Anda di halaman 1dari 8

HUKUM PERBURUHAN/ASPEK HUKUM DALAM

PEMBANGUNAN
A. PERLINDUNGAN KERJA
 Kesehatan Kerja
 Pekerjaan Anak
 Pekerjaan Perempuan pada malam hari
 Waktu Kerja
 Waktu Istirhat
 Hak khusus perempuan
- Cuti Haid
- Cuti Hamil
- Menyusui anak waktu kerja
 Hak upah waktu pengambilan cuti

 Keselamatan Kerja
Secara umum diatur dalam Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2003 (Pasal 86 dan 87), lebih spesfiknya
diatur dalam UU Nomor 1 tahun 1974. Sebagai
pengganti Veligheids Reglement 1910 yg bersifat
represif (mengatasi) kalau ada kecelakaan di tempat
kerja

 UU Keselamatan kerja bersifat preventif


(Pencegahan)
Kemjauan iptek membuat resiko kecelakaan
semakintinggi, sehinga dengan keselamatna
kerja diharapkan para pekerja dapat
ditingkatkan produksi dan produktivitas kerja
 Denisi Keselamatan Kerja
adalah Keselmatan yg berkaitan dg mesin,
pesawat, alat kerja, bahan dan proses
pengolahan
 Ruang Lingkup Keselamatan Kerja
Di segala tempat kerja didarat, dalam tanah ,
dalam air, di udara (dalam wilayah hukum
Republik Indonesia)
 Ruang Lingkup Keselamatan Kerja
tiap ruangan, lapangan, baik tertutup / terbuka,
bergerak / tetap, dmn pekerja biasa bekerja / yg
sering dimasuki pekerja utk keperluan suatu
usaha & dmn terdapat sumber-sumber bahaya
 Unsur-Unsur Keselamatan kerja
1) Tempat, dimana dilakukan pekerjaan bagi
suatu usaha
2) Pekerja. Yang bekerja di suatu usaha
3) Adanya bahaya
 Tujuan Keselamatan Kerja
1) Melindungi tenaga kerja
2) Menjamin keselamatan orang lain
3) Memelihara sumber produksi
 Perangkat dalam pelaksanaan UU 1/1970
1) Pengawal Pengawas
Berkeahlian dari Dinas Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi yang ditunjuk pejabat
berwenang
2) Ahli Keselaamatan Kerja
Berkeahlian khusus dari luar Dinas Tenaga
Kerja Dan Transmigrasi ditunjuk oleh pejabat
yang berwenang
3) Panitia Pembina keselamatan dan Kesehatan
kerja (P2K3)
Panitia yang bertugas memberi
pertimbangan, dalam pelaksanaan
pencegahan kecelakaan di perush & juga
memberi penjelasan/ penerangan ttg tata
cara efektif dlm melakukan pekerjaan

Penghitungan Upah Lembur

 Rumus pengupahan apabila masuk kerja di hari libur atau


tgl merah
Upah x 1/173 x (ketentuan jam perhari x 2)

 Rumus Lembur di hari kerja (di sesuaikain dengan sehari


8 jam atau sehari 6 jam)
lebih jam x 1,5 x 1/173 x upah perbulan = hasil di jumlah
lebih jam x 2,0 x 1/173 x upah perbulan = hasil di jumlah

 Rumus Lembur di hari libur (di sesuaikain dengan sehari 8


jam atau sehari 6 jam)
Lebih jam x 2 x 1/173 x upah perbulan = Hasil dijumlah
Lebih jam x 3 x 1/173 x upah perbulan = Hasil di jumlah
Lebih jam x 4 x 1/173 x upah perbulan = Hasil di jumlah

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK)


A. Macam-Macam PHK
Menurut Pihak yang melakukan ( Prof. Iman Soepomo,
S.H.)
1. PHK oleh penguasa
2. PHK karena putus demi hukum
3. PHK karena putusan pengadilan
4. PHK oleh pekerja
PHK berdasarkan jumlah pekerja/buruh yang terkan PHK
1. PHK Perseorangan
UU No. 13 Th. 2003 -> UU No. 11 Th. 2020 : Pasal 81
dan Pasal 185 PP No. 35 Th. 2021
2. PHK Massal
SE Menakertrans No. SE-907/MEN/PHI/X/2004
tentang Pencegahan PHK Massal

B. Prinsip Dasar
1. Pengusaha, Pekerja/Buruh, SP/SB dan Pemerintah
harus berupaya untuk mencegah terjadinya PHK
2. Maksud adanya PHK harus dirundingkan terlebih
dahulu
3. PHK harus diberitahukan secara tertulis oleh
Pengusaha kepada Pekerja/Buruh dan/atau SP/SB :
- Paling lama 14 hari sebelum PHK
- Dalam hak PHK dilakukan dalam masa percobaan
paling lama 7 hari
4. PHK harus berdasarkan kepada Keputusan Pengadilan
PPHI, berupa “PETETAPAN”

Macam-Macam PHK Perseorangan


A. PHK oleh pengusaha
1) Perusahaan melakukan penggabungan, peleburan,
pengambilalihan, atau pemisahan perusahaan
2) Perusahaan melakukan efesiensi
3) Perusahaan tutup karena rugi selama 2 tahun terus-
menerus
4) Perusahaan tutup karena alasa memakasa (Force
Majure
5) Perusahaan dalam penundaan kewajiban membayar
utang
6) Perusahaan pailit
7) Pekerja/buruh mengundurkan diri atas kemauan sendiri
8) Pekerja/Buruh mangkir selama 5 hari kerja atau lebih
secara berturut-turut tanpa keterangan secara tertulis
dan telah dipanggila oleh pengusaha 2 kali secara
tertulis
9) Pekerja/Buruh melanggar PK, PP atau PKB dan
sebelumnya telah diberikan SP 3 kali secara berturut-
turut selama 6 bulan;
10) Pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaan
selama 6 bulan karena ditahan pihak yang berwajib
karena diduga melakukan Tindak Pidana
11) Pekerja/Buruh sakit perkepanjangan atau cacat akibat
kecelakaan kerja melebihi 12 bulan

Pengusaha dilarang melakukan PHK dalam hal :


1) Pekerja/Buruh berhalangan masuk kerja karena sakit
menurut keterangan dokter selama tidak melampaui
12 bulan secara terus – menerus;
2) Pekerja/Buruh berhalangan menjalankan pekerjaan
karena memenuhi kewajiban terhadap negara;
3) Pekerja/Buruh menjalankan ibadah yang diperintah
agamanya;
4) Pekerja/Buruh menikah;
5) Pekerja/Buruh perempuan hamil, melahirkan, gugur
kandungan, atau menyusui bayinya;
6) Pekerja/Buruh mempunyai pertalian darah atau ikatan
perkawinan dengan pekerja/buruh lainnya dalam satu
perusahaan kecuali telah diatur dalam PK, PP, atau PKB
7) Pekerja / buruh mendirikan, menjadi dan/atau
pengurus SP/SB
8) Pekerja / buruh mengadukan pengusaha kepada pihak
yang berwajib karena pengusaha melakukan tindak
pidana
9) Karena perbedaan paham, agama, aliran politik, suku,
warna kulit, golongan, jenis kelamin, kondisi fisik, atau
status perkawinan
10) Pekerja / buruh dalam keadaan cacat tetap, sakit
akibat kecelakaan
kerja atau sakit karena hubungan kerja yang menurut
SK Dokter
jangka waktu penyembuhannya belum dapat
dipastikan
B. PHK karena Putus Demi Hukum
1) Masa berlakunya perjanjian telah habis
2) Pekerja/buruh memasuki amsa pension
3) Pekerja/buruh meninggal dunia
C. PHK karena putusan pengadilan
D. PHK oleh pekerja/buruh
1) Menganiaya, menghina secara kasar, atau
mengancam pekerja / buruh;
2) Membujuk dan/atau menyuruh pekerja / buruh untuk
melakukan perbuatan yang bertentangan dengan
peraturan perundang – udangan;
3) Tidak membayar upah tepat waktu yang telah
ditentukan selama 3 bulan berturut – turut atau
lebih;
4) Tidak melakukan kewajiban yang telah dijanjikan
kepada pekerja / buruh; atau
5) Memberikan pekerjaan yang membahayakan jiwa,
keselamatan, Kesehatan dan kesusilaan, sedangkan
pekerjaan tersebut tidak ada dalam perjanjian

PHK ATAS KEMAUAN SENDIRI


1. Mengajukan permohonan pengunduran diri secara
tertulis selambat-lamabatnya 30 hari
2. Tidak terikat dalam ikatan dinas
3. Tetap melaksankan kewajibannya sampai tanggal
mulai pengunduran diri

Anda mungkin juga menyukai