Anda di halaman 1dari 9

MULTICRITERIA DECISION CHOICES FOR INVESTMENT IN

INNOVATIVE UPPER-MIDDLE
INCOME COUNTRIES

Disusun oleh:
I PUTU UDAWAN PERTAMA (530084093)

Diskusi 2
REVIEW JURNAL INTERNASIONAL
Mata Kuliah Metode Kuantitatif (EKMA5103)
Dosen: Dr. HEFFI CHRISTYA RAHAYU, M.Si
1. LATAR BELAKANG
Indeks Inovasi Global digunakan sebagai salah satu indikator untuk mengamati
bagaimana melakukan investasi di negara berpenghasilan menegah keatas. Indeks Inovasi
Global (GII) adalah laporan tahunan di mana negara-negara yang inovatif dianalisis dan
diberi peringkat berdasarkan profil inovatif mereka.
World Intellectual Property Organization (WIPO) menggunakan GII untuk
mengamati kecenderungan inovatif mengenai negara dan perspektif mereka melalui tujuh
indikator inovasi, di mana lima adalah indikator input inovasi dan dua lainnya adalah
indikator output inovasi. Dengan 5 indikator input inovasi (institusi, SDM dan riset
(penelitian), infrastuktur, kecanggihan pasar, kecanggihan bisnis) dan 2 indikator keluaran
investasi (Pengetahuan dan teknologi dan Output kreatif). WIPO adalah lembaga swadana
PBB dengan 189 negara anggota. Didirikan pada tahun 1967 sebagai lembaga di Stockholm
untuk mempromosikan perlindungan global kekayaan intelektual dan studi kecenderungan
inovatif.
Dasar pelaksanaan penelitian ini adalah hasil laporan tahun dari GII (Global
Innovation Index) yang berasal dari analisis inovatif dan pemberian peringkat pada negara-
negara yang tergabung didalamnya. Dimana kecenderungan inovatif tersebut hal ini diadopsi
oleh WIPO (World Intellectual Property Organization) untuk melakukan pengamatan
terhadap perspektif negara-negara tersebut, yang memiliki tujuh indikator inovasi (5
indikator input inovasi dan 2 indikator output inovasi).Di satu sisi, penerapan GII berdasarkan
pada hasil analisis tetapi tidak dirancang bersamaan dengan fitur subjektifnya.

2. TUJUAN PENELITIAN

Dalam penelitian ini memiliki tujuan mengamati bagaimana cara berinvestasi di negara-
negara yang berpenghasilan menengah keatas menggunakan perspektif inovasi berdasarkan
GII (Global Innovation Index) dengan menggunakan pendekatan MCDA (Multicriteria
Decision Aid) yang dirancang untuk mendukung pengambilan keputusan yang subjektif.
3. RUMUSAN PENULISAN
Dalam penelitian ini yang menjadi Rumusan penelitian adalah negara-negara anggota GII yang
berpenghasilan menengah keatas berjumlah 189 anggota dengan data tingkat inovasi masing-masing
negara untuk berinvestasi.Sehingga Rumusan penelitiannya adalah:

➢ AHP

➢ WIPO

➢ MCDA

➢ Pearson

➢ PROMTHÉE

➢ Indeks Inovasi Global (GII)

4. METODE YANG DIGUNAKAN


Korelasi Pearson adalah tahapan untuk memahami inovasi indikator pada profil negara
berpenghasilan menengah ke atas. Dalam langkah pertama MCDA, proses hirarki analitis (AHP)
diterapkan untuk mendapatkan bobot kriteria. Pada langkah ini, penilaian atau evaluasi yang diinput
dalam AHP dikumpulkan dari sampel yang disusun oleh lima ahli di GII. Setelah mendapatkan bobot
kriteria yang disusun untuk GII, metode Borda dan Preference Ranking Organization Method for
Enrichment Evaluations (PROMÉTHÉE) diterapkan untuk mendapatkan GII berbasis MCDA.
Masukan untuk langkah ini adalah bobot berasal dari keluaran AHP; dan kinerja negara berasal dari
data GII. Pendekatan/metode disusun dalam tiga fase, yaitu:

1. Menggunakan AHP untuk menentukan bobot kriteria;


AHP digunakan untuk mendapatkan bobot masing-masing kriteria GII 2016, setelah
disejajarkan dengan korelasi Pearson. Penyelarasan dilakukan dengan rata-rata global
indikator inovasi korelasi Pearson yang digunakan oleh WIPO dibandingkan dengan skala
standar AHP. prosedur ini memberikan peluang untuk menerapkan AHP-Borda sebagai bobot
pada PROMÉTHÉE.
2. Membuat peringkat alternatif;
Fase ini terbagi menjadi dua yaitu:
a) Metode De Borda diterapkan untuk menentukan peringkat negara, dengan memasukkan
bobot dari AHP dan evaluasi negara di bawah kriteria GII.
b) PROMÉTHÉE digunakan untuk mendapatkan peringkat negara. Masukan dari langkah ini
adalah bobot dari AHP dan kinerja negara menurut GII. Bobot yang dihasilkan melalui
AHP digunakan sebagai input untuk digunakan dalam metode MCDA.
3. Membandingkan hasil dari analisis awal korelasi Pearson
untuk memahami pentingnya indikator inovasi untuk negara-negara berpenghasilan menengah
ke atas.

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara umum aspek yang dikaji pada jurnal ini mencakup konseptual dari metode MCDA, teknik-
teknik yang dikembangkan serta implementasinya pada proses pengambilan keputusan untuk
menentukan negara inovatif berpenghasilan menengah keatas.
Lima prinsip kebijakan inovasi dalam menganalisis GII:

1. Kebijakan inovasi harus fokus pada memaksimalkan inovasi di semua industri, sector ekonomi,
terkait dan pendukung sehingga rantai produksi global dapat mengembangkan inovasi teknologi,
2. Kebijakan inovasi harus mendukung semua jenis dan tahapan inovasi karena salah satu kesalahan
kebijakan inovasi nasional adalah menetapkan strategi inovasi pada tingkat ekonomi mikro, hanya
berfokus pada produksi produk teknologi, sedangkan inovasi harus meluas ke seluruh rantai
produksi
3. Memberdayakan kreativitas dan destruksi kreatif untuk mengejar inovasi;

4. Untuk menjaga harga barang modal tetap rendah – terutama yang terkait dengan informasi,
komunikasi dan teknologi – karena tanpa modal baru yang masuk untuk berinvestasi dalam
teknologi, kekuatan untuk berinvestasi dalam inovasi dan produktivitas berkurang, menyebabkan
penurunan dalam persaingan strategis global.
5. Mendukung terciptanya alih teknologi yang terkait dengan industri pendukung, dimana
perusahaan tidak hanya membutuhkan akses inovasi tetapi juga akses transfer teknologi antar dan
intra sectoral.
➢ PRINSIP AHP

Prinsip AHP antara lain:

1. Definisi masalah;
2. Penataan kriteria dalam suatu pohon atau hierarki yang terdiri dari kriteria dan subkriteria;
3. Penilaian berpasangan;
4. Prioritas berdasarkan prosedur agregasi nilai Eigen; dan
5. Analisis konsistensi.

Penggunaan semua alat MCDA penting untuk mendorong pengambil keputusan (Decision
Maker) untuk berinvestasi di negara-negara tidak hanya dengan mempertimbangkan peringkat GII 2016
negara-negara paling inovatif berdasarkan wilayah, wilayah atau profil ekonomi. Namun juga
bagaimana data kualitatif yang tersedia di GII 2016 dapat dianalisis dari perspektif kuantitatif untuk
melihat kemungkinan di luar laporan peringkat, bagaimana kecenderungan inovasi global dan
bagaimana negara akan memproyeksikan ekonomi mereka menggunakan indikator inovasi yang kuat
dan lemah. Perbandingan hasil peringkat dari jumlah baris Borda, AHP-Borda dan AHP- PROMÉTHÉE
II untuk ketiga MCDA yang digunakan.
Dalam jurnal dijelaskan bahwa menurut GII 2016, China merupakan negara berpenghasilan
menengah ke atas pertama. Namun indikator inovasi infrastruktur menunjukkan profil yang lemah.
Contohnya peningkatan persediaan baja dari tahun 2016 hingga 2017 menunjukkan bahwa industri
pengolahan perspektif menjadi kurang disukai untuk berinvestasi daripada sektor teknologi informasi.
Sedangkan Malaysia memiliki sektor ekonomi teknologi informasi yang lebih kuat daripada negara lain
menurut pemilihan negara berpenghasilan menengah atas GII 2016.
Jurnal ini juga untuk mengetahui apakah indikator-indikator inovasi tersebut dapat dianggap
sebagai parameter yang baik untuk memahami profil negara-negara berpenghasilan menengah ke
atas. Tiga alat MCDA yang digunakan memberikan kemungkinan berinvestasi sesuai dengan
keinginan investor di empat kelompok negara berbeda.

PROMÉTHÉE

Metode PROMÉTHÉE melibatkan konsep dan parameter yang memiliki beberapa interpretasi
fisik atau ekonomis yang mudah dipahami oleh sebagian besar pengambil keputusan.
KORELASI PEARSON

Koefisien korelasi Pearson (r) mengukur hubungan linier antara dua variabel kuantitatif. Dalam
analisis indikator inovasi, koefisien korelasi mengukur hubungan berpasangan antar indikator, dengan
mempertimbangkan nilai-nilai himpunan indikator di antara mereka sendiri, sebagai variabel yang
dianalisis.
Hasil AHP digunakan sebagai bobot dalam PROMÉTHÉE II. Perhitungan dengan GAIA
mengungkapkan skenario investasi yang berbeda untuk negara-negara berpenghasilan menengah ke atas
menurut peringkat GII 2016.

KELEBIHAN
1. Teori dan metode yang digunakan sudah tepat

2. Detail dalam menampilkan hasil penelitian

KEKURANGAN
Tata letak penulisan penjelasan dengan data dukung tabel atau gambar tidak berdekatan sehingga
menyulitkan pembaca dalam memahami bahasan yang sedang disampaikan.
6. KESIMPULAN

Jurnal ini menyajikan pengamatan kuantitatif berdasarkan negara berpenghasilan menengah


keatas dimana pengambil keputusan dapat berinvestasi dengan mempertimbangkan indikator inovasi
yang kuat dan lemah menurut perspektif mereka, didukung oleh pengamatan kualitatif yang diperoleh
dari GII 2016.
Semua metode MCDA yang digunakan dalam jurnal ini penting dan memberikan pemahaman
bagaimana keputusan investasi dapat berubah ketika kriteria dihitung secara mendalam dan dikaitkan
dengan bobot dari alat multikriteria lain. Hasilnya ditemukan peringkat negara-negara menengah ke
atas untuk berinvestasi dan berkelompok dengan negara-negara yang bertindak seperti “hub” atau
“jembatan” untuk sektor ekonomi di negara-negara dekat; dan dikelompokkan sesuai dengan profil
skor maksimum dan minimum mereka, pengamatan tidak hanya wilayah tertentu tetapi juga profil
serupa di berbagai wilayah dunia.

: Multicriteria Decision Choices For Investment In Innovative


Judul
Upper-Middle Income Countries
: Innovation & Management Review
Publikasi
Emerald Publishing Limited

Volume dan Halaman : Vol. 17 No. 3, 321-347

Tahun : 2020

: 1. Marcela do Carmo Silva


Penulis 2. Helder Gomes Costa
3. Carlos Francisco Simões Gomes
: Department of Industrial Engineering,
Instansi Penulis
Universidade Federal Fluminense, Niteroi, Brazil
: https://www.emerald.com/insight/content/doi/10.1108/INMR-02-
Sumber 2019-0016/full/pdf?title=multicriteria-decision-choices-for-
investment-in-innovative-upper-middle-income-countries

Reviewer : I Putu Udawan Pertama


Referensi:
https://www.emerald.com/insight/2515-8961.htm

Anda mungkin juga menyukai