Seekor anak tikus tak pernah keluar rumah. Ya, itu karena ibunya tak pernah mengizinkannya keluar rumah. Ibunya takut kalau anaknya dimangsa oleh kucing yang ganas.
Setiap malam, ibunya selalu bercerita tentang kucing yang
nakal. Kucing yang selalu mengejar tikus. Hal itu dilakukannya agar anaknya tahu bahwa ada binatang yang siap memangsanya di luar sana.
“Aku bisa melindungi diriku, Bu,” ucap Anak Tikus.
Sebenarnya Ibu Tikus merasa kasihan. Anaknya selalu
ingin pergi keluar. Sepertinya di luar sana ada banyak hal yang belum ia tahu. Hingga suatu hari, ibunya mengizinkannya untuk keluar rumah.
“Hati-hatilah, akan banyak bahaya yang mengintaimu,”
pesan Ibu Tikus.
“baik, Bu.” jawab Anak tikus.
Alangkah senang hati Anak Tikus. Ia langsung berlari ke
bukit. Wah, pemandangan di atas bukit sungguh indah. Ia juga melihat banyak binatang yang terbang.
“Wah, indah sekali!” ucap anak tikus.
Anak tikus itu melihat seekor ayam jago. Ayam jago itu sedang mencakar-cakar tanah. Anak tikus itu merasa ketakutan.
“Sungguh menakutkan binatang itu,” guman Anak Tikus.
Bersamaan dengan itu, ia juga melihat binatang yang
berbulu dengan ekor yang panjang. Anak Tikus tak tahu bahwa binatang itulah yang disebut kucing. Melihat binatang yang cantik itu, Anak Tikus ingin sekali berteman dengannya.
Kucing mengerjapkan matanya ke Anak Tikus. Anak Tikus
hendak mendekati kucing itu. Namun, ayam jago mendekatinya. Anak tikus pun langsung lari ketakutan.
Anak tikus lalu pulang ke rumahnya. Ia menceritakan
semuanya kepada ibunya.
“Binatang apakah yang menyeramkan itu, Bu? Aku takut
melihatnya. Makanya aku lari, Bu.” ucap Anak Tikus.
“Itu adalah ayam jago, Nak. Dialah yang telah
menolongmu,” ujar ibunya.
Anak Tikus tak memedulikan ucapan ibunya.
“Padahal aku ingin sekali mendekati binatang berbulu
lembut itu. Mata binatang itu sangat cantik. Bulu ekornya juga indah,” kisah Anak Tikus.
Ibunya tersenyum. Rupanya, anaknya mengira bahwa
kucing adalah binatang yang baik padanya.
“Itu adalah kucing, Nak. Untunglah ada ayam jago. Kalau
tidak, kau pasti sudah diterkam. Kucing memang terlihat manis saat kau melihatnya. Tapi, itu hanya tipu muslihatnya.” ucap ibunya. “Begitu ya, Bu. Aku telah salah menilai ayam ago itu.” sesal Anak Tikus.
“Itu pelajaran untukmu. Jangan menilai sesuatu dari
penampilannya. Hatinyalah yang terpenting,” kata ibunya.
Sejak saat itu, Anak Tikus mengerti. Ia telah nendapatkan
satu pelajaran berharga. Sesuatu yang terlihat galak dan menakutkan, belum tentu ia buruk. Begitupun sebaliknya, sesuatu yang terlihat manis dan baik, belum tentu ia baik.
Pesan moral dari cerpen pendidikan beserta
gambarnya adalah jangan menilai seseorang dari penampilannya, tetapi nilailah dari kebaikan hatinya.