Anda di halaman 1dari 20

MABADI FIQIH JUZ 4

A. BERSUCI
 Air suci adalah air yang turun dari langit atau bersumber dari bumi, dalam keadaan
tetap pada asal ciptaannya, dan salah satu sifatnya tidak berubah dengan perkara
yang melepas kesuciannya, dan tidak digunakan menghilangkan hadas atau
menghilangkan najis, karena firman allah dan kami turunkan dari langit air yang
suci, dan sabda nabi tentang air laut: suci airnya , halal bangkainya.
 Air najis adalah air yang najis jatuh ke dalamnya, dan kurang dari dua kula dan
tidak berubah, atau dua kula lalu berubah , karena sabda nabi : jika air sampai dua
kula maka najis tidak berpengaruh.
 Najis mughalladzah adalah najisnya anjing dan babi dan anak yang terlahir dari
keduanya atau salah satunya bersama hewan lain, najis mughalladzah bisa suci
dengan membasuhnya tujuh kali, salah satunya dengan debu yang suci karena sabda
nabi: sucinya tempat salah satu di antara kalian jika anjing menjilat ke dalamnya itu
dengan membasuhnya tujuh kali awalnya atau akhirnya dengan debu.
 Najis mukhoffafah adalah kencing bayi yang belum sampai dua tahun dan belum
makan kecuali susu, najis mukhoffafah bisa suci dengan memercikkan air ke
tempatnya, karena sabda nabi, dibasuh dari kencingnya cewek, dan dipercikkan dari
kencing  cowok, adapun bayi cewek dan waria maka wajib membasuh kencing
keduanya.
 Najis – najis mutawassitah adalah nanah , darah, muntah, yang memabukkan yang
encer(cair), bangkai dengan semua bagianya, kecuali bangkai anak adam dan ikan
dan belalang, dan yang keluar dari dua jalan, kecuali mani , maka sesungguhnya
mani itu suci, susu hewan hidup yang tidak boleh dimakan dagingnya selain anak
adam. Dan yang terpisah dari hewan itu seperti bangkai kecuali rambut hewan yang
boleh dimakan dan bulu dan sayapnya. Najis mutawasitoh bisa suci dengan
membasuh tempat najis dengan air yang suci sampai hilang najisnya, rasanya,
warnanya dan baunya. Tidak masalah tetapnya warna atau bau yang hilangnya sulit,
dan tidak masalah tetapnya warna dan bau, atau hanya rasa jika hilangnya sulit
karena sabda nabi saw: bajumu di cuci karena kencing dan tinja dan mazi dan
muntah, dan sabda nabi saw kepada orang yang haid: jika kamu suci maka
mandilah lalu shalatlah, ia bertanya: wahai rasulullah jika bekasnya tidak hilang,
beliau menjawab: air mencukupimu dan bekasnya tidak membahayakanmu.
 Menyucikan kulit : kulit bangkai bisa suci dengan di samak karena sabda beliau saw
bangkai apa pun yang di samak itu suci kecuali bangkai anjing dan babi dan yang
terlahir dari keduanya atau salah satunya.
 Menyucikan tanah yang najis : tanah bisa suci degan memerciki air, jika najis
meresap, jika najis tidak meresap maka cukup menumpahkan air, walau satu kali.
Istinja’ itu wajib setelah menuntaskan karena firman allah “di masjid qiba ada
orang-orang suka bersuci, dan allah itu suka orang-orang yang bersuci.
Yang terbaik dalam istinja itu hendaknya istinja’ dengan batu lalu diikuti dengan
air.
Boleh hanya pakai air atau tiga batu yang dubur dapat bersih dengan tiga batu
tersebut, selama najis tidak melewati pantatnya dan kemaluannya.
Karena sabda beliau saw : jika salah seorang kalian memakai batu maka pakailah
batu tiga kali.
 Tata krama orang yang menuntaskan hajat : di sunahkan bagi orang yang
menuntaskan hajat hendaknya mengucapkan dengan menyebut nama allah aku
memohon perlindungan kepada allah dari setan laki-laki dan setan perempuan.
Dan hendaknya mengucapkan ketika keluar : segala puji bagi allah yang
menghilangkan penyakit dariku, dan menyembuhkan aku. Haram baginya
menghadap kiblat atau membelakanginya di tanah lapang dan kencing di atas
kuburan. Dan dimakruhkan kencing dengan berdiri dan di air yang tenang dan di
bawah pohon dan bayang-bayang dan di hembusan angin dan di tempat mandi dan
tempat meminta, lubang dan berbicara tanpa kebutuhan dan membawa sesuatu yang
ada sebutan allah.

B. WUDHU
 Fardlunya wudlu itu ada :
1. Niat karena sabda beliau saw sesungguhnya amal itu tergantung niat.
2. Membasuh wajah.
3. Mengusap sebagian rambut kepala.
4. Membasuh kedua tangan sampai kedua siku.
5. Membasuh kedua kaki serta kedua mata kaki.
6. Tertib sesuai ayat yaitu : wahai orang orang yang beriman jika kalian beranjak
untuk sholat maka basuhlah wajah kalian dan tangan kalian sampai siku dan
usaplah kepala kalian dan kaki kalian sampai kedua mata kaki.
 Sunnah – sunnah wudhu : : membaca bismillah, membasuh dua telapak tangan
sebelum memasukkan keduanya ke tempat wudlu, berkumur, menghirup air dari
hidung, menyela jenggot yang tebal, mengusap seluruh kepala, mengusap kedua
telinga luar dalam, menyela jari-jari kedua tangan dan kedua kaki, memanjangkan
basuhan, memulai dengan yang kanan, membasuh tiga kali, terus menerus, dan doa
setelah wudlu.
 Yang membatalkan wudhu :
1. Hilangnya akal sebab tidur dalam keadaan tidak menetapi tempat duduknya di
bumi karena sabda beliau saw kedua mata itu tali dubur jika kedua mata tidur
maka lepaslah tali, barang siapa tidur maka hendaknya wudlu.
2. Hilangnya akal sebab sakit atau gila atau pingsan.
3. Keluarnya kotoran dari kedua jalan, karena firman allah : jika salah alah
seorang dari kalian datang dari berak dan sabda beliau saw : allah tidak
menerima shalat salah seorang diantara kalian jika hadas sampai wudlu.
4. Memegang wanita lain tanpa penghalang karena firman allah atau kalian
memegang wanita.
5. Memegang kemaluan dengan telapak tangan karena sabda beliau saw siapa
yang memegang kemaluan maka hendaknya wudlu,  dan sabda beliau saw
siapapun wanita yang memegang farji maka hendaknya wudlu.

C. MENGUSAP KHUF
 Mengusap luar atas khuf itu kemurahan bagi orang laki – laki dan perempuan di
perjalanan dan dirumah, karena udzur atau tanpa udzur.
 Syarat – syarat sah mengusap :
1. Hendaknya kedua khuf kuat dapat untuk terus menerusnya perjalanan.
2. Hendaknya dari kulit atau huk(jukh) yang kuat atau seperti keduanya dari
perkara yang mencegah sampainya air di kaki.
3. Hendaknya memulai memakai keduanya di saat suci.
4. Hendaknya keduanya mentupi kedua mata kaki.
 Masa mengusap : masa mengusap bagi orang yang mukim itu sehari semalam dan
bagi musafir itu tiga hari beserta malamnya setelah tuntasnya hadas setelah
mengusap.
 Perkara – perkara yang membatalkan mengusap : mengusap batal karena melepas
khuf, dan sempurnanya masa dan perkara yang mewajibkan mandi.

D. MANDI
 Perkara – perkara yang mewajibkan mandi :
1. Jinabat, karena firman allah jika kalian junub maka bersucilah dan sabda beliau
saw jika dua kemaluan bertemu atau kemaluan menyentuh kemaluan maka
wajib mandi.
2. Haid, karena firman allah dan jangan kalian dekati wanita-wanita sampai
mereka suci, dan sabda beliau saw jika haid datang maka tinggalkanlah sholat
jika sudah hilang maka basuhlah darah dari tubuhmu kemudian shalatlah.
3. Mati, karena sabda nabi saw tentang seseorang yang di lempar ontanya dan
mati: mandikan ia dengan air dan daun bidara.
 Fardhu – fardhunya mandi : niat, meratakan badan dengan air karena sabda nabi :
barang siapa meninggalkan sebesar rambut yang ia tidak membasuhnya maka ia
akan disiksa dengan api.
 Sunah – sunah mandi : membaca bismillah, membasuh kedua telapak tangan
sebelum memasukkan keduanya ke tempat air, wudlu, menggosok badan, menyisir
rambut, terus menerus, memulai dengan sisi kanan lalu kiri lalu menuangkan air ke
kepala dan mengakhirkan membasuh kedua kaki.

E. TAYAMUM
 Tayamum menempati tempat wudlu dan mandi karena sebab udzur karena firman
allah : jika kalian sakit atau di perjalanan dan tidak menemukan air maka carilah
debu yang suci, dan sabda nabi saw  terhadap seseorang yang terkena jinabat dan
tidak menemukan air: sesungguhnya debu itu cukup bagimu.
 Udzur – udzur tayamum :
1. Yakin tidak ada air.
2. Takut menggunakan air karena sakit, karena firman allah jika kalian sakit atau
diperjalanan dan tidak menemukan air maka tayamumlah.
3. Masuknya waktu sholat karena sabda nabi saw : semua bumi itu dijadikan untuk
aku dan umat ku sebuah masjid yang suci, dimanapun seorang umat ku
menemui sholat maka di sampingnya adalah masjidnya dan di sampingnya
adalah bersucinya.
 Perkara – perkara yang membatalkan tayamum : yang membatalkan tayammum itu
tiga perkara, yaitu :
1. Setiap yang membatalkan wudlu.
2. Melihat air sebelum masuk sholat.
3. Murtad.
 Tayamum wajib untuk setiap shalat fardhu, dan seseorang boleh dengan satu
tayamum melakukan sunah – sunah nawafil.
 Wudhu seseorsng ysng terluka :
1. Barang siapa yang di badannya ada luka yang air membahayakannya maka ia
boleh membasuh anggota yang sehat dan tayamum sebagai ganti membasuh
anggota yang terluka.
2. Jika luka di anggota tayamum maka wajib meratakan debu, dan jika debu
membahayakannya maka ia hanya membasuh yang sembuh dan wajib
mengulangi sholat setelah sembuh.
 Perban : wajib mengusap perban dengan air jika membasuh anggota itu
membahayakanya, dan ia wajib tayamum sebagai ganti membasuh anggota yang
sakit.

F. BEBERAPA DARAH WANITA


 Haid adalah darah yang keluar dari rahim di waktu – waktu tertentu karena sehat,
setelah wanita mencapai umur 9 tahun. Haid paling sedikit itu sehari semalam, dan
paling banyak itu lima belas hari, dan umumnya itu tujuh hari beserta malamnya.
Masa suci paling sedikit itu lima belas hari, di antara dua haid.
 Nifas: nifas adalah darah yang keluar setelah melahirkan, nifas paling sedikit itu
sejenak, dan paling banyak itu enam puluh hari , dan umumnya itu empat puluh
hari.
Darah yang kurang dari haid paling sedikit atau melebihi haid paling banyak maka
itu adalah istihadloh.
 Masa mengandung yang paling sedikit itu enam bulan dan umumnya itu sembilan
bulan, dan paling banyak itu empat tahun.

G. BEBERAPA PERKARA YANG DIHARAMKAN SEBAB DUA HADAS


 Perkara yang di haramkan sebab hadas kecil:
1. Sholat, karena sabda nabi saw: allah tidak menerima sholat seseorang yang
tanpa bersuci
2. Tawaf karena sabda nabi saw sesungguhnya tawaf itu sholat
3. Memegang mushaf dan membawanya karena firman allah: tidak memegang nya
kecuali orang-orang yang suci, dan sabda nabi saw tidak boleh memegang al
quran kecuali orang yang suci.
 Perkara yang haram sebab jinabat: haram sebab jinabat menyamai  perkara yang
haram sebab hadas kecil, dan jinabat menambahi dua perkara: pertama adalah
membaca quran karena sabda nabi saw: seorang yang junub dan haid tidak boleh
membaca quran. Yang kedua menetap di masjid karena sabda nabi saw: saya tidak
menghalalkan masjid bagi orang yang haid dan junub.
 Perkara yang haram sebab haid: haram sebab haid menyamai perkara yang haram
sebab jinabat, dan ditambahi beberapa perkara: yang pertama puasa sampai
tuntasnya darah karena ucapan aisyah ra: kita haid dan kita di perintah mengqodlo’
puasa dan tidak diperintah menqodlo’ sholat. Yang kedua wati karena firman allah:
maka jauhilah wanita ketika haid, dan sabda nabi saw : lakukan semuanya kecuali
bersenggama. Yang ketiga: mencari kepuasan di antara perut dan lutut karena sabda
nabi saw: boleh bagimu anggota yang di atas sarung.

H. SHOLAT
 Allah berfirman: sesungguhnya sholat itu kewajiban yang terjadwal bagi orang-
orang mukmin, dan allah berfirman: jagalah sholat-sholat dan sholat wustho dan
berdirilah kepada allah dengan patuh, dan nabi saw bersabda: lima sholat yang allah
wajibkan kepada hamba, barangsiapa melakukannya dan tidak menyia-nyiakannya
karena meremehkan hak-hak nya maka ia memiliki janji disisi allah untuk ia
masukan surga, dan barangsiapa yang tidak mendatanginya maka ia tidak memiliki
janji di sisi allah, jika allah menghendaki allah akan menyiksanya, dan jika allah
menghendaki allah akan mengampuninya.
 Syarat – syarat wajib sholat:
1. Islam.
2. Berakal.
3. Tamyiz karena sabda nabi saw: pena di angkat dari tiga orang: dari orang yang
tidur sampai bangun, dari anak kecil sampai baligh dan dari orang gila sampai
berakal.
4. Suci dari haid dan nifas.
 Sholat anak kecil: anak kecil diperintah sholat saat umur tujuh, dan dipukul karena
meninggalkan sholat saat umur 10, karena sabda nabi saw perintahkan anak kalian
sholat ketika umur tujuh tahun, dan pukullah mereka ketika umur sepuluh.
 Syarat – syarat sahnya sholat:
1. Sucinya badan dari dua hadas sucinya badan dan baju dan tempat dari najis
karena sabda nabi saw allah tidak menerima sholat yang tanpa bersuci
2. Menutupi aurat karena sabda nabi saw jika kamu sholat dengan satu baju dan
jika baju itu luas maka pakailah selimut, dan jika sempit maka pakailah sarung,
dan sabda nabi saw allah tidak menerima sholat orang yang sudah haid kecuali
dengan kerudung.
3. Mengetahui masuknya waktu , jika ia tidak mengetahui maka wajib berijtihad
dan meneliti karena sabda saw: sholatlah karena waktunya.
4. Menghadap kiblat, karena firman allah: maka hadapkan lah wajahmu ke arah
masjidil haram , dan dimanapun kamu berada maka arahkan wajahmu ke
arahnya, dan sabda nabi: jika kalian sholat maka sempurnakanlah wudlu, lalu
menghadaplah kiblat, lalu takbirlah.
 Rukun – rukun sholat :
1. Niat karena sabda nabi saw sesungguhnya amal itu tergantung niat, dan di
syaratkan bersamanya niat dengan takbiratul ihram.
2. Berdiri di sholat fardlu bagi yang mampu karena firman allah dan berdirilah
karena allah dengan khusyu’ , dan karena sabda nabi: sholatlah dengan berdiri,
jika kamu tidak mampu maka dengan duduk, jika kamu tidak mampu maka
dengan berbaring, jika kamu tidak mampu maka dengan terlentang, allah tidak
menyuruh seseorang kecuali semampunya.
3. Takbiratul ihram dengan suara yang ia dengarkan, karena firman allah : dan
besarkan tuhanmu, dan sabda nabi saw kunci sholat adalah bersuci, dan
permulaanya adalah takbir dan akhirnya adalah salam.
4. Membaca fatihah dan basmallah adalah termasuk ayat fatihah dan karena sabda
nabi saw: tiada sholat bagi seorang yang tidak baca fatihah, dan sabda nabi saw
jika kalian baca alhamdu maka bacalah bismillahirrohmanirrohim,
sesungguhnya bismillah itu ibu alquran dan ibu kitab dan tujuh yang diulang-
ulang dan bismillah itu salah satu ayatnya.
5. Rukuk dan tenang di ruku’ karena sabda nabi saw rukuklah sampai kamu tenang
dalam keadaan ruku’.
6. I’tidal dan tenang di dalam i’tidal karena sabda nabi saw: angkatlah sampai
kamu i’tidal dalam keadaan berdiri.
7. Sujud dua kali di setiap rokaat serta tenang karena sabda nabi saw sujudlah
sampai kamu tenang dalam keadaan sujud.
8. Duduk diantara dua sujud karena sabda nabi saw bangunlah sampai kamu
tenang dalam keadaan duduk.
9. Duduk untuk tasyahud akhir , dan tasyahud dalam tasyahud akhir dan
bershalawat bagi nabi di tasyahud akhir.
10. Salam yang pertama.
 Adzan dan iqomah itu sunnah di perjalanan dan di rumah untuk sholat fardlu karena
firman allah jika dikumandangkan sholat, dan sabda nabi: jika shalat telah hadir
maka hendaknya salah seorang kalian mengimami kalian. Adzan tidak sah kecuali
setelah masuknya waktu kecuali di subuh karena subuh memiliki dua adzan salah
satunya di pertengahan malam, yang kedua setelah terbitnya fajar.
 Sunah – sunah sholat :
1. Qunut di i’tidal rakaat yang akhir subuh dan witir pertengahan kedua bulan
ramadlan dan sholawat serta salam kepada nabi dan keluarganya dan sahabatnya
di qunut dan berdiri di semua qunut.
2. Tasyahud pertama di sholat ketiga dan keempat dan duduk dan sholawat kepada
nabi setelah tasyahud pertama.
 Haiat – haiat sholat :
1. Mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ihram dan ketika ruku’ dan ketika
bangun dari ruku’ dan ketika berdiri dari tasyahud pertama.
2. Meletakkan tangan kanan di pergelangan tangan kiri.
3. Doa iftitah setelah takbiratul ihram.
4. Membaca taawudz.
5. Membaca amin.
6. Membaca surat setelah fatihah.
7. Keras di tempatnya dan pelan di tempatnya.
8. Takbir perpindahan.
9. Tasbih setelah i’tidal.
10. Tasbih di ruku’ dan sujud.
11. Meletakkan kedua tangannya ketika tasyahud di atas kedua pahanya seraya
melebarkan tangan kirinya seraya menggenggam tangan kanannya kecuali
telunjuk.
12. Duduk iftirasy di setiap duduk.
13. Duduk tawaruk di duduk akhir.
14. Salam yang kedua.
15. Niat keluar dari sholat.
 Perkara – perkara yang membatalkan sholat :
1. Berbicara dengan sengaja karena sabda nabi saw: sesungguhnya shalat ini itu
tidak layak ucapan manusia di dalamnya, sesungguhnya shalat itu tasbih, takbir
dan membaca al quran.
2. Pekerjaan yang banyak karena sabda nabi saw : tentang memegang krikil jika
kau melakukan maka satu kali.
3. Terbahak bahak dan seperti itu adalah menangis , merintih, berdahak jika keluar
satu huruf yang mempunyai makna atau dua huruf walaupun tidak memiliki
makna.
4. Makan dan minum secara sengaja, banyak atau sedikit, atau banyak walaupun
secara lupa atau tidak mengerti.
5. Meninggalkan suatu rukun dari rukun-rukun shalat atau kehilangan suatu syarat
dari syarat – syarat sholat.
 Mengqodlo sholat yang tertinggal :
1. Barang siapa meninggalkan shalat tanpa udzur maka wajib
menqodlo(mengganti) shalat, ketika ia ingat secara langsung.
2. Udzur-udzur shalat itu tidur dan lupa.
 Wajib menqodlo shalat, jika ia musafir dan meninggalkan sholat empat rakaat maka
ia menqodlo dua rakaat di perjalanan, tidak di rumah, maka ia menyempurnakan
shalat. Dan jika ia mukim dan meninggalkan sholat di rumah maka ia menqodlo
empat walaupun qodlo’nya di perjalanan.
 Shalat jamaah itu fardlu kifayah karena firman allah: dan jika engkau dengan
sahabat lalu engkau mendirikan shalat maka hendaknya suatu kelompok berdiri
bersamamu. Dan nabi saw bersabda: sholat jamaah itu lebih baik dari sholat sendiri,
terpaut dua puluh derajat.
 Perkara untuk menemui rakaat: rakaat di temui dengan menemui rukuk karena
sabda nabi saw jika salah seorang di antara kalian datang ke shalat dan kita dalam
keadaan sujud maka sujudlah dan jangan dihitung, dan barang siapa menemui rukuk
maka ia menumui rakaat.
 Syarat sah jamaah :
1. Niat mengikuti.
2. Mengetahui shalatnya imam walaupun dengan perantara.
3. Hendaknya makmum tidak mendahului imam.
4. Hendaknya makmum mendekat ke imam di selain masjid 300 dzira atau kurang,
dan hendaknya tiada penghalang antara keduanya.
I. SHOLATNYA ORANG YANG BEPERGIAN
 Qosor : diperbolehkan bagi seorang musafir dengan perjalanan panjang (dua
marhalah) menqosor sholat yang empat rakaat menjadi dua rakaat. Karena firman
allah jika kalian bepergian di bumi maka tiada larangan atas kalian untuk menqosor
sholat. Dan sabda nabi saw ketika beliau ditanya tentang shalat dalam perjalanan:
itu adalah shodaqoh, yang allah shodaqohkan terhadap kalian , maka terimalah
shodaqohnya.
 Syarat sah menqosor:
1. Bepergian di selain maksiat.
2. Niat qosor bersama takbiratul ihram.
3. Tidak makmum pada orang muqim.
 Jama’ dalam perjalanan: boleh jama’ dalam perjalanan yang panjang, maka ia
menjamak antara dzuhur dan ashar dan antara maghrib dan isya’, mendahulukan
atau mengakhirkan.
 Syarat – syarat jama’ taqdim :
1. Tertib: tidak boleh mendahulukan ashar mengakhirkan dzuhur, dan
mendahulukan isya’ mendahulukan maghrib.
2. Niat jama’ di sholat yang pertama.
3. Terus – menerus, sekira keduanya tidak terpisah dengan waktu yang cukup dua
rakaat.
4. Hendaknya ia dalam keadaan bepergian disholat yang pertama, dan ketika
memulai yang kedua.
 Syarat – syarat jama’ takhir :
1. Niat mengakhirkan di sholat yang pertama, di waktu sholat yang pertama.
2. Masih diperjalanan sampai selesainya dua sholat.

J. SHOLAT JUMAT
 Hukum jumat: fardlu ain bagi setiap muslim merdeka mukallaf laki-laki sehat dan
bertempat tinggal. Karena firman allah: wahai orang-orang yang beriman jika di
sholat di serukan di hari jumat maka berlarilah untuk dzikir allah. Dan sabda nabi
saw : sholat jumat itu wajib bagi setiap muslim kecuali bagi empat orang : hamba,
wanita, anak kecil, orang sakit.
 Syarat – syarat sholat jumat :
1. Hendaknya di pemukiman yang dihuni oleh orang-orang yang sholat jumat, baik
berupa kota, negara, atau desa.
2. Hendaknya sholat dengan berjamaah orang orang yang wajib sholat jumat, yang
tidak kyrang dari 40.
3. Waktu asih tersisa.
4. Imam hendaknya berkhutbah dengan dua kali khutbah, ia berdiri di kedua
khutbah, dan duduk diantara dua khutbah.
 Sunah – sunah shalat ‘id :
1. Tujuh takbiran di rakaat pertama, dan lima di rakaat kedua selain kedua
takbiratul ihram dan berdiri.
2. Dua khutbah setelah ‘id, khotib takbir di khutbah pertama 9 takbir, dan di
khutbah kedua 7 takbir.
3. Takbir sejak terbenamnya matahari malam idul fitri sampai  imam memulai
sholat, dan di idul adha setelah solat fardlu sejak subuh hari arafah sampai asar
akhir hari tasyriq.
 Sholat gerhana matahari dan gerhana bulan itu sunnah muakkad, sholat gerhana itu
dua rakaat di setiap rakaat terdapat dua berdiri yang ia memanjangkan bacaan di
kedua rakaat, dan dua ruku’ yang ia memanjangkan tasbih di kedua ruku’ , bukan
sujud dan khatib khutbah setelah sholat, dan memelankan bacaan di gerhana
matahari, dan mengeraskan di gerhana bulan.
K. SHOLAT JENAZAH
 Perkara yang wajib bagi mayat : memandikan mayat seorang yang islam ,
memberinya kain kafan , membawanya ke kubur , mensholatinya  , dan
menguburnya, itu semua hukumnya fardhu kifayah.
 Cara memandikan : mayat itu dimandikan tiga kali , yang pertama dengan daun
bidara atau sabun , yang kedua dengan air murni yakni tanpa campuran suatu
apapun , dan yang ketiga dengan sedikit campuran kapur barus.
 Cara menshalati mayat :
1. Niat menshalati mayat.
2. Takbir empat kali pada mayat.
3. Membaca al  fatihah setelah takbir yang pertama.
4. Membaca sholawat kepada nabi setelah takbir yang kedua.
5. Membaca doa untuk mayat setelah takbir ke tiga.
6. Salam setelah takbir ke empat.
 Orang yang mati syahid dan lahir keguguran : orang yang mati syahid didalam
peperangan memerangi orang kafir itu tidak boleh dimandikan dan tidak boleh
dishalati . Adapun anak yang mati keguguran itu dimandikan tanpa dishalati 
mayatnya  jika rohnya  sudah ditiupkan dalam tubuhnya atau sudah bergerak gerak
waktu lahir , dan selain memandikan juga  menshalati apabila anak itu menjerit
yakni terdengar suara sewaktu dilahirkan sekalipun hanya perlahan – lahan.
 Mengantarkan mayat : mengantarkan mayat itu hukumnya sunah dan disunahkan
bagi orang yang mengantarkan mayat supaya berjalan lebih dulu didepan mayat .
Dan dimakruhkan mengeraskan suara dengan bacaan  dzikir dan bacaan al quran ,
hendaknya melakukan dzikir tadi dengan sembunyi sembunyi saja , karena sabda
nabi saw : janganlah kamu mengikuti jenazah dengan bersuara dan jangan pula
dengan membawa api.
 Mengkuburkan mayat : wajib mengkuburkan mayat dengan menghadapkan qiblat
dan disunahkan meletakkan pada liang lahad , disunahkan pula supaya kuburannya
itu diratakan  sesudah di perdalamkan penggaliannya , kuburan itu jangan diberi
bangunan apa apa di atasnya , dan jangan pula diperkuat dengan dinding . Dan
diharamkan memindah mayat itu sebelum dikuburkan untuk dibawa ke tempat yang
lain agar dapat dikuburkan ditempat yang lain tersebut , sekalipun dianggap aman
perubahannya kecuali apabila menurut adat istiadat dikalangan penduduk daerah
bahwa mengkuburkan orang orang mati dilakukan di negeri selain negeri mereka
sendiri atau kematian mayat itu dekat tempatnya dengan kota mekkah atau madinah
maka boleh dipindahkan kekedua kota tersebut.
 Menangisi mayat  : boleh saja menangisi mayat itu , asalkan tanpa menyatakan
ratapan , tanpa merobek robek pakaian , dan tanpa memukul-mukul pipi sendiri.
 Takziyah : melakukan takziyah atau menyatakan berduka cita kepada orang yang
terkena musibah itu hukumnya sunah , yaitu sejak dikuburnya mayat sampai tiga
hari sesudahnya , juga disunahkan agar supaya melakukan takziyah itu diratakan
kepada seluruh kerabat mayat .
 Menyembelih dan membuat makan : disunahkan bagi tetangga keluarga mayat dan
kawan kawannya , agar supaya mereka membuat makanan untuk keluarga mayat
yang ditinggalkan , dan mengirimkan makanan itu kepada mereka , juga menyuruh
mereka dengan paksa agar suka makan , sebab kesedihan itu adakalanya mencegah
mereka dari makan , maksudnya  karena adanya kesedihan ditinggalkn salah
seorang keluarga yang mati lalu tidak suka makan, adapun berkumpul dalam rumah
mayat dan mempersiapkan makanan untuk orang orang yang berkumpul sewaktu
bertakziyah , maka hal itu tidak dibolehkan , karena hadist jarir bin abdullah yang
artinya : kita semua ini menganggap bahwa berkumpul ke tempat keluarga mayat
dan keluarga itu membuatkan makanan untuk orang orang yang berkumpul
itu termasuk ratapan pada mayat.

L. ZAKAT
 Orang yang wajib zakat: zakat wajib bagi setiap muslim yang merdeka yang
memiliki nishab, jika lewat satu tahun, karena firman Allah ta’ala dan dirikanlah
shalat dan tunaikan zakat.
 Harta yang wajib di zakati:
1. Onta, sapi, kambing, kerbau, dengan syarat mencapai nishab, dan telah lewat
satu tahun, dan menggembala maksudnya menggembala di rerumputan yang
mubah.
2. Emas dan perak jika mencapai nishab dan lewat satu tahun، di zakati
seperempat sepersepuluh.
3. Makanan pokok dan buah-buahan jika mencapai nishab maka zakatnya adalah
sepersepuluh jika di sirami tanpa biaya, dan setengahnya sepersepuluh jika
disirami dengan biaya.
4. Harga dagangan, di total saat akhir tahun dengan harga beli baik emas atau
perak, jika mencapai nishab maka di zakati seperempat sepersepuluh.
 Harta yang tidak wajib wakat: Zakat tidak wajib dalam rumah yang ditepati,
pakaian, perabot rumah tangga, hewan transportasi, senjata yang terpakai, tempat
yang tidak terbuat dari emas atau perak. Dan zakat tidak wajib di perhiasan yang di
perbolehkan, dan di alat kerja, dan buku pengetahuan, jika tidak untuk di
perdagangkan.
 Zakat hutang: barang siapa yang memiliki hutang yang sampai nisab dan sudah
setahun maka wajib zakat, jika hutang itu bisa di ambil, dan berupa dirham atau
harta dagangan. Adapun jika berupa hewan maka tidak wajib zakat.
 Zakat fitrah: wajib zakat fitrah bagi setiap muslim yang mukalaf untuk dirinya dan
orang yang wajib ia nafkahi, jika lebih dari kebutuhannya dan kebutuhan
keluarganya di malam Idul fitri dan siangnya.
 Siapa yang menerima zakat: zakat di berikan kepada 8 kelompok yang tersebut di
ayat: sesungguhnya zakat itu untuk fakir, miskin, pegawai zakat, mualaf, budak,
orang yang hutang, jalan Allah, dan musafir, sebagai kewajiban dari Allah,
sesungguhnya Allah itu maha mengetahui dan bijaksana .

M. PUASA
 Kewajiban berpuasa: puasa wajib bagi setiap orang islam yang mukalaf yang kuat,
jika benar terlihatnya hilal atau sempurnanya bulan  Syaban 30 hari, karena firman
Allah : wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian puasa, dan firman
Allah , jika di antara kalian melihat hilal maka berpuasalah.
 Fardlu – fardlu puasa :
1. Niat.
2. Menjauhi perkara yang membatalkan sepanjang hari.
 Perkara – perkara yang membatalkan :
1. Mengeluarkan muntah dengan sengaja.
2. Masuknya benda ke dalam tubuh dari salah satu lubang, murtad, nifas, jimak
dan 0nani.
 Hari-hati yang haram puasa: haram puasa di dua hari raya, dan hari-hari tasyrik, dan
puasa sehari atau dua hari sebelum Ramadlan, begitu jika puasa separuh akhir dari
bulan Syaban kecuali jika sama dengan kebiasaannya atau menyambung dengan
hari sebelumnya.
 Puasa yang di makruhkan dengan makruh tahrim yaitu puasa hari keraguan.
 Uzur-uzur yang memperbolehkan tidak puasa:
1. Sakit, jika ia takut puasa itu menambah sakitnya atau lama sembuhnya atau
adanya keberatan maka ia boleh tidak puasa, dan ia wajib menyaur (mengganti).
2. Musafir, jika seorang musafir takut terhadap dirinya kematian atau cacat maka
yang lebih baik baginya adalah tidak puasa, dan ia wajib menyaur (mengganti),
dan jika ia tidak takut hal yang telah disebut maka ia boleh tidak puasa, dan
yang lebih baik adalah puasa .
3. Tua umur. Orang tua yang renta yang tidak mampu berpuasa maka boleh
baginya tidak puasa, dan ia wajib bayar fidyah yaitu memberi makan orang
miskin setiap harinya 1 mud, dan seperti dia adalah orang yang sakit yang tidak
di harapkan sembuhnya
4. Haid dan nifas. Jika seorang wanita haid atau nifas maka wajib baginya tidak
puasa dan menyaur (mengganti) setelah suci.
5. Orang yang hamil dan menyusui, jika takut akan dirinya dan  anaknya maka ia
tidak puasa dan wajib menyaur (mengganti) saja, dan jika ia takut terhadap anak
saja maka ia wajib menyaur(mengganti) dan bayar fidyah
 Orang yang batal puasa sebab jimak:  barang siapa batal puasa sebab jimak maka
wajib menyaur(mengganti) dan kafarat yaitu memerdekakan budak yang beriman,
jika ia tidak menemui, maka wajib puasa dua bulan yang berturut turut , jika tidak
mampu, maka memberi makan 60 orang miskin.

N. HAJI
 Kewajiban Haji: Haji itu fardu ain sehidup sekali bagi setiap muslim yang mukalaf
yang merdeka mampu, memiliki ongkos, air, kendaraan serta amannya jalan dan
mampu perjalanan, karena firman Allah taala: wajib bagi manusia karena Alah haji
baitullah, yaitu seorang yang mampu.
 Rukun – rukun haji : rukun – rukun haji itu ada lima :
1. Ihram bersama niat.
2. Wukuf di Arafah.
3. Tawaf di baitullah tujuh kali.
4. Sai di antara sofa dan Marwah.
5. Menyukur atau memendekkan.
 Wajib – wajib haji: wajib-wajib haji itu lima, yaitu:
1. Ihram dari miqat.
2. Melempar jumrah tiga kali.
3. Bermalam di Muzdalifah.
4. Bermalam di mina di malam-malam hari tasyrik.
5. Tawaf wada.
 Sunah – sunah haji : sunah – sunah haji itu banyak di antaranya : mandi karena
ihram dan ihram, melempar jumrah, membaca talbiah, tawaf qudum, bermalam di
mina malam wukuf di Arafah, memakai sarung dan selendang yang putih, zikir,
wukuf dan doa di masyaril haram.
 Kewajiban umrah : umrah itu fardu ain sehidup sekali seperti haji. Dan rukun –
rukun umrah itu seperti rukun haji kecuali wukuf di Arafah.
 Perkara – perkara yang diharamkan saat haji : haram ketika haji tujuh perkara :
1. Memakai pakaian yang di jahit.
2. Menutup kepala bagi seorang laki-laki dan wajah bagi seorang perempuan.
3. Menyisir rambut atau mencukurnya.
4. Memotong kuku.
5. Parfum.
6. Membunuh hewan.
7. Akad nikah.
8. Bersenggama.
9. Memegang dengan syahwat.
10. Memotong pohon tanah haram.
 Perkara yang di bayar sebab melakukan perkara yang di haramkan : barang siapa
melakukan perkara yang di haramkan haji maka wajib membayar fidyah kecuali
akad nikah, maka akad nikah itu tidak sah. Dan kecuali bersenggam4 dan berburu
yang hukumnya akan datang.
 Fidyah adalah menyembelih kambing atau puasa tiga hari atau memberi makan 3
sho’ untuk 6 orang miskin.
 Hukum meninggalkan rukun : barang siapa meninggalkan rukun dari rukun – rukun
haji atau umrah maka ia (harus) melakukannya sebelum tahalul, kecuali wukuf di
Arafa, maka ia tahalul dengan perbuatan umrah dan ia wajib menyaur serta dam.
 Hukum meninggalkan perkara wajib atau sunah : siapa yang meninggalkan wajib
dari kewajiban haji maka wajib menyembelih kambing, jika ia tidak mampu maka
puasa tiga hari sebelum hari raya dan tujuh hari di negaranya, dan siapa yang
meninggalkan sunah maka ia tidak wajib suatu apa pun.
 Bersenggama dengan sengaja : jima dengan sengaja itu membatalkan haji, barang
siapa yang bersenggama sebelum tahalul maka ia wajib menyempurnakan haji, dan
menyaur dan menyembelih unta, barang siapa tidak mendapati unta maka sapi,
barang siapa tidak mendapati sapi maka tujuh kambing, barang siapa tidak
mendapati tujuh kambing maka ia mengira-ngirakan harga unta dan membeli
makanan dengan harga unta, barang siap yang tidak mampu membeli, maka puasa
dengan setiap mud satu hari.
 Terkepung yaitu terhalangnya orang yang haji atau umrah untuk menyempurnakan
ibadahnya dari seluruh jalan, orang yang terkepung itu tahalul dengan dam, maka ia
menyembelih kambing lalu mencukur rambutnya, karena firman Allah, jika kalian
terkepung maka sembelihan yang mudah.
 Dam adalah : hewan ternak yang disembelih di haram karena haji tamattu’ atau
qiran atau meninggalkan wajib atau karena menjalankan nazar atau kesunahan, dan
tidak boleh bagi orang yang menyembelih memakan hewan tersebut, kecuali jika
sembelihan itu sunah .
 Haji tamatu adalah : ihram dengan umrah di bulan haji dari miqat dan setelah
selesai umrah maka ia ihram  haji, dan ia wajib menyembelih karena firman Allah :
barang siapa bersenang-senang dengan umrah sampai hai maka sembelihan yang
mudah , barang siapa yang tidak mendapati maka puasa tiga hari di haji dan tujuh
jika kalian kembali.
 Qiran adalah ihram dengan haji atau umrah bersamaan, dan ia wajib menyembelih
karena ucapan Sayyidah Aisyah bahwasanya nabi SAW itu menyembelih sapi
untuk istri-istrinya di hari raya, dan mereka itu haji qiran.
 Sesuatu yang haram di tanah haramx: haram membunuh buruan tanah haram dan
memotong pepohonannya, barang siapa yang membunuh buruan maka ia
menyembelih hewan ternak yang sepertinya atau bersedekah makanan dengan harga
hewan buruan, atau puasa setiap satu mud satu hari.

O. KURBAN
 Penyembelihan /qurban ialah menyembelih hewan ternak sebagai tanda syukur atas
nikmat yang diberikan allah ,yang bertujuan untuk  mendekatkan diri kepada allah
swt  pada hari raya nahr (qurban) , hukum berkurban adalah sunah kifayah bagi
setiap muslim yang mukallaf yang memiliki harta lebih untuk kebutuhannya dan
kebutuhan orang lain , yang dikeluarkan pada hari raya nahr (qurban) dan hari hari
tasyriq , dan tidak patut bagi yang mengeluarkan hewan qurban untuk memakan
daging qurban kecuali dagingnya ada yang lebih.
 Syarat-syarat dalam berqurban ialah hewanya selamat atau terhindar dari suatu 
kecacatan , sakit , dan beberapa gangguan anggota tubuh seperti buta ,
timpang(pincang),dan  buta sebelah mata.
 Waktu berqurban ialah dari masuknya sholat hari raya qurban sampai berakhirnya
hari tasyriq (11,12,13 dzulhijjah).
 Kesunahan – kesunahan dalam menyembelih hewan qurban
1. Membaca bismillah.
2. Menghadapkan hewan qurban ke qiblat.
3. Membaca sholawat kepada nabi muhammad saw.
4. Membaca takbir tiga kali setelah membaca bismillah.
 Aqiqah ialah menyembelih hewan ternak pada hari ketujuh kelahiran anak , dan itu
hukumnya sunah . Apabila anaknya laki laki maka menyembelih dua kambing , dan
apabila anaknya perempuan maka menyembelih satu kambing.
  
P. SESUATU YANG HALAL DIMAKAN DAN YANG TIDAK HALAL
 Burung : burung  yang diharamkan untuk dimakan ialah burung hud hud , burung
kakak tua , burung hantu , burung elang , kelelawar , merak , dan setiap burung
yang mempunyai kuku yang tajam  untuk mencengkram mangsangya .  Burung
yang dihalalkan untuk dimakan ialah burung emprit / gereja, burung dara , burung
unta, burung bulbul , dan golongan/spesies lain dari burung-burung yang disebutkan
yang sudah diketahui kehalalanya.
 Hewan peliharaan : hewan yang diharamkan untuk dimakan seperti anjing, babi,
kera, keledai yang menjadi peliharaan dirumah, kucing yang menjadi peliharaan
dirumah ataupun yang liar, dan hewan buas seperti macan/singa, macan tutul,
serigala, beruang , kumbang, musang , dan setiap hewan yang mempunyai gigi
tajam ( siyung ) untuk memangsa buruanya . Hewan yang dihalalkan untuk dimakan
yaitu kuda, keledai liar, rusa, sapi liar dengan beberapa macam nya, landak, kelinci,
kijang bertanduk cabang , kanguru, biawak, dhab, dan musang.
 Hewan melata :  diharamkan juga untuk memakan hewan melata bumi seperti
kalajengking   ular , tikus , katak , semut dan jenis jenis dari hewan yang
disebutkan.
 Hewan yang diharamkan sebab kematianya : diharamkan dari hewan yang bisa di 
makan dagingnya
1. Sebab menjadi bangkai.
2. Darah (kecuali hati dan jantung).
3. Hewan yang mati sebab dijiret (tali) ,(yang mati karena ditali) . 
4. Hewan yang mati karena di pukul ( yaitu hewan yang dipukul dengan beberapa
alat sampai mati). 
5. Hewan yang mati karena jatuh ( yaitu hewan yang jatuh/melompat dari tempat
yang tinggi sampai ia mati).
6. Hewan yang mati karena ditanduk ( yaitu hewan  tersebut ditanduk hewan lain
sampai mati ) , kecuali  apabila hewan tersebut disembelih sebelum ia mati,
maka itu halal.
 Hewan laut :dihalalkan memakan setiap hewan yang hidup di air/laut, walaupun
hewan tersebut menyerupai anjing atau babi atau juga menyerupai manusia kecuali
buaya dan kura kura laut (penyu) ataupun kura kura yang hidup di darat.

Q. BURUAN DAN SEMBELIHAN YANG HALAL DAN HARAM


 Sesuatu yang tidak bisa dimakan dagingnya : boleh membunuh atau berburu setiap
hewan yang tidak bisa dimakan (haram), karena menolak mudharat  atau mencari
manfaat dari hewan tersebut yang diperbolehkan untuk dimanfaatkan seperti gigi
dan rambutnya.
 Sesuatu yang boleh dimakan dagingnya : boleh memburu atau menyembelih setiap
hewan liar yang bisa dimakan dagingnya dengan syarat , sebagai berikut :
1. Orang  yang berburu hendaknya harus orang  muslim atau orang kitabi(orang
nasrani atau yahudi) yang mengerti bagaimana cara penyembelihannya.
2. Tidak menyebut selain nama allah pada saat menyembelih atau berburu atau
tidak menyekutukan allah  dengan nama yang lain.
3. Orang yang berburu harus bermaksud menjatuhkan pekerjaan yang dilakukan
semata mata terhadap binatang yang dikehendaki olehnya saja.

R. JUAL BELI
 Menjual barang barang : barang barang itu dibagi menjadi dua yaitu  barang yang
tidak boleh dijual dan barang yang boleh dijual.
 Barang barang yang boleh dijual : boleh menjual barang yang suci atau yang
mengandung manfaat didalamnya, dengan syarat : barang tersebut diketahui kira 
kira dan sifatnya , barang tersebut miliknya orang yang menjual , orang yang
menjual harus bisa memberikan barangnya kepada pembeli.
 Barang barang yang tidak boleh dijual : dibagi menjadi dua yaitu  barang najis dan
barang suci.
 Barang barang yang najis : haram menjual barang barang yang najis seperti anjing,
babi, bangkai , khamr(arak) , kotoran(tahi) , dan perkara yang tidak mungkin bisa 
disucikan dari perkara perkara yang kotor seperti minyak zaitun yang terkena najis.
 Barang barang yang suci : barang barang yang suci yang haram dijual yaitu 
1. Menjual setiap barang yang tidak ada atau masih samar barangnya seperti buah
yang belum matang, padi yang belum siap dipanen , menjual anak (hewan) yang
masih ada dikandungan ibunya , dan juga menjual susu hewan yang masih
berada di badanya(belum di perah).
2. Menjual apa yang tidak dapat diserahkan oleh penjual kepada pembeli, seperti
menjual barang yang ada ditangan perampas.
3. Menjual barang yang tidak ada manfaatnya, seperti menjual berhala, hewan
melata, racun, dan mesin hiburan yang membuat mengalihkan perhatian dari
mengingat Allah.
4. Menjual apa yang tidak dimiliki penjual, seperti titipan, dan apa yang dibeli dan
belum diterimanya.
 Perkara yang diharamkan bagi penjual :
1. Diharamkan bagimu untuk menambahkan sesuatu yang tidak dibutuhkan,
2. Diharamkan bagimu untuk menjual kepada saudara muslimmu dengan
mengatakan kepada pembeli “ saya menjual kepada anda kain yang lebih baik
dengan harga ini atau lebih murah dari harga itu. “
3. Diharamkan bagimu menemui penduduk desa untuk menjadi perantara menjual
barang – baranganya, karena Nabi SAW
4. Diharamkan bagimu
5. Diharamkan bagimu menimbun bahan – bahan makanan pokok pada masa
paceklik untuk menaikkan harganya.
6. Diharamkan bagimu untuk memuji barang daganganmu atas apa yang tidak ada
didalamnya, dan menyembunyikan cacatnya dari pembeli, maka apabila
pembeli tersebut mengetahui cacat dari barang tersebut setelah membelinya dan
pembeli tersebut ingin mengembalikan barang tersebut, maka kamu tidak boleh
menolaknya.

S. RIBA
 Riba adalah termasuk jual beli yang diharamkan , dengan sangat haram , karena
mencegah manusia untuk melakukan pekerjaan berdagang . Allah berfirman : aku
(allah) menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba , maka barang siapa yang
datang kepadanya peringatan dari tuhannya,kemudian suka menghentikan
perbuatan riba , maka baginya adalah apa apa (dosa) yang telah lampau diampuni
dan perkaranya adalah terserah kepada allah juga .adapun orang yang kembali yakni
mereka itulah orang orang yang akan mendapatkan siksa neraka , mereka kekal
didalam neraka itu . Allah menghapuskan keberkahan harta yang diperoleh dari
hasil riba , dan menambahkan pahala berbagai sedekah dan allah tidak suka kepada
orang yang suka menutup-nutupi kenikmatan tuhannya dan orang yang suka
berbuat dosa . Allah berfirman lagi : hai orang orang yang beriman , bertaqwalah
kalian semua kepada allah dan tinggalkanlah sesuatu yang masih tersisa dari riba itu
jika kalian semua betul betul orang mukmin . Tetapi jika kalian enggan melakukan
perintah allah tersebut maka perhatikanlah adanya peperangan dari allah dan
rasulnya  . Sebaliknya jika kalian semua suka bertaubat maka bagimu semua
hanyalah boleh mengambil pokok hartamu saja tanpa disertai riba . Kamu semua
tidak boleh berbuat zalim dan jangan suka diperlakukan zalim oleh orang lain .
Rasulullah bersabda : allah itu melaknat kepada orang yang memakan harta riba ,
yang mewakilkan , yang menjadi saksi serta pencatat riba.
 Riba itu ada dua macam yaitu riba nasi’ah dan riba fadl.
 Riba nasia’ah yaitu memberkan sejumlah harta dengan mengambil faedah , baik
secara tahunan maupun bulanan sebagai imbalan mengakhirkan pembayaran
pinjaman.
 Riba fadl yaitu menjual sesuatu jenis benda dengan sesuatu yang sama jenisnya
dengan benda itu tanpa pengakhiran atau penundaan dalam penerimaannya , tetapi
dengan adanya tambahan misalnya seorang yang menjual 1 kwintal gandum dengan
1 kwintal , dan segantang  dari benda yang sejenisnya secara serah terima dengan
langsung atau seperti seorang yang menjual yang telah dibuat perhiasan dan
sebagiannya yang timbangannya dua belas  mistqal , cara demikian itu haram
hukumnya , karena sabda nabi saw : janganlah kamu semua menjual emas dengan
emas , perak dengan perak , gandum dengan gandum ,  kacang dengan kacang ,
kurma dengan kurma , jangan pula garam dengan garam , kecuali sama beratnya
antara yang satu dengan yang lain ,benda dengan benda yang sama sama dapat
dilihat dapat pula diserahkan dan diterima dari tangan satu ke tangan yang lain .jika
benda benda itu berlainan macam nya , maka juallah sesuka hatimu semua ,
apabila dapat diserahkan dan diterima dari tangan yang satu dengan tangan yang
lainnya.

T. NIKAH
 Nikah itu hukumnya wajib bagi orang yang tidak dapat menjamin dirinya aman
untuk jatuh dalam perkara yang diharamkan , dan sunnah bagi orang yang merasa 
dirinya aman(tidak akan terjerumus) dari melakukan perkara haram sedangkan ia
berkuasa memberikan mahar dan memberikan nafkah . Allah berfirman : dan
nikahilah para janda dari kamu semua , juga orang orang yang shaleh dari semua
golongan hamba sahaya , lelaki dan perempuan . Nabi saw juga bersabda: barang
siapa diantara kalian semua yang sudah kuasa memberikan tempat nafkah , maka
hendaknya ia nikah ,sesungguhnya pernikahan itu lebih dapat memejamkan
mata ,lebih dapat mengamankan kemaluan sehingga tidak akan terjerumus dalam
perzinaan , dan barang siapa yang tidak kuasa melakukan itu (nikah) maka
hendaknya ia berpuasa.
 Melihat orang yang dilamar : di sunahkan kepada seorang laki laki untuk melihat
wajah wanita yang akan dilamar olehnya dan juga kedua telapak tangannya . Di
waktu melihatnya hendaknya lelaki tersebut disertai salah seorang dari muhrim
perempuan itu, karena sabda nabi : jika salah satu  dari kalian semua melamar
perempuan ,maka apabila ia dapat melihat  kepada sesuatu yang menyebabkan ia
ingin untuk menikahinya , hendaknya hal itu dilakukan oleh lelaki tadi yakni
dengan melihat wajah dan kedua telapak tangannya.
 Syarat syarat sah nikah : nikah itu tidak sah kecuali dengan adanya wali dari
seorang istri yang akan di nikah atau orang  yang mewakili wali tersebut dan dua
orang saksi yang adil, beragama islam, mukallaf, merdeka, dan laki laki, karena
sabda nabi : nikah itu tidak sah kecuali dengan adanya wali dan dua orang saksi
yang adil.
 Perempuan perempuan yang haram di nikahi : orang laki laki itu haram menikahi
perempuan musyrikah  yakni yang menyekutukan allah dengan sesuatu , yang lain
atau yang tidak mempunyai agama  seperti perempuan yang atheis , atau perempuan
yang masih menjadi kerabatnya dengan sebab keturunan , susuan , atau mertua dan
haram pula bagi laki laki itu mengumpulkan antara perempuan dengan  perempuan
yang masih ada hubungan kerabat dengannya  dengan sebab keturunan atau susuan .
Allah berfirman  : diharamkan atasmu semua hai kaum lelaki menikahi ibumu ,
anak perempuanmu , saudara perempuan ayahmu , saudara perempuan ibumu , anak
perempuan saudara lelakimu , anak perempuan saudara perempuanmu , ibumu yang
menyusuimu , saudara saudara perempuan yang dari susuan denganmu , ibu
istrimu , dan anak tirimu perempuan yang dalam asuhanmu *)   dari istri yang kamu
sudah menyetubuhinya , tetapi jika istrimu itu belum kamu setubuhi  , tetapi jika
istri itu belum kamu setubuhi  maka tidak bersalah bagimu untuk menikahi  anak
tirimu perempuan tadi , juga haram bagimu menikahi istri anak anak lelakimu
sendiri, haram pula jika kamu mengumpulkan antara dua orang saudara perempuan,
kecuali apa apa yang telah lampau. Nabi saw bersabda : teraknatlah orang lelaki
yang mengumpulkan air maninya dalam rahimnya dua perempuan yang masih
saudara . Juga sabda nabi : haramlah perkawinan dari sebab susuan itu ebagaimana
apa apa yang dari sebab nashab atau keturunan . Dan nabi bersabda lagi : tidak
bolehlah dikumpulkan antara seorang perempuan dengan bibinya dari ayah dan
bibinya dari ibu.
 Kerabat sebab keturunan:
1. Ibu.
2. Anak perempuan.
3. Saudara perempuan .
4. Saudara perempuan ayah (bibi dari ayah).
5. Saudara perempuan ibu (bibi dari ibu)
6. Anak perempuannya saudara laki laki .
7. Anak perempuannya saudara perempuan.
 Kerabat sebab susuan  : wanita yang menyusui dan semua yang haram dengan
sebab keturunan itu haram pula lah dengan sebab susuan karena sabda nabi saw :
haram lah dengan  sebab keturunan itu apa yang menjadi haram dengan sebab
susuan .
 Kerabat sebab menjadi menantu (mertua) :
1. Ibu istri.
2. Istri ayah.
3. Istri anak laki laki.
4. Anak perempuannya istri.
 Mahar (maskawin ) :
1. Mahar ialah hart a yang diberikan seorang laki laki kepada seorang perempuan
yang tiada batas mengenai jumlahnya yakni perihal berapa yang sedikit
sedikitnya dan berapa yang sebanyak banyaknya dan adakalanya merupakan
suatu ke manfaatan , nabi bersabda : usahakanlah mahar itu, sekalipun hanya
berupa cincin yang terbuat dari besi.
2. Tidak boleh meminta mahar itu sesudah terjadinya persetubuhan , sekalipun hal
itu dilakukan di waktu sedang haid , nifas , atau sedang berihram untuk
melakukan haji atau umrah  , karena firman allah : bagaimanakah kamu hendak
mengambil mahar itu , padahal sebagian dari kamu telah menyetubuhi  sebagian
yang lain maksudnya telah mengadakan persetubuhan antara suami dan istri .
3. Boleh mengambil kembali mahar itu , jika suami telah menceraikan istrinya
sebelum persetubuhan dengan istrinya itu , karena firman allah : maka jika
kamu telah menceraikan mereka (istri istrimu) sebelum kamu
menyetubuhinya ,sedangkan kamu telah memberinya mahar yang diwajibkan
atasmu untuk mereka , maka bolehlah mengambil separuh apa yang engkau
berikan sebagai ketetapan mahar itu , kalau kecuali istri istri yang diceraikan itu
memaafkan nya atau memaafkan oleh orang yang memegang ikatan perkawinan
yakni suami  tidak meminta kembalinya sedikitpun.
 Khulu’ :
1. Khulu’ ialah sesuatu ucapan yang menunjukan atas adanya perceraian
dengan memberikan pergantian yang dimaksudkan dan wajib diberikan oleh
istri kepada suaminya baik pergantian itu jumlahnya atau nilainya lebih sedikit
atau lebih banyak dari  pada mahar . Allah berfirman  : maka tidak ada dosanya
atas kedua suami istri mengenai apa yang di tebuskan oleh istri dengan
memberikan pergantian itu .
2. Tidak boleh bagi seorang istri meminta cerai ataupun khulu’ kecuali kalau
suaminya itu menyakiti nya tanpa adanya kesalahan dari pihak istri atau suami
itu enggan memberikan nafkah kepada istrinya , nabi saw bersabda : istri
manapun yang minta cerai tanpa adanya suatu sebab yang dibenarkan oleh
agama , maka haramlah surga itu atas diri istri  tersebut .
3. Khulu’ itu tetap sah , walaupun waktu itu istri sedang haid nifas atau suci ,
orang lelaki yakni suaminya tidak ada hak lagi untuk merujuknya melainkan
dengan akad yang baru.

U. TALAK
 Talak itu hukumnya adalah mubah (boleh) tetapi hal itu adalah sesuatu hal yang
paling dibenci oleh allah , sebab merupakan perkara yang menyakiti , bahaya , dan
bencana sedang menyakiti dan membuat bencana itu tidak di perbolehkan , kecuali
dengan adanya suatu pelanggaran dari pihak istri maka boleh bagi suami untuk
menceraikannya sebagaimana bolehnya berkhulu’ bagi istri  , Allah berfirman :
maka  jika para istri sudah mentaati kamu semua , hendaknya kamu semua tidak
mencari cari jalan (mencari cari alasan atau tipu daya untuk menceraikannya) .
Allah berfirman lagi : janganlah para istri itu keluar yakni diceraikan oleh suami ,
kecuali apabila istri istri itu melakukan kekejian yang nyata buktinya.
 Lafadz lafadz talak itu ada dua macam yaitu :
1. Dengan jelas seperti ucapan “aku menceraikan kamu”,”aku memisahkan diri
denganmu”,dan ” aku melepaskan atau membebaskanmu”. 
2. Dengan sindiran, seperti ucapan  “pergilah ! “,” keluarlah kamu dan kamu
merdeka ” , tetapi dengan ucapan sindiran ini tidak jatuhlah talak itu kecuali
dengan disertai niat menceraikan.
3. Penceraian itu tidak dapat terjadi sebelum adanya pernikahan  , karena sabda
nabi SAW : tiada talak sebelum adanya pernikahan.
 Hitungan talak :
1. Talak itu boleh sekali atau boleh dua kali dan ini yang disebut talak raj’i artinya
masih dapat diadakan ruju'(kembali) menjadi suami istri lagi ,karena firman
allah yang artinya : talak itu dua kali , maka bolehlah dipegang dengan baik atau
dilepaskan dengan cara yang bagus .
2. Maka dari itu barang siapa yang menceraikan istrinya sekali atau dua kali
ceraian sesudah bersetubuh dengan istrinya itu , bolehlah untuk meruju’nya
kembali , selama belum habis masa ‘iddah istrinya itu karena firman allah : dan
suami istri istri itu adalah yang lebih berhak kembali ruju’ dengan mereka
dalam waktu sebelum ‘iddahnya , jika kalau mereka semua itu memang
berkehendak akan memperbaiki hubungan mereka kembali . Tetapi jika telah
habis masa ‘iddah perempuan itu maka tidak halal lagi lelaki itu bersetubuh
dengan bekas istrinya , kecuali dengan akad nikah yang baru.
3. Talak sampai tiga kali itu disebut talak bain .maka barang siapa yang
menceraikan istrinya sampai tiga kali , maka tidak halal lagi mengumpulinya
sehingga perempuannya itu kawin lagi dengan suami yang lain yakni selain
suami yang semula dan suaminya yang baru itu mengumpulinya
(menyetubuhinya) .karena firman allah; maka jika kalau suami  menceraikan
istri (sampai tiga kali) maka bagi suami tidak halal lagi sesudah itu sehingga
istri itu kawin lagi dengan suami yang lain.
 Muhallil ; barang siapa yang telah menceraikan istrinya tiga kali yaitu talak bain ,
maka haramlah atasnya untuk membuat seorang muhallil ,agar supaya ia suami
yang menceraikan itu boleh lagi mengawini istri yang diceraikan , karena
berdasarkan sabda nabi SAW : allah melaknat kepada orang yang menjadi muhallil
dan orang yang menjadi muhallallah.
 Talak yang diharamkan : haram atas lelaki menceraikan istrinya di waktu istrinya
haid dan pula dalam keadaan suci , yang ia telah menyetubuhinya ,karena firman
allah : maka ceraikanlah istri istri itu untuk iddah mereka , maksudnya di waktu
iddah atau di waktu sucinya istrinya itu.
 Iddah adah 2, yaitu : iddah wafat dan iddah talak.
 Iddah wafat yaitu perempuan yang ditinggal mati suaminya , jika kalau perempuan
itu sedang hamil maka iddahnya itu menjadi habis apabila setelah melahirkan
kandungannya dan jika tidak hamil maka iddah nya ialah empat bulan sepuluh hari .
Berdasarkan firman allah : orang laki laki yang  meninggal dunia diantara kalian
semua dan meninggalkan istri  maka istri itu wajib menantikan dirinya sebagai
iddahnya selama empat bulan sepuluh hari . Allah berfirman lagi : dan orang orang
perempuan yang mempunyai kandungan maka waktu iddahnya ialah apabila ia
sudah melahirkan kandungannya.
 Iddah talak : yaitu iddahnya yang diceraikan sekali atau dua kali . Jika perempuan
itu hamil maka iddahnya adalah setelah melahirkan kandungan nya dan jika tidak
hamil dan termasuk perempuan yang masih haid maka iddahnya ialah tiga kali
sucian (suci antara dua haid) , berdasarkan firman allah : dan orang orang
perempuan yang diceraikan , maka mereka wajib menantikan dirinya sebagai
iddahnya sampai tiga kali sucian . Tetapi jika perempuan itu tidak  termasuk orang 
haid misalnya masih kecil atau sudah tua yang telah terputus haid nya  maka
iddahnya ialah habisnya waktu tiga bulan , karena firman allah : perempuan
perempuan yang terputus dari haid dari istrimu apabila kamu meragukan , maka
iddah mereka itu tiga bulan ,demikian pula perempuan perempuan yang tidak haid
karena masih kecil atau yang lainnya.
 Perkara yang wajib dipenuhi oleh suami untuk perempuan yang ber-‘iddah : Jika
talaknya raj’i maka wajib bagi suami  memberikan untuk istrinya yang dalam
iddahnya tadi tempat tinggal dan nafkah , jika talaknya bain maka wajib bagi suami
terhadap istrinya yang tidak hamil dalam ‘iddah nya memberikan tempat tinggal
saja , maka jika istri itu hamil maka wajib bagi suami memberikan tempat tinggal
dan menafkahinya , karena firman allah ; dan jika perempuan perempuan itu
mempunyai kandungan , maka berilah nafkah terhadap mereka , sehingga mereka
sampai melahirkan.
 Perkara yang wajib dipenuhi oleh suami terhadap perempuan yang iddah karena
wafat : wajib atas perempuan yang masih dalam iddah senantiasa ditempat
tinggalnya.

V. WARISAN
 Jika mayat telah meninggal dunia dan meninggalkan harta, maka harta itu dibagi di
antara ahli warisnya setelah mengafaninya dan menyaur hutangnya dan
melaksanakan wasiatnya.
 Ahli waris: ahli waris mayat itu sepuluh laki-laki dan tujuh perempuan.
 Ahli waris laki-laki:
1. Anak laki-laki.
2. Anak laki-lakinya anak laki-laki walau ke bawah.
3. Ayah.
4. Kakek yaitu ayahnya ayah walau ke atas.
5. Saudara laki-laki.
6. Anak laki-lakinya saudara laki-laki.
7. Paman.
8. Anak laki-laki paman.
9. Suami
10. Tuan yang memerdekakan.
 Ahli waris perempuan :
1. Anak perempuan.
2. Anak perempuannya anak laki-laki.
3. Ibu.
4. Nenek.
5. Saudara perempuan.
6. Istri.
7. Tuan yang memerdekakan.
 Bagian anak laki-laki atau anak laki-lakinya anak laki-laki :
1. Jika ia sendiri maka ia mendapat yang tersisa dari tinggalan kedua orang tuanya.
2. Jika ia memiliki satu saudara perempuan atau lebih maka ia mendapat dua kali
lipat apa yang di dapat saudara perempuan karena firman allah: allah berwasiat
tentang anak-anak kalian laki-laki mendapat bagian dua anak perempuan.
 Bagian anak perempuan atau anak perempuan anak laki-laki:
1. 2/3 jika ia dua atau lebih.
2. ½ jika ia tidak memiliki saudara laki-laki atau saudara perempuan karena firman
alah: jika mereka adalah perempuan di atas dua maka mereka mendapat 2/3, dan
jika mereka satu maka mendapat setengah.
 Bagian bapak atau ibu:
1. 1/6 adalah bagian ibu jika mayat tidak memiliki anak atau sejumlah saudara
laki-laki atau perempuan. Dan bagian ayah jika mayat memiliki anak laki-laki,
adapun jika mayat memiliki anak perempuan maka bapak tidak terhalang dari
ashobah.
2. 1/3 bagian ibu dan sisanya untuk ayah jika mayat tidak memiliki anak atau cucu
atau saudara laki-laki atau perempuan karena firman allah : dan bagi kedua
orang tua setiap salah satunya mendapat 1/6 dari yang ditinggal mayat, jika
mayat memiliki anak, jika tidak memilik anak dan yang mewaris adalah dua
orang tua maka ibu mendapat 1/3 dan jika mayat memiliki saudara maka ibu
mendapat 1/6 setelah wasiat yang ia wasiatkan atau hutang.
 Bagian suami:
1. Setengah: jika istri yang meninggal tidak memiliki anak atau cucu.
2. ¼ jika istri yang meninggal memiliki anak atau cucu karena firman allah, dan
bagi kalian ½ yang ditunggal istri-istri kalian jika mereka tidak memiliki anak,
jika mereka memilik anak maka kalian mendapat ¼ dari yang mereka
tinggalkan.
 Bagian istri:
1. ¼ jika suami yang meninggal tidak memiliki anak atau cucu.
2. 1/8 jika suami yang meninggal memiliki anak atau cucu karena firman allah:
dan mereka mendapat ¼ dari yang kalian tinggal jika kalian tidak memiliki
anak, jika kalian memiliki anak maka mereka mendapat 1/8 dari yang kalian
tinggal setelah wasiat yang kalian wasiatkan atau hutang.
 Bagian saudara laki-laki dan saudara perempuan
1. Saudara perempuan mendapat ½ jika ia sendiri dan mayat tidak memiliki anak
atau cucu.
2. 2/3 jika saudara perempuan dua atau lebih, dan saudara laki-laki mendapat dua
kali lipat bagian saudara perempuan karena firman alah, kalian minta fatwa
tentang kalalah katakan allah memberi fatwa tentang kalalah jika seorang
meninggal dan tidak memiliki anak dan ia memiliki saudara laki-laki atau
perempuan maka saudara perempuan mendapat ½ yang ia tinggal, dan seorang
tersebut mewarisi saudara perempuan jika ia tidak memiliki anak.
 Bagian saudara laki-laki atau perempuan dari ibu:
1. 1/6 bagi salah satu di antara keduanya jika mayat tidak memiliki anak atau cucu.
2. 1/3 jika ia dua orang atau lebih karena firman allah , dan jika seorang laki-laki
atau wanita di warisi dalam keadaan sendiri maka setiap mereka mendapat 1/6.
Jika mereka lebih banyak maka mereka bersekutu dalam bagian 1/3 setelah
wasiat atau hutang.

Anda mungkin juga menyukai