Sonnia A (226010) - Amaliyyah J (226047)
Sonnia A (226010) - Amaliyyah J (226047)
1. PENDAHULUAN
Perubahan lingkungan yang terjadi dengan cepat menekankan dan
memerlukan keterampilan dan bakat yang berbeda-beda dari seseorang untuk dapat
bertahan hidup, terutama di era informasi saat ini. Öteleş (2020) menjelaskan bahwa
perkembangan saat ini menuntut setiap orang untuk terus beradaptasi terhadap
perubahan. Literasi merupakan salah satu keterampilan yang dibutuhkan setiap orang
untuk beradaptasi dengan zaman perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini.
UNESCO (2015) juga menyatakan bahwa kompetensi yang dibutuhkan pada abad 21
adalah literasi dan fokusnya pada literasi digital, literasi informasi dan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK). Literasi sendiri erat kaitannya dengan konsep
belajar sepanjang hayat, dimana seseorang yang terpelajar selalu dapat
mengembangkan dirinya (Nurohman, 2014). Dengan perbaikan diri ini, seseorang
mampu beradaptasi dengan segala perubahan yang ada. Literasi, khususnya di era
ilmu pengetahuan dan teknologi, sudah menjadi sebuah keterampilan.“survival” yang
tentunya harus dimiliki oleh setiap individu. Oleh karena itu, literasi dihadirkan
kepada seluruh masyarakat, termasuk lansia, melalui berbagai jenjang pendidikan dan
program khusus.
Orang lanjut usia (lansia) merupakan objek yang seringkali mendapat
perhatian lebih. Simpati dan empati masyarakat terhadap lansia terlihat dari berbagai
layanan yang berpihak pada lansia, seperti angkutan umum gratis, kursi khusus, dan
lain-lain. Lansia biasanya merupakan orang yang telah mencapai tahap akhir
kehidupan (Ekasari et al., 2019). Lansia mengalami penurunan banyak fungsi fisik
dan mental, itulah sebabnya lansia menjadi fokus masyarakat saat ini. Para lansia
tetap harus mampu beradaptasi dengan perubahan drastis dalam hidupnya. Seperti
perubahan lingkungan, perubahan penurunan fungsi tubuh dan perubahan lain dalam
kehidupannya. Meskipun lansia mengalami banyak perubahan dan kemunduran
terutama pada fungsi tubuh dan indra, namun mereka dapat mengikuti perkembangan
zaman dengan menyempurnakan kemampuan membaca. Banyak penelitian yang telah
dilakukan mengenai keterampilan membaca dan menulis pada lansia, serta penelitian
dengan menggunakan metode bibliometrik.
Di sisi lain, penelitian terkait kemampuan membaca lansia dengan
menggunakan analisis bibliometrik belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian
ini fokus pada pengembangan penelitian terkait literasi pada lansia. Limilia dan Aristi
(2019) melakukan penelitian terkait tren penelitian literasi, dimana penelitian tersebut
fokus pada perbandingan istilah dan tren literasi digital dan literasi media. Limia dan
Aristi (2019) meneliti 15 artikel terkait literasi digital dan literasi media untuk
memahami evolusi kedua konsep literasi tersebut dan perbedaan fokus topiknya.
Kajian tren topik lainnya dilakukan oleh Soraya dkk (2023) yang mengulas 49 artikel
terkait literasi digital dan hasil pembelajaran yang dikumpulkan melalui database
Scopus dan dianalisis menggunakan VOSviewer. Dalam hal ini Soraya dkk
menjelaskan perkembangan topik tersebut, sehingga diketahui bahwa topik literasi
digital dan hubungannya dengan hasil pembelajaran cukup sering dibahas. Penelitian
tentang literasi pada lansia sering kali melihat pada bidang literasi yang berbeda,
seperti literasi informasi, digital, dan kesehatan. Salah satunya adalah topik literasi
kesehatan yang dipimpin oleh Weningsih (2018) yang mempelajari literasi kesehatan
pada sekelompok lansia di Yogyakarta. Ia menemukan bahwa sekelompok lansia di
Yogyakarta memiliki kemampuan dalam mencari dan mengevaluasi informasi
kesehatan. dukungan sosial. Topik literasi pada lansia sangat beragam, sehingga
penelitian ini berfokus pada aspek literasi yang sering diteliti oleh peneliti.
Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini memadukan analisis
bibliometrik dengan keterampilan membaca lansia. Penelitian mengenai analisis
bibliometrik membaca masih jarang dilakukan, terutama mengenai keterampilan
membaca dan menulis pada lansia. Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui perkembangan kemampuan membaca lansia dengan mengkaji publikasi
ilmiah mengenai hal tersebut pada periode 2012-2022. Dalam hal ini penelitian akan
menganalisis (1) kinerja penelitian literasi lansia, yaitu. melihat tingkat publikasi
literasi orang dewasa per tahun, topik yang sering dibahas dalam publikasi literasi
dewasa, dan publikasi yang paling banyak dikutip; dan (2) pemetaan data yaitu topik
literasi lansia, menggunakan VOSviewer untuk memvisualisasikan struktur intelektual
literasi lansia melalui visualisasi jaringan, visualisasi overlay dan kepadatan. Analisis
bibliometrik dapat memberikan wawasan atau memvisualisasikan popularitas suatu
topik. Peneliti seringkali menggunakan bibliometrik untuk mengidentifikasi dan
mengeksplorasi permasalahan dan dampak di bidangnya (Chellappandi dan
Vijayakumar, 2018). Analisis bibliometrik membantu peneliti menentukan popularitas
suatu topik penelitian sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam pemilihan topik
penelitian atau topik untuk penelitian selanjutnya..
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Literasi
Literasi merupakan keterampilan yang “wajib” dikuasai seluruh
lapisan masyarakat, termasuk lansia. Literasi secara tradisional diartikan
sebagai “literasi”, dimana literasi adalah kemampuan seseorang untuk “melek”
dalam menulis dan membaca, namun literasi kini mengambil peran baru
(Coombe et al., 2020). Literasi terus berkembang, oleh karena itu literasi saat
ini mempunyai arti dan jenis yang berbeda-beda dari berbagai bidang atau
sudut pandang, oleh karena itu manajemen literasi menjadi hal yang utama
untuk meningkatkan kualitas seseorang (Abidin et al., 2021; Naufal, 2021)
Literasi. adalah bagian dari keseluruhan proses yang menggabungkan
keterampilan dan elemen berbicara (Wyse et al., 2018). Pemahaman ini
mengacu pada kemampuan seseorang dalam memahami (metandakan) karya
kebahasaan seperti gambar, tulisan, buku, majalah, dan lain-lain. Ahmadi dan
Ibda (2018) menjelaskan bahwa literasi adalah kemampuan melek huruf yang
meliputi kemampuan menyimak, menyimak, berbicara, menerima informasi,
menyaring informasi dan aspek komputer. Oleh karena itu, Ginting (2020)
menjelaskan bahwa literasi mengacu pada seperangkat kompetensi individu
dalam bidang berbicara, menulis, membaca dan memecahkan masalah yang
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Secara umum dapat dikatakan bahwa literasi adalah kemampuan
seseorang dalam berkomunikasi melalui informasi, seperti membaca, menulis,
menerima dan menggunakannya.Literasi saat ini berkembang dalam berbagai
hal, oleh karena itu literasi sering digunakan dalam berbagai bidang.
Berkembangnya berbagai keterampilan membaca menjadikan membaca
sebagai kualifikasi wajib bagi setiap individu, dan diperkenalkan ke
masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup. UNESCO sendiri
menekankan bahwa keterampilan literasi yang harus diperoleh di abad 21
adalah literasi digital, literasi informasi, dan literasi teknologi. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemedikbud) RI menekankan enam pilar
Gerakan Literasi Nasional literasi, yaitu literasi, numerasi, literasi sains,
literasi keuangan, literasi digital, dan literasi budaya dan kewarganegaraan. Di
sisi lain, Ginting (2020) menunjukkan bahwa sejauh ini ada sembilan jenis
literasi, yaitu literasi keuangan, literasi kesehatan, literasi data, literasi kritis,
literasi teknologi dan komunikasi informasi (TIK), literasi informasi, literasi
statistik atau numerik. dan literasi digital. Kemampuan membaca dapat
membantu lansia beradaptasi dengan perkembangan lingkungan dan
membantu lansia dalam beraktivitas sehari-hari. Misalnya saja penggunaan
smartphone tentunya memudahkan para lansia dalam berkomunikasi dengan
orang tersayang dan temannya. Tentunya dalam menggunakan smartphone,
para lansia harus mengetahui cara menggunakannya. Hal ini mendorong lansia
untuk memperoleh dan meningkatkan berbagai keterampilan membaca.
2.2 Lansia
Manusia adalah makhluk yang tumbuh dan berkembang seiring
berjalannya waktu. Pertumbuhan dan perkembangan manusia tidak dapat
dihindari, sehingga manusia menjadi tua setelah masa mudanya. Secara umum
lansia adalah orang yang telah mencapai usia 65 tahun ke atas (Pany dan Boy,
2019). Terveyslaitos (2022) mendefinisikan enam kelompok umur, yaitu. (1)
bayi baru lahir, yaitu bayi baru lahir hingga satu bulan; 2) bayi yaitu usia satu
bulan sampai satu tahun; 3) anak yaitu anak usia 1-12 tahun; (4) generasi
muda, yang dapat juga disebut remaja, yaitu. anak-anak berusia 13–17 tahun;
(5) orang dewasa, yaitu orang yang berusia di atas 18 tahun; dan (6) lansia
yaitu usia diatas 65 tahun atau biasanya lanjut usia (lansia). Secara sederhana
lansia disebut sebagai kelompok umur orang yang telah mencapai tahap akhir
siklus kehidupan (Ifansyah dkk., 2015). Tahap pertama kehidupan adalah saat
seseorang dilahirkan dan tahap terakhir adalah penuaan. Lansia mengalami
proses perubahan dalam hidupnya yaitu proses menua. Penuaan pada lansia
tidak dapat dihindari, dimana penuaan melibatkan perubahan biologis,
psikologis, sosial dan spiritual (Wisnusakti dan Sriati, 2021) Secara biologis
lansia mengalami penuaan yang ditandai dengan menurunnya fungsi imunitas
tubuh sehingga rentan terhadap penyakit yang menyerang. dapat menyebabkan
kematian (Setiorini, 2021). Oleh karena itu, lansia sering disebut sebagai
tahapan terakhir dalam perjalanan hidup manusia (Handayani et al., 2020).
Beberapa perubahan yang terlihat pada lansia antara lain (1) penurunan
fungsi fisik; (2) rawan penyakit berat; (3) tidak bekerja dan terpisah dari anak
atau saudara sehingga memerlukan interaksi sosial (Komalasari dkk., 2019)
Perubahan pada lansia tidak hanya mencakup perubahan fisik dan psikis saja,
namun juga perubahan lain seperti perubahan pada lansia. kesehatan
masyarakat. lingkungan sosial ekonomi dan sebagainya (Andesty dan Syahrul,
2018). Selain itu, kemampuan berpikir, persepsi, dan kognitif juga menurun
seiring bertambahnya usia (Siregar, 2019). Kemampuan ini mengacu pada
kemampuan seseorang dalam memahami, mengidentifikasi, mengidentifikasi,
mengingat dan mencari sesuatu. Kemampuan tersebut berarti bahwa lansia
harus dapat menggunakan kemampuannya meskipun berada pada akhir
hayatnya..
2.3 Literasi lansia
Perubahan yang terjadi pada lansia terutama perubahan lingkungan dan
waktu juga menuntut lansia untuk beradaptasi. Berbagai perubahan terjadi di
lingkungan sekitar lansia, seperti perubahan penggunaan transportasi umum,
arus informasi, telekomunikasi, kesehatan, dan lain-lain. (Iancu dan Iancu,
2020; Ifansyah dkk., 2015; Martínez-Alcalá dkk.2021; Wardiani dan
Anisyahrini, 2022). Perubahan-perubahan tersebut menjadi salah satu
permasalahan terbesar bagi lansia dalam beradaptasi terhadap penggunaan dan
perkembangan teknologi (Salsabilla dan Zainuddin, 2021) Kebanyakan lansia
lahir sebelum era perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
yang pesat saat ini. Akibatnya, lansia mengalami kesulitan untuk mengikuti
perkembangan teknologi dan menggunakan teknologi yang ada (Nuriana et al.,
2019). Oleh karena itu, perlu dilakukan investigasi konvergensi teknologi pada
lansia, seiring dengan perkembangan teknologi yang pesat (Nguyen et al.,
2022). Para lanjut usia harus mempunyai keterampilan tertentu untuk
menghadapi perkembangan teknologi dan perubahan besar dalam
kehidupannya, salah satunya adalah literasi, atau memiliki literasi.
Mengembangkan literasi adalah dengan mendiversifikasi literasi yang
diperlukan, seperti literasi kesehatan, literasi digital, literasi informasi, literasi
keuangan. Mengembangkan keterampilan membaca juga menjadi tantangan
bagi lansia yang mengalami penurunan fungsi kognitif, mental, dan fisik.
Pasalnya, literasi tidak hanya diperuntukkan bagi lansia itu sendiri, namun
juga bagi lingkungan sekitar. Misalnya, untuk dapat menggunakan ponsel
untuk menghubungi kerabat memerlukan literasi teknologi informasi
komunikasi (TIK), menjaga kesehatan saat tinggal sendiri dan minum obat
memerlukan literasi kesehatan, dan sebagainya.
Di bidang literasi TIK, Wang dkk. (2022) mengungkapkan bahwa salah
satu visi pembangunan jangka panjang adalah meningkatkan literasi TIK pada
lansia. Masyarakat lanjut usia harus dilatih literasi kesehatan agar mereka
dapat menggunakan layanan kesehatan secara memadai dan mandiri (Hoa et
al., 2020). Begitu pula dengan literasi media dan/atau informasi, dimana
informasi saat ini mengalir melalui media yang berbeda, sehingga perolehan
informasi, penyaringan, dan lain-lain harus dilakukan dengan terampil (Alcalá,
2016). Selain ketiga keterampilan literasi tersebut, lansia memiliki banyak
bidang literasi lainnya, seperti literasi keuangan, literasi numerik, literasi
narkoba, dan lain-lain. Pernyataan-pernyataan sebelumnya menunjukkan
bahwa peningkatan literasi lansia merupakan hal yang penting. Jelas bahwa
literasi adalah keterampilan yang harus diadaptasi oleh para lansia di
lingkungan yang serba cepat saat ini..
2.4 Bibliometrik
Analisis bibliometrik merupakan metode yang sering digunakan untuk
melihat perkembangan suatu topik penelitian. Analisis bibliometrik merupakan
alat kuantitatif untuk penelitian dan evaluasi (Todeschini dan Baccini, 2016).
Zupic dan Čater (2015) menjelaskan bahwa bibliometrik memungkinkan
peneliti mendasarkan temuannya pada informasi bibliografi yang dihasilkan
dengan cara mengutip, berkolaborasi, mengutip dan menulis oleh akademisi
atau peneliti lain. Bibliometrik menunjukkan perkembangan dan kemajuan
ilmu pengetahuan ketika peneliti mempelajari suatu topik penelitian tertentu
Tupan dkk. (2018). Donthu dkk. (2021) menjelaskan bahwa metode ini
merangkum sejumlah besar informasi bibliografi tentang keadaan struktur
intelektual dan tren yang ada pada suatu subjek atau bidang penelitian. Dari
penjelasan tersebut terlihat bahwa bibliometrik merupakan suatu metode yang
menggunakan kumpulan database penelitian untuk melihat kecenderungan
atau perkembangan suatu topik penelitian tertentu. Ada dua teknik utama
dalam analisis bibliometrik, yaitu (1) analisis kinerja, yang berfokus pada
penentuan penilaian kuantitatif suatu publikasi, seperti pemeringkatan
penelitian; dan (2) pemetaan ilmiah, yang terdiri dari beberapa teknik lain,
salah satunya adalah Co-Word (Qiu et al., 2017). Analisis co-word
mencantumkan kata kunci suatu publikasi atau dokumen penelitian yang
muncul secara bersamaan pada artikel yang diteliti, dalam hal ini dapat berupa
database topik penelitian (Tupan et al., 2018). Jadi Co-Word menunjukkan
kata-kata terkait dan frekuensi kata-kata tersebut.
3. METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan metode
bibliometrik. Donthu et al. (2021) menjelaskan bahwa terdapat empat langkah utama
dalam analisis bibliometrik. Langkah ini digunakan untuk menjalankan bibliometrik
yang dimulai dari penentuan rencana penelitian. Apabila diuraikan dan
diimplementasikan kedalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:
3. 1 Penentuan tujuan dan ruang lingkup
Tahap ini berfokus pada penentuan tujuan dan ruang lingkup dari analisis
bibliometrik yang akan dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat
gambaran sebaran tren penelitian bidang literasi lansia. Dalam hal ini,
bibliometrik akan berfokus pada lansia sebagai objek penelitiannya.
3. 2 Memilih teknik bibliometrik yang akan digunakan
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa terdapat 2 teknik
utama dalam bibliometrik yaitu perfomance analysis dan science mapping. Salah
satu teknik science mapping adalah Co-Word. Penelitian ini menggunakan teknik
Co-Word, di mana Co-Word akan memanfaatkan kata kunci pada judul maupun
asbtrak suatu penelitian. Sehingga, Co-Word menjadi teknik yang tepat digunakan
untuk menganalisis dan menggambarkan tren dari suatu topik penelitian.
3. 3 Pengumpulan data
Proses pengumpulan data dilakukan dalam waktu seminggu dengan
menggunakan metode PRISMA. Metode pengumpulan PRISMA terdiri dari
langkah-langkah yang memandu proses pengumpulan data, yaitu identifikasi,
penyaringan, kualifikasi dan inklusi (Abidin et al., 2023). Langkah pertama,
identifikasi, pengumpulan data menggunakan software Harzing's Publish or Perish
dan fokus pada database Scopus. Scopus dipilih sebagai database yang akan
digunakan karena Scopus merupakan database literatur terbesar di dunia yang
menyediakan abstrak dan studi peer-review secara rinci, sehingga keandalannya
dapat dipercaya (Tupan et al., 2018). Scopus telah mempublikasikan dan
mengindeks cukup banyak penelitian terkait keterampilan membaca dan menulis
pada lansia, sehingga memberikan peluang untuk mengumpulkan informasi untuk
penelitian ini.
Pengumpulan data tahap awal dilakukan dengan memasukkan kata kunci
“literasi” pada kolom judul dan kata kunci “lansia” pada periode 2012-2022. 200
karya tertulis diselesaikan pada tahap identifikasi. Jika dianalisis dengan kata
kunci “literasi” dan “lansia”, topiknya menjadi terlalu luas. Oleh karena itu,
penapisan berikut ini akan dilakukan sedemikian rupa sehingga data yang
dikumpulkan akan fokus pada isu literasi pada lansia.
Langkah penyaringan dilakukan dengan mempersempit kombinasi dua kata
kunci, yaitu. kolom judul “literasi lansia” dan kata kunci Publish or Perish, agar
hasil pencarian lebih sempit atau terfokus pada literasi lansia. Tahap penyaringan
menghasilkan 141 artikel. Pada tahap kualifikasi, materi disaring sesuai dengan
indikator utama yang diperlukan, yaitu berdasarkan artikel berbahasa Inggris yang
diterbitkan di jurnal dan publikasi periode 2012-2022, dan fokusnya adalah lansia
sebagai subjek penelitian. Pada tahap kualifikasi, diterima 138 artikel, 126 artikel
jurnal dan 12 artikel lanjutan. Pada langkah terakhir, yaitu. inklusi, 138 artikel
disaring menurut relevansinya. Oleh karena itu, data tersebut merupakan data
akhir yang kemudian dianalisis dengan metode bibliometrik..
3. 4 Analisis bibliometric
Setelah data terkumpul dilakukan pengolahan kata kunci dengan
menggunakan Mendeley agar kata kunci lebih terstruktur pada tahap pembuatan
bibliometrik. Setelah kata kunci diolah, maka memasuki tahap akhir, yaitu
menjalankan analisis bibliometrik. Analisis bibliometrik pada penelitian ini akan
dibantu dengan
perangkat lunak VOSviewer menggunakan fitur co-occurrence
4. HASIL PEMBAHASAN
4.1 Analisis Kinerja
4.1.1 Perkembangan publikasi literasi lansia per tahun
Melalui database Scopus, hasil kumpulan materi publikasi ilmiah
terkait keterampilan membaca dan menulis lansia terdapat 138 artikel
pada periode 2012-2022. Frekuensi dan perkembangan publikasi tahunan
dapat dilihat pada Tabel 1
Grafik perkembangan publikasi literasi pada lansia
Sumber : Hasil penelusuran (2023)
menunjukkan titik yang paling berwarna cerah yaitu literasi kesehatan. Hal ini
sesuai dengan gambaran frekuensi topik visualisasi jaringan, dimana literasi
kesehatan berkaitan dengan banyak hal. Nilai kepadatan tertinggi kedua adalah
untuk literasi digital yang tampak berwarna oranye pudar. Hal ini juga
didukung oleh data pada Tabel 2 yang mengungkapkan bahwa kedua topik
yaitu literasi kesehatan dan literasi digital menjadi isu penelitian bagi para
peneliti..
5 KESIMPULAN
Setelah mengkaji 138 publikasi, 17 domain literasi menjadi fokus penelitian literasi
pada lansia. Dari 17 topik tersebut, ada tiga bidang atau topik literasi yang paling banyak
dibicarakan, yaitu literasi kesehatan sebanyak 73 artikel, literasi digital sebanyak 27
artikel, dan literasi secara umum sebanyak 7 artikel. Hasil visualisasi web menunjukkan
bahwa literasi kesehatan memiliki banyak keterkaitan dengan topik lain khususnya
penyakit dan kualitas kesehatan lansia. Melihat overlay tersebut menunjukkan bahwa
literasi digital menjadi topik yang banyak dibicarakan akhir-akhir ini. Sedangkan topik
penelitian yang frekuensinya adalah literasi kesehatan, disusul literasi digital. Literasi
kesehatan merupakan literasi yang paling populer dalam kajian literasi pada lansia.
Selain itu, literasi kesehatan kini menjadi perhatian penting bagi lansia untuk
meningkatkan pemahaman terhadap kesehatannya.
Begitu pula dengan literasi digital, agar para lansia dapat memanfaatkan teknologi
yang sudah menjadi bagian dari kehidupan. Banyak studi literasi di kedua bidang ini
menunjukkan pentingnya literasi kesehatan dan literasi digital bagi lansia. Hal ini
merupakan peluang dan kebutuhan bagi para peneliti dan pekerja sosial atau pihak lain
untuk mendidik dan menyosialisasikan lansia tentang kesehatan dan literasi digital. Agar
lansia dapat beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan mendorong pembangunan
jangka panjang.
Analisis bibliometrik terhadap literasi lansia menunjukkan popularitas subjek di
bidang literasi. Dengan demikian, analisis bibliometrik dapat membantu peneliti dalam
menentukan topik terkait literasi pada lansia dan mengembangkan penelitian yang
relevan, sehingga menambah dan mendiversifikasi topik penelitian literasi pada lansia.
Hal ini tentunya menjadi peluang untuk menyadarkan masyarakat umum khususnya
lansia untuk meningkatkan literasi. Penelitian di masa depan dapat memanfaatkan hasil
analisis bibliometrik ini untuk mengembangkan program literasi khusus untuk lansia,
terutama pada bidang literasi yang belum banyak diteliti. Temukan hal-hal baru seperti
karakteristik literasi lansia, hambatan, tren lansia, dll.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, N. S. Z., Shaifuddin, N., & Wan Mohd Saman, W. S. (2023).
Aging and functional health literacy: a population-based study. The American Journal of
Geriatric Psychiatry, 29(9), 972–981.
https://doi.org/10.1016/j.jagp.2020.12.007Ginting, E. S. (2020).
Bibliometrics, scientometrics, webometrics/cybermetrics, informet-rics and altmetrics -- An
emerging field in library and information science research. Shanlax International
Journal of Education, 7(1), 5–8. http/doi.org/10.5281/zenodo.2529398Chesser, A. K.,
Keene Woods, N., Smothers, K., & Rogers, N. (2016).
Delavar, F., Pashaeypoor, S., & Negarandeh, R. (2020).
Digital literacy as a tool for e-inclusion of the elderly. In Prisma Social (Issue 16, pp. 156–
204). https://revistaprismasocial.es/article/view/1256 Andesty, D., & Syahrul, F.
(2018).
Factors associated with health literacy among the elderly people in Vietnam. BioMed
Research International, 2020. https://doi.org/10.1155/2020/3490635
Halbach, S. M., Enders, A., Kowalski, C., Pförtner, T.-K., Pfaff, H., Wesselmann, S., &
Ernstmann, N. (2016).
Health literacy and fear of cancer progression in elderly women newly diagnosed with breast
cancer-A longitudinal analysis. Patient Education and Counseling, 99(5), 855–862.
https://doi.org/10.1016/j.pec.2015.12.012Handayani, S. P., Sari, R. P., & Wibisono, W.
(2020).
Health literacy and older adults: A systematic review. Gerontology and Geriatric Medicine, 2,
1-13. https://doi.org/10.1177/2333721416630492
How to conduct a bibliometric analy-sis: An overview and guidelines. Journal of Business
Research, 133, 285–296. https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2021.04.070Ekasari, M. F.,
Riasmini, N. M., & Hartini, T. (2019).
Hubungan interaksi sosial dengan kualitas hidup lansia di Unit Pelayanan Terpadu (UPTD)
Griya Werdha Kota Surabaya tahun 2017.
Literature review manfaat senam lansia terhadap kualitas hidup lansia. Bimiki (Berkala
Ilmiah Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia), 8(2), 48–55.
https://doi.org/10.53345/bimiki.v8i2.143Hoa, H. Van, Giang, H. T., Vu, P. T., Tuyen,
D. Van, & Khue, P. M. (2020).
Media literasi sekolah: Teori dan praktik. CV. Pilar Nusantara.
https://books.google.co.id/books?id=8QmjDwAAQBAJAlcalá, L. A. (2016).
Meningkatkan kualitas hidup lansia konsep dan berbagai intervensi. Wineka Media.
https://books.google.co.id/books?id=lWCIDwAAQBAJGanguli, M., Hughes, T. F.,
Jia, Y., Lingler, J., Jacobsen, E., & Chang, C.-C. H. (2021).
Pembelajaran literasi: Strategi meningkatkan kemampuan literasi matematika, sains,
membaca, dan menulis. Bumi Aksara. https://books.google.co.id/books?id=M_UrE-
AAAQBAJAhmadi, F., & Ibda, H. (2018).
Penguatan literasi di era digial. Seminar Nasional Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
(SemNas PBSI), 3, 35–38. http://digilib.unimed.ac.id/41217
Systematic literature review of the biblio-therapy practices in public libraries in supporting
communities’ mental health and wellbeing. Public Library Quarterly, 42(2), 124–140.
https://doi.org/10.1080/01616846.2021.2009291Abidin, Y., Mulyati, T., & Yunansah,
H. (2021).
Teaching digital literacy skills to the elderly using a social network with linear navigation: A
case study in a rural area. International Journal of Human Computer Studies, 118, 24–
37.https://doi.org/10.1016/j.ijhcs.2018.05.009Chellappandi,P., & Vijayakumar, C. S.
(2018).
The effects of self-management education tailored to health literacy on medication
adherence and blood pressure control among elderly people with primary
hypertension: A randomized controlled trial. Patient Education and Counseling,
103(2), 336–342. https://doi.org/10.1016/j.pec.2019.08.028Donthu, N., Kumar, S.,
Mukherjee, D., Pandey, N., & Lim, W. M. (2021).
The Indonesian Journal of Public Health, 13(2), 171–182.
https://doi.org/10.20473/ijph.v13i2.2018.171-182Castilla, D., Botella, C., Miralles, I.,
Bretón-López, J., Dragomir-Davis, A. M., Zaragoza, I., & Garcia-Palacios, A. (2018).