Anda di halaman 1dari 13

Temanggung 1998,

Disebuah dusun kecil yg berada di kecamatan paling utara di kabupaten Temanggung, di rumah sederhana tinggalah
seorang Pemuda 22tahun bernama Suparmin, ia anak tunggal dan hanya tinggal dengan ibunya, Ayahnya sudah
meninggal sejak Suparmin berumur 8thn.

Suparmin memang bukan keluarga kaya, tapi tidak bisa juga disebut miskin, karena nyatanya ia bisa sekolah hingga
lulus SMA dari usaha ibunya membuat “Kripik singkong”. Sejak lulus, Suparmin menjadi tangan kanan ibunya
menyuplai kripik singkongnya ke warung-warung hingga pasar.

Bersamaan dengan terjadinya krisis moneter di tahun (1998). Permintaan justru meningkat, tapi tak dibarengi
dengan pemasukan yg malah berkurang, karena dampaknya banyak pedagang yg mengutang. Tapi itu tak begitu
membuat usaha Parmin dan ibunya goyah. Mereka tetap berjalan meski harus terbiasa dengan sistem yg berbeda.
Setiap pagi dan Sore Suparmin mengantar pesanan di tempat yg berbeda-beda, dari pasar dan desa-desa. dengan
motor honda CB100, Suparmin dengan giat membantu ibunya menyuplai dan menagih uang , ke setiap
pelanggannya. Upahnya 12 ribu perhari, itu sudah cukup baginya, lagian itu kan upah bersih karena bensin, dan
makan, jelas Parmin masih ikut dengan ibunya. Ia sangat nyaman dan bahagia dengan pekerjaannya itu, namun ia
tak tau bila suatu hari, sesuatu hal akan terjadi.. Sesuatu hal yg “HAMPIR” merubah hidupnya selamanya.

Disuatu siang, dirumahnya, selepas Suparmin dari pasar, ia yg sedang “leyeh-leyeh,” Dikursi ruang tamu. Tiba tiba
dipanggil oleh ibunya. Parmin diminta untuk mengambil bahan baku Kripiknya di tempat Pak Sarman, seorang
petani ketela yg menjadi salah satu penyedia bahan baku untuk usaha Kripik singkongnya.

“Hah, Kang Sarman! Opo ra ono liyane sih mak! Mbok neng pakde sukri wae. ”
(Hah Pak Sarman!? Apa gak ada yg lain buk!? Ke pakde Sukri aja!?) jawab Parmin seraya menyarankan untuk
mengambil saja ke Pakde Sukri Petani ketela tetangganya.

“NGGON WO SUKRI DURUNG PANEN, WES LEK MANGKAT SELAK SORE!? MENGKO LIWAT
SIGROWONG NEK KESOREN RAILOK!!”

(Punya Pakdhe Sukri belum panen, Sudah sana segera berangkat aja, Nanti lewat “Sigrowong” Lho, kalo klewat
malam “Pamali”!!)

Kata ibunya dari dapur, sambil mengingatkan Parmin karena jalan menuju Rumah pak Sarman melewati daerah
Sigrowong salah satu tempat di wilayah hutan pinus di pinggiran kabupaten Temanggung.

Parmin masih rebahan di kursipun menoleh ke arah jam dinding yg menunjukkan pukul 13.30.

“Ah, ko-sek Mak!, aku tak ngeliyep sakdelut”,


(Ah bentar mak.. Tak tiduran bentar..) Kata Parmin kepada ibunya, yg sebenarnya ia agak malas untuk ke tempat itu.
Hingga tak terasa Parminpun ketiduran dan dibangunkan kembali oleh ibunya.

“PARMINNN!! KIE WES JAM SETENGAH LIMO LHO!! CEPET LEK MANGKAT!! ”

(Parminnnn!!!! Ini sudah jam setengah lima lho, cepat sana berangkat) kata ibunya membangunkan Parmin dengan
agak marah.
Parminpun buru-buru keluar, menyalakan Motornya dan Berangkat menuju tempat Pak Sarman.

Tapi apesnya ban motor Parmin bocor, ia menyadari setelah merasakan sisi bagian belakang motornya mulai tak
enak tepat di ujung desa depan jalan raya, tak mungkin ia pergi ke tempat Pak Sarman dengan posisi ban
belakangnya Bocor, dengan lesu iapun turun dan mendorong Motornya ke Tambal ban di Pinggir jalan Raya yg
untungnya tidak begitu jauh dan terlihat masih buka. Ditambalkanlah ban Motornya, Parmin menunggu dengan agak
gelisah, “Wah nanti lewat sigrowong lagi!!” Batinnya dalam hati, tapi ini memang kesalahannya yg tidak
mengindahkan omongan dari ibunya untuk berangkat siang tadi. Singkat waktu sekira 30menit kemudian Ban
motornya selesai ditambal, setelah membayar Parmin langsung tancap gas menuju rumah pak Sarman. Waktu sudah
menunjukan sekira pukul 5 sore, langit juga terlihat semakin meredup.

Tak ada yg ganjil di perjalannanya sampai akhirnya 100 meter sebelum Parmin melewati daerah itu, yaitu
Sigrowong. Ia mulai mengurangi kecepatannya dan menyalakan lampu depannya karena langit juga sudah hampir
gelap. Dari kejauhan Parmin melihat seorang wanita

mengenakan Kaos oblong putih, wanita itu berjalan ke arah yg berlawanan dengan parmin. Disini Parmin tak
berfikir macam-macam, karena ketika jarak mereka semakin dekat, Parmin melihat Wanita itu membawa sabit di
tangan kanannya dan tali di tangan kirinya. “Wah pencari rumput”.

Pikir Parmin dalam hati. Kondisi Jalan disitu memang agak rusak, jadi mau tak mau Parmin semakin memelankan
laju kendaraanya. Hingga akhirnya mereka atau Parmin dan Wanita itu berada di jarak yg cukup dekat. “Wanita
muda nih” Kata parmin dalam hati.

Mata merekapun saling bertemu dan Entah inisiatif dari mana dengan tanpa curiga, Parminpun melempar senyum
kepada Wanita itu. Seraya melajukan motornya dengan amat sangat pelan. Dan senyuman itupun di balas. Namun
disinilah keadaan semua berbalik. Karena senyumannya, diiringi dengan kucuran darah yg keluar dari mulut sang
wanita itu. Melihat itu Parmin pun langsung memalingkan pandangannya dan menancap gas.

Agstafirullloh!!Agstafirulloh!!Agstafirullloh!!

Itulah kata yg terucap dari mulutnya disepanjang jalan, sesekali Parmin menampar pipinya, berharap ini hanyalah
Mimpi. Sampai akhirnya ia tiba di rumah Pak Sarman bersamaan dengan adzan magrib yg berkumandang.

“Kok magrib magrib sih le.!! “. kata Pak Sarman sambil menyuruh Parmin untuk Masuk.

(Iya ini pak, tadi saya ketiduran) jawab Parmin dengan sedikit terbata.

Pak Sarmanpun menyiapkan pesanan Parmin, sementara disini Parmin masih terlihat syok namun iamencoba untuk
menenangkan diri. Satu karung penuh berisi ketelapun dibawa Pak Sarman dari dalam.

“Engko sek sih, ojo kesusu, bar magrib wae le. ”

(Bentar lah, gak usah buru-buru, habis magribh aja ya) kata Pak Sarman seraya meletakkan Karung itu di dekatnya.

Di sini Parmin yg biasanya Supel pun hanya menganggukkan kepalanya.

kowe iku ngopo to, kok puket ngono!! Bar nemui opo?”

(Kamu itu kenapa to, kok pucet gitu mukanya, Habis lihat apa!?) Kata Pak Sarman yg sepertinya mempunyai intuisi
yg tepat ketika melihat gelagat Parmin.

disini akhirnya Parminpun Bercerita tentang apa yg baru saja ia alami.

“enyong bar diwerohi demit pak nang sigrowong, nyong saiki rakwani mbalik. ”
(Saya habis lihat Demit kang, Di Sigrowong, saya sekarang gak berani Pulang..)
Kata Parmin sambil menjelaskan detail kejadian tadi.
“La wong surub surub kok liwat sigrowong?”
(Lhawong sore-sore hampir maghrib kok lewat Sigrowong!! ) kata Pak Sarman sambil tertawa. Seakan tahu resiko
lewat didaerah itu saat petang hari. Dan..

Si Parmin tak berani pulang, tapi dalam hatinya ia tak mungkin membiarkan ibunya dirumah sendirian, ibunya juga
pasti akan khawatir, sementara Pak Sarman juga tak bisa mengantar karena selain tak berani, beliau juga tak
mempunyai kendaraan, akhirnya setelah menenangkan diri dan mengumpulkan keberanian, Parminpun memaksakan
diri untuk pulang membawa satu karung penuh ketela yg diikat di jok bagian belakang motornya. Tak henti-henti
Parmin berdoa dalam hati di sepanjang perjalanan, hingga ketika Parmin melewati di daerah itu lagi, tempat dimana
ia bertemu dengan sosok wanita menyeramkan itu, jantungnya berdegup kencang, pandangan matanya ia luruskan
kedepan, ia tak berani menoleh, dan sekira beberapa meter setelah ia melewati tempat itu, tiba-tiba.. “Greg!! ”
Seperti ada sesuatu yg menumpang di bagian belakang”

Motornya. Parmin sangat bisa merasakan kini Motornya terasa lebih berat. Disini pikiran Parmin mulai macam-
macam, namun ia tak berani memeriksanya, yg bisa ia lakukan adalah tancap gas, dan bagaimana caranya agar ia
bisa cepat sampai kerumahnya. Hingga iapun sampai di pintu masuk Gapura desanya. Disinilah Parmin baru berani
untuk berhenti dan memeriksa ada apa dibelakangnya. Namun setelah dilihat, dia tak menemukan apa-apa.
Parminpun menghela nafas lega dan menjalankan kendaraannya lagi untuk menuju rumahnya.

Ia pun sampai dirumahnya, ibunya yg khawatir sedikit memarahinya, namun disini Parmin tak menceritakan apa yg
tadi ia alami kepada ibunya, disini Parmin menggunakan “Ban bocor” Sebagai alasan mengapa ia pulang agak
terlambat. Dengan muka lesu Parmin mengangkat” satu Karung ketela itu menuju dapur di bagian belakang
Rumahnya. Ia pun mencuci mukanya Dan segera masuk ke kamar. Suparmin merebahkan diri diatas ranjangnya
sambil merenungi apa yg tadi ia alami. Ia seperti tak percaya karena ini adalah pengalaman pertamanya bersentuhan
dengan dunia lelembut. Seketika rasa ketakutannya kembali muncul mengingat wajah dari wanita itu, ia segera
keluar dari kamarnya dan menemui ibunya di dapur yg tengah melepaskan ketela dari kulitnya dengan air,
Parminpun membantu ibunya Tanpa ada obrolan yg mengiringi mereka seperti biasanya. “Apakah aku harus
cerita”!?. Batin Parmin walau sampai aktifitas itu selesai tak ada satu katapun yg terucap dari mulut Parmin.

Waktu Sudah semakin malam, ini waktunya istirahat, sementara Parmin mulai merasakan pegal dan Berat di pundak
Bagian kanannya.

Entah apa penyebabnya yg jelas ia tak mencoba untuk berfikir yang aneh-aneh. Tapi semakin lama pundaknya
semakin berat saja, Badannya juga terasa menjadi tak enak, ia mencoba untuk tak menghubung-hubungkan hal itu
dengan kejadian tadi. Meski sebenarnya firasatnya berkata ini pasti ada hubungannya!!!

Disini Parmin yg mulai lemas mencoba untuk tidur, ia sebenarnya juga sangat mengantuk, tapi ketika memejamkan
mata, Bayang-bayang Wajah dari sosok wanita itu selalu terbersit, muncul dipikirannya. Entah kenapa Parmin
merasa tak sendiri.

Walau tak terlihat tapi ia merasa ada orang lain di kamarnya selain dia. Berulang kali ia merubah posisi tidurnya ,
entah berapa lama ia mencoba untuk tidur tak bisa, hingga tiba-tiba seperti ada bau wewangian yg lewat merasuk di
indra penciumannya, seketika Parmin terperanjat dan kini merubah posisinya menjadi duduk diatas ranjangnya.
Dahinya mengrenyit, matanya mengamati setiap sudut kamarnya seraya meyakinkan apakah bau itu benar adanya?
tapi setelah diamati nyatanya memang benar bau melati itu berkutat kuat di dalam ruangan kamarnya.

Parmin mulai ketakutan dan kembali meringkuk diranjangnya dengan selimut tipis menutupi seluruh tubuhnya
hingga kepala. Dibalik selimut Parmin terus berdo’a meskipun itu tak begitu membantunya mengurangi rasa
takutnya. “Jangan-jangan, dia ikut pulang ke rumah!! ” Batin Parmin.

Dan diantara ketakutannya yg tak tergambarkan itu, tiba-tiba saja terdengar suara yg seperti memanggilnya.

“Maas.
Sejenak Parmin menahan nafasnya setelah mendengar suara itu. Namun disini ia tak begitu yakin apakah suara itu
memang ada atau hanya halusinasinya saja.

Hingga akhirnya.

“Maas.

Suara itu terdengar lagi, dan ini jelas bukan halusinasi Parmin. Tak selang beberapa lama

“Maaaaaaaaass.

Suara itu kembali terdengar dengan nada yg lebih panjang. Suaranya adalah suara dari seorang Wanita, yg jelas itu
bukan suara ibunya.

Mendengar itu Keringat Parmin mulai bercucuran, lidahnya kelu, jelas Parmin tak berani membuka selimutnya. Ia
sangat ketakutan dan terus memejamkan matanya. Parmin Merasa Suara itu berada tepat di samping tempat
tidurnya.

“Maaaaaaaaass!.

Lagi-lagi suara itu muncul

Dengan ketakutanya yg sudah berada di ujung Parminpun mencoba membuka matanya dengan perlahan meski itu
masih berada dibalik selimutnya. Suara itu memang tak terdengar lagi namun dari balik selimut tipisnya Parmin
samar-samar seperti melihat banyangan yg berada tepat di depan Wajah Parmin, yg memang sedari tadi meringkuk
dengan Posisi tidur yg miring. Bayangan itu memang tak begitu jelas, namun cukup tergambar kalau itu adalah
seseorang yg tengah sama-sama merebah satu ranjang dengan Parmin. disini ketakutan Parmin tentu bertambah.

Namun anehnya ia seperti tak sanggup untuk memalingkan pandangannya atau bahkan sekedar memejamkan
matanya kembali, tubuhnya seperti terhipnotis tak bisa bergerak dan terus menatap bayangan itu dari balik selimut.
Dan perlahan-lahan Parmin merasakan ada yg membelai tubuhnya, mengusap-ngusap kepalanya. Parmin hanya
terpaku kaku dibalik selimutnya ketika merasakan itu.dan ia mulai tak bisa menahan tangisnya. Sementara belaian
itu masih Parmin Rasakan, semakin lama terasa nyata dan nyata.. Disini Parminpun Mulai sedikit bisa bicara.

Ojo Ganggu Enyong!.

(Jangan ganggu aku..) kata Parmin dengan Terbata-bata. Namun setelah ia berkata seperti itu, Dengan tiba-tiba dan
tanpa aba-aba selimut Parmin terbuka Sendiri, seperti ada yg menyeretnya “Sreeeet !!!”, dan tepat di depan
wajahnya.

Parmin Melihat wanita itu lagi, kini Wajah Parmin dan Wajah sosok wanita itu saling berhadapan. Suparmin
semakin menangis melihat itu namun disisi lain ia juga tak mampu untuk memalingkan pandangannya. Sosok itu
terus memandangi Parmin dengan senyuman kecil yg menyeramkan.

Perlahan-lahan sosok itu semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Parmin, dan saat benar-benar dekat dan hampir
bersentuh muka, Sosok itu berkata kepada Parmin dengan nada berbisik, kata-katanya tidak pernah Parmin lupakan
seumur hidupnya. Sosokitu berkata :
Aku Sumirah Mas, Iseh Kelingan Karo Aku toh?.

(Aku Sumirah Mas, Masih ingat dengaku kan!? ? kata sosok itu seraya melebarkan senyumnya dan..

Dan sosok itu pun memeluk Parmin dengan erat, Parmin mencoba memberontak sekuat tenaga, namun justru di
balas dengan tawa cekikikan oleh sosok itu, Sampai akhirnya Parmin bisa berteriak sekuat tenaga dan sosok itupun
menghilang begitu saja.

Tak selang beberapa lama, ibunya yg nampaknya mendengar teriakan Parmin, datang menghampiri ke kamar.
Malam itu menunjukan sekira pukul 2, dini hari.

Ono Opo toh Min?.


(Ada apa to Min!??) kata ibunya seraya mendekat ke Parmin yg masih diatas ranjang dengan keringat yg
bercucuran.

Ono Demit Maaaak, Ono Demiiit!.

(Ada demit makkk, ada demit!!?)


Kata Parmin sambil menangis dan terbata.

Sang ibu pun mencoba menenangkan Parmin dan mengajaknya untuk pindah kekamar ibu, Parminpun menurut dan
segera beranjak dari ranjangnya dan tidur di kamar ibunya tanpa menceritakan lebih detail tentang apa yg baru saja
ia alami.

Singkat cerita esok haripun tiba, Parmin terbangun dengan lesu, ia berjalan pelan dan duduk di ruang tamu,
melamun memikirkan tentang kejadian semalam. Di pagi yg dingin itu, refleks spontan Parmin menyilangkan
tangannya ke kedua lengannya untuk meminimalisir rasa dingin di pagi itu. Namun ketika tangannya menyentuh
lengan, Parmin seperti merasakan sakit di kedua lengannya, Parminpun memeriksanya dan anehnya terdapat luka
lebam yg membiru di kedua sisi lengannya, tak sengaja juga ia mengusap Mukanya dan merasakan sakit yg sama,
segera Parmin bercermin dan terdapat luka kecil dipelipisnya yg sama seperti di lengannya. Aneh sekali luka ini yg
tiba2 muncul begitu saja tanpa sebab.

Parmin mencoba untuk tidak memperdulikan itu, bergegas ia menuju kedapur dan duduk didepan “Pawon” Atau
tungku perapian. Terlihat ibunya juga, yg tengah memasak, sembari membunuh dingin Parmin melamun menatap
api yg membara di tungku itu.

Tak selang beberapa lama, lamunan Parmin di potong oleh perkataan ibunya.

Mangkane Nek Dikandani Mak-Ne iki Nurut!. Koe Mesti Di-intili Demit!.

(Makannya kalo dibilangin ibuk itu nurut, Kamu pasti diikutin demit!!) kata sang ibu memecah lamunan si Parmin.

Mau Bengi Mak-ne Ndelok Cah Wedok, Duduk Neng Duwur Meja. Mesti iku sing ngintil!.

(Semalam ibu lihat anak perempuan di atas meja, pasti itu yg ikut!!) kata ibu menjelaskan.

Jadi ternyata sang ibu ini mempunyai kelebihan untuk “Mudah” Melihat mahluk halus.
Parmin dari dulu sebenarnya sudah mengetahui perihal kemampuan ibunya ini, tapi karena dia tidak mempunyai
bukti dan hanya sebatas omongan orang sekitar kalo ibunya ini “Saringan memedi” Parmin tak begitu
memperdulikannya, sampai akhirnya kejadian semalam lah yg membuat Parmin menjadi percaya, karena itu juga
pengalaman pertamanya.

Setane iseh melu nyong ra mak!”


(Hantunya masih ikut saya nggak mak!?)

kata Parmin seraya mendekat ke Ibunya.

Sang Ibu menatap Parmin dengan Serius, dan seperti melihat sesuatu di wajah Parmin.

Ibunya langsung bertanya kepada Parmin,


Demite meruhi nang sebelah ndi!
(Dia menampakkan diri disebelah mana!?) kata ibunya.

”Ning sandingku mak, ning nduwur kasur!?.


(Di sampingku mak, diatas ranjang.) jawab Parmin dengan rautnya yg agak panik.

Sang ibu langsung menyeret Parmin kekamarnya dan beliau memeriksa sprei di ranjang Parmin. Dan apa yg ibu
temukan sunggung janggal, karena beliau menemukan helaian-helaian panjang rambut uban di atas kasur Parmin.
Dan tak lama kemudian sang ibu langsung muntah-muntah.

Entah apa yg sang ibu rasakan, Parmin terlihat memegangi ibunya dengan raut yg kebingungan.

Kono panggil lik Semo!! Ra beres iki”


(Sana panggilkan Paman Semo!gak beres ini!) kata ibunya menyuruh Parmin untuk memanggil Pamannya yg
kebetulan masih tinggal dalam satu dusun.

Parmin pun Bergegas ke Rumah Paman Semo, dan menyuruhnya datang ke rumah, terlihat kini Paman Semo dan
Parmin berjalan beriringan dengan Parmin yg berada beberapa langkah di depan. Namaun tak selang beberapa lama,
Paman Semo seperti berlari dan memegang pundak si Parmin.

Tampaknya Paman Semo tahu akan Sesuatu, dan sampailah mereka dirumah. Bertemulah Paman Semo dengan sang
ibu.

”Kie Parmin kok koyone dimeloni, kie nyong nemu rambut nang kasure.”

(ini Parmin kok kayaknya diikutin, ini saya nemuin rambut diatas kasurnya)

Kata ibu Parmin seraya memperlihatkan temuan rambut itu.

” iyo Yu, nyong wis ngerti, ha kui demite kit mau nggadeng tangane terus!!” (Iya Mbak, aku sudah tahu, lha itu
Demitnya dari Tadi gandeng tangannya (Parmin) terus) Kata Paman Semo sembari menengok ke arah Parmin.

Parminpun geser dari tempat berdirinya semula seraya mengelus lengannya, ia tentu terlihat sangat ketakutan. Meski
Parmin tak bisa melihat sosok yg menggandeng tangannya itu, yg jelas saat itu Parmin hanya merasakan Berat dan
Pegal pada sisi lengan Kanannya.
Sedikit informasi Paman Semo ini adalah adik kandung dari Ibunya Parmin dan beliau juga mempunyai kemampuan
seperti ibu Parmin namun bisa dikatakan kemampuannya ini benar-benar diasah jadi Paman Semo ini terlihat lebih
menguasai.

Singkat cerita hari ini semua aktifitas sehari-hari yg biasanya dilakukan Parmin dan ibunya benar-benar ditunda.
Dan fokus untuk mengatasi Parmin. Entah kenapa sang ibu terlihat sangat kawatir dengan Parmin, beliau seperti
mempunyai firasat kalau sesuatu ini akan berkepanjangan.

Paman Semo telihat ke belakang rumah untuk mengambil wudhu, dan setelah itu mendudukkan Parmin di ruang
Tengah, disini Parmin sudah mulai bergelagat agak aneh, matanya melirik kesana kemari dan sesekali terlihat
tersenyum. Sang Paman pun mengajaknya bersalaman sambil mengucapkan doa-doa, dan Tak selang beberapa lama
tubuh Parmin pun menggelinjang dan mengeluarkan suara tertawa yg memekik, suaranya pun bukan suara Parmin
melainkan suara seorang wanita.

Parmin Kerasukan!.

Ojo Nyemek-nyemek Aku!.

(Jangan pegang-pegang aku) kata sosok yg merasuki tubuh Parmin seraya mengibaskan tangannya yg tadi
bersalaman dengan Paman Semo. Sosok itu pun kembali tertawa dengan kedua tangannya berada di dada dengan
pose yg sangat aneh dan seram.

Sopo Iki!

Seko Ndi!

Arep Opo Neng Kene!.

Metuuuu!.
(Siapa ini? Dari mana? ada apa kesini? Keluarlah!!) Kata Pamam Semo kepada sosok yg merasuki Parmin.

Sopo Aku?

Ku Sumirah!

Hi-hi-hi-hi-hi-hi-hi-hi.
(Siapa aku!??? Aku Sumirah!) jawab sosok yg merasuki Parmin itu dengan tertawa.

Tawanya semakin tak terkendali sampai membuat para tetangga Parmin berdatangan dan… Setelah itu Paman
Semo pun memegang kepala Parmin. ia membacakan doa-doa, Parminpun terkulai tak sadarkan diri, dan
digotonglah Parmin masuk menuju kamarnya sementara para tetangga mulai riuh menanyakan apa yg terjadi.
Disini sang ibu agak lega setelah beberapa saat kemudian Parmin terlihat sudah siuman walau belum terkuak apakah
mahluk itu benar-benar pergi atau hanya keluar saja dari raga Parmin. Singkat cerita malam pun tiba Parmin sudah
tidak merasakan berat lagi dipundakknya walau dihatinya masih gelisah, takut mahluk itu mendatanginya lagi.

Ibunya ingin menemani Parmin dikamar, tapi ia tak mau, sebagai anak yg tidak manja si Parmin menenangkan
ibunya bahwa semua sudah baik-baik saja, Parmin pun beranjak untuk tidur dengan tasbih digenggamannya. Malam
itu terasa sangat senyap dan aneh. Bahkan suara binatang-binatang malam pun seperti tak terdengar di telinga
Parmin, ia mulai resah dan memutuskan untuk menyalakan radio berharap ini bisa sedikit membunuh rasa
gelisahnya Hingga tak terasa menit berganti jam, semua siaran telah berakhir, namun Parmin masih terjaga.
Wakti sudah menunjukkan pukul 0 0, Parmin mencoba untuk memejamkan matanya seraya berdzikir dengan
tasbihnya, namun entah mengapa hatinya menjadi gusar, pikirannya tentang sosok Sumirah tiba-tiba saja menguat,
ia mencoba merubah posisi tidurnya dan memaksa matanya untuk terpejam, dan tiba-tiba seperti ada yg mengetuk
kaca jendelanya.
“Tok-tok-tok.

Seketika ia terperanjat menoleh ke kanan dan ke kiri, ia segera memeriksa jendelanya dengan rasa penuh keraguan,
dengan tergesa dan tanpa aba-aba “Ser-reeeeek. Parmin membuka tirai jendelanya.

Dahinya mengrenyit matanya memeriksa kegelapan dibalik jendelanya, terlihat samar-samar pohon trembesi yg
daunnya bergoyang tertiup angin, seketika bulu kuduknya merinding, ia pun segera menutup tirainya kembali dan
melompat ke ranjangnya.

Dan kaca jendelanya pun diketuk lagi.

Tok.

Tok.

Tok.

Kali ini dengan lebih keras. Parmin kembali terperanjat namun ia enggan memeriksanya, ia hanya memandangi
jendelanya dan mengamati karena dibalik tirainya yg tipis ia samar-samar seperti melihat bayangam diluar
jendelanya.

Segera Parmin memalingkan pandangannya dan berdzikir dengan kencang dan kini pintu kamarnya perlahan
terbuka, Parmin sigap membalikkan badannya ia benar-benar tak siap untuk melihatnya. Dan terdengar suara dengan
nada berbisik.

Maaaaaas.

Maaaaaas.

Hi-hi-hi-hi-hi-hi-hi.

Iki Iki Aku Sumirah.

Parmin tentu gemetaran, dan tak tau harus berbuat apa, yg ia bisa hanyalah terus berdzikir seraya memejamkan
matanya.

“Maaaass.

Maaaaass.

Maaaaaas.

Sosok itu berkata lagi. Dan Entah dorongan dari mana, Parmin rasanya ingin membalikkan badan dan melihat sosok
yg ada dibelakangnya itu.
Sampai akhirnya, seiring suara yg terua memanggilnya itu Parmin sedikit terintimidasi, jengkel dan membalikkan
badannya tanpa aba-aba. Seraya berkata “Allohuakbaaaaar!.

dan Parmin tidak melihat siapa-siapa disitu, namun anehnya pintu kamarnya itu benar-benar terbuka.

Berarti benar tadi ada seseorang yg membuka dan masuk ke kamarnya.


Parmin pun sedikit merasa kesal dengan gangguan ini dan berkata.

Nek Arep Ngetok, Ngetok Sisan!.

(Kalau mau muncul, muncul sekalian!!!) kata Parmin dengan Jengkel menantang sosok yg mengganggunya itu.

Ia pun kembali merebah di ranjangnya dengan rasa takut yg sebenarnya berusaha ia sembunyikan. Dan Pintu
kamarnya pun perlahan tertutup lagi dengan sendirinya, diiringi angin kencang yg menerpa tubuh Parmin, ia
meringkuk lagi di ranjang dan bersembunyi dibalil selimutnya.

Dan kejadian malam kemarin pun terulang kembali dengan lebih nyata.

Maaaaaas.

Aku Neng Kene Maaaas.


(Mas aku disini Masss) Suara itu muncul lagi dan berlanjut dengan selimut Parmin yg terbuka dengan sendirinya.
Mata Parmin terbelalak tak siap melihat sosok Sumirah yg kini berdiri tersenyum di depannya, lampu yg remang
membuat Wajah sosok itu tak jelas, yg terlihat hanya bajunya yg putih lusuh dengan tangan yg menengadah kedepan
seakan ingin memeluk Parmin.

Ampuuuun Ojo-Ojo!.
(Ampunnn.. Jangan..jangan!!) kata Parmin Seraya memundurkan posisinya. Ia kembali menarik selimutnya, Parmin
menangis dan berdoa meski nyatanya kini sosok Sumirah mendekat dan meraba-rabanya dari balik selimut, terlihat
bayang-bayang wajah dan tangan yg semakin membuat Parmin rasanya hampir mati ketakutan.

Maaaas. Maaass, Ayo Melu Aku!.

(Mas…Mas ayo ikut denganku..) kata sosok itu dengan nada berbisik dan diakhiri dengan tawa yg serak yg
memekik. Parmin pun membuka selimutnya sambil berkata.

Ojo Ganggu Akuuuuu!.


(Jangan Ganggu Aku!) kata Parmin seraya membuka Matanya dengan Perlahan, dan sosok itupun lenyap. Parmin
segera beranjak dari tempat tidur dan berlari menuju kamar ibunya.. Namun belum sampai kekamar ibunya,
langkahnya kembali terhenti karena ada sosok yg tengah berdiri di atas meja di ruang tengahnya, kali ini wajahnya
terlihat dengan jelas. Sosok itu tertawa “Mengikik” Seraya berkata

Ora Usah Wedi Maaaas..hi-hi-hi-hi-hi.


(Gak usah takut mas!!!)

Parmin pun disitu pandangannya menjadi gelap dan langsung tak sadarkan diri.

Sampai ia terbangung keesokan harinya di tempat yg sama. Sang ibu terlihat keheranan mengapa Parmin tidur
dilantai seperti itu, tubuhnya panas, sepertinya ia mengalami demam, Parmin terlihat diam tak menjawab pertanyaan
dari ibunya hingga ia dibawa masuk ke kamarnya lagi.
Ibunya tentu khawatir dan memanggil adiknya kembali yaitu Paman Semo. Setelaha sang paman datang dan melihat
keadaan Parmin, beliaupun berujar bahwa ini tidak baik-baik saja, mahluk itu belum benar-benar pergi. Sang Paman
segera menyarankan kakaknya itu (ibu Parmin) untuk memanggil “Pak kaum” Sebutan untuk tokoh yg sering
memimpin acara keagamaan di desa tersebut. Selain sebagai tokoh agama, beliau ini juga dikenal sebagai “Orang
pintar” yg cukup terkenal di daerah ini, singkat cerita datanglah Pak kaum di rumah Parmin.

Terlihat Parmin yg terbaring di atas ranjangnya,

Aghstafirullahalladzim!”. Kata Pak kaum seraya mendekat ke ranjang Parmin dan beliaupun memegang jempol
kaki Parmin sambil membaca doa. Seketika mata Parmin terbuka, tubuhnya menggelinjang memberontak seperti
kesakitan.

Kurang Ajar Kabeh! Ra-sah Melu-melu Urusanku!.

(Kurang ajar semua! Kalian, Gak usah mencapuri urusanku!.) kata Parmin yg sepertinya kembali kerasukan.

Sopo Sing Ning Rogo Iki, Metuuu!

Alam mu Ora Ning Kene!.

(Siapa yg berada dalam raga ini, tolong keluarlah, alammu bukan disini!!) kata Pak Kaum yg masih memegangi
jempol kaki Parmin.

Ora Bisaaaaaaa.! Rogo Iki Duewkku!.

(Tidak bisaa!!! Raga ini milikku!!) Kata sosok yg merasuki Parmin ini berteriak. Sementara kini pak Kaum
menyuruh ibu Parmin dan Paman Semo untuk memegangi tubuh Parmin.

Metuuuuuuuuu!.
(KELUARLAHHH!!!) Kata Pak Kaum yg kini memegang kepala Parmin. Ia mengerang kesakitan dan sosok yg
merasuki Parminpun keluar, kini ia terlihat lemas untuk beberapa saat karena setelah itu Parmin langsung menangis
memeluk ibu dan Pamannya. Ia terlihat sangat bingung dan ketakutan.

Sak durunge awak dewe ngerti sebab musababe lan seko ngendi asale, lelembut mau ra-bakal lungo.

(Sebelum kita tahu penyebabnya dan dari mana asalnya, lelembut itu tidak akan benar-benar bisa diusir.) kata Pak
Kaum memotong.

Dan sang ibu, Paman serta Pak kaum pun mulai menanyai sedikit demi sedikit kepada Parmin, dari bagaimana ia
bertemu dan apa saja penglihatan yg sudah Parmin Alami. Namun Parmin tak tahu pasti, yg ia ingat adalah di sore
itu ketika ia bertemu dan melempar senyum kepada seorang wanita yg ternyata adalah Sum kunti ini. Di wilayah
hutan pinus Sigrowong.

Kenapa Parmin harus melempar senyum kepada lelembut itu??

Tanya mereka bertiga kepada Parmin. Ya alasan masuk akalnya adalah Parmin memang tidak tahu kalau itu adalah
lelembut. Dan waktu itu memang Parmin yg tersenyum terlebih dahulu. Jadi menurut analisa dari Pak Kaum,
mungkin senyum dari Parmin itulah yg membuat Sum Kunti terpikat.

Dari mana Sum kunti berasal kini sudah diketahui oleh Pak kaum, ibu dan Paman Semo, kini tinggal penyebabnya
yg masih semu, pasalnya dari beberapa kasus serupa yg Pak kaum tangani, kasus Parmin ini bisa dikatakan beda dan
tak biasa, karena menurut beliau Parmin ini bukan hanya sekedar diikuti, tapi juga sepertinya “di ingini” Oleh
lelembut itu.
selang beberapa lama Pak kaum mulai membalur-baluri sudut-sudut ruangan di kamar Parmin dengan air yg sudah
didoakan berharap ini bisa menjadi Benteng agar sosok itu tidak mengganggu Parmin lagi.

Tapi diakhir prosesi Pak Kaum berkata kalau ini mungkin bersifat sementara, karena menurutnya “Kunti sumirah”
ini cukup kuat tapi beliau berjanji akan berusaha semampunya. Dan itu sepertinya cukup berhasil meredam
gangguan yg dialami Parmin. Terbukti selama hampir sebulan Parmin tidak lagi dirasuki atau mengaku di datangi
sosok itu lagi walau dalam hampir sebulan itu Parmin benar-benar Ambruk dan sakit, tak jelas apa penyakitnya yg ia
lakukan hanya berbaring di ranjangnya.. Ia juga kini terlihat kurus dan tak banyak bicara. Meski beberapa hari sekali
Pak Kaum juga menjengukknya, sang ibu mulai terlihat pasrah, usahanya juga kacau dalam sebulan ini. Sampai
akhirnya Parmin pun bicara kepada ibunya. Kata-katanya membuat ibunya menangis.

Mak Enyeng Wes Ra-kuat, Ikhlaske Wae


(Buk Aku sudah tidak kuat, ikhlaskan saja) kata Parmin dengan lirih tak bertenaga.

Jadi selama ini ternyata sosok Sum Kunti itu masih selalu mendatanginya entah lewat mimpi atau nyata dengan
duduk disamping ranjang Parmin. Menurutnya Sum Kunti beberapa kali berkata kalau dia menyukai dan mencintai
Parmin, Sum kunti pernah berkata kalau ia suka dengan Parmin sejak pertama Sum bertemu dan berulang kali Sum
kunti juga berkata kalau Parmin mirip dengan kekasihnya dahulu.

awalnya Parmin memang menolak dan selalu menyuruh Sum Kunti untuk Pergi.

Tapi Sum kunti tak mau pergi. Dan mengancam akan membawa malapetaka kalau Parmin menolak. Parmin pun
pasrah, hampir setiap malam ia peluk serta digerayangi kejadian itu sekira 3 hari Pasca terakhir kali Sum Kunti
merasuki tubuh Parmin dan Puncaknya adalah semalam.

Yaitu malam sebelum ia bercerita kepada ibunya tadi.

Malam itu seperti biasa Parmin terbaring lemah di ranjangnya, matanya terpejam tapi sebenarnya ia tak tidur, sejak
kedatangan Sum kunti, Parmin hampir lupa kapan ia terakhir kali tidur dengan nyenyak.

Ia membuka matanya untuk melihat jam yg sudah menunjukan pukul 00.30 malam dan kembali memejamkan
matanya, tubuhnya lelah tapi ia tak benar-benar terlelap. Tak selang beberapa lama, angin berhembus perlahan
meniupkan bau wangi bunga yg entah bunga apa yg wanginya seperti ini.

Entah melati, kamboja atau kenanga yg jelas ini adalah pertanda kehadiran Sum Kunti di kamarnya. Parmin mulai
bersiap menata nafasnya nampaknya ia mulai membiasakan diri dengan kehadiran Sum Kunti meski ia selalu tak
berani menatapnya.

Maaaaass.

Mas.

Hi-hi-hi-hi-hi-hi-hi.

Sapaan khas dari Sum Kunti.


Parmin sempat membuka matanya sebentar dan melihat sosok itu sudah ada di depannya. Selimut yg menutupi
tubuhnya hingga dada kini Parmin naikkan hingga menutupi kepalanya. Parmin hanya terdiam menata nafasnya, ia
tak berdoa karena menurutnya selama ini Sum kunti seperti tak mempan dengan doa-doa yg diucapkan Parmin.
Maaaaass.
Kata Sum kunti seraya membuka selimut Parmin dengan Perlahan. Parmin terdiam dan tetap menutup matanya. Ia
pun mulai digerayangi dan dipeluk dari sisi samping, inilah yg biasa dilakukan Sum kunti kepada Parmin setiap
malamnya, sampai akhirnya untuk pertama kalinya Sum kunti Mulai naik dan duduk di atas tubuh Parmin. ia Tak
bisa bergerak. Dada Parmin mulai di gerayangi, Sum kunti juga mendekatkan Wajahnya ke wajah Parmin. Meski
matanya Masih terpejam, Parmin mengaku tetap melihat Sum kunti dalam Pikirannya. Sosok itu pun perlahan mulai
menggoyang-nggoyangkan tubuhnya yg masih menindih Parmin sambil tertawa lirih dan memanggil-manggil
Parmin dengan sebutan Maaas.

Maaass.

Sembari terus menggoyangkan Tubuhnya, sosok Sum Kunti “membekap” Mulut Parmin dan menbuat Parmin
membuka matanya. Sum kunti pun berkata:

Bali Nang Sigrowong nyok Mas.

Rabi Karo Aku.

(Pulang Ke Sigrowong yok mas, Nikah sama aku??..) kata Sum kunti sambil mengikik.

Parmin yg mulai sulit bernafas ini mulai memberontak. Menggerak-gerakkan kepala dan tubuhnya meski awalnya
sangat sulit namun akhirnya Parmin berhasil menghentakkan Tubuhnya hingga Sosok Sum kunti pun menghilang.
Posisi Parmin setengah duduk kali ini. Keringatnya bercucuran.

Rasa takutnya kali ini benar-benar memuncak dan tak tergambarkan. Entah apa alasan Sum kunti berkata seperti itu
sambil membekap mulutnya, yg jelas saat itu Parmin merasa Sum Kunti ingin membunuhnya. Ia meraih tasbih yg
sempat terjatuh didekat kolong tempat tidurnya.

Dan berdzikir dengan sekujur tubuh yg gemetar. Parmin benar-benar tak tidur atau sekedar memejamkan mata
setelanya.

Ia terus berdzikir sembari menangis.


Iso Edan Aku Nek Koyo ngene Terus!

(Bisa gila aku kalo begini terus!!) kata Parmin Dalam hati.

Parmin pun terjaga hingga keesokan harinya ia bercerita tentang semua ini.
Ibunya yg mendengar itu tentu menangis dan meminta Parmin untuk tidak menyerah, Parmin adalah harta satu-
satunya bagi ibunya. Akhirnya Pak Kaum dan Paman Semopun di panggil, sesampainya disana**

Sang ibu mulai menceritakan cerita Parmin tadi. Paman Semo dan Pak kaum kaget keheranan.

” Ora main-maini ki!!”


(Gak main-main nih!!) kata Pak Kaum dan Sang Paman.

Jadi Asumsi Pak Kaum tempo hari memang tidak meleset bahwa Parmin tidak hanya diikuti tapi juga diinginkan!!.

Akan berbeda ceritanya jika malam itu Parmin tidak memberontak dan mengiyakan ajakan Sum Kunti. Menurut
Paman Semo dan Pak Kaum ajakan menikah dari Sum kunti akan berimbas pada 2 hal bila itu terjadi.

1. Jiwa Parmin akan dibawa ke alam lain dan Parmin berubah menjadi Gila.
Dan yg ke
2. Parmin akan mati dan jiwanya Moksa ke alam lain dan benar-benar menikah dengan Sum Kunti. Untuk kasus ini
Pak Kaum dan Sang paman lebih condong ke imbas yg ke 2. Dilihat dari Sum Kunti yg membekap mulut Parmin
semalam.

Bukan serta merta Sum kunti yg membunuh dengan tangannya tapi yg Sum kunti lakukan adalah membuat Parmin
terpojok dan Putus asa lalu mengakhiri hidupnya sendiri atau “Bunuh diri” , terbukti dari awal mula Parmin
membuka pembicaraan dengan ibunya dengan berkata.

Mak Enyong Wes Ra-kuat, Ikhlaske Wae”

(BUK AKU SUDAH TIDAK KUAT, IKHLASKAN SAJA!!)

itu adalah salah satu wujud keputusasaan yg berhasil ditanamkan oleh Sum Kunti.

Menurut Pak Kaum Disini kalau hanya ruqyah sepertinya kurang Cukup bisa mengatasi, karena penglihatan Pak
Kaum berkata kalau Sum Kunti tidak berada dirumah ini (rumah Parmin). Ia hanya akan datang di setiap malam
untuk menteror Parmin dan akan kembali lagi ke tempat asalnya Menunggu Parmin semakin Putus Asa dan
mengakhiri hidupnya. Tak ada kehadiran Parmin dalam Pembicaraan ini, karena ia masih terbaring lemas di
kamarnya. Setelah obrolan yg cukup panjang, Pak kaum, Sang Paman dan Sang ibu pun masuk ke dalam kamar
Parmin.

Rencana Pak Kaum ingin menghadirkan Sum kunti agar memasuki Raga Parmin. Dan bisa mencegah siasat Sum
kunti dengan cara berdialog, tapi benar saja, asumsi Pak kaum bahwasanya Sum kunti tak berada dirumah ini. Sum
kunti tak Hadir merasuki tubuh Parmin & memang takkan pernah hadir.

Ada satu solusi yg tersirat didalam pikiran Pak Kaum yaitu “Ruwat Mayit”

Dalam ilmu kepercayaan Kejawen kuno “Ruwat Mayit” Adalah acara selametan mirip orang meninggal namun di
tujukan kepada orang yg masih hidup dan sudah dinyatakan menjadi tumbal setan.

“Ruwat Mayit” Ini dilakukan agar orang tersebut selamat dari “Pertumbalan”

Meski Pak Kaum ragu apakah ini bisa menyelamatkan Parmin, tapi ini tetap harus dilakukan.

Singkat cerita diadakanlah Ritual Ruwat Mayit itu, sehari kemudian..ritual itu dilakukan selama 7 hari berturut-turut.
Berharap Sum Kunti bisa tertipu dengan Ritual ini. Dan allhamdulillah, ini berhasil. Setelah ritual itu, berangsur-
angsur Parmin mulai membaik, tubuhnya yg sempat menjadi kurus mulai berisi seperti waktu dulu Sebelum Parmin
bertemu dengan Sum kunti.

Parmin pun mulai bekerja membantu ibunya lagi. Walau itu tetap menyisakan setitik trauma. Selama bertahun-tahun
Parmin tak berani melewati jalan itu lagi, jalan dimana pertama kali ia bertemu dengan Kuntilanak Sum itu.

Hingga cerita ini ditulis, Parmin masih sehat dan bahagia dengan anak istrinya, begitu juga dengan ibunya. Semoga
beliau-beliau selalu diiringi keberkahan dalam hidupnya.

Sekian cerita “Kuntilanak Sum” ini, semoga ada pelajaran & hikmah yg bisa kita petik.

Anda mungkin juga menyukai