com
Abstrak: Thinking about humans in Arabic termed by
the words al-insan, al-nas and al-bashar is an arduous
endeavor because humans are creatures created by
Allah swt. Although there are already various sciences
that study and research about humans such as Biology,
Embryology, Psychology, Anthropology, but no one
has been able to unravel the mysteries of humans. al-
insan can be interpreted as a creature who has the ability
to reason, a knowledgeable creature and a civilized
being. Although in other aspects it also contains
elements of negative meaning. The term al-nas means
that humans are created as social beings, starting from a
male and female pair, then developing into tribes and
nations, to get to know each other. As social beings,
humans naturally like to live in groups, from the
smallest unit (family) to the largest and most complex,
namely the nation and mankind. The word al-Bashar
shows the general similarities that are the main
characteristics of humans, by describing humans as
biological beings who have biological characteristics
such as eating, drinking, sexual relations, etc. The
naming of this word shows the meaning that
biologically dominant humans are in their skin. This
aspect shows the general biological differences between
humans and animals, which are more dominated by fur
or hair.
Keyword: humans, al-insan, al-nas, al-bashar
Pendahuluan
Berfikir tentang manusia dalam Bahasa Arab diistilahkan
dengan kata al-insan, al-nas dan al-bashar merupakan sebuah usaha yang
berat karena manusia merupakan makhluk yang kompleks ciptaan
Allah swt. Meskipun sudah ada berbagai ilmu yang mengkaji dan
meneliti tentang manusia seperti Biologi, Embriologi, Psikologi,
Metode Penelitian
Dalam tulisan mengenai permasalahan konsep al-insan, al-nas
dan al-bashar dalam al-Qur'an, penulis menggunakan metode mawdlu’i.3
Tafsir mawdlu’i menurut pendapat mayoritas ulama’ adalah
menghimpun seluruh ayat al-Qur’an yang memiliki tujuan dan tema
yang sama. yaitu dengan berusaha menempuh langkah-langkah
sebagai berikut:4
1. Menetapkan masalah yang akan dibahas.
2. Menghimpun dan menetapkan ayat-ayat yang menyangkut
masalah yang akan dibahas.
3. Menyusun ayat-ayat sesuai dengan perincian masalahnya,
dengan memisahkan antara satu bagian dengan bagian lainnya.
4. Memahami munasabat (korelasi) ayat atau surat.
5. Melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis bahkan juga
penemuan ilmiah yang menyangkut masalah yang dibahas.
6. Menyusun pembahasan dalam suatu kerangka yang sempurna.
7. Mempelajari semua ayat-ayat yang sama pengertiannya, atau
mengkompromikan antara yang 'am (umum) dengan yang khas
1 Othman Ali, The Concept of Man in Islam the Writings of El-Gazali (Kairo: Dar al-
Ma’arif, 1960), 213-215
2 Quraish Shihab, Membumikan al-Qur'an, (Bandung: Mizan, 1994), 224
3Abd. Al-Hayy al-Farmawi, al-Bidayah fi al-Tafsir al-Mawdu’i, (Mesir: Dirasat
karena itu tidak semua prosedur yang diarahkan oleh rujukan menjadi acuan
penelitian penulis.
Atau dari al-anasu lalu huruf Hamzah dibuang dan diidghamkan pada
Nun menjadi al-nas.10
Kata al-bashar berasal dari kata ba’, shin, dan ra’ yang berarti
menguliti/ mengupas (buah), memotong tipis hingga terlihat kulitnya,
meperhatikan, sesuatu yang tampak baik dan indah, bergembira,
menggembirakan, menggauli, kulit luar, kulit yang dikupas atau
memperhatikan dan mengurus sesuatu.11 Penamaan kata ini
menunjukkan makna bahwa secara biologis sesuatu yang
mendominasi manusia adalah pada kulitnya. Pada aspek ini terlihat
perbedaan umum biologis manusia dengan hewan yang lebih
didominasi oleh bulu atau rambut. Berdasarkan hal tersebut, maka
dapat dipahami bahwa manusia merupakan makhluk yang memiliki
segala sifat kemanusiaan dan keterbatasan seperti makan, minum,
kebahagiaan.
ض َخلِيفَةً قَالُوا أَتَجْ عَ ُل فِي َها َم ْن يُ ْف ِسدُ فِي َها ْ َوإِذْ قَا َل َربُّكَ ل ِْل َمالئِ َك ِة إِنِِّي َجا ِع ٌل فِي
ِ األر
َ
)٣۰: ِّس لَكَ قَا َل ِإنِِّي أ ْعلَ ُم َما ال ت َ ْعلَ ُمونَ (البقرة ُ س ِِّب ُح ِب َح ْمدِكَ َونُقَ ِد
َ َُويَ ْس ِفكُ ال ِدِّ َما َء َونَ ْح ُن ن
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat,
“Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang Khalfah di
muka bumi,” Mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak
menjadikan (Khalifah) di muka bumi orang yang akan berbuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan
Engkau?” Tuhan berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui (QS al-Baqarah [2]:30)31
ارفُوا ُ اس ِإنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم مِ ْن ذَكَر َوأ ُ ْنثَى َو َج َع ْلنَا ُك ْم
َ شعُوبًا َوقَبَائِ َل ِلتَ َع ُ َّيَا أَيُّ َها الن
)13: ير (الخجرات ٌ ِعلِي ٌم َخبَ َّللا َّ ُ َ ْ َ
َ َّ َّللا أتقاك ْم إِن ِ َّ َإِ َّن أ َ ْك َر َم ُك ْم ِعند
ْ
Artinya: “Hai Manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
1996), 124
43 Abu al-Husain Ahmad ibn Faris ibn Zakariya, Mu'jam Maqayis al-Lughah, (Mesir:
Mustafa al-Babi al-Halabiy wa Awladuh, 1971), 251
44 Kementerian Urusan Agama Islam, 352
45 Kementerian Urusan Agama Islam, 381
)71 :ِإ ْذ َقا َل َربُّكَ ل ِْل َمالئِ َك ِة ِإنِِّي خَا ِل ٌق بَش ًَرا مِ ْن طِ ين (ص
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat:
"Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah".
(QS. Sad [38]:71)46
)33 :َهذَا ِإال بَش ٌَر مِ ْثلُ ُك ْم يَأ ْ ُك ُل مِ َّما ت َأ ْ ُكلُونَ مِ ْنهُ َويَ ْش َربُ مِ َّما تَ ْش َربُونَ (المؤمنون
(Orang) ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia makan
dari apa yang kamu makan, dan meminum dari apa yang kamu
minum. (QS. Al-Mu’minun [23]:33)47
َ ص ْل
:صال مِ ْن َح َمإ َم ْسنُون (الحجر َ َوإِذْ قَا َل َربُّكَ ل ِْل َمالئِ َك ِة إِنِِّي خَا ِل ٌق بَش ًَرا مِ ْن
)28
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang
manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam
yang diberi bentuk. (QS. Al-Hijr [15]:28)49
Potensi Manusia
Allah menciptakan manusia sebagai makhluk paling sempurna
di muka bumi ini jika dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain.
Karena itulah, Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di muka
bumi, sebagaimana dalam:
Al-Tabary, Ibnu Jarir, Jami’ al-Bayan ‘An Ta’wil Ayyi al-Qur’an, Beirut:
Dar al-Fikr, 1988
Zakariya, Abu al-Husain Ahmad ibn Faris ibn, Mu'jam Maqayis al-
Lughah, Mesir: Mustafa al-Babi al-Halabiy wa Awladuh, 1971.