Anda di halaman 1dari 17

BAB I

KONSEP DASAR SISTEM PRODUKSI

Deskripsi Materi:
Materi yang akan dibahas pada bab ini yaitu mengenai konsep dasarsistem produksi
yang meliputi pengertian dan contoh dari sistemproduksi, jenis sistem produksi, dan
konsep dari perencanaan dan pengendalian produksi.

Tujuan Pembelajaran:
a) Mahasiswa mampu memahami fungsi dari sistem produksi.
b) Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan antara sistem produksimanufaktur
dan jasa.
c) Mahasiswa dapat memahami jenis dari sistem produksi.
d) Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dan konsep dariperencanaan dan
pengendalian produksi.

1.1 FUNGSI PRODUKSI


Aktivitas produksi sebagai suatu bagian dari fungsi organisasi perusahaan
bertanggung jawab terhadap pengolahan bahan baku menjadi produk jadi yang dapat
dijual. Melaksanakan fungsi produksi, diperlukan rangkaian kegiatan yang akan
membentuk suatu sistem produksi. Ada tiga fungsi utama dari kegiatan-kegiatan
produksi yang dapat di-identifikasi, yaitu:
a) Proses Produksi, yaitu metode dan teknik yang digunakan dalam mengolah bahan
baku menjadi produk
b) Perencanaan Produksi, yaitu merupakan tindakan antisipatif di masa mendatang
sesuai dengan periode waktu yang direncanakan.
c) Pengendalian Produksi, yaitu tindakan yang menjamin bahwa semua kegiatan yang
dilaksanakan dalam perencanaan telah dilakukan sesuai dengan target yang telah
ditetapkan.
1.2 SISTEM PRODUKSI
Melaksanakan fungsi-fungsi produksi dengan baik, maka diperlukan rangkaian
kegiatan yang akan membentuk suatu sistem produksi. Sistem produksi merupakan
kumpulan dari subsistem-subsistem yang saling berinteraksi dengan
mentransformasikan input produksi menjadi output produksi. Input produksi ini dapat
berupa bahan baku (material), tenaga kerja (man), modal (money), mesin (machine),
metode (method), energi (energy) dan informasi (information). Sedangkan output
produksi merupakan produk yang dihasilkan berikut hasil sampingannya seperti limbah,
jasa atau informasi.

Bagan 1.1 Input Output Sistem Produksi

2
Pada bagan diatas, terlihat input-input yang digunakan melakukan proses transformasi
(pembentukan, perubahan, dll) untuk membentuk produk jadi berupa barang atau jasa dan
juga limbah.
Untuk lebih memahami lanjut tentang sistem produksi, berikut adalah contoh sistem
produksi industri tekstil pada bagan 1.2.

Industri
Pemintalan Input Output

Serat kapas, Proses Pengolahan dijual


Konsumen
serat polyster, Benang
akhir
dan sebagainya

Industri Dijadikan bahan baku industri tekstil


Tekstil

Input Output
Proses Pengolahan
Benag dan
Tekstil jadi
sebagainya

Limbah Industri

Bagan 1.2 Proses Produksi Bertahap pada Industri Manufaktur Tekstil

Perbedaan Barang dan Jasa (Goods and Services) – Barang dan jasasering ditawarkan
oleh perusahaan kepada pelanggannya untukmemenuhi berbagai kebutuhan mereka. Saat
ini, keberhasilan bisnis terletak pada kombinasi kualitas barang yang terbaik dengan layanan
jasa yang berorientasi pada pelanggan. Barang atau Goods adalah objek fisik sementara
Layanan atau Jasa (Services) adalah kegiatan melakukan pekerjaan untuk orang lain.
Barang adalah komoditas atau produk berwujud yang dapat dikirim atau dijual ke
pelanggan sehingga melibatkan pengalihan kepemilikan dari penjual ke pembeli. Di sisi lain,
layanan atau jasa adalah kegiatan tidak

3
berwujud yang dapat diidentifikasikan secara terpisah dan memberikan kepuasan dari suatu
keinginan. Salah satu perbedaan utama dari Barang dan Jasa adalah Barang adalah produk
yang diproduksi sedangkan Jasa adalah kegiatan yang dilakukan.

Tabel 1.1 Perbedaan Produk/Barang dan Jasa


Produk / Barang Jasa
▪ Berwujud ▪ Tidak berwujud
▪ Dapat disimpan ▪ Tidak dapat disimpan
▪ Banyak menggunakan proses ▪ Banyak menggunakan proses
mesin manusia
▪ Diproduksi lebih dulu baru ▪ Diproduksi bersamaan waktunya
dikonsumsi dengan dikonsumsi
▪ Kontak dengan konsumen rendah ▪ Kontak dengan konsumen tinggi
▪ Kualitas bersifat objektif ▪ Kualitas bersifat subjektif

Berikut ini adalah Perbedaan utama antara Barang dan Jasa:


1) Barang adalah komoditas atau produk yang siap dibeli oleh pelanggan dengan
harga tertentu, sedangkan Layanan (jasa) adalah manfaat atau fasilitas yang
disediakan oleh pihak lain.
2) Barang adalah sesuatu yang berwujud atau tanjibel (tangiable) yaitu sesuatu yang
dapat dilihat atau disentuh, sedangkan layanan (jasa) adalah produk yang tidak
berwujud (intangiable).
3) Ketika pelanggan membeli barang dengan harga tertentu, kepemilikan barang
tersebut akan berpindah tangan dari penjual ke pembeli. Sebaliknya, kepemilikan
jasa atau layanan tidak dapat dipindahtangankan.
4) Sulit untuk melakukan Evaluasi terhadap jasa atau layanan karena setiap penyedia
layanan memiliki pendekatan yang berbeda dalam melaksanakan layanan sehingga
sulit untuk menilai layanan mana yang lebih baik. Sedangkan evaluasi terhadap
barang relatif lebih mudah untuk dilakukan.
5) Barang dapat dikembalikan ataupun ditukar apabila tidak sesuai dengan apa yang
diinginkan. Namun layanan atau jasa tidak mungkin untuk dikembalikan atau ditukar
apabila telah disediakan.

4
6) Barang dapat disimpan untuk penggunaan di masa mendatang, tetapi layanan atau
jasa sangat terikat pada waktu dan tidak dapat disimpan sebagai persediaan.
7) Barang diproduksi terlebih dahulu kemudian diperdagangkan dan akhirnya
dikonsumsi. Sedangkan jasa atau layanan diproduksi dan dikonsumsi pada saat yang
sama.
8) Barang dapat berpisah dengan alat produksinya setelah menjadi produk jadi,
sedangkan Layanan atau jasa tidak dapat dipisahkan dari penyedianya.

1.2.1 Pengorganisasian untuk Menghasilkan Barang dan Jasa


Untuk menghasilkan barang dan jasa, semua jenis organisasi menjalankan 3 fungsi.
Fungsi-fungsi ini merupakan hal yang penting, bukan hanya untuk proses produksi, tetapi
juga demi kelangsungan hidup sebuah organisasi. Fungsi-fungsi ini adalah:
a)
menerima
Pemasaran,pemesanan untuk sebuah
yang menghasilkan barang atau
permintaan, jasapaling
atau (tidak tidak
akan
ada aktivitas jika tidak ada penjualan)
b) Produksi/operasi, yang menghasilkan produk.
c) Keuangan/akuntansi, yang mengawasi sehat atau tidaknya sebuah
organisasi, membayar tagihan dan mengumpulkan uang.

5
Berikut beberapa contoh pengorganisasian barang dan jasa.

Bagan 1.3 Pengorganisasian Barang

Bagan 1.4 Pengorganisasi Jasa

6
Sebuah organisasi, dan secara utuh berhubungan dengan semua aktivitas sistem
produksi berjalan. Karena itu pula kita mempelajari bagaimana orang
mengorganisasikan diri mereka untuk mendapatkan perusahaan yang produktif.

1.2.2 Sistem Produksi Menurut Proses Menghasilkan Output


Sistem produksi menurut proses menghasilkan output secara ekstrim dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu:
1. Proses Produksi Kontinu (Continuous Process)
a) Memerlukan waktu set up yang tidak terlalu lama, karena proses ini memproduksi
secara terus menerus untuk jenis produk yang sama, misalnya pabrik semen, pabrik
pupuk, pabrik susu dsb.
b) Biasanya produk yang dihasilkan dalam jumlah yang besar (produksi massal) dengan
variasi yang sangat sedikit dan sudahdistandarisasikan.
c) Proses biasanya menggunakan sistem atau cara penyusunan peralatan berdasarkan
urutan dari produk yang dihasilkan (product layout).
d) Mesin-mesin yang dipakai dalam proses produksi adalah mesin- mesin yang bersifat
khusus untuk menghasilkan produk tersebut, yang dikenal dengan nama Special
Purpose Machine.
e) Mesin-mesin bersifat khusus dan biasanya semi otomatis, makaoperatornya tidak perlu
mempunyai keahlian atau keterampilanyang tinggi untuk pengerjaan produk tersebut.
f) Terjadi salah satu mesin/peralatan terhenti atau rusak, maka seluruh proses produksi
akan terhenti.
g) Mesin-mesin bersifat khusus dan variasi dari produknya kecil, maka job strukturnya
sedikit dan jumlah tenaga kerjanya tidak perlu banyak.
h) Persediaan bahan baku dan bahan dalam proses adalah lebih rendah dibandingkan
dengan proses produksi terputus (internittent process).
i) Oleh karena Mesin-mesin bersifat khusus, maka proses ini membutuhkan ahli
pemeliharaan (maintenance) yang mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang
banyak.
j) Biasanya Bahan-bahan dipindahkan dengan peralatan handling yang tetap (Fixed
Path Equipment) yang menggunakan tenaga mesin seperti ban berjalan (Conveyor).

7
2. Proses Produksi Terputus (Intermittent Process/Discrete System)
a) Memerlukan waktu set up yang lama, karena proses ini memproduksi berbagai
jenis spesifikasi barang/produk sesuai pesanan, sehingga adanya pergantian jenis
barang yang diproduksi akan membutuhkan kegiatan set up yang berbeda,
misalnya usaha perbengkelan.
b) Produk yang dihasilkan dalam jumlah yang sangat kecil dengan variasi yang sangat
besar dan didasarkan atas pesanan (job shop)
c) Proses seperti ini biasanya menggunakan sistem atau cara penyusunan peralatan
berdasarkan atas fungsi dalam proses produksi, dimana peralatan yang sama
dikelompokkan pada tempat yang sama (processt layout).
d) Mesin-mesin yang dipakai dalam proses produksi adalah mesin-mesin yang bersifat
umum yang dapat digunakan untuk menghasilkan bermacam-macam produk
dengan variasi yang hampir sama, yang dikenal dengan nama General Purpose
Machine.
e) Mesin-mesin bersifat umum dan biasanya kurang otomatis, maka pengaruh
individual operator terhadap produk yang dihasilkan sangat besar, sehingga
operatornya perlu mempunyai keahlian atau keterampilan yang tinggi dalam
pengerjaan produk tersebut.
f) Proses produksi tidak akan mudah terhenti walaupun terjadi kerusakan atau
terhentinya salah satu mesin atau peralatan.
g) Mesin-mesin bersifat umum dan variasi dari produknya besar, maka terdapat
pekerjaan (job) yang bermacam-macam sehinggapengawasannya lebih sulit.
h) Persediaan bahan baku biasanya tinggi, karena tidak dapat ditentukan pesanan apa
yang akan dipesan oleh pembeli dan juga persediaan bahan dalam proses akan lebih
tinggi dibandingkan proses kontinu.
i) Bahan-bahan dipindahkan dengan peralatan handling yang bersifat fleksibel (Varied
Path Equipment) dengan menggunakan tenaga manusia seperti kereta dorong atau
forklift.
j) Proses seperti ini sering dilakukan pemindahan bahan yang bolak- balik sehingga
perlu adanya ruangan gerak (Aisle) yang besar dan ruangan tempat bahan-bahan
dalam proses (Work In Process) yang besar.

8
Sistem produksi menurut proses menghasilkan output yang lain:
a) Industri Hulu (Basic Producer). Industri ini mengolah bahan alam menjadi bahan baku
industri lain (industri perantara).
b) Industri Perantara (Converter Industry). Ini merupakan perantara dari mata rantai
pengolahan bahan alam ke masyarakat konsumen.
c) Industri Hilir (Fabricator). Perusahaan ini memfabrikasi dan merakit produk yang
langsung bisa dipakai oleh masyarakat konsumen.

1.2.3 Sistem Produksi Menurut Tujuan Operasinya


Dilihat dari tujuan perusahaan melakukan operasinya dalam hubungannya dengan
pemenuhan kebutuhan konsumen, maka sistem produksi dibedakan menjadi empat jenis,
yaitu:
1. Engineering To Order (ETO), yaitu bila pemesan meminta produsenuntuk membuat
produk yang dimulai dari proses perancangannya (rekayasa).
2. Assembly To Order (ATO), yaitu bila produsen membuat desain standar, modul-modul
opsional standar yang sebelumnya dan merakit suatu kombinasi tertentu dari modil-
modul tersebut sesuai dengan pesanan konsumen. Modul-modul standar tersebut
bisa dirakit untuk berbagai tipe produk. Contohnya pabrik mobil, dimana mereka
menyediakan pilihan transmisi secara manual atau otomatis, AC, Audio, Opsi-opsi
interior, dan opsi-opsi mesin khusus sebagaimana juga model bodi dan warna bodi
yang khusus. Komponen-komponen tersebut telah disiapkan terlebih dahulu danakan
mulai diproduksi begitu pesanan dari agen datang.
3. Make To Order (MTO), yaitu bila produsen menyelesaikan item akhimya jika dan
hanya jika telah menerima pesanan konsumen untuk item tersebut. Bila item tersebut
bersifat unik dan mempunyai desain yang dibuat menurut pesanan, maka konsumen
mungkin bersedia menunggu hingga produsen dapat menyelesaikannya.
4. Make To Stock (MTS), yaitu bila produsen membuat item-item yang diselesaikan dan
ditempatkan sebagai persediaan sebelum pesanan konsumen diterima. Item akhir
tersebut baru akan dikirim dari sistem persediaannya setelah pesanan konsumen
diterima.

9
Manufacturing Lead Time dari keempat jenis operasi prosesproduksi tersebut
digambarkan pada bagan 1.5 sebagai berikut :

Bagan 1.5 Lead Time dari Jenis Operasi Proses Produksi

Tampak pada bagan 1.5, terlihat dari kiri ke kanan menunjukkan tahapan proses
produksi suatu produk di mulai dari perancangan (rekayasa) sampai dengan pengiriman
barang (distribusi). Pembuatan produk juga terjadi dari customized sampai produk standar.

1.2.4 Sistem Produksi Menurut Aliran Operasi dan Variasi Produk


Adapun sistem produksi menurut aliran operasi dan variasi produk adalah sebagai
berikut:
1. Flow Shop, yaitu proses konvesi dimana unit-unit output secara berturut-turut melalui
urutan operasi yang sama pada mesin-mesinkhusus, biasanya ditempatkan sepanjan
suatu lintasan. Proses ini biasanya digunakan untuk produk yang mempunyai desain
dasar yang tetap sepanjang waktu yang lama dan ditujukan untuk pasar yang luas,
sehingga diperlukan penyusunan bentuk proses flow shop yang biasanya bersifat
Make To Stock (MTS). Proses flow shopbiasanya disebut juga sistem produksi massal
(Mass Production). Misalkan industri rokok, pengalengan.
2. Continuous, proses ini merupakan bentuk ekstrim dari flow shop dimana terjadi
aliran material yang konstan. Contoh dari proses kontinu adalah industri
penyulingan minyak, pemrosesan kimia, dan industri-industri lain dimana kita tidak
10
dapat mengidentifikasi- kan unit-unit output urutan prosesnya secara tepat.
Biasanya satu lintasan produksi pada proses kontinu hanya dialokasikan untuksatu
produk saja.
3. Job Shop, yaitu merupakan bentuk proses konversi dimana unit- unit untuk pesanan
yang berbeda akan mengikuti urutan yang berbeda pula dengan melalui pusat-pusat
kerja yang dikelompokkan berdasarkan fungsinya. Volume produksi tiap jenis
produk sedikit, variasi produknya banyak, lama proses produksi tiap jenis produk
agak panjang, dan tidak ada lintasan produksi khusus. Job shop ini bertujuan
memenuhi kebutuhan khusus konsumen, jadi biasanya bersifat Make To Order
(MTO).
4. Bacth, yaitu merupakan bentuk satu langkah ke depan dibandingkan job shop dalam
hal standarisasi produk, tetapi tidak terlalu terstandarisasi seperti produk yang
dihasilkan pada aliran lintasan perakitan flow shop. Sistem bacth memproduksi
banyak variasi produk dan volume, lama proses produksi untuk tiap produk agak
pendek, dan satu lintasan produksi dapat dipakai untuk beberapa tipe produk. Pada
sistem ini, pembuatan produk dengan tipe yang berbeda akan mengakibatkan
pergantian peralatan produksi, sehingga sistem tersebut harus “general purpose”
dan fleksibel untuk produk dengan volume rendah tetapi variasinya tinggi. Tetapi
valume bacth yang lebih banyak dapaty diproses secara berbeda, misalnya
memproduksi beberapa batch lebih untuk tujuan MTS dibandingkan MTO.
5. Proyek, yaitu merupakan proses penciptaan satu jenis produk yang agak rumit
dengan suatu pendefinisian urutan tugas-tugas yangteratur akan kebutuhan sumber
daya dan dibatasi oleh waktu penyelesaiannya. Pada jenis proyek ini, beberapa
fungsi-fungsi yang mempengaruhi produksi seperti perencanaan, desain,
pembelian,

11
pemasaran, penambahan personal/mesin (yang biasanya dilakukan secara terpisah
pada sistem job shop dan flow shop) harus diintegrasikan sesuai dengan urutan waktu
penyelesaian, sehingga dicapai penyelesaian yang ekonomis.

Adapun pembagian lebih jelas dari ke-lima Sistem Produksi


Menurut Aliran Operasi dapat dilihat pada bagan 1.6.

Produk Contoh :
Bendungan
Jembatan
Proyek CN 235 IPT N
Jenis
Aliran
Rumah Sakit
Proyek
Job Shop Bengkel Mobil
Bengkel Mesin
Pabrik Meubel
Flow Shop
Laboratorium Sinar X
Pabrik T V
Proses Pabrik Mobil
Kontinu
Perusahaan Listrik
Pemurnian Minyak
Jenis Pabrik Kimia
Spesifikasi Khusus Standar
Output

Bagan 1.6 Klasifikasi Sistem Produksi Menurut Aliran Operasi

Bagan 1.6, terlihat aliran operasi produk yang dibuat mulai dari
yang khusus (pesanan) sampai dengan standar.

12
Bagan 1.7 Klasifikasi Sistem Produksi Variasi Produk

Bagan 1.7, terlihat variasi produk yang dibuat mulai dari variasi
sedikit menuju variasi banyak.

Laju Produk

Bagan 1.8 Karakteristik Jenis Sistem Produksi

Bagan 1.8, terlihat karakteristik dari masing-masing sistem produksi


dari berbagai jumlah produk, variasi produk sampai tata letak pabrik dari
khusus ke umum atau sebaliknya.

13
1.3 PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI (PPC)
PPC (Production Planning Control) dapat diartikan sebagai proses untuk merencanakan dan
mengendalikan aliran material yang masuk, mengalir dan keluar dari sistem produksi/operasi
sehingga permintaan pasar dapat dipenuhi dengan jumlah yang tepat, waktu penyerahan yang
tepat, dan biaya produksi yang minimum. Dari definisi diatas, maka pekerjaan yang terkandung
dalam PPC secara garis besar dapat kita bedakan menjadi dual hal yang saling berkaitan, yaitu:
Perencanaan Produksi dan Pengendalian Produksi.
Perencanaan Produksi dilakukan dengan tujuan menentukan arah awal dari tindakan-
tindakan yang harus dilakukan di masa mendatang, apa yang harus dilakukan, berapa banyak
melakukannya, dan kapan harusmelakukan. Perencanaan ini berkaitan dengan masa mendatang,
maka perencanaan yang dibuat harus dievaluasi secara berkala dengan melakukan pengendalian.
Pengendalian Produksi akan sangat tergantung pada ada tidaknya penyimpangan dalam
pelaksanaan produksi terhadap rencana produksi yang telah dibuat sebelumnya. Penyimpangan
yang terjadi cukup besar, maka perlu diadakan tindakan-tindakan penyesuaian untuk membenahi
penyimpanan yang terjadi. Hasil penyesuaian akan dijadikan dasar dalam menyusun rencana
produksi selanjutnya.

1.3.1 Perencanaan Produksi


Dalam usaha untuk mencapai tujuan perencanaan produksi, maka perencana bertugas
mengkoordinir bagian produksi dengan bagian- bagian lainnya di dalam perusahaan agar rencana
produksi yang disusun benar-benar mencerminkan keadaan dan kemampuan perusahaan, sehingga
dapat ditentukan barang/produk apa yang akan diproduksi, jumlah barang/produk diproduksi,
kapan produksi dimulai dan selesai, serta jumlah tenaga kerja, bahan baku dan peralatan yang
dibutuhkan dalam proses produksi tersebut. Perencanaan produksi harus mempunyai sifat-sifat
sebagai berikut:
1. Berjangka Waktu
Suatu perusahaan tidak mungkin dapat membuat suatu rencana produksi yang dapat
digunakan selamanya. Rencana baru harus dapat dibuat bila keadaan yang digunakan sebagai
dasar pembuatan rencana yang lama sudah berubah. Pendekatan yang digunakan adalah
membuat rencana produksi yang mencakup periode waktu tertentu dan akan diperbaharui bila
periode waktu tersebut sudah dicapai. Ada tiga jenis perencanaan berdasarkan periode waktu
perencanaan, yaitu:
a) Perencanaan produksi jangka panjang
b) Perencanaan produksi jangka menengah
c) Perencanaan produksi jangka pendek
14
2. Berjenjang
Pembuatan rencana produksi tidak bisa dilakukan hanya sekali dan digunakan untuk
selamanya. Perencanaan produksi harus dilakukan secara bertahap dan berjenjang. Artinya,
perencanaan produksi akan bertingkat dari perencanaan produksi level tinggi sampai ke level
rendah, dimana pada level rendah adalah merupakan penjabaran dari perencanaan produksi level
yang lebih tinggi.

3. Terpadu
Perencanaan produksi akan melibatkan banyak faktor (bahan baku, tenaga kerja, mesin,
peralatan, waktu) dimana ke semua faktor tersebut harus sesuai dengan kebutuhan yang
direncanakan dalam mencapai target produksi tertentu yang didasarkan atas peramalan. Masing -
masing-masing - masing faktor tersebut tidak harus direncanakan sendiri- sendiri sesuai dengan
keterbatasan yang ada pada masing - masing faktor yang dimiliki perusahaan, tetapi rencana
tersebut harus dibuat dengan mengacu pada satu rencana terpadu untuk produksi. Rencana
tersebut juga harus terkait dengan rencana-rencana lain yang berpengaruh langsung terhadap
rencana produksi, seperti pemeliharaan, rencana tenaga kerja, rencana pengadaan bahan baku, dan
sebagainya.

4. Berkelanjutan
Perencanaan produksi disusun untuk satu periode tertentu yang merupakan masa berlakunya
rencana tersebut. Setelah habis berlakunya, baru ini dibuat rencana baru untuk periode waktu
berikutnya lagi. Dengandemikian rencana baru tersebut haruslah merupakan kelanjutan dari rencana
yang dibuat sebelumnya.

5. Terukur
Pelaksanaan produksi, realisasi dari rencana produksi akan selalu dimonitor untuk mengetahui
apakah terjadi penyimpangan dari rencana yang ditetapkan. Untuk mengetahui ada tidaknya
penyimpangan, maka rencana produksi harus menetapkan suatu nilai yang dapat diukur, sehingga
dapat digunakan sebagai dasar untuk menetapkan ada tidaknya penyimpangan. Nilai-nilai tersebut
dapat berupa target produksi yang bisa dinyatakan dalam satuan unit produk, kilogram, lusin, dan
lainnya. Jika dalam realisasinya nanti tidak memenuhi target produksi, maka kita dengan mudah
dapat mengukur berapa besar penyimpangan tersebut, sehingga hasilnya dapat dipakai sebagai
bahan pertimbangan menyusun rencana berikutnya.

6. Realistik
Rencana produksi yang dibuat harus disesuaikan dengan kondisi yang ada di perusahaan,
sehingga target yang ditetapkan merupakan nilai yang realistik untuk dapat dicapai dengan kondisi
yang dimiliki perusahaan pada saat rencana tersebut dibuat. Jika rencana produksidibuat secara
muluk-muluk tanpa memperhitungkan kondisi yang ada pada perusahaan, maka perencanaan yang
dibuat tidak akan ada gunanya karena target produksi yang ditetapkan sudah pasti tidak akan dapat
dicapai. Selain itu, kita tidak akan pernah tepat sesuai dengan rencana. Dengan membuat suatu
rencana yang realistik, maka akan dapat memotivasi pelaksana untuk berusaha mencapai apa yang
telah disusun pada rencana tersebut.

7. Akurat 15
Perencanaan produksi harus dibuat berdasarkan informasi- informasi yang akurat tentang
kondisi internal dan eksternal perusahaan, sehingga angka-angka yang dimunculkan dalam target
produksi dapat dipertanggung jawabkan. Kesalahan dalam membuat perkiraan nilai parameter
produksi akan berakibat fatal terhadap rencana produksi yang disusun. Demikian juga perhitungan
yang dilakukan dalam penentuan nilai variabel produksi berdasarkan nilai parameter produksi
harusdilakukan seteliti mungkin, sehingga tidak akan terjadi kesalahan yang sama.

8. Menantang
Rencana produksi harus dibuat serealistis mungkin, hal ini bukan berarti rencana produksi
harus menetapkan target yang dengan mudah dapat dicapai. Rencana produksi yang baik harus
menetapkan target produksi yang hanya dapat dicapai dengan usaha yang sungguh-sungguh.

1.3.2 Pengendalian Produksi


Rencana produksi yang telah disusun tidak akan dapat dilaksanakan tanpa adanya
pengendalian terhadap pelaksanaan rencana tersebut. Sesuai dengan fungsinya, pengendalian
produksi melakukan aktivitas- aktivitas sebagai berikut:
1. Mengukur realisasi dari rencana produksi
Dalam aktivitas ini, hasil pelaksanaan produksi dicatat dalam satuan ukuran (unit, kilogram,
meter, dsb) seperti yang digunakan pada target produksi. Pengukuran harus dilakukan sesering
mungkin, sehinggapenyimpangan akan dengan cepat dapat dideteksi.

2. Membandingkan realisasi dengan rencana produksi


Hasil pencatatan dari pelaksanaan produksi harus dibandingkan dengan rencana/target yang
telah ditetapkan sebelumnya untuk dijadikan dasar dalam menentukan tindakan berikutnya. Bila
terjadi penyimpangan yang cukup berarti, maka harus dilakukan langkah-langkah perbaikan. Jikatidak
terjadi penyimpangan yang cukup berarti, maka tidak perlu dilakukan langkah-langkah perbaikan.
Oleh karena itu, target yang dibuat harus menyertakan suatu batas kewajaran dalam penyimpangan
yang masih dapat ditolerir, sehingga suatu target biasanya diberikan dalam bentuk interval
(mempunyai batas atas dan batas bawah) yang lebarnya sangat tergantung besarnya variasi dari
besaran yang dikendalikan.

3. Mengamati penyimpangan yang terjadi


Penyimpangan yang terjadi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu penyimpangan yang masih
dapat ditolerir dan penyimpangan yang tidak dapat ditolerir. Penyimpangan yang tidak dapat ditolerir
adalah penyimpangan yang terjadi karena proses produksi yang sedang berjalan memang betul-betul
sudah menyimpang dari yang direncanakan, sehingga perlu diadakan tindakan-tindakan perbaikan.
Sedangkanpenyimpangan yang masih dapat ditolerir adalah penyimpangan bersifat semu yang terjadi
karena faktor-faktor acak. Oleh karena itu, perlu penetapan berapa persen penyimpangan dari target
produksi yang masih dapat dikategorikan sebagai penyimpangan semu, sehingga tidak perlu diadakan
langkah-langkah perbaikan.

4. Menganalisa sebab-sebab terjadinya persediaan


Dapat melakukan perbaikan secara tepat, maka harus diketahui 16 terlebih dahulu faktor
penyebab sesungguhnya dari penyimpangan yan terjadi. Hal ini merupakan langkah yang sulit
karena harus dibedakanmana yang merupakan gejala dan mana yang merupakan faktor penyebab
sesungguhnya. Misalnya, keterlambatan dalam pengiriman pesanan tidak mesti disebabkan karena
bagian pengiriman bekerja secara lambat, tetapi bisa juga disebabkan karena kualitas produk yang
dihasilkan terlalu jelek sehingga harus diadakan reworking (pengerjaan ulang) dan akibatnya barang
tidak dapat dikirim tepat pada waktunya.
5. Melakukan tindakan perbaikan
Penyebab diketahui dengan pasti, maka tindakan perbaikan dapat dilakukan untuk
menghilangkan penyebab tersebut dan melakukan penyesuaian-penyesuaian yang dapat
mengkonpensasikan penyimpanganyang terjadi. Proses pengendalian produksi ini memakai konsep
umpan balik, dimana output dari suatu proses (realisasi) setelah lebih dahulu dibandingkan dengan
standar (target) akan digunakan untuk menyesuaikan input (tindakan) atau proses (rencana)
sebelumnya, sehingga tindakan atau rencana yang akan datang dapat lebih baik dan realistis
dibandingkan tindakan atau rencana sebelumnya.

SOAL LATIHAN
1. Gambarkan proses transformasi dari masukan menjadi keluaran pada perusahaan pakaian jadi
dan restoran. Apa persamaan dan perbedaannya?
2. Bagaimana sistem produksi diterapkan pada sebuah perguruan tinggi, sebutkan masukan dan
keluarannya?
3. Apa perbedaan barang dan jasa?
4. Mengapa kualitas biasanya sulit diukur dalam perusahaan jasa dan manufaktur?
5. Apa peranan manager produksi dala sistem produksi?

DAFTAR PUSTAKA
Biegel, John E, (1980), Production Control A Quantitative Approach, Second Edition, Practice-Hell of
India Private Limited, New Delhi.
Gaspersz, Vincent. 2008. Production Planning and Inventory Control. PT Gramedia Pustaka Umum.
Jakarta.
Ginting, Rosnani. 2007. Sistem Produksi. Penerbit: Graha Ilmu, Yogyakarta.
Heizer, Jay dan Render, Barry. 2015. Manajemen Operasi: Keberlangsungan dan Rantai Pasokan.
Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Scholl, A., 1999, Balancing and Sequencing of Assembly Lines. Second Edition. PhysicaVerlag
Heidelberg New York
Sipper, Daniel, Bulfin, Robert L., Jr. (1997). Production: Planning, Control and Integration. McGraw-
Hill, New York.

17

Anda mungkin juga menyukai