Anda di halaman 1dari 6

Nama : Roxanne Octadiva Agung

Kelas : XI MIPA 3

No. Absen : 32

Hadiah Terbaik

Sudah tiga tahun berlalu sejak kejadian yang mengubah kehidupan seorang remaja
bernama Dika. Kejadian yang menimpa keluarga Dika ketika Dika masih memiliki kedua
orang tua dan hidup bahagia bersama dengan adik perempuannya yang bernama Leia. Dulu
orang tua Dika merupakan pengusaha yang sukses, kebutuhan hidup mereka sangat
berkecukupan. Namun suatu hari perusahaan ayahnya mengalami kebangkrutan yang besar
yang membuat keluarga mereka jatuh miskin dan terlilit utang, tidak ada satupun saudara dan
kerabat yang bersedia membantu mereka.

Setelah kejadian itu keadaan keluarga mereka semakin memburuk. Hal ini membuat
ayah Dika stress dan terkena penyakit serangan jantung, lalu beliau meninggal. Ibu Dika
tidak tahan menanggung beban untuk menafkahi keluarganya, ia memutuskan untuk menjual
rumah mereka dan kabur meninggalkan anak-anaknya. Oleh karena itu Dika sekarang tinggal
berdua bersama adik kesayangannya yang sekarang sudah berumur 7 tahun yaitu Leia. Dika
bekerja keras dengan melakukan berbagai macam pekerjaan diusianya yang sekarang masih
menginjak 14 tahun demi menghidupi dirinya dan adiknya. Mereka juga terpaksa tidak
sekolah dan tinggal di jalanan.

Di suatu pagi yang cerah, Dika menghampiri adiknya dan berkata,

“Leia, ayok ikut kakak.” ajak Dika.

“Kemana kak?” tanya Leia penasaran.

“sekali-kali ikut kakak jualan tissue.”

“asik! Oke kak.”

Itu adalah untuk pertama kalinya Dika mengajak adik kesayangannya untuk ikut
berjualan tissue. Dika biasanya berjualan sendirian. Sedangkan Leia biasa menunggu
kakaknya di lapangan tempat anak-anak bermain. Mereka berjualan di daerah yang banyak
pejalan kaki. Ketika Dika sedang sibuk mengurus pelanggan, tiba-tiba Leia melihat perayaan
ulang tahun anak yang sedang dirayakan di dalam sebuah restoran. Ia melihat anak-anak yang
terlihat sangat bahagia bersama keluarganya hal itu mengingatkan Leia akan kedua orang
tuanya. Ia berandai jika saja orang tua mereka masih bersama, ia pasti tidak akan merasa
kesepian. Lalu tiba-tiba pandangan Leia terjatuh kepada sebuah kue yang amat lezat dan es
krim yang sedang dinikmati anak-anak. Leia berharap ulang tahunnya tahun ini bisa
dirayakan dengan kue ulang tahun dan eskrim. “Leia, ayok jalan kamu ngapain disitu?” Dika
tiba-tiba memanggil. Leia pun terkejut “eh iya kak, aku ngga ngapain-ngapain kok hehe.”
Walaupun Leia tidak berbicara yang sebenarnya, Dika sudah tau apa yang sedang adiknya
pikirkan di depan restoran tersebut. Dika menjadi bimbang.

Sesudah berjualan, Dika dan Leia membeli makanan di warung ayam bakar
menggunakan uang hasil berjualan mereka pada hari itu. Mereka hanya mampu membeli satu
bungkus nasi ayam dan teh plastik untuk berdua, mereka menikmatinya di jembatan. Tiba-
tiba di dekat tempat mereka makan, Dika melihat seekor anjing yang kelaparan, kelihatannya
anjing itu tidak memiliki tempat tinggal. Saat melihat anjing itu entah mengapa Dika merasa
dirinya terdorong untuk memberi makanan kepada anjing tersebut, akhirnya ia menyisakan
makanannya untuk diberikan kepada anjing itu, anjing itu pun langsung membawa makannya
pergi. Adiknya, Leia pun melihat perbuatan kakaknya itu.

“Ihh kak anjingnya lucu. Tapi kenapa kakak ngasih makanan ke anjing itu? Itukan
makanan kakak.” tanya Leia

“Udah gapapa kakak udah ga laper banget kok, nih dek minum tehnya.”

Leia masih kebingungan, mengapa kakaknya rela membagi makanan kepada seekor
anjing padahal kakaknya sendiri hanya makan setengah porsi. Setelah selesai makan mereka
langsung mencari tempat untuk beristirahat.

Seminggu sebelum hari ulang tahun Leia. Leia meberanikan diri untuk bertanya
kepada kakaknya, “Kak, Kak Dika, seminggu lagi aku ulang tahun nih boleh ga aku minta
sesuatu?”. Dika yang sudah tau keinginan adiknya itu, tanpa berpikir lama ia langsung
berkata, “ngga dek.” Karena menurut Dika untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja
mereka masih kekurangan, apalagi membeli kue ulang tahun dan es krim adiknya.
Mendengar jawaban kakaknya, Leia hanya terdiam. Keesokan paginya wajah Leia terlihat
murung. Dika menjadi semakin bimbang, ia menjadi merasa bersalah. Dika ingin adiknya
bahagia, akhirnya Dika mengambil keputusannya.

“Baiklah kakak bakal beliin kamu kue sama es krim.” ucap Dika.
“Ha? Serius nih kak?” tanya Leia dengan penuh harapan.

“Iyaa, tapi kamu bantuin kakak jualan ya nanti siang biar uangnya lebih banyak”

“Sipp makasihh Kak Dika, Leia sayang Kak Dika” ucap Leia sambil memeluk kakak
kesayangannya.

Mulai sejak itu, selama seminggu Dika bekerja keras untuk mendapat penghasilan
lebih demi ulang tahun Adiknya. Setiap pagi Dika bekerja di warung, ia membantu ibu
warung mengangkat barang-barang berat lalu ia diberi imbalan. Siangnya ia bersama dengan
adiknya berjualan tissue di jalanan-jalanan. Tidak terasa ulang tahun Leia tinggal sehari lagi.
Dika dan Leia pulang setelah berjualan dengan perasaan senang, sebab penghasilan mereka
selama seminggu ini setidaknya cukup untuk membeli kue berukuran kecil dan es krim.

Keesokkan harinya tepat pada hari ulang tahun Leia yang ke 8 tahun. Sesuai dengan
permintaan Leia, mereka membeli kue ulang tahun dan dua es krim. Mereka ingin menikmati
kue tersebut di jembatan, tempat yang sama saat mereka makan minggu lalu.

“Yeaay akhirnya, makasih Kak Dika.” ucap Leia sambil menikmati eskrim.

“Ahahahah, iya sama-sama dek kan kamu juga ikut bantuin kakak.”

“Seandainya ayah dan ibu masih bareng sama kita ya kak pasti lebih seru” kata Leia.

Dika senang bisa melihat adiknya bahagia, namun setelah mendengar perkataan
adiknya, Dika teringat selama ini mereka hanya hidup berdua. Leia pasti kesepian dan
merindukan ayah dan ibunya, ia merindukan kehangatan sebuah keluarga.

Saat mereka sudah berada di dekat jembatan tiba-tiba dua orang pria berbadan besar
menghalangi jalan mereka dan menarik mereka ke tempat yang sepi. “kasih duit kalian!”
gertak salah satu pria itu. Leia sangat ketakutan ia langsung memeluk kakaknya. Dika tidak
ingin adiknya terluka, oleh karena itu ia terpaksa memberikan sisa uangnya kepada pria itu.

“Mana? Kok cuman segini?” tanya pria tersebut.

“Emang cuman segitu bang.”

“Tapi lu mampu beli tuh kue.” ujar pria yang satunya lagi.

“Uangnya habis buat beli kue bang.”


Dua pria tersebut terlihat begitu kesal. Sebagai gantinya mereka malah berusaha
merebut Leia dari pelukan Dika, “Kakak!” “Jangan ambil adek saya bang!” Dika berusaha
melawan namun kekuatan Dika tidak sebanding dengan dua orang pria berbadan besar itu,
alhasil Dika bersama dengan kuenya terlempar. Kepala Dika terbentur aspal dan ia hampir
tidak sadarkan diri. Dua pria itu berhasil merebut Leia dari pelukan Dika.

Tiba-tiba saja mereka mendengar suara gonggongan anjing, suara itu terdengar
semakin dekat. Lalu muncullah seekor anjing yang kemudian langsung menyerang dan
menggigit tangan kedua pria tadi sehingga Leia pun berhasil membebaskan diri dan ia
langsung memeluk kakaknya. Kedua pria tadi pun langsung lari ketakutan dengan penuh luka
gigitan di tangan dan kaki mereka. Dika dan Leia langsung merasa lega namun diwaktu
bersamaan mereka merasa sedih karena kue yang mereka beli sudah tidak berbentuk. “Maaf
ya dek.” ucap Dika sambil memeluk Leia, “mm, gapapa kak yang penting kita selamat.” ucap
Leia sambil menangis. Anjing tersebut menghampiri Dika dan Leia, ternyata anjing itu
merupakan anjing yang sama dengan anjing yang Dika beri makan seminggu yang lalu di
jembatan. Dika mengelus anjing tersebut dan baru ia sadari ternyata anjing itu memiliki pet
tag yang tertutup dengan bulunya yang panjang. Di pet tag itu tertulis nama si anjing yaitu
George, dan juga terdapat sebuah alamat. Ternyata George adalah anjing yang tersesat.

“Wah dek ternyata nama dia George loh. Makasih ya George udah nolongin kita,”
“Leia, ikut kakak nganterin George pulang yuk. Alamatnya ga jauh kok, ayo jangan murung
terus dong.” ucap Dika berusaha menghibur adiknya.

“Hmm oke kak.” balas Leia sambil mengusap air matanya.

Akhirnya mereka berdua mencari alamat pemilik anjing tersebut dan menemukan sebuah
rumah kecil yang sederhana. Dika mengetuk pintu rumah tersebut, “Halo, apa ada orang di
rumah?”. Tidak lama kemudian, seorang wanita tua membukakan pintu.

“Umm, anu nek ini anjing punya nenek bukan?” tanya Dika

“George! Astaga kamu kemana aja?” seru nenek dengan gembira.

“Makasih ya dek.” ucap nenek

“Hehe, iya nek sama-sama, malah saya berterima kasih karena George sudah
menyelamatkan kami dari dua orang preman tadi.” ucap Dika

“Ohh begitu, masuk dulu yuk minum teh. Nama kamu siapa?”.
“Uhm, namaku Dika nek”

“Kalau si cantik ini siapa?”

“Le-Leia nek” jawab Leia malu-malu.

“Yasudah, dek Dika dan dek Leia masuk dulu yuk”

Dika dan Leia masuk ke rumah wanita tersebut. Suasana rumah tersebut hangat dan
sepi sekali. Mereka mengobrol-ngobrol sambil meminum teh buatan nenek. Dika dan Leia
menceritakan kejadian yang menimpa mereka hari ini. Entah mengapa mengobrol bersama
nenek rasanya menenangkan.

“Ne-nenek hanya tinggal sendiri?” tanya Leia dengan gugup.

“Iya, suami nenek telah tiada, anak-anak nenek sudah menikah dan pergi ke luar
daerah. Mereka tidak mengunjungi nenek lagi. Jadi nenek tinggal sendiri deh, George lah
yang selalu menemani nenek, makanya nenek sangat sedih ketika George menghilang”,
jawab nenek.

“Ohh.” ucap Dika Dan Leia bersamaan.

“kalau kalian?” nenek balik bertanya.

“Uhm, kami juga tinggal berdua saja nek. Orang tua kami...” Dika tidak
menyelesaikan kalimatnya.

“Oh iya iya.” jawab nenek sambil mengangguk.

Suasana menjadi hening. Nenek tiba-tiba saja terdiam, ia seperti sedang memikirkan
sesuatu. Dika dan Leia segera menghabiskan teh mereka.

“Makasih nek, kami pulang dulu ya maaf merepotkan” ucap Dika sambil salim.

“tunggu!” seru nenek.

“Kalian mau tidak tinggal bersama nenek?”

“Ha? Tinggal sama nenek?”, tanya Dika kebingungan.

“Iya betul, dek Leia dan dek Dika tinggal bersama nenek dan George.”

Dika dan Leia saling menatap dan tiba-tiba mereka tersenyum. “Mau nek!” jawab
Dika dan Leia sambil tersenyum lebar. Di hari ulang tahun Leia ini, Dika secara tidak
langsung telah memberikan sebuah hadiah yang lebih baik dari pada sebuah kue dan eskrim,
yaitu keluarga.

Pesan dari cerita ini ada dua yaitu, pertama kita harus berbuat baik kepada siapapun bahkan
kepada seekor hewan sekalipun, jika kita melakukannya dengan tulus maka kebaikan itu akan
berbalik lagi kepada kita. Kedua, tempat untuk pulang adalah tempat dimana ada orang yang
memikirkanmu.

Anda mungkin juga menyukai