PENGEMBANGAN KURIKULUM
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Hj. PURNAMAWATI, M.Pd.
Oleh:
Kelompok 5
Teknik Komputer Jaringan adalah kompetensi keahlian yang termasuk kedalam bidang
keahlian Teknik Informatika dan Komunikasi pada program keahlian Teknik Komputer dan
Informatika. Tujuan Kompetensi Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan secara umum
mengacu pada isi Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) pasal 3 mengenai
Tujuan Pendidikan Nasional (UU SPN) pasal 3 mengenai Tujuan Pendidikan Nasional dan
penjelasan pasal 15 yang menyebutkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan
menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.
Jaringan Nirkabel
Merancang dan Melakukan Survey Lapangan.
Menginstalasi Jaringan Nirkabel
Mengkonfigurasi Peralatan
Mengoperasikan Jaringan Nirkabel
Administrator Server
Mengatur Server
Mengatur Bandwitdh
File Sharing
Memantau Server
Mengatur Lalu Lintas Jaringan
Integrator Komputer
Merakit Komputer
Memperbaiki Komputer
Menginstalasi Sistem Operasi Berbasis Graphical User Interface (GUI), dan Text-Based User
Interface (TUI)
Integrator VOIP
Identifikasi Kebutuhan
Merancang Jaringan VoIP
Instalasi Softswitch
Administrator Linux
Melakukan Instalasi Sistem Operasi Linux
Melakukan Perawatan Sistem Operasi Linux
Melakukan Virtualisasi
Administrasi Web
Konfigurasi Web
Perawatan Web
Memantau Jaringan
Mengatur Lalu Lintas Jaringan
Mendiagnosis Permasalahan Perangkat Yang Tersambung Jaringan Area Luas (Wide Area
Network)
Melakukan Perbaikan dan atau Mengatur Ulang Koneksi Jaringan Area Luas (Wide Area
Network)
Memantau Keamanan Jaringan
A. HASIL PENGAMATAN
Struktur kurikulum Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) terdiri dari pelajaran dasar
program keahlian dan mata pelajaran program keahlian. Mata pelajaran dasar program keahlian
meliputi Sistem Komputer,Komputer dan Jaringan Dasar, Pemprograman Dasar, dan Dasar
Desain Grafis. Sedangkan mata pelajaran Kompetensi Keahlian terdiri dari mata pelajaran
Teknologi Jaringan Berbasis Luas, Administrasi Infrakstruktur Jaringan, Administrasi Sistem
Jaringan,Teknologi Layanan Jaringann dan Produk Kreatif dan Kewirausahaan. Peta kompetensi
mata pelajaran Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) adalah sebagai berikut:
Gambar. 4.1 Peta Kompetensi Mata Pelajaran Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ)
Teknologi Jaringan Berbasis Luas (WAN) adalah salah satu mata pelajaran dasar
program keahlian Teknik Komputer dan Informatika (TKI) yang menekankan pada materi
jaringan wireless dan fiber optik . Berdasarkan struktur kurikulum mata pelajaran Teknologi
Jaringan Berbasis Luas (WAN) disampaikan di kelas IX semester satu dan semester dua masing-
masing 6 jam pelajaran.
Pembelajaran Teknologi Jaringan Berbasis Luas (WAN) ini menggunakan metode
pendekatan scientifik. Dalam pendekatan ini praktikum atau eksperimen berbasis sains
merupakan bidang pendekatan ilmiah dengan tujuan dan aturan khusus, dimana tujuan utamanya
adalah untuk memberikan bekal keterampilan yang kuat dengan disertai landasan teori yang
realistis mengenai fenomena yang akan kita amati. Ketika suatu permasalahan yang hendak
diamati memunculkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa terjawab, maka metode eksperimen
ilmiah hendaknya dapat memberikan jawaban melalui proses yang logis. Proses-proses dalam
pendekatan scientifik meliputi beberapa tahapan (gambar 3) yaitu: mengamati, hipotesis atau
menanya, mengasosiasikan atau eksperimen, mengumpulkan atau analisa data dan
mengkomunikasikan. Proses belajar pendekatan eksperimen pada hakekatnya merupakan proses
berfikir ilmiah untuk membuktikan hipotesis dengan logika berfikir.
Pada semester 1 topik materi pembelajaran menekankan pada jaringan wireless yakni
konsep jaringan berbasis luas, macam-macam jaringan nirkabel dan konfigurasi serta
troubleshooting permasalahan jaringan nirkabel. Sedangkan untuk semester 2 topik materi
pembelajaran menekankan pada materi kabel fiber optik yang meliputi jenis-jenis kabel fiber
optik, menggunakan alat kerja fiber optik, melakukan sambungan fiber optik, perangkat pasif
jaringan fiber optik serta troubleshooting permasalahan jaringan fiber optik. Materi-materi pada
semester 1 adalah materi yang dipilih untuk selanjutnya diajukan ke industri kompetensi
dasarnya.
B. HASIL DISKUSI
Mata pelajaran Jaringan Berbasis Luas yang telah didiskusikan bersama guru-guru mata
pelajaran kejuruan selanjutnya diajukan ke industri yang sesuai. Industri yang di pilih yaitu PT.
Telkom Tbk. Cabang Sidrap yang beralamat di JL. Paccekke, No.8 Pangkajene Sidrap. Industri
ini bergerak di bidang penyedia jasa telekomunikasi dan layanan internet. Adapun silabus yang
diajukan adalah sebagai berikut:
Alokasi
Indikator Pencapaian
Kompetensi Dasar Materi Pokok Waktu Kegiatan Pembelajaran Penilaian
Kompetensi
(JP)
1 2 3 4 5 6
3.4 Memahami 3.4.1 Menjelaskan Fiber optic 16 Mengamati untuk Pengetahuan :
jaringan dasar-dasar Prinsip kerja mengidentifikasi dan
Tes tertulis
fiber optic fiber optic fiber optic merumuskan masalah
3.4.2 Menerangkan tentang fiber optic Keterampilan :
Teknologi point
prinsip kerja to point fiber Mengumpulkan data Penilaian
fiber optic optic/metro-e tentang fiber optic unjuk kerja
3.4.3 Menerangkan Teknologi point Mengolah data Obervasi
teknologi fiber to multipoint (FTTx) tentang fiber
optic optic
4.4 Mengkaji 4.4.1 Mempresentasi Mengomunikasikan
jaringan fiber kan dasar dan tentang fiber optic
optic prinsip kerja
fiber optic
4.4.2 Mengkategorika
n jenis
teknologi fiber
optic
Karakteristik kabel
3.5 Memahami 3.5.1 Menjelaskan 16 Mengamati untuk Pengetahuan :
jenis-jenis jenis-jenis kabel fiber optic
mengidentifikasi dan
Tes tertulis
kabel fiber fiber optic Kapasitas kabel, merumuskan masalah
optic 3.5.2 Menjelaskan kode warna dan tentang jenis kabel Keterampilan :
jenis-jenis kabel pelabelan kaber fiber optic Penilaian
4.5 Memilih kabel fiber optic fiber optic
Mengumpulkan data unjuk kerja
fiber optic 3.5.3 Menjelaskan Karakteristik jenis tentang jenis kabel Obervasi
karakteristik kabel multimode fiber optic
kabel fiber optic Karakteristik jenis Mengolah data
3.5.4 Menjelaskan kabel singlemode tentang jenis kabel
konstruksi Jenis kontruksi fiber optic
kabel fiber Duct Cable Mengomunikasikan
optic Jenis konstruksi tentang jenis kabel
3.5.5 Menjelaskan Direct Buried Cable fiber optic
jenis konektor Jenis konstruksi
fiber optic Aerial Cable
4.5.1 Menunjukkan Jenis konstruksi
jenis-jenis kabel Indoor Cable
fiber optic Jenis konektor
4.5.2 Menunjukkan fiber optic
jenis
konstruksi
kabel fiber
optic
4.5.3 Menunjukkan
jenis konektor
fiber optic
3.6 Menerapkan 3.6.1 Menjelaskan K3 Konsep K3 16 Mengamati untuk Pengetahuan :
fungsi alat penggunaan penggunaaan mengidentifikasi dan
Tes tertulis
kerja fiber alat kerja fiber peralatan merumuskan masalah
optic optic kerja fiber tentang alat kerja Keterampilan :
4.6 Menggunakan 3.6.2 Menjelaskan optic fiber optic Penilaian
alat kerja fungsi dan jenis Fungsi splicer Mengumpulkan data unjuk kerja
fiber optic alat kerja fiber Fungsi OTDR tentang alat kerja Obervasi
optic fiber optic
4.6.1 Menunjukkan Fungsi OPM Mengolah data
Fungsi Cleaver
Fungsi Stripper
masing-masing tentang alat kerja
jenis alat kerja fiber optic
fiber optic Mengomunikasikan
4.6.2 Mendemonstras tentang alat kerja
ikan fiber optic
penggunaaan
alat kerja
fiber
optic
3.7 Mengevaluasi 3.7.1 Menjelaskan Prosedur 32 Mengamati untuk
penyambungan dasar menggunakan mengidentifikasi dan
fiber optic penyambungan splicer merumuskan masalah
kabel fiber Prosedur K3 tentang
optic penyambungan penyambungan fiber
3.7.2 Menentukan kabel fiber optic
cara optic Mengumpulkan data
penyambungan Prosedur tentang
kabel fiber penyambungan penyambungan fiber
optic kabel fiber optic
3.7.3 Menentukan optic Mengolah data
cara pengujian Prosedur tentang
hasil penggunaan OPM penyambungan
penyambungan Prosedur fiber optic
4.7 Melakukan kabel fiber penggunaan OTDR Mengomunikasikan
sambungan optic tentang
fiber optic 4.7.1 Melakukan penyambungan
penyambungan
kabel fiber fiber
optic optic
4.7.2 Menguji hasil
penyambungan
kabel fiber optic
menggunakan
alat ukur
Jangkauan dan kecepatan koneksi fiber optik yang jauh lebih unggul menjadi pilihan
provider penyedia jasa internet. Infrakstruktur jaringan fiber optik kini telah mencapai rumah-
rumah pelanggan dengan menerapkan prinsip Fiber To The Home (FTTH). Salah satu masalah
yang kerap dijumpai teknisi jaringan di lapangan adalah putusnya kabel fiber optik baik di
sebabkan oleh kondisi alam (cuaca/bencana) maupun kelalaian manusia. Pada penerapannya ada
dua teknik penyambungan kabel fiber optik yaitu menggunakan alat fussion splicing dan teknik
splicing manual (machanical splice). Hasil kunjungan ke industri menyarankan agar teknik
splicing manual (machanical splice) dimasukkan dalam sub indikator yang dipelajari oleh siswa
Teknik Komputer dan Jaringan disebabkan ada beberapa kondisi di lapangan membutuhkan
teknik penyambungan kabel ini. Teknik splicing manual (machanical splice) dan teknik fussion
splicing juga menjadi dasar untuk mengetahui perbedaan redaman yang dihasilkan oleh kabel
yang disambung dengan teknik yang berbeda dengan menggunakan alat ukur Optical Power
Meter (OPM) sehingga hal ini akan melatih siswa dari segi teknik pengukuran redaman kabel
fiber optik. Teknik splicing manual ini pun menjadi alternatif solusi praktikum penyambungan
kabel fiber optik jika alat fuchion splicing tidak tersedia.
Indikator Rekomendasi
Mata Pelajaran Kompetensi Dasar Indikator
dari Industri
3.7 Mengevaluasi 3.7.1 Menjelaskan 3.7.4. Menjelaskan
Teknologi
Jaringan penyambungan dasar dasar
Berbasis Luas fiber optic penyambungan penyambungan
(C3) kabel fiber optic kabel fiber
dengan splicer. optic dengan
3.7.2 Menentukan teknik splicing
cara manual
penyambungan (mechanical
kabel fiber optic splicing).
dengan splicer. 3.7.5. Menentukan
3.7.3 Menentukan cara
cara pengujian penyambungan
hasil
penyambungan kabel fiber
kabel fiber optic dengan
optic dengan teknik splicing
alat OPM. manual
(mechanical
splicing).
Berdasarkan telaah yang telah dilakukan, dengan telaah jurnal pengabdian kepada
masyarakat berkaitan dengan Pelatihan Pemasangan Fast Connector Kabel Fiber Optic pada
Siswa SMK sesuai dengan kompetensi dasar Jaringan Berbasis Luas (WAN) pada kompetensi
dasar fiber optik. Pada pelatihan ini dari hasil pre test yang dilakukan sebelum memasang
fast connector, terdapat sekitar 70% peserta yang tidak bisa memasang fastconnector fiber optic
Dan setelah dilakukan pelatihan selama 1 hari dengan pendampingan dan pengajaran
yang ketat, diketahui sebesar 80% para peserta didik mampu memasang fast connector dengan
baik dan benar. Artinya memang dalam praktek memasang fast connector ini harus dilakukan
secara terus menerus dan tentunya dengan didampingi oleh tutor yang kompeten. Sebagian
siswa yang gagal dikarenakan sedikit lambat dalam proses adaptasi menggunakan alat splicer
dan rata-rata adalah peserta didikperempuan. Para peserta yang gagal juga dikarenakan kurang
cekatan dalam menggunakan alat pemasangan fiber optic terutama pada alat splicer. Para peserta
yang belum berhasil diperlukan pendampingan lagi secara berkala agar nantinya bisa
memasang fast connector dengan baik.
Telaah pustaka selanjutnya pada Jurnal Kemitraan dan Pengabdian Masyarakat terhadap
peningkatan kompetensi siswa dan guru tentang pemanfaatan fiber optik untuk transmisi internet
oleh Sungkar, dkk (2021). Tujuan dari kegiatan ini adalah memberikan pelatihan tentang kabel
serat optik kepada siswa dan guru, berupa teori dan praktik tentang serat optik serta pemanfaatan
kabel serat optik dari cara pengupasan, penyambungan (splicing) serta peralatan-peralatan yang
dibutuhkan dalam penyambungan. Output dari kegiatan ini adalah secara umum peserta pelatihan
memiliki kompetensi tentang kabel fiber optik serta secara khusus peserta pelatihan yakni siswa
lebih percaya diri dalam memasuki dunia kerja karena telah memiliki bekal kompetensi tentang
fiber optik.
Standar Operating Prosedure (SOP) adalah suatu pedoman atau acuan untuk
melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi prosedural dan tata kerja. Hal ini sejalan
dengan penelitian studi kasus yang dilakuakn oleh Alfarizi (2019) tentang SOP (Standard
Operating Procedure) Penyambungan Kabel Fiber Optic Menggunakan Fusion Splicing. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengkaji SOP (Standard Operating Procedure) dalam proses
penyambungan kabel fiber optic menggunakan fusion splicer. SOP penyambungan kabel fiber
optik menggunakan fusion splicing nantinya dapat digunakan oleh teknisi lapangan sebagai
acuan dalam penggunaan Fusion Splicing agar tidak terjadi lagi kesalahan penggunaan alat
ataupun proses penyambungan kabel fiber. Proses penggunaan yang kurang tepat mengakibatkan
peralatan rusak, mengingat harga peralatan yang tidak murah untuk perusahaan yang sedang
berkembang.
Sejalan dengan itu, penelitian yang dilakukan oleh Albar, dkk. (2020) tentang analisa
pengaruh teknik splice mekanik dan splice fusion fiber optik terhadap redaman. Hasil dari
penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa penyambungan menggunakan metode fusion
menghasilkan redaman yang lebih kecil dibandingkan dengan penyambungan meggunakan
metode mekanik. Namun penyambungan metode mekanik dapat menjadi alternatif solusi jika
tidak tersedia alat fushion splicer.
D. MENGKAJI MASALAH
Jaringan kabel fiber optik titik rawan gangguan terletak pada titik sambungan,karna
pengaruh dari luar seperti masuknya air ke dalam closure. Dalam jangkawaktu yang panjang 5
s/d 10 tahun akan menyebabkan turunnya karakteristik kabel, demikian juga akan
menyebabkan rugu-rugi optik bertambah besar. Selain faktor air yang akan mempengaruhi
kualitas jaringan juga factor mekanisseperti tegangan yang berlebihan serta bending radius.
Masalah yang sering terjadi di proses belajar mengajar adalah tidak memadainya
ketersediaan alat praktikum terutama penyediaan fusion splicer. Fusion splicer merupakan alat
utama yang digunakan untuk menyambung dua kabel fiber optik secara fisik. Namun
permasalaahan ini diatasi dengan menggunakan teknik penyambuangan manual (mechanical
splicing). Dengan penerapan teknik penyambungan ini, maka siswa diharapkan mampu untuk
memahami proses penyambungan fiber optik khususnya secara mekanik. Pemahaman siswa
tentang teknik penyambungan secara fisik dengan menggunakan fushion splicer dapat diperoleh
siswa melalui kunjungan industri ke industri yang terkait.
DOKUMENTASI