PEMELIHARAAN JEMBATAN
LAPORAN AKHIR
PENGEMBANGAN
PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN JEMBATAN
(KERJASAMA DENGAN JICA, JEPANG)
LAPORAN AKHIR
PENGEMBANGAN
PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN JEMBATAN
(KERJASAMA DENGAN JICA, JEPANG)
II()
Lembar Pengesahan
PENGEMBANGAN
PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN JEMBATAN
(KERJASAMA DENGAN JICA, JEPANG)
TAHUN 2005
Bandung, Januari2006
Menyetujui, Menyetujui,
Ketua Tim Teknis Kepala Satuan Kerja
/ / '"' "
{ !/ C t iJ L~
- -----·
lr. Agus Bari Sailendra, MSc. lr. Nanny Kusminingrum
NIP. 110 013 246 NIP. 110 021 134
U3o<JI...._
.. ·tbang Jalan dan Jembatan
~
PENGEMBANGAN
PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN JEMBATAN
(KERJASAMA DENGAN JICA, JEPANG)
Tim Pelaksana :
Peneliti Utama,
PENGEMBANGAN
PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN JEMBATAN
(KERJASAMA DENGAN JICA, JEPANG)
Peneliti Utama: Panji Krisna Wardana, ST., MT.
TAHUN ANGGARAN 2005
I. Latar Belakang
Saat ini jumlah kabupaten dan kota mencapai 400 buah dan untuk setiap kabupaten dan kota terdapat lebih
dari 400 s/d 700 jembatan. Dengan terselenggaranya Otonomi Daerah dan dalam rangka desentralisasi,
pengelolaan jembatan-jembatan tersebut menjadi wewenang dan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten
dan Pemerintahan Kota masing-masing. Kondisi jembatan saat ini, hampir disemua daerah kondisinya cukup
menghawatirkan, hal tersebut dikarenakan umumnya jembatan di Indonesia kurang pemeliharaan. Padahal
jembatan merupakan bagian jaringan jalan yang sangat penting untuk menghubungkan satu daerah dengan
daerah yang lainnya dan merupakan urat nadi perekonomian.
Banyaknya jembatan-jembatan tidak terpelihara dengan baik, diantaranya tidak adanya pematian yang serius
dari pemerintah akan pentingnya pemeliharaan, disisi lain tingkat kemampuan sumber daya pengelolaan
jembatan dari setiap daerah tidak sama. Oleh karena itu dibutuhkan suatu manual pemeriksaan dan
pemeliharaan jembatan yang mudah dipahami (user friendly) dan sosialisasi rnengenai manual pemeriksaan
dan pemeliharaan jembatan tersebut. Pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan dua (2) tahun anggaran,
bek~a sama dengan JICA dalam proyek peningkatan kemampuan kapasitas SDM untuk Pemerintah Daerah
(Local Government Capacity Building Project). dimana pada tahun anggaran 2004 adalah "Pengembangan
Pemeriksaan jembatan" dan pada tahun anggaran 2005 "Pengembangan Pemeliharaan jembatan·.
Sebagai bahan dasar untuk penyusunan manual pemeliharaan digunakan Manual BMS sebagai sumber
kajian. Semua ketentuan tersebut juga diperbandingkan dengan manual dan ketentuan pemeriksaan di
negara-negara di Benua Eropa dan Negara Arnerika Serikat dan Jepang yang telah melakukan kajian yang
cukup intens dan kontinu yaitu: Panduan Pemeriksaan Jembatan BMS: SK. No.771KPTS/Db/1990, Petunjuk
Teknis Perencanaan dan Penyusunan Program Jalan Kabupaten; Bridge Inspection Manual, Swedish
National Road Administration; Element level Inspection Manual, State of California-Department of
Transportation; Washington State Bridge Inspection Manual M 36-64, Washington State - Department of
Transportation; Deliverable 02 Review of current practice for assessment of structural condition and
classification of defects Status (P), BRIME PL97-222; buku panduan pemeriksaan jembatan yang dikeluarkan
oleh Ministry of Land, Infrastructure and Transport, Japan; jumal dan hasil-hasillitbang.
Tujuan dari kegiatan ini, adalah merumuskan manual pemeriksaan dan perneliharaan jembatan yang mudah
dipahami dan dapat dipergunakan sebagai acuan didalam perencanaan dan pelaksanaan program
pengelolaan jembatan.
Sasaran dari kegiatan ini adalah menghasilkan "Manual Pemeriksaan dan Pemeliharaan Jembatan• :
• Tahun 2004 : Konsep Manual Pemeriksaan Jembatan.
• Tahun 2005 : Konsep Manual Pemeliharaan dan Rehabilitasi Jembatan serta Sosialisasi.
• Tahun 2006 : Revisi dan Sosialisasi Manual Perneriksaan dan Pemeliharaan Jembatan.
Dalam kajian pustaka ini adalah mempelajart kaidah-kaidah dan pertimbangan teknik yang beriaku secara
nasional dan intemasional dalam hal pemeliharaan jembatan (identifikasi jenis-jenis kerusakan,
perkembangan pemeliharaan jembatan, perkuatan jembatan dan rehabilitasi jembatan), mempelajart
berbagai bahan referensi asing yang didapat dart internet dan buku-buku, lalu merangkumnya dalam suatu
kesimpulan kajian pustaka. Beberapa hasil dart kajian pustaka ini dapat dilihat pada Bab 2 Kajian Pustaka.
Bagian - 1 PENDAHULUAN
Bertsikan matert mengenai pengertian-pengertian yang berhubungan dengan pemeliharaan jembatan
seperti Pemeliharaan rutin, Pemeliharaan berkala dan Rehabilitasi dan perbaikan besar. Selain itu
berisikan pula penjelasan mengenai tujuan, ruang lingkup, cara penggunaan panduan, pemakai panduan
dan peralatan untuk pemeliharaan.
2. Setelah melihat seluruh isi dari Manual/ Panduan Pemeliharaan dan Rehabilitasi Jembatan BMS 1992
dan dengan melakukan kajian pustaka terhadap manual-manual serta ketentuan-ketentuan dari luar negeri,
menunjukan terdapat kekurangan-kekurangan seperti :
Materi materi mengenai penilaian dan teknik evaluasi, yang di dalamnya terdapat kriteria dan metode
dalam melakukan penilaian dan evaluasi teknik.
Foto-foto jenis kerusakan, dimaksudkan untuk mempermudah pengenalan jenis kerusakan secara
visual.
Penjelasan rnengenai jenis-jenis perkuatan untuk elemen struktur jembatan.
IV. Metodologi
Berdasarkan tujuan yang akan dicapai yaitu merumuskan manual pemeriksaan dan pemeliharaan jembatan
yang paling tepat di Indonesia dan menjadikan bahan standar dalam ruang lingkup penyusunan NSPM,
metode penelitian yang dilakukan adalah dengan cara metode deskriptif. Metode deskriptif yang dilakukan
adalah dengan cara melakukan studi dengan cara menuturkan, menganalisa dan mengklasifiksikan data-
data yang ada berdasarkan hasil studi literatur, survei lapangan dan diskusi teknik.
Tahapan kegiatan penelitian ini adalah rneliputi kajian pustaka, survei instansional, survei lapangan, diskusi
teknik, penyusunan konsep manual, sosialisasi, penyempumaan draft manual pemeliharaan dan rehabilitasi
jembatan dan pelaporan.
Hasil-hasil penelitian tersebut selanjutnya dilakukan penyusunan konsep manual pemeliharaan dan
rehabilitasi jembatan. Kegiatan penyusunan konsep draft perneliharaan jembatan, meliputi rapat
narasumber, pendalaman materi untuk kondisi lokal di Indonesia dan penyusunan konsep manual
pemeliharaan dan rehabilitasi jembatan.
Bentuk ke~asm antara Pusat litbang Prasarana Transportasi dengan JICA (Japan International
Cooperation Agency) adalah dalam proyek peningkatan kemampuan kapasitas SDM untuk Pernerintah
Daerah (Local Government Capacity Building Project). Bentuk proyek peningkatan kemampuan kapasitas
SDM untuk Pemerintah Daerah (Local Government Capacity Building Project) adalah berupa sosialisasi di
beberapa daerah dengan instruktur/ pengajar dan modul (Konsep Pemeriksaan Jembatan dan Draft Konsep
Pemeliharaan Jembatan) dari Pusat litbang Prasarana Tranportasi. Hasil kegiatan ini pun diharapkan
diperoleh masukan-masukan untuk kesempumaan konsep manual pemeliharaan dan rehabilitasi jembatan.
1.1 Kesimpulan
Dari hasil serangkaian kegiatan pengembangan perneriksaan dan pemeliharaan jembatan (ke~asm
dengan JICA, Jepang) yang telah dilakukan dan dijelaskan dalam bab sebelumnya, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Setelah rnelakukan pengkajian terhadap isi dari Manual/ Panduan Pemeliharaan dan Rehabilitasi
Jembatan BMS 1992 dan dengan melakukan kajian pustaka terhadap manual-manual serta
ketentuan-ketentuan dari luar negeri, menunjukan terdaoat beberaoa kekurangan-kekurangan seoerti
penilaian dan teknik evaluasi (kriteria dan metode), foto-foto jenis kerusakan (untuk mempermudah
pengenalan jenis kerusakan) dan penjelasan jenis-jenis perkuatan untuk elemen struktur jembatan
(seperti external prestressing, serat karbon, aramid dan fiber).
3. Untuk penyempumaan Konsep Manual Pemeliharaan Jembatan telah dilakukan diskusi teknikl rapat
narasumber dan menghasilkan beberapa masukan:
a. Per1u mengklasifikasi jenis kerusakan beton pada struktur jembatan untuk mempermudah bagi
perencana maupun pelaksana dalam pemeliharaan dan rehabilitasi jembatan.
b. Untuk mempermudah dalam memahami jenis kerusakan dan teknik perbaikan pada struktur
jembatan, maka dalam Konsep Manual Pemeliharaan Jembatan tersebut per1u dibuat gambar-
gambar metode pelaksanaan dalam bentuk sketsa atau toto.
c. Tata cara penulisan materi teknisl Konsep Manual Pemeliharaan Jembatan mengikuti standar
penulisan BSN No. 8 tahun 2000, sehingga memer1ukan penyempumaan dalam penulisannya.
4. Hasil evaluasi dari penyelenggaraan sosialisasi manual pemeliharaan jembatan yang telah
diselenggarakan di empat kota tersebut di atas, adalah sebagai berikut :
a. Para peserta sangat antusias dalam mengikuti pelatihan tersebut, pada umumnya mengusulkan
pelatihan diadakan secara kontinyu.
b. Konsep manual pemeliharaan jembatan yang ada harus disempumakan lebih detil dan lebih jelas
lagi dan dilengkapi dengan gambar dan foto.
c. Karena banyaknya jembatan-jembatan yang kapasitasnya telah menurun atau kapasitasnya
harus ditingkatkan, maka mengenai pei'Kuatan jembatan harus dimasukkan dalam manual
pemeliharaan jembatan.
d. Pendapat peserta terhadap isi materi yang disampaikan menunjukan 72,5% memberikan
jawaban sesuai dengan pek~an dan 18.75 % memberikan jawaban sangat sesuai dengan
pekerjaan, sehingga materi pemeliharaan dapat disosialisasikan secara tepat pada sasaran untuk
meningkatkan SDM di daerah.
e. Pendapat peserta terhadap penulisan dan sistematika materi yang disampaikan menunjukan
n,5% memberikan jawaban baik dan 10.00 % memberikan jawaban sangat baik. Dengan
demikian secara umum Penulisan dan sistematika materi yang disampaikan adalah baik, akan
tetapi per1u ada penambahan-penambahan materi seperti metode evaluasi dan pei'Kuatan
jembatan.
f. Pendapat peserta untuk waktu pelaksanaan sosialisasi menunjukan 28,75% memberikan
jawaban tidak cukup, 62,50 % memberikan jawaban cukup dan 7,50 % memberikan jawaban
sangat cukup. Dengan demikian secara umum waktu pelaksanaan sosialisasi yang disampaikan
adalah cukup, akan tetapi ada kecenderungan kurang cukup dikarenakan peserta menilai perlu
materi mengenai perencanaan.
g. Pengetahuan peserta mengenai pemeriksaan dan pemeliharaan jembatan menunjukan adanya
peningkatan ter1ihat dari hasil pre test dan post test yang menunjukkan nilai yang meningkat.
Sebagai contoh untuk kegiatan sosialisasi di Balikpapan dari nilai rata-rata pre test 38, 17 dan
nilai rata-rata post test 87,6 atau mengalami peningkatan nilai test sebesar 130%.
a. Berdasarkan hasil kegiatan survei instansional, survei lapangan, diskusi teknik dan sosialisasi,
maka dilakukan penyempumaan kembali pada Konsep Manual Pemeliharaan dan Rehabilitasi
Jembatan. Penyempumaan yang dilakukan adalah dengan melakukan penambahan-
penambahan seperti tertera pada butir 3 dan 4c.
5.2 Saran
1. Melakukan pengkajian prosedur pemeliharaan pada jembatan-jembatan tipe khusus seperti misalnya :
jembatan kabel, jembatan bentang panjang, jembatan ponton mengingat pembangunan jembatan tipe
khuisus tersebut sekarang menunjukan kecenderungan meningkat.
2. Ditambahkan sosialisasi/ pelatihan untuk perencanaan jembatan apabila memungkinkan.
3. Per1u dibuatkan metode/ prengkat yang lengkap sehingga biaya untuk program pemeliharaan dapat
dengan mudah di buat, misalkan dengan program komputer.
4. Diadakan seminarlkursus bagi pengambil kebijakan, agar program pembangunan bisa berjalan dan
hal ini sering terjadi program/ desain yang diusulkan tidak disetujui oleh pengambil kebijakan di
daerah.
5. Dilakukan pelatihan lanjutan agar peingkatan sumber daya manusia di daerah terus ditingkatkan.
6. Agar diajarkan teknologi praktis yang mudah diterapkan di daerah dengan biaya yang murah dan
material mudah didapat.
Dengan memanjatkan puji serta syukur pada Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya Tim
pelaksana penelitian "PENGEMBANGAN PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN
JEMBATAN (KERJASAMA DENGAN JICA, JEPANG" dapat menyelesaikan kegiatan
penelitian ini.
Kegiatan utama dari penelitian ini adalah melakukan penyusunan "Konsep Manual
Pemeriksaan dan Pemeliharaaan Jembatan", dimana pada tahun 2005 dititikberatkan pada
Konsep Manual Pemeliharaan dan Rehabilitasi Jembatan. Penyusunan Konsep Manual
Pemeliharaan dan Rehabilitasi Jembatan tersebut berdasarkan serangkaian tahapan
kegiatan penelitian ini adalah meliputi kajian pustaka, survei instansional, survei lapangan,
diskusi teknik, penyusunan konsep manual, sosialisasi, penyempurnaan konsep manual
pemeliharaan dan rehabilitasi jembatan dan pelaporan.
Kegiatan penelitian ini disusun oleh Tim Pelaksana Penelitian dari Balai Jembatan dan
Bangunan Pelengkap Jalan, Pusat Litbang Jalan dan Jembatan yang dibantu oleh
narasumber yang terdiri dari pakar-pakar sesuai dengan keahliannya. Konsep Manual
Pemeliharaan dan Rehabilitasi Jembatan tersebut berisikan mengenai :
Tim Penyusun
ABSTRAK
Kondisi jembatan di Indonesia pada saat ini, hampir diseluruh daerah menunjukan kondisi yang
cukup menghawatirkan, hal tersebut dikarenakan umumnya jembatan di Indonesia kurang dalam
pemeliharaan. Hal tersebut diakibatkan oleh minimnya dana untuk pemeriksaan dan
pemeliharaan dan kurangnya sumber daya manusia untuk kegiatan pemeriksaan dan
pemeliharaan. Untuk meningkatkan kesadaran pada pengelola jembatan, dibutuhkan suatu
manual pemeriksaan dan pemeliharaan jembatan yang mudah dipahami (user friendly) dan
sosialisasi mengenai manual pemeriksaan dan pemerliharaan jembatan tersebut.
Untuk mewujudkan manual pemeriksaan dan pemerliharaan jembatan dan sosialisasi mengenai
manual pemeriksaan dan pemerliharaan jembatan tersebut, maka dilakukan kegiatan penelitian/
pengkajian. Pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan dua (2) tahun anggaran, bekerja sama
dengan JICA dalam proyek peningkatan kemampuan kapasitas SDM untuk Pemerintah Daerah
(Local Government Capacity Building Project), dimana pada tahun anggaran 2004 adalah
"Pengembangan Pemeriksaan jembatan" dan pada tahun anggaran 2005 "Pengembangan
Pemeliharaan jembatan".
Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan cara metode deskriptif, yaitu dengan cara
melakukan studi dengan cara menuturkan, menganalisa dan mengklasifiksikan data-data yang
ada berdasarkan hasil studi literatur, survei lapangan dan diskusi teknik. Tahapan kegiatan
penelitian ini adalah meliputi kajian pustaka, survei instansional, survei lapangan, diskusi teknik,
penyusunan konsep manual, sosialisasi, penyempurnaan konsep manual pemeliharaan dan
rehabilitasi jembatan dan pelaporan.
Berdasarkan hasil kegiatan survei instansional, survei lapangan, diskusi teknik dan sosialisasi,
maka dilakukan penyempurnaan kembali pada Konsep Manual Pemeliharaan dan Rehabilitasi
Jembatan. Penyempurnaan yang dilakukan adalah dengan melakukan penambahan-
penambahan :
1. Karena banyaknya jembatan-jembatan yang kapasitasnya telah menurun atau kapasitasnya
harus ditingkatkan, maka materi perkuatan jembatan perlu di masukan.
2. Untuk mempermudah pemahaman maka ditambahkan materi mengenai penilaian dan teknik
evaluasi, yang di dalamnya terdapat kriteria dan metode dalam melakukan penilaian dan
evaluasi teknik.
3. Ditambahkan mengenai pengkalsifikasian jenis kerusakan beton pada struktur jembatan
untuk mempermudah bagi perencana maupun pelaksana dalam pemeliharaan dan
rehabilitasi jembatan.
4. Tata cara penulisan materi teknis/ draft Konsep Manual Pemeliharaan Jembatan mengikuti
standar penulisan BSN No. 8 tahun 2000, sehingga memerlukan penyempurnaan dalam
penulisannya.
Diharapkan "Konsep Manual Pemeriksaan Dan Pemeliharaan Jembatan" dapat menjadi NSPM
untuk mempermudah perencana dan pelaksana perbaikan kerusakan beton pada struktur
jembatan.
DAFTAR lSI
Lembar Pengesahan
2.1 Umum . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . II - 3
2.2 Hasil Kajian Pustaka . . . . . . ... . . . ... .. . . . . ............... ... . . . . . . . ... . . . . . .. II- 3
5.1 Kesimpulan . .. .. .. ... .... ...... .. . .... .. .. .... .... .. ... .... .... ... . ............ ....... .. . ... . .. V-1
5.2 Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . V- 3
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Saat ini jumlah kabupaten dan kota mencapai 400 buah dan untuk setiap kabupaten
dan kota terdapat lebih dari 400 s/d 700 jembatan. Dengan terselenggaranya
Otonomi Daerah dan dalam rangka desentralisasi, pengelolaan jembatan-jembatan
tersebut menjadi wewenang dan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten dan
Pemerintahan Kota masing-masing. Kondisi jembatan saat ini, hampir disemua
daerah kondisinya cukup menghawatirkan, hal tersebut dikarenakan umumnya
jembatan di Indonesia kurang pemeliharaan. Padahal jembatan merupakan bagian
jaringan jalan yang sangat penting untuk menghubungkan satu daerah dengan
daerah yang lainnya dan merupakan urat nadi perekonomian.
Banyaknya jembatan-jembatan tidak terpelihara dengan baik, diantaranya tidak
adanya perhatian yang serius dari pemerintah akan pentingnya pemeliharaan, disisi
lain tingkat kemampuan sumber daya pengelolaan jembatan dari setiap daerah tidak
sama. Oleh karena itu dibutuhkan suatu manual pemeriksaan dan pemeliharaan
jembatan yang mudah dipahami (user friendly) dan sosialisasi mengenai manual
pemeriksaan dan pemerliharaan jembatan tersebut. Pelaksanaan kegiatan ini
dilaksanakan dua (2) tahun anggaran, bek~a sama dengan JICA dalam proyek
peningkatan kemampuan kapasitas SDM untuk Pemerintah Daerah (Local
Government Capacity Building Project), dimana pada tahun anggaran 2004 adalah
"Pengembangan Pemeriksaan jembatan" dan pada tahun anggaran 2005
"Pengembangan Pemeliharaan jembatan".
Sebagai bahan dasar untuk penyusunan manual pemeliharaan digunakan Manual
BMS sebagai sumber kajian. Semua ketentuan tersebut juga diperbandingkan
dengan manual dan ketentuan pemeriksaan di negara-negara di Benua Eropa dan
Negara Amerika Serikat dan Jepang yang telah melakukan kajian yang cukup intens
dan kontinu yaitu Panduan Pemeriksaan Jembatan BMS SK.
No.77/KPTS/Db/1990, Petunjuk Teknis Perencanaan dan Penyusunan Program
Jalan Kabupaten; Bridge Inspection Manual, Swedish National Road Administration;
1.3 Luaran
Luaran dalam kegiatan ini adalah berupa Konsep/Draft "Manual Pemeriksaan dan
Pemeliharaan Jembatan" , yang dibagi menjadi dua tahap, yaitu :
• Tahun 2004 : Konsep Manual Pemeriksaan Jembatan.
• Tahun 2005 : Konsep Manual Pemeliharaan Jembatan dan Sosialisasi.
• Tahun 2006: Revisi dan sosialisasi Manual Pemeriksaan dan Pemeliharaan
Jembatan.
1.4 Manfaat
Dengan adanya manual pemeriksaan dan pemeliharaan jembatan yang lengkap
dan jelas, akan :
1. Meningkatkan kemampuan sumber daya pengelolaan jembatan untuk
pemeriksaan dan pemeliharaan hingga 20 %.
2. Meningkatkan program pemeriksaan dan pemeliharaan jembatan hingga 20 %.
3. Meningkatnya pemeriksaan dan pemeliharaan jembatan hingga 20 %
4. Umur jembatan akan lebih panjang 20 % dengan adanya pemeriksaan dan
pemeliharaan yang baik.
,_ 2
g] Laporan Akhir I Final Report - Lltbang T.A. 2005
Judul : Pengembangan Pemeriksaan Dan Peme/iharaan Jembatan (Ketjasama Dengan Jica, Jepang)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Umum
Kekurangan dan kelebihan selama masa penerapannya itu menjadi isu yang
amat penting setelah diterapkannya suatu otonomi daerah dimana Pemerintah Indonesia
mulai menerapkan berbagai kebijakan yang mengakomodasi pengembangan secara
mandiri oleh pemerintah daerah dalam hal ini tingkat pemerintah kabupaten maupun
pemerintah kota. Kabupaten yang diberi wewenang untuk melakukan pengelolaan masih
perlu pembinaan yang intensif dan berkesinambungan.
Kesenjangan sumber daya manusia inilah yang harus diatasi dengan melakukan
berbagai pelatihan yang berhubungan dengan pemeliharaan jembatan kepada para
pengelola di tingkat kabupaten. Dimana pada pelatihan ini mengharuskan suatu manual
yang secara prinsip tidak akan banyak berubah untuk jangka waktu yang cukup lama
agar tidak menyulitkan pembinaan para pengelola jembatan. Oleh karena itu
diperlukan kajian yang mendalam dan menyeluruh pada semua ketentuan manual
pemeriksaan dan pemeliharaan jembatan yang akan diperkenalkan.
Bagian -1 PENDAHULUAN
Berisikan materi mengenai pengertian-pengertian yang
berhubungan dengan pemeliharaan jembatan seperti
Pemeliharaan rutin, Pemeliharaan berkala dan Rehabilitasi dan
perbaikan besar. Selain itu berisikan pula penjelasan mengenai
tujuan, ruang lingkup, cara penggunaan panduan, pemakai
panduan dan peralatan untuk pemeliharaan.
Setelah melihat seluruh isi dari Manual/ Panduan Pemeliharaan dan Rehabilitasi
Jembatan BMS 1992 dan dengan melakukan kajian pustaka terhadap manual-manul
serta ketentuan-ketentuan dari luar negeri , menunjukan terdapat kekurangan-
kekurangan seperti :
1. Materi materi mengenai penilaian dan teknik evaluasi, yang di dalamnya terdapat
kriteria dan metode dalam melakukan penilaian dan evaluasi teknik. Beberapa
catatan penting mengenai penilaian dan teknik evaluasi adalah sebagai berikut :
Semua proses penurunan mutu melalui dua tahap berbeda, yakni suatu
tahap permulaan dan tahap propagansi.
(1) NO- pengujian tidak merusak, {2) D- pengujian yang merusak, (3) PO- pengujian yang sebagian bersifat merusak
(1) NO- pengujian tidak merusak, (2) PO- sebagian bersifat merusak.
1. Pemeriksaan khusus
Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang realistik mengenai
kondisi struktur yang ada. Jenis kegiatan yang dilakukan pada pemeriksaan
khusus umumnya adalah :
a. Survei Pendahuluan
Dari kegiatan ini diharapkan memperoleh data dan informasi penunjang yang
diperlukan untuk menunjang evaluasi dan analisis data utama, sehingga akan
diperoleh analisis I kajian yang mendalam yang sesuai dengan kondisi di
lapangan. Data penunjang ini meliputi antara lain :
2. Perencanaan perkuatan
Berdasarkan hasil pemeriksaan khusus diperloleh alternatif penanganan untuk
perbaikan dan perkuatan. Berdasarkan alternatif tersebut selanjutnya dilakukan
3. Pelaksanaan perbaikan/perkuatan
Metode perbaikan/perkuatan beserta urutan pelaksanaannya harus diperhatikan
dengan seksama agar menghasilkan struktur jembatan yang baik dan terhindar
dari bertambahnya kerusakan struktur dan bahkan mendorong timbulnya
kerusakan baru.
Dalam setiap langkah perbaikan/perkuatan yang dilakukan harus diupayakan
agar penyebab kerusakan dihilangkan atau diminimalkan. Selain itu per1u pula
dipertimbangkan upaya-upaya perlindungan atau pencegahan terhadap
kemungkinan kerusakan dikemudian hari.
Pelaksanaan perbaikan/perkuatan harus disertai dengan pengawasan dan
dokumentasi yang baik.
Penundaan pelaksanaan perbaikan/perkuatan struktur dapat memperburuk
kondisi struktur, yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan biaya perbaikan
yang diper1ukan.
A. Bangunan Atas
Secara umum klasifikasi aplikasi metode perkuatan untuk struktur beton pada
bangunan atas jembatan dapat dibagi dalam 3 kriteria dasar, yaitu Prinsip metode
perkuatan, Waktu pelaksanaan dan Biaya pelaksanaan.
2.1 s/d Gambar 2 .4) . Metode perkuatan ini dapat dilakukan dengan berbagai
situasi perkuatan . Metode perkuatan ini dapat dilakukan pada bagian atas
maupun bawah elemen beton. Permasalahan utama yang perlu diperhatikan
adalah hubungan antara beton lama dan beton baru . Perbedaan susut pada
kedua elemen dapat te~adi dikarenakan perbedaan homogenitas. Hal tersebut
dapat diatasi dengan penggunaan shear connection dan penggunaan material
beton yang tidak susut.
(a)
(b)
New Reinforcemi!nt
\ . ·- ...
'· . . r- - - : .,
r-----,..-,., : · . ' · . ; r~-,.'" ' \
I ;: ·_. ·[ I
; j . I
' I /' '.
I · ~o, ;_~· ~· I
I . .. I
( ,,
:1.:
Selain pada struktur beton , metode perkuatan ini juga dapat digunakan untuk
perkuatan jembatan baja (lihat Gambar 2.5 s/d Gambar 2.9) . Beberapa metode
memperbesar penampang pada struktur baja yaitu diantaranya adalah :
Cern2.(1f Gtoul
CZv.i'":-:Jt::IJ::tZ::Zz::::a::::J
= II
Prestress
Tendo~
nrr J
nn
a) . Penambahan penampang dengan pelat atau profit
Belt
R(!IO f otc et~r.l
0
b) . Penambahan penampang dengan pelat pada batang tarik
[ ___) 0 J ,- '·
..
n?s ~
I I
I I
'lhe·~
H1~h
' --Shel'1J I
~
h
Bolts
Gambar 2.8- Perkuatan dengan penambahan batang baja pada gelagar baja
·~ - ;~ · :~
, (b) Exf<nlfi london
1
•tC
(c)
(d)
(:II
kcl. C-tz;: ' :4
l r- ~ -~ -1.
(hi
ffi ______
~
( t •)
I
(d .t
(c)
~ -.
~ .. ,
\ ~/
' ..."
. ·~.
">
.
...... ...
-· '.
.
' y·
,·
-~ . . \.
> : ~:
.·
. \_
'
''· -
'\
L. !
(b)
~/fT ~ ~q - N~
:co~\? ---.. l
'n'l! lded
Gambar 2.14- Perkuatan Prategang ekstemal (PE) pada gelagar dan rangka baja
c) . Contoh deviator
/ - .-/ \
~
:..:
n .-. •
.$ ! ,
......
-" A ..: '
.
~ ~ - ·-
Gambar 2. 16 - Contoh Prategang eksternal (PE) pada gelagar dan rangka baja
Sistem pengangkeran yang digunakan dalam perkuatan ini adalah sama seperti
yang digunakan pada perencanaan beton prategang biasa. Saat sekarang ini
produsen khusus peralatan prategang sudah menyiapkan sistem angker yang
khusus untuk prategang eksternal dengan kelengkapan perlindungan terhadap
korosi serta fasilitas lain yang tersedia untuk keperluan inspeksi dan penggantian
strand. Angker pada konstruksi jembatan rangka, angker dapat ditempatkan
ujung-ujung bawah atau ujung ujung atas rangkanya. Tendon dapat dibuat lurus,
atau poligon bergantung pada kebutuhan perencanaan.
Pemberian tegangan dapat dilakukan dengan menggunakan kabel prategang,
baik yang berupa strand tunggal maupun gabungan. Pada beberapa keadaan,
pemberian tegangan dilakukan dengan menggunakan batang baja kuat tarik
tinggi yang dapat ditarik dengan dongkrak hidrolik ataupun dengan sistem
pengencangan baut.
penutup ujung
Blok angker
860
p elat t = 30mm
]~
!!!r!!
, ~r
~1 I m I
prategang ekstern
T~ ..~ i!-
I
diameter 63 mm
I
I
>I Il I>
1--
..'I'
,I,
. 11':·:..
'I •
baut
::
»I
~!._
I -T
.I
___L_
(a) (b)
Gambar 2.17- Blok angker (a) tampak depan, (b) tampak samping
Deviator
Deviator merupakan suatu unit alat bantu yang dibuat guna memudahkan
pembentukan suatu profil (layout) kabel prategang yang sesuai dengan
kebutuhan. Konstruksi deviator bisa direncanakan seperti contoh deviator
dalam Gambar 2.18 atau bentuk lain sesuai kebutuhan dan memenuhi
fungsinya.
Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam perencanaan deviator
a) Deviator harus terpasang kuat dudukannya guna menjamin transfer
beban secara sempurna
b) Deviator harus dipasang dengan ketelitian yang cukup tinggi agar
posisi kabel dan alinyemennya sesuai dengan yang disyaratkan dalam
perencanaan.
c) Deviator harus dapat menampung adanya sistem proteksi korosi kabel.
d) Harus diperhitungkan perkuatan setempat dengan menggunakan pelat-
pelat pengaku pada pelat buhul dan batang rangka baja yang
berdekatan dengan deviator.
e) Pada jembatan rangka, bagian rangka yang digunakan sebagai tempat
menumpunya deviator harus diperkuat dengan menggunakan pelat
pengaku, yang dimaksudkan selain untuk mencegah terjadinya
konsentrasi tegangan yang besar, juga untuk mencegah terjadinya
tekuk setempat.
f) Pemasangan angker dan deviator umumnya dilakukan pada ruang
yang relatif sempit dan terbatas. Keadaan demikian akan rentan
terhadap bahaya korosi. Oleh karena itu disarankan agar jumlah
angker dan deviator yang digunakan seminimal mungkin.
g) Jumlah dan letak deviator dipilih dengan mempertimbangkan lawan
lendut yang direncanakan pada titik buhul melalui analisis respon
struktur, yang mana akibat dari gaya-gaya prategang yang ditransfer
melalui deviator berpengaruh terhadap gaya dalam rangka atau pelat
buhul. Dari analisis tersebut akan didapat jumlah dan letak deviator
yang paling optimum
BOLT
baut baut
r-~,1 .~-
0
ke ?OQ 2~0
1
pelat = 30
t=30mm
Pipa baja ~j3:J[;o=!t "f2 Pipa baja
diameter 3" --1 t- --1 t- ---1 t- --1 t-
t=30mm
~ 30 30 50 diameter 3"
-i-t- tf-11- -1111-t-t-
100100 4 00 100100 t = 30 mm
1-- AAO I
!COO
(a) (b)
Jan jari
kelengkungan gaya prategang
F,
•ekstemal
gaya
prategang
jA ¢r220x12
13300
l
..!'--- -- - - 13300" "
(b) A-A
I
i j
..,
i
I
I
I
IF220><1 2
I .--
.. --r
•t
l1 1BOO
: II'
Prestressed p1n /
t--. i
fll:·d···.· - - - ____ ,
11,:1\\'i
.
Kelebihan
1. Biaya relatif murah 1. Tidak bermasalah dengan korosi
2. Umum digunakan 2. Berat yang sangat ringan
3. Kekuatan cukup tinggi dan juga 3. Kekuatan yang sangat tinggi dan juga
tahan terhadap Ieiah tahan terhadap Ieiah
4. Beban dapat segala arah 4. Mudah dalam pelaksanaan dan
pemeliharaan
5. Dapat menggunakan baut atau 5. Tidak ada sambungan
angker jika dibutuhkan
Kekurangan
1. Mudah terserang korosi 1. Biaya relatif tinggi
2. Relatif berat 2. Tidak umum digunakan
3. Pelaksanaan yang relatif sulit 3. Hanya mampu menahan beban dalam
1 arah.
4. Ada sambungan
5. Biaya perancah yang cukup tinggi
START
Input c1:Jta: concrete ( ( ., C, , 1:,... ) , steel reinforcement ( f, ,. F. A.. "·· , >: .., . t.., ) .
. _.!..::_ . \. - ,. ·(. -r
L_ ______________,_ ., ,_ ,· _ - ~FL,_· _'·- .-~,_ ,_.'·v~
). . - ~
E~ ,~- -
J
C$
YFS YFS
'----C_YCS - - ---
- NOT- -------
k = _ 750 r, t 4 . \ r.
1 .:. = h-~ ·(d- x) + r..c.
2 . (500 '1:, + 3)
...I
~NOT - - ~ ~~ STOP
'\'CS
+
Print: x. ''· M~ . =A,·f.(/7-k ,· x)+A,-f"'.·(dk ~· x)
j
J
END
Dimana :
fed = Kuat tekan karakteristik beton, Mpa
Ec = Mudulus Young beton
Eco = regangan tekan ketika CFRP telah komposit
fyd = tegangan leleh baja tulangan
Es = Modulus Young baja
As = Luas penampang tulangan baja
Ks = Composite factor untuk baja
Eso = regangan baja ketika CFRP telah komposit
Euk = regangan ultimate tulangan baja
fLu = kuat tarik disain dari CFRP
EL = Mudulus Young CFRP
AL = Luas penampang CFRP
KL = Composite factor untuk CFRP
ELo = Pre-strain dari CFRP ketika telah komposit
h,b1 ,d,d',t = dimensi pada penampang beton
Nilai faktor Eco dan Eso diperbolehkan untuk semua nilai regangan yang terjadi
sebelum CFRP dipasang. Dalam beberapa perencanaan diperbolehkan pada
CFRP terjadi pre-strain berkaitan dengan gaya prategang dengan t=O dan ELo·
Akan tetapi dalam pengaplikasian, pre-strain pada CFRP tidak digunakan,
dengan demikian untuk perencanaan diasumsikan ELo=O.
Nilai x merupakan lokasi garis netral yang ditentukan dengan cara iterasi.
t' u:.
' <
Sebagai contoh berdasarkan dari untuk perhitungan momen pada saat ultimate,
akan terjadi 2 tipe keruntuhan yang dapat terjadi yaitu :
1. Keruntuhan pada beton sebelum FRP mengalami fraktur
Dalam kondisi ini £1 = Eu =0 .003 dan Ep < Epu
-.-.,
-- ·- r
tlU' - -
Jika fraktur terjadi pada FRP sebelum beton mengalami keruntuhan , maka :
Ts = As.fy
TP = Ap.fpy
C's =A's . fy (asumsi tulangan tekan mengalami leleh)
C'c = a 1.f c.a.b
a =~ 1- x
01 ~ 1
Dimana:
A's1
p= b.d
J
d'-.:;, ( c u -c y .d
c, +cY
Untuk data-data teknis yang digunakan untuk perhitungan sangat ditentukan oleh
data-data teknis material dari masing-masing produsen.
Gambar 2.25- Contoh Perkuatan dengan FRP pada ge/agar beton tipe U box
(a)
(b)
Gambar 2.27- Merubah sistem struktur dengan menambah sistem struktur baru
(jembatan kabel)
Gambar 2.28 - Merubah sistem struktur dengan menambah sistem struktur baru
(jembatan rangka batang baru)
B. Bangunan Bawah
1) Kepala jembatan
Pada umumnya permasalahan yang sering te~adi pada struktur kepala pilar
adalah kerusakan yang memer1ukan perbaikan dan rehabilitasi saja. Untuk tata
cara perbaikan dan rehabilitasi dari bahan dan elemen dapat dilihat pada bagian
4 dan bagian 5. Perkuatan pada kepala jembatan dilakukan umumnya apabila
ada bagian yang lemah. Pada bagian yang lemah tersebut per1u dilakukan
perbaikan dan perkuatan. Selain untuk perkuatan pada bagian yang lemah,
biasanya perkuatan diper1ukan apabila ada pelebaran jalan sehingga per1u
peningkatan kapasitas dari kepala pilar. Metode perkuatan yang dapat dilakukan
pada dasarnya sama dengan perkuatan yang dijelaskan pada bangunan atas.
Permasalahan yang sering ditemui adalah pada saat ada pelebaran jalan,
sehingga memer1ukan pelebaran struktur pelat lantai. Akan tetapi umumnya
struktur kepala jembatan untuk pelebaran dibuat abutment yang baru sehingga
pada abutmen yang lama tidak memer1ukan perkuatan.
L~
r ·
(I ., 11 •' ,t 11 1/~
1. Strut
2. Hydraulic jack untuk pemberi gaya yang
diinginkan pada strut, selanjutnya jack dilepas
setelah gap antara 2 bagian strut telah
dikencangkan
Gambar 2.29 - Perfindungan kepala pilar dari pergerakan horosontal dengan reinforced
concrete strut
(a) (h)
1. Fundasi liang lama
2. Fundasi liang baru (drill pile)
3. Counterfort
4. Dinding penuh
5. Angker
(a) (b)
Gambar 2.32- Perlindungan kepala pilar dari pergerakan horosontal dengan angker
. . . .
(a ) (h)
Gambar 2.33 - Penambahan katahanan terhadap gelincir pada kepala pilar dengan
memberikan footing pada fundasi, a). Pemberian kemiringan pada
dasar fundasi, b). pemberian rib pada dasar fundasi langsung
. )
, -4
.A /
_,-')
.\ 3
\ r---
1/
. ·,r
I
. _::·.· J
\:,_ _ ./
I
(~ l) (h )
1. Lapisan drainase
2. Penstabil tanah di belakang kepala pilar
3. Tanah tim bun an jalan pendekat
4. Dinding penuh
Gambar 2.34 - Mereduksi tekanan tanah, a). Stabilisasi tanah timbunan pada jalan
pendekat, b). Oengan memasang konstruksi dinding penuh
(a} (b)
1. Abutmen lama
2. Tanah timbunan jalan pendekat
3. Kepala jembatan setelah dimodifikasi
4. Kepala jembatan baru dengan fundasi bore pile
5. Bentang jembatan tambahan
Gambar 2.35- Menghi/angkan tekanan dari tanah timbunan jalan pendekat sehingga
kepala jembatan berfunsi sebagai pilar dan pembuatan konstruksi
kepala jembatan baru dan penambahan bentang baru, a). kondisi awal,
b). Kondisi setelah modifikasi
2) Pilar
Perkuatan struktur pilar umumnya dilakukan apabila terjadi kerusakan yang
cukup parah atau kurangnya kapasitas struktur pilar akibat kurang sempurnanya
dalam perencanaan dan pelaksanaan serta adanya pelebaran jembatan
sehingga beban hidup lalu lintas menjadi bertambah .
Metode perkuatan yang dapat diaplikasikan adalah :
1. Reinforced Concrete Jacketing yaitu Penambahan penampang dengan Jaket
beton bertulang
Metode perkuatan ini merupakan suatu perkuatan dengan cara menyelimuti
bagian struktur memer1ukan perkuatan dengan bahan beton . Dengan adanya
jaket beton bertulang (tulangan lentur dan geser) tersebut, maka akan
meningkatkan dimensi pilar dan kapasitas struktur pilar pun akan meningkat.
2. Fiber Reinforced Plastic (FRP) jacketing yaitu jaket dengan bahan komposit
yang terbuat dari bahan fiber yang dikobimasikan dengan bahan epoxy resin .
Metode perkuatan ini merupakan suatu perkuatan dengan cara menyelimuti
~t1,;0 1
WV~I\
·' u
lllUI.IoG - -
... f--PIAII:.t
COli/'.~ ··.: lt(~' . l~h
..: • ;
b c
(a} (b)
(a) (b)
1-Hf----- EX I STJlfG
COLUMN
STEEL -
JACKETING
\__GROU T
'
EX I ST WG
COLUMN
3) Fundasi
Kerusakan yang terjadi pada pada fundasi jembatan adalah sangat bergantung
pada penyebabnya , kondisi tanah , dan type fundasi sendiri. Sebagai contoh
adalah adanya penggerusan pada tanah dasar lokal oleh aliran air, abrasi pada
material fundasi dan pengaruh erosi pada material fundasi. Pada bagian ini akan
dibahan mengenai metode perbaikan, rehabilitasi dan perkuatan pada material
fundasi yang hilang. Metode perbaikan kerusakan pada fundasi tersebut adalah
dengan :
1. Pemasangan sheet pile di sekeliling fundasi kemudian air di pampa
keluar, dan pek~an perbaikan kemudian dilakukan .
2. Pemasangan sheet pile di sekeliling fundasi, kemudian pengecoran beton
dengan menggunakan peralatan tremie.
Jenis sheet pile yang dapat diaplikasikan adalah dengan menggunakan sheet
pile dari baja , beton atau kayu atau penggunaan form dari baja atau kayu (Lihat
Gambar 2.39) .
Gambar 2.39- Perbaikan material yang hilang pada fundasi langsun, a). Penggunaan
sheet pile, b). Penggunaan form dengan riprap
3
~
,----;
.' --.,·,
I '
'
(a) (b)
Gambar 2.40 - Perbaikan tiang pancang dengan reinforced concrete jacketing, a).
penampang, b). elevasi
Gambar 2.41- Perbaikan tiang pancang dengan jackets fiber glass, a). penampang, b).
Elevasi,
Perkuatan pada fundasi sangat ditentukan oleh kondisi tanah, tipe fundasi dan
skala perkuatan itu sendiri. Perkuatan fundasi memiliki 2 prinsip dasar yaitu :
1. Metode perkuatan yang lansung dilakukan pada fundasi
Perkuatan fundasi dengan perbesaran penampang pasif, lihat Gambar
2.42.
Perkuatan fundasi dengan perbesaran penampang aktif, lihat Gambar
2.43.
Perkuatan dengan menambah tiang fundasi , lihat Gambar 2.44
(al
1. Sheet pile
2. Fundasi yang ada
3. Beton tambahan
Gambar 2.42 - Perkuatan fundasi dengan perbesaran penampang pasif, a). Kebutuhan
material akan banyak, b). Kebutuhan material lebih sedikit tapi solusi
yang kompleks
BAB Ill
METODOLOGI
Berdasarkan tujuan yang akan dicapai yaitu merumuskan manual pemeriksaan dan
pemeliharaan jembatan yang paling tepat di Indonesia dan menjadikan bahan standar
dalam ruang lingkup penyusunan NSPM, metode penelitian yang dilakukan adalah dengan
cara metode deskriptif. Metode deskriptif yang dilakukan adalah dengan cara melakukan
studi dengan cara menuturkan, menganalisa dan mengklasifiksikan data-data yang ada
berdasarkan hasil studi literatur, survei lapangan dan diskusi teknik.
Untuk kegiatan survai lapangan dilakukan pada tiga dinas pengelola jembatan
(Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah, Dinas Bina Marga Provinsi dan Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten), untuk mendapatkan data sekunder pelaksanaan pemeliharaan
jembatan serta struktur organisasi dan prosedur pemeliharaan jembatan.
Bentuk ke~asm antara Pusat Litbang Prasarana Transportasi dengan JICA (Japan
International Cooperation Agency) adalah dalam proyek peningkatan kemampuan kapasitas
SDM untuk Pemerintah Daerah (Local Government Capacity Building Project). Bentuk
proyek peningkatan kemampuan kapasitas SDM untuk Pemerintah Daerah (Local
Government Capadty Building Project) adalah berupa sosialisasi di beberapa daerah
dengan instruktur/ pengajar dan modul (Konsep Pemeriksaan Jembatan dan Draft Konsep
Pemeliharaan Jembatan) dari Pusat litbang Prasarana Tranportasi. Tahapan kegiatan
penelitian ini adalah meliputi kajian pustaka, survei instansional, survei lapangan, diskusi
teknik, penyusunan konsep manual, sosialisasi, penyempumaan draft manual pemeliharaan
dan rehabilitasi jembatan dan pelaporan. Berikut ini adalah penjelasan masing-masing
tahapan kegiatan pengembangan, yaitu :
1. Kajian Pustaka
Mempelajari kaidah-kaidah dan pertimbangan teknik yang berlaku secara nasional dan
internasional dalam hal pemeliharaan jembatan (identifikasi jenis-jenis kerusakan,
perkembangan pemeliharaan jembatan, perkuatan jembatan dan rehabilitasi jembatan),
mempelajari berbagai bahan referensi asing yang didapat dari internet dan buku-buku,
lalu merangkumnya dalam suatu kesimpulan kajian referensi. Hasil dari kajian pustaka
ini dapat dilihat pada Bab 2 Kajian Pustaka.
2. Survei lnstansional
Survei instansional dilakukan pada tiga tingkatan dinas pengelola jembatan
(Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota) untuk mendapatkan data jembatan yang
mengafami kerusakan dan data pemeliharaan jembatan. Kegiatan survei instansional
untuk mengetahui jenis-jenis kerusakan dilakukan di Propinsi DKI Jakarta. Selain itu
kegiatan survei instansional dilakukan untuk koordinasi kegiatan sosialisasi mengenai
pemeriksaaan dan pemeliharaan jembatan yang diselengarakan di 4 Kota di Indonesia
yaitu di Kota Bandung, Palembang, Balikpapan dan Manado
3. Survei Lapangan
Untuk mendapatkan data-data teknis jenis kerusakan secara visual maka
dilakukan survei lapangan. Lokasi survey lapangan tersebut dilakukan di Propinsi DKI
Jakarta. Data-data contoh jembatan di Propinsi DKI Jakarta yang mengalami
kerusakan.
4. Diskusi Teknik
o Diskusi teknik dilakukan dengan melibatkan para nara sumber, dilakukan untuk
mendapatkan masukan dari para nara sumber.
o Evaluasi dan perbaikan materi hasil diskusi teknik dan format penulisan disesuaikan
dengan tata cara penulisan yang berlaku.
6. Sosialisasi
Sosialisasi draft manual pemeliharaan jembatan dilaksanakan di beberapa daerah
dengan peserta dari instansi pemerintah yang terkait, pada tingkat pemerintah provinsi,
kabupaten dan kota. Sosialisasi draft manual ke provinsi, kabupaten dan kota dilakukan
untuk mendapat masukan dari daerah. Selain itu dilakukan pula survei lapangan untuk
untuk uji coba draft manual pemeliharaan yang digunakan. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui apakah draft manual pemeliharaan sudah mengakomodir semua
permasalahan yang ada serta untuk mengetahui atau merancang sistem pemeliharaan
dan rehabilitasi jembatan yang efektif dan efisien. Survei lapangan dilakukan di
Bandung, Jakarta, Palembang, Balik Papan dan Manado.
8. Pelaporan
o Laporan Pendahuluan, yang berisi tentang latar belakang, maksud dan tujuan, serta
rencana kerja kegiatan (research plan).
o Final Report, yang berisi hasil semua kegiatan, yang disamping laporan akhir,
terlampir juga "Draft Manual Pemeliharaan Jembatan".
9. Presentasi
Presentasi dilakukan sebanyak 2 (dua) kali yang dihadiri oleh semua anggota tim
litbang, staf Balai Jembatan dan Bangunan Pelengkap Jalan dan beberapa undangan di
lingkungan Puslitbang Jalan dan Jembatan.
L/
_____K_aJ·in-=Pustk~/
~
Survai lnstansional
Survai Lapangan
Konsep Draft
Manual
Penyusunan
konsep manual
Sosialisasi
Dan Survei Lapangan
Diskusi Teknis
dan
Penyempurnaan
Draft Manual
..____P_e_la_p_o_ra_n_ __ ; - - - - •
.. ( Selesai )
BABIV
HASIL PENGKAJIAN
Hasil dari kegiatan pengkajian tahun ini adalah berupa "Konsep Manual
Pemeliharaan dan Rehabilitasi Jembatan" yang disusun dengan format Badan
Standarisasi Nasional (BSN). Adapun untuk menyusun suatu konsep manual agar
didapatkan hasil yang terbaik, maka dilakukan beberapa tahapan pengkajian dengan
beberapa hasil yang didapat, sebagaimana yang akan diuraikan di bawah ini.
Bagian - 1 PENDAHULUAN
Berisikan materi mengenai pengertian-pengertian yang
berhubungan dengan pemeliharaan jembatan seperti
Pemeliharaan rutin, Pemeliharaan berkala dan Rehabilitasi dan
perbaikan besar. Selain itu berisikan pula penjelasan mengenai
tujuan, ruang lingkup, cara penggunaan panduan, pemakai
panduan dan peralatan untuk pemeliharaan.
Diskusi teknik dilakukan dengan melibatkan para narasumber, yang diharapkan dari
para narasumber tersebut mendapatkan masukan untuk penyusunan Konsep
Manual Pemeliharaan Jembatan.
4.4 Sosialisasi
Kegiatan sosialisasi tersebut merupakan ke~asm antara Pusat Litbang
Prasarana Transportasi dengan JICA (Japan lntemational Cooperation Agency)
dalam proyek peningkatan kemampuan kapasitas SDM untuk Pemerintah Daerah
(Local Government Capacity Building Project). Bentuk proyek peningkatan
kemampuan kapasitas SDM untuk Pemerintah Daerah (Local Government Capadty
Building Project) adalah berupa sosialisasi di beberapa daerah dengan instruktur/
pengajar dan modul (Konsep Manual Pemeriksaan Jembatan dan Konsep Manual
Pemeliharaan Jembatan) dari Pusat litbang Prasarana Tranportasi.
DKI Jakarta 1
4. Manado Gorontalo 4
(Peserta : 32 orang) Sulawesi Utara 6+(1)
Sulawesi Tengah 9
Maluku 6
Maluku Utara 3+(1)
DKI Jakarta 1
Kegiatan survey lapangan Survei lapangan dilakukan untuk uji coba draft manual
pemeliharaan yang digunakan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah draft
manual pemeliharaan sudah mengakomodir semua permasalahan yang ada
Tabel 4.4 Hasil Kegiatan/ Survei Lapangan pada saat sosialiasi (Lanjutan)
0% 5% 15% 0% 5%
10%
85%
80%
o Tidak sesuai • Kura ng Sesuai o Sesuai o Sangat sesuai o Tdak sesuai 1 Kurang Sesuai o Sesuai 0 Sangat sesuai
60%
o Tidak sesuai • Kurang Sesuai o Sesuai o Sangat sesuai o Tidak sesuai • Kura ng Sesuai o Sesuai o Sangat sesuai
0%
5% 0% 20%
10%
85%
lo Tidak baik • Kurang baik o Baik o Sangat bai ~ ~ d ak _
_ bail<_•_Kurang
__ baik
__ o Baik
___ o Sangat
__ baikl
::_j
0% 15%
5% 5% 0%
55%
90%
0 Tidak baik • Kurang baik o Baik 0 Sangat baik I I o Tidak baik • Kurang bail< o Baik o Sangat baik I
0%5%
5% 5% 5%
85% 75%
io Tidaksesuai • Kurang Sesuai o Sesuai o Sangat seua ~ o Tldak sesuai • Kurang Sesuai o Sesuai o Sangat sesuai
65%
o Tidak cukup 11 cukup o Sangat cukup o Tidak cukup 11 cukup o Sangat cukup I
5%
40%
70%
I o Ttdak cukup 11 cukup 0 Sangat cukup I o Tidak cukup IICUkup o Sangat cukup
a) Kegiatan di Kelas
b) Kegiatan Lapangan
a) Kegiatan di Kelas
b) Kegiatan Lapangan
b) Kegiatan Lapangan
a) Kegiatan di Kelas
b) Kegiatan Lapangan
BABV
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil serangkaian kegiatan pengembangan pemeriksaan dan pemeliharaan
jembatan (kerjasama dengan JICA, Jepang) yang telah dilakukan dan dijelaskan
dalam bab sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Setelah melakukan pengkajian terhadap isi dari Manual/ Panduan Pemeliharaan
dan Rehabilitasi Jembatan BMS 1992 dan dengan melakukan kajian pustaka
terhadap manual-manul serta ketentuan-ketentuan dari luar negeri, menunjukan
terdapat beberapa kekurangan-kekurangan seperti :
Materi materi mengenai penilaian dan teknik evaluasi, yang di dalamnya
terdapat kriteria dan metode dalam melakukan penilaian dan evaluasi
teknik.
Foto-foto jenis kerusakan, dimaksudkan untuk mempermudah
pengenalan jenis kerusakan secara visual.
Penjelasan mengenai jenis-jenis perkuatan untuk elemen struktur
jembatan. Seperti penggunaan perkuatan dengan metode external
prestressing, serat karbon, aramid dan fiber.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis kerusakan yang umum terjadi pada jembatan telah
dilakukan survey instansional dan survei lapangan untuk mendapatkan data-data
jembatan yang mengalami kerusakan dan data-data pemeliharaan yang telah
dilakukan. Berdasarkan data-data kerusakan dan pemeliharaan yang telah
dilakukan tersebut menunjukan umumnya telah terdapat penjelasan pada
Manual/ Panduan Pemeliharaan dan Rehabilitasi Jembatan BMS 1992 kecuali
untuk kekurangan-kekurangan tersebut di atas.
3. Untuk penyempurnaan Konsep Manual Pemeliharaan Jembatan telah dilakukan
diskusi teknik/ rapat narasumber dan menghasilkan beberapa masukan:
5.2 Saran
Setalah dilakukan kegiatan pengembangan pemeriksaan dan pemeliharaan
jembatan (kerjasama dengan JICA, Jepang), maka untuk melengkapi Konsep
Manual Pemeliharaan dan Rehabilitasi Jembatan dan peningkatan SDM di daerah
disarankan :
5.1 Sistem manajemen jembatan ................ o........ o................... o.ooo ............ ooo.oo···V-1
5.2 Pemeliharaan rutin ......... oooooo ................ o.. o............. o.... ooooo.o.oooo .............. oo ..... V-1
5.2.1 Umum 0...................... 0................... 0.. 0000.................. 0................ 0... 00 0. 0.V-1
5.202 Pelaksanaan pembersihan ... 000 00 00000000.. 000 00 0000 .... 000000000000000.0 000 0000000000. .V-1
5.2.3 Pengecatan sederhana .oooooooo .. ooo 0.. o. 0000.... 000 .... oo. 0.. 000..... oo ..... 00 oo ......... .V-3
502.4 Penanganan kerusakan ooo ...... oo .... oo ....... o.......... o.. ooooo.oo.oo ....... o... oo .. o.. oV-3
5.2.5 Pemeliharaan permukaan jalan ....................................................... .V-4
503 Pemeliharaan berkala .... 0... 00........ oo ............. 0........... 000 ... 0. 00.............. 0.... 0. 0... .V-4
503.1 Umum .................. 00.. 0.... 0............ 0.. 0.. 0........... 000 .. 0.. 0...... 0...... 0.. 00 0.. 0..... .V-1
50302 Pemeliharaan berkala yang terencana ............ oo ........................... 00 ........ .V-4
5.30201 Pengecatan kembali ........................ 00 ................................... .V-4
503.2.2 Penggantian lapisan aspal permukaan ............. oo .................... V-5
5.3.203 Penggantian lantai kayu dan jalur roda kendaraan ................. V-5
5.302.4 Pembersihan utama ........ oooooo .. o.o··o·ooo.ooooooooooooooooooo .. ooooooo.o .. o.ooV-5
5.3.2.5 Landasan/perletakan .... 0.. 0.. 0... 0.............. 00000000... 0......... 0..... 0. 0. 0.V-6
5.3.3 Perbaikan ring an 00. 0. 00...... 0........... 0. 000.. 0.............. 0.. 00.. 0................. 00. 0... .V-6
5.303.1 Umum ......... ooo .......... oo.oo.o .. o................ o.ooo·oooo .............. o..... o.. .V-6
5.303.2 Penggantian bagian-bagian kecil ............................. 0000 00 00 00 00 00 .V-7
5.3.303 Membersihkan/memperbaiki bagian-bagian yang bergerak oooo .. V-8
5.4 Rehabilitasi dan perbaikan utama .............................. oooo· .................. 00 0000 00 oo· .V-8
5.5 Perbaikan darurat dan penanganan sementara ........ 00 00 .... 00 00 oo ................ 00 . .V-8
50501 Umum .................... 00 ... 000..... 00000 00.0 ....... 0............ o... 0................. 00 ........ .V-8
5.5o2 Jenis-jenis penanganan 0..... oo .. oo. 0000.... o00 ........... o... 00000.. 00000000 ... oo 00 .. o000.V-9
ii
7 Tata cara pemeliharaan dan rehabilitasi kerusakan yang berhubunyan
dengan elemen ......................................................................................................VII-1
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Error! No text of specified style in document.-1 Bentuk Tipikal Mobil Kendaraan
Pemeliharaan dan Kompressornya 1-4
Gambar 2-1 Elemen-elemen jembatan 11-4
Gambar 2-2 Elemen-elemen jembatan (lanjutan) 11-4
Gambar 2-3 Elemen-elemen jembatan (lanjutan) 11-5
Gam bar 3- 1 Faktor yang mempengaruhi pada jembatan selama pelayanan 111-1
Gambar 3-2 Sistem struktural dengan garis lendutan yang menerus dan tidak menerus 111-2
Gambar 3-3 Mekanisme pembasahan struktur jembatan 111-5
Gambar 3-4 Keruskan tipikal pada lantai jembatan beton bertulang 111- 15
Gambar 3-5 Keruskan tipikal yang diamati dalam perkerasan jalan kendaraan pada jembatan
beton 111-16
Gambar 3-7 Mekanisme proses korosi celah dalam lapisan kontak antara dua unsur dari
elemen bagian baja strukturallll-17
Gambar 3.8 Mekanisme korosi tulangan baja di dalam struktur beton bertulang 111-18
Gambar 3-9 Perkembangan kehilangan bahan akibat korosi permukaan sebagai fungsi dari
waktu dan kondisi lingkungan 111-19
Gam bar 3-10 Penampang yang terbuka dari rangka bawah dengan akumulasi pencemaran
111-20
Gambar 3-11 Penampang struktur jembatan dari tipe jembatan rangka dengan ikatan angin
di bagian atas dengan lokasi yang sensitif 111-21
Gambar 3-12 Lokasi retak fatik tipikal di dalam bangunan atas jembatan baja 111-21
Gambar 3-13 Lokasi yang memungkinkan dari retak fatik di dalam jembatan rangka yang
disambung dengan paku keling 111-22
Gambar 4-1 Penyajian sistematik umur pelayanan jembatan secara teknis IV-1
Gambar 4-2 lnformasi dari tipe penyelidikan yang berbeda IV-3
Gambar 4-3 Gagasan pokok untuk CAPO test IV-8
Gambar 4-4 Uji kecepatan pulsa ultrasonik IV-8
Gambar 4.5 Pengujian Impact-echo IV-9
Gambar 4 .6 Scan radar IV-9
Gambar 4 .7 Scan radiografi. IV-9
Gambar 4-8 Rekaman Infra merah IV-10
Gambar 4-9 Sirkuit untuk pengukuran potensial setengah sel. IV-10
Gambar 4.10 Suatu contoh garis-garis iso-potentiai (ekuipotensial) untuk penentuan, dimana
korosi muncul Ji dalam element strukturaiiV-11
iv
Gambar 4.11 Pemeriksaan endoskop kabel dan saluran kabel prategang IV-11
Gambar 4.12 Suatu contoh lendutan yang terhitung dan yang terukur (di dalam ianda
kurung) dari gelagar utama akibat pembebanan (a) simetris dan (b) tidak simetris IV-14
Gambar 4.13 Suatu contoh vibrograf ideal dari perpindahan vertikal gelagar jembatan IV-16
Gambar 6-2 Penurunan mutu adukan I spesi pada pasangan batu Vl-2
Gambar 6-3 Perbaikan dinding spandrel Vl-4
Gambar 6-4 Dinding spandrel pada jembatan pelengkung Vl-4
Gam bar 6-5 Elemen pasangan bat a pada parapet jembatan yang pecah I hi lang Vl-5
Gambar 6-6 Beton yang gompal (a) beton yang keropos (b) beton yang tidak padat (c) Vl-6
Gambar 6-7 Perbaikan Beton Vl-7
Gambar 6-8 Potongan Melintang Perbaikan Lantai Beton Vl-9
Gambar 6-9 Lantai beton yang retak (a) perbaikan lantai beton yang retak (b)VI-10
Gambar 6-10 Korosi tulangan pada beton Vl-12
Gambar 6-11 Pecahnya sebagian beton pada elemen jembatan Vl-13
Gambar 6-12 Jembatan yang mengalami lendutan yang berlebihan Vl-14
Gambar 6-13 Sebelum pengecatan (a) dan setelah pengecatan (b) Vl-19
Gambar 6-14 Elemen baja yang mengalami korosi Vl-19
Gambar 6-15 Elemen baja yang mengalami perubahan bentuk Vl-20
Gambar 6-16 Pelurusan komponen baja Vl-21
Gambar 6-17 Kabel yang mulai aus (a) perbaikan pada kabel yang aus (b) Vl-24
Gambar 6-18 Perbaikan tiang pancang kayu Vl-26
Gambar 6-19 Jembatan kayu yang mengalami kerusakan Vl-27
Gambar 6-20 Perbaikan tiang pancang kayu Vl-27
Gambar 6-21 Pengaman Tiang Pancang Kayu Vl-28
Gambar 6-22 Gambar Pengikat Kayu Vl-28
Gambar 6-23 Perkuatan gelagar Vl-30
Gambar 6-24 Lantai kendaraan dari kayu kondisi rusak (a) kondisi baik (b) Vl-31
Gambar 6-25 Sambungan Kayu Vl-32
Gambar 7-26 Pelantaian Dasar Sungai Guna Pembersihan Vll-2
Gambar 7-27 Tumpukan sampah di sekitar jembatan Vll-3
Gambar 7-28 Beberapa metoda penanganan gerusan Vll-3
Gambar 7-29 Turap Vll-4
Gambar 7-30 Bronjong Vll-5
Gambar 7-31 Rip-rap atau Pasangan Batu Besar Vll-5
Gambar 7-32 Pembuatan Perkerasan Lantai Dengan Beton atau Batu Besar. Vll-5
Gambar 7-33 Tetrahedra untuk Menghentikan Gerusan Arah Hilir Sungai Vll-6
Gambar 7-34 Pengamanan Dasar Sungai- Dinding Beton dan Dinding Bronjong Vll-6
v
Gambar 7-35 Pengamanan dasar sungai- Turap Baja Vll-7
Gambar 7-36 Groin dan Penghalang Vll-7
Gambar 7-37 Pengamanan Dasar Sungai- Pagar Ganda dengan lsian Batu Vll-8
Gambar 7-38 Gerusan di sekitar kepala jembatan (a) pemasangan bronjong (b) Vll-9
Gam bar 7-39 Bronjong sebagai Bangunan Pengaman Gerusan Vll-12
Gambar 7-40 Tampak atas Pemakaian Bronjong untuk Penanganan Gerusan Tanah
Timbunan Vll-12
Gam bar 7-41 Potongan Melintang Penanganan dengan Bronjong Vll-13
Gam bar 7-42 Perlindungan Tebing dengan Beton Bertulang Vll-13
Gambar 7-43 Pasangan Batu Kosong Sebagai Pengamanan Tebing Vll-14
Gambar 7-44 Pengamanan Tebing Vll-14
Gam bar 7-45 Pengamanan Dengan Turap Vll-15
Gam bar 7-46 Pemecah Energi Vll-15
Gambar 7-47 Drainase Beton atau Pasangan Batu Vll-16
Gambar 7-48 Saluran Lingkaran Baja Bergelombang ARMCO Vll-16
Gam bar 7-49 Drainase Beton Pracetak Vll-16
Gam bar 7-50 Drainase Tebing yang Serum put Vll-17
Gambar 7-51 Keretakan dan penurunan tanah timbunan yang sangat parah Vll-17
Gambar 7-52 Perbaikan Dengan Menggunakan Batang Tarik Melintang Vll-19
Gambar 7-53- Pemasangan panel tanah bertulang Vll-20
Gambar 7-54 Perbaikan dengan Pengangkeran Vll-20
Gambar 7-55 Penunjangan Dinding Tanah Bertulang Vll-21
Gambar 7-56 Penggantian Panel Tanah Bertulang Vll-21
Gambar 7-57 Pemasangan Angker Sementara Vll-22
Gambar 7-58 Perbaikan Balok Penahan Gempa Vll-23
Gambar 7-59 Landasan yang berkarat dan tidak dapat bergerak Vll-24
Gambar 7-60 Pergerakan Yang Berlebihan Yang Mengakibatkan Keruntuhan Landasan
Vll-25
Gambar 7-61 Landasan yang terdistorsi (a) Deformasi berlebih (b) Vll-26
Gam bar 7-62 Dongkrak datar Vll-27
Gambar 7-63- Landasan logam yang kering Vll-28
Gambar 7-64 Pengikatan dan tambahan pengaku untuk menahan lendutan horisontal Vll-30
Gam bar 7-65 Sambungan lantai yang kasar Vll-35
Gambar 7-66 Pelapisan Ulang Yang Berlebihan Vll-36
Gambar 7-67 Batu di dalam Sambungan Vll-37
Gambar 7-68 Bergeraknya Bangunan Bawah Vll-37
Gambar 7-69 Perbaikan Sambungan Lantai Vll-38
vi
Gambar 7-70 Perbaikan Sambungan Lantai- Metoda 1 Vll-29
Gambar 7-71 Perbaikan Sambungan Lantai- Metoda 2 Vll-39
Gambar 7-72 Aspal Retak Sebelum Perbaikan Vll-41
Gam bar 7-73 Perbaikan La pi san Aspal Yang Retak Diatas Sambungan Lantai Vll-41
Gambar 8-74 Perkuatan dengan memperbesar penarr.pang pada lantai dan Vlll-5
Gambar 8-75 Perkuatan dengan memperbesar penampang pada pelat lantai Vlll-5
Gambar 8-76 Perkuatan dengan memperbesar penampang pada gelagar beton Vlll-5
Gambar 8-77 Perkuatan dengan memperbesar penampang gelagar beton Vlll-6
Gambar 8-78 Perkuatan dengan memperbesar penampang bawah dengan pelat baja
tambahan pada gelagar baja Vlll-6
Gambar 8-79 Perkuatan dengan memperbesar penampang dengan pelat baja tambahan
pada rangka baja (lanjutan) Vlll-7
Gambar 8-80 Perkuatan dengan penambahan batang baja pada gelagar baja Vlll-8
Gambar 8-81 Perkuatan dengan penambahan batang baja pada rangka baja Vlll-8
Gambar 8-82 Perkuatan dengan pemasangan balok melir.tang Vlll-8
Gambar 8-83 Perkuatan dengan pemasangan diafragma Vlll-9
Gambar 8-84 Perkuatan dengan menambah elemen struktur gelagar Vlll-9
Gam bar 8-85 Perkuatan Prategang eksternal (PE) pada gelagar beton Vlll-1 0
Gambar 8-86 Perkuatan Prategang eksternal (PE) pada gelagar dan rangka baja Vlll-1 0
Gambar 8-87 Contoh Prategang eksternal (PE) pada gelagar beton Vlll-11
Gambar 8-88 Contoh Prategang eksternal (PE) pada gelagar dan rangka baja Vlll-12
Gambar 8-89 Blok angker (a) tampak depan, (b) tampak samping Vlll-14
Gambar 8-90 (a) Tampak depan, (b) tampak samping deviator Vlll-15
Gambar 8-91 Bentuk kelengkungan kabel pada deviator Vlll-15
Gambar 8-92 Perkuatan steel plate bonding pada gelagar beton Vlll-16
Gambar 8-93 Contoh perkuatan dengan steel plate bonding Vlll-17
Gambar 8-94 Contoh perkuatan dengan lembaran CFRP Vlll-18
Gambar 8-95 Bagan alir perhitungan lembaran CFRP Vlll-20
Gambar 8-96 Contoh fiber untuk bahan perkuatan. Vlll-22
Gambar 8-97 Contoh Perkuatan dengan FRP pada gelagar beton tipe U box Vlll-24
Gambar 8-98 Perubahan sistem struktur menjadi menerus Vlll-25
Gambar 8-99 Merubah sistem struktur dengan menambah sistem struktur baru Uembatan
kabel) Vlll-25
Gambar 8-100 Merubah sistem struktur dengan menambah sistem struktur baru Uembatan
rangka batang baru) Vlll-26
Gam bar 8-101 Perlindungan kepala pilar dari pergerakan horosontal dengan reinforced
concrete strut Vlll-28
vii
Gam bar 8-102 Perlindungan kepala pilar terhadap pergerakan horosontal akibat tekanan
tanah, a). Counterfort dengan fundasi tiang, b). Counterfort dengan fundasi dinding penuh
Vlll-28
Gam bar 8-103 Perkuatan kepala jembatan dengan penambahan pelat pada fundasi tiang
Vlll-29
Gam bar 8-104 Perlindungan kepala pilar dari pergerakan horosontal dengan angker Vlll-29
Gam bar 8-105 Penambahan katahanan terhadap gelincir pada kepala pilar dengan
memberikan footing pada fundasi, a). Pemberian kemiringan pada dasar fundasi, b).
pemberian rib pada dasar fundasi langsung Vlll-30
Gam bar 8-106 Mereduksi tekanan tanah, a). Stabilisasi tanah timbunan pad a jalan
pendekat, b). Dengan memasang konstruksi dinding penuh Vlll-30
Gam bar 8-107 Menghilangkan tekanan dari tanah timbunan jalan pendekat sehingga kepala
jembatan berfunsi sebagai pilar dan pembuatan konstruksi kepala jembatan baru dan
penambahan bentang baru, a). kondisi awal, b). Kondisi setelah modifikasi Vlll-31
Gam bar 8-108 Reinforced Concrete Jacketing Vlll-32
Gambar 8-109 Fiber Reinforced Plastic (FRP) jacketing Vlll-33
Gam bar 8-110 Steel jacketing Vlll-33
Gambar 8-111 Perbaikan material yang hilang pada fundasi langsun, a). Penggunaan sheet
pile, b). Penggunaan form dengan riprap Vlll-34
Gambar 8-112 Perbaikan tiang pancang deng'an reinforced concrete jacketing, a).
penampang, b). Elevasi Vlll-35
Gambar 8-113 Perbaikan tiang pancang dengan jackets fiber glass, a}. penampang, b).
Elevasi, Vlll-35
Gambar 8-114 Perkuatan fundasi dengan perbesaran penampang pasif, a). Kebutuhan
material akan banyak, b). Kebutuhan materiallebih sedikit tapi solusi yang kompleks Vlll-36
Gambar 8-115 Perkuatan fundasi dengan perbesaran penampang aktif, a). Kebutuhan
material akan banyak, b). Kebutuhan materiallebih sedikit tapi solusi yang kompleks Vlll-36
Gambar 8-116 Perkuatan dengan menambah tiang fundasi, a). Perkuatan fundasi langsung,
b). Perkuatan fundasi tiang Vlll-37
Gambar 8-117 Perbaikan daya dukung tanah dengan grouting bahan sementious, a).
Perkuatan tanah dasar dengan injeksi dari fundasi langsung, b). Perkuatan tanah dasar
dengan injeksi dari luar fundasi langsung, c). Perkuatan tanah dasar di sekitar fundasi tiang
bagian bawah dengan injeksi. Vlll-37
Gambar 8-118 Perbaikan daya dukung tanah dengan grouting bahan sementious pada
fundasi langung yang tidak stabil Vlll-38.
viii
DAFTAR TABEL
ix
PANDUAN PEMELIHARAAN .~
DAN REHABILITASI JEMBATAN
KERJASAMA JICA- INDONESIA {2004- 2006) JICA
Bagian 1
Pendahuluan
DESEMBER 2005
1. Pendahuluan
• Pemeliharaan rutin
• Pemeliharaan berkala
• Rehabilitasi dan perbaikan besar
Pekerjaan pemeliharaan rutin pada jembatan dibatasi dalam hal pembersihan secara umum
dan pembersihan tumbuh-tumbuhan, melancarkan aliran di saluran dan perbaikan
kerusakan kecil.
Rehabilitasi dan perbaikan besar adalah pekerjaan pemeliharaan dalam skala yang lebih
besar dan termasuk pekerjaan pengalihan aliran sungai, penggantian dan perbaikan besar
lantai beton dan perbaikan besar pada bangunan bawah yang memerlukan pemasangan
cofferdam serta perbaikan beton jumlah yang berarti.
Panduan Pemeliharaan dan Rehabilitasi Jembatan ini merujuk pada Sistem manajemen
Jembatan (SMS) yang sudah dilaksanakan di Lingkungan Direktorat Jenderal Sina Marga
dan DPUP untuk membantu manajemen jembatan di Indonesia. Tahap pertama dari SMS
dalam Sistem Manajemen Jembatan Antarkota yang mana termasuk Sistem lnformasi
Manajemen yang terkomputerisasi (ISMS-MIS). ISMS- MIS menghasilkan laporan dan
program yang mana dapat digunakan oleh pelaksana pemeliharaan dan rehabilitasi
I-1
jem!Jatan untuk mengidentifikasi jembatan mann yang memerlukan pekerjaan perbaikan dan
tipe pekerjaan yang diperlukan
Oleh karena itu pelaksana pemeliharaan harus mengenal dengan prosedur pemeriksaan
yang mana digambarkan dengan menyeluruh pada Panduan Pemeriksaan Jembatan, dan
dijelaskan secara garis besar pada Panduan ini
Panduan ini juga diperun.tL,Jkkan bagi para konsultan untuk mengawasi pekerjaan
pemeliharaan jembatan yang berdasarkan kontrak dimana akan diinstruksikan untuk
menggunakan prosedur dan panduan dalam Panduan ini guna menjamin keseragaman
langkah atas pengawasan semua proyek pemeliharaan jembatan.
Kontraktor yang ditugaskan oleh Ditjen Sina Marga dan dinas terkait harus juga mengenal
teknik yang digambarkan pada Panduan ini
Beberapa peralatan yang digunakan untuk Pemeliharaan Jembatan (lihat lampiran) antara
lain :
1-2
C. Kelengkapan Kerja, terdiri dari :
1. Helm pengaman
2. Kaca ~at pengaman
3. Pakaian Kerja (Tahan Air)
4. Sabuk Keselamatan
1-3
J. Monitoring, terdiri dari :
1. Komputer Portabel (~apto PC)
2. Kamera digital
3. Kamera Video (Handycam)
4. Alat Tulis
'
1-4
PANDUAN PEMELIHARAAN .tt
DAN REHABILITASI JEMBATAN
KERJASAMA JICA- INDONESIA (2004- 2006) JICA
Bagian 2
Sistem manajemen jembatan
dan pemeriksaan jembatan
DESEMBER 2005
2. Sistem Manajemen Jembatan Antarkota dan Pemeriksaan Jembatan
Dalam ISMS ini tercakup Sistem Manajemen lnformasi Komputer (ISMS-MIS) yang mana di
dalamnya terdapat bank data jembatan dan sejumlah program komputer mampu melakukan
sebagai berikut:
Pemasukkan dan mendapatkan kembali data pemeriksaan jembatan dan data lainnya.
Persiapan laporan standar jembatan
Pemeriksaan bank data dan mendapatkan kembali data dari kombinasi informasi.
Skrining dan pe-ranking-an jembatan serta persiapan program penanganan indikatif.
Persiapan program jembatan setiap satu tahunan dan setiap lima tahunan.
Analisa kasus per kasus untuk penanganan strategi untuk menentukan penanganan untuk
setiap jembatan.
Salah satu dari program dalam IBMS-MIS ini adalah modul "Skrining dan Ranking secara
Teknis", yang menggunakan data pemeriksaan untuk merekomendasikan penanganan tiap
jembatan. Penanganan yang direkomendasikan hanya merupakan suatu usulan dan harus
diperiksa kembali sebelum komitmen pekerjaan dibuat sebab skrining tersebut sangat
sensitif pada pengolahan data.
Untuk pekerjaan besar, penanganan yang diusulkan harus ditegaskan dengan pemeriksaan
khusus atau pemeriksaan lain di lapangan oleh pelaksana bagian seksi perencanaan, dan
untuk pekerjaan kecillainnya, data harus diaudit untuk menjamin akurasi dasarnya.
Proses penyaringan mengindentifikasikan jembatan yang berada pada kondisi jelek dan
yang tidak cukup untuk menampung lalu lintas yang ada atau sudah tidak mampu menahan
beban yang ada, dan secara teknis merankingkan jembatan tersebut pada urutan prioritas
pada kriteria dan kepentingan jalan dalam jaringan jalan. Jembatan pada daftar ranking
paling atas membutuhkan penanganan yang terbesar.
Setelah selesai dilakukan skrining, data selanjutnya dapat diproses kembali untuk
menghasilkan program ranking secara ekonomi dari pekerjaan pemeliharaan.
II -1
• Merekam kondisi jembatan pada saat ltu.
• desain, pembangunan dan pemeliharaan. Menyediakan umpan balik untuk
pelaksana
• Memeriksa pengaruh akibat beban kendaraan dan volume lalu-lintas.
• Memantau kinerja jembatan jangka panjang.
• Menyediakan informasi untuk rating pembebanan jembatan
Meskipun demikian, pemeriksaan jembatan dapat dilakukan kapan saja, oleh orang yang
memenuhi syarat. Pemeriksaan seperti itu merujuk pada pemeriksaan sekilas. Pemeriksaan
sekilas ini bukan merupakan bagian dari Sistem Manajemen Jembatan.
Laporan pemeriksaan detail jembatan memberikan daftar semua jenis kerusakan yang
ditemui pada jembatan serta lokasinya. Foto kerusakan besar biasanya diambil. Personil
pemeliharaan jembatan harus belajar laporan dan foto ini sebelum memeriksa jembatan itu
sendiri untuk merencanakan pekerjaan yang diperlukan.
II -2
2.2.6. Pemeriksaan Sekilas
Pemeriksaan sekilas merupakan pemeriksaan visual singkat terhadap jembatan, yang
biasanya berhubungan dengan pemeriksaan jalan.
Di dalam Prosedur Pemeriksaan Jembatan, setiap komponen dan elemen jembatan diberi
nomor dan ditentukan dalam Level Hirarki-nya.
No. Uraian
2.200 Daerah aliran sungai I Tanah timbunan 3.210 Daerah aliran sungai
3.220 Bangunan pengaman
3.230 Tanah timbunan
2.300 Bangunan bawah 3.310 Fundasi
3.320 Kepala Jembatan/pilar
2.400 Bangunan atas 3.410 Sistem Gelagar
3.420 Jembatan pelat
3.430 Pelengkung
3.440 Balok Pelengkung
3.450 Rangka
3.480 Gantung
3.500 Sistem lantai
3.600 Sambungan siar muai
3.610 Landasan/perletakan
3.620 Sandaran
3. 700 Bangunan pelengkap
2.800 Gorong-gorong 3.801 Gorong-gorong persegi
3.802 Gorong-gorong pipa
Contoh dari elemen-elemen tersebut terdapat dalam Gambar 2.1., 2.2. dan 2.3.
II -3
- 4.721 Lompu penerongon
3.620 Sondoron
4.731 Utilitos
4.413 Diofrogmo
4 .311
II -4
4.465 lkoton angin otos
4.222 Bronjong
II -5
PANDUAN PEMELIHARAAN .~
DAN REHABILITASI JEMBATAN
KERJASAMA JICA - INDONESIA (2004 - 2006) JICA
Bagian 3
Tipikal kerusakan
pada struktur jembatan
DESEMBER 2005
3. Tipikal Kerusakan pada Struktur Jembatan
Garam peleleh
~R a d ai s i ~ :-~daben yang jatuh
~m at h ari \ Air + S0 2 + C0 2 ' ~:-. ~ atmosfer
Kegagalan
siar-muai
-~
-Varias1 ket n gta n~
I atr
Penurunan
t - -- -
-
-
-
Kegagalan
dari lereng
pila r jembatan
Lebih jauh, faktor-faktor ini dapat digolongkan ke dalam dua kelompok lain, sebagai berikut :
(I) faktor objektif, yaitu faktor yang tidak terikat pada aktivitas manusia di dalam lingkup -
domain rancang-bangun jembatan,
(II) faktor subjektif, yaitu faktor yang bergantung pada aktivitas manusia baik dalam rancang-
bangun jembatan dan lingkup-domain lain.
Ill - 1
Beban hidup
Menerus
Sistem struktural jembatan dengan garis lendutan yang tidak menerus (sebagai contoh
jembatan dengan tipe bentang tunggal) lebih sensitif terhadap kerusakan beban dari lalu
lintas dibanding yang mempunyai garis lendutan menerus (sebagai contoh tipe jembatan
menerus) . Hal ini disebabkan oleh efek dinamis (tumbukan) yang dihasilkan oleh beban lalu
lintas pada sambungan siar-muai yang ditunjukkan secara sistematik dalam Gambar 3.2 (a) .
Karena alasan ini , dalam banyak jembatan beton modern yang dibangun dengan
menggunakan balok pracetak , kesinambungan struktural disediakan , kebanyakan oleh pelat
lantai beton bertulang jalan raya yang dicor di tempat.
Faktor pembebanan lalu lintas menjadi gejala alam eksternal dan dihubungkan dengan
kondisi-kondisi penggunaan . Haruslah ditekankan bahwa intensitas dan kecepatan lalu lintas
jalan sebagaimana konsentrasi beban oleh kendaraan yang berat sudah sangat tumbuh
berkembang selama beberapa dekade yang terakhir dan oleh karena itu, banyak jembatan
tua tidaklah disesuaikan untuk mendukung beban kendaraan tersebut, terutama oleh
peningkatan efek dinamis.
Perlu juga untuk dicatat bahwa jika beban yang statis per poros sumbu tidak bertambah,
poros sumbu selalu lebih dekat dan demikian beban menjadi lebih terpusat, yang mana
sangat tidak menguntungkan untuk elemen-elemen jembatan tertentu ". Kondisi penggunaan
mungkin juga diubah ketika jembatan diperlakukan untuk tipe lain beban hidup yang lain dari
yang diperkirakan pada perancangan .
Cuaca dan faktor lingkungan dari iklim dan gejala alam atmosfer. Beberapa di antaranya
(sebagai contoh musim dan perubahan suhu harian, curah hujan atau tekanan angin)
mungkin digolongkan sebagai fator objektif, yaitu ., faktor secara langsung tidak terikat
dengan aktivitas manusia di dalam lingkup rancang-bangun jembatan (sebagai contoh ,
polusi atmosfer, bahan-bahan kimia agresif air bawah tanah atau di dalam sungai, efek
pelelehan es dengan garam pada struktur) adalah tidak terikat dengan aktivitas manusia di
dalam rancang-bangun jembatan dan di dalam lingkup teknis lain . Perlu juga ditekankan
bahwa jembatan, berbeda dengan banyak struktur lain (sebagai contoh, bangunan dengan
berbagai tipenya), biasanya tidak ditutupi dengan atap atau elemen perlindungan dan oleh
karena itu, jembatan secara langsung terkena efek cuaca dan lingkungan. Dalam banyak
kasus, lebih penting untuk ketahanan jembatan terhadap lingkungan dibandingkan efek
beban lalu lintas. Lebih dari itu, hanya faktor tertentu tercakup dalam perhitungan disain ,
seperti perubahan suhu atau tekanan angin, yang mana pada umumnya termasuk dalam
parameter perancangan standar. Faktor cuaca dan lingkungan biasanya tidak diperhatikan
sebagai para1neter perancangan dan menjadi tidak mungkin atau sangat sukar untuk
111 - 2
memprediksi perkembangan parameter pada waktunya dan pengaruh yang ber:~hay pada
struktur (sebagai contoh , intensitas polusi atmosfer atau intensitas bahan-kimia agresif di
dalam sungai).
Sebagian dari faktor yang terdaftar pada Tabel 3-1 diperlukan diperhatikan sebagai
tambahan untuk memahami lebih baik pengaruh berbahaya faktor-faktor tersebut pada
struktur jembatan.
Yang perlu diperhatikan, haruslah ditekankan bahwa di samping kualitas bahan struktural,
elemen peralatan jembatan (komponen industri seperti peralatan perletakan, penyekatan,
sambungan siar-muai, dll.) termasuk, dalam mayoritas kasus-kasus, faktor bersifat
menentukan mempengaruhi ketahanan jembatan. Secara umum, kerusakan struktur
jembatan berasal dari penyekat yang tembuk pada pelat lantai, perembesan air melalui
sambungan siar-muai dan sistem drainase yang tidak efektif). Oleh karena itu, penggunaan
elemen di atas dengan suatu kualitas tinggi secara teknis dan secara ekonomis dibenarkan.
Sebagai contoh, lapisan penyekat pelat lantai yang tembus mendorong ke arah perembesan
air melalui beton dan kebocoran tampak di bagian sisi bawah dari pelat ini dan sisi vertikal
gelagar. Haruslah dicatat air hujan itu biasanya bersifat alkali dan melarutkan kristal
Ca(OH)2 dalam mortar semen, mencuci bersih kristal tersebut. Mendorong ke arah suatu
struktur beton yang lebih porus dan adalah sangat sering dinyatakan oleh efflorescence yang
putih dan bahkan stalactit kecil pada bagian bawah permukaan pelat lantai.
Banyak lain kerusakan disebabkan oleh kualitas rendah elemen peralatan jembatan atau
proses yang tidak cukup dapat didaftarkan, seperti kekurangan saluran keluar air di belakang
kepala jembatan yang menyebabkan kebocoran dan menghilangkan Ca(OH)2 melalui
dinding, kebocoran sambungan siar-muai dan kekurangan kemampuan saluran untuk
membuang air yang ada di belakang kepala jembatan, dudukan yang tidak tetap dari sa luran
keluar air, pipa air hujan yang berkarat, terlalu pendek pelat lantai antara bentang jembatan
dan kepala jembatan , dll
Perhatian khusus perlu juga diberikan pada faktor cuaca dan lingkungan yang berhubungan
dengan jembatan seperti halnya dengan faktor pemeliharaan (ditandai pada Tabel 3-1
dengan notasi C.ll dan 0.11 secara berturut-turut).
Ill - 3
Tabel 3-1 Penggolongan faktor yang mendororg
ke arah penurunan kualitas jembatan.
Ill - 4
Semburan air
. ·. Kepala
.. . . . . . . . ·: Jembatan
Serangan klorida mungkin muncul sebagai faktor objektif (C.I.7) atau faktor subjektif (C.II.1
dan C.ll.3 -Tabel 3.1 ). Asal serangan klorida sebagai faktor subjectif secara sistematik
ditunjukkan pada Gambar 3.3, di mana mekanisme pembasahan struktur jembatan disajikan.
Antar bahan-kimia agresif di bahan-bahan yang jatuh dari atmosfer (C.II.1) dan di dalam
sungai atau air bawah tanah (C.II.3}, campuran asam adalah yang paling berbahaya baik
untuk bangunan atas dan pilar dan fundasi jembatan. Oalam kasus beton, senyawa larutan
mortar semen alkali. Sebagai contoh, senyawa yang mengandung sulfur bereaksi dengan
mineral C 3A di dalam semen dan memberituk yang disebut garam Candlot's, yang
mengeristal menyerap 31 bagian dari air. Peristiwa ini mendorong ke arah efek
pengelembungan dan pengrusakan struktur beton.
Penetrasi CO, dari atmosfer ke dalam beton (C .11.4) mendorong ke arah karbonasi selimut
beton dang hilangnya sifatnya untuk membuat pasif tulangan baja. Kedalaman karbonasi
tergantung sebagian besar pada waktu dan porositas beton. Ketika selimut beton secara
relatif tipis (sebagai contoh, 10 mm di dalam pelat lantai atau 20 mm di dalam balok dan
kolom) dan kelas beton secara relatif rendah, maka karbonasi penuh selimut beton mungkin
terjadi dalam 10-20 tahun, dimulai untuk mempercepat korosi tulangan, sebagaimana tekah
diamati dalam banyak kasus. Secara umum, karbonasi selimut beton disertai dengan retak
dalam arah transversal dan longitudinal, yang mempercepat efek korosi dalam tulangan.
Retak transversal sudah menjadi sifatnya dihubungkan dengan kegetasan beton dan kondisi
tegangannya, sementara itu retak arah longitudinal dihasilkan utamanya dari batang
diameter besar yang digunakan untuk tulangan jembatan dan dihasilkan dari tegangan tarik
transversal di dalam selimut itu sendiri. Ujung dari retak-retak ini berkarbonasi dengan
cepatnya. Ketika ujung retak yang terkarbonasi mencapai tulangan, lubang kecil korosi
terbentuk dalam tulangan. Lebih jauh proses karbonasi disertai dengan sebuah pola retak
mikro di atas permukaan beton. Retak mikro merupakan hasil sebuah produk volume
karbonasi yang lebih kecil - suatu kalsium karbonat CaC0 3 yang berhubungan dengan
substrata - kalsium hidroksida Ca(OH)z dan kalsium dioksida C02 •
Ill - 5
Juga perlu diperhatikan bahwa irrespective dari penyebab langsung yang menuntun ke arah
korosi tulangan baj, volume produk korosi adalah tiga sampai empat kali lebih besar
dibandingkan dengan volume substrata. Sehingga tulangan yang terY.orosi membengkak dan
memberikan tekanan pada selimut beton, menyebabkan retak arah longitudinal sampai
dengan efek gompal.
Faktor pemeliharaan yang terdaftar pada Tabel 3-1 penting untuk ketahanan jembatan.
Ketika solusi struktural dan bahan sebagaimana peralatan jembatan merupakan kualitas
tinggi, tetapi program pemeliharaan dibatasi atau pekerjaan pemeliharaan rendah
kualitasnya, struktur menurun kualitasnya dengan cepat dalam waktu disebabkan aksi faktor
berbahaya yang dikarakteristikan sebelumnya.
Pemeliharaan merupakan faktor yang sangat penting dalam jembtaan baja dan beton.
Bagaimanapun, biaya pemeliharaan jembatan beton secara umum lebih rendah dari kasu
jembatan baja, kebanyakan disebabkan korosi atmosfer baja yang memerlukan proteksi
yang teliti dengan menggunakan pelapisan (cat/galvanis), yang mana diperlukan untuk
secara periodik diperbaharui. (0.11.4 dalam Tabel 3-1)
Jembatan baja juga mempunyai beberapa fitur khusus yang mempengaruhi tipe
kerusakaannya. Kerusakan yang paling penting dapat disebutkan sebagai berikut :
(a) kehilangan lokal stabilitas anggota struktur langsing yang dibebani berlebih seperti
elemen pengaku, balok anak, dll.
(b) fraktur elemen struktural disebabkan oleh lentur lokal atau tipe lain pembebanan
diperhitungkan dalam proses perancangan sebagaimana tekanan awal yang diciptakan
sepanjang pengangkatan struktur,
(c) kerusakan fatik elemen yang terjadi kebanyakan di sekitar takikan struktural atau
ketidakmenerusan,
(d) kerusakan korosi paku keling atau baut dalam sambungan yang struktural dan kerusakan
akibat perubahan bentuk yang disebabkan oleh tegangan selama pengelasan,
(e) retak fraktur disebabkan oleh ketidaksempurnaan di dalam struktur bagian dalam,
tentang baja itu sendiri atau akibat suhu lingkungan yang sangat rendah,
(f) solusi yang tidak tepat dari elemen struktural atau pembuatan sambungan elemen
struktural membuat proses pembuangan air menjadi sulit. ··
Dalam kasus secara relatif banyak kelompok jembatan komposit yang mana elemen
prinsipnya bersandar pada interaksi antara baja struktural dan beton bertulang atau pelat
lantai beton prategang, beberapa faktor khusus lain mendorong ke arah penurunan mutu
struktur jembatan komposit ini sebagai tambahan dapat diamati. Faktor yang paling utama
adalah berikut ini:
(a) kapasitas perletakan yang tidak cukup dari penghubung geser (terutama di dalam zona
pendukung) yang berpotensi mendorong ke arah pemisahan parsial antara baja dan
beton struktural dalam lapisan kontak,
(b) efek yang tidak terprediksi dari efek rangkak dan susut beton yang berpotensi
mendorong ke arah pemindahan secara longitudinal dan transversal dari struktur,
(c) korosi sayap bagian atas gelagar baja di sekitar lapisan kontak dengan pelat lantai beton;
yang diakibatkan oleh sangat seringnya peristiwa yang teramati bahwa titik embun
dicapai pada zone ini selama periode keadaan dingin dan kelembaban terkumpul
sepanjang waktu yang lama dalam beton.
Ill - 6
Kerusakan pada struktur beton sebagian besar terungkap dalam retak dengan berbagai tipe.
Retak sendiri sudah menjadi sifatnya dihubungkan dengan kerapuha'l beton.
Bagaimanapun, Iebar dan jumlah dari retak adalah faktor yang bersifat menentukan untuk
pengrusakan struktur beton .
~
1 pertama setelah
(keretakan pada perubahan besar (w > 1 mm)
pengecoran
slump) bentuk penampang
Pola keretakan atau
retak memanjang
Beberapa jam
pada permukaan Retak dapat menjadi
Susut plastis
pertama
dari pengecoran (;'-?~) besar (w = 2-4 mm tidak
~"'-
2 sesudah
pengecoran
elemen dalam ( .;/" umum)
kondisi
pengeringan
Retak besar pad a
Dapat dikendalikan
hubungan
beberapa jam dengan tulangan
Wff-
konstruksi di dalam )
3
Retak termal pertama
dinding. Retak
I
~ dinding ~ I (w < 0,4 m) dengan
awal sesudah
lainnya tergantung
I ~ I membatasi ukuran
pengecoran
pada gejala ~lani penuangan atau
pengendalian suhu.
pengekangan
Beberapa bulan Sarna dengan retak Umumnya kecil jika
4 . Susut setelah akibat lentur dan Lihat 7 dan 8 penulangan cukup
konstruksi tarik (w < 0,4 mm)
Awalnya kecil
Beberapa bulan
atau tahun
Retak sepanjang
tulangan yang
==::j
==::j
I ------=
-~I=
I
(w < 0,2 mm) meningkat
seiring dengan
meningkatnya waktu,
5 Korosi
setelah berkembang bercak karat mungkin
konstruksi menjadi gompal dapat dilihat di alas
~
' '
~:
."---"-- permukaan beton dalam
kondisi basah.
Mulai terjadi dalam
kondisi basah,
6
Reaksi agregat
Beberapa tahun
sehabis
seringnya pada
retak yang meluas
~\ ~\; ~i '---.
Retak dapat menjadi
besar (bahkan w > 1,0
alkali mm)
konstruksi hanya dengan tipe
khusus agregat
(yaitu reaktif alkali)
Kecil secara umum
~
(w < 0,2 mm), jika
rancangan kekuatan
Tergantung memuaskan. Retak yang
Pembebanan
pad a lebih besar mengindikasi,
t~)
7 pada masa
umum, kesalahan
lay an
penggunaan
struktur
, ~ - geser 1 perancangan
-: - r / /; $ tl A
Ill- 7
Untuk mengevaluasi bagnimana retak berbahaya terhadap ketahanan dan keselamatan
jembatan , Perlu untuk menentukan penyebab yang mendorong ke arah retak di dalam beton .
Penyebab tersebut tergantung kebanyakan pada tiga faktor berikut ini yang yang
menyangkut retak-retak tersebut:
(i) waktu pembentukan retak setelah pengecoran beton atau konstruksi struktur,
(ii) penampilan atau po!a dari luar retak
(iii) Iebar dan jumlah retak.
Penyebab yang yang mendorong ke arah retak di dalam struktur beton terdaftar dan ditandai
pada Tabel 3-2.
Ill - 8
Tabel 3-4 Kerusakan tipikal pada pilar masif
llustrasi Tipe
dan penyebab kerusakan
Ill- 9
Tabel 3-5 Kerusakan pilar tipe kolom
llustrasi Tipe
dan penyebab kerusakan
c: II
i: l ! !
I!/)
LI LI
Kemiringan kolom yang disebabkan kegagalan
fundasi atau terlalu lemahnya jepitan dari kolom
P.=i,,
pracetak di bagian dasar
~
,,,
.I
.
I \
,~
I
w
Semua faktor yang terdaftar pada Tabel 3-1 dapat juga mempengaruhi perilaku pilar
jembatan dan kepala jembatan . Suatu mayoritas besar dari elemen jembatan ini yang
dibangun oleh beton atau beton bertulang . Oleh karena itu, kerusakan tipikal yang disajikan
pada Tabel 3-3 s/d Tabel 3-5 menyangkut beton dan tulangan baja dan dapat dibandingkan
dengan retak yang disajikan pada Tabel 3-2. Bagaimanapun , ada beberapa tipe kerusakan
khusus pilar dan kepala jembatan , sebagai contoh , kerusakan yang dihasilkan dari
gerusan, yang mana tentu saja juga dimasukkan .
Semua format kerusakan terdaftar pad a T abel 3-2 s/d Tabel 3-7 dapat menjadi berbahaya
terhadap keselamatan, pelayanan dan ketahanan jembatan beton bertulang dan jembatan
111-10
beton pratekan. Retak berbagai tipe merupakan kebanyakan fitur karakteristik kerusakan
dalam struktur beton . Bagaimanapun , haruslah diingat bahwa retak itu diri sendiri sudah
menjadi sifatnya dihubungkan dengan sifat alami beton sebagai bahan yang rapuh .
Parameter yang bersifat menentukan yang mempengaruhi ketahanan jembatan adalah Iebar
retak yang ditandai dalam tabel-tabel oleh lambang w . Secara umum, ketika w < 0.2 mm
dalam kondisi-kondisi normal dan w < 0.1 mm dalam beberapa kondisi-kondisi khusus (
sebagai contoh , jika atmosfer mengandung bahan kimia agresif), retak dapat diperlakukan
sebagai pengaruh alami dan tidak mempunyai pengaruh yang membahayakan pada struktur
itu . Nilai-nilai di atas sesuai dengan Iebar retak ijin yang diberikan oleh peraturan
perancangan dan regulasi nasional banyak dan internasional. Retak dengan w > 0.2 mm
menandakan, secara umum, efek berbahaya tertentu yang terjadi baik selama konstruksi
dan masa pelayanan, seperti penggetaran yang tidak cukup selama pengecoran , terlalu
banyak tulangan dalam panampang-melintang, beban berlebih, korosi tulangan baja, dll.
"
.........
1- retak dalam kaitan dengan penyusutan Uika tingginya lebih
dari separuh tinggi gelagar). ll ""'! 1\ IJ I \l I
I
I
// 2 2 ~
-1
n 1 I
ltl
. ·-----4
ditembus air di ataspelat lantai jembatan
2- retak akibta korosi tendon ,
z'W
-
lJ/ 1.c;, 3 i
3- gompal beton dan tendon yang tidak ada lapisan luarnya
1··.
akibat korosi.
1- retak yang dihasilkan dari efek pengurangan penegangan
kabel, ~ ..... : 2: :"~ - •• ....... 1.i1l~
2- retak zone angker akibat tulangan yang terlalu lemah di
dalam zone angker
111-11
Tabel 3-7 Kerusakan tipikal pada gelagar boks beton bertulang
llustrasi Penyebab kerusakan
1. Pengaruh pembengkokan akibat beban berlebih
diiringi dalam beberapa kasus oleh efek dinamis .
Ketidakcukupan penegangan atau terlalu besarnya
kehilangan gaya prategang . Efek termal. Retak utama
dalam atau dekat hubungan segmen dalam gelagar pen am pang
boks b. Retak tambahan mungkin terjadi sebagai retak
mikro. Retak vertikal dalam bagian badan dan retak- retak dalam hubungan
L~ __ i __ i_jJ
t '
I I
3. Efek termal. Permukaan panas dari radiasi panas dan retak vertokal do bagoan bawah
pendinginan bagian bawah sayap. (sebagai contoh a) bagian badan yang tebal
dengan angin) Distribusi tidak seragam dari tegangan
dalam penampang gelagar. Dengan estimasi yang lebih
rendah ekspansi dan kontraksi termal sebagaimana efek
rangkak dalam kasus pengecoran bertahap. Dalam
kasus· secara sayap bag ian bawah yang relatif tipis (a)-
retak transversal di bagian sayap dalam bagian tengah I
I
bentang gelagar. Dalam kasus bagian badan yang relatif I
~
retak transversal
r~ p
.. ... ·········
111-12
llustrasi ebab kerusakan
4. Geser. Beban berlebih. Perletakan jembatan yang
ditempatkan di bawah diafragma dan bagian badan;.
1\n
r
Geser diagonal bertepuklretak web. Retak dapat
menjadi besar dalam beberapa kasus ( w> 1 mm).
Waktu pembentukan - setelah pembebanan lebih ,
seringnya setelah pembebanan yang pertama.
:
I
) .. ....,....
.,
I I
'
""'"" ""'""
:
I
II /II""'---.,_
I I '-.
I
..._ I
t-- - - - - - - J L-------l
I
. ~:! ~ / . -: · - . ~
pembeban berlebih , sering setelah pembebanan yang y
,.,}>~: -'
'f.;J' d1afragma
'I R
'J
'l
keretakan
f - - - - - - - - - - -- - - - - - - - - - - - - - - + geserbag1an
6. Geser. Ruang yang tidak cukup antar-angker.
Tegangan tarik diagonal akibat distribusi gaya prategang
dalam bagian badan itu . Retak diagonal di bagian badan blisterangker
prestressing .
distribusi prategang
dalam bagian badan
Ill- 13
Tabel 3-7 ( Lanjutan)
_, .,.,.,..,...., .-
I 1
:· ~ · .,~ :- . ~ .
tendo n melengkung vertikal "'~._
111-14
Keterangan gambar :
1- pelat lantai ,
2- gelagar,
3- tulangan gelagar,
4- bocor pada bagian bawah permukaan pelat lantai,
5- gompal selimut beton ,
6- retak akibat muatan lebih pelat lantai,
7- retak akibat korosi tulangan .
Korosi adalah faktor yang paling umum yang mendorong ke arah penurunan kualitas bagian
struktural dan sambungannya. Ada lima format korosi yang teramati pada jembatan baja,
yaitu:
(a) korosi permukaan, yang menyebabkan pengrusakan seragam dalam permukaan
yang relatif besar pada baja struktural dan mendorong ke arah pengurangan
penampang-lintang di dalam bagian struktural,
(b) korosi cekungan, terjadi pada permukaan sangat kecil (oleh karena itu , efek nya
sukar dideteksi dalam banyak kasus), mengembang sangat dalam di dalam baja dan
mendorong ke arah , secara umum, konsentrasi lokal tegangan,
(c) korosi celah, terjadi di lapisan kontak antara] dua elemen tipe yang sama baja
(sebagai contoh , pada pelat yang diperkuat dengan baut, pelat penyambung, pelat
buhul, dll.) dan mendorong ke arah pengrusakan oleh kekuatan yang merobek
sebagai hasil dari efek pengembangan hasil korosi- tipe korosi ini dalam banyak
kasus sangat sukar untuk mendeteksi efek yang membahayakannya karena muncul
pada banyak tempat yang tidak mudah dapat diakses di dalam struktur jcmbatan,
Ill- 15
Keterangan gambar :
1- retak melintang perkerasan ,
2- pencemaran sepanjang kerb,
3- kehilangan dan kerusakan pada perkerasan,
4- retak luasan sambungan siar-muai ,
5- retak memanjang pada perkerasan ,
6- penurunan kualitas dan kebocoran dekat kerb,
7- perubahan bentuk pad a perkerasan (wash boarding ),
8- perubahan bentuk perkerasan dalam bentuk" bekas jejak roda",
9- penurunan kualitas perkerasan akibat substrate terlalu lemah,
10- kekasaran perkerasan di zone jalan pendekat akibat kekurangan pelat antara bentangan
jembatan dan kepala jembatan atau disebabkan oleh penurunan tanggul.
Gambar 3-5 Kerusakan tipikal yang diamati dalam perkerasan jalan kendaraan pada
jembatan beton
(d) korosi galvanis, yang umumnya terjadi pada sambungan dua tipe baja atau logam
yang berbeda (sebagai contoh , dalam pengelasan , hubungan dengan
menggunakan sekrup, baut atau paku keling yang disebut sel galvanis dapat
dibentuk) dan mendorong ke arah pengrusakan bahan lokal, sulit untuk
pendeteksian,
(e) korosi tegangan, terjadi kebanyakan di dalamkabel pada jembatan gantung dan
jembatan cable-stayed, relatif jarang di dalam elemen jembatan struktural yang
dibangun dengan baja karbon- korosi tegangan bersama-sama dengan korosi
cekungan dan korosi celah kadang-kadang dianggap sebagai korosi fatik.
Korosi permukaan, korosi cekungan dan korosi celah, yaitu ., ditandai di atas dengan (a), (b)
dan (c), adalah paling sering diamati dalam struktur jembatan baja. Proses fisik dan proses
kimia korosi tipe ini serupa dan seperti ditunjukkan Gambar 3-6 dan Gambar 3-7. Untuk
membandingkan proses korosi ini dalam baja struktural dan di dalam tulangan baja dari
beton, ilustrasi yang relevan diberikan pada Gambar 3-8 . lnformasi yang lebih detail tentang
korosi adalah di luar lingkup buku ini dan dapat ditemukan lain dalam banyak sumber.
111 -16
HASIL KOROSI
Fe (OH)J + n H 2 0
Fe (OH)z
() .
KATODA
BAJA
Keterangan gambar :
Proses dasar-
anoda : 2Fe ~ 2Fe+++ 4e·. katoda: 0 2+ 2H 20+ 4e· ~ 4(0H)".
Contoh hasil proses korosi- dalam hal jumlah terbatas oksigen :
Fe+++ 2(0H f ~ Fe(OH)z,- dalam kasus dari akses yang lebih bebas dari oksigen:
2Fe+++ 4(0Hf + 1/:z 0 2+ (n+1 )H20~ 2Fe(OH)3 x nH20. 4Fe++ + 30 2~ 2Fe20 3.
Gambar 3-7 Mekanisme proses korosi celah dalam lapisan kontak antara dua unsur
dari elemen bagian baja struktural
Ill- 17
HASIL
KOROSI
TULANGAN
BAJA
; ANODA ::; KATODA
'
ln
'- ., 0 0
c
i BETON
~0 c
~0
Gambar 3-8 Mekanisme korosi tulangan baja di dalam struktur beton bertulang
lntensitas korosi tergantung kebanyakan pada bentuk yang memadai dari bagian struktural (
mudah untuk pengeluaran air, mudah untuk dapat diakses dalam pemeliharaan}, kualitas
perlindungan anti-korosi, kualitas pekerjaan konstruksi, program dan kualitas pemeliharaan
seperti halnya kondisi-kondisi lingkungan , sebagian besar kelembaban dan polusi agressive
di dalam atmosfer ( lihat Tabel 3-1 ).
Dari suatu segi pandangan rancang-bangun , masalah yang paling utama adalah penilaian
realistis yang mungkin dari pengembangan kehilangan bahan akibat korosi sebagai fungsi
waktu. Menurut riset yang dilakukan oleh Z. Cywinski dan yang diuji dengan data yang
diambil dari Jepang , kerugian bahan yang disebabkan oleh korosi permukaan dapat
diperkirakan sama dengan 0.02 mm/tahun dalam kasus korosi sedang dan 0.04 mm/tahun
dalamkasus korosi intensif. Menurut riset luas yang melakukan di AS dan meynagkut korosi
permukaan, tingkat kehilangan bahan dapat dievaluasi dengan menggunakan rumusan
sebagai berikut:
8
C=A .t
di mana C adalah rata-rata kedalaman kehilangan korosi dalam bahan yang dinyatakan
dalam [!-lm]. t adaalah waktu yang dinyatakan [tahun], A dan 8 adalah koefisien tanpa
dimensi yang tergantung pada tipe baja sebagaimana kondisi-kondisi lingkungan (yaitu .,
lingkungan pedesaan, perkotaan dan laut) dan dengan nilai-nilai yang ditentukan secara
statistik. Nilai-nilai A dan 8 berkenaan dengan karbon baja struktural terdaftar pada
Tabel 3-8. Hasil perhitungan yang dilakukan dengan penggunaan persamaan di atas
disajikan dalam format grafis pada Gambar 3-9.
111 -1 8
Tabel 3-8 Nilai-nilai koefisien st3tistik A dan 8
dalam Persamaan di atas menurut A. Nowak.
Koefisien
Kondisi Tipe Koefisien Nilai Koefisien
Korelasi
Lingkungan baja struktural Pers. (3.1) Rata-rata variasi
antara A dan B
A 34,0 0,09
Pedesaan Baja karbon -
8 0,650 0,10
A 80,2 0,42
Perkotaan Baja karbon 0,68
B 0,563 0,40
A 70,6 0,66
Laut Baja karbon -0,31
B 0,789 0,49
Rata-rata
ked ala man
kehilangan bahan
akibat korosi C (~1m)
2(}() ~,Om
c = 70. L U.bU
I SOil
Kond1si lingkungan lauf
C = 80 • l U >I
Lol)"
Kond1si perkolaan
1-IU·:
C = 34 "L
u o::. 7
Kond•s• pedesaan I
1~\JI. I
I
100<1 1.0 lUUl
soo
600
-- ---
~(I)
i
. :- .....
-·-
200
/--.
/
/
- Waktu.
t (tahun)
lot:~-.Jif,1 -,L.'~<I _ _ _ _5_1.0_ _ - ·-~
Gambar 3-9 Perkembangan kehilangan bahan akibat korosi permukaan sebagai fungsi
dari waktu dan kondisi lingkungan
Pengrusakan oleh korosi mendorong ke arah, secara umum, untuk meningkatkan nilai
tegangan dalam bagian struktural akibat pengurangan penampang, dan pengurangan
kekakuan struktur yang mendorong satu sama lain pada perubahan bentuk yang lebih besar
( mencakup lendutan) seperti halnya perubahan karakteristik dinamis jembatan. Konsentrasi
tegangan lokal yang dihasilkan oleh, sebagai contoh , korosi cekungan dapat mendorong ke
arah pengurangan ketahanan fatik beberapa bagian struktural. Lebih dari itu, beberapa efek
berbahaya tambahan dapat diamati akibat berbagai tipe korosi seperti hilangnya kestabilan
Ill- 19
lokal bagian individu struktural, kerusakan pada perletakan jembatan baja mendorong ke
arah penguncian perletakan , dll
Bagian-bagian berikut ini dari bangunan atas jembatan baja dapat digolongkan sebagai yang
paling sensitif terhadap korosi
• sisi bagian bawah lantai baja ,
• sambungan rangka dan sambungan lain dari bagian struktural primer dan sekunder,
• balok melintang di bawah penyokong , terutama yang te rletak secara langsung di
bagian depan kepala jembatan ,
• Tempat-tempat pada bangunan atas dengan ventilasi dan kemampuan pembuangan
air yang tidak cukup, di mana semua kontaminasi dapat secara relatif mudah
terkumpul (Gambar 3.10),
• Tempat-tempat di mana gelagar utama melintang di atas lantai (Gambar 3.11 ).
Tipe kedua paling utama dari kerusakan bangunan atas jembatan baja adalah efek fatik dan
retak fraktur, yang diwujudkan kebanyakan oleh retak. Gejala yang dihubungkan dengan
kegagalan fatik adalah sangat kompleks dan tergantung sebagian besar pada struktur
internal baja , intensitas beban siklis , tingkat tegangan dalam bagian struktur primer dan
sekunder, bentuk mereka, termasuk ketidakmenerusan struktural lokal dan takikan ,
mendorong ke arah konsentrasi tegangan , dll Bagi retak fraktur untuk muncul , kekurangan
daktilitas atau kekerasan bahan dan pe nurunan suhu secara dramatis seperti halnya kondisi
tegangan adalah perlu . Ana lisa fatik dan retak fraktur adalah di luar lingkup buku ini .
lnformasi yang relevan dapat dengan mudah ditemukan banyak lain sumber, sebagai contoh
, Pustaka rujukan 3.12. I nformasi yang memperhatikan kegagalan fatik di sini terbatas pad a
indikasi sensitif fatik secara detil tipikal dan penempatannya dalam bangunan atas jembatan
baja dengan berbagai tipe. Secara umum , tempat struktural yang tidak menerus lebih sensitif
untuk terjadinya kegagalan fatik ditunjukkan pada Gambar 3.12 dan 3.13.
/ CONTAMINATION
I
·-._____' -
Gambar 3-10 Penampang yang terbuka dari rangka bawah dengan akumulasi
pencemaran
Ill - 20
·- - _j -- _..
r
r ·- --- _L ~ -
Pipa pengeluaran
Gambar 3-11 Penampang struktur jembatan dari tipe jembatan rangka dengan ikatan
angin di bagian atas dengan lokasi yang sensitif
~<t .:. ~ :
.
-· ~ -
= - =- ·- ~·
,
-- - - - ;L-J
m·_,
;'
:
:'
:
,- \ ~ 1
Gambar 3-12 Lokasi retak fatik tipikal di dalam bangunan atas jembatan baja
Ill - 21
r. . -l ~ --.·~: -~ ·-\ ~ ) l--_,. :. ,
! 1 ' f • ~ • \1\,J - ~
Keterangan gambar :
1 retak fatik,
2 gelagar utama,
3 balok melintang ,
4 pengaku ,
5 cover plate.
6 diagonal,
7 rangka bagian atas.
Gambar 3-13 Lokasi yang memungkinkan dari retak fatik di dalam jembatan rangka
yang disambung dengan paku keling.
Tipe kerusakan yang teramati dalam struktur jembatan komposit . yaitu , struktur dengan
gelagar baja dan pelat lantai beton bertulang atau beton pra tekan, disebutkan dalam format
umum pada Bagian 3.1. Haruslah dicatat bahwa kerusakan tipikal pada struktur tipe ini yang
bersesuaian pada umumnya dengan kerusakan yang sebelumnya diperkenalkan yang
teramati baik dalam jembatan baja (di dalam bagian baja) dan bagian beton ( pada pelat
lantai beton). Bagaimanapun, kegagalan fatik diamati banyaknya secara jarang di dalam
jembatan komposit dibanding seluruhnya pada jembatan baja,kebanyakan oleh karena
pengurangan efek dinamis yang jelas oleh pelat lantai beton yang kaku dan relatif berat yang
menyediakan peredaman struktural.
Efek korosi dalam bagian baja dari jembatan komposit secara umum juga sedikit banyaknya
lebih lemah dibanding jembatan baja sebab pelat lantai beton memberikan suatu tipe atap
untuk bagian baja pada struktur itu. Bagaimanapun, sayap bagian atas gelagar baja adalah
suatu pengecualian sebab mereka terutama sekali sensitif terhadap korosi akibat
kelembaban yang terkumpul di dalam beton yang disebutkan pada Bagian 3.1. Di dalam
kasus terlalu rendahnya suatu kapasitas pemikulan dari penghubung geser, penghubung
geser dapat juga menjadi sensitif terhadap korosi karena pemisahan parsial yang mungkin
antara baja struktural dan pelat lantai beton di dalam lapisan kontak antara dua elemen ini .
Situasi ini, bagaimanapun, agak sangat jarang diamati dalam jembatan komposit.
Ill - 22
3.6. Kerusakan pada Elemen Jembatan dan Struktur Lain
Seperti yang disebutkan sebelumnya, kerusakan pada perletakan jembatan dan elemen
peralatan jembatan (sebagai contoh, sambungan siar-muai, penyekatan, elemen drainase,
railing, pagar penghalang, dll.) adalah suatu faktor sangat penting yang betul-betul
mempengaruhi perilaku jembatan di bawah berbagai tipe pembebanan, ketahanan nya dan
pemanfaatan secara aman. Sebagai contoh, korosi dan kontaminasi perletaran baja
mendorong kearah penguncian perletakan tersebut, menyebabkan gaya tambahan dalam
struktur yang tidak diramalkan dalam proses perancangan dan bahkan untuk perubahan di
dalam sistem statis jembatan.
Ill - 23
PANDUAN PEMELIHARAAN
DAN REHABILITASI JEMBATAN
.\.JICA
KERJASAMA JICA- INDONESIA (2004 - 2006)
Bagian 4
Penilaian dan evaluasi teknik
DESEMBER 2005
4. Penilaian Dan Evaluasi Teknik
Rehabilitasi jembatan sudah menjadi sifatnya dihubungkan dengan penilaian dan evaluasi
dari kondisi teknis jembatan dilakukan sebelum perbaikan atau pekerjaan retrofit. Penilaian
dan proses evaluasi didasarkan pada sistem pemeriksaan khusus dan pada bidang dan
pengujian laboratorium sebagaimana analisa teoritis yang lebih lanjut dalam banyak kasus.
Tergantung pada jembatan, skalanya dan sistem strukturalnya sebagaimana kepentingan
jembatan untuk para pemakai, proses ini dapat secara relatif kompleks dan memerlukan
peralatan dan instrumentasi khusus. Pemaparan teknik penilaian dan pada jaman ini, baik
secara eksperimen dan teoritis, memerlukan buku yang terpisah yang ditujukan seluruhnya
pada hal ini. Di sisi lain, sepertinya penting bagi pembaca untuk diperkenalkan untuk
beberapa permasalahan pokok termasuk teknik ini untuk pemahaman rehabilitasi jembatan
yang lebih baik.
Semua proses penurunan mutu struktur jembatan (Bagian 3.1) dapat secara sistematis
disimpulkan pada Gambar 4.1. Dapat dilihat bahwa penurunan mutu lewat melalui dua tahap
berbeda, yakni suatu tahap permulaan dan tahap propagansi.
Menurut Rostam tidak ada perlemahan yang diperigatkan muncul sepanjang tahap inisiasi
tetapi beberapa penghalang perlindungan dikuasai oleh media yang agresif, sepanjang
tahap propagansi, penurunan mutu yang dipercepat dapat diamati. Di dalam tahap inisiasi,
tidak ada kerusakan visual teramati secara umum, selagi tahap propagansi, kerusakan visual
pada umumnya muncul.
Awal Propagasi
~- -4~
II b
Umur layan teknis
!Ia
Kerusakan
Kerusakan pada struktur jembatan dapat berkembang sampai batas tertentu yang dapat
diterima atau bahkan dapat melebihi batas yang ditunjukkan pada Gambar 4.1. Haruslah
ditekankan bahwa "batas dapat diterima" adalah suatu faktor yang menentukan untuk
keselamatan dan pe!ayanan struktur jembatan, yang tergantung kebanyakan pada bahan
dan sistem struktural jembatan, tipe lalu lintas (contohnya, jalan raya atau jalan kereta api),
kekakuan struktur yang diperlukan dan ketahanannya, standard pemanfaatan jembatan yang
diperlukan (contohnya, jembatan yang ditempatkan; sepanjang jalan utama atau sekunder),
dll.
IV -1
" Batas yang dapat diterima" pada umumnya ditentukan dengan peraturan perancangan
atau pengujian. Bagaimanapun, kriteria struktural dan bahan yang berikut biasanya
diperhitungkan:
(a) Tingkat tegangan dapat diizinkan pada beton dan baja atau bahan lain yang di bawah
beban mati dan hidup sebagaimana di bawah lain tipe pembebanan lain, contohnya ,
efek termal;
(b) Kekakuan yang diperlukan dari elemen struktural primer dan sekunder dinyatakan
secara umum oleh lendutannya di bawah beban hidup dan pada umumnya dinyatakan
sebagai fraksi dari bentangan elemen struktural ( contohnya , 1/600, di mana I adalah
bentang efektif elemen struktural itu);
(c) Perbedaan izin di dalam penurunan pilar jembatan dan kepala jembatan (yaitu.,
penurunan izin yang tidak seragam dalam struktur);
(d) Retak izin di dalam beton pada umumnya 0.1 mm.
Lebih dari itu, terdapat beberapa kriteria lain dari gejala alami yang lebih spesifik seperti
yang berikut:
(e) Tingkat getaran izin struktur atau bagian individu baik mengenai keselamatan jembatan
(contohnya, efek fatik) dan standard pemanfaatan jembatan (contohnya , pengaruh
getaran yang berlebihan dari jembatan pejalan kaki pada para pemakainya). Untuk
mengetahui perilaku getaran jembatan dilakukan uji getaran untuk mendapatkan nilai
frekuensi alami aktual jembatan pada saat dibebani dan pada saat bebas beban. Untuk
analisis ini yang digunakan hanya nilai frekuensi alami jembatan pada saat beban
bebas saja. Nilai frekuensi alami jembatan yang terukur ini kemudian dibandingkan
dengan frekuensi alami teoritis (frekuensi alami utuh) dimana struktur jembatan
dianggap masih dalam keadaan baik.
Frekuensi alami teoritis didapatkan dengan cara melakukan perhitungan dengan
menggunakan rumus frekuensi alami untuk metode lentur pertama, sebagai berikut :
Dimana:
n = faktor koreksi berkisar antara 1 - 1 ,2
L = Panjang bentang efektif jembatan
Ed,namtk = Modulus elastisitas dinamik
kN
E,tatzk + } 9 -.,-
mm-
£dtnamtk = -'~
1,25
I = Momen inersia penampang
M = berat gekagar per meter panjang
Frekuensi alami teoritis dapat juga dilaksanakan dengan menggunakan analisis struktur
sebagai pengganti daro perhitungan di atas.
Sebagai ukuran relatif tingkat kerusakan digunakan rasio (k), yaitu perbedaan !lf antara
frekuensi alami terukur di lapangan dengan frekuensi alami teoritis (frekuensi alami
utuh) terhadap frekuensi alami utuh jembatan.
k = ~j = I~heruk - ~horils
heoritis fteoritu
Dari nilai k yang diperoleh, dapat dibuat kriteria penilaian, sebagai berikut :
1. Nilai k <:: 20 % -7 kondisi kritis (telah terjadi retak struktural)
2. Nilai 15 % :::; k:::; 20 % -7 kondisi kurang
3. Nilai k = 10 % -7 kurang cukup
4. Nilai k = 0 % -7 kondisi baik
Nilai k sebesar 20 % identik dengan penurunan kapasitas daya pikul sebesar 40 % dan
nilai k sebesar 10 % identik dengan penurunan kapasitas daya pikul sebesar 20 %
IV- 2
Apabila penilaian bc.rdasarkan nilai perbedaan frekuensi M alami terukur dengan
frekuensi alami teoritis, maka akan dapat dibuat kriteria penilaian, s8bagai berikut:
1. Nilai .M;::: 1 Hz -7 kondisi kurang (telah terjadi retak struktural)
2. Nilai 0,3 s; M s; 0,5 Hz -7 kondisi cukup
Nilai .M s; 0,3 Hz -7 kondisi baik
(f) tingkat yang diperlukan dari ketahanan struktural terhadap tekanan angin dan efek
angin lainnya;
(g) tingkat yang diperlukan dari ketahanan struktural terhadap efek seismik.
Jelaslah bahwa umur layan secara teknis dari suatu struktur jembatan adalah waktu dimana
tahap inisiasi dan propagansi dari penurunan mutu jembatan (Gambar 4.1) mencapai "batas
yang dapat diterima" yangbersifat menentukan untuk jembatan yang diberikan. Setelah itu,
rehabilitasi jembatan adalah sesuatu yang diperlukan sebab salah satu faktor dasar kriteria
yang ditandai di atas oleh (a)-(g) melebihi tingkat yang dapat diizinkan atau diperlukan.
"Batas yang dapat diterima" mungkin tercapai dan kemudian terlewati dalam keseluruhan
struktur, bagian-bagian tertentu dari itu atau bagian struktural individunya. Oleh karena itu,
pekerjaan perbaikan atau rehabilitasi dapat menjadi bagian yang skalanya - mulai dari yang
umum sampai ke bagin lokal saja. Keputusan yang relevan harus didasarkan pada hasil
pemeriksaan, monitoring atau pengujian jembatan, tergantung pada skala penurunan mutu
jembatan dan pentingnya jembatan untuk lalu lintas jalan raya atau jaringan jalan kereta api.
Penilaian dan evaluasi kondisi struktur jembatan teknis mendorong ke arah penentuan
apakah " batas yang dapat diterima" terlewati atau tidak dan kepada prediksi jika dan ketika
(setelah berapa banyak tahun) batas ini mungkin tercapai dan terlewati.
Penilaian kondisi teknis jembatan merupakan arti penting utama dari keselamatan struktur
ini. Oleh karena itu, haruslah dilakukan oleh staf rancang-bangun dengan " suatu
pengetahuan dan pengalaman luas di dalam teknologi bahan, mekanisme penurunan mutu,
prosedur perilaku dan konstruksi struktural".
lkhtisar
( tingkat presisi pengukuran)
-------------.------------------- ·-~
Pen elidikan J
Laboratorium Penyelidikan i
II
,.....,-----·!
i
Untuk menilai kondisi teknis jembatan, beberapa penyelidikan pada umumnya dilakukan
terlebih dahulu, menggunakan berbagai metode pendeteksian, monitoring dan pengukuran
lain, yang dapat sangat maju dalam beberapa hal. Metoda tersebut adalah di luar lingkup
buku ini; informasi tentang hal-hal tersebut dapat ditemukan di tempat lain. Bagaimanapun,
suatu strategi umum penyelidikan dapat dinyatakan dengan format gratis sebagaimana yang
ditunjukkan pada Gambar 4.2.
Suatu penilaian yang berjenjang pada umumnya didasarkan pada pemilihan penyelidikan
dimana tipe, nomor; jumlah dan penempatan seharusnya " menjadi keseimbangan antara
IV- 3
test yang presb yag memberikan wawasan lokal secara mendalam dan survei umum yang
memberikan suatu peninjauan luas".
Langkah yang pertama adalah, dalam mayoritas besar kasus, sebuah survai umum di
lapangan, yang mengizinkan suatu estimasi awal dari keselamatan jembatan dan suatu
indikasi tindakan pencegahan segera jika diperlukan. Langkah ini pada umumnya didasarkan
pada suatu si~tem pemeriksaan, yang disajikan di bawah pada Bagian 4.2.
Langkah kedua didasarkan pada banyak teknik penyelidikan, yang mana tersedia baik dalam
di dalam pengujian lapangan dan laboratorium. Pilihan teknik harus dibuat secara individu
tergantung pada tipe, bahan struktural dan skala dan tipe penurunan mutu jembatan
sebagaimana pendeteksian dan monitoring lain diperlukan untuk menilai kondisi teknis
struktur ini. Beberapa metoda pengujian menyangkut penyelidikan jembatan beton dan baja
dengan digolongkan pada Bagian 4.3.
Penilaian itu sendiri adalah "suatu interaksi kompleks antara data struktural, lingkungan dan
data pelayanan, data dari inspeksi visual, data pengujian dari lapangan dan laboratorium".
Nilai ekonomi adalah suatu faktor yang bersifat menentukan dalam semua kasus. Secara
umum, pengambilan keputusan berhubungan dengan pilihan itu antara pemeliharaan,
perbaikan dan penggantian jembatan atau beberapa bagian struktural dan elemen peralatan
dari elemen peralatan ( contohnya, sambungan siar-muai).
Salah satu dari hal pokok tetapi merupakan permasalahan yang paling sulit untuk
dipecahkan adalah evaluasi keselamatan jembatan dan prediksi uniur layan teknis jembatan
itu. Ada beberapa metode yang maju, kompleks dan tepat tersedia. Beberapa di antaranya
didasarkan pada pendekatan probabilistik dan statistik termasuk analisa kehandalan.
Penilaian umur layan berdasar pada penurunan mutu fisik adalah juga suatu seluruh
masalah yang kompleks. Bagaimanapun, terdapat beberapa rumusan untuk meramalkan,
contohnya, evolusi kedalaman karbonasi di dalam beton, konsentrasi klorida di dalam beton
pada kedalaman dan waktu manapun, atau evolusi korosi di dalam tulangan baja struktural (
lihat juga Bagian 3.5).
Pemeriksaan jembatan secara umum telah dijelaksan pada bagian 2. Pada bagian ini
adalahpenjelasan mengenai pengujian-pengujian struktur jembatan untuk evaluasi teknis.
Pengujian struktur jembatan lapangan dan monitoring dapat digolongkan ke dalam dua
kelompok utama sebagai berikut:
(a) Penyelidikan bahan dilakukan di lapangan dan menyangkut baik beton dan tulangan
atau baja prategang sebagaimana baja struktural, tergantung pada bahan struktural
jembatan.
(b) Uji coba perilaku struktur dan bagian struktural akibat beban dinamis dan statis.
IV -4
setelah beberapa tahun) menandai adanya perubahan positif atau negatif di dalam perilaku
struktur, contohnya, peningkatan atau penurunan sifat elastiknya). Permasalahan teknis dan
riset ye~ng dihubungkan dengan uji lapangan jembatan sangat penting tetapi lebih kompleks.
Beberapa keterangan umum diberi di bawah. Bagaimanapun, penyajian permasalahan ini
secara detil di luar lingkup dari buku ini.
Seperti disebutkan sebelumnya (Bab 3), kondisi teknis jembatan sebagian besar dipengaruhi
oleh skala dan tipe penurunan mutu bahan.
Oleh karena itu, perlu untuk menentukan karakteristik bahan yang nyata di dalam struktur
sebagaimana macan dan besarnya kerusakan bahan sebagai hasil pengaruh berbagai faktor
yang digambarkan pada Bab 3.
Banyak teknik maju yang berbeda untuk menentukan sifat bahan dan untuk mendeteksi
kerusakan bahan dan struktural selama uji lapangan jembatan. Sebagian besar adalah
metoda yang tidak merusak.
Sifat bahan sebagaimana pengrusakan bahan dan struktural untuk ditentukan selama
pengujian lapangan dari jembatan beton dan baja didaftarkan pada Tabel 4.2 dan 4.3,
berturut-turut, bersama-sama dengan teknik yang relevan untuk mendeteksinya.
Metoda pendeteksian didaftarkan pada Tabel 4.2. mempunyai ketelitian yang berbeda.
Beberapa di antaranya memberi hasil yang mana perlu untuk dibuktikan oleh metoda lain,
dengan pengujian laboratorium yang sesuai, atau dapat diperlakukan sebagai pendekatan
saja. Situasi ini dihasilkan sebagian besar dari karakter yang kompleks dari pengujian
lapangan itu sendiri, pelaksanaan di luar pada jembatan yang ada dengan elemen struktural
suatu dari skala besar dibandingkan dengan spesimen dan elemen pada umumnya diuji di
laboratorium.
Sebagai contoh, palu beton tipe Schmidt's. yang umum digunakan, mengukur kekerasan
permukaan beton dan mungkin bermanfaat untuk suatu studi dari selimut beton dan
penempatan area lemah dibandingkan dengan untuk menentukan kuat tekan beton.
Penentuan .yang dapat dipercaya dari kuat tekan oleh metoda ini memerlukan kalibrasi
khusus berdasarkan pada uji laboratorium yang dilakukan pada spesimen beton yang
diambil dari struktur.
Untuk menentukan kuat tekan beton di lapangan, suatu tipe khusus pengujian "tarikan ke
luar/ pull out test", mengatakan CAPO-Test, baru-baru ini dikembangkan. Gagasan utama
metoda ini secara sistematik ditunjukkan pada Gambar 4.3. Kuat tekan beton sebanding
dengan kekuatan penarikan yang dihasilkan oleh suatu dongkrak hidrolik .
IV -5
label 4.2 Sifat bahan dan bahan dan pengrusakan struktural yang ditentukan selama
uji lapangan jembatan beton.
atau kerusakan i
1. Kuat tekan beton Palu beton tipe Schmidt's- N0(1) :
Ultrasonik- NO
Pull-out ( contohnya, CAPO-Test)- 0(2)
I
2. Pendeteksian rongga dan Ultrasonik- NO
delaminasi dalam bet on dan Impact-echo- NO
cacat lainnya Scan dengan radar - NO
Termografi -NO !
3. Kedalaman selimut beton Bidang magnetic- NO i
Scan dengan radar - NO
Scan dengan Radiografi- NO I
IV -6
Tabel 4.3 Sifat bahan dan cacat bahan dan struktural yang ditentukan selama
pengujia;, lapangan jembatan baja.
(1) NO- pengujian t1dak merusak, (2) PD- sebagtan bers1fat merusak.
IV -7
Cincin yang berkembang Mandrel angker
pol a
perambatan
gelombang
rongga
Kecepatan pulsa ultra sonik (secara normal 2050 kHz) tergantung pada sifat elastis (
Modulus Young) dan kepadatan beton . Perjalanan waktunya pulsa antara jarak ya ng dikenal
(yaitu ., antar-transducer) tergantung pada kecepatan pulsa . Oleh karena itu, peralatan dapat
dikalibrasi untuk membandingkan sifat bahan pada penempatan yang berbeda di dalam
struktur dan untuk mendeteksi rongga , delaminasi dan keganjilan lain di dalam bahan itu.
Untuk mendeteksi rongga, tulangan, saluran kabel prategang, delaminasi atau keganjilan
Jain , yang metoda ultrasonik, impact-echo, radar dan radiografi dapat digunakan , secara
skematik ditunjukkan pada Gambar 4.4-4 .9. Beberapa informasi pokok tentang metoda ini
diberikan dalam bab yang relevan . Lebih dari itu , termografi baru-baru ini diterapkan untuk
mendeteksi beton yang keras dan tidak keras - perbedaan temperatur antar-beton berbeda
sekitar 3°C - sebagaimana untuk mendeteksi delaminasi beton , terutama di dalam lantai
jembatan . Untuk perbaikan jembatan dan tujuan rehabilitasi , penentuan konsentrasi
karbonasi dan klorida di dalam beton sebagaimana korosi tulangan baja dan kawat
prategang menjadi perhatian utama . Volume penggantian beton yang menurun mutunya dan
perkuatan tulangan yang terkorosi tergantung sebagian besar pada faktor yang tersebut di
atas. Teknik modern mengizinkan monitoring beton bertulang dan struktur beton prategang
dan untuk menyajikan luasan struktur yang menurun mutunya di dalam suatu format gratis,
yang dikatakan sebagai "pemetaan" (lihat Gambar. 4 .8).
IV- 8
ketukan
penerima I
dengan t:ayangan
Suatu dampak mekanik yang menghasilkan suatu pulsa tekanan yang merambat dalam
format gelombang dan terpantul dari ketidakmenerusan struktural dan geometris . Suatu
prosedur pem-plot-an puncak spektral mengizinkan untuk menginterpretasikan data dari
suatu scan struktur.
penyebar
sinya l penerima
\ / Un1t kendali dan
\ /L perekam /tayangan
I ' I f l
'---------
.
. : .·..
-------
~
~
. ·. ·.•· - -_....--
,
· (,
\
:~ <>
Keseluruhan area struktur dapat di-scan oleh radar pada kecepatan yang dapat diterima
untuk mendeteksi sebagian besar cacat di bawah permukaan. Kekosongan dan
ketidakmenerusan lain di dalam beton dideteksi oleh pengamatan atas variasi di transmisi
frekuensi pulsa radio melalui bahan .
sumber
sinar-x dan
film sensitif
terhadap
sinar - x
Kehilangan energi sinar yang melintas melalui suatu bahan heterogen seperti beton
tergantung pada kepadatan bahan itu . Menjadi lebih besar pada sebagian kepadatan yang
lebih tinggi. Metoda dapat juga berguna untuk memberi sua tu gambaran suatu luasan yang
lumayan kecil, memperlihatkan ukuran dan posisi tulangan dan tendon .
IV- 9
LEGENDA
~ Delaminasi
llll Tambala n sebel um di-overlay
Suatu contoh hasil ceta kan komputer dari penemuan melalui penyelidikan inframerah. Suatu
plot dari penunjukan tidak regular termal dari delaminasi dan menambal pelat lantai
jembatan .
voltmeter dengan
, / tahanan tinggi
, - -.;
,----0;------..........,
!
Elektroda
i --- referensi
Jembatan
.-· Konduksi
umrihr
· ..... ) ...,........ ·.······'"'"'' t·:·:<·"<·.··
i
/ I
Koneksi Beton
Ele ktnk ke Tulangan
tulangan
Pengembangan korosi juga dinyatakan oleh nilai-nilai potensi elektrik stationer di dalam
bagian yang berbeda dari struktur. Berikut ini adalah petunjuk untuk menginterpretasikan
pembacaan potensial : lebih negatif dibanding dari 350 mV- 95% kemungkinan korosi, nilai
mulai dari - 200 mV sampai dengan 350 mV- 50% kemungkinan korosi , lebih sedikit negatif
dari 200 mV- 5% kemungkinan korosi.
Salah satu metoda modern untuk memonitor korosi tulangan adalah pemetaan potensi
setengah sel (Gambar . 4 .9). Garis-garis !so-potential diperoleh dalam format grafis untuk
menentukan pengembangan korosi di dalam elemen struktural (Gambar . 4.10). Teknik
modern mengizinkan untuk memperoleh gambar dengan berbagai warna dari garis-garis
iso-potential (ekuipotensial) (pada umumnya merah- korosi tinggi tingkat lanjut , sampai
dengan biru- ketiadaan korosi).
Salah satu permasalahan [yang paling sulit adalah pemeriksaan kabel prategang di dalam
jembatan yang ada . Terdapat beberapa metoda untuk melakukan itu , yang mana biasanya
memberikan informasi yang tidak cukup dan diragukan pada kondisi teknis riil tendon dan
blok angkernya . Oleh karena itu , metoda yang paling umum dan dapat dipercaya umum
adalah inspeksi visual dengan penjelahan lubang yang dibor menggunakan endoskop
sebagaimana yang diperlihatkan pada Gambar 4.11.
IV -10
Jalan ra ya
Gelagar
,
~ o ,r "~ · 150
· .200
- 2~ 0
· 2 00
30 60 90 120 150
Bag . m uka dari ba lok lantai pe l"!ngkung
~ Tampilan
d -··I · ·
---·-' __,..
Jt
2=~
Cahaya yang
v
PanJang290-1150mm; II .
, d1sebarkan me a u1
Diameter 1,7 • 20 mm ~ _ fiber-optik untuk
mengiluminasi
daerah yang dicurigai
Perlengkapan penglihatan
Sumber cahaya lubang diameter 25 mm
yang dilubangi ke bagian
sa luran kabel prategang
Ro ngga
Saluran kabel
Graut
Ten don
Pengeboran dan teknik hampa udara/ tekanan mungkin memberi banyak informasi
bermanfaat. Bagaimanapun , " rongga di dalam saluran kabel dan korosi tendon tidak perlu
dilakukan bersama-sama".
Metoda ultrasonik dan impact-echo, baru-baru ini diterapkan pada banyak negara-negara
untuk pemeriksaan tendon, memberi hasil yang sesuai dengan inspeksi visual dengan cara
yang sama selagi aplikasi radiografi adalah agak terbatas oleh karena mahalnya biaya,
konsumsi waktu dan berbagai kesulitan di dalam menginterpretasikan toto dalam banyak
kasus.
Tentu saja, penyelidikan bahan juga dilakukan sepanjang uji lapangan jembatan baja , seperti
yang terdaftar pada Tabel 4.3 .
IV -11
ldentifikasi bahan merupakan bagian penting utama baik untuk evaluasi kondisi jembatan
dan rencana proses rehabilitasi, jika perlu. Dalam banyak kasus, rencana kontrak atau
gambar pabrik tidaklah tersedia. Oleh karena itu, analisa kimia harus dilakukan untuk
menentukan kemampuan baja untuk dapat dilas , proses pengelasan tertentu untuk
digunakan, dll. Beberapa dari teknik untuk mengidentifikasi bahan terdaftar pada Tabel 4.3
dikembangkan beberapa tahun yang lalu, contohnya , pengujian spark atau pengujian spot
kimia.
Selama pemeriksaan lapangan jembatan baja, perhatian khusus harus diberikan untuk
mendeteksi retak dan cacat lain di dalam elemen struktural dan hubungan yang dilas.
Retak dapat merupakan bagian dari gejala alarn yang berbeda, contohnya , retak fatik atau
retak fraktur. Cacat dalam las terjadi selama kristalisasi las pada temperatur 11 00-1300°C,
selama pendinginan dengan sendirinya pad a temperatur 100-300°C, dan sebagai hasil efek
fatik setelah pemanfaatan yang lama jembatan. Cacat dapat terjadi pada permukaan las
atau di dalam las. Cacat dapat berwujud retak longitudinal at au transversal, ketiadaan
penetrasi penuh las, alur yang menyusut, lubang gas, ampas bijih pemasukan logam atau
dan ketidakteraturan dimensi dan bentuk. Cacat ini pada umumnya dideteksi dengan cara
teknik radiografi dan ultrasonik, yang dengan singkat diperkenalkan di atas.
Dimensi baja yang nyata dari elemen struktural baja diperlukan ketika, sebagai contoh,
memperhitungkan penaksiran beban dari suatu jembatan yang direhabilitasi di mana elemen
struktural primer adalah tetap pada tempatnya. Oleh karena itu, metoda yang sesuai untuk
mengukur ketebalan baja harus diterapkan, seperti yang didaftarkan Tabel 4.3. Ketebalan
nyata penampang elemen struktural mencerminkan kondisi sekarang dari baja ( contohnya,
kehilangan akibat korosi dapat diperkirakan).
Seperti disebutkan pada bagian awal, di samping penyelidikan bahan, penyelidikan perilaku
struktur di bawah beban statis dan dinamis dilakukan dalam banyak kasus selama uji
lapangan jembatan. Penyelidikan statis dan dinamis dilakukan biasanya pad a jembatan yang
sudah ada, ketika beberapa keraguan muncul menyangkut kondisi teknis struktur dan
keputusan harus dibuat menyangkut pemanfaatan jembatan lebih lanjut , perbaikan,
rehabilitasi atau penggantian utamanya. Lebih dari itu, macam pengujian jembatan adalah
juga dilaksanakan untuk tujuan riset, contohnya , ketika peraturan perancangan baru perlu
untuk dibuktikan secara eksperimen, atau karakteristik dinamis nyata struktur adalatl untuk
ditentukan untuk menaksir kepekaannya terhadap efek dinamis dari berbagai tipe jembatan,
dll.
Pengujian lapangan jembatan dapat membantu insinyur dalam area sebagai berikut
(a) untuk memverifikasi teknik analisa dan perancangan baru,
(b) untuk menentukan mengapa cacat tertentu di dalam jembatan dapat berkembang,
(c) untuk meninjau kembali kapasitas batasan jembatan,
(d) untuk menentukan kapasitas beban jembatan,
(e) untuk menentukan jika struktur saat ini memerlukan modifikasi besar,
(f) untuk menentukan efek modifikasi yang terdahulu pada kapasitas beban,
(g) untuk menentukan respon jembatan akibat beban acak dan efek fatik,
(h) untuk menentukan model beban yang sesuai untuk memprediksi beban di atas
jembatan dalam periode lebih lanjut,
(i) untuk menentukan sifat dinamis jembatan baik terhadap angin, gempa bumi atau beban
tumbukan.
IV -12
Oleh karena itu, dalam mayoritas besar kasus, uji lapangan jembatan akibat beban statis
dilakukan untuk tujuan umum yang berikut ini :
(a) untuk bandingkan perilaku nyata jembatan dengan model teoritisnya yang diasumsikan
pada proses disain atau pada analisa teoritis yang diakukan sebelum pengujian
lapangan,
(b) untuk menguji ketepatan pelaksanaan jembatan,
(c) untuk menentukan daya-dukung nyata jembatan, terutama kapasitas lama, dan untuk
menaksir marjin keselamatan struktur.
Tujuan tertentu pengujian boleh berbeda tergantung pada jembatan itu. Bagaimanapun,
distribusi beban untuk menentukan interaksi nyata bagian struktural primer dan sekunder
diuji secara umum. Terutama penting dalam kasus jembatan tua yang dirancang dengan
menggunakan metoda analisa yang disederhanakan sebagaimana dalam kasus jembatan
dengan kerusakan berbagai tipe ( contohnya, jembatan beton dengan retak di dalam
elemen struktural, yang terutama di bagian diafragma), di mana interaksi elemen dapat
menjadi lebih lemah dibanding diramalkan dalam tahap perancangan.
Pembebanan statis jembatan jalan raya pada umumnya diterapkan oleh kendaraan dengan
beban dan jarak yang diketahui, menirukan kendaraan standar yang relevan, sedangkan
untuk jembatan kereta api, tipe relevan kendaraan jalan kereta api dan lain kendaraan
beroda digunakan. Dalam beberapa kasus, beban statis dapat diterapkan dengan
menggunakan metoda lain, contohnya , dongkrak hidrolik atau blok beton yang dikehui
beratnya.
Pengujian lapangan di bawah pembebanan statis dilakukan menurut program tertentu yang
dikembangkan sebelum penyelidikan jembatan dan menyangkut baik cara pembebanan (
contohnya , jumlah kendaraan, massa dan distribusinya di atas jembatan yang memberi
momen lentur atau gaya geser maksimum dalam struktur, urutan dan jangka waktu dari
siklus pembebanan dan penghilangan beban, dll.) dan parameter untuk diukur, termasuk
peralatan dan teknik pengukuran.
Perpindahan struktur di bawah pembebanan statis dapat diukur dalam arah horisontal dan
arah vertikal tetapi perpindahan vertikal, dinyatakan pada umumnya sebagai lendutan
elemen struktural, diukur dalam setiap kasus, menggunakan dial gauge, LVDT (Transducer
dengan perbedaan voltase linier) yang difabrikasi, pengukuran kerataan atau teknik
pengukuran lain.
IV -13
(a)
;; =>
~ ~ :;- .. - - - - - -~ .. !!J.!l!
- - Yang d1hltung
•• · • · • Yang d1ukur
{b)
Gambar- 4.12 Suatu contoh lendutan yang terhitung dan yang terukur ( di dalam tanda
kurung) dari gelagar utama akibat pembebanan (a) simetris dan (b) tidak simetris( b)
Nilai-nilai yang terukur dari perpindahan , kebanyakan lendutan , dibandingkan dengan nilai-
nilai yang terhitung yang bersesuaian baik pada beban standar, beban perancangan dan
dan sesuai dengan kendaraan yang diterapkan pada pengujian . Nilai-nilai yang terukur
biasanya lebih kecil dibandingkan dengan yang dihitung, sebab model kalkulasi ( bahkan
yang sangat kompleks pun dengan menggunakan komputer) selalu lebih sederhana
dibanding struktur yang riil ( Gambar 4.12(a)). Ketika situasi yang berlawanan terj adi , berarti
proses kerusakan struktur telah mencapai tahap yang sangat lanjut. Bagaimanapun, ketika
interaksi transversal elemen struktural diuji di bawah pembebanan tidak seragam , nilai-nilai
yang dihitung dapat kurang dari yang terukur dalam beberapa bagian dari struktur
sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 4 .12(b). Kemudian ha I tersebut menunjukkan
bahwa interaksi transversal yang nyata menjadi lebih baik dibanding yang dihasilkan model
perhitungan.
Salah satu ukuran pokok kualitas struktural adalah perilaku elastis jembatan di bawah siklus
pembebanan dan penghilangan beban. Lendutan permanen izin maksimum ( yp) setelah
penghilangan beban pada umumnya diberikan dalam regulasi atau standar relevan sebagai
fraksi antar lendutan maksimum ( ymax) di bawah pembebanan , contohnya , yp < 0.2 ymax.
Bandingkan nilai-nilai yp yang diukur sepanjang pengujian, dan yang dilakukan pada suatu
interval waktu tertentu ( contohnya lima tahun) , perilaku elastis struktur dapat diperkirakan.
Suatu penurunan sifat elastis menandai adanya beberapa cacat bahan atau kerusakan
struktural.
IV -1 4
Untuk menentukan tegangan pada lokasi jembatan yang diberikan, tegangan pada
umumnya diukur dengan menggunakan berbagai teknik, kebanyakan dengan yang elektrik
dengan penggunaan strain gauge yang menggunakan batasan ketahanan atau kapasitas
listrik. Teknik pengukuran sekarang ini sangat maju dan banyak tipe peralatan tersedia.
Oleh karena variasi yang besar dari instrumentasi, mustahil untuk menyajikannya secara
detil dalam buku ini. Bagaimanapun, nampaknya perlu untuk mengindikasikan bahwa secara
tidak berurutan teknik pengukuran tertentu diterapkan, semua pengujian jembatan pad a
umumnya menggunakan peralatan yang berikut ini:
(a) Transducer,
(b) Pengatur dan pembesar sinyal,
(c) Perekaman dan pemroses data.
Teknik komputer untuk merekam dan menangani pengukuran data sekarang ini secara luas
digunakan.
Dalam hal jembatan penting atau untuk tujuan riset, test dinamis adalah juga dilakukan.
Jembatan diuji di bawah beban dinamis yang sebagian besar untuk dua tujuan yang berikut:
1. untuk memperoleh data karakteristik dinamis jembatan,
2. untuk memperoleh suatu perkiraan ketentuan izin beban dinamis (faktor tumbukan) yang
dapat digunakan dalam evaluasi jembatan.
Uji dinamis pada jembatan jalan raya dan kereta api dapat dilakukan menggunakan
pembebanan berikut:
(a) lalu-lintas normal,
(b) kendaraan atau mesin uji,
(c) pelepasan mendadak lendutan dengan mewujudkan suatu beban yang berkait dengan
struktur,
(d) pembuatan eksitasi sinusoidal,
(e) alat masukan energi,
(f) pengereman kendaraan atau suatu mesin pada jembatan,
(g) dampak yang dihasilkan oleh suatu kendaraan yang berjalan melalui palang baku (
dalam kasus jalan raya).
Secara umum, pengujian adalah paling sering dilakukan di bawah lalu lintas normal atau di
bawah kendaraan uji.
Dalam kasus lalu lintas normal, data yang sangat berarti untuk suatu evaluasi[yang realistis
dari karakteristik dinamis struktur dan penaksiran jangkauan tekanan yang diper1ukan untuk
kalkulasi fatik dapat diperoleh. Pemanfaatan normal jembatan adalah paling mewakili untuk
mengamati perilaku dinamisnya. Data yang diperoleh dari pengujian dilakukan di bawah lalu
lintas normal yang tak terkendali untuk suatu waktu yang cukup lama, mengizinkan estimasi
suatu ketentuan izin beban dinamis menggunakan analisa statistik.
Bagaimanapun, pelaksanaan dari kendaraan atau mesin uji dari beban gandar dan jarak di
atas jembatan yang diketahui pada berbagai kecepatan sepertinya paling umum yang
digunakan pada uji lapangan. Secara normal, satu (atau lebih dalam beberapa kasus
khusus) tentang kendaraan sebelumnya diterapkan untuk uji statis digunakan untuk uji
dinamis. Seperti pengujiian menyediakan informasi pada beberapa karakteristik dinamis
yang dipilih dari jembatan secara umum.
IV -15
Selama pengujian dinamis, parameter benkut ini menandai perilaku dir.amis suatu jembatan
pada umumnya diukur:
(a) frekuensi alami
(b) bentuk mode ,
(c) faktor redaman .
Beberapa teknik pengukuran diterapkan untuk mengukur parameter di atas. Secara umum ,
peralatan untuk uji dinamis jauh lebih kompleks dan mahal dibanding yang berlaku pada uji
statis. Penyajian metoda uji dan peralatan yang relevan di luar lingkup buku ini.
Bagaimanapun, haruslah ditunjukkan bahwa bagian yang utama dari kumpulan pengukuran
secara umum sama halnya dengan uji statis tetapi karakteristik tipe dan pengukuran dari
peralatan dinamis berbeda . Masalah utama pengukuran terdiri dari sejumlah besar saluran
regangan, yang harus dibaca pada kecepatan scan tinggi . Khususnya, suatu pengukuran
multisaluran dan peralatan perekam untuk uji dinamis dan suatu sistem akuisisi data yang
terkomputerisasi diperlukan.
Hasil uji dinamis disajikan dalam format grafis atau digital. Suatu contoh yang diidealkan dari
suatu vibrograph menyangkut perpindahan vertikal dinamis gelagar jembatan utama
ditunjukkan Gambar 4.13. Dapat dilihat bahwa vibrograf mengizinkan penentuan tiga
karakteristik dinamis jembatan yang disebutkan di atas. Sebagai contoh , faktor redaman [itu]
( contohnya , penyusutan logaritmik) dapat ditentukan dari bagian dari vibrograph yang
sesuai dengan getaran bebas (bagian ditandai oleh S pada Gambar 4 .13). Pengukuran
modern dan teknik pengolahan data memungkinkan kita untuk memperoleh nilai-nilai dari
karakteristik dinamis yang secara langsung dalam format numerik.
Gambar- 4.13 Suatu contoh vibrograf ideal dari perpindahan vertikal gelagar jembatan
0- penanda waktu ( 1 s = 1 detik), P- didapat ketika poros sumbu kendaraan pertama berada
di atas jembatan dan didapat ketika poros sumbu kendaraan yang terakhir keluar dari
jembatan, W - jangka waktu getaran paksa, S- jangka waktu getaran bebas , Yst- perubahan
statis, Yav·- garis perubahan rata-rata, Ymax- perubahan dinamis maksimum , 8- amplituda
getaran , t....,. periode getaran paksa, t5 - periode getaran bebas (periode alami).
Test dinamis dilakukan pada suatu interval waktu tertentu (contohnya , lima tahun)
memperbolehkan kita untuk menguji variasi dalam perilaku dinamis struktur. Sebagai
Sebagai contoh, suatu peningkatan faktor redaman menandai adanya secara umum suatu
pengurangan sifat elastis struktur akibat beberapa kerusakaan struktural dan cacat bahan .
Dengan cara yang sama untuk uji statik lapangan , pengujian dinamis pada umumnya
dilakukan menurut program tertentu yang dikembangkan sebelum pengujian. Program harus
disiapkan oleh staffrancang-bangun yang sangat berpengalaman. Kendati beberapa
petunjuk umum dalam eksistensinya beberapa tahun, masing-masing program perlu untuk
dipertimbangkan sGcara individu. Dalam beberapa kasus, suatu analisa teoritis dinamis lebih
IV -16
lanjut dibuat untuk dibandingkan dengan perilaku dinarr.is yang diprediksi dari struktur
tersebut dengan perilaku dinamis aktualnya yang ditentukan dengan penguian lapangan.
Di dalam analisa yang teoritis, suatu interaksi antara stuctur itu sendiri dan kendaraan uji
diyatakan dalam wujud lebih atau kurang model kompleks harus dipertimbangkan dengan
seksama.
Test dinamis juga mengizinkan kita untuk menguji pelayanan getaran jembatan. Sangat
penting dalam kasus jembatan pejalan kaki yang kurang kaku atau, kasus yang lebih umum,
ketika getaran struktur dirasakan oleh para pemakainya sebagai hal yang terlalu sering
terjadi.
lnformasi lebih dari dinamika jembatan dan pengujian bidang dinamis ada tersedia di tempat
lain, dan manual, panduan, peraturan yang atau regulasi lain relevan.
Akhirnya, haruslah ditunjukkan bahwa uji lapangan jembatan mungkin mahal dalam banyak
kasus tetapi, secara umum, biaya mereka adalah tidak signifikan dibandingkan dengan
pembangunan jembatan baru. Terdapat suatu jumlah besar dari situasi ketika hasil
pengujian memverifikasi hasil kalkulasi yang negatif ( contohnya, kalkulasi fatik) dan
jembatan tua mungkin dimanfaatkan tanpa atau dengan hanya sedikit pembatasan tanpa
penggantian. Uji lapangan dapat juga menunjukkan bagian-bagian struktur yang diperlukan
untuk diperbaiki atau diperkuat. Lebih dari itu, uji lapangan pada umumnya menyediakan
informasi jika tidak dapat diperoleh, contohnya , menyangkut pengurangan [ketidakpastian
statistik, beban ultimit, lendutan, getaran layan, data untuk analisa fatik.
Sebagaimana disebutkan di atas, uji lapangan jembatan adalah suatu bagian integral
inventaris dan estimasi jembatan.
Uji laboratorium dihubungkan dengan penilaian dan evaluasi jembatan yang ada pada
umumnya dilakukan pada spesimen yang diambil dari struktur yang dievaluasi .. palam
beberapa kasus, bagian struktural yang dipotong dari struktur itu (contohnya, fragmen
hubungan jembatan baja, perletakan atau elemen jembatan dari sambungan siar-muai) diuji.
Uji yang dilakukan pada keseluruhan elemen struktural diambil dari struktur yang ada
(contohnya, balok beton pratekan) adalah jarang dilaksanakan.
Dalam kasus jembatan beton, spesimen bahan mungkin spesimen beton, tulangan atau baja
prategang. Secara umum, mereka diuji dalam laboratorium menurut prosedur yang baku,
yang mungkin berbeda tergantung pada negara tetapi pada umumnya berhubungan dengan
penentuan sifat bahan yang terdaftar pada Tabel 4.4.
Dalam kasus jembatan baja, spesimen baja struktural kebanyakan diuji untuk menentukan
sifat bahan yang terdaftar pada Tabel 4.4. Bagaimanapun, dalam beberapa kasus, fragmen
struktural secara relatif dipotong dari struktur juga diuji, sebagian besar untuk menentukan
karakteristik fatik hubungan.
IV -17
Tabel 4.4 Sifat bahan yang diuji dalam laboratorium pada spesimen yang diambil dari
jembatan beton dan baja.
Uji laboratorium menyangkut sifat mekanis bahan kebanyakan bersifat merusak dan
dilakukan menggunakan mesin uji dari berbagai tipe. Lingkup uji tergantung pada kebutuhan
individual.
Untuk tujuan rehabilitasi jembatan, identifikasi bahan ( 8.1, C.1, 0.1 dalam Tabel 4.4),
terutama mengenai jembatan baja tua, mempunyai bagian kepentingan pokok untuk memilih
suatu bahan sesuai ' untuk perbaikan atau perkuatan. Sarna halnya, beton dan sifat
tulangan baja aktual dalam struktur harus dikenal sebelum proses perancangan rehabilitasi.
Kuat tekan beton ( A.1) dapat ditentukan dengan perolehan spesimen inti struktur yang
menggunakan suatu mesin bar khusus dan peengujian specimen tersebut. Spesimen adalah
silinder dengan garis tengah pada umumnya bervariasi mulai dari 8 s/d 16 em, tergantung
pada ukuran agregat, dan dengan panjangnya yang lebih disukai dua kali garis tengah, jika
mungkin. Perolehan spesimen dari struktur memerlukan ketelitian dan perhatian khusus,
sebab tulangan baja atau tendon prategang dapat sebagian rusak atau bahkan terputus
selama pengeboran. Lebih dari itu, beton yang diperoleh harus cukup kuat. Beton yang tidak
keras, menurun mutunya secara umum terlalu lemah untuk dapat diperoleh. Lubang bar
yang tersisa dalam struktur setelah pengambilan inti spesimen harus dengan segera diisi
dengan beton atau bahan perbaikan sesuai yang lain.
Dalam beberapa hal, untuk menentukan penyebab lingkungan tertentu yang mendorong ke
arah penurunan mutu beton, analisa kimia dilakukan untuk mendeteksi bahan kimia
berbahaya dan konsentrasinya dalam bahan ( A.S). Analisa pada umumnya dilakukan pada
potongan beton yang secara visual menurun mutunya diambil dari struktur. Sebagai
tambahan, suatu analisa petrographic yang menggunakan teknik mikroskop dapat
dilaksanakan untuk mendeteksi rongga, retak pada agregat kasar, retak atau debonding
antara agrregat dan substrate sebagaimana cacat lain dalam struktur beton internal (A.6).
Pengamatan dapat dibuat pada potongan beton sisa dari uji kekuatan yang sebelumnya
dilakukan atau pada potongan bahan yangdiambil secara langsung dari struktur itu.
Specific gravity , permeabilitas dan ketahan beku beton (A.2, A.3, A.4) ditentukan, jika
diperlukan, menggunakan prosedur baku. Uji seperti itu mengizinkan kitauntuk memperoleh
informasi pada kualitas beton dalam struktur jembatan, sebagian besar berkenaan dengan
ketahanan bah an ..
Uji identifikasi bahan pada tulangan baja (8.1) dilakukan pada spesimen yang dipotong dari
tulangan individual struktur, selagi kasus baja prategang (C.1 ), pada kawat individual yang
dipotong dari tendon. Dengan cara yang sama, identifikasi bah an baja struktural (C.1)
dilakukan pada spesimen uuga disebut kupon) yang dipotong dari elemen jembatan.
IV -18
Pemilihan penempatan darimana yar.g untuk memotong kupon merupakan bagian penting
utama. Lokasi mungkin dipindahkan baik d~ri elemen struktural yang sekunder ( co!ltohnya ,
pengaku diafragma) dan elemen struktural yang primer ( contohnya, gelagar utama).
Tergantung pada penempatan elemen dan kupon, konsekuensi keselamatan sebagai hasil
pengurangan penampang dari unsur yang diberikan harus dianalisa. Perbaikan yang sesuai
harus disajikan untuk memelihara daya-dukung jembatan, contohnya, detail perbaikan baut
atau las. ldentifikasi bahan d;lakl!kan menggunakan analisa kimia sebagaimana cara
penyelidikan mikroskopik struktur internal baja. Sebagaimana yang disebutkan di atas (
Bagian 4.3), baja harus dikenali, terutama dalam hal jembatan tua , yang kebanyakan untuk
menentukan kemampuan untuk dapat dilasnya dan proses las untuk digunakan selama
perbaikan atal! rehabilitasi struktur itu.
Pengamatan mikroskopik atas struktur internal dari tulangan, prategang dan baja struktural
dilaksanakan dalam kasus kerusakan struktural untuk memahami dan menentukan mengapa
bagian bahan tertentu adalah runtuh.
Sifat mekanis pokok penulangan, prapenegangan dan baja struktural (8.2, C.2, 0.2) pada
umumnya ditentukan oleh uji tarik dengan penggunaan mesin standar uji dan strain gauge
berbagai tipe untuk mengukur regangan selama pengujian. Uji seperti itu mengizinkan
penentuan hubungan tegangan-regangan dan karakteristik bahan lain sebagai hasil,
contohnya , kekuatan-tarik. batas leleh, Modulus Young.
Dalam kasus baja struktural, uji fatik sebagaimana pengujian ketahanan getas fraktur dapat
dilakukan pada kupon itu. Prosedur uji secara normal distandardisasikan tetapi pengujia itu
sendiri dilaksanakan ketika keraguan serius terjadi mengenai fatik dan ketahanan retak
fraktur dari bahan di jembatan ada yang diberikan. Dalam beberapa situasi, bagian-bagian
dari struktur, kebanyakan sambungan dilas, dapat dipindahkan dari jembatan dan
diperlakukan terhadap beban fatik dalam suatu khusus mesin uji khusus. Ketahanan retak
fraktur pada umumnya diuji pada spesimen standard dengan cara uji tumbukan dengan
menggunakan palu pendulum yang terayun, kebanyakan tipe Charpy. Jumlah energi
tumbukan yang dulu digunakan untuk membuat fraktur spesimen dipertimbangkan sebgai
suatu ukuran fraktur bahan. Retak yang fraktur secara norm(:ll_ dari struktur granular ketika
fraktur fatik secara normal mempunyai suatu struktur berserat. Hal ini memugkinkan kita
untuk membedakan dan menentukan penyebab pengrusakan struktural dalam elemen
jembatan.
Dalam beberapa kasus tertentu, uji tambahan mungkin dilakukan dalam laboratorium, yang
kebanyakan pada kawat yang diambil dari tendon prategang (C.4), contohnya , contrafleksi,
uji torsi atau uji perpanjangan. Uji tersebut pada umumnya dilakukan menurut prosedur
baku.
Uji Laboratorium adalah elemen yang sangat penting yang melengkapi pemeriksaan
jembatan dan uji lapangan jembatan. Dalam banyak kasus, hasil ujii laboratorium adalah
suatu faktor yang bersifat menentukan dalam memilih suatu solusi bahan yang sesuai untuk
perbaikan, rehabilitasi atau moderenisasi jembatan.
IV -19
PANDUAN PEMELIHARAAN "
DAN REHABILITASI JEMBATAN
KERJASAMA JICA - INDONESIA (2004 - 2006)
·--
JICA
Bagian 5
Pemeliharaan rutin
DESEMBER 2005
5. Pemeliharaan Rutin
Sebagai tambahan, pekerjaan penunjangan kadang kala dilakukan agar jembatan tetap
berfungsi sampai menunggu adanya dana untuk perbaikan atau penggantian. Tingkat
pelayanan jembatan yang mendapat penunjangan biasanya lebih rendah daripada jembatan
asalnya dan hal ini dilaksanakan untuk sementara waktu saja, tergantung dari pelaksanaan
perbaikan besar atau perencanaan untuk penggantian jembatan baru.
Kegiatan ini mencakup pekerjaan menunjang jembatan dengan pilar sementara atau jenis
penunjangan lainnya, pembatasan Iebar, pembatasan muatan dan lain-lain. Dalam beberapa
hal, pekerjaan penunjangan jembatan memerlukan penyelidikan dan perencanaan sebelum
dilaksanakan.
v -1
Kegi::ltan pembersihan mencakup:
Pada umumnya kegiatan tersebut diatas dilaksanakan dengan menggunakan sapu atau
sekop.
Untuk membersihkan tumbuh?!"' dapat dipakai parang pembabat, kapak dan/atau gergaji.
V-2
Tabel 5-1 Element-elemen yang memerlukan Pembersihan
Daftar elemen
No. Uraian No. Uraian No. Uraian
4.211 Tebing sungai
2.200 Aliran 3.210 Aliran sungai
sungai I
timbunan 4.231 Timbunan jalan pendekat
3.230 Tanah timbunan (oprit) --
4.232 Drainase-timbunan
4.233 Lapisan perkerasan
4.323 Dinding penahan tanah I
2.300 Bangunan 3.320 Kepala jembatan I r-- kepalj~J"_b!<3n -·-
V-3
5.2.5. Pemeliharaan Permukaan Jalan
Pemeliharaan permukaan jalan terdiri dari penambalan lubang-lubang dan perbaikan
kerusakan lapisan aspal pada jembatan serta jalan pendekatnya. Dan hal ini pada dasarnya
merupakan kelanjutan dari pekerjaan pemeliharaan jalan
Elemen-elemen dalam Tabel 5-2. biasanya memerlukan pengecatan. Elemen level 3 yang
terdapat pada daftar termasuk semua elemen level4 yang berhubungan.
V-4
Tabel 5-2 Elemen yang memerlukan pengecatan
Daftar Elemen
No. Uraian No. Uraian
3 310 Fundasi
2.300 Bangunan bawah , 3.320 Kepala jembatan/ pilar
! 3.610 Landasan/Perletakan
_3.41 Q_ Sistem gela99!: _______
3.450 Rangka
3.480 Jembatan gantung
2.400 Bangunan atas 3.500 Sistem lantai
3.600 Sambungan siar muai
3 620 Sandaran
---
3.700 Bangunan pelengkap
Permukaan aspal yang berada di atas lantai baja atau lantai beton akan tahan sekitar 5
tahun sampai 8 tahun sebelum memerlukan penggantian Lapisan aspal permukaan
sebaiknya dikupas terlebih dulu dari lantai sebelum lapisan yang baru dipasang. Ketebalan
lapisan aspal tidak boleh melebihi 50 mm
Permukaan lantai kendaraan yang menggunakan kerikil dengan semprotan bahan pengikat
biasanya mengalami perubahan bentuk (deformasi) atau pecah, untuk mengatasi hal
tersebut maka lapisan tersebut harus digali kemudian ditambah kerikil dan dipadatkan
kembali sebelum diberi lapisan atas yang memakai bahan pengikat aspal yang
disemprotkan.
Juga diharapkan penggantian papan jalur roda kendaraan bersamaan dengan penggantian
papan lantai karena hal itu akan merupakan pekerjaan pemeliharaan yang efisien dipandang
dari sudut gangguan terhadap lalu-lintas dan kemudahan pembangunan lantai baru.
Papan jalur roda kendaraan yang terbuat dari kayu memerlukan penggantian setiap 2 tahun_
Papan baru tersebut harus dibaut pada lantainya.
V-5
Volume pekerjaan pembersihan tidak selalu sama antara jembatan yang satu dengan
jembat3n yang lain tetapi pada umumnya, mencakup pembersihan bagian luar gelagar,
sayap gelagar dimana banyak kotoran yang menumpuk, dudukan perletakan!landasan dan
bagian lain yang tidak dapat terjangkau pada waktu diadakan pemeliharaan rutin.
Jenis pekerjaan ini mungkin memerlukan tangga/perancah dan sebaiknya kelompok pekerja
pemeliharaan ini dilengkapi dengan tangga.
5.3.2.5. Landasan/perletakan
Landasan harus dibersihkan dengan baik dari tumbuh-tumbuhan, lumut dan kotoran.
Pencucian, penyikatan dan penggosokan hendaknya dilakukan apabila diperlukan.
Jenis landasan yang bergerak sebaiknya diberi pelumas setiap 3 tahun sekali dan banyak
jembatan yang memerlukan tangga atau peralatan lainnya untuk melakukan jenis pekerjaan
ini.
Bagian nipel atau lubang guna pelumasan seringkali tersumbat atau rusak, maka bagian
tersebut diganti agar pelumas dapat dipompakan dengan efektif ke dalam nipel tersebut
sampai dibagian ujung yang lain.
Landasan tersebut perlu diberi pelumasan tetapi hendaknya tidak berlebihan atau
secukupnya saja sehingga jangan sampai menutupi masalah yang akan timbul (sebelum
pelumasan berikutnya) dan menghalangi pendeteksian pada pemeriksaan berikutnya.
~-]
Daftar Elemen
Uraian Uraian Uraian !
4.211 Tebing Sungai I
3.210
4.212 Ali ran Air Utama
Aliran Sungai
4.213 Daerah genangan banjir
4.221 Krib/ Pengarah Arus Sungai
4.222 Bronjong dan Matras
4.223 Talud Baton
3.220 4.224 Pasangan Batu Kosong
2.200 Ali ran
Bangunan 4.225 Turap Baja
Sungai/
Pengaman 4.226 Sistim Fender
Tanah
Timbunan 4.227 Dinding Penahan Tanah
4.228 Pengamanan dasar sungai
4.231 Timbunan Jalan Pendekat
I 3.230 4.232 Drainase- Timbunan
Tanah 4.233 Lapisan Perkerasan
Timbunan 4.234 Pelat lnjak
4.235 Tanah Bertulan_g_
v- 6
Tabel 5-4 Elemen untuk perbaikan sederhana (lanjutan)
Daftar Elemen !
Uraian Uraian Uraian
4.322 Pilar Dinding/Kolom
2.300 3.230 4.323 Dinding Penahan Tanah/ 1
~-
--- ---------- karet
4.604 Sambungan-sambungan_
-~_ --=l I
4.~?_lTia!gr:dn _____ ~-
4.622 Sandaran horisontal
3.620 Sandaran 4 623 Penunjang Sandaran
4.624 Parapet/Tembok Sedada
4. 701 Batas-batas ukuran
4.711 Rambu-rambu dan Tanda-
tanda
4.712 Marka Jalan
3.700 Perlengkapan 4.721 Lampu penerangan
4.722 Tiang Lampu
4.723 Kabel Listrik
4.731 Utilitas
3.801 Gorong-gorong persegi
2.800 Gorong- 3.802 Gorong-gorong pipa
gorong 3.803 Gorong-gorong
pelengkung
V-7
Tabel 5-5 Penggantian bagian-bagian kecil
Daftar Elemen
Uraian Uraian
3.500 Sistem Lantai J 4.507 Pipa cu~_!.Q _______________
3.600 Sambungan lantai i 4.603 Sambungan siar mua!__ karet ··-
4.611 Perletakan baja
3.610 Landasan I perletakan --
4.612 Perletakan karet
4.711 Rambu-rambu dan Tanda-
Ianda
3.700 Bangunan Pelengkap 1 4.713 Papan Nama
4.714 Patung
, 4.721 Lampu Penerangan
Perbaikan darurat dapat berbentuk dari yang paling sederhana yaitu perbaikan sandaran
jembatan yang rusak atau pemasangan jembatan sementara diatas jembatan yang runtuh
akibat banjir atau beban yang berlebihan.
v- 8
5.5.2. Jenis-Jenis Penanganan
Penanganan sementara harus dilaksanakan dalam hal kerusakan jembatan disebabkan oleh
kecelakaan, untuk menjamin keselamatan struktur itu sendiri dan pemakai jalan.
Penanggulangan darurat dapat mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
• Perbaikan pada bagian awal pagar pengaman
• Pembuatan bangunan penahan tanah untuk menahan timbunan dan sebagainya.
• Perbaikan bangunan pengamanan aliran sungai
• Pembuatan pembatasan sementara lalnnya atau mer.gallhkan lalu-lintas ke jalan
alternatif
• Pemasangan jembatan sementara
• Penggantlan komponen
V-9
-'"' ..
Bagian 6
Tata cara pemeliharaan dan rehabilitasi kerusakan
yang berhubungan dengan bahan
DESEMBER 2005
6. Tata Cara Pemeliharaan Dan Rehabilitasi Kerusakan Yang Berhubungan
Dengan Bahan
6.1. Umum
Bagian ini menguraikan mengenai tatacara I prosedur pemeliharaan rutin, pemeliharaan
berkala dan pekerjaan rehabilitasi yang berhubungan dengan jenis bahan dan
kerusakannya, seperti telah dijelaskan pada Panduan Pemeriksaan Jembatan.
Prosedur pemeliharaan dan perbaikan dibagi dalam beberapa jenis kerusakan sebagai
berikut:
Uraian mengenai cara-cara perbaikan mengikuti sistem penomoran elemen dan kerusakan
seperti dijelaskan dalam buku Panduan Pemeriksaan jembatan, dan demikian juga
mengenai penilaian kondisi.
Terdapat tiga masalah utama yang harus diperhatikan sehubungan dengan jembatan yang
memakai bahan pasangan batulbata
Sebelum diadakan perbaikan keretakan pada pasangan batu/bata, harus diketahui terlebih
dulu apa yang menyebabkan keretakan dan apakah pergerakan serta keretakan tersebut
disebabkan oleh adanya suatu penurunan pada struktur tersebut.
Pada umumnya, keretakan pada pasangan batu/bata dimulai dari adukan dan hal tersebut
dapat dengan mudah diatasi.
Konstruksi dengan bahan pasangan batu/bata seringkali mengalami penurunan mutu akibat
hujan dan/atau pengaruh panas atau dingin. Adukan pada pasangan batu/bata di antara
batu/bata biasanya lemah dibandingkan dengan batu/bata itu sendiri dan seringkali terjadi
dengan cepat.
Perbaikan konstruksi dengan bahan pasangan batu/bata juga diperlukan apabila ada
sebagian batu/bata hancur atau hilang akibat bergeraknya kepala jembatan, pilar atau
dinding.
Vl-1
KERUSAKAN 101 - Penurunan Mutu Atau Retak Pada Pasangan Batu/Bata
CARA PENANGANAN :
Batu dapat mengalami penurunan mutu dikarenakan mengandung mineral sekunder yang
tinggi dan berada pada alam yang terbuka .
Batu yang mengalami penurunan mutu harus diganti dengan batu yang mutunya baik dan
ditempatkan pada bagian yan~ seharusnya.
Adukan/spesi dapat mengalami penurunan mutu akibat waktu , lapuk karena erosi air, serta
kualitas yang rendah sewaktu pengerjaannya.
Pelapukan pada adukan/spesi (biasanya pada bagian dimana sungai atau air hujan terus
mengalir d iatas permukaannya) dan retak atau adukan yang jelek, harus dipahat/dibersihkan
hingga mencapai kedalaman paling sedikit 10 mm sampai 20 mm dan adukan yang baru
dibuat dengan kualitas lebih tinggi (1 bagian semen dengan 3 bagian pasir)
Keretakan dapat terjadi pada bagian batu atau pada bagian adukan/spesi yang mengikat
batu.
Keretakan seringkali ter]adi setelah timbul pergerakan pada pilar, dinding penahan tanah
atau kepala jembatan .
Vl-2
Tabel 6-1 Nilai Kondisi Pasangan Batu/bata dan Penanganan yang Direkomendasikan
Permukaan pasangan batu/bata yang lama harus benar~ menjadi. satu dengan
permukaan yang baru Hal tersebut dilakukan dengan :
• Bersihkan dan kasarkan permukaan yang terbuka agar mudah terjadi suatu daya
cengkram dengan permukaan baru.
• Basahkan permukaan yang lama dan lapisi dengan lapisan air semen sebagai dasar
penempatan bahan yang baru atau,
• Gunakan bahan perekat seperti perekat epoxy.
Perubahan bentuk atau penggembungan dapat terjadi pada luas sampai dengan 8 meter
persegi dan mudah untuk ditangani seperti dinding penahan tanah dan tembok sayap.
Penggembungan yang besar dan perubahan bentuk dapat terjadi seperti pada dinding
kepala jembatan atau pilar.
CARA PENANGANAN :
• Lepaskan pasangan batu/bata yang rusak, periksa apakah terdapat tanah timbunan
yang jenuh air atau tidak padat dibelakang dinding pasangan batu/bata,
• Gantilah pasangan batu/bata yang rusak dengan jenis bahan yang setara atau sama
dengan aslinya dalam ukuran dan bentuknya. Yakinkan bahwa terdapat cukup
lubang saluran air di sepanjang dinding.
VI- 3
• Hubungan antara permukaan lama dengan baru harus ditangani deng:.m baik dan
terikat dengan baik seperti diuraikan pada bagian "Perubahan beton yang rontok"
(Kerusakan 201)
Dinding Lama
Yang Menggembung
'r.=~F:;t -r!l'£1_.: i!l _buna i
!;7):~- -J
Dinding Tegak Yang Lama
Beton Masif Sebagai I
Perkuatan Dinding Lama
Pelengkung I
'
.----------,
r=-------=1
Vl-4
KERUSAKAN 103- Pecah Atau Hilangnya Bahan Pasangan Batu/bata
• Gantilah bagian yang hilang/pecah tersebut dengan bahan seperti yang disebutkan
dalam spesifikasi atau setara dengan aslinya dalam bentuk dan ukurannya.
• Bilamana bagian hilang tersebut perlu diganti dengan yang dibangun kembali , maka
hubungan ba~i'l yang lama dengan yang baru harus ditangani seperti diuraikan
dalam Perbaikan pasangan batu/bata yang retak (Kerusakan 101) .
Gam bar 6-4 Elemen pasangan bata pada parapet jembatan yang pecah I hilang
Terdapat tiga macam jenis beton yang berbeda yang dipakai untuk konstruksi jembatan :
• Beton tak bertulang
• Beton bertulang
• Beton prategang
Elemen dengan bahan beton pratekan biasanya didapati pada bagian gelagar jembatan .
Perbaikan pada pemeliharaan hanya dibatasi untuk bahan beton . Jadi untuk perbaikan
bahan beton pratekan akan ditangani seperti penanganan bahan beton.
Apabila bagian kabel prategang beton pratekan terlihat, laporkan segera kepada pengawas
jembatan yang bertanggung jawab dan segera lakukan pemeriksaan khusus untuk
menentukan jenis kerusakannya .
Banyak masalah yang timbul pada beton bertulang yang disebabkan oleh air dan udara yang
merembes masuk ke dalam beton yang menyebabkan berkaratnya besi tulangan. Air dan
udara juga dapat membawa zat kimia ke dalam beton yang dapat merusak beton dan/atau
menyebabkan besi tulangan lebih cepat berkarat (misalnya air asin , sulfat).
Vl-5
Cara terbaik untuk melindungi beton bertulang adalah menjaganya sekering mungkin dan
mencegah terjadinya keretakan .
Pada umumnya cat yang kedap air atau suatu lapisan tipis tidak diperlukan untuk beton yang
berkualitas baik dan dapat melindungi besi tulangan dengan cukup baik jika selimut beton
mempunyai ketebalan minimum 30 mm sampai 50 mm ur.tuk daerah pantai.
Biasanya banyak digunakan plesteran untuk melindungi permukaan beton . Jika hal tersebut
dikerjakan dengan baik dan tepat, maka hal itu dapat merupakan suatu metoda perlindungan
yang efektif.
Gambar 6-5 Beton yang gompal (a) beton yang keropos (b) beton yang tidak padat (c)
Vl-6
CARA PENANGANAN :
• Buang/lepaskan semua bagian beton yang lepas dan rusak sampai bagian beton
yang baik terlihat dan dalam keadaan bersih.
• Usahakan membersihkan beton sampai ± 15 mm di belakang besi tulangan agar
didapat ikatan yang baik.
• Bersihkan semua karat yang ada pada besi tulangan
• Kaitkan/lkatkan besi tulangan yang baru jika didapat bagian besi tulangan yang
diameternya hilang lebih dari 20 %.
• Pakailah bahan perekat pada permukaan yang kering dengan bahan yang dapat
disetujui _
• Pasanglah dan bentuklah beton baru untuk mendapatkan selimut beton yang sesuai
asalnya dengan menggunakan bahan yang disetujui.
PERBAIKAN BETON
LANGKAH 1
Bukoloh semuo besi tulongon yang berk orot (pohot/buong)
bogion beton yang je\ek dengon polu don pohol
yang berkorol
ya ng t idok berkorot
20mm
15mm
LANGKAH Ill
Lindungi permukoon besi tulongon dori korosi
dengon meneropkon duo \apison pelindung
LANGKAH IV
Tombol lubong todi dengon mortar perboikon (usohokon tetop lembob selomo .3 hori)
~
----;35?----
------ • . . • u. -----
Vl-7
Catatan:
• Jika besi tulangan tidak terlihat dan hanya sedik~ kerusakan beton, maka plesteran
saja sudah cukup untuk memperbaikinya. Permukaan harus dibersihkan dan
dilembabkan untuk memudahkan pengikatan beton lama dengan beton baru.
• Jika ketebalan tambalan lebih dari 40 mm, disarankan agar ditambahkan jaring -
jaring tulangan yang ditempelkan pada permukaan beton yang lama sebelum
dipasang beton yang baru. Jaring-jaring tersebut akan memberikan daya rekat dan
kekuatan yang lebih baik pada tambalan tadi.
• Disarankan agar menggunakan epoxy beton halus sebagai bahan untuk
pembentukan kembali elemen struktur baru yang mempunyai ketebalan melebihi 40
mm atau dimana besi tulangan terlihat.
Jika beton yang rusak mencakup seluruh permukaan lantai beton jembatan maka jalan yang
terbaik untuk memperbaikinya adalah membongkar semua beton yang rusak tersebut dan
menggantinya dengan beton baru dengan cara sebagai berikut :
• Semua beton yang lepas sekitar besi tulangan yang sudah berkarat dan pada bagian
beton yang jelek harus dibongkar dan besi tulangan dibersihkan kemudian diberi
lapisan sebagaimana dijelaskan pada bagian ini.
• Kemudian, sisa perrnukaan tadi dikasarkan dengan pahat. Kemudian dibor lubang-
lubang pada lantai beton lama agar dapat memasukkan kawat angker (diameter 8
mm) yang kemudian dicor dengan adukan khusus dengan jarak dari as ke as 500 x
500 mm. Angker khusus ini sekarang sudah terpasang yang kemudian diberi lem
epoxy yang sudah disediakan.
• Kemudian, seluruh bidang diperkuat dengan jaring-jaring tulangan berukuran
5x1 00x1 00 mm, dan corkan lapisan beton baru yang berkualitas tinggi (kekuatan
minimum 27,5 MPa) dengan ketebalan minimum 50 mm (lihat Gambar 6-3) diatas
beton lama.
• Beton tersebut harus dipadatkan dengan vibrator yang sesuai.
• Permukaan beton baru tersebut harus diusahakan tetar:> lembab paling sedikit selama
7 hari.
Beton Keropos
Perbaikan/penanganan secara umum untuk beton yang keropos dilaksanakan sama seperti
pada beton yang rontok.
Jika sudah terdapat rembesan lantai beton akibat beton yang keropos, maka harus dilakukan
beberapa hal berikut ini :
• Kupaslah lapisan aspal pada permukaan jalan dan bersihkan dengan baik bagian
atas lantai beton tersebut.
• Kerjakan peng-graut-an pada daerah beton yang berpori/ kurang padat atau beton
yang keropos.
• Berilah lapisan kedap air di atas daerah beton yang kurang padat tadi.
• Kerjakan lapisan perkerasan kembali.
Vl-8
Permukaan beton baru
2,5% 2,5%
(setelah d1pahat)
Jika suatu rembesan air te rjadi melewati dinding penahan tanah atau kepala jembatan , hal
ini mungkin diakibatkan oleh kurangnya lubang saluran air dinding atau tersumbatnya lubang
saluran air dinding tersebut. Jika lubang drainase dinding maka tambahan lubang harus
disediakan
Hal tersebut akan membebaskan tekanan air pori di belakang dinding dan mengurangi
penguapan air melalui dinding beton. Apabila dibuat lubang saluran air tambahan dengan
cara mengebor dinding , maka kehati-hatian harus diambil membuka tulangan yang terekpos
terhadap korosi. Setiap tulangan yang terekspos harus dilapisi dengan kompon pengisi retak
epoxy untuk mencegah korosi. ··
Sebelum pekerjaan perbaikan dimulai adalah perlu untuk menentukan penyebab retak dan
bagian yang mengalami keretakan tersebut dibuang jika perlu .
CARA PENANGANAN :
Vl-9
Bagia n Non S · ~ ruktal dan Retak Non Struktural
• Bersihkan retak tersebut dengan menggunakan sikat dan kemudian ditiup dengan
angin yang bertekane1n .
• Tutup retak tersebut dengan campuran slurry semen yang encer.
Elemen Struktural
Jika retak yang ada terus berkembang maka harus dicari penyebabnya dan kemudian
penyebab keretakan tersebut harus dihilangkan . Misal terjadinya keretakan pada gelagar
yang disebabkan adanya penurunan pada jalan pendekat yang mengakibatkan adanya gaya
kejut tambahan , atau gelagar beton yang retak pada daerah gaya lintang yang diakibatkan
oleh adanya penurunan pada kepala jembatan maka harus dilakukan penanganan
kerusakan kepala jembatan terlebih dahulu .
Jika retak berkembang pada daerah gaya lintang atau momen maksimum , maka elemen
harus diperkuat atau beban dikurangi .
Gambar 6-8 Lantai beton yang retak (a) perbaikan lantai beton yang retak (b)
Kriteria-kriteria keretakan pada elemen beton yang fungsinya struktural dibagi menjadi 3
bagian yaitu:
Kriteria I :
• Lebar retak berkisar antara 0,1 mm sampai 0,25 mm dan mencakup daerah kurang
dari 30% dari luas elemen yang bersangkutan .
• Tidak terjadi rembesan atau adanya bocoran air.
Vl-10
• Mutu beton lantai tidak kurang dari 22,5 MPa
• Mutu beton pada gelagar, kepala jembatail, pilar tidak kurang dari 17,5 MPa
• Nilai kondisi elernen yang bersangkutan adalah 2.
Kriteria II :
• Lebar retak kurang dari 2 mm dan mencakup daerah kurang lebih 50% dari luas
elemen yang bersangkutan
• Tidak terjadi rembesan atau adanya bocoran air
• Diperlukan suatu perkuatan yang disebabkan terjadinya beban yang berlebihan yang
tidak dapat diterima oleh lantai atau gelagar akibat mutu beton yang tidak sesuai
dengan persyaratan
• Mutu beton lantai tidak kurang dari 22,5 MPa.
• Mutu beton gelagar, kepala jembatan, pilar tidak kurang dari 17,5 MPa.
• Nilai kondisi elemen yang bersangkutan adalah 3.
Kriteria Ill :
• Lebar retak lebih besar dari 2 mm dan mencakup daerah lebih dari 50% luas elemen
terse but
• Terjadi rembesan atau adanya bocoran air
• Mutu beton lantai kurang dari 22 MPa
• Mutu beton gelagar, kepala jembatan, pilar kurang dari 17,5 MPa.
• Nilai kondisi elemen yang bersangkutan adalah 4 atau 5
Prosedur perbaikan untuk menangani keretakan beton tergantung pada jenis kriteria masing
masing elemen. Jenis penanganan sesuai dengan kriteria adalah sebagai berikut :
• Kriteria Ill - dalam hal ini mutu beton sudah tidak dapat dipertanggungjawabkan lagi,
Iebar keretakan juga sudah melampaui batas yang dapat diperbaiki, sehingga apabila
keadaan ini terjadi maka beton pada elemen yang bersangkutan harus dibongkar
untuk kemudian dipasang kembali dengan beton yang sesuai persyaratan dan
ukuran serta bentuknya seperti aslinya dengan mempertimbangkan sebab-sebab
terjadinya keretakan sebelumnya. Apabila terjadi sambungan antara permukaan
beton lama dan beton baru maka hal tersebut dapat ditangani sesuai dengan
penanganan kerontokan pada beton dengan Kerusakan 201.
Rekomendasi penanganan perbaikan retak dengan cara suntikan epoxy adalah sebagai
berikut:
VI -11
• Bersihkan semua jenis kotcran, bekas beton yang tidak sempurna atau sejenisnya
yang menyebabkan terjadinya kon taminasi pada retak dengan menggunakan sikat
kawai atau gerinda pada daerah selebar kurang lebih 5 em sepanjang retakan
tersebut. Jika terdapat minyak/gemuk pada bagian tersebut harus dibersihkan
dengan t hinner.
• Pasangkan pipa penyuntik ditengah-tengah permukaan yang retak dengan
menggunakan bahan penutup (seal). Jarak setiap perletakan pipa penyuntik
tergantung pada Iebar dan dalamnya retak .
• Tutupi sepanjang jalur retakan antara alat penyuntik dengan menggunakan bahan
penutup (seal) atau pasta epouey dengan Iebar 5 em dan tebal 3 mm yang dituhggu
sampai mengeras.
• Pasang alat penyuntik dengan kuat pada pipa penyuntik kemudian pompakan bahan
epoxy kedalam alat penyuntik dengan suatu tekanan yang tertentu sesuai dengan
spesifikasi bahan .
• Setelah selesai penyuntikan dan bahan epoxy mengering dalam waktu yang tertentu,
kemudian lepaskan kembali alat-alat suntikan dan bersihkan kembali bahan-bahan
penutup retakan .
• Bersihkan permukaan beton yang sepanjang retakan yang diperbaiki dengan
menggunakan gerinda atau dengan melembutkan bahan penutup denga api dan
mengelupaskannya .
Bentuk keretakan lain yang seringkali diteniui adalah jenis retak yang tidak beraturan dan
pada umumnya dijumpai pada lantai beton jembatan .
Jika yang retak hanya sebagian saja , maka penanganannya dapat dilakukan dengan eara
penanganan retak sebagian atau pada mutu beton yang rendah , lihat penanganan untuk
Kerusakan 201. Jika lalu-lintas pada jembatan tidak dapat ditutup maka perbaikan
dilaksanakan dengan eara penanganan dengan mempergunakan bahan yang tidak
terpengaruh ole~ .gerakan/goyangan yang ditimbulkan oleh beban lalu-lintas dan juga bahan
tersebut harus eepat mengering dalam waktu yang tertentu . Biasanya jenis bahan perekat
tersebut mempunyai harga yang mahal, tetapi mempunyai keuntungan tanpa menutup lalu-
lintas yang ada. Dalam hal ini direksi harus memperhitungkan mana yang lebih ekonomis
dalam penggunaan bahan perekat.
Vl -12
CARA PENANGANAN :
KERUSAKAN 204- Aus , perubahan akibat cuaca dan umur atau penurunan
Perlu diadakan penilaian untuk menetapkan apakah elemen tersebut perlu diganti jika
kerusakan sudah mulai menyeluruh .
CARA PENANGANAN :
Jika kerusakan disebabkan oleh reaksi kimiawi seperti karbonisasi atau serangan klorida
maka diperlukan pengujian untuk menetapkan luas dan dalamnya daerah yang terkena
untuk kemudian dapat ditentukan .banyaknya pembongkaran.
Jika kerusakan disebabkan oleh karbonasi dan kedalamannya tidak lebih dari 25 mm , maka
pengecatan sealent dengan bahan yang disetujui dapat dilakukan pada bagian luar beton.
Kerusakan lain akibat keausan beton diperbaiki dengan cara seperti pada Kerusakan 20 1.
CARA PENANGANAN :
• Angkatlah elemen yang mengalami kelebihan gaya tersebut akibat pecahnya atau
hilangnya sebagian dari elemen tersebut.
• Gantilah bagian yang pecah tersebut dengan bahan yang sesuai spesifikasinya atau
yang serupa/sama dengan bentuk dan ukuran yang ditetapkan dalam spesifikasi
aslinya.
Vl-13
• Bilamana bagian yang pecah tersebut memerlukan penggantian , maka hubungan
antara r:;ermukaan yang baru dan yang lama harus ditangani sebagaimana diuraikan
pada perbaikan pada Kerusakan 201 .
CARA PENANGANAN :
Bilamana terjadi lendutan akibat beban yang berlebihan , maka diperlukan pemeriksaan
khusus untuk menentukan luas/volume kerusakan.
Situasi beban yang berlebihan harus dihindarkan dengan cara mengadakan pembatasan
muatan di atas jembatan , bagian yang mengalami gaya yang berlebihan harus diperkuat,
diganti atau diperbaiki.
Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan tambahan gelagar memanjang, gelagar atau
pelekatan pelat baja tergantung pada elemen yang akan diperkuat.
Lendutan yang terjadi pada elemen beton akibat beban yang berlebihan sering berhubungan
dengan keretakan atau pecah elemen tersebut. Perbaikan harus dilakukan sebagaimana
yang dispesifikasikan untuk kode Kerusakan 201 atau 202.
Tumbukan
Kerusakan akibat tumbukan secara normal berhubungan dengan sandaran. Sandaran yang
rusak normalnya harus diganti karena terlalu lemah untuk menahan tumbukan berikutnya .
VI - 14
Jenis kerusakan lain akibat kecelakaan yang mengakibatkan lendutan, biasanya diperbaiki
sest.:ai dengan kerusakan akibat beban yang berlebihan ( contoh - Beban yang berat sekali
jatuh dari truk pengangkut yang menyebabkan lendutan pada gelagar dan lantai)
Pergerakan Acuan
Jika acuan bergerak mengakibatkan terjadinya keretakan dari elemen yang bersangkutan
maka hal tersebut dimasukkan dalam masalah beban yang berlebihan.
Jika tidak terlihat adanya lendutan yang berlebihan maka tidak diperlukan perbaikan atau
suatu tindakan.
Lapisan pelindung yang bergalvanis mempunyai umur yang terbatas. Umur lapisan
pelindung tersebut tergantung dari beberapa faktor antara lain :
• Ketebalan cat atau galvanis
• Besarnya ketereksposan terhadap udara laut atau bahan kimia lainnya (dari pabrik)
• Besarnya ketereksposan terhadap air atau adanya uap air yang terjebak (pada
sarnbungan dan sebagainya).
Bagian struktur baja yang terkorosi berat harus dipotong dan baja baru yang mempunyai
ukuran yang sama dilaskan dengan diberi pengaku atau diperkuat dengan pemasangan
pelat sebagaimana diuraikan untuk Kerusakan 302.
Bagian-bagian struktur baja yang retak harus diperbaiki sebagaimana diuraikan untuk
Kerusakan 305.
Bagian-bagian struktur baja yang rusak (bengkok) akibat adanya beban yang berlebihan
harus diperbaiki dengan mengadakan perkuatan sebagai berikut :
• Penambahan pelat pengaku dengan melakukan pengelasan (pada sayap bagian
bawah)
• Mengganti bagian struktur baja tersebut dengan yang baru yang mempunyai
kekuatan yang lebih tinggi.
• Menambah struktur baja lain
• Membuat perkuatan dengan kabel prategang pada bag ian bawah jembatan
Vl-15
Sebelum pekerjaan perbaikan dilakukan, advis ahli struktur harus dicari untuk menentukan
tipe perkuatan yang tepat sebagaimana suatu sokongan sementara diperlukan selama
proses pekerjaan perkuatan.
Semua elemen jembatan baru harus dicat untuk Kerusakan 301 sebelum dilakukan
pemasangan.
Paku keling yang lepas harus diperbaharui. Baut dan paku keling yang pecah atau berkarat
harus diganti dengan baut yang baru (dengan ukuran yang sama). Jika baut lepas, baut
tersebut harus dikencangkan. Baut mutu tinggi tidak boleh digunakan kembali.
Bagian las yang pecah harus dipotong dan hubungan dilas kembali.
Perkuatan pada pilar baja dalam beberapa kasus dilakukan dengan memperbanyak pengaku
melintang.
Jika turap baja telah terkorosi maka turap baja tersebut harus dibersihkan dan dicat dengan
sistem cat yang mengandung aspal yang cocok.
Jika pilar baja rusak berat akibat korosi pada permukaan air maka pilar tersebut dapat
diperbaiki dengan jalan pemasangan selimut beton bertulang. Bagian selimut beton tersebut
harus masuk kurang lebih 0,5 meter di bawah dasar sungai sampai dengan muka air
tertinggi dan harus lebih besar 300 mm diameternya daripada diameter tiang. Selimut harus
dirangkai dan beton ditempatkan di dalam cofferdam turap baja Jika semua tiang dalam
pilar adalah untuk dilindungi, mungkin lebih baik untuk membangun dinding beton untuk
memasukkan semua tiang dalam kelompok tiang.
CARA PENANGANAN :
Vl-16
Tabel 6-2 Nilai Kondisi Kerusakan Pada Baja Dan Cara Penanganannya
Pembersihan harus dilakukan pertama kali dengan mencuci dan menggosok dan
menggunakan salah satu dari yang diuraikan berikut ini :
• Sikat kawat yang dapat berputar secara mekanis
• Alat penembak pneumatik runcing
• Pembersihan dengan pemanasan
• Pembersihan dengan sikat kombinasi dengan semprotan - di lapangan
• Pembersihan dengan sikat kombinasi dengan semprotan - di bengkel
Untuk semua cara pembersihan tersebut, perhatian harus diambil untuk mencapai tingkat
yang diperlukan dari penyiapan permukaan tanpa menyebabkan kerusakan pada permukaan
baja atau sifat-sifat bahan.
Vl-17
Pencegahan yang harus dilakukan meliputi :
• Sikat kawat, dan alat penembak - pembersihan yang terlalu lama pada satu tempat
akan menimbulkan goresan pada permukaan.
• Pembersihan dengan pemanasan - Penggunaan api untuk membersihkan harus
dikendalikan agar hanya cat saja yang menjadi lunak atau mulai terkelupas.
Pembakaran tidak boleh dilakukan pada satu tempat saja sebab dapat
mengakibatkan baja menjadi panas dan mulai meleleh.
• Pembersihan dengan semprotan abrasif - Pasir atau grit yang berlebihan dapat
mengakibatkan permukaan baja menjadi sangat kasar yang mana tidak diharapkan.
Pembersihan dengan semprotan bahan abrasif, merupakan suatu pekerjaan yang
berbahaya dan perlindungan khusus untuk pekerja diperlukan.
Pengecatan dengan cat dasar harus diterapkan sesegera mungkin setelah permukaan
dibersihkan dan dipersiapkan, untuk mencegah korosi permukaan.
Pengaplikasian Cat
Ketebalan cat diukur berdasarkan ketebalan film kering Jika pengencer tambahan
digunakan untuk memfasilitasi kemudahan penerapan, kemudian ketebalan film basah perlu
untuk diperbesar. Batasan baik untuk ketebalan film basah dan kering dapat digunakan
untuk memeriksa keseragaman dan ketebalan cat
Sistem Pengecatan
Untuk lingkungan yang normal, ketebalan lapisan cat kering akhir minimum 150 mikron yang
terdiri dari :
• Lapisan ke 1 : 40 mikron, cat dasar alkyd sine chromate
• Lapisan ke 2 : 40 mikron, lapisan dasar alkyd
• Lapisan ke 3 : 35 mikron, lapisan enamel alkyd
• Lapisan ke 4 : 35 mikron, lapisan enamel alkyd
Pada lingkungan yang agresif, seperti pada daerah lingkungan berair asin maka sistem
pengecatan yang berbeda dipergunakan.
Disarankan agar lapisan dasar epoxy mempunyai ketebalan film kering minimum 150 mikron
dan satu atau dua lapisan dari karet berklorin setiap ketebalan film1 00 mikron dan 125
mikron digunakan dalam lingkungan berair asin untuk pemakaian pada lingkungan berair
as in.
Sistem pengecatan yang baru harus sesuai dengan sistem pengecatan yang sudah ada.
Vl-18
Gambar 6-1 2 Sebelum pengecatan (a) dan setelah pengecatan (b)
CARA PENANGANAN :
Jika kehilangan penampang kurang dari 15% maka bagian tersebut harus dibersihkan
seluruhnya dan dicat sebagaimana diuraikan pada Kerusakan 301 .
Jika luas kerusakan melebihi 15% maka pemeriksaan khusus diperlukan untuk menentukan
dengan akurat strategi pemeliharaan. Cara berikut ini dapat digunakan :
i) Pembentukan Kembali
Jika daerah cakupannya kecil (kurang dari 200 mm panjangnya) maka kerusakan tersebut
dapat diperbaiki dengan mengembalikan pada bentuk semula dengan teknik pengelasan
yang sesuai. Proses pengelasan harus cocok dengan tipe baja. Semua hahan-bahan
merusak harus dibersihkan secara menyeluruh sebelum dilakukan pengelasan.
Vl-19
ii) Pengurangan Tegangan Bagian Yang Lemah
Pengurangan tegangan bagian yang lemah dapat dilaksanakan dengan menambahkan pelat
baja atau menambah bagian tambahan untuk dapat membagi beban .
Perhatian harus diambil untuk menjamin metoda pengurangan tegangan cukup untuk
menerima beban dan juga metode itu tidak melemahkan elemen aslinya di kemudian hari,
misalnya membor lubang baut tambahan untuk sambungan.
Penggantian elemen yang rusak akan mengembalikan kapasitas bagian tersebut pada
kapasitas rencana semula .
Perhatian harus diambil untuk menjamin ketentuan yang cukup yang dibuat untuk
menyokong jembatan ketika satu bagian dipindahkan dan bagian lain dipasang . Mungkin
memerlukan desain khusus, penopangan khusus , dan penutupan jembatan selama
pelaksanaan contohnya pemindahan siku ujung ikatan angin pada jembatan rangka baja.
Perubahan bentuk menjadi sangat kritis masalahnya jika elemen yang mengalami
perubahan bentuk dalam kondisi tertekan atau mengalami lentur. Perubahan bentuk dalam
sebuah elemen yang mengalami tarik tidak berbahaya.
VI- 20
CARA PENANGANAN :
Tabel 6-3 Nilai Kondisi Elemen Baja dan Penanganan yang Direkomendasikan
Perbaikan umumnya berisi pelurusan komponen yang mana dicapai dengan menggunakan
tekanan atau pemanasan atau kombinasi dari keduanya.
Ketika menggunakan tekanan, perhatian harus diambil untuk menjamin bahwa kerusakan
lain tidak muncul ketika pendongkrakan/ titik penekanan atau titik reaksi atau titik
pengekangan dari dimana diadakan proses penekanan. Contoh dari tiga titik dimana
diadakan penekanan didesak (rujuk pada Gambar 6-4)
Ketika diusulkan untuk menggunakan cara pemanasan, pemeriksaan harus dibuat dahulu
untuk menentukan apakah panas tersebut akan merugikan sifat-sifat baja tersebut.
Pemilihan secara metalurgi mungkin perlu dicari sehubungan dengan bentuk yang mana
pemanasan atau pendinginan baja tersebut harus dilakukan .
Titik reoksi
Titik perletokon
Penunjang atau penopang akan dipengaruhi penunjangan untuk panjang efektif dari elemen
terse but.
Perkuatan dapat dilaksanakan sebagai solusi sementara atau permanen dimana suatu
komponen yang mengalami lendutan. Jika lendutan yang terjadi pada komponen tersebut
VI- 21
akibat adanya be ban yang berlebihan, maka be ban yang berlebihan terse but harus
dihilangkan terlebih dahulu sebelum diadakan perkuatan.
Bilamana lendutan yang terjadi akibat rusaknya komponen karena tumbukan (misalnya
rangka batang pad a jembatan rangka baja), perkuatan harus sesuai untuk menyalurkan
beban melewati bagian rusak tadi.
CARA PENANGANAN :
Umum
Beberapa penanganan terhadap keretakan pada pekerjaan baja adalah sebagai berikut
• Penghilangan tegangan dengan pemboran lubang pada bagian ujung retak
• Perbaikan retak dengan pengelasan
• Perbaikan dengan pemasangan pelat penutup melalui pengelasan
• Pengurangan tegangan atau penggantian
Setelah menemukan ujung retak, maka periksa setiap sisi bagian tersebut untuk
menemukan keretakan terpanjang. Lubangilah dengan tepat ujung yang retak, kemudian
bar, ratakan dan kemudian dicat. Lubang bar tadi disarankan berdiameter 20 mm.
VI- 22
Pengurangan tegangan atau Penggantian
Elemen baja yang retak dapat diperbaiki dengan memperkecil beban yang dipikul. Hal ini
dapat dilakukan dengan menaruh balok penunjang. Balok penunjang lain dapat diletakkan
disamping elemen yang rusak guna menampung semua atau sebagian beban yang ada.
Penggantian elemen yang rusak merupakan metoda perbaikan yang paling baik dan pasti
tetapi mungkin harus menghentikan lalu-lintas yang lewat di jembatan selama proses
penggantian terse but berlangsung.
CARA PENANGANAN :
Jika elemen tersebut harus ada maka harus diadakan penggantian atau perbaikan.
Jika elemen baja tersebut yang patah akan diperbaiki, maka teknik perbaikan berikut dapat
dipergunakan :
Pengelasan, pemasangan baut atau paku keling pada bagian yang baru
Perkuatan atau meringankan beban yang dipikul oleh bagian yang pecah/rusak.
Penggantian bagian yang rusak.
CARA PENANGANAN :
Jika pemasangan elemen yang salah tersebut menimbulkan masalah maka hal itu harus
diganti atau diperkuat. Hal ini sangat penting untuk jembatan rangka baja. Diperlukan suatu
penyelidikan secara khusus mungkin diperkirakan untuk menetapkan seberapa luas
perkuatan yang dimaksud.
Perkuatan
Elemen baja yang salah dapat diperkuat dengan teknik pengelasan, pemasangan baut dan
paku keling
Pengelasan
Jika dipasang tambahan pelat penutup atau pengaku pada elemen maka permukaan yang
akan disambungkan harus terlebih dahulu dibersihkan dan dicat. Pengelasan harus
memberikan kekuatan yang diperlukan untuk menyalurkan gaya ke bagian tambahan
tersebut.
Penggantian
Bila penggantian elemen baja diusulkan maka perlu dibuat suatu ketentuan/batasan khusus
untuk lalu-lintas yang akan lewat di jembatan dan untuk menunjang struktur yang ada,
sementara bagian yang lama dilepas dan diganti dengan bagian yang baru. Hal ini
memerlukan suatu perencanaan khusus untuk dilaksanakan oleh seorang ahli struktur.
VI- 23
KERUSAKAN 307- Kabel Jembatan Gantung Yang Aus
CARA PENANGANAN :
Cara penggantian kabel pemikul jembatan gantung harus direncanakan dengan hati-hati.
Harus diperhatikan bilamana beban sedang dialihkan dari kabel yang lama ke kabel yang
baru.
CARA PERBAIKAN
KABEL YANG RUSAK
Gambar 6-16 Kabel yang mulai aus (a) perbaikan pada kabel yang aus (b)
CARA PENANGANAN :
Bilamana hubungan paku keling longgar maka paku keling yang longgar tadi harus diganti
dengan paku keling yang baru atau menggunakan baut mutu tinggi.
Jika lubang baut atau paku keling menjadi besar diameternya karena adanya pergerakan
elemen yang longgar tersebut maka lubang tersebut harus diperbesar sampai adanya
ukuran ba ut atau paku keling yang akan dipakai.
VI- 24
Sambungan Las
Jika elemen yang longgar tersebut karena las yang pecah, maka ujung las yang pecah harus
dibersihkan, dipersiapkan kembali, dan kemudian dilas kembali. Jika kerusakan yang terjadi
diperkirakan akan berulang kembali maka disarankan agar dibuat rencana yang khusus
untuk hal ini.
Masalah utama yang berhubungan dengan kayu pada konstruksi jembatan disebabkan oleh
• Pembusukan yang disebabkan oleh jamur yang tumbuh pada kayu yang lembab
• Serangan serangga. Yang paling merusak adalah kutu kayu dan rayap yang
membuat lubang-lubang di dalam kayu.
• Di daerah yang berair asin, Cacing toredo yang menyerang bagian kayu yang
berada di bawah muka air pasang. Cacing toredo membuat lubang lubang-lubang
besar.
Untuk mencegah pembusukan dan serangan serangga maka kayu yang akan dipakai untuk
konstruksi jembatan dan perbaikannya harus diberi suatu bahan pengawet yang telah
disetujui.
Paku, baut, dowel, pelat penyambung dan sekrup kayu yang akan dipakai untuk
pembangunan atau perbaikan konstruksi jembatan disarankan digalvanis terlebih dahulu
untuk mencegah pengkaratan atau paling tidak diberi lapisan cat anti karat.
Semua kayu yang dipakai untuk konstruksi jembatan harus dilapisi bahan pelindung kembali
secara teratur sebagaimana perawatan awal yang diberikan ketika jembatan tersebut
dibangun hanya akan tahan sekitar 3 sampai 5 tahun.
Siklus perawatan kembali maksimum sekitar 5 tahun direkomendasikan untuk jembatan kayu
lebih layak setiap tiga tahun dirawat.
Jika mungkin, semua konstruksi kayu harus sedemikian rupa sehingga air tidak akan lama
melekat pada kayu tersebut atau kayu tersebut tidak berhubungan langsung dengan tanah
yang basah. Semua kayu yang dipakai harus digunakan dengan kayu bagian dalam (inti
kayu) yang menghadap ke bawah jika memungkinkan
Semua bagian yang rusak-harus diperbaiki atau disokong. Bagian-bagian yang lemah dapat
diperkuat dengan pelat baja jika berdasarkan perhitungan memperlihatkan bahwa struktur
cukup kuat.
Luasan kecil cacat kayu harus ditakik dan diganti dengan kayu baru dan pelat baja harus
pas dengan tepat dan dibaut pada tempatnya. Kulit kayu pada kayu gelondongan harus
dibuang kemudian dirawat dengan lapisan pengawet
Semua celah di bagian atas permukaan kayu yang memungkinkan air dapat masuk ke
dalamnya harus diperbaiki.
Papan lantai yang pecah, usang, membusuk harus diganti. Paku-paku yang mencuat ke atas
harus diketok masuk ke dalam papan dan papan lantai yang longgar harus
dirapatkan/dikencangkan dengan tambahan baut.
Perkuatan lantai kayu dapat dilaksanakan dengan pemasangan dari papan jalur kendaraan
arah memanjang
VI- 25
Tiang kayu yang rusak harus diperkuat, diganti atau dikurangi tegangannya tingkat
lendutannya . Perkuatan dapat dilaksanakan dengan sejumlah metoda, beberapa
diantaranya akan diuraikan pada bagian ini.
Jika masih terdapat cukup tempat untuk menambah tiang pancang, mungkin lebih layak
untuk memancang tiang pancang kayu baru yang bersebelahan dengan bagian yang sudah
ada. Semua diagonal dan pengaku melintang pada tiang kayu harus diganti
CARA PENANGANAN :
(a) l iang dolom li ngkungon yang boik (b) Permulaan pembusukan tetapi
Lokukon pengikolon don
Fo~nk
5
beri !apison penulup yang kedop air epd~w d~grib \f~?o b:~g sesuoi
"o' >ojo 0 mm
~
LI ~ n 0
: :: :
I II •
I II I
I II I
I II I
t-JL --f
LA-1
(c) Pembusukan yang terliha\ j elas 60-100 mm (d) Pembusukan yang parah,kurang dari
60 m m koyu yang boik.Goli sekitor
g~ft kgbjo Yfe"b9al bSikm~ugp dengon liang poncong kayu tersebut lokukon
ke dolom t a noh.ikot bogion ujung pengecoron beton sebogai penyombung
atosnyo dengon pelot lengkung bojo dan lokukon don buatloh hubungon yang sesuoi dengon tiong
perowolon dengan bohon kimio yang sesuoi poncong yang ado di alas
VI- 26
Gambar 6-18 Jembatan kayu yang mengalami kerusakan
.Ji~:h-,_
Balak m elintang ~-c: .:r\'f!g >- Sa lak m elintang
tamba ha n bila pe?l u ~
~
v
rmukoon
Bolok melinton
omo
Plot bojo 1 2 mm
POTONGAN A
Vl-27
Tion9 poncong
ko u boru
16
2.5 em
r
A
l A
j_ ~t:j"Hf Kiro-kiro
10x l7 .5 em •175 em JOO mm
CATATAN :
Tiang pancang horus dibentuk agar
sesuai dengan plot pengikat.Semua
bojo yang dipakai horus mempunyai
mutu Fe 360 dan digalvanis.Beri
lapisan aspol panes pada bogian
dalam dan luar plat baja pengikat
i Tlong poncong
koyu lomo
DENAH
-·· ·-
I
Dibuat dolor untuk
menyediakan tahonan
bagi pelat
1
POTONGAN A-A
- - - - Kawat pengait
- -- - Penjepit
VI- 28
Bengkokan
Kerusakan "bengkok" hanya terjadi pada elemen yang mengalami gaya tekan. Biasanya
terjadi pada kolom dan penopang yang terbuat dari batang kelapa.
Mungkin perlu diadakan pengalihan jalur lalu-lintas atau menutup jembatan selama
penggantian kayu dilakukan.
Tindakan pencegahan dapat diambil untuk mengurangi serangan serangga terhadap kayu ini
seperti menggunakan insektisida.
Bahan anti cacing toredo dapat dilapiskan dan dimasukkan ke dalam setiap retakan atau
lubang yang terjadi sebelum dilakukan pekerjaan perkuatan sebagaimana terlihat pada
Gambar 6-8.
Air dapat dengan mudah merembes melalui belahan dan membuat kayu menjadi lebih
mudah membusuk.
VI- 29
Terbelahnya elemen struktur
Pada Gambar 6-9 diperlihatkan beberapa alat pengikat yang dapat digunakan.
Gelagar kayu
Dalam kasus gelagar kayu , mungkin lebih mudah untuk menyokong daripada harus
menggantinya. Hal ini dapat dilaksanakan dengan meletakkan gelagar lain disamping
gelagar yang lemah tadi atau menyokong/menopang gelagar tersebut guna mengurangi
tegangan akibat (lihat Gam bar 6-10)
Gelagar memanjang
yang lem ah
Balok melintang
Balok dasar
balok beton bertulang ( ""'()
' '
\.,/
Kolom penyokong
Pengawetan kayu
Pencegahan dapat dilakukan dapat mengurangi pembusukan. Beberapa cara ini mencakup
penanganan kayu ketika dalam keadaan baru atau dalam kondisi balk yaitu :
• Buang kulit kayu pada waktu awal dan pisahkan dengan kayu yang baik.
• Catlah permukaan kayu yang terlihat dengan lapisan cat oli atau aspal.
• Lumas seluruh permukaan ujung potongan kayu dan sambungan dengan petroleum
jelly (gemuk)
• lapiskan bahan kreosot pada muka dan permukaan kayu
• Bungkus tiang pancang kayu yang berada pada daerah pasang surut dengan
pembungkus yang mengandung bahan pengawet.
VI- 30
• Pertahankan atap kayu yang kedap air di atas jembatan kayu
• Hindarilah pemakaian paku pada waktu perbaikan dan gunakanlah baut jika
memungkinkan.
Penggunaan batang kelapa harus dihindarkan untuk struktur jembatan kayu karena daya
tahan batang kelapa sangat pendek (sekitar 2 tahun) .
Gambar 6-23 Lantai kendaraan dari kayu kondisi rusak (a) kondisi baik (b)
Perkuatan dapat dilaksanakan dengan cara menyambung sepotong kayu lain atau pelat baja
sepanjang kayu yang rusak untuk memikul beban.
Mungkin perlu pengalihan jalur lalu-lintas atau menutup jembatan pada waktu dilakukan
pekerjaan perkuatan pada jembatan.
CARA PENANGANAN :
• Gantilah bahan yang hilang dengan bahan yang sesuai atau sebanding dengan
ukuran dan bentuk spesifikasi aslinya.
• Perbaikan sementara dapat dibuat pada elemen yang rusak. Perbaikan tersebut
dapat dilakukan dengan penyambungan atau pemasangan pelat kayu atau baja
seperti dapat dilihat pada Gambar 6-11 .
• Bilamana tiang pancang kayu hancur, maka harus dilakukan pembungkusan dengan
beton sebagai penyambungnya seperti terlihat pada Gambar 6-7.
VI - 31
Kayu dengan mota kayu
atau serat miring
"Penyusutan kayu" adalah cacat yang berpengaruh besar terhadap jembatan rangka kayu.
Penyusutan arah memanjang disebabkan pemakaian kayu muda pada jembatan dan
pengeringan serta penyusutan terjadi setelah pembangunan. Penyusutan kayu memanjang
mungkin menyebabkan terjadinya lendutan berlebih pada jembatan rangka.
Penyusutan pada potongan melintang umumnya tidak merupakan masalah kecuali baut atau
pengikatnya menjadi longgar sehingga dalam kasus ini harus dikencangkan
CARA PENANGANAN :
Untuk mengimbangi penyusutan memanjang, urutan metoda berikut ini dapat digunakan :
• Rangka kayu harus ditopang di sekitar bagian yang melendut.
• Longgarkan baut pada bagian yang menyusut/memendek
• Bagian ujung kayu dibaji
• Baut dikencangkan
• Penopang dilepas.
Vl-32
CARA PENANGANAN :
Sandaran
Sandaran kayu harus dipelihara melalui Pemeliharaan Rutin. Sandaran tersebut harus dicuci
dan dibersihkan dengan air dan sikat berbulu keras paling sedikit sekali sebulan untuk
menghilangkan kotoran yang menempel.
Bilamana catnya. sudah mulai menurun mutunya (memudar warnanya), semua bagian cat
yang mengelupas harus dibersihkan dengan cara mencuci dengan menggunakan sikat
kawat. Kemudian permukaan diberi cat dasar (diberi cat meni) bilamana kayu terekpos dan
diberi dua lapisan cat
Struktur Kayu
Penanganan pemeliharaan permukaan struktur kayu hanya terjamin bila kayu tersebut
adalah kayu dengan ketahanannya baik. Kayu yang berkualitas rendah akan mudah rusak
karena alasan lain (misalnya membusuk) dan pemeliharaan permukaan tidak akan banyak
menolong memperpanjang umur jembatan.
Kayu yang bermutu baik hendaknya disemprot atau dilabur dengan kreosot, aspal atau
bahan pengawet lainnya untuk melindungi kayu. Semua ujung-ujung potongan dilapisi
dengan gemuk panas.
Kencangkan semua ikatan/elemen yang longgar. Jangan menggunakan paku apabila dapat
digunakan baut. Paku dapat merusak kayu, mudah menjadi longgar, dan menyebabkan aus
pada lubang. Kemudian air akan terperangkap pada lubang tersebut dan mulai terjadilah
pembusukan. Catatan ini berlaku utamanya untuk perbaikan papan lantai dan papan jalur
kendaraan.
VI- 33
PANDUAN PEMELIHARAAN .~
DAN REHABILITASI JEMBATAN
KERJASAMA JICA- INDONESIA (2004 - 2006) JICA
Bagian 7
Tata cara pemeliharaan dan rehabilitasi kerusakan
yang berhubungan dengan elemen
DESEMBER 2005
7. Tata Cara Pemeliharaan Dan Rehabilitasi Kerusakan Yang Berhubungan
Dengan Elemen
7.1. Umum
Bagian ini menguraikan dengan detail prosedur dan tata cara pemeliharaan rutin,
pemeliharaan berkala dan rehabilitasi elemen yang berhubungan dengan kerusakannya
seperti diuraikan dalam Panduan Pemeriksaan Jembatan.
7.2. Perbaikan Daerah Aliran Sungai, Bangunan Pengamanan Gerusan Dan Daerah
Timbunan
7.2.1. Umum
Pasal ini akan menguraikan mengenai jenis penanganan yang direkomendasikan sesuai
dengan cara penanganan jenis kerusakan tertentu yang berhubungan dengan daerah aliran
sungai, bangunan pengamanan gerusan (gerusan) dan daerah timbunan jalan dan sungai
Gerusan pada dasar sungai pada umumnya akan terjadi apabila kecepatan aliran sungai
bertambah besar hingga aliran sungai dapat mengakibatkan hanyutnya bahan yang berada
pada dasar sungai. Gerusan pada dasar sungai seringkali terjadi di sekitar pilar atau kepala
jembatan.
Gerusan pada dasar sungai harus dikenali dan diperbaiki pada tahap awal.
Metoda pengamanan yang terbaik adalah memasang penahan yang sesuai. Penahan dapat
terbuat dari batu yang besar, baja atau semacam pagar kayu (antara tiang-tiang kayu diisi
batu) atau dengan membuat check dam (bottom controller).
Bahan yang dipakai sebagai pengamanan dasar sungai harus merupakan bahan padat dan
cukup berat sehingga tidak dapat bergeser pada waktu banjir.
Pengarahan aliran sungai digunakan untuk mempertahankan saluran sungai pada aliran
yang sam dengan melindungi tebing.
VII- 1
. . . ". ,.. .,.
, ..------.---,
r·II. ----,
Bangunan pengaman sungai dilaksanakan juga sebagai pengarah aliran sungai. Cara yang
paling umum dilakukan untuk mengarahkan aliran sungai adalah :
• Penahan yang melintang sungai untuk pembelok arus aliran sungai .
• Pagar pengarah memanjang .
CARA PENANGANAN :
Keruklah endapan lumpur yang terjadi guna mengembalikan sungai tersebut pada bentuk
yang seharusnya.
Periksalah daerah terjadinya penurunan hulu jembatan untuk menstabilkan jika diperlukan.
Hal ini akan menjadi perhatian penyelidikan khusus dan mungkin melibatkan instansi lain .
Jika aliran sungai bergerak menyamping diantara tebing, gunakan groin , bronjong, dinding
penahan tanah, turap atau cara-cara pengamanan lainnya guna mengamankan daerah yang
penting , misalnya daeran tanah timbunan atau pilar.
Buatlah parit rendah Iebar yang diperkeras yang mana sungai dapat menghilangkan
endapan yang terjadi dengan arus aliran sungai yang ada. Hal ini dapat dipakai untuk
sungai-sungai yang kecil. Lihat Gam bar 7-1 . untuk detailnya.
Jembatan Kecil
VII- 2
• Bagian-bagian bekas pembongkaran jembatan lama yang masih berada pada
daerah alur sungai mengakibatkan terhalangnya dan tertahannya arus aliran
sungai dan membelokkan aliran melawan tebing sungai atau fundasi jembatan .
CARA PENANGANAN :
Sampah dan semua penghalang yang menyebabkan masalah harus dibuang dari saluran
air.
Pemindahan struktur jembatan lama di luar cakupan pemeliharaan rutin dan memerlukan
alat khusus atau crane untuk membersihkan reruntuhannya . Jika bahan peledak digunakan,
kehati-hatian harus diambil sehingga kerusakan tidak menimbulkan terhadap jembatan yang
baru.
CARA PENANGANAN :
VII - 3
label 7-1 Cara penanganan pengamanan gerusan
TIPE KECOCOKANPENGGUNAAN
Air sungai yang dalam dan/atau tanah lunak. Gunakan
Turap
sebagai pengamanan fundasi bangunan bawah
Pembuatan Ali ran sungai yang dangkal dimana aliran sungai dapat
perkerasan alur dipindahkan selama pelaksanaan . Biasanya hanya
Pembersih digunakan pada jembatan dengan bentang kecil.
Gam bar 7-2 sampai Gam bar 7-10 memperlihatkan dengan detail metoda yang berbeda.
Perkerasan Perkerasan
Beton Batu
.·. ..
. . : ·.
Turap
Vll-4
ELEVASI SAMPING RENCANA PANDANGAN
Pier
Air Terendoh
\
Perkerasan Beton
Gam bar 7-7 Pembuatan Perkerasan Lantai Dengan Beton atau Batu Besar.
VII-S
Arch Aliron Sungoi
Bilamana digunakan batuan yang besar, maka kain penyaring geotekstil di bawah batu untuk
melindungi hanyutnya bahan halus.
Aroh Aliron
Aroh Aliron
Gambar 7-9 Pengamanan Dasar Sungai - Dinding Beton dan Dinding Bronjong
Vll-6
Gambar 7-10 Pengamanan dasar sungai- Turap Baja
URAIAN :
Pager yang tegak dan rendah dibangun dalam
alir sungai sepanjang tebing sungai dan tegak
lurus aliran sungai . Pager ini merupakan j ojaran
tiang dan penohan horizontal tetopi ado bentuk
loin juga yang efektif. Biosonya s truktur i ni
mempunyoi lues bidong yang kurang clan
menohon 50% menohan oliron sungoi .
URAIAN :
Bangunon yang tembus air biosonyo merupokon
tiang-tiong poncong clan koyu yang dipasong
podo dasor sungoi , yang dibangun menonjol
dari tebing sungai da n tegak lurus aliran
sungai.
URAIAN :
Struktur yang tidak tembus air dibangun dalam
dasar sungai , menonjol dari tebing sungai
umumnya tegak lurus terhadap aliran .
Vll-7
,
... .
...
t•.J
j
~ ·i
u
,...... :
~
.
I
:
'
:
.
'
:
··.....8·-.-···".:
, _ .-
.. ~·
~
. .
. . -.
.. . ..
Gambar 7-12 Pengamanan Dasar Sungai- Pagar Ganda dengan lsian Batu
Masalahnya muncul apabila tidak cukupnya bukaan pada daerah alur sungai di jembatan
(biasanya dipilih waktu diadakan penyelidikan dan perencanaan) atau adanya hambatan
pada alur sungai tersebut.
Hal ini menyebabkan air naik ke belakang di bagian hulu sungai jembatan menyebabkan
perbedaan ketinggian air yang jauh antara sisi hulu dan hilir sungai jembatan . Perbedaan ini
disebut "afflux".
Apabila besarnya/tingginya afflux ini berlebihan, maka kecepatan aliran melewati jembatan
bertambah dan sering mengakibatkan gerusan.
CARA PENANGANAN :
Jika ketinggian afflux disebabkan oleh hadirnya hambatan maka masalah ini harus ditangani
sesuai dengan kerusakan no. 502.
Jika afflux yang berlebihan disebabkan oleh tidak cukupnya daerah saluran air , satu-
satunya metoda penanganan yang cukup memuaskan adalah menambah bentangan
jembatan ata1..1 memperbaiki karakter aliran sungai yang lewat di jembatan.
VII- 8
7.2.3. Perbaikan dan perlindungan Timbunan
Gerusan timbunan umumnya muncul sekitar kepala jembatan dan jalan pendekat ke
jembatan
Kerusakan kepala jembatan dapat berupa tipe di bawah ini :
• Kerusakan kecil permukaan
• Kerusakan akibat gerusan
• Keruntuhan besar timbunan
Kerusakan kecil permukaan mungkin terlihat sebagai retak kecil perkerasan jalan ,
penurunan perkerasan dan tonjolan ke belakang lereng. Masalah ini tidak meluas dan dapat
diperbaiki dengan pemeliharaan rutin.
Keruntuhan besar timbunan seperti retak yang berarti penurunan yang dalam atau
kegagalan gelincir besar adalah bentuk serius dan memerlukan pemeriksaan khusus oleh
ahli untuk ditentukan penanganan yang tepat.
Tanah timbunan yang rusak harus dikembalikan dengan tanah pilihan , dipadatkan dengan
roller atau plat penggetar yang sesuai dan pengaman timbunan dapat dibangun dan
dikembalikan Teknik perbaikan timbunan secara garis besar disajikan pada Tabel 5.2.
Sistem manapun yang digunakan, merupakan hal yang penting pengamanan harus tertanam
pada level yang lebih dalam daripada level gerusan yang diperkirakan. Secara umum, ujung
talud selebar 800 mm dan paling sedikit digali 1 meter dalamnya yang kemudian diisi dengan
batu . Jika dilakukan pemasangan permukaan talud beton maka perlu dibuat lubang drainase
dinding dengan jarak yang teratur.
Perhatian harus diambil untuk menjamin gerusan akhir tidak muncul. Jika diperlukan lapisan
geotextile dapat dihamparkan pada tebing sebelum lapisan dasar.
Dinding bronjong (gabion) harus dipasang sesuai dengan buku petunjuk pemasangan
bronjong yang dikeluarkan pabrik.
Gambar 7-13 Gerusan di sekitar kepala jembatan (a) pemasangan bronjong (b)
VII- 9
Tabel 7-2 Garis Besar Teknik Pengamanan Tebing
TEKNIK PENGAMAN LERENG SECARA LANGSUNG
STRATEGI PENGAMANAN FLEKSIBEL T~- PENGAM-~fKU -
Pasangan batu kosong turap baja
Kawat anyaman tiang atau dinding
CONTOH Bahan macam-macam kepala jembatan beton
bronjong bertulang
tanaman bronjong yang_ diperkuat
Pengaman yang bersifat
struktur sebagai pengamanan
Bahan yang dipakai berguna
ujung tebing longsornya tanah
sebagai pengaman tebing dan
URAl AN timbunan dan gerusan yang
melindungi tebing serta
terjadi untuk menahan
mencegah erosi
pergerakan tanah dan
melindunginy terhadap erosi.
Fleksibel berarti masih terjadi
sedikit pergerakan dengan
toleransi tidak terjadi longsoran
penuh
Talud bronjong berbeton
merupakan suatu penanganan
Bronjong dapat dipakai.untuk
yang mahal. Biasanya hanya
masalah pengikisan pada
digunakan bila panjang yang
bagian atas tanah timbunan
kecil saja dipakai untuk
yang tidak dilindungi.
melindungi aset-aset penting
misalnya pada kepala
Perlindungan yang fleksibel
jembatan.
PENGKAJIAN umumnya merupakan suatu
SEMENTARA teknik tidak tetap dan biaya
Diperuntukan pada gerusan
dapat menjadi efektif jika
berat pada ujung sustu struktur
bahan-bahannya mudah
did apat. setiap pergerakan
Kaku
mengarah pada suatu
Setiap tipe pengamanan
kegagalan. Jadi harus
fleksibel harus didesain dan
direncanakan supaya kuat
ditempatkan dengan hati-hati.
menahan semua gaya.
Gerusan pada bagian ujung
atau bawah merupakan hal
yang umum
VII- 10
KERUSAKAN 511- Hilangnya Bahan Perlindungan Gerusan
CARA PENANGANAN :
CARA PENANGANAN :
Semua pekerjaan yang termasuk dalam kategori 1n1 dilaksanakan dalam pekerjaan
Rehabilitasi.
Untuk melindungi kepala jembatan dan daerah tanah timbunan hendaknya diikuti beberapa
prosedur umum berikut ini:
• Dasar sistem bangunan pengaman diletakkan pada dasar yang padat dan dikunci
dalam bahan yang kokoh pada kedalaman minimum 500 mm.
• Ujung sistem perlindungan harus benar-benar tertekuk ke belakang tebing sungai
dan terkunci sehingga gerusan dan erosi tidak akan terjadi gerusan pada bagian
ujung perlindungan.
• Ujung sistem perlindungan harus lebih panjang minimum 5 meter di luar daerah
pengaruh gerusan yang terjadi.
• Sistem tersebut hendaknya dibangun sesuai dengan spesifikasi dari pabrik atau
atas gambar perancangan lokal
VII - 11
Air permukaan dari badan jalan
• Buatlah selokan samping atau parit berumput yang mengarahkan air dari badan
jalan ke sungai.
Penghalang di sungai
• Buanglah penghalang tersebut - Bila penghalang tersebut merupakan bekas pilar
jembatan lama maka pekerjaan tersebut memerlukan alat berat untuk
membuangnya.
Gam bar 7-11 sampai Gambar 7-18 menggambarkan beberapa jenis penanganan untuk
perlindungan dan perbaikan timbunan.
URAIAN :
Bongunon terbuot dori kowot onyomon yang sudoh
digolvonis don kemudion diisi botu otou botuon
sungoi yang diletokon di alas otou bersebelohon
dosor sungoi untuk men cegoh geruson podo dosor
sungoi otou podo tebing.
r- -Ke6olo J"emb"aTan- l
I I
I I
I I
Tebing
Bronjong
Gambar 7-15 Tampak atas Pemakaian Bronjong untuk Penanganan Gerusan Tanah
Timbunan
VII -12
Tebing yang tergerus
Tanah
yang kokoh
1 1 dibowah
i 300 i kedolamon geruson
VII- 13
,.- ,-- ,.- ,..- ,..- ,..-
,
-- Muka
-- air-- tertinggi
,..- -- ,...., --
,_ ,..- ,..- ,..- ,..-
_., ,..- __, ,_, ,_., ,_, _.., _.., __, _., ,..- _., ,_, ,......, ,....., ,..- .
,...- ,..-
, . - , . - ,-J ,...., _ . , , _ , , _ , ,..- ,..- ,...., ,_., _.., , _ , _ . , , . - , . - , _ , , _ , •
.
,....., ,_., ,......, ,......, ,.- __, ,.._, ,_, ,_, ,..- _., ,_, _.., ,_, ,..- ,..- ,.- .
,...., ,..- ,_, ,_, ,..- ,_, ,_, ,...., _, _.., ,_, ,..- ,_, ,...., ,...., ,_, .
,.- ,...., ,_, ,.- ,...- ,_., ,_., ,_, ,.- _, ...- __, ,...., __, ,_., ,....., .
1/2
URAIAN :
Botu pilihon dengon ukuron tertentu diposong
podo tebing sungoi untuk
don
URAIAN :
Tonomon dopot pula berfungsi sebogoi
mekonisme stobilisosi utomo otou
pengo roh podo jenis pekerjoon
stobilisosi loinyo. Hal ini songot
penting teru t omo untuk menstobilkon
doeroh reklomos i.
VII -14
Gambar 7-20 Pengamanan Dengan Turap
Gambar 7-19 s/d Gambar 7.22 memperlihatkan drainase permukaan yang digunakan
perlindungan terhadap pengikisan pada timbunan.
Vll-15
Jorok moksimum
setiop ongker 2.5
Kern·.
- lrlng011
100 mm beton
plesteron
VII - 16
Posok/jongkor
setiop jorok 1 m
Kerusakan pada tanah timbunan mencakup tiga masalah utama yang pada dasarnya
memerlukan penanganan yang sama. Hal tersebut adalah
• Keretakan timbunan
• Penurunan timbunan
• Penggembungan timbunan
Keretakan Timbunan
Keretakan dapat dibagi menjadi dalam dua kelompok yaitu
• Keretakan kecil pada lapisan perkerasan
• Keretakan akibat konsolidasi dan pemadatan yang terjadi pada tanah timbunan,
kelongsoran tebing, pergerakan secara umum pada skala besar.
Gambar 7-26 Keretakan dan penurunan tanah timbunan yang sangat parah
CARA PENANGANAN :
VII -17
Keretakan yang cukup besar
Retak besar menunjukkan adanya konsolidasi tanah yang dalam dan pergerakan bidang
gelincir lengkung yang merupakan masalah yang berbahaya. Hal tersebut memerlukan
pengetahuan seorang ahli untuk menentukan jenis penanganan yang terbaik. Dimana
terdapat gerakan yang mencurigai, diperlukan pemeriksaan khusus.
Penurunan timbunan
Ada tiga jenis masalah penurunan timbunan ini
• Penurunan karena pemadatan jalan pendekat disekitar kepala jembatan
• Penurunan karena proses konsolidasi dan pemadatan tanah yang lebih dalam
• Pergerakan tanah seperti adanya keruntuhan gelincir
Penggembungan timbunan
Penggembungan pada timbunan biasanya hasil dari pergerakan tanah seperti kelongsoran
tebing, kegagalan gelincir.
VII - 18
Penanganan adalah yang sebagaimana digambarkan untuk penurunan
Penggembungan panel muka dinding tanah bertulang merupakan kerusakan yang serius .
Penggembungan ini dapat disebabkan oleh masalah berikut :
• Sambungan pada lembaran pengikat baja rusak atau patah .
• Lembaran pengikat baja tertarik keluar dari tanah timbunan . Hal ini mungkin
disebabkan oleh timbunan yang dipakai berkualitas rendah dan kadar air yang ada
dalam tanah berfungsi sebagai pelumas tidak tepat dipadatkan pada waktu
pembangunan
CARA PENANGANAN :
Diperlukan pemeriksaan khusus untuk menyelidiki penyebab yang terjadi. Biasanya tanah
timbunan tersebut harus dibongkar terlebih dahulu sehingga daerah yang rusak dapat
diperbaiki.
Dalam beberapa keadaan, jika kerusakan hanya terbatas pada daerah yang kecil saja dan
harus tetap membuka jalan untuk lalu lintas, maka mungkin dengan cara membor dan
dengan melintang jalan mengamankan pelat muka sehingga tidak bergerak lebih jauh.
Beberapa penanganan yang mungkin diperlihatkan pad a Gam bar 7-23 dan Gam bar 7-24.
·. ·:__
. . ·. ·... ·.·.···:_ ·
· · _;. ---
Penggembungan Dinding Tanah Bertulang
VII- 19
Gambar 7-28- Pemasangan panel tanah bertulang
-- ----
~ -~
Penggembu nga n Dinding Tanah Bertulang
Tanah bertulang yang retak, gampal atau pecah biasanya disebabkan oleh salah satu
masalah berikut ini :
• Kerusakan pada awal pembangunan
• Sedikit pergerakan pada fundasi
• Tumbukan atau vandalisme
CARA PENANGANAN :
Jika terjadi gerakan pada fundasinya maka diperlukan pemeriksaan khusus untuk
menyelidiki dengan tepat penyebabnya dan jenis penanganan yang terbaik. dengan
mengikat daerah yang menurun merupakan penanganan yang terbaik jika hal tersebut
hanya terbatas bada luas daerah yang kecil saja. Lakukan pengeluaran air dari daerah yang
lembab. Gambar 7-25 menunjukkan contoh konstruksi penunjang .
Jika terdapat beberapa panel yang rusak mungkin diperlukan untuk mengganti panel
tersebut, ikatkan kawat tulangan pada kaitan atau sangkutan dan buatlah panel baru .
Permukaan yang baru harus dipasang di belakang panel yang masih baik. Hal ini dapat
dilihat pada Gambar 7-26 .
VII - 20
6 ·
,d .
q
Drainase q
q
"' · ~
................
.. .. .. .. .. ... .. .. ..
.. .... .. .... ..... ..... ..... . .... .. .... .. .... .. .... ..
.. .. .. .. .. .. .. .. .. ..
.. ... .. .... .... .. ... ..... .. .... . .... ..... .. .... .. ....
.. .. .. . .. .. .. .. . .. ... .. ... .. .. . .. ..
.. .. .. .. .. . .. .. .. ..
.. .. .. .. .. .. .. .. .. . .. .. .. .. .. .. . . .. ..
Beton bertulang
cor di tempat
.. ...
..
.... .... .. .... .... ......... . .... .... ...... ....
.. .. .. ...........
.. .. .. .. .. .. ....
.. ... ..
..
.. .. .. .. .. .. .. . .. .. .. .. . .. .. .. . .. .. .. ..
Angker biasanya merupakan bagian dari jembatan gantung. Tetapi Angker dapat digunakan
untuk menjaga kestabilan kepala jembatan.
VII - 21
CARA PENANGANAN :
:'-...:
···:···
~ .. ··.. ·.
·, ...._:
CARA-PENANGANAN:
VII- 22
Landasan dan bagiannya harus dibersihkan secara teratur terhadap kotoran dan tumbuhan
yang tumbuh disekitarnya.
Landasan baja harus dijaga terhadap karat dan dicat seperti diuraikan pada kerusakan 301 ,
dan beri pelumasan seperti pada kerusakan 601 .
Mortar landasan yang hancur, retak atau tidak rata harus diperbarui dengan adukan epoxy
yang cocok dengan terlebih dahulu membersihkan adukan yang rusak tadi, cara
pembersihan permukaan dan mengeringkannya harus sesuai dengan petunjuk yang
diberikan oleh pabrik pembuat mortar epoxy khusus tersebut.
Sebagian besar jembatan baja dan beton yang baru di Indonesia mempunyai bentuk
penahan gempa. Kadang-kadang , sebagian atau semua penahan gempanya tidak dipasang
pada awal pembangunannya.
Jika tidak ada penahan gempa, periksalah gambar aslinya untuk menentukan perlu penahan
gempa diperlukan atau tidak. Jika ya, maka penahan tersebut atau bagian yang hilang harus
dipasang sesuai dengan desain semula .
Blok landasan penahan gempa kadangkala hilang sebab pelaksanaan yang kurang baik.
Kerusakan ini dapat disebabkan hilangnya baut angker penahan atau hilangnya karet
penahan pada bagian antara balok penahan gempa dan bangunan atas .
CARA PENANGANAN :
Bolok Kepalo
VII - 23
• Tidak cukupnya tempat untuk bergerak antara dinding kepala jembatan
dengan lantai bangunan atas akibat pelaksanaan yang buruk atau akibat
pergerakan tanah .
CARA PENANGANAN :
Terganjalnya/pertahannya landasan
Material yang mengganjal harus dihilangkan untuk menjamin agar landasan dapat berfungsi
dengan baik. Jika baut pengikat terlalu panjang, maka baut tersebut harus dipotong agar
terdapat kelonggaran sekitar 20 mm antara permukaan.
Kedudukan landasan yang tidak tepat biasanya diakibatkan karena pelaksanaan awal yang
tidak baik
CARA PENANGANAN :
VII - 24
Bilamana kerusakan disebabkan oleh pelaksanaan yang jelek maka dapat dipilih cara-cara
berikut ini sebagai penanganannya :
• Pompakan resin epoxy untuk mengisi lubang antara dudukan beton atau baja
dengan landasan karet.
• Angkatlah bangunan atas dan dudukan landasan pada tempatnya. Hal ini dapat
mencakup pengerjaan kembali permukaan menjadi benar-benar horisontal
dengan gurinda atau pelapisan dengan resin epoxy mutu tinggi dan memasang
kembali landasan baja.
Bila kerusakan disebabkan oleh gerakan bangunan bawah maka bentuk kerusakan harus
dirujuk oleh pemeriksaan khusus untuk menetapkan penanganan jembatan secara
menyeluruh yang terbaik.
Bilamana nilai kerusakan yang ditentukan oleh pemeriksaan jembatan adalah 4 atau 5 maka
landasan mortar harus diganti. Disarankan untuk mengikuti prosedur berikut ini :
• Gelagar didongkrak dan ditempatkan pada posisinya.
• Landasan mortar lama dipahat sampai kedalaman sekitar 20 mm di bawah bagian
atas posisi balok kepala.
• Bagian yang disiapkan lapisi dengan bahan .perekat yang telah disetujui
• Kemudian mortar yang baru dapat dlpasang dengan menggunakan adukan mutu
tinggi, yang mempunyai kekuatan tekan sekitar 400 kg/cm 2 dalam waktu 7 hari.
Permukaan bagian atasnya harus benar-benar ada dan rata.
• Mortar baru harus dirawat paling sedikit selama 7 hari.
• Landasan dan gelagar diturunkan dengan hati-hati pada posisinya.
Pergerakan yag berlebihan dari landasan dapat muncul pada landasan baja sebagai hasil
dari perubahan bentuk landasan elastomer. Pergerakan yang berlebihan akan menyebabkan
keruntuhan landasan baja.
Lantai Lantai
KASUS 1 KASUS 2
VII- 25
Landasan baja
Masalah dapat disebabkan oleh :
• Pelaksanaan awal yang jelek
• Getaran pada struktur membuat landasan bergerak keluar dari posisinya
• Bergeraknya bangunan bawah
CARA PENANGANAN :
Jika masalahnya disebabkan oleh pelaksanaan awal yang jelek atau getaran pada bangunan
atas maka angkatlah bangunan atas dan kembalikan landasan pada posisi semula dan
pasang pengikat (mungkin baut) sehingga landasan tidak dapat keluar lagi dari tempatnya.
Jika gerakan bangunan bawah menyebabkan landasan bergerak secara berlebihan , maka
diperlukan pemeriksaan khusus. Jika keruntuhan tidak dapat lagi dihindarkan maka harus
dipasang penunjang sementara.
Lantai
Gelogor
ng terdistorsi
Bolek Kepala
CARA PENANGANAN :
Jika masalahnya adalah-teknik pelaksanaan yang jelek, maka elemen utama bangunan atas
yang berada di atas landasan yang berubah bentuk tersebut harus diangkat sehingga
landasan tersebut kembali pada bentuk semula.
Penggantian landasan/peletakan
Penggantian dilakukan dengan cara mengangkat gelagar dan mengganti landasan yang
rusak dengan yang baru. Mungkin diperlukan untuk mengangkat sebagian gelagar lainnya di
samping gelagar dimana terd apat landasan yang rusak, untuk mendistribusikan beban pada
VII - 26
beberapa titik dan dongkrak serta menghindarkan kerusakan terhadap bagian lainnya dari
struktur.
Dongkrak datar khusus (lihat Gambar 7-37) biasanya dipakai untuk jenis pekerjaan
semacam ini . Dongkrak tersebut cocok untuk ruang yang sempit antara gelagar dan balok
kepala pada kepala jembatan.
URAIAN :
Dongkrok dotor dopot ditempotkon podo ruong
kerjo yang sempit untuk pengongkoton
sementoro perubohon olinyemen don penyesuoion .
Dimensinyo y ang kompok, kemompuon t onose
ya ng tinggi, siklus pengembolion yang cepot
serto mudoh dipindoh-pindoh don songot
berguno sekoli untuk pekerjoon pemelihoroon
jemboton.
KERUSAKAN 605- Landasan yang Berubah Akibat Umur, Terbelah, Retak Sobek,
Hancur atau Hilang
CARA PENANGANAN
Jika nilai kerusakan lebih besar dari 3 maka penggantian dilaksanakan sesuai dengan uraian
pada kerusakan 604.
Jika baut longgar maka baut tersebut harus dikencangkan kembali sesuai dengan spesifikasi
aslinya . Jika tidak dapat dikencangkan lagi maka baut tersebut harus diganti .
Jika landasan rol , rocker pada jembatan Bailey atau axle pin longgar atau salah tempat
maka bagian tersebut harus dikembalikan pada tempatnya semula dan diikat dengan
pengikat untuk menjamin perpindahan tidak muncul kembali.
VII - 27
Gambar 7-38- Landasan logam yang kering
CARA PENANGANAN
Permukaan bergerak
• Bersihkan semua permukaan yang terekpos
• Beri pelumas semua permukaan yang bergerak dengan gemuk tebal
• Catatlah semua permukaan landasan yang tidak bergerak - rujuk pada kerusakan
no. 301 untuk penanganannya.
Landasan sendi
Kebanyakan landasan bergerak dilumasi dengan cara melalui nipel pelumasan . Landasan
yang demikian perlu diberi gemuk paling sedikit sekali setahun. Gemuk harus dipompa ke
dalam hingga gemuk tersebut keluar dari ujung lain landasan.
Perbedaan pergerakan sepanjang sambungan dapat terjadi di dalam pelat lantai beton dan
diantara bagian dari bagian-bagian pracetak.
CARA PENANGANAN :
VII - 28
KERUSAKAN 702- Lendutan Lantai Jembatan Yang Berlebihan
Lendutan yang berlebihan dapat terjadi secara vertikal maupun horisontal dan dapat terjadi
pada rangka, gelagar, pelat dan lantai.
CARA PENANGANAN :
Lendutan horisontal
Beberapa jembatan rangka dan jembatan kayu mengalami lendutan horisontal yang
berlebihan. Hal ini disebabkan oleh :
• Buruknya alinyemen elemen selama pembangunan awal.
• Longgarnya hubungan yang mengakibatkan jembatan berayun.
• Memburuknya material atau lapuk yang mengakibatkan struktur tidak sekaku
seperti semula.
• Kurangnya diafragma atau rangka melintang antara gelagar di jembatan kayu.
Untuk menahan lendutan lebih lanjut maka jembatan tersebut dapat ditahan sebagaimana
terlihat pad a Gam bar 7-32., Kabel penahan dapat dikaitkan pad a titik kurang lebih sepertiga
bentangan dan dibuat sekencang mungkin dengan menggunakan warte/ muur. Kabel
penahan tersebut perlu diangker dengan rapi dengan mengikatkan pada benda yang stabil
misalnya pohon besar atau angker yang ditanamkan pada suatu blok yang besar dan stabil
atau blok angker kayu yang ditanam cukup dalam dan besar untuk menghindarkan gerakan
dalam tanah.
Mungkin untuk mengurangi sebagian dari lendutan yang terjadi dapat dengan
memperkencang wartel kabel tersebut.
Menambah ikatan angin horisontal bawah untuk memperkuat jembatan rangka atau gelagar.
VII- 29
DETAIL BALOK ANGKER
CATAlAN :
Gunokon kobel yonq cukup kuot
don dopot ditegongl<ondengon boik
Posongloh pengoku horizontal dengon wortel untuk mengurongi oyunon
dibowoh gelogor jiko diperlukon
Gambar 7-39 Pengikatan dan tambahan pengaku untuk menahan lendutan horisontal
CARA PENANGANAN :
Drainase dinding
lubang rembesan dinding harus diperiksa setiap tahun dan dibersihkan jika perlu. Kegiatan
ini harus dilakukan sebagai bagian dari pelaksanaan pemeliharaan rutin.
Jika tidak ada lubang rembesan dinding dan plesteran dinding lembab serta noda rembesan
te~adi pada dinding maka mungkin diperlukan lubang rembesan dinding. Hal ini dapat
dikerjakan sebagai bagian dari kegiatan perbaikan kecil secara berkala.
Bila dibuat lubang rembesan dinding dengan member dinding untuk mengurangi tekanan,
perlu diperhatikan agar menutup setiap tulangan beton yang terbuka untuk menghindarkan
dari karat. Hal ini dapat dikerjakan dengan pelapisan besi tulangan dengan epoxy pengisi
retak.
Pipa cucuran
Pipa cucuran harus dijaga supaya. tetap bersih oleh pemeliharaan rutin. Pipa cucuran
tersebut hendaknya diperiksa paling sedikit sekali dalam empat bulan untuk menjamin
berfungsi dengan efisien.
VII- 30
Pada banyak jembatan Rangka Baja Calender Hamilton (RBU), 50% dari pipa cucuran
ditempatkan langsung diatas ikatan angin bawah. Ujung pipa cucuran ini harus dipindahkan
agar tidak terjadi penumpukan kotoran dan berkaratnya ikatan angin bawah. Pekerjaan ini
harus dicakup dalam program rehabi/itasi jembatan.
Drainase lantai
Pekerjaan pemeliharaan rutin bertanggung jawab untuk menjaga agar semua sampah dan
bahan lainnya tidak menyumbat pipa cucuran pada permukaan lantai. Jika lapisan aspal
menghalangi air (genangan) mengalir ke dalam pipa cucuran maka hal itu harus dibersihkan
agar air dapat mengalir dan permukaan lantai menjadi kering.
Bilamana material pipa cucuran sudah lapuk, aus dan tidak berfungsi dengan baik, maka hal
ini harus diperbaiki. Dalam beberapa kasus, ujung lubang pipa cucuran berkarat dan tidak
dapat mengalirkan air di bawah elemen-elemen lantai jembatan. Dalam kasusu ini pipa
cucuran harus diperpanjang paling sedikit 100 mm di bawah gelagar atau batang rangka
utama bawah. Perbaikan ini dilaksanakan oleh bagian perbaikan kecil berkala.
Pekerjaan pemeliharaan berikut ini harus dilakukan jika air merembes ditemukan atau terjadi
genangan di permukaan :
• Kemiringan melintang aspal dan bentuk drainase bebas harus dibentuk.
• Lapisan aspal yang sudah usang harus diganti secara teratur pada waktu
tertentu.
• Lubang, daerah yang rusak harus diangkat atau ditambal
• Permukaan yang melendut, meskipun dangkal harus diperbaiki
• Retak-retak harus di-seal
Pekerjaan tersebut di atas harus dilakukan sesuai dengan spesifikasi dan paduan
pelaksanaan pemeliharaan jalan yang tepat.
Bahu jalan yang tidak di-seal pada jembatan tidak dikehendaki karena hal itu akan
menyimpan uap air. Jika mungkin bahu jalan tersebut harus dilapisi. Jika tidak mungkin,
maka harus dibuat drainase pada bahu jalan agar tidak ada uap air yang terjebak didalam
struktur bahu jalan tersebut.
Masalah ini dapat menjadi berbahaya apabila jembatan tersebut terletak pada tikungan dan
lapisan permukaan aspalnya yang licin atau pada jembatan lantai kayu yang mempunyai
lantai kayu palos memanjang.
CARA PENANGANAN :
Penanganan untuk permukaan yang licin harus diperbaiki oleh pekerjaan Pemeliharaan
rutin.
VII - 31
Metode penanganan termasuk cara-cara berikut ini:
• Kasarkan permukaan dengan membuat alur. Untuk lapis permukaan beton dapat
dikasarkan dengan alat seperti gergaji beton tetapi harus yakin terlebih dahulu apakah
selimut beton bagian atas tersebut mencukupi untuk diadakan lagi pengkasaran dengan
cara tadi sebab kalau tidak hal tersebut dapat menimbulkan masalah lain yaitu timbulnya
karat pada besi tulangan yang terlihat akibat pengkasaran tadi.
• Pekerjaan pengkasaran permukaan tadi dilakukan dengan membuat garis-garis dengan
jarak 80 mm dengan kedalamamn 5 mm. Garis pengkasaran tadi dibuat melintang
dengan arah lalu-lintas.
• Pelapisan ulang lantai dengan lapisan yang lebih mempunyai daya geser yang baik. Hal
ini dapat dicapai dengan :
Seal dengan satu ukuran kerikil halus yang disemprotkan -biasanya tidak mahal
dan lalu lintas yanng terganggu juga tidak lama. Pemilihan agregat sangat penting
apabila dipilih cara demikian, agregat tersebut harus mempunyai nilai PSV
(Polished Stone Value) yang rendah
Penggunaan permukaan epoxy anti slip - harganya cukup mahal dan memerlukan
alat yang khusus. Biasanya pabrik pembuat epoxy tersebut akan melengkapi
spesifikasi untuk pekerjaan ini.
Mengganti lapisan aspal yang sudah ada mahal dan mengakibatkan gangguan
pada lalu lintas. Lebih ekonomis jika sedang ada pekerjaan pelapisan ulang jalan
dan jembatan termasuk dalamnya. Jika hal ini merupakan suatu masalah, maka
lapisan aspal yang lama harus dibuang terlebih dulu. Perhatikan pada sambungan
di expansion joint.
KERUSAKAN 722- Lapisan Permukaan Yang Berlubang, Kasar akibat Lubang atau
Retak
CARA PENANGANAN :
Jika lubang tersebut pada permukaan lantai beton, maka diperlukan pemeriksaan khusus
apabila besi tulangannya terlihat. Pemeriksaan khusus tersebut akan menentukan apakah
pelat lantai tersebut secara struktur rusak. Jika lubang tersebut tidak mengakibatkan
terlihatnya besi tulangan, maka kerusakan ini dapat diperbaiki dengan cara penanganan
kerusakan gompal beton - lihat kerusakan no. 201.
VII- 32
Adanya kekasaran pada permukaan aspal, kerikil atau lantai beton harus diratakan. Hal ini
dapat dilakukan dengan jalan :
• Meratakan dengan perata jalan atau grader
• Memahat bagian yang menonjol dengan pneumatic atau dengan tangan.
• Digurinda (kalau beton) dengan mesin gurinda
• pelapisan ulang dengan aspal.
• Menggantl lapisan yang kasar.
Jlka mengadakan pelapisan ulang dengan aspal, perhatian harus diambil untuk menjamin
bahwa tebal lapisan perkerasan di atas lantai tidak berlebihan.
Jika keretakan yang terjadi pada bagian expansion joint, maka material yang retak harus
dibuang, kemudian joint tersebut diperbaiki (lihat perbaikan expansion joint), dan lapisan
permukaan dikembalikan pada kondisi semula.
Jika keretakan berhubungan dengan kerusakan sambungan lantai, maka harus dilakukan :
CARA PENANGANAN :
Apabila pelapisan kembali sudah melebihi dari tebal rencana aspal, maka lapisan aspal
tersebut harus dibuang untuk mengembalikan kapasitas pemikulan beban rencana jembatan
Tebal rencana biasanya 50 mm. Jika lebih dari 100 mm; maka harus diambil suatu tindakan
untuk mengurangi ketebalan tersebut.
VII- 33
CARA PENANGANAN :
Buang pelapisan ulang yang berlebihan dengan menggunakan manual atau menggunakan
mesin(contoh - grader). Jika mesin dugunakan, perhatian khusus diperlukan di sekitar
sambungan lantai agar tidak timbul kerusakan. Normalnya lapisan aspal lama dipindahkan
dan diganti dengan lapisan baru dengan ketebalan maksimum 50 mm.
Penurunan akhir level permukaan sepanjang lantai jembatan harus sama dengan penurunan
yang terjadi pada jalan pendekat. Sebab hal ini akan menghindarkan beban kejut pada
jembatan di kepala jembatan
CARA PENANGANAN :
Penanganan permukaan trotoar yang. licin dikerjakan oleh bagian pemeliharaan rutin.
CARA PENANGANAN :
Kerusakan termasuk situasi dengan pelat trotoir atau papan yang hilang. Dimana elemen
hilang dari trotoir harus diganti sesegera mungkin
Karena adanya perubahan suhu, bangunan atas jembatan (beton atau baja) akan
mengembang atau menyusut oleh karena itu sambungan diberikan untuk memberi
kesempatan memuai dan mneyusut dengan gerakan yang terbatas.
VII- 34
7.7.2. Sambungan Siar Muai
Sambungan siar muai sering menjadi satu titik lemah pada suatu jembatan dan perbaikan
perlu dilakukan setelah beberapa tahun .
Ada banyak macam tipe sambungan siar-muai yang dibagi ke dalam tiga kelompok utama:
• Sambungan siar muai terbuka (sambungan yang paling sederhana)
• Sambungan siar muai yang kedap air
• Sambungan siar muai yang kedap air dan tertanam
Bukaan dari sambungan harus dijaga supaya tetap bersih dari kotoran dan batu untuk
memungkinkan bangunan atas agar dapat bergerak dengan bebas.
Apabila sambungan siar muai yang kedap air bocor maka harus segera diperbaiki. Metode
perbaikannya tergantung kepada tipe sambungan dan harus mengikuti penanganan khusus
yang dianjurkan oleh pabrik pembuatnya .
Jika filler mastiknya rusak atau hilang , bahan ini harus dibuang Uika rusak) , permukaannya
dibersihkan , lembaran dasar baru dimasukkan dan filler mastik ditempatkan dalam
sambungan tersebut.
VII - 35
CARA PENANGANAN :
Sambungan siar muai tidak dapat bergerak dapat terjadi karena berbagai sebab:
• Pelapisan ulang yang berlebihan yang mengakibatkan tersumbatnya sambungan
• Batu atau barang lain secara tidak disengaja jatuh dan masuk kedalam
sambungan
• Pergerakan bangunan bawah yang mengakibatkan memendeknya jembatan
·, <1
·Lantai beton
·d
.<1 ·.
</
VII- 36
Batu yang mengha langi
Gelagar
...
.·
. '·a .. ...
. . . . ..~ 4 . • .
..•'*'
.~
. :
4 .· ..
Ge/agar
Bergerokny o
bongunon
b owoh yang
m engokibotkon
mocetny o
sombungon
CARA PENANGANAN :
VII- 37
• Rawatlah nosing baru tersebut sesuai dengan spesifikasi.
-
• Seteloh selesoi ·' d • ·seteloh selesoi• •
• perekot epoxy do pol ditoburk n dperekot epoxy dopol ditobur on
sebogoi perekot
• i\ .. .
-.
sebogoi perekol •
• d •
CARA PENANGANAN :
VII- 38
Hilangnya lekatan
Hilangnya lekatan terjadi ketika bahan kedap air terlepas dari sisi sambungan siar muai.
Periksalah apakah lembaran kedap air masih diperlukan. Jika tidak diperlukan, buanglah
semua water stop yang rusak.
Jika water stop. diperlukan pada sambungan lantai, maka perbaikilah kerusakan tersebut
sebagai berikut :
• bersihkanlah sisi dari sambungan siar muai secara baik
• bersihkan sisi dari water stop
• laburkan perekat baru pada sisi sambungan siar muai dan water stop, dan
masukan water stop kembali ke dalam sambungan.
• mungkin perlu untuk memotong water stop yang ada agar dapat
membersihkan sambungan dengan teliti sebelum dilabur dengan bahan
perekat baru. Dalam kasus ini, bagian ujung dari yang rusak harus dipotong
persegi. Ujung dari water stop pengganti harus melekat pada bagian ujung
dari bahan yang tidak rusak, jika ingin mendapatkan seal yang efektif.
Mungkin water stop yang baru perlu di ganti jika nosing baru diperlukan pada sambungan
lantai lapis pelindung baru.
Bahan perekat untuk sambungan lantai harus sesuai dengan spesifikasi pabrik.
CARA PENANGANAN :
"
..
Perponjong angker
Lapisi permukaon beton
dengon lem efoxy
VII- 39
• Terapkan perekat epoxy pada permukaan beton yang sudah dibersihkan
• Pasang kembali baja siku dengan mortar epoxy sesuai dengan spesifikasi pabrik.
• Rawat mortar epoxy baru.
Jika angker dalam lantai beton atau pada dinding belakang kepala jembatan terlepas, maka
diperlukan perbaikan dengan melakukan pembongkaran bagian belakang beton atau
memasang pengikat atau angker baru.
CARA PENANGANAN :
VII- 40
Pelot gelincir
Aspol
...
" .,
"
.Lontoi beton. ."
. g,
b •
.. : ·.
• 4 b •
Gambar 7-48 Perbaikan Lapisan Aspal Yang Retak Diatas Sambungan Lantai
Dimana pembatas-pembatas Iebar atau tinggi jembatan rusak, bengkok atau hilang atau
tidak terpasang.
CARA PENANGANAN :
• Jika hilang, gantilah eperekaten atau bagian tersebut dengan pembatas yang
sesuai dimensinya untuk batasan maksimum kendaraan yang boleh lewat pada
jembatan tersebut.
• Jika rusak atau bengkok, luruskan, perbaiki atau ganti pembatas.
• Jika tidak terpasang, pasanglah pembatas sehingga kendaraan tidak dapat lewat
pembatas tersebut kecuali diberikan izin khusus.
VII- 41
KERUSAKAN 911 - Rambu-Rambu Lalu-Lintas dan Marka Jalan Yang
tidak Terlihat
Rambu-rambu lalu lintas harus diganti secara berkala jika rusak berat.
Setiap rambu atau marka jalan yang hilang harus diganti jika masih diperlukan. Penggantian
tersebut biasanya diankukan oleh bagian Pemeliharaan Rutin.
CARA PENANGANAN :
CARA PENANGANAN :
Laporkan kerusakan yang terjadi pada instansi yang berwenang untuk memperbaiki
ketidakberfungsian atau memindahkan utilitas tersebut. Setiap permintaan lisan instansi lain
harus ditegaskan dalam suatu perintah tertulis.
VII- 42
PANDUAN PEMELIHARAAN .~
DAN REHABILITASI JEMBATAN
KERJASAMA JICA- INDONESIA (2004- 2006) JICA
Bagian 8
Tata cara perkuatan struktur jembatan
DESEMBER 2005
8. Tata cara perkuatan struktur jembatan
8.1. Umum
Pada umumnya struktur jembatan direncanakan untuk dapat berfungsi selama masa layan
tertentu. Akan tetapi dalam masa layan tersebut sering dijumpai permasalahan-
permasalahan struktur sehingga memerlukan perkuatan pada struktur jembatan tersebut.
Untuk sampai pada pelaksanaan perkuatan struktur perlu dilakukan serangkaian kegiatan
yaitu:
1. Pemeriksaan khusus
Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang realistik mengenai kondisi
struktur yang ada. Jenis kegiatan yang dilakukan pada pemeriksaan khusus umumnya
adalah:
a. Survei Pendahuluan
Dari kegiatan ini diharapkan memperoleh data dan informasi penunjang yang diperlukan
untuk menunjang evaluasi dan analisis data utama, sehingga akan diperoleh analisis I
kajian yang mendalam yang sesuai dengan kondisi di lapangan. Data penunjang ini
meliputi antara lain :
• Data dan informasi penanganan pemeriksaan I perbaikan yang telah dilakukan
sebelumnya
• As built drawing
• Data lalu lintas
• Data lainnya yang dianggap perlu
VIII - 1
b. Survei Lapangan
1) Pemeriksaan Visual
Pemeriksaan visual dilakukan terhadap elemen-elemen struktur jembatan dan kondisi
lingkungannya. Diharapkan hasil dari pemeriksaan tersebut diperoleh gambaran awal
mengenai jenis-jenis kerusakan yang ada pada jembatan serta perkiraan faktor-faktor
penyebabnya. Pemeriksaan ini dilakukan tanpa menggunakan peralatan khusus, hanya
menggunakan indra penglihatan (mata) maupun teropong dan untuk
pendokumentasiannya digunakan kamera (foto).
VIII - 2
getaran dilakukan dengan memanfaatkan beban bergerak atau lalu lintas kendaraan
yang bermuatan berat lewat. Pengukuran getaran jembatan menggunakan alat
vibrocorder yang menghasilkan rekaman getaran pada kertas film dengan sensor
berupa tranduser yang ditempatkan pada % bentang.
f) Uji beban (Loading Test)
Uji beban dimaksudkan untuk mengetahui perilaku dari struktur jembatan dalam
menerima beban kendaraan berat (truk) statis di atasnya. Dari pengujian tersebut
akan diperoleh perilaku lendutan gelagar serta perilaku pendistribusian beban
kendaraan pada gelagar.
Dari kegiatan ini diharapkan akan diperoleh data utama yang akan digunakan untuk
menganalisis dan mengevaluasi secara detail dan mendalam tentang kondisi struktur
jembatan yang ada.
c. Pengujian Laboratorium
Pemeriksaan dan pengujian di laboratorium akan dilakukan terutama kuat tekan beton
pada hasil core drill di lapangan dan hal lain yang secara khusus yang mengharuskan
pengujian di laboratorium.
d. Evaluasi dan Analisis data
Setelah data dan informasi yang diperoleh dari pemeriksaan secara visual dan
pemeriksaan secara detail/khusus yaitu melalui serangkaian kegiatan pengukuran dan
pengujian dilapangan dan di laboratorium, maka dilakukan analisis, evaluasi dan
perhitungan untuk mengetahui kondisi struktur jembatan tersebut termasuk kondisi
struktur bangunan pelengkap lainnya. Sehingga apabila terjadi adanya kerusakan,
perlemahan dan kelainan pada struktur jembatan, maka hal tersebut dapat diketahui
secara dini, sehingga dapat ditentukan segera langkah-langkah penanganannya.
Analisis terhadap kerusakan berupa retakan pada pelat lantai jembatan, siar muai
(expansion joint) yang rusak dan kurang berfungsi, retakan pada pilar, korosi dan kondisi
tiang pancang, studi beban lalu lintas yang ada, penurunan pada tanah oprit dan
sekitarnya dan kerusakan struktur elemen jembatan lainnya.
e. Penentuan alternatif penanganan
Apabila hasil analisis data dan perhitungan diperoleh hasil yang mengharuskan
penanganan lebih lanjut pada jembatan tersebut, baik penanganan/ perbaikan,
peningkatan maupun pemeliharaan, maka pada bagian alternatif penanganan/perbaikan,
peningkatan maupun pemeliharaan akan diuraikan mengenai cara dan metoda yang
digunakan pada jembatan tersebut.
2. Perencanaan perkuatan
Berdasarkan hasil pemeriksaan khusus diperloleh alternatif penanganan untuk perbaikan
dan perkuatan. Berdasarkan alternatif tersebut selanjutnya dilakukan perencanaan
perkuatan dengan tahapan sebagai berikut :
a. Konsep perbaikan/perkuatan
Konsep perbaikan/perkuatan yang telah diperoleh dari pemeriksaan khusus selanjutnya
dilakukan
Alternatif penanganan yang telah ditentukan diuraikan lebih rinci dalam hal :
• Pemilihan material
• Pemilihan teknik perbaikan/ perkuatan
• Estimasi dimensidan kekakuan elemen tambahan
• Perilaku struktur
b. Analisis struktur
Merupakan analisis yang dilakukan terhadap struktur yang ada yang diperkuat dengan
elemen tambahan terhadap beban rencana dan kekuatan elemen-elemen struktur. Hal
yang terpenting dari analisis tersebut adalah verifikasi faktor keamanan dari struktur
tersebut.
c. Lingkup Kerja dan Prioritas
VIII- 3
Penentuan lingkup pekerjaan dan prioritas perlu diuraikan untuk kepentingan
pelaksanaan dan pengoptimalan pekerjaan
d. Gambar Detail
Seluruh rencana perbaikan/perkuatan dinyatakan dengan jelas dalam gambar detail,
termasuk jenis material yang digunakan, batas daerah rencana perbaikan/perkuatan.
e. Rencana Kerja dan Spesifikasi
Sebagai acuan yang mengikat bagi pihak-pihak yang akan terlibat dalam pekerjaan
perbaikan/perkuatan struktur perlu disusun rencana kerja dan syarat-syaraU spesifikasi
seperti yang umum dilakukan pada pekerjaan pembangunan jembatan. Hal-hal yang
perlu dijelaskan antara lain :
• Pemilihan material
• Umum
• Alat bantu dan akses lapangan
• Pembersihan
• Perbaikan/perkuatan
• Perlindungan permukaan
• Material yang digunakan
• Pengujian, uraian mengenai pengujian terhadap elemen struktur secara jelas
mencantumkan jenis pengujian dan standar pengujian yang digunakan, jumlah
sampel yang diambil serta kriteria hasil pengujian berdasarkan referensi standar.
f. Estimasi Biaya
Volume pekerjaan (Bill of Quantity) serta Rencana Anggaran Biaya perlu disusun untuk
keperluan kontrak pekerjaan. Uraian tersebut harus dapat mencerminkan dan sesuai
dengan lingkup pekerjaan perbaikan/ perkuatan yang akan dilakukan oleh pihak
pelaksana.
3. Pelaksanaan perbaikan/perkuatan
Metode perbaikan/perkuatan beserta urutan pelaksanaannya harus diperhatikan dengan
seksama agar menghasilkan struktur jembatan yang baik dan terhindar dari
bertambahnya kerusakan struktur dan bahkan mendorong timbulnya kerusakan baru.
Dalam setiap langkah perbaikan/perkuatan yang dilakukan harus diupayakan agar
penyebab kerusakan dihilangkan atau diminimalkan. Selain itu perlu pula
dipertimbangkan upaya-upaya perlindungan atau pencegahan terhadap kemungkinan
kerusakan dikemudian hari.
Pelaksanaan perbaikan/perkuatan harus disertai dengan pengawasan dan dokumentasi
yang baik.
Penundaan pelaksanaan perbaikan/perkuatan struktur dapat memperburuk kondisi
struktur, yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan biaya perbaikan yang
diperlukan.
Beberapa metode perkuatan jembatan yang dapat diaplikasikan adalah sebagai berikut :
VIII - 4
yang perlu diperhatikan adalah hubungan antara beton lama dan beton baru. Perbedaan
susut pada kedua elemen dapat terjadi dikarenakan perbedaan homogenitas. Hal tersebut
dapat diatasi dengan penggunaan shear connection dan penggunaan material beton yang
tidak susut.
(a)
(b)
Gambar 8-1 Perkuatan dengan memperbesar penampang pada lantai dan gelagar
VIII - 5
... ·:.-. ::.:: ·:\ : ~ :rt j ~n: : .- : ' ; · : :·:·:.·:::-: ·.
) }<\·,;: l
I ;! ::_-
~; .' . /~
I · • : ·"&..:.."li
)
~:.
(a)
- - . .~ · . : · · · ~ . , ~ . ::·'-". W iJ:C l : :. ~ t ~ : :. := : :. ·. ·.
. . . .,
I~~
~A:.,£_4
~ = !
(b)
Selain pada struktur beton, metode perkuatan ini juga dapat digunakan untuk perkuatan
jembatan baja (lihat Gambar 8-5 s/d Gambar 8-9). Beberapa metode memperbesar
penampang pada struktur baja yaitu diantaranya adalah :
111
qr.:I"''?CT
P resl~
Tendons
(d)
s
Gambar 8-5 Perkuatan dengan memperbesar penampang bawah dengan pelat baja
tambahan pada gelagar baja
VIII- 6
nrrn
nrr
1i ft ft il
a). Penambahan penampang dengan pelat atau profil
rr-----·-
Bolt
Reinforcement Plate
~-J ~
0
~
b). Penambahan penampang dengan pelat pada batang tarik
Replace
0
vi th High-
Rivets
st·~'"
JC"'-
',,, ' -
Gambar 8-6 Perkuatan dengan memperbesar penampang dengan pelat baja tambahan
pada rangka baja (lanjutan)
VIII - 7
~I ~., , ..,
'rlelded or
Gambar 8-7 Perkuatan dengan penambahan batang baja pada gelagar baja
(o)~
Gambar 8-8 Perkuatan dengan penambahan batang baja pada rangka baja
Tightener scre\o's
VIII - 8
Gambar 8-10 Perkuatan dengan pemasangan diafragma
Prinsip dasar PE adalah sama seperti pada sistem prategang yang biasa dilakukan
khususnya pada jembatan beton pratekan, yaitu menerapkan suatu gaya tekan yang
VIII- 9
dikombinasikan dengan momen eksentrisitas guna menambah kapasitas lentur serta
memperbaiki kondisi retakan dari suatu gelagar.
"+[5(- - -·-·->?T
+-....... .::1'2
51
(b) .....!_xt"nal london
51
•t-C :'"l
f•z f•z [
(c)
{--'---+,
c=====::::J:::L:=====::::J
(d)
Ms1 • s 1·e
l-:E'Lf'i=l'=====.dJ-.. (a)~]
I ~p.=- =.;:-~ -~L
6 --
(b)
IL-....1: l
(b)
(c)
I ~
(d)
- "?1-
(e)
C=~6-L
(f)
J?SZ\
.
\ , /X \ ; '?,\ ~/ \ ; \
\ \, )x' \, /
Wi! ldecl
Soddl e ~-
ENO
VIEW' Pos t - ELEVATION
Gambar 8-13 Perkuatan Prategang eksternal (PE) pada gelagar dan rangka baja
Vlll - 10
a) . Penempatan angker pada ujung gelagar
VIII - 11
Tampak perkuatan Prategang eksternal (PE)
Gambar 8-15 Contoh Prategang eksternal (PE) pada gelagar dan rangka baja
VIII - 12
Sistem pengangkeran yang digunakan dalam perkuatan ini adalah sama seperti yang
digunakan pada perencanaan beton prategang biasa. Saat sekarang ini produsen khusus
peralatan prategang sudah menyiapkan sistem angker yang khusus untuk prategang
eksternal dengan kelengkapan perlindungan terhadap korosi serta fasilitas lain yang tersedia
untuk keperluan inspeksi dan penggantian strand.
Angker pada konstruksi jembatan rangka, angker dapat ditempatkan ujung-ujung bawah
atau ujung ujung atas rangkanya. Tendon dapat dibuat lurus, atau poligon bergantung pada
kebutuhan perencanaan.
Pemberian tegangan dapat dilakukan dengan menggunakan kabel prategang, baik yang
berupa strand tunggal maupun gabungan. Pada beberapa keadaan, pemberian tegangan
dilakukan dengan menggunakan batang baja kuat tarik tinggi yang dapat ditarik dengan
dongkrak hidrolik ataupun dengan sistem pengencangan baut.
Hal-hal penting yang harus diperhatikan berkaitan dengan perencanaan blok angker yang
ditempatkan pada pelat buhul adalah sebagai berikut :
a) Angker harus direncana sesederhana mungkin dan dan menghindari penegangan pada
badan atau sayap gelagar yang ada
b) Angker hendaknya direncanakan sesimetris pada satu sisi rangka dan dipasang pada
kedua sisi jembatan rangka dan penegangannya direncanakan untuk dilakukan secara
bersamaan dengan menggunakan dua buah dongkrak prategang, lihat Gambar 8-17.
c) Harus diperhitungkan perkuatan setempat dengan menggunakan pelat-pelat pengaku
pada pelat buhul dan batang rangka baja yang berdekatan dengan angker.
d) Sesedikit mungkin menghindari terjadinya pembongkaran elemen-elemen jembatan yang
ada.
VIII - 13
Blok angker
~- ~ BG~o=E p e la t t =30 mm
prategang ekstern.
~ ~ - d iamet e r 63 mm
"
-1
__L_
(a) (b)
Gambar 8-16 Blok angker (a) tampak depan, (b) tampak samping
2. Deviator
Deviator merupakan suatu unit alat bantu yang dibuat guna memudahkan pembentukan
suatu profil (layout) kabel prategang yang sesuai dengan kebutuhan . Konstruksi deviator
bisa direncanakan seperti contoh deviator dalam Gambar 8-18 atau bentuk lain sesuai
kebutuhan dan memenuhi fungsinya .
VIII -14
rangka atau pelat buhul. Dari analisis tersebut akan didapat jumlah dan letak deviator
yang paling optimum
h) Jari-jari kelengkungan alinyemen tendon prategang yang berada pada deviator
tidak boleh lebih kecil dari 6 jari-jari tendon , seperti pada Gambar 8-19 .
Baut Ba ut •
Baut
356 Petal 30
Petal
deviator ke -=+~8t = J;Cjt ~
buhut ··
I= 30 mm
(a) (b)
jari - jari
kelengkungan kabel ~
gaya prategang
eksternal
Pada dasarnya perkuatan dengan steel plate bonding merupakan perkuatan dengan
melakukan penambahan tulangan (pelat baja) yang dikompositkan dengan beton dengan
menggunakan bahan epoxy resin adhesives (bahan perekat) (lihat Gambar 8-20 dan
Gambar 8-20) . Perkuatan dengan steel plate bonding dapat digunakan untuk perkuatan
lentur maupun geser.
Vlll-15
Penggunaan perkuatan dengan metode ini memiliki kelemahan yaitu hanya dapat bekerja
efisien pada temperatur 60° C. Lebih dari 60° C, kekuatan dari bahan epoxy resin adhesive
akan mengalami penurunan kekuatan. Kualitas dari kontak antara beton dengan pelat baja
sangat menentukan sekali. Kriteria kinerja dari bahan epoxy resin adhesives dapat
difomulasikan sebagai berikut :
3. Kekuatan geser dari epoxy resin adhesives sekurang-kurangnya harus sama dengan
kuat geser beton mutu tinggi yaitu sekurang-kurangnya 8 MPa dan kekuatan geser dari
beton yang sedang diperbaiki harus minimal 4 MPa.
4. Bahan epoxy resin adhesives harus memiliki kekakuan yang cukup dalam menerima
beban, kuat modulus lentur harus berada pada 2-8 GPa.
5. Bahan epoxy resin adhesives harus memiliki keawetan yang lama, yaitu dengan
masa layan selama 30 tahun pada temperatur -20°C sampai dengan +40°C
Prosedur perencanaan untuk perkuatan dengan metode ini telah umum diketahui oleh para
perencana. Prinsip dasar dalam perencanaan adalah dengan mengasumsikan bahwa pelat
baja dengan beton dapat komposit dengan baik sehingga perencanaan dengan metode
elastis dan ultimate.
(a)
Prestressed pm /
VIII - 16
a). Perkuatan pada gelagar beton
Pada dasarnya perkuatan dengan Lembaran Carbon Fiber Reinforced Polimer (CFRP) sama
dengan metode steel plate bonding yang merupakan perkuatan dengan melakukan
penambahan tulangan (Carbon fiber) yang dikompositkan dengan beton dengan
menggunakan bahan epoxy resin adhesives (bahan perekat) (lihat Gambar 8-22) . Perkuatan
dengan Lembaran Carbon Fiber Reinforced Polimer (CFRP) dapat digunakan untuk
perkuatan lentur maupun geser.
Kelebihan dari perkuatan dengan menggunakan lembaran Carbon Fiber Reinforced Polimer
(CFRP) adalah kekuatan yang sangat tinggi, penambahan beban pada jembatan lebih ringan
dan kemudahan pada saat pelaksanaan dibanding dengan steel plate bonding.
Perbandingan antara penggunaan Carbon Fiber Reinforced Polimer (CFRP) dan steel plate
bonding dapat dilihat pada Tabel 8-1 .
VIII - 17
lu k I~
LOCATION OF CFRP STRIPS ( CARBODUR M12lt. )
BOTIOM Vl£\>V '·' 1400."2
!100/2 1tayer
CJt(\55 SECTIONS
A·A R-8 c.r D·O
btl...- 1
<00 ! ll lu)cr
R
I la) <r-- I layer - I
- - -u -- - _, .
~ (;~ ycr ~ rr-'::""1·
llotrcr ~
I. k In
Vlll-18
Tabel 8-1 Tabel perbandingan steel plate bonding dan lembaran CFRP
Kekurangan
1. Mudah terserang korosi 1. Biaya relatif tinggi
2. Relatif berat 2. Tidak umum digunakan
Hanya mampu menahan beban dalam
3. Pelaksanaan yang relatif sulit 3.
1 arah.
4. Ada sambungan
5. Biaya perancah yang cukup tinggi
Biasanya dalam perencanaan perkuatan pada struktur beton bertulang dengan lembaran
Carbon Fiber Reinforced Polimer (CFRP) harus mempertimbangkan :
1. Kekuatan lentur dari penampang yang diperkuat
2. Kekuatan geser yang diizinkan
3. Kapasitas dari sambungan adhesive
4. Kekuatan lekat/ pengangkeran
5. Faktor keamanan untuk penampang beton tanpa perkuatan.
Perilaku material lembaran Carbon Fiber Reinforced Polimer (CFRP) pada saat menerima
beban adalah linear-elastic dan tidak memiliki deformasi plastis.
Maksimum kekuatan lentur dari penampang adalah ketika lembaran Carbon Fiber
Reinforced Polimer (CFRP) terjadi keruntuhan bersamaan dengan lelehnya baja tulangan
sebelum keruntuhan pada beton.
Berdasarkan asumsi tersebut di atas, maka asumsi dasar prosuder perencanaan beton
bertulang konvensional masih dapat digunakan, yaitu :
1. ldealisasi diagram tegangan-regangan untuk beton
2. Beton tidak memiliki kekuatan tarik pada zona tarik
3. Distribusi regangan pada penampang beton dapat dilihat pada Gambar 8-23.
4. Regangan ultimate beton pada daerah tekan adalah = 0,0035.
5. Rasia regangan maksimum terhadap minimum dijelaskan oleh composite factor
KL = 0,65 - 0,80 untuk CFRP dan K5 = 0,9- 1,00 untuk baja, nilai tersebut diperoleh dari
hasil eksperimen.
VIII- 19
START
Input data: concrete ( f.,, E,, r.,-..) , steel reinfor·cement ( f,,, E,, A, , K .. , t:, 0 , ,,:,. ) .
NOT-~1 STOP
YFS YFS
NOT·-~
YES
k .. = 1 _ 750 "£0 + 4 -· i:
•
' 2 . (500 -~:, + 3) £'"'"' = 1<~
NOT-~ STOP
YES
END
VIII- 20
Perhitungan Momen Nominal didapat dengan menggunakan beberapa persamaan di bawah
ini :
Dimana :
fed = Kuat tekan karakteristik beton , Mpa
Ec = Mudulus Young beton
Eco = regangan tekan ketika CFRP telah komposit
fyd = tegangan leleh baja tulangan
Es = Modulus Young baja
As = Luas penampang tulangan baja
Ks = Composite factor untuk baja
£ 50 = regangan baja ketika CFRP telah komposit
Euk = regangan ultimate tulangan baja
fLu = kuat tarik disain dari CFRP
EL = Mudulus Young CFRP
AL = Luas penampang CFRP
KL = Composite factor untuk CFRP
ELo = Pre-strain dari CFRP ketika telah komposit
h,b1 ,d,d',t = dimensi pada penampang beton
Nilai faktor Eco dan £ 50 diperbolehkan untuk semua nilai regangan yang terjadi sebelum
CFRP dipasang . Dalam beberapa perencanaan diperbolehkan pada CFRP terjadi pre-strain
berkaitan dengan gaya prategang dengan t=O dan ELo· Akan tetapi dalam pengaplikasian ,
pre-strain pada CFRP tidak digunakan , dengan demikian untuk perencanaan diasumsikan
ELo=O.
Nilai x merupakan lokasi garis netral yang ditentukan dengan cara iterasi.
VIII - 21
··-- ---. ~-. •· -,.
;_ ·-·-··. ·-:
.,. - -·.~ 7- ·-.
···-:·- ¥-: :-~ - .-~ •
Prosedur perencanaan perkuatan dengan Fiber Reinforced Plastic (FRP) hingga saat ini
belum ada standar yang cukup lengkap, sehingga pada umumnya perencana menggunakan
pendekatan-pendekatan misalkan dengan prosedur perencanaan CFRP dan sebagian besar
berdasarkan hasil test di laboratorium .
Sebagai contoh berdasarkan dari untuk perhitungan momen pada saat ultimate, akan terjadi
2 tipe keruntuhan yang dapat terjadi yaitu :
1. Keruntuhan pada beton sebelum FRP mengalami fraktur
Dalam kondisi ini Et = Eu = 0.003 dan £p < £pu
2. Fraktur pada FRP sebelum beton mengalami keruntuhan
Dalam kondisi ini £p = £pu dan Et < Eu
-
c.
- - - -r - - -- --l--1 -
Jika fraktur terjadi pada FRP sebelum beton mengalami keruntuhan , maka :
Ts = As.fy
Tp = Ap.fpy
C's =A's . fy (asumsi tulangan tekan mengalami leleh)
C'c = a1.f'c. a.b
a =~ 1. x
01 ~1
VIII- 22
4- e,__
e'
f3 =-__;'_
I e
6 - 2 ---'--
e' (
M =Tf' /J
(h-:.!_)+r(d-!!_)+C'
2 .I 2 (!!_-d'
2 )
.I
Pemeriksaan rasio penulangan untuk mengetahui kondisi struktur masih dalam kondisi under
reinforced :
Dimana:
'7t = _e__::ll_
e +eY
11
d'~ II
e +eY
11
l
[ e -e y .d
Vlll-23
Rasia maksimum yang di ijinkan adalah :
Untuk data-data teknis yang digunakan untuk perhitungan sangat ditentukan oleh data-data
teknis material dari masing-masing produsen.
Tahapan pelaksanaan pemasangan dari perkuatan ini adalah (Lihat Gambar6 .25) :
1. Lumuri permukaan beton dengan bahan epoxy resin
2. Lekatkan bahan fiber pada permukaan yang telah dilumuri oleh bahan epoxy
3. Fiber tersebut di lumuri kembali dengan bahan epoxy resin dengan cara di-roll
4. Setelah bahan epoxy resin melewati masa setting awal, selanjutnya diberikan
lapis pelindung terhadap pengaruh UV dan lingkungan .
a). Pemasangan fiber b). pelumeran fiber dengan bahan epoxy resin
Gambar 8-24 Contoh Perkuatan dengan FRP pada gelagar beton tipe U box
Vlll-24
1. Merubah sistem struktur gelagar yang minimal 2 bentang dengan sistem simple
beam menjadi menerus (lihat Gambar 8-26) .
Metode ini dapat dilakukan cukup mudah dengan cara merubah sistem struktur
pelat lantai menjadi menerus. Dalam sistem ini struktur akan menjadi menerus
hanya pada saat menerima beban hidup. Untuk beban mati dipikul oleh masing-
masing struktur dengan kondisi simpe beam.
(3)
(b)
Vlll-25
' ·'.
4,.;.... ...·~ • •....
Gambar 8-27 Merubah sistem struktur dengan menambah sistem struktur baru
(jembatan rangka batang baru)
Beberapa metode perkuatan pada struktur kapala jembatan adalah sebagai berikut :
VIII- 26
b Perlindungan kepala pilar terhadap pergerakan horosontal akibat tekanan tanah
(Lihat Gambar 8-30)
Pengaplikasian counterfort pada fundasi tiang sangat efektif untuk kestabilan kepala
jembatan. Akan tetapi pelaksanaan pekerjaan cukup sulit dikarenakan terdapat
pekerjaan pembuatan tiang baru dengan pile driving di sekitar kepala tiang. Dengan
demikian tinggi bebas antara tanah dasar dengan permukaan bawah gelagar menjadi
hal yang cukup penting dalam perkuatan dengan metode ini. Apabila ada
keterbatasan tinggi bebas maka stabilisasi dengan metode fundasi dinding penuh
akan mudah untuk dilaksanakan. Untuk meningkatkan efektifitas dari dinding
penopang maka direkomendasikan penggunaan hydraulic jacks pada gap antara
kepala jembatan dan dinding penopang. Ketika gaya yang dikehendaki telah
diaplikasikan dan gap ditahan oleh bahan sejenis baji sebagai penopang dan
hydraulic jacks dilepas selanjutnya gap diisi dengan beton.
c Perkuatan kepala jembatan dengan penambahan pelat pada fundasi tiang (Lihat
Gam bar 8-31 )
Fungsi dari penambahan pelat tersebut adalah sebagai unloading pada kepala
embatan sehingga cenderung mendapat perbaikan kestabilan. Pelat dengan kepala
jembatan dapat monolit atau tidak monolit tergantung pada situasi. Konstruksi pelat
dapat berdiri diatas fundasi tiang, fundasi dinding penuh atau tanpa fundasi.
VIII- 27
LL
r-
Keterangan gambar :
1. Strut
2. Hydraulic jack untuk pemberi gaya yang diinginkan pada strut, selanjutnya jack
dilepas setelah gap antara 2 bagian strut telah dikencangkan
Gambar 8-28 Perlindungan kepala pilar dari pergerakan horosontal dengan reinforced
concrete strut
(a) (b)
Keterangan gambar :
1. Fundasi tiang lama
2. Fundasi tiang baru (drill pile)
3. Counterfort
4. Dinding penuh
5. Angker
VIII- 28
r T ,_.... - - -- - - .-
Keterangan gambar :
1. Fundasi tiang lama
2. Fundasi tiang baru (inclined pile)
3. cap
4. angker
Gam bar 8-30 Perkuatan kepala jembatan dengan penambahan pel at pada fundasi
tiang
(a) (b)
Keterangan gambar
1. 1a-angker be bas, 1b-angker terikat
2. Satang tarik
3. Blok angker
4. raking piles untuk menahan baban lateral
Gambar 8-31 Perlindungan kepala pilar dari pergerakan horosontal dengan angker
VIII - 29
.. . . . . ·. ~
.. · .· ·.. .":
(a) (b)
Gambar 8-32 Penambahan katahanan terhadap gelincir pada kepala pilar dengan
memberikan footing pada fundasi, a). Pemberian kemiringan pada dasar
fundasi, b). pemberian rib pada dasar fundasi langsung
(a) (b)
Keterangan gambar :
1. Lapisan drainase
2. Penstabil tanah di belakang kepala pilar
3. Tanah timbunan jalan pendekat
4. Dinding penuh
Gambar 8-33 Mereduksi tekanan tanah, a). Stabilisasi tanah timbunan pada jalan
pendekat, b). Dengan memasang konstruksi dinding penuh
VIII- 30
(a) (b)
Keterangan gambar :
1. Abutmen lama
2. Tanah timbun an j alan pendekat
3. Kepala jembatan setelah dimodifikasi
4. Kepala jembatan baru dengan fundasi bore pile
5. Bentang jembatan tambahan
Gambar 8-34 Menghilangkan tekanan dari tanah timbunan jalan pendekat sehingga
kepala jembatan berfunsi sebagai pilar dan pembuatan konstruksi kepala
jembatan baru dan penambahan bentang baru, a). kondisi awal , b). Kondisi
setelah modifikasi
8.2.2.2. Pilar
Perkuatan struktur pilar umumnya dilakukan apabila terjadi kerusakan yang cukup parah
atau kurangnya kapasitas struktur pilar akibat kurang sempurnanya dalam perencanaan dan
pelaksanaan serta adanya pelebaran jembatan sehingga beban hidup lalu lintas menjadi
bertambah.
Metode perkuatan yang dapat diaplikasikan adalah :
1. Reinforced Concrete Jacketing yaitu Penambahan penampang dengan Jaket beton
bertulang
Metode perkuatan ini merupakan suatu perkuatan dengan cara menyelimuti bagian
struktur memerlukan perkuatan dengan bahan beton . Dengan adanya jaket beton
bertulang (tulangan lentur dan geser) tersebut, maka akan meningkatkan dimensi
pilar dan kapasitas struktur pilar pun akan meningkat.
2. Fiber Reinforced Plastic (FRP) jacketing yaitu jaket dengan bahan komposit yang
terbuat dari bahan fiber yang dikobimasikan dengan bahan epoxy resin . Metode
perkuatan ini merupakan suatu perkuatan dengan cara menyelimuti bagian struktur
memerlukan perkuatan dengan bahan fiber (carbon, aramid atau glass).
3. Steel Jacketing
Metode perkuatan ini merupakan suatu perkuatan dengan cara menyelimuti bagian
struktur memerlukan perkuatan dengan bahan baja.
VIII - 31
[l l STIIiG -
CO l UI\!!
- 'ji
.
['> ~
. ,· . · ·
C >----MOH&
£ti(A~I ~ !I i
~ .·~ · : ·,
b ()
(a) ( b)
Keterangan gambar:
1. Retak mhorosontal pada pilar
2. angker
3. jaket beton bertulang
(a) {b )
Keterangan gambar :
1. Retak mhorosontal pada pilar
2. angker
3. jaket beton bertulang
VIII- 32
EXISTING COLUMN
~1-EXISTG
COLUMN
STEEL-
JACKETING
I
\___ GROlJT
EX.ISTING
COLU~Ii .
VIII- 33
8.2.2.3. Fundasi
Kerusakan yang terjadi pada pada fundasi jembatan adalah sangat bergantung pada
penyebabnya, kondisi tanah , dan type fundasi sendiri . Sebagai contoh adalah adanya
penggerusan pada tanah dasar lokal oleh aliran air, abrasi pada material fundasi dan
pengaruh erosi pada material fundasi. Pada bagian ini akan dibahan mengenai metode
perbaikan , rehabilitasi dan perkuatan pada material fundasi yang hilang. Metode perbaikan
kerusakan pada fundasi tersebut adalah dengan :
1. Pemasangan sheet pile di sekeliling fundasi kemudian air di pampa keluar, dan
pekerjaan perbaikan kemudian dilakukan.
2. Pemasangan sheet pile di sekeliling fundasi , kemudian pengecoran beton dengan
menggunakan peralatan tremie.
Jenis sheet pile yang dapat diaplikasikan adalah dengan menggunakan sheet pile dari baja ,
beton atau kayu atau penggunaan form dari baja atau kayu (Lihat Gambar 8-39) .
2
4
(a) (b)
Keterangan gambar :
1. Sheet pile dari baja atau kayu
2. Beton bertulang baru
3. form dari besi atau kayu
4. Beton bertulang baru
5. riprap
Gambar 8-38 Perbaikan material yang hi lang pada fundasi langsun, a). Penggunaan
sheet pile, b). Penggunaan form dengan riprap
VIII- 34
, ----:
I ~
Io
--..,.-' 'I
(a) (b )
Keterangan gambar :
1. Pile yang ada
2. Reinforced concrete jacketing
3. Panjang bagian yang rusak
4. form
Gambar 8-39 Perbaikan tiang pancang dengan reinforced concrete jacketing, a).
penampang, b). elevasi
Keterangan gambar :
1. Pile yang ada
2. Fiber glass form
3. Bagian kosong yang akan diisi epoxy grout
4. Compressible seal
5. Penahan dari bahan kayu
A. Tidak perlu penulangan
B. Memerlukan penulangan tambahan
Gambar 8-40 Perbaikan tiang pancang dengan jackets fiber glass, a). penampang, b).
Elevasi,
Vlll-35
Perkuatan pada fundasi sangat ditentukan oleh kondisi tanah , tipe fundasi dan skala
perkuatan itu sendiri. Perkuatan fundasi memiliki 2 prinsip dasar yaitu :
1. Metode perkuatan yang lansung dilakukan pada fundasi
Perkuatan fundasi dengan perbesaran penampang pasif, lihat Gambar 8-42 .
Perkuatan fundasi dengan perbesaran penampang aktif, lihat Gambar 8-43 .
Perkuatan dengan menambah tiang fundasi , lihat Gambar 8-44
(a) (b )
Keterangan gambar
1. Sheet pile
2. Fundasi yang ada
3. Beton tambahan
Gambar 8-41 Perkuatan fundasi dengan perbesaran penampang pasif, a). Kebutuhan
material akan banyak, b). Kebutuhan material lebih sedikit tapi solusi yang
kompleks
Keterangan gambar
1. Sheet pile
2. Strut
3. Bagian fundasi yang baru
4. Hydraulic Jackt
5. prestressing tendon
Gambar 8-42 Perkuatan fundasi dengan perbesaran penampang aktif, a). Kebutuhan
material akan banyak, b). Kebutuhan materiallebih sedikit tapi solusi yang
kompleks
VIII - 36
(a) (b)
Keterangan gambar :
1. Fundasi langsung lama
2. Tiang baru dengan diameter kecil
3. Fundasi tiang lama
4. Fundasi tiang baru/ tambahan
Gambar 8-43 Perkuatan dengan menambah tiang fundasi , a). Perkuatan fundasi
langsung , b). Perkuatan fundasi tiang
I
/ ,/
~ "
Keterangan gambar :
1. Lubang pada fundasi langsung
2. Semen injeksi
3. Tanah dasar yang diperkuat dengan injeksi
4. Penggalian
5. FundasiUang
Gambar 8-45 Perbaikan daya dukung tanah dengan grouting bahan sementious, a).
Perkuatan tanah dasar dengan injeksi dari fundasi langsung, b). Perkuatan
tanah dasar dengan injeksi dari luar fundasi langsung, c). Perkuatan tanah
dasar di sekitar fundasi tiang bagian bawah dengan injeksi.
VIII- 37
2
Grovel sand
and
peo sond
®
Keterangan gambar :
1. Sheet pile
2. Lubang injeksi
3. Pelat beton
4. Tanah yang dikeraskan
5. Dinding injeksi
I. Phase perkuatan pada tanah dasar dengan injeksi semen di area di dalam sheet pile
II. Phasa perkuatan tanah dasar dengan injeksi dinding dibawah sheet pile.
Gambar 8-46 Perbaikan daya dukung tanah dengan grouting bahan sementious pada
fundasi langsung yang tidak stabil
VIII- 38
[?@IJ@ [Q)@I:K\(lJ~gO&®D
PELAKSANAAN KEGIATAN LITBANG
PENGEMBANGAN PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN JEMBATAN
(Kerjasama dengan Jica, Jepang)
~· .• ~ ~ \ .:
~ ~ ..
-
I ''--)
~
-~ . ·
. ! ..::.;. ..., • •
~ . 'fi .
. ·-
·- -
. . . ,
a) Kegiatan di Kelas
b) Kegiatan Lapangan
·-·
a) Kegiatan di Kelas
b) Kegiatan Lapangan
a) Kegiatan di Kelas
a) Kegiatan di Kelas
'I
\., . ...
, ..J
Kegiatan d iskusi teknik dan penyusunan konsep manual
F- 03
Judul Litbang
Ketua Tim Studi
~;':). .... ~. ... Bagaan/Badang/Balaa : ..... ~ ~
Tim Teknis I 1. .. t1!:-. ..~.I! r 1tP£L
Tim Penilai 2. ·························
- ........................
................................. ~ ~ .................................. .
. P. ... /{1<:.~-J·dl ...,........................ .{ lj,_fe:!'~- ..... .
.... s~·:k ..~ ..... ~k-.) ..... ~;¢. . . ~.· .
....... ~ . ~. .... Y:f.P~ ...~4.0 .... y:~ ... .
...... ~. .. :..... ~. ... ~ .....'!:.~ .... ~.r . :~ ..........
.~ ... ~ ..... ~4 .... ~. ... !-:~. .... ~ ........ ..
.... tX-: .. ~.!·1:_ ........ ..
..... t1~.0/ ... ~.;,?n#! ......~ .... ~·
....._t:.~·-'" .... ~s0:1f ....~
....~ ......... .
......~-'.: ............................................ h.~·
.~ ... .~1:fi· .~?:!· ..... n~.P: ..........~ .... ~61-. ..........
..... ~.lj/:? .. ) ..f? ...~.f?0!-:< .....~ .... ~ ............. ..
.......f!:.b ...~t. ... '...~. ... :.~ .. f:: ............:
0 0 oo 0 0 0 I 00 0 00 0 00 010010011100 0000001111010 00000 0000 000 IIOOIIOIIIOIOO 0010000110 0011.1 ',1,00000 IIOOOOOO OOO I OO OOOOOOOOOO
0 0 00 o 0 o o O o 0 1 0 0 oO 0 0 1 0 0 0 0 I l l 1 0 1 0 0 I 00110010 0000 ooo OoOooiOO I 000 OOOolotooOOoOoO oooooooo 000 0 oo ooootooooooo 0 to ooo 0000000
If~
rR~·
.· .................................)
NIP : (( {J?) !32Jj~
D :-~," k FiL; RI!SLIMt:: AKtiiR t-RESENTASI LAPORAN AKHIR.doc
NOTULEN SIDANG
-~ '
Af'A\c:..A+f-· PAR.{ AcR_ ~U\ A-cAV DE-tLrf\J6.
···············································································································································
3 f:SR.-Wf\J'YA SVATJ fV~M Yt\-N<O cu~f' t.EPRS~NTA;\r
···············································································································································
S"l~GNFt
···············································································································································
................................................................................................................................................
'·
;···?~ ••••••••••••••• 0
:_;~
•••••••••••
··~ ~ ~ ' ••••••
~t·
0 ••••••••••••••
·····~;F=i
0 ••••••••••••••••••••••••••
~s· ··· ·6~.-
0 ••••••••••••••••••••••••••
···i>;~ 0
······ ·
•••••••••
P-.ETA~ (Z.tN- -
••••••••••••••••••••••••••••••• 0 ••••••••••••••••••••••••••••• 0. 0 0 •••••••••••••••••• 0. 0 ••••• 0 ••••• 0 •••••••• 0 ••••••
~.: ... ~=-pt .... ~g.'t!-:?f\ ...... ~P. ..... ~. ... P.if~'·
.......~f.0: ~ ....l?.~ ... ~( .. ~: ....t?.~ .. ~. -:-: ..i.~ ~ ...........................
:S t'E-~LUNYA
• 0 ••••••••••••••••• 0
SUATU -ro~
•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
YA-Nb •••••••••••••••••••
C VWf RB.PRB.:E:NTA··df ••••••• ••••• 0 ••• 0 •••• 0 •••••••••
••••• 00
t>£N6A-f'1 tJ\-B~ON
•••••••••••• ••••••••• 0 •••••••• 0
.JDL-~f\1·
••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
~R.VS14t Y AN b Cv\C\Jf>
••••••••• 0 •••••••••••••••••••••
0 •••••••
S f'6NCR ~A-N
00 •••••••••••••••••• 0 ••••••••••••••••••••••• 0 •••••••••••••••••••••••••• 0 •• 0 ••••••••••••••••••• 0 ••••••••••
o 0 0 0 0 0 0 0 00 0 00 0 00 0 0 0 0 000 00 0 I I 0 00 I 00 0 00 0 00 0 00000 0 010 000000 010000 00000 000 0 0 I 000 t 00 000 0 00 0010 00 0 000 00 000 o 00 0 OO OOOO ooO
Catatan: Nilai: *)
S?!
If
2. Apakah Litbang ini sesuai dengan sasaran yang telah di rumuskan pada Laporan Pendahuluan
(Lihat Ihtisar Penilaian Laporan Pendahuluan Penelitian Tahun Anggaran 2005)
Catatan: Nilai: *)
3. Bagaimana Metodologi yang dilaksanakan ( Lihat Ihtisar Penilaian Laporan Pendahuluan Penelitian
Tahun Anggaran 2005)
Catatan: Nilai: *)
J);
4. Apakab pencapaian kegiatan sesuai dengan yang di rencanakan ? (Lihat Ihtisar Penilaian Laporan
Pendahuluan Penelitian Tahun Anggaran 2005)
Catatan: Nilai: *)
~
3;
'
5. Kesimpulan; Rekomendasi:
Pencapaian program kegiatan Litbang
Catatan: Nilai: *)
~I
JUDUL
KETUA TIM
BALAI
HASIL EVALUASI :
(~ . I
; ,. (,_L[,'-- .
......... ................................. ··································································
........................................................................ ·················· ................. .
KESIMPULAN : *)
1. Perlu Perbaikan
Dpisetujui Untuk Disyahkan
lVti)CL~ -------··
·~a n·~
~!f.( o .......'!:..~ gfP
NIP : .. .!/rJ2~; ...