Anda di halaman 1dari 15

KEPERAWATAN KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI

(NHA419)

MODUL 2
Gangguan Pembekuan Darah
Praktikum Penerapan Askep & Tatalaksana Gangguan Pembekuan
Darah

DISUSUN OLEH
Ety Nurhayati, S.Kp.,M.Kep.,Ns.Sp.Kep.Mat

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


2023

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 0 / 15
GANGGUAN PERDARAHAN
GANGGUAN PERDARAHAN

A. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan

Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu :


1. Mahasiswa dapat mengetahui mengenai gangguan pembekuan darah pada masa
kehamilan
2. Mahasiswa dapat mengetahui mengenai penyebab gangguan pembekuan daah
pada masa kehamilan
3. Mahasiswa dapat mengetahui mengenai asuhan keperawatan ganguan pembekuan
darah pada masa kehamilan

B. Uraian dan Contoh

A. Gangguan Pembekuan Darah

1. Pengertian
Gangguan pada faktor pembekuan darah adalah perdarahan yang terjadi karena adanya
kelainan pada proses pembekuan darah sang ibu,sehingga darah tetap mengalir. Pada
periode post partum awal, kelainan sistem koagulasi dan platelet biasanya tidak
menyebabkan perdarahan yang banyak, hal ini bergantung pada kontraksi uterus untuk
mencegah perdarahan. Abnormalitas sistem pembekuan yang muncul sebelum
persalinan yang berupa hipofibrinogenemia familial, dapat saja terjadi tetapi
abnormalitas yang didapat biasanya yang menjadi masalah. Kadar fibrinogen yang
meningkat pada saat kehamilan, sehingga kadar fibrinogen kisaran normal pada wanita
yang tidak hamil harus mendapatkan perhatian. DIC yaitu gangguan mekanisme
pembekuan darah yang umumnya disebabkan oleh hipo atau afibrinigenemia atau
pembekuan intravascular merata .

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 1 / 15
2. Contoh

B. Etiologi

Gangguan pada faktor pembekuan darah (trombosit) adalah Pendarahan yang terjadi
karena adanya kelainan pada proses pembekuan darah sang ibu, sehingga darah tetap
mengalir.
Pada periode post partum awal, kelainan sistem koagulasi dan platelet biasanya tidak
menyebabkan perdarahan yang banyak, hal ini bergantung pada kontraksi uterus untuk
mencegah perdarahan. Deposit fibrin pada tempat perlekatan plasenta dan penjendalan
darah memiliki peran penting beberapa jam hingga beberapa hari setelah persalinan.
Kelainan pada memiliki peran penting beberapa jam hingga beberapa hari setelah
persalinan. Kelainan pada daerah ini dapat menyebabkan perdarahan post partun
sekunder atau perdarahan eksaserbasi dari sebab lain, terutama trauma.
Abnormalitas dapat muncul sebelum persalinan atau didapat saat persalinan.
Trombositopenia dapat berhubungan dengan penyakit sebelumnya, seperti ITP atau
sindroma HELLP sekunder, solusio plasenta, DIC atau sepsis. Abnormalitas platelet
dapat saja terjadi, tetapi hal ini jarang. Sebagian besar merupakan penyakit sebelumnya,
walaupun sering tak terdiagnosis.
Abnormalitas sistem pembekuan yang muncul sebelum persalinan yang berupa
hipofibrinogenemia familial, dapat saja terjadi, tetapi abnormalitas yang didapat
biasanya yang menjadi masalah. Hal ini dapat berupa DIC yang berhubungan dengan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 2 / 15
solusio plasenta, sindroma HELLP, IUFD, emboli air ketuban dan sepsis. Kadar
fibrinogen meningkat pada saat hamil, sehingga kadar fibrinogen pada kisaran normal
seperti pada wanita yang tidak hamil harus mendapat perhatian. Selain itu, koagulopati
dilusional dapat terjadi setelah  perdarahan post partum masif yang mendapat resusiatsi
cairan kristaloid dan transfusi PRC.  
DIC, yaitu gangguan mekanisme pembekuan darah yang umumnya disebabkan oleh
hipo atau afibrinigenemia atau pembekuan intravascular merata (Disseminated
Intravaskular Coagulation)
DIC juga dapat berkembang dari syok yang ditunjukkan oleh hipoperfusi jaringan,
yang menyebabkan kerusakan dan pelepasan tromboplastin jaringan. Pada kasus ini
terdapat peningkatan kadar  peningkatan kadar D-dimer dan penurunan fibrinogen yang
tajam, serta pemanjangan waktu trombin (thrombin time).

C. Patofisiologi
Proses hemostasis tergantung pada faktor koagulasi, trombosit dan pembuluh darah.
Mekanisme hemostasis terdiri dari respons pembuluh darah, adesi trombosit, agregasi
trombosit, pembentukan bekuan darah, stabilisasi bekuan darah, pembatasan bekuan
darah pada tempat cedera oleh regulasi antikoagulan, dan pemulihan aliran darah
melalui proses fibrinolisis dan penyembuhan pembuluh darah.
Cedera pada pembuluh darah akan menyebabkan vasokonstriksi pembuluh
darah dan terpaparnya darah terhadap matriks subendotelial. Faktor von Willebrand
(vWF) akan teraktifasi dan diikuti adesitrombosit. Setelah proses ini, adenosine
diphosphatase, tromboxane A2 dan protein laintrombosit dilepaskan granul yang berada
di dalam trombosit dan menyebabkan agregasi trombosit dan perekrutan trombosit lebih
lanjut. Cedera pada pembuluh darah juga melepaskan tissue factor dan mengubah
permukaan pembuluh darah, sehingga memulai kaskade pembekuan darah dan
menghasilkan fibrin. Selanjutnya bekuan fibrin dan trombosit ini akan distabilkan oleh
faktor XIII.
Pada penderita hemofilia dimana terjadi defisit F VIII atau F IX maka
pembentukan bekuan darah terlambat dan tidak stabil. Oleh karena itu penderita
hemofilia tidak berdarah lebih cepat, hanya perdarahan sulit berhenti. Pada perdarahan
dalam ruang tertutup seperti dalam sendi, proses perdarahan terhenti akibat efek
tamponade. Namun pada luka yang terbuka dimana efek tamponade tidak ada,

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 3 / 15
perdarahan masif dapat terjadi. Bekuan darah yang terbentuk tidak kuat dan perdarahan
ulang dapat terjadi akibat proses fibrinolisis alami atau trauma ringan.
Defisit F VIII dan F IX ini disebabkan oleh mutasi pada gen F8 dan F9. Gen
F8 terletak di bagian lengan panjang kromosom X di regio Xq28, sedangkan gen F9
terletak di regioXq27. Terdapat lebih dari 2500 jenis mutasi yang dapat terjadi, namun
inversi 22 dari gen F8 merupakan mutasi yang paling banyak ditemukan yaitu sekitar
50% penderita hemofilia A yang berat. Mutasi gen F8 dan F9 ini diturunkan secara x-
linked resesif sehingga anak laki-laki atau kaum pria dari pihak ibu yang menderita
kelainan ini. Pada sepertiga kasus mutasi spontan dapat terjadi sehingga tidak dijumpai
adanya riwayat keluarga penderita hemofilia pada kasus demikian.
Wanita pembawa sifat hemofilia dapat juga menderita gejala perdarahan
walaupun biasanya ringan. Sebuah studi di Amerika Serikat menemukan bahwa 5 di
antara 55 orang penderita hemofilia ringan adalah wanita.

D. Tanda dan gejala


1. Terdapat pendarahan jaringan lunak, otot, sendi, terutama sendi – sendi yamg
menompang berat badan disebut hematrosis (pendarahan sendi)
2. Pendarahan beruang kedalam sendi menyebabkan degerasi kartilago artikularis
disertai gejala – gejala artrithis
3. Tanda pendarahan : hemartrosis, hematom subkutan atau intramskular pendarahn
mukosa mulut, pendarahan intracranial, epistaksis, hematuria

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 4 / 15
4. Pendarahan berkelanjutan pasca operasi (sirkumsisi, ekstraksi gigi) (Nanda Nic-Noc)

E. Komplikasi
Komplikasi-komplikasi obstetric yang diketahui berhubungan dengan DIC (Koagulasi
Intravaskuler Diseminata) :
1. Sepesi oleh kuman gram negative, terutama yang mneyertai dengan abortus septic
2. Syok berat
3. Pemberian cairan hipertonik ke dalam uterus. (Schward, 2000)

F. Pencegahan
Klasifikasi kehamilan resiko rendah dan resiko tinggi akan memudahkan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan untuk menata strategi pelayanan ibu hamil saat
perawatan antenatal dan melahirkan dengan mengatur petugas kesehatan mana yang
sesuai dan jenjang rumah sakit rujukan. Akan tetapi, pada saat proses persalinan, semua
kehamilan mempunyai resiko untuk terjadinya patologi persalinan, salah satunya adalah
perdarahan pascapersalinan. Antisipasi terhadap hal tersebut dapat dilakukan sebagai
berikut:
1. Persiapan sebelum hamil untuk memperbaiki keadaan umum dan mengatasi setiap
penyakit kronis, anemia dan lain-lain sehingga pada saat hamil dan persalinan pasien
tersebut ada dalam keadaan optimal.
2. Mengenal faktor predisposisi seperti multiparitas, anak beras, hamil kembar,
hidroamnion, bekas seksio, ada riwayat sebelumnya dan kehamilan resiko tinggi
lainnya yang resikonya akan muncul saat persalinan
3. Persalinan harus selesai dalam waktu 24 jam dan pencegahan partus lama
4. Kehamilan resiko tinggi agar melahirkan di fasilitas rumah sakit rujukan
5. Kehamilan resiko rendah agar melahirkan di tenaga kesehatan terlatih dan
menghindari persalinan dukun
6. Mengesuai langkah-langkah pertolongan pertama menghadapi dan mengadakan
rujukan sebagaimana mestinya. (Sarwono, 2008)

G. Pengobatan
Pasien perlu dirawat bila secara klinis ada gangguan pembekuaan darah atau dari
serangkaian pemeriksaan laboratorium diperlihatkan adanaya kemunduran fungsi
pemebekuan darah secara progresif.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 5 / 15
Nilai normal Kehamilan DIC
Hitung trombosit Sama Lebih rendah
150.000-400.000/mm3
Waktu protombin yang Memendek Memanjang
cepat
75-125%
Waktu protomboplastin Memendek Memanjang
parsial
30-45%
Waktu thrombin Memendek Memanjang
10-15 detik
Pengukuran fibrinogen 300-600 mg% Menurun
(atau titer) 200-400 mg%
Produk-produk pecahan Negative Dapat diukur
fibrin
Pengukuran faktor V 75 Sama Menurun
125%
Pengukuran faktor VII Mungkin meningkat menurun
50-200%

Tujuan utama pengobatan adalah menghilngkan sumber material serupa


tromboplastin, tetapi evalusai produk konsepsi akan mendatangkan resiko perdarahan
vaginal atau bedah.
Dengan alasan inilah, proses pembekuaan normal harus dipulihkan lebih dahulu
sebelum melakukan persalina operatif.
1. Pemberian faktor-faktor pembekuan
2. Menghambat proses patofisiologi dengan antikoagulasi heparin samapi faktor-faktor
pembekuan pulih kembali
Cara pengobatan yang akan dipilih tergantung kepada ancaman jiwa pasien
segera akibat  perdarahan yang aktif pada saat diagnosis ditegakkan atau akibat
persalinan yang akan segera terjadi.
a. Bila dicurigai ada perdarahan aktif dari uterus dari persalinan operatif, harus
diberikan pengobtan sebagai terjadi :
1) Monitor tanda-tanda vital secara kontiyu termasuk pengukuran tekanan vena
sentral dan mempertahankan produksi urin

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 6 / 15
2) Berikan oksigen melalui masker
3) Mengatasi syok dengan segera adalah penting, bila memungkinkan dengan
darah lengkap segar.
4) Pemberian faktor-faktor pembekuan : pengobatan denga plasma beku segar
lebih disukai daripada dengan preparat depot fibrinogen (pooled fibrinogen)
komersial karena dapat memperkecil resiko penularan hepatitis, pengantian
volume tambahan, serta tersediannya aneka macam faktor-faktor pembekuaan.
Setiap liter plasma beku segar dapat diharapkan mengandung 2-3 g fibrinogen.
Karena kira-kira diperlukan 2-6 g fibrinogen, bila hal tidak dapat
disediakan dengan perparat tersebut (baik karena tidak tersedia atau karena
masalah-masalah hipervolema) dapat dipakai fibrinogen depot komersial.
Masalah utama yang berkaitan dengan pengantian fibrinogen dengan
menggunakan salah satu preparat tersebut di atas adlah waktu psruhnya yang
singkat kalau ada banyak trombhin dan timbunan fibrin intravaskuler lebih
lanjut. Dengan alasan inilah, preparat-preparat tersebut hanya boleh digunakan
untuk segera mengendalikan perdarahan sebelum persalinan dan pertama bila
persalinan harus dilaksankan dengan operasi seksio sesaria.
Dengan demikian prosedur pengobatan seperti di atas serta melakukan
pengosongan uterus, biasanya akan terjadi perbaikan spontan pembekuan
darahnya, sehingga tidak diperhatikan terapi lebih lanjut.
b. Bila tidak ada perdarahan uterus dan persalinannya dapat ditunda (yaitu, sindrom
janin mati yang tertinggal dalam uterus tetapi jelas tidak ada soluiso plasenta),
tindakan sebagai berikut dilakukan :
1) Heparinisasi : 100 IU/kg setiap 4 jam, atau 600 IU/kg/24 jam denga infuse
kontinyu
Pemberian heparin dihentikan setelash terjadi perbaikan faktor-faktor
pembekuan kedalam batas normal, dan hanya dalam keadaan inilah persalina
boleh dilaksanakan.
Terapi fibrinogen jarang dilakukan jika sekiranya diindikasikan pada
pasien obstetric selalu karena DIC dan akan berhenti sendiri setelah
pengobtan primer. Kita harus selalu ingat  bahwa keberadaan fibrinolisis
merupakan suatu respons protektif terhadap koagulasi intravaskuler.
(Schward, 2000)

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 7 / 15
H. Penatalaksanaan
Jika tes koagulasi darah menunjukkan hasil abnormal dari onset terjadinya perdarahan
post partum, perlu dipertimbangkan penyebab yang mendasari terjadinya perdarahan post
partum, seperti solutio plasenta, sindroma HELLP, fatty liver pada kehamilan, IUFD,
emboli air ketuban dan septikemia. Ambil langkah spesifik untuk menangani penyebab
yang mendasari dan kelainan hemostatik.
Penanganan DIC identik dengan pasien yang mengalami koagulopati dilusional.
Restorasi dan penanganan volume sirkulasi dan penggantian produk darah bersifat sangat
esensial. Perlu saran dari ahli hematologi pada kasus transfusi masif dan koagulopati.
Konsentrat trombosit yang diturunkan dari darah donor digunakan pada pasien dengan
trombositopenia kecuali bila terdapat penghancuran trombosit dengan cepat. Satu unit
trombosit biasanya menaikkan hitung trombosit sebesar 5.000  –  10.000/mm3. Dosis
biasa sebesar kemasan 10 unit diberikan bila gejala-gejala perdarahan telah jelas atau bila
hitung trombosit di bawah 20.000/mm3. transfusi trombosit diindakasikan bila hitung
trombosit 10.000  –   50.000/mm3, jika direncanakan suatu tindakan operasi, perdarahan
aktif atau diperkirakan diperlukan suatu transfusi yang masif. Transfusi ulang mungkin
dibutuhkan karena masa paruh trombosit hanya 3 –  4 hari.
Plasma segar yang dibekukan adalah sumber faktor-faktor pembekuan V, VII, IX, X
dan fibrinogen yang paling baik. Pemberian plasma segar tidak diperlukan adanya
kesesuaian donor, tetapi antibodi dalam plasma dapat bereaksi dengan sel-sel penerima.
Bila ditemukan koagulopati, dan belum terdapat pemeriksaan laboratorium, plasma segar
yang dibekukan harus dipakai secara empiris.
Kriopresipitat, suatu sumber faktor-faktor pembekuan VIII, XII dan fibrinogen,
dipakai dalam penanganan hemofilia A, hipofibrinogenemia dan penyakit von
Willebrand. Kuantitas faktor-faktor ini tidak dapat diprediksi untuk terjadinya suatu
pembekuan, serta bervariasi menurut keadaan klinis.

I. LATIHAN
1. Jelaskan yang dimaksud pembekuan darah pada masa kehamilan?
2. Sebutkan penyebab pembekuan darah pada masa kehamilan:
3. Sebutkan tanda dan gejala pembekuan darah pada masa kehamilan !
4. Jelaskan dan Sebutkan dampak pembekuan pendarahan pada masa kehamilan !
5. Bagaimana pencegahan pada pembekuan darah pada masa kehamilan

J. KUNCI JAWABAN

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 8 / 15
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 9 / 15
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
GANGGUAN PEMBEKUAN DARAH MASA KEHAMILAN

1. Pengkajian
1. Identitas
Terdiri dari nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan, diagnosa
medis, agama, suku bangsa pasien dan keluarga penanggungjawabnya.
2. KeluhanUtama :
o Tungkai eritema, edema atau teraba seperti tali
o Homan’s sign : nyeri pada dorsopleksi pasif kaki
3. Riwayat penyakit sekarang :
Pengumpulan data dilakukan untuk menentukan penyebab thrombosis vena.
Nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan dalam klien. Misalnya
dari riwayat: pasca operasi besar beberapa minggu sebelumnya, imobilisasi
selama > 3 hari.
4. Riwayat penyakit dahulu :
Pada pengkajian ini, perawat dapat menentukan kemungkinan penyebab DVT
adalah imobilisasi yang lama atau pernah DVT sebelumnya.
5. Riwayat penyakit keluarga: tidak ditemukan riwayat penyakit keluarga.

2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik tanda – tanda klasik seperti edema kaki unilateral, eritema,
hangat, nyeri, pembuluh darah superficial teraba, dan Homan’s sign positif yaitu nyeri
pada daerah betis setelah dilakukan dorso fleksi pada kaki, tidak selalu ditemukan.
Bila thrombosis terjadi akibat thrombus vena superficial maka akan didapatkan data:
1. Nyeri
2. Tenderness
3. Redness
4. Teraba hangat pada daerah yang terkena
3. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko pendarahan berhubungan dengan koagulopati inheren (Trombositopenia)

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 10 / 15
4. Intervensi Keperawatan
1. Resiko pendarahan berhubungan dengan koagulopati inheren (Trombositopenia)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, resiko
pendarahan teratasi kembali.
NOC
 Kehilahan darah yang berelebihan (blood lose severity)
 Koagulasi darah (blood koagulation)
KRITERIA HASIL
1. Tidak ada hematuria dan hematemesis
2. Kehilangan darah yang terlihat
3. Tekanan darah dalam batas normal (sistole dan diastole)
4. Tidak ada pendarahan pervagina
5. Hemoglobin dan hemktokrit dalam batas normal
6. Plasma, PT, PTT, dalam batas normal
NIC

Pencegahan Pendarahan (Bleeding Precautions)

Bleeding precautions

1. Monitor ketat tanda2 perdarahan Catat nilal Hb dan HT sebelum dan


sesudah terjadinya perdarahan Monitor nilai lab (koagulasi) yang

2. meliputi PT, PTT, trombosit Monitor TTV ortostatik

3. Pertahankan bed rest selama

4. perdarahan aktif Kolaborasi dalam pemberian produk darah (platelet atau


fresh frozen plasma)

5. Lindungi pasien dari trauma yang dapat menyebabkan perdarahan Hindari


mengukur suhu lewat rectal

6. Hindari pemberian aspirin dan anticoagulant

7. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake makanan yang banyak


mengandung vitamin K

8. Hindari terjadinya konstipasi dengan menganjurkan untuk mempertahankan


Intake cairan yang adekuat dan pelembut feses

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 11 / 15
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan caian aktif
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, kekurangan
cairan teratasi kembali.

NOC
 Kesimbangan cairan (Fluid Blance)
 Dehidrasi (Hydration)
 Status gizi (Nutrional Statution)
 Pemasukan (Intake)
KRITERIA HASIL
1. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan berat badan, berat jenis
urine normal, HT normal
2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
3. Tidak ada tanda – tanda dehidrasi
4. Elesasitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus
yang berlebihan

NIC

Manajemen Cairan (Fluid Management)

1. Timbang popok / pembalut jika diperlukan

2. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

3. Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi adekuat,


tekanan darah ortostatik), jika diperlukan

4. Monitor vital sign

5. Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian

6. Kolabrasi pemberian cairan IV

7. Monitor status nutrisi

8. Berikan cairan IV pada suhu ruangan

9. Dorong masukan oral

10. Berikan pengganti nesogatrik sesai output

11. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 12 / 15
12. Tawarkan snack (jus buah, buah segar)

13. Kolabrasi dengan dokter

14. Persiapan transfuse

Manajemen Hypovolemia :

1. Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan

2. Pelihara IV line

3. Monitor tingkat Hb dan Hemaktroit

4. Monitor tanda vital

5. Monitor respon pasien terhadap penambah cairan

6. Monitor berat badan

7. Dorong pasien untuk penambah intake oral

8. Pembairan cairan iv monitor adanya tanda dan gejala kelebihan volume


cairan

9. Monitor adanya tanda gagal ginjal

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 13 / 15
DAFTAR PUSTAKA
 https://id.scribd.com/document/329103576/ASKEP-HEMOFILIA
 https://id.scribd.com/document/412790550/Askep-Gangguan-Pembekuan-Darah
 NANDA (NORTH AMERICAN NURSING DIAGNOSIS ASSOCIATION) Nic –
Noc 2015

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 14 / 15

Anda mungkin juga menyukai