Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

“Memahami Akar Sejarah Nukila”


Dosen Pengampu
“Bahran Taib S.Psi., M.Si”

OLEH:

Nama: Elsa Ramadani


Npm: (03332111048)
Mata Kuliah: Pendidikan Moluku Kie Raha

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nukila merupakan nama dari sultanah pertama di Ternate yang sebelumnya
merupakan istri dari Sultan Bayanullah. Pernikahan Ratu Nukila dari Kerajaan Tidore
dengan Sultan Bayanullah dari Kerajaan Ternate merupakan salah satu cara untuk
mendamaikan kedua kerajaan yang sering bertikai dan berseteru.
Sepeninggal Sultan Bayanullah, kekuasaan Kesultanan Ternate berpindah
tangan kepada Ratu Nukila yang dibantu oleh Pangeran Taruwese, saudara dari Sultan
Bayanullah. Kekuasaan Ratu Nukila ini menjadi momen bersejarah karena menjadi
sultanah pertama di Ternate sembari menunggu putra sulungnya beranjak dewasa.
Akan tetapi, nasib buruk menimpa Ratu Nukila yang difitnah oleh Portugis dan
membuatnya memutuskan untuk berpindah agama menjadi Katolik. Setelah berpindah
agama, Ratu Nukila memiliki nama baru, yaitu Dona Isabella.

B. Rumusan Masalah
1. Memahami sejarah tentang Nukila

C. Tujuan
1. Agar mengetahui sejarah Nukila
BAB II

PEMBAHASAN

A. Memahami Akar Sejarah Nukila


Toeti Heraty dalam bukunya yang lumayan lengkap menjelaskan jika Rainha
Boki Raja atau Nukila adalah puteri Sultan Tidore, Kolano Al Mansyur yang menikah
dengan Sultan Bayan Sirullah atau dikenal dengan Sultan Bayanullah, Sultan Ternate
ke 20. Tak ada data pasti kapan Rainha lahir. Hanya tercatat jika pada masa itu,
perkawinan antar keluarga para Sultan di Moloku Kie Raha lebih banyak bernuansa
politis untuk memperkuat hubungan antar kesultanan yang eksistensinya diancam
Spanyol dan Portugis.
Keberadaan Rainha pertama kali tercatat dalam surat Gubernur Antonio de
Brito yang dikirim ke Raja Manuel I tahun 1523 yang menceritakan pertemuan
dirinya dengan permaisuri Sultan Ternate dan putra mahkota Boheyat yang baru
berumur 8 tahun.
Selain Boheyat, perkawinan Rainha dan Sultan Bayanullah juga dikaruniai dua
putera lainnya yakni Deyalo dan Tabaridji. Ketika suaminya meninggal, Rainha hidup
dengan tanggungjawab berat. Membesarkan tiga puteranya dengan mandat penuh
berupa wasiat Sultan untuk meneruskan kepemimpinan Ternate, tidak disukai
kalangan dalam Istana yang dimotori Taruwese, dan menghadapi tekanan Portugis
untuk segera menyelesaikan bentengnya di Ternate yang juga berarti melukai hati
Ayahandanya, Sultan Tidore yang didukung Spanyol.
Sempat pulang ke Tidore karena beratnya tekanan, Rainha kemudian kembali
ke Ternate setelah ayahnya mati diracun. Portugis yang kejam juga merekayasa
pembunuhan anaknya Boheyat di dalam penjara. Bersama rakyat yang marah, Rainha
berjuang merebut kembali kekuasaan Ternate. Sukses membungkam Portugis namun
kemenangan ini tak tercatat sejarah. Mungkin Gubernur Jenderal Portugis di Goa
menghapusnya karena malu dikalahkan seorang perempuan.
Dalam silsilah Kesultanan Ternate yang dikutip dari catatan Adnan Amal,
disebutkan bahwa Rainha berkontribusi penting membesarkan tiga Sultan yakni
Deyalo yang berkuasa tahun 1522 – 1529, Boheyat (1529 – 1532), dan Tabaridji
(1532 – 1535). Satu dekade lebih, Rainha berperan sebagai Ibu sekaligus
Mangkubumi bagi ketiga puteranya yang sudah diangkat sebagai Sultan meski masih
berusia sangat muda. Karena itu, segala kebijakan dan keputusan kesultanan sejatinya
dipegang dan dikendalikan oleh Rainha.
Hal inilah yang memicu siasat licik Portugis untuk menyingkirkannya. Tahun
1535, Rainha dan anaknya Tabaridji ditahan dan diasingkan ke Goa. Tak ada lagi
catatan yang tersisa kecuali cerita jika selama di Goa, Tabaridji berpindah agama dan
berganti nama menjadi Don Manuel. Tahun 1542, Tabaridji sempat dipulihkan
martabatnya oleh Gubernur Bernaldin de Souza. Pulang kampung bersama Ibunya
Rainha dan sempat menjadi Sultan (dalam periode kepemimpinan Sultan Khairun
1535-1570, disebut Khairun sempat diasingkan ke Malaka, saat dimana Tabaridji
menjadi Sultan yang diangkat Portugis) namun Tabaridji kemudian mati diracun dan
oleh Portugis, diumumkan bahwa Kesultanan Ternate diserahkan sepenuhnya kepada
Raja mereka. Keputusan yang belakangan diralat karena Sultan Khairun kembali
berkuasa hingga tragedi pembunuhan keji di benteng Gamlamo terjadi.
Rainha yang kecewa dan terintimidasi memilih jalan hidup lain. Tinggal
bersama puteri tirinya yang menikah dengan pedagang Balthazar Velozo, akhir kisah
sang Boki dituliskan dengan pembaptisan dirinya oleh Francis Xavier dan berganti
nama menjadi Dona Isabela.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Nukila atau Rainha Boki Raja adalah pejuang perempuan dalam kebesaran sejarah
Ternate. Hegel dalam pandangan filsafat mendeskripsi sejarah bukan tentang kisah
seseorang dalam kesendiriannya. Sejarah mengikuti desain dari langit. Lahir, tumbuh,
berdialektika dan bergerak mencari kebenaran. Karena itu, Hegel meyakini isi
keseluruhan sejarah dunia (termasuk sejarah Nukila) bersifat rasional. Demikian
riwayat hidup Rainha Boki Raja dengan latar belakang percaturan rempah rempah dan
selalu racun meracun menyelesaikan perkara persaingan antar keluarga, hampir 500
tahun lalu sempat berjihad mengepung benteng Portugis.
DAFTAR PUSTAKA

Heraty, Toeti (2010). Rainha Boki Raja (Ratu Ternate Abad Keenambelas). Ternate.
Komunitas Bambu.

Amal, M. Adnan. 2007. Kepulauan Rempah-Rempah. Makassar. Nala Cipta Litera.


Amal, M. Adnan dan Irza Arnyta Djafaar. 2003. Maluku Utara; Perjalanan Sejarah 1800-
1950. Ternate. Universitas Khairun Ternate. Amal, Nukila, 2004. Cala Ibi. Jakarta.
Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai