6
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Diare

2.1 Pengertian Diare

Diare adalah pengeluaran kotoran tinja dengan frekuensi meningkat (tiga kali dalam sehari)
dengan perubahan konsistensi tinja menjadi lembek atau encer, dengan atau tanpa
darah/lendir dalam tinja tersebut. Pada tahun 2019 kasus diare di Indonesia sebanyak
4.485.513 jiwa dengan pelayanan diare pada balita sebesar 40%. Tujuan penelitian ini adalah
memberikan informasi tentang faktor-faktor risiko kejadian diare pada balita berdasarkan
kajian review. Metode penelitian ini adalah literature review dengan menggunakan database
sinta sebagai bahan acuan. Pengkategorian yang dilakukan yaitu terindeks sinta 2-4, publikasi
dalam 10 tahun terakhir, dan memiliki variabel yang berhubungan dengan faktor-faktor risiko
kejadian diare pada balita.

Berdasarkan data WHO tahun 2019, diare menjadi penyebab menurunkan usia harapan hidup
sebesar 1,97 tahun pada penderitanya, di bawah penyakit infeksi saluran pernapasan bawah
(2,09 tahun). Secara global pada tahun 2016, air minum yang tidak sehat, sanitasi buruk, dan
lingkungan kurang bersih menjadi faktor utama terhadap kematian 0,9 juta jiwa termasuk
lebih dari 470.000 kematian bayi yang diebabkan oleh diare.

Penyebab utama diare pada balita yaitu gizi buruk. Setiap tahunnya ada 1,7 miliar kasus
penyakit diare yang terjadi pada anak. Anak-anak yang kekurangan gizi atau memiliki
kekebalan tubuh yang terganggu serta orang yang hidup dengan HIV berisiko mengalami
diare yang mengancam jiwa. Di masa lalu, kebanyakan orang mengalami dehidrasi parah
yang bisa menyebabkan diare, akan tetapi sekarang peyebab lain diare adalah infeksi bakteri
septik yang menyebabkan kematian berhubungan dengan diare. Diare merupakan gejala
infeksi pada saluran usus, yang dapat disebabkan oleh berbagai infeksi bakteri, virus, dan
parasite. Infeksi menyebar melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi, atau dari
orang ke orang sebagai akibat dari sanitasi buruk.

Selain disebabkan gizi buruk, ditinjau dari ilmu kesehatan masyarakat terdapat faktor-faktor
lain yang berhubungan dengan kejadian diare. Faktor dominan penyebab diare yaitu sarana

7
air bersih dan tempat pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama denga
perilaku manusia, faktor lingkungan yang tidak sehat karena tercampur kuman diare
berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat akan menimbulkan penyakit
diare.Persediaan air bersih yang terbatas akan memudahkan timbulnya penyakit di
masyarakat. Volume rata-rata kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 150-200
liter atau 35-40 galon.

Faktor lingkungan yang mempengaruhi kejadian diare lainnya yaitu pengelolaan sampah dan
air limbah. Sampah di suatu pemukiman dihasilkan oleh satu atau beberapa keluarga yang
menempati bangunan di desa atau kota. Sampah sebaiknya ditempatkan dalam tempat
penyimpanan sementara dengan kontruki kuat, memiliki tutup, dan mudah diangkut sebelum
dibawa ke tempat pemrosesan akhir agar tidak mengkontaminasi makanan dan minuman.

Pengelolaan air limbah rumah tangga harus memiliki sarana yang tertutup, mengalir dengan
lancar, tidak menimbulkan bau, serta rutin dibersihkan. Dengan terpenuhinya syarat tersebut,
dapat mencegah pencemaran rumah tangga, melindungi hewan dan tanaman yang hidup di
dalam air, menghindari pencemaran tanah dan air permukaan, dan menghilangkan tempat
perkembangbiakan vektor penyakit.

Diare merupakan penyakit endemis yang sering disertai kematian di Indonesia. Tahun 2018
jumlah penderita diare balita yang dilayani di sarana kesehatan sebanyak 40,90% dari
perkiraan diare di sarana kesehatan (Soegijanto, 2019).

Diare adalah penyakit yang di tandai dengan terjadinya perubahan bentuk dan konsentrasi
tinja yang melembek sampai dengan cair dengan frekuensi lebih dari lima kali sehari. Diare
dapat merupakan penyakit yang sangat akut dan berbahya karena sering mengakibatkan
kematian bila terlambat penanganannya.(Pudiastuti)

Diare merupakan syndrome penyakit yang di tandai dendan perubahan bentuk dan
konsistensi tinja melambat sampai mencair, serta bertambahnya frekuensi buang air besar
dari biasanya hingga 3 kali atau lebih dalam sehari. Dengan ungkapan lain, diare adalah
buang air besar (defikasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cairan. Kandungan air
dalam tinja lebih banyak daripada biasanya (normal 100-200 ml perjam tinja) atau frekuensi
buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan 3 kali pada anak.

Penyakit diare berada diperingkat kedua penyebab kematian terbanyak pada balita. Setiap
tahunnya diare mengakibatkan kematian dua miliar anak didunia, dimana sebanyak 525.000

8
kasus kematian pada usia balita. Diare pada balita merupakan kelompok beresiko untuk
terjadinya kematian jika tidak ditangani dengan serius. Insiden tertinggi untuk terjadi diare
pada dua tahun pertama kehidupan dan akan menurun seiring dengan pertumbuhan usia anak
(Sari & Ratu, 2021).

2.2 Penyebab Diare

Diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi, selain penyebab lain seperti malabsorbsi.
Menurut (Ngastiyah), factor penyebab diare adalah sebagai berikut.

a. Faktor infeksi

1) Infeksi enternal yaitu infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak. Meliputi infeksi enternal sebagai berikut :

a) Infekasi bakteri : Vibrio, Escherichia coli, Salmonella, Shigella, Camphylobacter,


Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.

b) Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO, Coxsakie, Poliomyelitis, Adenovirus,


Rotavirus, Astrovirus, dan lain-lain).

c) Infeksi Parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides), protozoa


(Entamoeba Histolyatica, Giardia Lambia, Trichomonas Hominis), Jamur (Candida
Albicans)

2) Infeksi Parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti otitis media akut
(OMA), tonsillitis/tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis, dan sebagainya.

b. Faktor Malabsorbsi

1) Malabsorbsi karbohidrat : diskarida (intoleransi laktosa, maltose, dan sukrosa),


monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Bayi dan anak yang terpenting
dan tersering ialah intoleransi laktrosa.

2) Malabsorbsi Lemak

3) Malabsorbsi Protein

c. Faktor makanan

9
makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

d. Faktor psikologis

rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang
lebih besar.

2.3 Tanda dan Gejala

Gambaran klinis penyakit diare bermula dengan pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh
biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja
cair, mungkin disertai lender atau lender dan darah. Warna tinja makin lama berubah kehujau-
hijauan karena bercampur dengan empedu.

Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena serung defekasi dan tinja makin lama makin
asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak
diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare
dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan kesesimbangan
asam basa dan elektrolit. Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala
dehidrasi mulai Nampak, yaitu berat badan turun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun
besar menjadi cekung (pada bayi), selaput lender bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
(Ngastiyah)

2.4 Klasifikasi Diare

Klasifikasi diare menurut (Hidayat) adalah sebagai berikut :

a. Diare akut, yaitu diare yang menyerang dan biasanya akan berlangsung kurang dari 14
hari. Akibat yang akan muncul dari diare akut adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi
penyebab utama kematian bagi penderita diare

b. Diare presisten atau diare kronis yaitu diare yang biasanya akan berlangsung selama lebih
dari 14 hari dan terjadi secara terus-menerus. Akibat dari diare ini penderita akan mengalami
penurunan berat badan dan gangguan metabolism pada tubuh.

10
c. Diare disentri yaitu diare yang disertai darah yang bercampur dalam tinja yang
dikeluarkannya. Akibat diare ini adalah penderita akan mengalami anoreksia, penurunan berat
badan dengan cepat, kemungkinan terjadi komplikasi pada mukosa.

d. Diare yang dialami dengan masalah (diare akut dan persisten) yang mungkin juga disertai
dengan penyakit lain di dalam tubuh seperti : demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.

2.5 Cara penularan dan faktor risiko diare

Cara penularan diare melalui cara faecal-oral yaitu melalui makanan atau minuman yang
tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita atau tidak langsung melalui lalat.
Diare menyebar dan menginfeksi anak melalui empat faktor, yaitu food, feces, fly dan
finger.(Maya). Berdasarkan hasil penelitian (Atika), factor risiko terjadinya diare pada anak
adalah :

a. Faktor perilaku

1) Faktor perilaku cuci tangan pada anak pada saat sebelum dan setelah makan serta buang
air besar

2) Faktor ibu sebagai orang tua yang kurang hygiene dalam mempersiapkan makanan serta
mencuci alat-alat makan. Seperti piring, gelas, botol susu, dan lain-lain

3) Faktor jajan di kantin sekolah

b. Faktor lingkungan

1) Faktor sumber air

2) Faktor ketersediaan jamban

2.6 Komplikasi diare

Menurut (Nursalam) Akibat dari diare, yaitu kehilangan cairan dan elektrolit secara
mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi sebagai berikut:

a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic, atau hipertonik)

11
b. Renjatan hipovolemik

c. Hypokalemia (gejala meteorismus, hipotoni otot lemah, bradikardi)

d. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim lactose

e. Hipoglikemia

f. Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik

g. Malnutrisi energy protein (akibat muntah dan diare jika lama atau kronik).

2.7 Penatalaksanaan diare

Berdasarkan (Kemenkes RI), kebijakan pengendalian penyakit diare di Indonesia bertijuan


untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian karena diare bersama lintas program
dan lintas sector terkait. Strategi pengendalian penyakit diare yang dilaksanakan pemerintah
adalah :

a. Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar di sarana kesehatan melalui lima
langkah tuntaskan diare (LINTAS Diare) yaitu :

1) Rehidrasi menggunakan oralit osmolaritas rendah

2) Zinc selama 10 hari berturut-turut

3) Pemberian ASI dan makanan

4) Pemberian antibiotic sesuai indikasi

5) Pemberian nasehat

b. Meningkatkan tata laksana penderita diare di rumah tangga yang tepat dan benar

c. Meningkatkan SKD (system Kewaspadaan Dini) dan penanggulangan KLB (Kejadian Luar
Biasa) diare

d. Melaksanakan upaya kegiatan pencegahan yang efektif

e. Melaksanakan monitoring dan evaluasi.

12
8. Pencegahan diare

Kegiatan pencegahan diare yang benar dan efektif yang dapat dilakukan adalah dengan
perilaku sehat dan penyehatan lingkungan. Menurut (Maya) dalam bukunya yang berjudul
Pengantar Ilmu Kesehatan Anak, biasanya diare menyebarkan dan menginfeksi anak melalui
empat faktor, yaitu food, feces, fly, dan finger. Oleh karena itu, untuk mencegah agar
penyakit ini tidak menyebar dan menular, cara yang paling praktis adalah memutuskan rantai
penularan tersebut. Factor kebersihan merupakan factor yang penting untuk mrnghindarkan
anak dari penyakit diare.

Menurut (Maya) adapun beragam upaya yang bias dilakukan untuk mencegah penyebaran
dan penularan diare ialah :

a. Pemberian makanan yang hygiene

Faktor makanan juga sering menjdi penyebab diare. Makanan yang akan kita konsumsi perlu
di perhatikan kebersihannya karena jika makanan yang akan kita.

Konsumsi tidak bersih maka kuman dan bakteri akan ikut masuk ke dalam tubuh kita
bersamaan dengan makanan tersebut. Maka dari itu makanan harus tetap di jaga ke
higenisannya supaya terhindar dari penyakit. Makanan yang pedas dan basi juga dapat
menimbulkan diare. Makanan yang pedas bias secara langsung menggangu pencernaan
karena dalam makanan pedas tersebut ada komposisi kimia dalam makanan yang pedas serta
bagaimana interaksinya dalam tubuh sehingga menimbulkan diare.

b. Menyediakan air minum yang bersih

Orang menganggap penyakit diare hanya dapat disebabkan oleh faktor makanan pedas atau
tidak bersih, tetapi kalau di lihat dari faktor penyebabnya diare lebih dominan disebabkan
oleh bakteri. Bakteri itu akan masuk ke tubuh manusia melalui air minum yang
terkontaminasi

c. Menjaga kebersihan perorangan

Menjaga diri agar tetap bersih merupakan salah satu cara agar tubuh terhindar dari kuman dan
bakteri sehingga tidak mudah terjangkit penyakit, termasuk diare. Misalnya menyuci tangan
dan menjaga kebersihan kuku.

d. Membiasakan mencuci tangan sebelum makan

13
Mencuci tangan juga dapat menyebabkan diare, langkah yang paling mudah di lakukan untuk
mencegah diare yaitu dengan rajin mencuci tangan dengan sabun. Karena tangan ini
merupakan bagian anggota tubuh yang paling banyak berperan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari. Sehingga sangat rentan untuk bakteri dan kuman menempel pada tangan kita.

e. Buang air besar pada tempatnya

Kini prilaku buang air besar (BAB) sembarangan masing terjadi di Indonesia, di sejumlah
daerah masyarakat masih sering BAB di kali atau sungai.

f. Menyediakan tempat pembuangan sampah yang memadai

Kebiasaan yang di lakukan manusia yaitu membuang sampah sembarangan dapat pula
menimbulkan berbagai penyakit diantaranyaseperti diare

g. Memberantas lalat dan menjaga kebersihan lingkungan.

Kebersihan merupakan langkah awal agar dapat terhindar dari penyakit diare, seperti menjaga
kebersihan lingkungan, menjaga kebersihan peralatan makan, dan memberantas lalat. Faktor
kebersihan inilah yang akan menghindarkan anak dari bahaya diare.

14
BAB III

Tinjauan Kasus

An”R” BAB 5 x sehari, dengan konsistensi encer, berampas, anak malas


makan, anak malas minum, berat badan menurun, suhu badan 37,4ºC, mata cekung, turgor
kulit kurang elastis, keadaan umum lemah, bibi kering, membran mukosa kering, anus
kemerahan, tingkat dehidrasi dengan skor 5: sedang, Berat badan 10 kg.

15
BAB IV

PEMBAHASAN

Pengkajian

Hasil pengkajian yang dilakukan di dapatkan data yang mengacuh pada masalah yang di
hadapai An"R" yaitu BAB 5 x sehari, dengan konsistensi encer, berampas, anak malas
makan, anak malas minum, berat badan menurun, suhu badan 37,4°C, mata cekung, turgor
kulit kurang elastis, keadaan umum lemah, bibi kering, membran mukosa kering, anus
kemerahan, tingkat dehidrasi dengan skor 5: sedang, Berat badan 10 kg. Sedangkan
pengkajian yang ada pada teori tapi tidak ada pada kasus adalah adanya distensi abdomen,
ubun-ubun besar.

Diagnosa

Berdasarkan pengkajian diagnose keperawatan yang ditemukan; kekurangam volume cairan


berhubungan dengan asupan cairan yang tidak adekuat, kekurangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake makanan, anoreksia Ansietas
berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit anaknya.

Menurut (Sodikin) bahwa diagnosa keperawatan yang sering muncul pada Diare kekurangan
volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan dari traktus

16
gastrointestinal dalam feses atau muntahan (emesis). Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan kehilangan cairan akibat diare, dan asupan cairan yang tidak
adekuat. Resiko menularkan infeksi berhubungan dengan mikroorganisme yang menginvasi
traktus gastroentestinal. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi karena
defekasi yang sering dan feses yang cair. Ansietas (takut) berhubungan dengan perpisahan
dengan orang tua, lingkungan tidak kenal, prosedur yang menimbulkan stress.

Perencanaan

Pada masalah keperawatan kekurangan volume cairan dan elektrolit perencanan yang
dilakukan; kaji derajat dehidrasi, kaji tanda tanda vital dan keadaan umum pasien, observasi
kelembapan kulit, berikan dan pantau cairan infus sesuai program.

Kekurangan nutrisi kurang intervensi yang dilakukan Observasi pola pemenuhan nutrisi
pasien, Anjutkan ibu pasien untuk menberikan makanan tapi sering, anjurkan ibu pasien
untuk menyajikan makanan dalam kedaan hangat, timbang BB pasien. Berdasarkan data
intervensi di atas data yang ada di teori tapi tidak ditemukan di kasus adalah pemberian ASI.

Ansietas yang dilakukan Kaji tingkat kecemasan ibu pasien, berikan kesempatan ibu pasien
untuk mengungkapkan perasaannya, berikan support dan motivasi kepada ibu pasien.
Berdasarkan data intervensi di atas tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus karena di
teori kecemasan pada anak sedangkan di kasus kecemasan orang tua pasien Berdasarkan data
intervensi di atas data yang ada diteori tapi tidak di temukan di kasus adalah berikan oralit
secara bergantian dengan cairan rendah natrium seperti ASI atau susu formula, pertahankan
asupan cairan (urine, feses dan cairan) pantau berat jenis urine setiap 8 jam. Berdasarkan data
intervensi tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Implementasi

Kekurangam volume cairan; pada waktu menulis pengkajian di dapatkan data dimana pada
hari pertama pengkajian di dapatkan pasien BAB dengan konsistensi encer keadaan umum
lemah, mata cekung bibir kering membran mukosa kering dan pada hari kedua pengkajian
penulis masih mendapatkan data dari pasien bahwa kekurangan volume cairan dan elektrolit
belum terpenuhi penulis menganjurkan untuk banyak minum.

Kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh; pada waktu penulis melakukan pengkajian
di dapatkan data di mana pasien malas makan selama sakit, porsi makan tidak dihabiskan
adapun tindakan yang di lakukan penulis saat pengkajian yaitu pemberian diet tapi sering,

17
dan disajikan dalam keadaan hangat, timbang berat badan. Ansietas; pada waktu penulis
melakukan pengkajian di dapatkan data di mana ibu pasien cemas terhadap kondisi anaknya,
ingin anaknya segera sembuh, ibu pasien selalu menanyakan keadaan anaknya. Adapun
tindakan yang di berikan kepada orang tua pasien adalah memberikan penjelasan terhadap
kondisi anaknya, memberikan motivasi dan support agar tidak terlalu cemas terhadap kondisi
anaknya.

Adapun tindakan keperawatan yang telah di lakukan untuk mengatasi diagnosa diare adalah
mengobservasi turgor kulit secara rutin, mengkaji pola defekasi pasien konsistensi dan warna
feses, mengkaji peristaltik usus, mengkaji tanda-tanda dehidrasi, mengkaji tanda-tanda
dehidrasi, menganjurkan minum banyak dan jaga kebersihan lingkungan (Rahayu, 2016).

BAB V

Penutup

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil studi kasus pasien anak dengan diare masalah keperawatan
yang sering timbul adalah kekurangan volume cairan, perubahan nutrisi kurang, dan
asupan cairan yang tidak adekuat, resiko menularnya infeksi dan kerusakan integritas
kulit berhubungan dengan iritasi karena defekasi yang sering dan feses yang cair,
ansietas (takut) berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua lingkungan yang
tidak dikenal, prosedur yang menimbulkan stress. Dari kelima masalah, tiga
diantaranya ditemukan pada pasien yaitu kekurangan volume cairan, kekurangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, ansietas. Rumah sakit tentunya dapat
meningkatkan mutu asuhan keperawatan pasien terutama untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang optimal dan menganjurkan kepada pasien dan keluarga
untuk mengikuti penyuluhan agar pasien dapat mengetahui tentang Diare yang terjadi.

B. Saran
1. Bagi pembaca, di harapkan memberi pengetahuan tentang penyakit diare
2. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan mengenai penyakit diare

18
DAFTAR PUSTAKA

Wahyuni, N. T. (2021). Faktor Risiko Kejadian Diare Pada Balita Systematic Review Bidang
Kesehatan Masyarakat. Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan,

Arda, D., Hartaty, H., & Hasriani, H. (2020). Studi Kasus Pasien dengan Diare Rumah Sakit di
Kota Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada , 9 (1), 461-466.

Kasman, K., & Ishak, N. I. (2020). Kepemilikan Jamban Terhadap Kejadian Diare Pada Balita Di
Kota Banjarmasin. Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia, 7(1), 28-33.

Anggraini, D., & Kumala, O. (2022). Diare Pada Anak. Scientific Journal, 1(4), 309-317.

19

Anda mungkin juga menyukai