Anda di halaman 1dari 182

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

ATLAS
Keselamatan Migas Vol. 4

SPECIAL
EDITION

Menuju
Net Zero Emission
dengan tetap menjaga
Keselamatan Migas
ATLAS
Keselamatan Migas Vol. 4
SPECIAL
EDITION
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

Menuju
Net Zero Emission
dengan tetap menjaga
Keselamatan Migas
Penulis:
Direktorat Teknik
dan Lingkungan Migas

Editor:
Tim Independen Pengendalian Keselamatan
Migas

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


3
DAFTAR ISI
ATLAS
Keselamatan Migas Vol. 4

6 Kata Pengantar
7 Sambutan Dirjen Migas
8 Sambutan Kepala Inspeksi Migas

10 BAGIAN I – SELAYANG PANDANG KESELAMATAN MIGAS


12 I.1. Peraturan Menteri ESDM No. 32 Tahun 2021
18 I.2. Peraturan Menteri ESDM No. 17 Tahun 2021
22 I.3. Peraturan Menteri ESDM No. 05 Tahun 2015
24 I.4. Objek Vital Nasional (Obvitnas) Bidang ESDM Subbidang Migas
29 I.5. Keselamatan Migas selama Pandemi
32 I.6. Program Safety Campaign

36 BAGIAN II –DITJEN MIGAS MENUJU NET ZERO EMISSION


39 II.1. Pengembangan Carbon Capture and Storage dan Carbon Capture,
Utilization and Storage (CCS/CCUS) di Indonesia
46 II.2. Pengembangan Blue Hydrogen dan Blue Ammonia.
48 II.3. Program Pemanfaatan Gas Suar
53 II.4. Subtitusi Bahan Bakar (Fuel Switching) Melalui Optimalisasi Pemanfaatan
Gas Bumi untuk Transportasi Darat dan Rumah Tangga (Jargas)

4 Vol. 4
60 BAGIAN III – LESSON LEARNED KECELAKAAN MIGAS
64 III.1. Kecelakaan Hulu Migas
64 1. Kecelakaan Fatal di PT Pertamina Hulu Energi Kampar
68 2. Kecelakaan Fatal di KSO PT Pertamina EP – Queen Energy
Indonesia (QEI) Loyak Talang Gula, PT Pertamina EP Asset 2
71 3. Kebakaran pada Well Head Platfrom Camar Resources Canada Inc.
74 4. Kebakaran pada Thermal Oxidizer (TOX) CPP Gundih PT
Pertamina EP Asset 4 Field Cepu
80 5. Kecelakaan Fatal di PT Pertamina Hulu Kalimantan Timur
86 6. Kecelakaan Fatal di PT Pertamina EP Asset 1 Field Ramba
96 7. Kecelakaan Fatal di PT Pertamina Hulu Sanga Sanga
101 8. Kecelakaan Fatal di PT Pertamina Hulu Rokan

105 III.2. Kecelakaan Hilir Migas


105 1. Kebakaran di SPBU PT Shell Indonesia
110 2. Kebakaran di SPPBL PT Semar Gemilang
113 3. Kebakaran Tangki di PT Kilang Pertamina Internasional RU VI
Balongan
118 4. Kecelakaan Fatal di Kapal Pengangkut LNG Aquarius
124 5. Kebakaran Tangki Paraxylene di PT Kilang Pertamina Internasional
RU IV Cilacap
132 6. Kebakaran Tangki Pertalite di PT Kilang Pertamina Internasional
RU IV Cilacap
137 7. Kebakaran Fin Fan di PT Kilang Pertamina Internasional RU V
Balikpapan
141 8. Ledakan Gas Transport Module di SPBG PT Gagas Energi
Indonesia
145 9. Kecelakaan Fatal di PT Kilang Pertamina Internasional RU V
Balikpapan

153 III.3. Tumpahan Minyak

163 BAGIAN IV – RAGAM ISU MIGAS


165 IV.I. Pandangan Tim Independen Pengendalian Keselamatan MIGAS
(TIPKM) Tentang Kematian Pekerja Karena Penyakit Bukan Akibat
Kerja (Illness Fatality)
171 IV.2. Pandangan Perkumpulan Ahli Keselamatan dan Keteknikan Minyak
dan Gas Bumi Indonesia (Pakkem) Tentang Ageing Infrastructure

178 BAGIAN V – PENUTUP

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


5
Kata Pengantar

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

ATLAS
Keselamatan Migas Vol. 4

SPECIAL
EDITION

Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha


Kuasa, Atlas Keselamatan Migas Vol. 4 dapat kembali hadir
di tengah kita para pelaku dunia Migas nasional. Terbit
Menuju dalam kondisi sosial dan ekonomi serta situasi yang berbeda
Net Zero Emission
dengan tetap menjaga
dengan masa sebelumnya setelah dunia dilanda pandemi
Keselamatan Migas Covid-19.

Seperti edisi sebelumnya, Buku Atlas Keselamatan Migas Vol. 4 ini


memuat tentang lesson learned berbagai kejadian kecelakaan yang terjadi
dalam industri migas indonesia. Disamping itu, untuk mendukung agenda
G20 di Indonesia, dalam edisi ini juga ditampilkan perkembangan terkini
Ditjen Migas dalam menuju Net Zero Emission.

Diharapkan buku ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua,


pemangku kepentingan dalam usaha migas nasional dalam memberikan
informasi terkini tentang kegiatan migas dan meningkatkan aspek
Keselamatan Migas sehingga kejadian yang tidak diinginkan dapat
dikurangi atau dicegah.

Dalam penerbitan buku ini kami mendapatkan banyak dukungan dari


berbagai pihak, dan untuk itu disampaikan ucapan terima kasih khususnya
jajaran Ditjen Migas, para anggota TIPKM, Organisasi profesi PAKKEM
yang telah turut menyumbangkan tulisan yang sangat bermanfaat untuk
mendukung Keselamatan Migas di Indonesia.

Namun seperti pepatah tiada gading yang tak retak, kami juga sadar
bahwa masih banyak kelemahan dan kekurangan dalam penulisan buku
ini, untuk itu mohon dimaafkan sekaligus mengharapkan masukan yang
konstruktif demi kesempurnaan buku ini.

Semoga bermanfaat.

Jakarta, Oktober 2022

6 Vol. 4
Sambutan
Direktur Jenderal Migas

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas berkat,


rakhmat dan karunia-Nya, buku “Atlas Keselamatan Migas Vol. 4”
dapat kembali diterbitkan sebagai kelanjutan edisi-edisi sebelumnya.
Penerbitan Buku Atlas ini merupakan salah satu bentuk media
pembinaan Pemerintah c.q. Ditjen Migas terhadap stakeholder dalam
bidang Keselamatan Migas dengan harapan agar kita dapat mengambil
hikmah atas berbagai kejadian yang pernah terjadi sekaligus juga
belajar dari berbagai pengalaman positif yang pernah dilakukan

Dalam 3 tahun terakhir ini, sub sektor migas juga menghadapi tantangan yang
luar biasa berat dengan terjadinya Pandemi Covid-19 yang membawa dampak
global terhadap seluruh sektor kehidupan termasuk industri Migas. Alhamdulilah
kondisi ini sudah berhasil kita lewati dan kita mulai memasuki era normal dengan
pendekatan yang penuh perubahan

Dalam bidang keselamatan Migas, tantangan yang dihadapi juga sangat berat,
untuk menjamin agar operasi Migas tetap berjalan dengan aman, kapasitas
produksi dapat tercapai dan tentunya kecelakaan dan kejadian yang tidak
diharapkan dapat dicegah. Dalam buku Atlas ini kita masih melihat adanya
berbagai kejadian di sub sektor migas yang menimbulkan kerugian baik materi
maupun manusia.

Di sisi lain, saat ini sedang terjadi transisi energi dari energi fosil menjadi energi
terbarukan demi mencapai target yang disepakati menurut Perjanjian Paris.
Dalam hal ini Ditjen Migas turut mendukung Pemerintah untuk mendukung hal
tersebut dengan target mewujudkan Net Zero Emission pada tahun 2060 atau
lebih cepat.

Melalui buku Atlas ini kami mencoba untuk berbagi informasi tentang upaya
Ditjen Migas menuju Net Zero Emission dan berbagi pengalaman dari kejadian
kecelakaan migas, sehingga dapat menjadi bahan referensi dan pembelajaran
kita bersama untuk menentukan kebijakan, rencana kerja, dan langkah-langkah
strategis lainnya yang lebih baik di masa depan dengan mewujudkan Industri
Migas yang aman, andal dan akrab lingkungan.

Kami menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setinggi-


tingginya kepada semua pihak yang berkontribusi dalam penyusunan dan
penerbitan buku “Atlas Keselamatan Migas Vol. 4” ini.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi

Tutuka Ariadji
DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI
7
Sambutan
Direktur Teknik dan Lingkungan Migas
Selaku Kepala Inspeksi Migas

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu


Wa Ta’ala, karena atas petunjuk, rahmat, hidayah dan Karunia-Nya
buku Atlas Keselamatan Migas Vol. 4 telah dapat diselesaikan.
Penerbitan buku ini merupakan kerja keras Tim Penyusun yang
meliputi para Inspektur Migas dan Tim Editor dari Tim Independen
Pengendalian Keselamatan Migas serta para stakeholders yang
telah bersedia untuk berbagi lesson learned dari suatu kecelakaan
dan penerapan komitmen terhadap Keselamatan Migas
di lingkungan kerjanya.

Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral saat ini
sedang melaksanakan transisi energi demi terwujudnya Net Zero Emission.
Untuk menjaga agar proses transisi energi dapat berjalan aman, selamat
dan berkelanjutan, Direktorat Teknik dan Lingkungan Migas, melakukan
pembinaan dan pengawasan atas penerapan Peraturan Menteri ESDM
No. 32 Tahun 2021 tentang Inspeksi Teknis dan Pemeriksaan Keselamatan
Instalasi dan Peralatan pada Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi.

Dari beberapa accident atau unplanned shutdown yang terjadi dapat dipetik
sebagai pembelajaran yang dituliskan dalam sebuah buku ‘Atlas Keselamatan
Migas’ yang saat ini sudah memasuki volume keempat. Pada buku Atlas
Keselamatan Migas Vol. 4 ini dilengkapi dengan upaya Direktorat Jenderal
Minyak dan Gas Bumi menuju Net Zero Emission. Hal tersebut diharapkan
dapat memberikan informasi kondisi transisi energi saat ini sehingga dapat
menentukan langkah dan kebijakan demi terwujudnya tujuan bersama yakni
tercapai nya Net Zero Emission dengan tetap menjaga Keselamatan Migas.

Kami mengucapkan selamat dan terima kasih kepada seluruh pihak yang
berkontribusi dalam penyusunan dan penerbitan buku Atlas Keselamatan
Migas Vol. 4, semoga dapat bermanfaat dalam mewujudkan budaya
Keselamatan Migas yang aman bagi pekerja, instalasi, masyarakat umum, dan
akrab lingkungan.

Salam Keselamatan Migas


Sekian dan terima kasih,

Direktur Teknik dan Lingkungan Migas


Selaku Kepala Inspeksi Migas

Mirza Mahendra

8 Vol. 4
DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI
9
ATLAS
Keselamatan Migas Vol. 4
Menuju Net Zero Emission
dengan tetap menjaga Keselamatan Migas

10 Vol. 4
BAGIAN I
Selayang Pandang Keselamatan Migas

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


11
Bagian I
Selayang Pandang Keselamatan Migas

Dalam Bagian I Selayang Pandang Keselamatan Migas akan diuraikan secara singkat
berbagai isu penting dalam perkembangan Keselamatan Migas Indonesia antara lain:
Perundangan dan Regulasi, Objek Vital Nasional Bidang ESDM Subbidang Migas,
Keselamatan Migas selama Pandemi dan Program Safety Campaign.

I.1. Peraturan Menteri ESDM No. 32 Tahun 2021 tentang Inspeksi Teknis dan
Pemeriksaan Keselamatan Instalasi Dan Peralatan pada Kegiatan Usaha
Minyak dan Gas Bumi

L
atar belakang diterbitkannya Peraturan b. Perlunya pengaturan lebih lanjut terkait
Menteri ESDM No. 32 Tahun 2021 adalah penerapan Daerah Terbatas dan Daerah
sebagai berikut: Terlarang untuk melindungi instalasi dan/atau
peralatan yang berada di daerah lepas pantai
a. Terdapat peraturan-peraturan terkait sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan
Keselamatan Minyak dan Gas Bumi yang perlu Pemerintah No. 17 Tahun 1974.
disesuaikan dengan perkembangan saat ini
antara lain: Peraturan Menteri ESDM No. 18 c. Perlunya mekanisme pembinaan dan
Tahun 2018 tentang Pemeriksaan Keselamatan pengawasan Perusahaan Inspeksi dan Lembaga
Instalasi dan Peralatan pada Kegiatan Usaha Enjiniring.
Minyak dan Gas Bumi dan Kepmentamben No.
300.K/38/M.PE/1997 tentang Keselamatan
Kerja Pipa Penyalur Minyak dan Gas Bumi.

12 Vol. 4
Simplifikasi Amanat

KEPMENTAMBEN PERMEN ESDM


300K/38/M.PE/1997 NO. 18 TAHUN 2018 PP No. 17 Tahun 1974
Tentang Keselamatan Kerja pada Pipa Tentang Pemeriksaan Keselamatan Daerah Terbatas Terlarang
Penyalur Migas Instalasi dan Peralatan Pada Kegiatan
Usaha Migas

PERMEN ESDM NO 32/2021


Tentang Inspeksi Teknis & Pemeriksaan Keselamatan Instalasi dan Peralatan
pada Kegiatan Usaha Minyakdan Gas Bumi

Kepala Teknik Analisis Risiko

Penelaahan Desain Rekayasa Terbalik

Inspeksi Teknis & Perpanjangan


Pemeriksaan Keselamatan Sisa Umur Layan

Instalasi SPBU Daerah Terbatas dan


Daerah Terlarang

Instalasi Pipa Penyalur Sanksi

Gambar 1.1. Simplifikasi dan Penyempurnaan dalam Permen ESDM No. 32 Tahun 2021

Tujuan diterbitkannya Peraturan Menteri ESDM No. menjamin Keselamatan Minyak dan Gas Bumi
32 Tahun 2021 antara lain untuk: khususnya terhadap Instalasi dan peralatan
a. Penyederhanaan dan penyempurnaan regulasi dengan mengacu peraturan perundang-
khususnya terkait Keselamatan Instalasi dan undangan, standar, dan kaidah keteknikan yang
peralatan. baik.
b. Panduan bagi Kontraktor atau Pemegang Izin c. Peningkatan kualitas kegiatan Inspeksi dan
Usaha dalam memenuhi kewajibannya untuk Enjiniring.

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


13
Bagian I
Selayang Pandang Keselamatan Migas

Instalasi Pipa Analisis Risiko


Penyalur

Instalasi SPBU Rekayasa Terbalik

Inspeksi Teknis & Perpanjangan


Pemeriksaan Sisa Umur Layan
Keselamatan

Penelaahan Daerah Terbatas dan


Desain Daerah Terlarang

Kepala Teknik Sanksi

Gambar 1.2 Lingkup Pengaturan Permen ESDM No. 32 Tahun 2021

KEPALA TEKNIK

Kontraktor atau Pemegang Izin Usaha dalam Keselamatan Migas yang ditetapkan oleh Menteri
melaksanakan Kegiatan Usaha Minyak dan Gas dan kewajiban menyampaikan laporan Keselamatan
Bumi wajib memiliki Kepala Teknik. Kepala Teknik Migas kepada Kepala Inspeksi. Ketentuan lebih
adalah penanggung jawab Keselamatan Migas lanjut terkait laporan Keselamatan Migas tertuang
pada Kontraktor atau Pemegang Izin Usaha dalam Keputusan Direktur Teknik dan Lingkungan
pada Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi dan Minyak dan Gas Bumi selaku Kepala Inspeksi No.
merupakan pimpinan tertinggi Kontraktor atau 21.K/MG.06/DMT/2022 tentang Pedoman dan
Pemegang Izin Usaha. Pengaturan tambahan Tata Cara Pelaporan Keselamatan Minyak dan Gas
terkait Kepala Teknik antara lain: kewajiban Bumi.
memiliki kompetensi di bidang pengawasan

14 Vol. 4
Tabel 1.1 Pelaporan Keselamatan Migas

PELAPORAN OLEH KEPALA TEKNIK


Kecelakaan Kerja
Kecelakaan Instalasi dan Peralatan - Paling lambat 1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam
Kecelakaan Lingkungan melalui pesan singkat secara elektronik; dan

Gangguan Ketertiban Umum - 2 x 24 (dua kali dua puluh empat) jam secara tertulis)
Unplanned Shutdown
Planned Shutdown Pada awal tahun berjalan dan dalam hal terdapat
perubahan laporan disampaikan paling lambat 1 (satu)
bulan sebelum kegiatan berlangsung
Kompetensi Pekerja Setiap 3 (tiga) bulan sekali
Laporan Rutin:
- Jam Kerja Aman
- Rekapitulasi Kecelakaan
Paling lambat minggu kedua bulan berikutnya
- Pemantauan Lingkungan
- Pengelolaan Bahan Peledak

PENELAAHAN DESAIN e. Pada saat pengujian unjuk kerja (performance


test); dan/atau
Pada Peraturan Menteri ESDM No. 32 Tahun 2021 f. Sewaktu-waktu apabila diperlukan.
terdapat pengaturan tambahan terkait Penelaahan
Desain antara lain: adanya kewajiban Penelahaan Inspeksi Teknis dan Pemeriksaan Keselamatan wajib
Desain apabila terdapat perubahan kapasitas paling dilakukan terhadap
kurang sebesar 10% dari desain awal, perubahan
penggunaan material atau perubahan fungsi 1) Instalasi yang digunakan pada:
proses pada suatu Instalasi. Penelaahan Desain a. Kegiatan eksplorasi dan/atau eksploitasi;
dilaksanakan oleh Kontraktor atau Pemegang Izin b. Kegiatan pengolahan;
Usaha atau dapat menunjuk Lembaga Enjiniring c. Kegiatan pengangkutan;
yang memenuhi persyaratan. d. Kegiatan penyimpanan dan niaga;
e. Kegiatan penunjang yang digunakan dalam
Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi
INSPEKSI TEKNIS DAN PEMERIKSAAN 2) Peralatan terdiri dari:
KESELAMATAN f. Alat Pengaman
g. Bejana Tekan termasuk tabung accumulator
Inspeksi Teknis dan Pemeriksaan Keselamatan wajib h. Tangki Penimbun
dilakukan terhadap Instalasi dan/atau peralatan i. Pesawat Angkat
yang: j. Peralatan Putar
a. Akan dipasang atau dibangun; k. Peralatan Listrik
b. Sedang dibuat, dipasang atau dibangun; l. Bangunan Struktur di Perairan
c. Telah dibuat, dipasang atau dibangun; m. Sistem Alat Ukur
d. Telah beroperasi;

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


15
Bagian I
Selayang Pandang Keselamatan Migas

Inspeksi Teknis dan Pemeriksaan Keselamatan dapat tertentu (setiap 4 tahun) atau berdasarkan hasil
dilakukan secara berkala berdasarkan jangka waktu Analisis Risiko.

Tabel 1.2. Ketentuan terkait Inspeksi Teknis dan Pemeriksaan Keselamatan pada Permen ESDM No. 32
tahun 2021

INSPEKSI TEKNIS PEMERIKSAAN KESELAMATAN


DEFINISI
Suatu kegiatan yang dilakukan secara langsung inspeksi terhadap Keselamatan Migas dan keteknikan
meliputi pemeriksaan dokumen, pemeriksaan fisik, atas dipenuhinya ketentuan peraturan perundang-
dan pengujian peralatan dan/atau lnstalasi mengacu undangan, standar, dan kaidah keteknikan yang baik
pada ketentuan peraturan perundang-undangan dan pengawasan dalam rangka pelaksanaan lnspeksi
standar dan kaidah keteknikan yang baik Teknis pada Kegiatan usaha Minvak dan Gas Ja!mi.

PELAKSANA
• Kontraktor atau Pemegang lzin Usaha di bawah lnspektur M igas
tanggung jawab Kepala Teknik
• Perusahaan lnspeksi

OUTPUT
• Kontraktor atau Pemegang lzin Usaha : Laporan Hasil Pemeriksaan Keselamatan
Keterangan Hasil lnspeksi
• Perusahaan lnspeksi :
Sertifikat Inspeksi Teknis

LINGKUP
Review, Verifikasi, Visual lnspeksi, Internal dan Review dan Verifikasi Hasil lnsoeksi
eksternal lnspeksi, witness dan Pengujian

Kontraktor atau Pemegang Izin Usaha yang ANALISIS RISIKO


memenuhi persyaratan dapat melakukan Inspeksi
Teknis. Dalam hal Kontraktor atau Pemegang Analisis Risiko adalah kegiatan untuk mengidentifikasi
Izin Usaha tidak dapat memenuhi persyaratan dan menganalisis potensi sebab dan kemungkinan
dimaksud, maka pelaksanaan Inspeksi Teknis akibat risiko secara kuantitatif, semi kuantitatif,
dilakukan oleh Perusahaan Inspeksi yang ditunjuk dan kualitatif. Analisis risiko merupakan salah satu
oleh Kepala Teknik. Perusahaan yang ditunjuk oleh substansi dalam Sistem Manajemen Keselamatan
Kepala Teknik wajib memiliki surat pengesahan Migas (SMKM). Analisis Risiko dilaksanakan oleh
Perusahaan Inspeksi sesuai dengan bidang Kontraktor atau Pemegang Izin Usaha dibawah
inspeksi dari Direktur Jenderal Minyak dan Gas tanggung jawab Kepala Teknik. Dalam melaksanakan
Bumi.

16 Vol. 4
kegiatan ini, Kepala Teknik juga dapat menunjuk
Lembaga Enjiniring yang memenuhi persyaratan.

REKAYASA TERBALIK (REVERSE ENGINEERING)

Diterapkan bagi Instalasi dan/atau peralatan yang


tidak memiliki dokumen desain. Rekayasa terbalik
dilaksanakan oleh Kontraktor atau Pemegang Izin
Usaha dibawah tanggung jawab Kepala Teknik.
Dalam melaksanakan rekayasa terbalik, Kepala
Teknik dapat menunjuk Lembaga Enjiniring yang
memenuhi persyaratan.

PERPANJANGAN SISA UMUR LAYAN (RESIDUAL


LIFE ASSESMENT)

Penilaian perpanjangan sisa umur layan dilaksanakan


bagi Instalasi dan/atau peralatan yang telah melewati
batas umur layan desain. Penilaian perpanjangan
sisa umur layan dilaksanakan oleh Kontraktor atau
Pemegang Izin Usaha dibawah tanggung jawab
Kepala Teknik. Dalam melaksanakan penilaian
perpanjangan sisa umur layan, Kepala Teknik dapat
menunjuk Lembaga Enjiniring yang memenuhi
persyaratan.

DAERAH TERBATAS DAN DAERAH TERLARANG

Menteri ESDM melalui Kepala Inspeksi Migas


menetapkan Daerah Terbatas dan Daerah Terlarang
pada setiap Instalasi yang berada di daerah lepas
pantai secara tetap atau permanen.

PERSETUJUAN LAYAK OPERASI

Persetujuan Layak Operasi (PLO) adalah pengakuan


formal bahwa Kontraktor atau Pemegang Izin Usaha
telah melaksanakan Inspeksi Teknis yang mengacu
pada ketentuan peraturan perundang-undangan,
Standar, dan kaidah keteknikan yang baik.

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


17
Bagian I
Selayang Pandang Keselamatan Migas

I.2. Peraturan Menteri ESDM No. 17 tahun 2021 tentang Pelaksanaan


Pengelolaan Gas Suar pada Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi

Sebagai bentuk keseriusan Kementerian ESDM, Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi. Peraturan ini
dalam hal ini Direktorat Jenderal Minyak dan merupakan revisi dari Peraturan Menteri ESDM No.
Gas Bumi (Ditjen Migas), dalam mewujudkan 31 tahun 2012 tentang Pelaksanaan Pembakaran
kegiatan minyak dan gas bumi yang lebih efisien Gas Suar Bakar (Flaring) pada Kegiatan Usaha
dan lebih rendah emisi serta ramah lingkungan, Minyak dan Gas Bumi. Lingkup Peraturan Menteri
maka pada tahun 2021 Ditjen Migas menerbitkan ESDM No. 17 tahun 2021 ditunjukan pada gambar
Peraturan Menteri ESDM No. 17 tahun 2021 di bawah ini.
tentang Pelaksanaan Pengelolaan Gas Suar pada

Pembinaan dan Sanksi


Pengawasan

Kerjasama
Pemberian
Pemanfaatan/
Penghargaan
Pembakaran Gas

Volume Ketentuan
Pembakaran lain-lain

Ketentuan
Ketentuan Umum
Peralihan

Ketentuan
Penutup

Gambar 1.3. Lingkup Peraturan Menteri ESDM No. 17 tahun 2021

KETENTUAN UMUM

Ketentuan umum pada Peraturan Menteri ESDM ini berlaku untuk Kontraktor Kontrak Kerja Sama
No. 17 tahun 2021 mengatur hal-hal terkait definisi, (KKKS) dan Badan Usaha Pemegang Izin Usaha
lingkup pengelolaan gas suar, klasifikasi pembakaran Pengolahan. Klasifikasi pembakaran gas suar yang
gas suar, batasan volume pembakaran gas suar diatur pada peraturan ini ditunjukan oleh tabel di
rutin yang diizinkan, serta mekanisme pelaporan. berikut ini.
Pengelolaan gas suar yang diatur pada peraturan

18 Vol. 4
Tabel 1.3. Klasifikasi Pembakaran Gas Suar

JENIS PEMBAKARAN GAS SUAR KETERANGAN


Pembakaran gas suar rutin Pembakaran gas suar dalam kondisi normal, dimana
kondisi geologi tidak memungkinkan untuk dilaksanakan
reinjeksi gas, tidak ada fasilitas untuk melakukan
reinjeksi gas, atau tidak ada pemanfaatan gas suar untuk
keperluan sendiri atau keperluan lainnya.
Pembakaran gas suar untuk keselamatan Pembakaran Gas Suar dalam rangka memastikan
keselamatan operasi minyak dan gas bumi, meliputi
pembakaran gas suar untuk:
• pembersihan (purging),
• percobaan (pilot),
• pengetesan untuk sistem keselamatan, dan
• keselamatan lingkungan.
Pembakaran gas suar tidak rutin Pembakaran gas suar selain pembakaran gas suar rutin
dan pembakaran gas suar untuk keselamatan, meliputi:
• eksplorasi dan appraisal;
• kegiatan pemboran, pengujian dan pemeliharaan
sumur;
• initial well flow-back, breathing/working losses atau
pressured-relief gas dari tangki;
• pemeliharaan fasilitas/unit proses produksi/
peralatan (turn-arounds, de-pressuring peralatan);
dan
• Kondisi operasi tidak normal.
Pembakaran gas suar karena kondisi darurat Pembakaran gas suar dilakukan dalam hal terjadi kondisi
atau peristiwa maupun rangkaian peristiwa akibat
kegagalan sistem peralatan atau instalasi yang dapat
mengancam atau membahayakan keselamatan jiwa
manusia baik pekerja dan/atau masyarakat sekitar atau
dapat menimbulkan kerusakan lingkungan, kerusakan
fasilitas umum atau aset/fasilitas produksi, dan dampak
sosial masyarakat.

Pembakaran gas suar dari produksi gas bumi yang Dilaksanakan berdasarkan rekomendasi SKK Migas atau
mengalami kendala komersialisasi. Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA), untuk selanjutnya
Menteri melalui Direktur Jenderal Migas menetapkan
status pembakaran gas suar oleh kontraktor.

Pembakaran gas suar dari gas bertekanan rendah Cukup jelas


dan/atau pembakaran gas suar dengan kandungan
rata- rata gas pengotor lebih besar dari 50% mole
yang berdasarkan kajian teknis dan keekonomian
belum atau tidak dapat dimanfaatkan

Pembakaran gas suar dari tambahan gas Cukup jelas


sebagai bahan bakar untuk pembakaran gas
suar yang mengandung gas pengotor untuk
mempertahankan nyala api.

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


19
Bagian I
Selayang Pandang Keselamatan Migas

Berkaitan dengan pembakaran gas suar rutin, Menteri ESDM No. 31 tahun 2012. Tabel di bawah
Peraturan Menteri ESDM No. 17 tahun 2021 ini merangkum perbedaan antara Peraturan
menetapkan batasan yang lebih ketat dibandingkan Menteri ESDM No. 17 tahun 2021 dan peraturan
dengan peraturan sebelumnya yaitu Peraturan sebelumnya.

Tabel 1.4 Perbedaan Butir Pengaturan pada Peraturan Menteri ESDM No. 17 tahun 2021 dan
Peraturan Sebelumnya (Peraturan Menteri ESDM No. 31 tahun 2012)

PERATURAN MENTERI ESDM PERATURAN MENTERI ESDM


NO PERIHAL
NO. 31 TAHUN 2012 NO. 17 TAHUN 2021

1. Pembagian definisi Pembakaran gas suar terbagi Pembakaran gas suar terbagi
pembakaran gas suar menjadi gas suar normal dan menjadi gas suar rutin, tidak
abnormal rutin, keselamatan, darurat,
pengotor, fuel gas suar pengotor,
terkendala komersialiasinya

2. Pembatasan Volume • 3% dari gas umpan untuk • 2% dari gas umpan untuk
Pembakaran Gas Suar lapangan gas bumi; 5 lapangan gas bumi; 2
Rutin MMSCFD untuk lapangan MMSCFD untuk lapangan
minyak bumi; 0,3% dari minyak bumi;
intake kilang gas bumi; 0,8% • Untuk kilang minyak dan gas
dari intake kilang minyak bumi tidak diperbolehkan
bumi untuk pembakaran rutin
• Pembatasan diberlakukan flaring
terhadap untuk total flaring. • Pembatasan hanya untuk
rutin flaring

3. Kewajiban membuat Tidak diatur Diatur


rencana pemanfaatan
gas suar pada lapangan/
kilang baru
4. Opsi kerjasama Tidak diatur Diatur
pemanfaatan gas suar
antar kontraktor

5. Persetujuan pembakaran Diatur Dihapus, tidak ada persetujuan


gas suar pembakaran gas suar namun
ada penetapan status
dari pembakaran gas suar
yang terkendala terkait
komersialisasinya
6. Sanksi Tidak diatur Diatur
7. Pemberian Penghargaan Tidak diatur Diatur
8. Format Pelaporan Diatur Diatur lebih rinci

20 Vol. 4
VOLUME PEMBAKARAN GAS SUAR PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pada Peraturan Menteri ESDM No. 17 tahun 2021, KKKS dan Badan Usaha Pemegang Izin Usaha
Kontraktor atau Badan Usaha Pemegang Izin Usaha Pengolahan wajib menyampaikan laporan secara
Pengolahan dalam melakukan pembakaran gas suar tertulis kepada Direktur Jenderal terhadap
wajib melakukan identifikasi volume Pembakaran pelaksanaan Pengelolaan Gas Suar setiap enam
Gas Suar dengan menggunakan: bulan dengan menggunakan format sebagaimana
a. alat ukur; tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri
b. perhitungan neraca massa; atau ESDM No. 17 tahun 2021. Peraturan ini juga
c. perhitungan engineering lainnya sesuai dengan menyebutkan bahwa Direktur Jenderal Migas
kaidah keteknikan yang baik. melalui Kepala Inspeksi (dalam hal ini Direktur
Teknik dan Lingkungan Migas) dapat melakukan
verifikasi kepada KKKS dan Badan Usaha Pemegang
Bagi KKKS atau Badan Usaha Pemegang Izin Izin Usaha Pengolahan atas laporan pelaksanaan
Usaha Pengolahan yang melakukan perhitungan pengelolaan gas suar.
neraca massa atau perhitungan engineering lainnya
sesuai dengan kaidah keteknikan yang baik wajib
menyampaikan laporan prosedur perhitungan SANKSI
volume pembakaran gas suar kepada Direktur
Jenderal Migas. Selain itu, bagi kontraktor yang Peraturan Menteri ESDM No. 17 tahun 2021 juga
keekonomian lapangan tidak memadai berdasarkan mengatur hal-hal terkait sanksi. Kontraktor Kontrak
evaluasi yang dilakukan oleh SKK Migas atau BPMA, Kerja Sama (KKKS) atau Badan Usaha Pemegang
maka dapat menggunakan perhitungan neraca Izin Usaha Pengolahan yang melakukan pelanggaran
massa atau perhitungan engineering lainnya sesuai dikenakan sanksi berupa teguran tertulis, pembatalan
dengan kaidah keteknikan yang baik. Jika terdapat penunjukan Kepala Teknik dan/atau penghentian
ketidakwajaran atau kegagalan dalam perhitungan sementara kegiatan operasi pada fasilitas produksi.
dan/atau pelaporan pembakaran gas suar, maka Teguran tertulis diberikan oleh Direktur Jenderal
Direktur Jenderal Migas dapat mensyaratkan Migas melalui Kepala Inspeksi. Selain itu, kerugian
pemasangan alat ukur. yang ditimbulkan terhadap pelanggaran penghentian
sementara kegiatan operasi pada fasilitas produksi
ditanggung sepenuhnya oleh KKKS atau Badan
KERJASAMA PEMBAKARAN GAS SUAR DAN/ Usaha Pemegang Izin Usaha Pengolahan.
ATAU PEMANFAATAN GAS SUAR

Sebagai bentuk perbaikan dari peraturan sebelumnya, PEMBERIAN PENGHARGAAN


Peraturan Menteri ESDM No. 17 tahun 2021
mengatur secara khusus kerjasama penggunaan Inovasi lainnya pada Peraturan Menteri ESDM No.
fasilitas pembakaran atau pemanfaatan gas suar 17 tahun 2021 ini adalah pemberian penghargaan
antara KKKS dan/atau Badan Usaha Pemegang yang diberikan oleh Menteri ESDM kepada KKKS
Izin Usaha Pengolahan yang berada pada lokasi atau Badan Usaha Pemegang Izin Usaha Pengolahan
berdekatan. Pelaksanaan kerjasama ini dilakukan yang melakukan optimalisasi dalam pengelolaan Gas
di bawah koordinasi SKK Migas atau BPMA sesuai Suar. Penghargaan ini direncanakan akan diberikan
kewenangannya, dengan melibatkan instansi terkait. setiap tahun.
Kerjasama penggunaan fasilitas pembakaran dan
pemanfaatan gas suar ini tidak diatur pada peraturan
pembakaran gas suar sebelumnya (Peraturan
Menteri ESDM No. 31 tahun 2012).

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


21
Bagian I
Selayang Pandang Keselamatan Migas

I.3. Peraturan Menteri ESDM No. 05 Tahun 2015 tentang Pemberlakuan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) di Bidang Kegiatan Usaha
Minyak dan Gas Bumi secara Wajib

Kegiatan usaha minyak dan gas bumi yang memiliki Adapun daftar SKKNI Wajib di kegiatan usaha migas
risiko tinggi berperan penting dalam memberikan sesuai Permen ESDM No. 05 tahun 2015 adalah
nilai tambah secara nyata dalam peningkatan sebagai berikut:
pertumbuhan ekonomi nasional secara berkelanjutan
sehingga harus didukung oleh tenaga kerja yang 1. Bidang Pekerjaan (Profesi)/Jabatan Kegiatan
kompeten. Hulu
a. Penyelidikan Seismik
Sesuai dengan amanat Undang-undang No. 13 b. Pengeboran Darat
tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan bahwa c. Perawatan Sumur
pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka d. Operasi Produksi
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan e. Fluida Pengeboran, komplesi dan Kerja
pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya Ulang Sumur
untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, f. Inspektur Rig
makmur, yang merata, baik materiil maupun spiritual g. Inspektur Bahan Peledak
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 2. Bidang Pekerjaan (Profesi) / Jabatan Kegiatan
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Selain itu, Hilir
dalam pelaksanaan pembangunan nasional, tenaga a. Laboratorium Pengujian Migas
kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang b. Aviasi
sangat penting sehingga diperlukan pembangunan c. Operasi Boiler
ketenagakerjaan untuk meningkatkan kualitas d. Pemrosesan Gas Bumi
tenaga kerja. e. Petugas Teknisi Operasi Crude Distilling Unit
Pengolahan Minyak Bumi
Dalam upaya pembangunan ketenagakerjaan f. Operasi SPBU
untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja tersebut g. Destilasi Vakum
di atas, pada sektor Minyak dan Gas Bumi sudah h. Petugas Pengukur Isi Tangki Minyak Bumi
diberlakukan Peraturan Menteri ESDM No. 05 Dan Olahan
tahun 2015 mengenai kewajiban kompetensi dalam i. Operator Unit Blending Minyak Bumi
rangka pemenuhan dan peningkatan tenaga teknik j. Pengelola Sarana Pengisian dan Penyaluran
yang berkualitas dan memiliki kemampuan teknis LPG (SPPLPG)
serta keterampilan khusus di bidang kegiatan usaha k. Operasi Serah Terima Komoditi Cair
Minyak dan Gas Bumi. Dalam melaksanakan kegiatan (Loading Master)
usaha Minyak dan Gas Bumi, Badan Usaha atau l. Inspektur Tangki Penimbun
Bentuk Usaha Tetap (BU/BUT) wajib mempekerjakan m. Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas
tenaga kerja yang memenuhi dan memiliki sertifikat n. Distribusi Bahan Bakar Minyak
kompetensi kerja sesuai SKKNI yang ditetapkan 3. Penunjang (Supporting)
dalam peraturan perundang-undangan. a. Sistem Manajemen Lingkungan
b. Operasi Pesawat Angkat, Angkut dan Ikat
SKKNI yang dimaksud dalam Pasal 1 Peraturan Beban
Menteri ESDM tersebut menjadi acuan bagi c. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
penyelenggara pendidikan dan pelatihan profesi, uji d. Penanganan Bahaya Gas H2S
kompetensi dan pelatihan profesi di bidang kegiatan e. Operasi Scaffolding Migas
usaha Minyak dan Gas Bumi. f. Pengambilan Contoh Migas

22 Vol. 4
g. Pressure Relief Devices 18. Penyelidikan Seismik Laut
h. Kalibrasi dan Instrumentasi 19. Pendistribusian BBM Non Penerbangan
i. Perawatan Mekanik 20. Pengelolaan SPBG
j. Pengelasan Bawah Air 21. Pendistribusian Non BBM
k. Teknik Listrik Migas 22. Awak Mobil Tangki
l. Inspektur Bejana Tekan 23. Operasi Serah Terima Komoditi Cair di Titik
m. Inspektur Pesawat Angkat Serah (Pengawas Lifting)
n. Inspektur Pipa Penyalur 24. Penyambungan Pipa (Polietilena) dengan Fusi
o. Distribusi Gas Alam dan Buatan untuk Non Panas
Pipa 25. Reability Centered Maintenance
p. Jasa Pertambangan Migas 26. Well Testing
q. Usaha Industri Pembuatan Minyak Pelumas 27. Authorized Gas Tester
28. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Selain daftar diatas, Ditjen Migas juga telah Kerja Migas
mengembangkan 34 SKKNI bidang Migas sebagai 29. Pengelolaan Central Processing Plant Minyak dan
berikut: Gas Bumi Hulu
1. Inspektur Kelistrikan 30. Asset Integrity Management System
2. Inspektur Platform 31. Inpeksi Konstruksi, Fabrikasi, Sipil dan Struktur
3. Inspeksi Casing, Tubing dan Accessories 32. Kalibrasi Alat Ukur Industri
4. Bidang Inspektur Rotating Equipment 33. Inspektur Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum
5. Bidang Slickline (SPBU)
6. Bidang Wireline Logging 34. Profesional Sistem Jaminan Kuantitas (Quantity
7. Bidang Pipe Fitter Assurance) Minyak Dan Gas Bumi
8. Enjiner Instrumen Sistem Alat Ukur
(Measurement System) Diharapkan SKKNI ini dapat menjadi acuan
9. Jabatan Uji Tak Rusak (UTR) dalam materi pelatihan atau diklat dan sertifikasi
10. Jabatan Risk Based Inspection (RBI) profesi bagi tenaga kerja bidang Migas sehingga
11. Bidang Korosi dan Pencegahannya ada kesesuaian antara apa yang diajarkan dengan
12. Jabatan Inspektur Instalasi apa yang diujikan pada sertifikasi kompetensi
13. Operasi dan Pemeliharaan Pipa Penyalur Minyak profesi.
dan Gas Bumi Onshore
14. Uji Tak Rusak (UTR) Advance Zero accident adalah apa yang kita cita-cita kan
15. Pipeline Integrity Management System (PIMS) bersama. Kualifikasi dan kompetensi pekerja adalah
16. Process Piping faktor mutlak dalam perjalanan menuju ke zero
17. Inspektur Oil Country Tubular Goods (OCTG) accident selain tentunya keandalan peralatan.
pada Pipa Bor (Drill Pipe)

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


23
Bagian I
Selayang Pandang Keselamatan Migas

I.4. Objek Vital Nasional (Obvitnas) Bidang ESDM Subbidang Migas

Kegiatan usaha minyak dan gas bumi yang yang Sedangkan kriteria yang digunakan sebagai dasar
terdiri dari kegiatan hulu dan hilir merupakan penetapan Obvitnas Bidang Energi Sumber Daya
kegiatan yang memiliki teknologi tinggi, padat modal Mineral (ESDM) untuk Subbidang Migas menurut
dan risiko tinggi. Kegiatan hulu migas terdiri dari Peraturan Menteri (Permen) ESDM No 48 Tahun
kegiatan eksplorasi dan eksploitasi yang menentukan 2018 Pasal 4, yaitu:
penerimaan negara dari sisi bagi hasil minyak dan a. Memiliki peranan strategis dalam menjamin
gas bumi bagian pemerintah. Kegiatan hilir migas pasokan minyak dan gas bumi nasional; dan/
terdiri dari kegiatan Pengolahan, Pengangkutan, atau
Penyimpanan dan Niaga yaitu dalam rangka untuk b. Memiliki peranan strategis dalam menjamin
memastikan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Bahan pasokan bahan bakar minyak, bahan bakar gas,
Bakar Gas (BBG) dapat terdistribusi ke seluruh liquefied petroleum gas, liquefied natural gas,
wilayah Indonesia. compressed natural gas, dan/atau hasil olahan
minyak dan gas bumi;
Kegiatan hulu dan hilir migas yang dikelola oleh Badan
Usaha (BU)/Bentuk Usaha Tetap (BUT) berperan
strategis sebagai salah satu penyumbang devisa MEKANISME PENETAPAN OBVITNAS
negara dan jaminan penyediaan BBM dan BBG di
seluruh Indonesia sehingga perlu ditetapkan sebagai Mekanisme penetapan Obvitnas dapat dilakukan
Objek Vital Nasional (Obvitnas). Obvitnas menurut dengan dua metode, yaitu melalui penetapan
Keputusan Presiden (Keppres) No. 63 Tahun 2004 langsung dan melalui usulan dari BU/BUT.
Pasal 1 Ayat (1) adalah kawasan/lokasi, bangunan/
instalasi dan/atau usaha yang menyangkut hajat 1) Mekanisme Penetapan Langsung
hidup orang banyak, kepentingan negara dan/atau
sumber pendapatan negara yang bersifat strategis. Penetapan Obvitnas Bidang ESDM Subbidang
Migas secara langsung maksudnya yaitu bahwa
Penetapan sebagai Obvitnas harus memenuhi ciri pemerintah (Sekretaris Jenderal bersama-
dan kriteria sebagai Obvitnas. Ciri – ciri Obvitnas sama Direktur Jenderal terkait) melakukan
sesuai Keppres No. 63 Tahun 2004 Pasal 2, yaitu: inventarisasi dan verifikasi kawasan/lokasi,
a. Menghasilkan kebutuhan pokok sehari-hari; bangunan/instalasi dan/atau usaha yang
b. Ancaman dan gangguan terhadapnya memenuhi ciri-ciri dan kriteria sebagaimana
mengakibatkan bencana terhadap kemanusiaan Pasal 3 dan 4 Permen ESDM No 48 Tahun 2018.
dan pembangunan; Jika berdasarkan hasil evaluasi menyatakan
c. Ancaman dan gangguan terhadapnya bahwa kawasan/lokasi, bangunan/instalasi
mengakibatkan kekacauan transportasi dan memenuhi kriteria dan ciri-ciri sebagai Obvitnas,
komunikasi secara nasional; dan/atau maka BU/BUT dapat diajukan untuk penetapan
d. Ancaman ancaman dan gangguan terhadapnya sebagai Obvitnas kepada Menteri ESDM.
mengakibatkan terganggunya penyelenggaraan Mekanisme penetapan ini seperti pada gambar
pemerintahan negara. dibawah ini:

24 Vol. 4
Inventarisasi BU/BUT Sub Ditjen Migas menyampaikan usulan
Bidang Migas oleh Ditjen Daftar BU/BUT Sub Bidang Migas
Migas dalam bentuk daftar yang akan ditetapkan sebagai
Obvitnas Obvitnasi kepada Setjen

1 2
Setjen KESDM bersama Ditjen
Migas jika diperlukan melakukan
pemeriksaan lapangan

3 4
Setjen KESDM membuat laporan
kepada Menteri terkait proses
penetapan Obvitnas dan
menyampaikan RKepmen Obvitnas
Bidang ESDM, yang akan ditetapkan
oleh Menteri ESDM

Setjen KESDM bersama Ditjen Migas


melakukan evaluasi terkait pemenuhan
5 6
ciri-ciri dan Kriteria Obvitnas sesuai dengan
Keppres No. 63/2004 dan Permen ESDM No.
48/2018, hasil evaluasi dituangkan dalam
Berita Acara (BA)

Setjen KESDM dan Ditjen Migas


melakukan pembahasan final terkait
dengan kesesuaian data dan informasi

Gambar 1.4 Mekanisme Penetapan Langsung Obvitnas Bidang ESDM Subbidang Migas

1) Mekanisme Penetapan melalui Usulan BU/


BUT

BU/BUT dapat mengajukan permohonan Jenderal Migas. Dalam tahapan inventarisasi


penetapan Obvitnas Bidang ESDM Subbidang maupun verifikasi dapat dilakukan kunjungan/
Migas kepada Menteri ESDM melalui Sekretaris pengecekan ke lapangan. Mekanisme penetapan
Jenderal dengan tembusan kepada Direktur ini seperti pada gambar dibawah ini:

Setjen bersama dengan Ditjen Migas melakukan


verifikasi Kawasan/lokasi, bangunan/instalasi
dan/atau usaha berdasarkan permohonan, yang
hasil nya dituangkan dalam BA verifikasi

1 2
Setjen KESDM dan Ditjen Migas
(jika diperlukan) melakukan
review terkait dengan kesesuaian
data dan informasi

BU/BUT mengajukan surat


3 4 Setjen KESDM membuat laporan
kepada Menteri terkait proses
penetapan Obvitnas dan
permohonan penetapan menyampaikan RKepmen
Obvitnas kepada Menteri ESDM Obvitnas Bidang ESDM, yang akan

5
cq Setjen dengan tembusan ditetapkan oleh Menteri ESDM
kepada Ditjen Migas

Setjen KESDM bersama


Ditjen Migas jika diperlukan
melakukan pemeriksaan
lapangan (BA lapangan)

Gambar 1.5 Mekanisme Penetapan Obvitnas Bidang ESDM Subbidang Migas Melalui Usulan BU/BUT

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


25
Bagian I
Selayang Pandang Keselamatan Migas

Saat ini, Obvitnas Bidang ESDM Subbidang Migas Sedangkan untuk usulan Bidang ESDM Subbidang
sesuai Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM No. 202 Migas pada tahun 2022 yaitu 19 lokasi, yang terdiri dari:
Tahun 2021 terdapat 298 lokasi/Instalasi yang telah a. 6 lokasi Obvitnas pada kegiatan hulu migas dengan
ditetapkan sebagai Obvitnas, yang terdiri dari: 6 pengelola (BU/BUT); dan
a. 92 lokasi sebagai Obvitnas pada kegiatan b. 12 lokasi sebagai Obvitnas pada kegiatan usaha
hulu migas dengan 108 pengelola (BU/ hilir migas dengan 2 pengelola (BU).
BUT); dan c. Terdapat pengurangan sejumlah 1 lokasi Obvitnas
b. 206 lokasi sebagai Obvitnas pada kegiatan eksisting, yaitu Depot LPG Tanjung Priok yang
usaha hilir migas dengan 34 pengelola (BU). disesuaikan/disatukan dengan Obvitnas eksisting
Fuel Terminal Jakarta Group

Tabel 1.5. Daftar Usulan Penetapan Obvitnas Bidang ESDM Subbidang Migas Tahun 2022

NO KEGIATAN LOKASI/INSTALASI OBVITNAS PENGELOLA

I Hulu Migas 1. Fasilitas Wilayah Kerja South Jambi B Jindi South Jambi B Co. Ltd.
2. Fasilitas Wilayah Kerja West Air Komering PT Tiara Bumi Petroleum
3. Fasilitas Wilayah Kerja Belida PT Sele Raya Belida
4. Fasilitas Wilayah Kerja South Sumatera Blok PT Medco E&P Indonesia
5. Fasilitas Wilayah Kerja Rimau PT Medco E&P Rimau
6. Fasilitas Wilayah Kerja Sepinggan Eni East Sepinggan Ltd.

II Hilir Migas 1. Fuel Terminal Natuna


2. Fuel Terminal Batam
3. DPPU HAS Hanandjoeddin
4. DPPU Raden Inten II
5. DPPU Yogyakarta International Airport
6. DPPU Abdurrahman Saleh
7. DPPU Labuan Bajo Komodo
8. DPPU Tampa Padang
9. DPPU Haluoleo Kendari PT Pertamina Patra Niaga
10. DPPU Djalaluddin Gorontalo
11. DPPU Rendani
12. Fasilitas AKR Probolinggo PT AKR Corporindo Tbk.

Dalam pelaksanaannya, sampai saat ini masih lokasi/instalasi telah ditetapkan sebagai Obvitnas,
terdapat potensi ancaman gangguan yang dapat sesuai dengan tabel berikut.
mengganggu kegiatan operasi migas walaupun

26 Vol. 4
Tabel 1.6 Potensi Ancaman Gangguan pada Obvitnas

NO. POTENSI ANCAMAN GANGGUAN DAMPAK

1 Pencurian • Kehilangan aset perusahaan


• Tertundanya produksi minyak dan gas
• Terganggunya kegiatan operasi migas
2 Pengrusakan/ Vandalisme • Kerusakan aset perusahaan
penggesekan pipa • Tumpahan minyak yang berdampak ke lingkungan
• Kejadian kecelakaan dan korban jiwa
3 Illegal tapping • Kehilangan produksi minyak
• Kejadian kecelakaan dan korban jiwa
• Tumpahan minyak yang berdampak ke lingkungan
4 Aksi masyarakat (demonstrasi, • Terganggunya kegiatan operasional
penghadangan, pemerasan) • Terhambatnya proses produksi
• Terjadinya tindakan kriminalitas
5 Penyerobotan lahan • Terhambatnya proses produksi
(tumpang tindih lahan, pendirian • Terganggunya kegiatan operasional dan pemeliharaan
bangunan illegal di atas tanah, dll) • Menaikkan risiko paparan ke masyarakat sekitar,
apabila terjadi keadaan darurat

PENGAMANAN OBVITNAS 1. Pengelola Obvitnas bertanggung jawab atas


penyelenggaraan pengamanan Obvitnas
Kegiatan pengamanan Obvitnas dapat masing-masing berdasarkan prinsip peng­
berkoordinasi dengan perusahaan di sekitar amanan internal.
lokasi dan melibatkan instansi terkait, yaitu 2. Polri berkewajiban memberi bantuan peng­
POLRI dan TNI, termasuk apabila terjadi keadaan amanan terhadap Obvitnas.
darurat (misal: kejadian kecelakaan, gempa bumi, 3. Pengelola Obvitnas bersama Polri menentukan
demonstrasi, sabotase). Kementerian ESDM konfigurasi standar pengamanan (personil &
telah membuat Nota Kesepahaman dengan sarpras pengamanan).
instansi terkait yang dapat digunakan sebagai 4. Pengelola Obvitnas harus memenuhi
dasar dalam melakukan kerja sama untuk kegiatan standar kualitas atau kemampuan yang di­
pengamanan Obvitnas. Terkait dengan mekanisme tetapkan dengan Keputusan Kapolri serta
penanggulangan keadaan darurat, termasuk jalur mempertimbangkan masukan dari Instansi
komunikasi dan koordinasi dapat dituangkan terkait dan ketentuan internasional.
dalam prosedur keadaaan darurat yang dimiliki 5. Pengelola Obvitnas bersama Polri melaksanakan
oleh BU/BUT. secara periodik audit sistem pengamanan yang
ada sesuai Keputusan Kapolri.
BU/BUT sebagai pengelola yang memiliki dan/atau 6. Polri mengerahkan kekuatan pengamanan
menguasai fasilitas/Instalasi yang telah ditetapkan Obvitnas berdasarkan kebutuhan dan perkiraan
sebagai Obvitnas mempunyai kewajiban dalam ancaman dan/atau gangguan yang mungkin
rangka menjaga keamanan fasilitas/Instalasi yang timbul.
dikelola. Menurut Keppres No. 63/2004, yaitu 7. Polri dapat meminta bantuan kekuatan TNI
bahwa: sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


27
Bagian I
Selayang Pandang Keselamatan Migas

Dalam melaksanakan sistem pengamanan Instalasi mengurangi kerugian akibat ancaman,


sebagai Obvitnas, Polri dapat memberikan bantuan gangguan dan/atau bencana serta mewujudkan
antara lain: tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

1. Bantuan pengamanan pada Obvitnas dan Objek Kegiatan SMP di atas mengacu kepada peraturan
Tertentu, diberikan dalam bentuk: sebagai berikut:
a. Jasa pengamanan Obvitnas dan Objek 1. Peraturan Kapolri No. 13 Tahun 2017 Tentang
Tertentu; dan/atau Pemberian Bantuan Pengamanan Pada Objek
b. Jasa Sistem Manajemen Pengaman (SMP) Vital Nasional Dan Objek Tertentu;
Obvitnas dan Objek Tertentu. 2. Peraturan Kepolisian Negara Republik
Indonesia No. 3 Tahun 2019 tentang Perubahan
Pemberian bantuan pengamanan dilaksanakan Atas Peraturan Kepala Kepolisian Negara
berdasarkan pada permintaan pengelola Republik Indonesia No. 13 Tahun 2017 Tentang
Obvitnas dan/atau Objek Tertentu sesuai Pemberian Bantuan Pengamanan Pada Objek
dengan ketentuan peraturan perundang- Vital Nasional Dan Objek Tertentu;
undangan. 3. Peraturan Kepolisian Negara Republik
Indonesia No. 7 Tahun 2019 tentang Perubahan
2. Pengamanan Obvitnas dan Objek Tertentu Kedua Atas Peraturan Kepala Kepolisian Negara
dilaksanakan secara terpadu bersama pengelola Republik Indonesia No. 13 Tahun 2017 Tentang
Obvitnas dan Objek Tertentu melalui standar Pemberian Bantuan Pengamanan Pada Objek
dan penerapan SMP Obvitnas dan Objek Vital Nasional Dan Objek Tertentu;
Tertentu. 4. Peraturan Kabaharkam Polri No. 1 Tahun 2019
Tentang Prosedur Pemberian Jasa Pengamanan
3. Jasa SMP Obvitnas dan Objek Tertentu dan Sistem Manajemen Pengamanan Pada
dilaksanakan untuk meningkatkan pembinaan Objek Vital Nasional dan Objek Tertentu.
SMP Obvitnas dan Objek Tertentu, melalui:
a. Pembinaan teknis; dan Ditjen Migas sesuai dengan tugas pokok dan
b. Audit. fungsinya melakukan inventarisasi, verifikasi, dan
evaluasi terkait pemenuhan ciri-ciri dan kriteria
Dan bertujuan untuk menciptakan sistem Obvitnas sesuai dengan Keppres No. 63/2004 dan
pengamanan di tempat kerja dengan melibatkan Permen ESDM No. 48/2018, serta menyampaikan
unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan usulan kepada Sekretaris Jenderal KESDM untuk
lingkungan kerja yang secara profesional penolakan atau persetujuan penetapan fasiltas
terintegrasi dalam rangka mencegah dan Migas sebagai Obvitnas.

Gambar 1.6. Contoh Fasilitas Obvitnas

28 Vol. 4
I.5. Keselamatan Migas Dalam Kondisi Pandemi

Sejak bulan Maret 2020 sampai dengan hari ini, nomor 2258/18/DMT/2020 tanggal 13 Maret
Indonesia berada dalam kondisi darurat Corona 2020 perihal Antisipasi Penularan COVID-19. Surat
Virus Disease (COVID-19). Awalnya kondisi darurat edaran tersebut disampaikan kepada Kepala Teknik,
COVID-19 ditetapkan melalui surat Kepala Badan Direksi BU/BUT, serta Direksi usaha penunjang
Nasional Penanggulangan Bencana, Kementerian untuk diteruskan kepada seluruh pekerja terkait.
Kesehatan RI dan kemudian ditetapkan sebagai
Bencana Nasional oleh Presiden RI melalui Dari sisi keberlangsungan operasi, Kepala Inspeksi
Keputusan Presiden (Keppres) Republik Indonesia menerbitkan surat nomor 2471/18/DMT/2020
No. 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana tanggal 24 Maret 2020 tentang Perpanjangan Masa
Non-Alam Penyebaran COVID-19. Berlaku PLO/SKPI dalam kondisi Darurat Bencana
Virus Corona COVID-19. Isi surat edaran tersebut
Direktorat Teknik dan Lingkungan Migas merespon menyangkut Persetujuan Layak Operasi (PLO) atau
cepat kondisi tersebut dengan melakukan berbagai Sertifikat Kelayakan Penggunaan Instalasi (SKPI)
upaya untuk mencegah terhambatnya kegiatan yang masa berlakunya habis dalam kurun waktu
usaha migas yang diakibatkan oleh kondisi darurat darurat bencana COVID-19 diberikan perpanjangan
pandemi COVID-19 dengan melakukan kajian dan masa berlaku. Di samping itu, Direktorat Teknik dan
menerbitkan beberapa kebijakan. Dalam rangka Lingkungan Migas juga melakukan pemantauan
melindungi segenap pekerja Badan Usaha/Bentuk perkembangan dampak COVID-19 di masing-masing
Usaha Tetap (BU/BUT) Migas dan pekerja kontraktor wilayah kerja Kepala Teknik dengan menetapkan
di lapangan serta pekerja internal Ditjen Migas format pendataan pekerja serta program pencegahan
sendiri, Direktur Teknik dan Lingkungan Migas dan penanganan yang diterapkan.
selaku Kepala Inspeksi menerbitkan surat edaran

Gambar 1.7. Eksistensi Layanan Direktorat Teknik dan Lingkungan Migas di Pandemi COVID-19

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


29
Bagian I
Selayang Pandang Keselamatan Migas

Berbagai jenis pelayanan publik antara lain terjadi beberapa kecelakaan fatal dan kecelakaan
izin gudang handak, izin juru tembak handak, instalasi serta kecelakaan lingkungan berskala besar,
pengesahan kualifikasi juru las, dan kegiatan baik pada industri hulu maupun industri hilir migas.
non perizinan seperti Audit Sistem Manajemen Dalam beberapa kesempatan investigasi terhadap
Keselamatan Migas (SMKM), inspeksi dan kecelakaan tersebut telah dilakukan melalui daring
pemeriksaan keselamatan hingga proses bersama dengan BU/BUT dan Tim Independen
Persetujuan Layak Operasi juga dipastikan tidak Pengendalian Keselamatan Migas (TIPKM). Ketika
terhambat dengan digunakannya sistem naskah penyebaran dan dampak COVID-19 dapat dikelola
dinas online (Nadine ESDM) oleh Kementerian dengan baik dimana kegiatan masyarakat memasuki
ESDM. Untuk kegiatan inspeksi dan pemeriksaan tatanan baru (new normal), maka kegiatan inspeksi,
keselamatan, Direktorat Teknik dan Lingkungan pemeriksaan keselamatan, dan investigasi sudah
Migas menerapkan sistem online based atau remote mulai dapat dilakukan secara offline, tetapi dengan
inspection dengan tetap mengacu kepada standar tetap memperhatikan dan menerapkan protokol
yang berlaku dan kaidah keteknikan yang baik. kesehatan secara ketat sesuai anjuran dari
Seperti diketahui bahwa pada tahun 2020 dan telah Pemerintah RI.

Gambar 1.8. Webinar Keselamatan Migas

Pelaksanaan kegiatan rutin Direktorat Teknik dan PAKKEM dengan berbagai topik, peringatan Bulan
Lingkungan Migas juga melakukan penyesuaian K3 Nasional tahun 2021, perumusan Rancangan
dengan menggunakan format daring untuk sejumlah Standar Nasional Indonesia, pemantauan
kegiatan antara lain kegiatan penilaian dan acara Obvitnas, serta berbagai kegiatan Membudayakan
Penganugerahan Penghargaan Keselamatan Migas Keselamatan Migas ke beberapa BU/BUT kegiatan
tahun 2020 dan 2021, peluncuran Atlas Keselamatan usaha migas.
Migas Vol. 3, Webinar Keselamatan Migas bersama

30 Vol. 4
Gambar 1.9. Menteri ESDM dalam Acara Penganugerahan Penghargaan Keselamatan Migas secara daring

Dalam menghadapi kondisi Pandemi, Direktorat untuk mengedepankan kolaborasi dengan berbagai
Teknik dan Lingkungan Migas berkomitmen untuk pihak terkait dalam menyusun suatu Pedoman,
tetap menjadi garda terdepan pembinaan dan Standar, dan Kaidah Keteknikan yang baik agar
pengawasan Keselamatan Migas dalam berbagai tercapainya target tanpa kecelakaan dan tanpa
kondisi normal maupun kondisi yang tidak terduga. unplanned shutdown pada kegiatan usaha migas.
Ditjen Migas pada waktu yang akan datang siap

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


31
Bagian I
Selayang Pandang Keselamatan Migas

I.6. Program Safety Campaign

Sesuai dengan program nasional pemerintah dalam Keselamatan Migas. Desain yang terpilih
membudayakan keselamatan dan Kesehatan Kerja, akan didaftarkan pada Ditjen HAKI untuk
Ditjen Migas telah menyusun program safety mendapatkan hak paten yang diharapkan dapat
campaign dengan melalui berbagai strategi sebagai diperoleh pada akhir tahun 2022.
berikut:
2) Safety Moment
1) Logo Keselamatan Migas Pada strategi ini, setiap pokja membuat materi
Ditjen Migas membuat sayembara logo safety moment setiap minggunya secara bergantian.
Keselamatan Migas di internal pegawai Safety moment dapat disampaikan pada setiap
Direktorat Teknik dan Lingkungan Migas untuk pertemuan di internal Ditjen Migas maupun
kemudian dipilih satu logo yang mencerminkan pertemuan dengan para stakeholder migas.

Gambar 1.10. Dokumentasi Safety Moment

3) Spanduk dan Poster


Strategi kegiatan ini dilakukan dengan membuat Pemegang Izin Usaha untuk dipasang pada
desain spanduk dan poster yang berisikan lokasi atau wilayah kerjanya. Updating desain
tentang Keselamatan Migas, Spanduk dan spanduk dan poster juga akan dilakukan secara
Poster akan diberikan kepada Kontraktor dan rutin minimal setiap tahun.

32 Vol. 4
Gambar 1.11. Dokumentasi Sosialisasi Keselamatan Migas melalui Poster dan Spanduk

4) Konten Sosial Media


Strategi kegiatan ini adalah membuat konten dibuat menarik dan mudah dipahami untuk
Keselamatan Migas pada sosial media Halo masyarakat umum serta akan diposting secara
Migas (Facebook, Instagram, Twitter). Isi konten rutin

Gambar 1.12. Visualisasi Konten Sosial Media tentang Keselamatan Migas

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


33
Bagian I
Selayang Pandang Keselamatan Migas

5) Safety Talk
Direktur Teknik dan Lingkungan Migas keselamatan yang ada. Program ini dilakukan
melakukan kunjungan lapangan untuk melihat minimal satu bulan sekali pada awal atau akhir
langsung dan membuat inventaris permasalahan bulan.

Gambar 1.13. Dokumentasi Pelaksanaan Safety Talk

6) Video Keselamatan Migas


Strategi kegiatan ini adalah membuat video Melalui program safety campaign ini diharapkan
Keselamatan Migas untuk konten Youtube dapat membantu program percepatan dalam
dan membuat video safety induction untuk penerapan budaya Keselamatan Migas di lingkungan
disampaikan pada para tamu Direktorat Teknik industri Migas sehingga cita-cita Zero Accident dapat
dan Lingkungan Migas. segera terwujud.

34 Vol. 4
DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI
35
Bagian II
Ditjen Migas menuju Net Zero Emission

ATLAS
Keselamatan Migas Vol. 4
Menuju Net Zero Emission
dengan tetap menjaga Keselamatan Migas

36 Vol. 4
BAGIAN II
Ditjen Migas menuju Net Zero Emission

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


37
Bagian II
Ditjen Migas menuju Net Zero Emission

Kebutuhan energi primer global terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah
penduduk dan pertumbuhan ekonomi, termasuk di Indonesia. Pertumbuhan penduduk
dan ekonomi ini memberikan kontribusi besar terhadap konsumsi final energi di
Indonesia dari 754.404 ribu BOE pada tahun 2011 menjadi 848.853 ribu BOE pada
tahun 2021. Pemenuhan kebutuhan energi Indonesia masih didominasi oleh energi
fosil. Penggunaan energi fosil ini memiliki berbagai kendala, terutama penurunan
cadangan dan masalah lingkungan.

D
i sisi lain, transisi energi dari energi fosil target NDC dan mewujudkan Net Zero Emission
menjadi energi terbarukan semakin penting melalui perencanaan dan penerapan serangkaian
untuk dilakukan demi mencapai target yang strategi. Dalam rencana melakukan berbagai upaya
disepakati menurut Perjanjian Paris yaitu membatasi reduksi dan mitigasi emisi, sektor migas diharapkan
kenaikan suhu rata-rata global di bawah 2º Celcius dapat menjadi industri yang lebih hijau, rendah
hingga 1,5º Celcius, dan berdasarkan dokumen emisi, dan tetap dapat diandalkan untuk menjaga
Updated Nationally Determined Contribution (NDC) ketahanan energi dalam proses transisi energi yang
yang telah diterbitkan oleh Kementerian Lingkungan berkelanjutan.
Hidup dan Kehutanan (KLHK), sektor energi
Indonesia ditargetkan untuk dapat menurunkan Beberapa strategi untuk menjadikan sektor migas
reduksi emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 314 lebih rendah emisi adalah:
juta ton CO2e (CO2 Ekuivalen) melalui usaha sendiri 1. Pengembangan Carbon Capture and Storage dan
atau sebesar 446 juta ton CO2e dengan bantuan luar Carbon Capture, Utilization and Storage (CCS/
negeri. CCUS) di Indonesia.
2. Pengembangan Blue Hydrogen dan Blue
Selain itu, Presiden juga telah menyatakan komitmen Ammonia.
Indonesia dalam pemenuhan Net Zero Emission (NZE) 3. Program pemanfaatan gas suar.
pada tahun 2060 atau lebih cepat. Berdasarkan 4. Substitusi bahan bakar (fuel switching) melalui
hal tersebut, Direktorat Jenderal Minyak dan Gas pemanfaatan gas bumi untuk transportasi darat
Bumi sebagai bagian dari Kementerian ESDM juga dan rumah tangga (jargas).
turut mendukung Pemerintah untuk mencapai

38 Vol. 4
II.1. Pengembangan Carbon Capture and Storage dan Carbon Capture, Utilization
and Storage (CCS/CCUS) di Indonesia

Carbon Capture and Storage (CCS) adalah kegiatan juga dimanfaatkan untuk berbagai hal mulai
mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) yang dari penggunaan untuk kebutuhan industri,
mencakup penangkapan (capture), pengangkutan menghasilkan produk bernilai tambah, serta
(transport), penginjeksian dan penyimpanan pemanfaatan untuk peningkatan produksi migas
CO2 (storage) ke bawah permukaan. Sedangkan melalui Enhanced Oil Recovery (EOR), Enhanced Gas
Carbon Capture, Utilization and Storage (CCUS) Recovery (EGR) atau Enhanced Coalbed Methane
pada prinsipnya sama dengan CCS namun CO2 Recovery (ECBM).

Gambar 2.1. Mekanisme Kegiatan CCUS melaui CO2- EOR (Sumber: Global CCS Institute)

Carbon Capture and Storage dan Carbon Capture, Berdasarkan studi yang pernah dilakukan oleh Balai
Utilization and Storage atau yang dikenal dengan Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS”
istilah CCS/CCUS bisa menjadi solusi teknologi yang dan studi lainnya pada depleted oil and gas reservoir,
mampu mengurangi emisi GRK secara signifikan Indonesia memiliki potensi storage yang cukup besar
sekaligus dapat meningkatkan produksi migas yaitu sekitar 2,09 Giga ton CO2 yang tersebar pada
melalui EOR/EGR/ECBM. Sumber CO2 dapat beberapa wilayah khususnya di Sumatera, Jawa,
berasal dari lapangan migas yang mengandung CO2 Kalimantan serta Papua. Selain itu, terdapat juga
tinggi atau dari industri lainnya. Berbagai forum potensi storage dari saline aquifer sebesar 9,68
internasional telah membahas upaya mencapai Net Giga ton CO2 dari cekungan Sumatera Selatan dan
Zero Emission dan menjadikan CCS/CCUS sebagai Jawa Bagian Barat. Bahkan, beberapa lembaga riset
key technology untuk mencapai target tersebut. dan perusahaan memperkirakan potensi storage di
Sementara di level nasional, minat para pemangku Indonesia jauh lebih besar.
kepentingan, baik dari hulu migas maupun industri
lainnya, untuk mengembangkan CCS/CCUS juga
cukup tinggi.

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


39
Bagian II
Ditjen Migas menuju Net Zero Emission

Gambar 2.2. Potensi Kapasitas Storage pada Depleted Oil and Gas Reservoir

Saat ini terdapat 15 proyek CCS/CCUS dalam tahap cukup signifikan. Proyek CCUS Tangguh telah
studi dan persiapan. Sebagian besar ditargetkan mendapatkan persetujuan Plan of Development
untuk mulai beroperasi sebelum tahun 2030. Di (POD) dari SKK Migas, sementara proyek CCUS
antara proyek-proyek tersebut, perkembangan Gundih berpotensi mendapat dukungan pendanaan
proyek CCUS Tangguh dan CCUS Gundih tergolong dari Jepang melalui skema Joint Crediting Mechanism.

Gambar 2.3. Proyek CCS/CCUS di Indonesia (Agustus 2022)

40 Vol. 4
STATUS PROYEK CCS/CCUS DI INDONESIA (AGUSTUS 2022)

Tangguh EGR CCUS

• Pelaksana : bp
• Status : Persiapan FEED
POD Ubadari dan Vorwata EGR/CCUS
sudah disetujui SKK Migas pada 2021
• Target Onstream : 2026/2027
• Potensi CO2 : 25-33 juta tCO2 selama 10-15 tahun

Gundih CCUS

• Pelaksana : Pertamina, CoE ITB, J-Power, JGC,


JANUS & dukungan METI Japan
• Status : Phase-2 Study untuk mitigasi
ketidakpastian dan risiko
• Target Onstream : 2027
• Potensi CO2 : 3 juta tCO2 selama 10 tahun

Sukowati CO2-EOR

• Pelaksana : Pertamina, LEMIGAS & JAPEX


• Status : • Studi Subsurface oleh Pertamina
• Studi CO2-EOR sebagai CCUS oleh
Pertamina, LEMIGAS, JAPEX &
dukungan METI Japan
• Target Onstream : • Pilot Test: 2026-2027
• Full Scale: 2031
• Potensi CO2 : 7 - 14 juta tCO2 selama 15 tahun (base
case 10 juta tCO2)

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


41
Bagian II
Ditjen Migas menuju Net Zero Emission

Abadi CCS/CCUS

• Pelaksana : Inpex Masela Ltd.


• Status : Feasibility Study bersama ITB selesai
pada Juli 2022

• Target Onstream : -
• Potensi CO2 : 70 juta ton Native CO2 sampai tahun
2055

10/8/22, 8:41 PM 3c6e5755ffa7a71225377f983f0b6f0d.jpg (1620×822)

https://images.glints.com/unsafe/glints-dashboard.s3.amazonaws.com/company-logo/3c6e5755ffa7a71225377f983f0b6f0d.jpg 1/1

Joint Study Blue Ammonia Production


+ CCS di Sulawesi Tengah JOGMEC’s Contribution to LNG Supply Security

• Pelaksana : PT. Panca Amara Utama, JOGMEC, LNG Producer‐Consumer Conference 2018


October 22, 2018

Mitsubishi, ITB & Pertamina Tetsuhiro Hosono


Chairman & CEO
Japan Oil, Gas and Metals National Corporation (JOGMEC)

• Status : Finalisasi Joint Study Agreement


(JSA), Penyiapan data subsurface oleh
Pertamina
• Target : Feasibility Study - Juli 2023
• Potensi CO2 : 19 juta tCO2 selama 20 tahun

Studi East Kalimantan Blue Ammonia


Project + CCS/CCUS

• Pelaksana : PT Kaltim Parna Industri & ITB


• Status : Pre – Feasibility Study (surface facilities)
• Target Onstream : 2028
• Potensi CO2 : 10 juta tCO2 selama 10 tahun

42 Vol. 4
Ramba CCUS (CO2-EOR)

• Pelaksana : Pertamina
• Status : Studi Internal oleh Pertamina
• Target Onstream : 2030
• Potensi CO2 : -

Central Sumatera Basin CCS/CCUS Hubs

• Pelaksana : Pertamina & Mitsui


• Status : Penyusunan Confidentiality Agreement
(CA) dan penyiapan data
• Target Onstream : 2028
• Potensi CO2 : -

CCS Sakakemang

• Pelaksana : Repsol Sakakemang B.V.


• Status : • Proses site selection & characterization
• Persiapan Lab test untuk Feasibility
• Target Onstream : -
CO2 terproduksi dari reservoir (proses
• Potensi CO2 : evaluasi)

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


43
Bagian II
Ditjen Migas menuju Net Zero Emission

Studi CCUS for Coal to DME

• Pelaksana : Pertamina & Chiyoda Corp.


• Status : • Sudah ada JSA
• Proses pengajuan Izin Pemanfaatan
Data dan penyusunan CA
• Target Onstream : Feasibility Study – Des 2023
• Potensi CO2 : 26 atau 131 juta tCO2 selama 20 tahun,
tergantung skenario
10/9/22, 8:33 AM logo-nobackground-1000.png (560×560)

Arun CCS
https://static.wixstatic.com/media/4db7cc_b4514c0151144c4dad0def316103b501~mv2.png/v1/fill/w_560,h_560,al_c,q_85,usm_0.66_1.00_0.01,enc_auto/logo-nobackground-1000.png 1/1

• Pelaksana : Carbon Aceh & PEMA


• Status : • Sudah ada MoU Carbon Aceh-PEMA
• Persiapan Feasibility Study
• Target Onstream : 2028
• Potensi CO2 : Bisa dari kegiatan Migas dan/atau
industrI lainnya

CO2 Capture & Utilization


to Methanol - RU V Balikpapan

• Pelaksana : Pertamina & Air Liquide


• Status : Sudah ada JSA, proses joint study
• Target Onstream : 2028
• Potensi CO2 : -

44 Vol. 4
CCUS Study

• Pelaksana : Pertamina & Chevron


• Status : Pembahasan kandidat lapangan dan
penyiapan JSA
• Target Onstream : -
• Potensi CO2 : -

East Kalimantan & Sunda Asri Basin -


CCS/CCUS Regional Hubs

• Pelaksana : Pertamina & ExxonMobil


• Status : Proses evaluasi subsurface
• Target Onstream : 2028
• Potensi CO2 : Bisa dari kegiatan Migas dan/atau
industri lainnya

Uji Coba (Pilot Test) CO2 Huff and


Puff Jatibarang

• Pelaksana : Pertamina
• Status : Validasi simulasi dan persiapan sumur
untuk injeksi
• Target Onstream : • Uji coba akhir Oktober 2022 dan
selesai pada Desember 2022
• Penandatanganan JSA antara PT
Pertamina (Persero), PT Pertamina
EP dan JOGMEC (30 Agustus 2022)
• Potensi CO2 : -

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


45
Bagian II
Ditjen Migas menuju Net Zero Emission

Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi 2. Memfasilitasi dan berkoordinasi dengan
mendukung sepenuhnya pengembangan CCS/ berbagai pemangku kepentingan yang ingin
CCUS di Indonesia. Berbagai upaya dilakukan untuk melaksanakan kegiatan CCS/CCUS di Indonesia
mendorong penerapapan teknologi CCS/CCUS, serta membuka peluang kerja sama dengan
antara lain: berbagai negara.
3. Dukungan dalam penyusunan regulasi yang
1. Pada tahun 2017 membentuk National Center dapat mendorong implementesi CCS/CCUS.
of Excellence (CoE) CCS/CCUS yang menjadi 4. Menyusun rancangan Peraturan Menteri ESDM
wadah pengembangan kapasitas nasional dalam terkait penyelenggaranaan kegiatan CCS/
penguasaan aspek teknis, keselamatan, ekonomi, CCUS dengan melibatkan berbagai pemangku
sosial serta aspek regulasi dari kegiatan CCS dan kepentingan seperti SKK Migas, BPMA,
CCUS. Dalam pelaksanaan CoE CCS/CCUS, CoE CCS/CCUS ITB, LEMIGAS, Indonesia
ITB dan LEMIGAS ditunjuk sebagai pelaksana Petroleum Association (IPA), Pertamina,
utama mengingat kedua lembaga tersebut telah BP, Medco, Repsol, Inpex, ENI, ExxonMobil,
banyak melaksanakan studi terkait CCS/CCUS ConocoPhillips, PEMA dan lain sebagainya baik
di Indonesia. dalam lingkup nasional maupun internasional.

II.2. Pengembangan Blue Hydrogen dan Blue Ammonia

Rencana transisi energi dan Net (termokimia). Gambar berikut ini me­
Zero Emission di berbagai negara nunjuk­kan terminologi yang digunakan
erat hubungannya dengan strategi secara umum dalam produksi hidrogen,
pengembangan teknologi Blue Hydrogen yaitu Hidrogen Abu-Abu (Grey Hydrogen),
dan Blue Ammonia, termasuk di Indonesia. Hidrogen Hijau (Green Hydrogen) dan
Hidrogen dipercaya dapat menggantikan Hidrogen Biru (Blue Hydrogen). Secara
bahan bakar fossil, khususnya di sektor umum blue hydrogen merupakan sebuah
industri lahap energi yang sulit dilakukan teknologi produksi hidrogen yang berasal
elektrifikasi dan tidak dapat dipenuhi dari hidrokarbon dan dilengkapi dengan
oleh suplai bioenergi, seperti industri teknologi Carbon Capture Storage (CCS)
baja dan pupuk. Teknologi produksi untuk menangkap emisi CO2. Mirip
hidrogen pada umumnya dikelompokkan dengan Blue Hydrogen, Blue Ammonia pada
berdasarkan sumbernya, yakni hidrogen prinsipnya merupakan produksi amoniak
yang bersumber dari elektrolisis dan yang dilengkapi dengan teknologi CCS
hidrogen yang bersumber dari hidrokarbon sehingga dapat mereduksi emisi karbon.

46 Vol. 4
Grey Hydrogen Blue Hydrogen Green Hydrogen

CO2 Green Electricity


Natural Gas Natural Gas O2
Water

Hydrogen Hydrogen Hydrogen

Underground
Storage CO2

CCUS/CCS Needed

Gambar 2.4. Istilah umum terkait dengan konsep teknologi hidrogen


(Sumber Gambar: JOGMEC-TRC, 2022)

Berkaitan dengan produksi Blue Hydrogen, Ditjen Sementara itu terkait dengan Blue Ammonia,
Migas mendukung proyek pengembangan Blue Ditjen Migas juga mendukung dua proyek feasibility
Hydrogen yang dikombinasikan dengan CCS/CCUS di study produksi Blue Ammonia yang saat ini sedang
PT Kilang Pertamina International RU V Balikpapan berlangsung. Dua proyek tersebut yaitu Feasibility
(PT KPI RU V Balikpapan). Proyek ini merupakan Study Blue Ammonia Project menggunakan CCS/
kolaborasi antara grup Pertamina dengan perusahaan CCUS di Kalimantan Timur yang dilaksanakan oleh
bahan kimia Air Liquide. Perjanjian kerja sama antara Institut Teknologi Bandung (ITB) dan perusahaan
para pihak telah ditandatangani pada 25 November amoniak PT Kaltim Parna Industri, serta Joint Study
2021 dengan lingkup kerja sama meliputi antara lain: Blue Ammonia Production and CCS di Sulawesi
carbon capture dari syngas dan teknologi gas buang Tengah yang dilaksanakan oleh perusahaan
untuk menghasilkan Blue Hydrogen, kompresi CO2, ammonia PT Panca Amara Utama, bekerja sama
CCS/CCUS terintegrasi. Blue Hydrogen ditargetkan dengan JOGMEC, Mitsubishi dan ITB. Produksi Blue
dapat dimanfaatkan oleh PT KPI RU V Balikpapan Ammonia tidak hanya menjadi strategi dekarbonisasi
pada tahun 2028 dan diharapkan dapat menjadi dari sektor permintaan energi, tapi juga akan
salah satu faktor pendukung dekarbonisasi di kilang meningkatkan peranan sektor hulu migas dalam
tersebut. transisi energi melalui kegiatan CCS/CCUS.

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


47
Bagian II
Ditjen Migas menuju Net Zero Emission

II.3. Program Pemanfaatan Gas Suar

Gas suar adalah gas yang dihasilkan oleh kegiatan memperketat batasan pembakaran gas suar,
eksplorasi dan eksploitasi minyak dan/atau gas memberikan klasifikasi terhadap kegiatan
bumi atau pengolahan minyak dan/atau gas bumi pembakaran gas suar sehingga diperoleh data
yang akan dibakar pada suar secara terus-menerus yang komprehensif, serta untuk memetakan
maupun yang tidak terus-menerus dalam kondisi potensi gas suar yang dapat dimonetisasi.
rutin maupun tidak rutin. Pada kegiatan produksi hulu b. Menjadi fasilitator kerjasama antara pemilik
migas dan kegiatan operasi kilang migas, pengelolaan teknologi, Kontraktor Kontrak Kerja Sama
gas suar terdiri dari kegiatan pembakaran gas suar (KKKS) dan Badan Usaha (BU) pemilik izin
dan pemanfaatan gas suar. Kegiatan pembakaran pengolahan untuk memanfaatkan gas suar
gas suar berkontribusi terhadap perubahan iklim dan c. Menyelenggarakan penghargaan pemanfaatan
berdampak pada lingkungan melalui emisi CO2, black gas suar pada kegiatan usaha migas.
carbon, dan polutan lainnya. Pembakaran gas suar juga
merupakan bentuk pemborosan sumber daya energi Upaya reduksi volume pembakaran gas suar yang
yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan. dilakukan pemerintah bekerja sama dengan banyak
pihak menunjukan hasil yang baik. Berdasarkan Global
Berkaitan dengan gas suar, Pemerintah Indonesia Gas Flaring Tracker Report tahun 2022 yang disusun
sejak tahun 2017 telah menjadi salah satu negara dan dipublikasikan oleh Global Gas Flaring Reduction
yang mendukung inisiatif Zero Routine Flaring pada (GGFR) dan The World Bank, volume pembakaran
tahun 2030. Upaya-upaya yang telah dilakukan oleh gas suar Indonesia mengalami penurunan. Gambar
Pemerintah Indonesia untuk mencapai Zero Routine di bawah ini menunjukan 30 besar negara di dunia
Flaring diantaranya: berdasarkan volume pembakaran gas suar (flaring)
a. Penguatan regulasi melalui terbitnya Peraturan tertinggi dari tahun 2012 hingga 2021. Peringkat
Menteri ESDM No. 17 tahun 2021 tentang Indonesia mengalami perbaikan dari tahun ke tahun.
Pelaksanaan Pengelolaan Gas Suar pada Kegiatan Tahun 2022, Indonesia berada pada peringkat ke
Usaha Minyak dan Gas Bumi, menggantikan 16, setelah sebelumnya berada pada peringkat 15 di
Peraturan Menteri ESDM No. 31 tahun 2012. tahun 2018 dan peringkat 15 di tahun 2012.
Terbitnya peraturan baru ini bertujuan untuk

Gambar 2.5. Tiga puluh besar negara di dunia berdasarkan volume pembakaran gas suar (flaring) tertinggi
(sumber: Global Gas Flaring Tracker Report, 2022)

48 Vol. 4
Penurunan volume pembakaran gas suar pada gas) hingga ke kadar aman untuk selanjutnya
kegiatan usaha migas dipengaruhi oleh berbagai digunakan dalam operasi dengan proses absorbsi.
faktor, salah satunya yaitu implementasi program Dengan proses tersebut maka overhead gas yang
pemanfaatan gas suar. Direktorat Jenderal Minyak semula akan dibakar di gas suar dapat diturunkan
dan Gas Bumi (Ditjen Migas) terus mendorong hingga impurities H2S mencapai < 25 ppm. Dengan
optimalisasi kegiatan pemanfaatan gas suar di sektor demikian overhead gas dapat dimanfaatkan
migas. Berdasarkan data Ditjen Migas tahun 2021, sebagai kebutuhan bahan bakar di beberapa unit
sebanyak 51 KKKS dan 7 Badan Usaha Pengolahan di CPP.
Migas telah melakukan kegiatan pemanfaatan gas
suar yang digunakan untuk berbagai tujuan, baik Dengan pemanfaatan gas suar yang berasal
untuk kepentingan sendiri, disalurkan ke jaringan gas dari overhead gas ini, JOB PMTS mendapatkan
kota, maupun masuk skema monetisasi. nilai tambah yang sangat signifikan dengan
pemanfaatan efisiensi energi dari pembakaran gas
Berikut ini sebagai contoh kegiatan pemanfaatan di gas suar. Jumlah gas yang dapat dimanfaatkan
gas suar yang telah dilakukan oleh beberapa badan sebesar 3-4 MMSCFD.
usaha di sektor migas, dalam tulisan ini akan diulas 2
kegiatan di sektor Hulu dan 2 kegiatan di sektor Hilir: Selain gas suar dimanfaatkan untuk bahan bakar
di combustor Acid Gas Conversion Unit, panas
1. Sektor Hulu: PT Medco E&P Tomori Sulawesi yang didapatkan dari pembakaran tersebut dapat
kembali dimanfaatkan untuk membangkitan
Penurunan Emisi Gas Karbon melalui Program uap panas di unit Waste Heat Boiler. Uap panas
Pemanfaatan Gas Suar Bakar Bertekanan Rendah tersebut dapat dikonversi menjadi tenaga listrik di
dengan unit Acid Gas Recovery Unit (AGRU) di JOB unit Steam Turbine Generator. Dengan proses yang
Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi berjalan saat ini, pemanfaatan overhead gas atau
gas suar dan konversi acid gas dapat menghasilkan
Joint Operating Body Pertamina Medco E&P tenaga listrik sebesar 2,7-3 MW.
Tomori Sulawesi (JOB PMTS) merupakan
Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dari 2. Sektor Hulu: PT Medco E&P Rimau
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha
Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK MIGAS) untuk Pemanfaatan Gas Suar Bakar dengan Very Low
mengelola wilayah kerja di area Lapangan Senoro. Pressure Compressor (VLPC) untuk Bahan Bakar
Secara keseluruhan Lapangan Senoro akan Gas Engine Generator (GEG) di Lapangan Old
memproduksi sales gas sebesar 340 MMSCFD Rimau (Stasiun Langkap, Kerang dan Tabuan) PT
dan kondensat sebesar 8000 BCPD sebagai Medco E & P Rimau
produk utamanya. Pada proses produksi gas di
Lapangan Senoro, gas dari proses condensate Lapangan Old Rimau adalah kumpulan dari
stabilization yang selanjutnya disebut sebagai beberapa lapangan kecil yang berdekatan di
overhead gas masih mengandung banyak wilayah Blok Rimau yang terletak di Sumatera
hidrokarbon dan impurities H2S sebesar 1396 – Selatan dan dioperasikan oleh PT Medco E & P
4000 ppm, sehingga belum dapat dimanfaatkan Rimau dan telah berproduksi selama lebih dari 30
untuk kebutuhan bahan bakar di Central tahun. Produksi dari lapangan Old Rimau diproses
Processing Plant (CPP) Senoro dan harus dibakar di tiga stasiun pengumpul kecil yaitu Stasiun
di gas suar. Langkap, Stasiun Kerang dan Stasiun Tabuan
sebelum dikirim ke stasiun pengumpul utama yaitu
Sebagai langkah pemanfaatan dan efisiensi Stasiun Kaji.
energi maka JOB PMTS menggunakan teknologi
Low Pressure Acid Gas Removal Unit (LP AGRU) Pada kegiatan produksi hulu migas pada umumnya,
untuk menurunkan kadar impurities H2S (toxic gas yang bertekanan rendah biasanya dibakar pada

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


49
Bagian II
Ditjen Migas menuju Net Zero Emission

flare stack. PT Medco E & P Rimau menerapkan untuk mencapai target Zero Routine Flaring. Unit
sistem recovery gas flaring dengan menggunakan VLPC mampu menangkap gas ikutan bertekanan
Very Low Pressure Compressor (VLPC) sehingga sangat rendah yang akan dibuang ke flare stack,
semua gas yang bertekanan rendah dapat kemudian mengkonversinya menjadi gas yang
dipulihkan (recover) dan pada akhirnya dapat dapat digunakan sebagai bahan bakar.
digunakan kembali sebagai bahan bakar peralatan
penunjang operasi seperti Gas Engine Generator Aplikasi teknologi VLPC ini sudah diterapkan sejak
(GEG), Crude Transfer Pump (CTP), Heater, dan tahun 2018 hingga saat ini. Selama periode 2018 –
Water Injection Pump (WIP). 2021, volume gas suar bakar yang dapat direduksi
menjadi bahan bakar sebesar 350,753 MMSCF
Program pemasangan unit VLPC merupakan sehingga diperoleh penghematan biaya bahan
langkah yang diambil PT Medco E & P Rimau bakar mencapai 2.177.542,37 USD.

Gambar 2.6. Unit Very Low Pressure Compressor di Langkap


(Sumber: PT Medco E&P Indonesia-Rimau Asset)

3. Sektor Hilir: PT Kilang Pertamina Internasional


RU III Plaju

Pemanfaatan Gas Suar untuk Fuel Furnace PT dan Sungai Gerong. Konfigurasi fuel gas system
Kilang Pertamina Internasional RU III Plaju kilang RU III, salah satunya berdampak pada
pemanfaatan excess gas dengan komposisi typical
PT Kilang Pertamina Internasional RU III Plaju natural gas.
(PT KPI RU III) memiliki 2 wilayah aktivitas,
yaitu di Kilang Sungai Gerong dan Kilang Plaju. Excess gas ini merupakan produk dari unit Fluid
Pemanfaatan Gas Suar Bakar yang dilakukan Catalytic Cracking Unit (FCCU) di Sungai Gerong
di PT KPI RU III telah dilakukan sejak tahun dan Crude Distilling Unit (CDU) di Kilang Plaju.
1992, setelah beroperasinya pipa integrasi yang Bahan bakar gas didistribusikan ke burning line
menghubungkan proses produksi di Kilang Plaju dan digunakan untuk furnace CD III, CD IV dan CD

50 Vol. 4
V di kilang Plaju. Proses ini dapat meminimalkan Sungai Gerong mencapai 4,45 MMSCFD, atau
jumlah gas yang hilang akibat kegiatan flaring dan sekitar 83,41% dari gas suar. Excess gas suar
meningkatkan efisiensi karena off gas dari unit untuk keselamatan dan operasi tidak normal yang
CDU dapat dimanfaatkan kembali sebagai bahan dihasilkan pada tahun 2021 adalah sebesar 0,89
bakar furnace. Pada tahun 2021, pemanfaatan gas MMSCFD (323,04 MMSCF).
suar yang dilakukan baik di Kilang Plaju maupun

Gambar 2.7. Konfigurasi Gas System di Kilang Sungai Gerong

Gambar 2.8. Konfigurasi Gas System di Kilang Plaju

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


51
Bagian II
Ditjen Migas menuju Net Zero Emission

4. Sektor Hilir: PT Kilang Pertamina Internasional aman apabila dibandingkan dengan langsung
RU IV Cilacap melepaskan sisa gas berlebih tersebut ke atmosfer.
Sisa gas berlebih tersebut dibakar dengan tujuan
Flare Gas Recovery System PT Kilang Pertamina untuk menghindari adanya potensi overpressure
Internasional RU IV Cilacap pada peralatan kilang. Jenis pembakaran gas
suar yang dilakukan oleh PT KPI RU IV Cilacap
PT Kilang Pertamina Internasional RU IV Cilacap pada tahun 2021 adalah keselamatan dan non
(PT KPI RU IV Cilacap) beroperasi sejak tahun rutin. Untuk pembakaran gas suar keselamatan
1976 dengan total kapasitas sebesar 348 MBSD disebabkan kondisi offset operasional & pilot flare,
(sulfur limit maksimal 2,24% untuk Crude Distilling sedangkan pembakaran gas suar non rutin terjadi
Unit (CDU) I dan maksimal 0,29% untuk CDU II). saat pit stop unit (shut down/start up). Gas yang
Pada kegiatan operasinya, PT KPI RU IV Cilacap dibakar di Flare System berasal dari:
telah menyusun peta jalan untuk meminimalkan a. Excess gas dari hasil produksi yang dibuang
pembakaran gas suar. Sebagai strategi untuk ke Flare System untuk memenuhi kebutuhan
mewujudkan target tersebut PT KPI RU IV Cilacap proses seperti pengaturan tekanan sistem di
mengimplementasikan program Flare Gas Recovery kolom dan reaktor, penurunan tekanan sistem
System. saat normal shutdown Unit Proses, dan lain-lain.
b. Gas hasil produksi yang harus dibuang ke Flare
Flare System merupakan perangkat keamanan System untuk mengamankan peralatan proses
penting yang digunakan di unit pengolahan seperti ketika terjadi emergency case di unit
untuk membakar sisa gas berlebih yang lebih proses.

01 02 03 04

Pemanfaatan kompresor Pemanfaatan kompresor Pemanfaatan spare Pemanfaatan jumper line 8”


idle 019K-102 di Visbreaker idle 048K-101 di FOC II kompresor 011K-101C untuk flare gas system Kilang I ke
sebagai flare gas recovery. untuk flare gas recovery flare gas recovery flare gas recovery system
Impact/Potensi (MMSCFD) Impact/Potensi (MMSCFD) Impact/Potensi (MMSCFD) Kilang II
0,11 0,13 0,10 Impact/Potensi (MMSCFD) 0,12

08 07 06 05

Pengadaan flowmeter flare Cleaning rutin overhead Pemanfaatan excess off gas Retrofit burner furnace
FOC II untuk monitoring dan condenser kolom distilasi ex RCU-RFCC sebagai fuel Kilang Paraxylene (87F-201)
mitigasi jumlah gas buang (011E-110 box 1-21) untuk ke furnace unit Paraxylene untuk meningkatkan
ke flare. meminimalkan flaring (KPC) penyerapan off gas
Impact/Potensi (MMSCFD) Impact/Potensi (MMSCFD) Impact/Potensi (MMSCFD) Impact/Potensi (MMSCFD)
0,001 0,03 0,30 0,02

09 10 11 12 13

Retrofit burner furnace Maximize penggunaan Off Kompetisi minimize flare Minimize Opening 13K-602 Pengaturan operasional
Kilang FOC II (011F-101) dan Gas dengan optimasi antar unit proses di PT KPI (Operasional Kompresor) menjaga agar press kolom
KPC (82F-201/202 dan change penggunaan Fuel Oil RU IV Cilacap ke flare dari 8-10% ke 6-7% CDU II dibawah 1,2kg/cm2.
84F-202/203/204) dengan Fuel Gas Impact/Potensi (MMSCFD) Impact/Potensi (MMSCFD) Impact/Potensi (MMSCFD)
Impact/Potensi (MMSCFD) Impact/Potensi (MMSCFD) 0,01 0,02 0,01
0,20 0,01

Gambar 2.9. Program Pemanfaatan Gas PT KPI RU IV Cilacap


(Sumber: PT KPI RU IV Cilacap)

52 Vol. 4
PT KPI RU IV Cilacap telah menjalankan program untuk mencegah adanya kondisi upset yang
pemanfaatan gas suar sejak tahun 2016 dengan berpotensi terjadinya pembakaran gas suar.
total pemanfaatan sampai dengan bulan Juni tahun b. Memaksimalkan pemanfaatan off gas dari
2022 sebesar 689 MMSCF. Adapun beberapa proses unit sebagai fuel pada furnace dan boiler
hal yang dilakukan dalam pemanfaatan gas suar sebelum terjadi excess gas ke flare.
meliputi kegiatan sebagai berikut: c. Pemanfaatan flare gas recovery sebagai bahan
a. Mengendalikan kondisi operasi unit proses dan bakar gas.
meningkatkan kehandalan peralatan proses

II.4. Subtitusi Bahan Bakar (Fuel Switching) Melalui Optimalisasi Pemanfaatan


Gas Bumi untuk Transportasi Darat dan Rumah Tangga (Jargas)

Indonesia saat ini menjadi presidensi Group of 2012 tentang Penyediaan, Pendistribusian,
20 (G20), Forum Kerja Sama 20 Negara Ekonomi dan Penetapan Harga Bahan Bakar Gas untuk
Utama Dunia dengan mengusung tema Recover Transportasi Jalan.
Together, Recover Stronger. Presidensi Indonesia a. Pasal 3 bahwa Menteri ESDM menetapkan
kali ini berfokus pada tiga sektor, salah satunya ketersediaan, alokasi, dan mutu (spesifikasi)
Transisi Energi Berkelanjutan. Guna memastikan Bahan Bakar Gas berupa Compressed Natural
pembangunan masa depan yang berkelanjutan dan Gas (CNG).
menangani perubahan iklim secara nyata, presidensi b. Pasal 8 ayat (1) bahwa dalam rangka
Indonesia mendorong transisi energi menuju penyediaan dan pendistribusian Bahan Bakar
energi yang bersih dan ramah lingkungan dengan Gas, Menteri menetapkan harga jual eceran
mengedepankan keamanan ketersediaan energi, CNG.
aksesibitas dan keterjangkauan. c. Pasal 10 ayat (1) bahwa Penyediaan dan
pemasangan Konverter Kit sebagaimana
II.4.1. OPTIMALISASI PEMANFAATAN GAS dimaksud dalam Pasal 9 dilaksanakan oleh
BUMI UNTUK TRANSPORTASI DARAT Badan Usaha melalui penugasan dari Menteri
Perindustrian.
Salah satu upaya dalam mendukung penyediaan d. Pasal 18 ayat (1) bahwa Menteri Tenaga Kerja
energi bersih adalah dengan diversifikasi dan dan Transmigrasi melakukan pengaturan,
konversi sumber energi. Melalui konversi pembinaan dan pengawasan mengenai aspek
penggunaan Bahan Bakar Minyak menjadi Bahan keselamatan tabung yang dipergunakan
Bakar Gas, emisi gas buang dari penggunaan energi dalam penggunaan Bahan Bakar Gas untuk
tentunya akan menjadi lebih bersih, yang selanjutnya transportasi jalan.
akan meningkatkan kualitas udara menjadi lebih e. Pasal 19 bahwa Menteri Perhubungan
baik dan secara nyata berkontribusi mendukung melakukan pengaturan, pembinaan dan
program penurunan emisi karbon dan transisi energi pengawasan mengenai sertifikasi tenaga
Indonesia. teknis, bengkel, dan keselamatan, serta
persyaratan teknis dan laik jalan kendaraan
1) Landasan hukum/aturan/kebijakan bermotor yang menggunakan Bahan Bakar
Pelaksanaan Program Pemanfaatan BBG Gas berupa CNG serta kendaraan bermotor
untuk Transportasi Jalan mengacu kepada pengangkut CNG.
Peraturan Presiden No. 125 Tahun 2015 tentang f. Pasal 20:
Perubahan atas Peraturan Presiden No. 64 Tahun

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


53
Bagian II
Ditjen Migas menuju Net Zero Emission

- Ayat (1) bahwa untuk mendukung implementasi peraturan-peraturan tersebut


pelaksanaan penyediaan, pendistribusian, dapat dilakukan sebagai berikut:
dan penggunaan Bahan Bakar Gas a. Merencanakan dan membangun infrastruktur
dibentuk Tim Koordinasi dan Pengawasan SPBG yang dilaksanakan melalui Direktorat
Pemanfaatan Bahan Bakar Gas untuk Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur
Transportasi Jalan, yang selanjutnya Migas (DMI).
disebut Tim Koordinasi dan Pengawasan b. Menetapkan alokasi gas melalui Direktorat
Bahan Bakar Gas. Pembinaan Program Migas (DMB).
- Ayat (2) bahwa Tim Koordinasi c. Memberi ijin usaha Niaga Gas dan
dan Pengawasan Bahan Bakar Gas menetapkan harga BBG melalui Direktorat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pembinaan Usaha Hilir Migas (DMO).
dibentuk oleh Menteri Koordinator Bidang d. Menetapkan standar dan mutu (spesifikasi)
Perekonomian dengan keanggotaan BBG serta Persetujuan Layak Operasi
terdiri dari unsur Kementerian Energi (PLO) SPBG melalui Direktorat Teknik dan
dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Migas (DMT).
Tenaga Kerja dan Transmigrasi,
Kementerian Perindustrian, Kementerian Perundangan dan Peraturan lainnya yang terkait
Perhubungan, Sekretariat Kabinet, dengan usaha ini adalah:
Kepolisian Negara Republik Indonesia, a. Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang
dan Badan Pengawasan Keuangan dan Minyak dan Gas Bumi
Pembangunan, serta unsur terkait lainnya. b. Undang-Undang No. 30 Tahun 2007 tentang
Energi
Dalam rangka pelaksanaan Perpres tersebut c. Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2004
diatas, khususnya yang terkait dengan tugas yang tentang Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas
diberikan Presiden kepada Kementerian ESDM, Bumi
telah diterbitkan: d. Perpres No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan
a. Peraturan Menteri ESDM No. 25 Tahun Energi Nasional
2017 tentang Percepatan Pemanfaatan e. Perpres No. 125 Tahun 2015 tentang
Bahan Bakar untuk Transportasi Jalan; Perubahan atas Peraturan Presiden No.
Dokumen ini telah ditandatangani secara 64 Tahun 2012 tentang Penyediaan,
elektronik menggunakan sertifikat elektronik Pendistribusian, dan Penetapan Harga Gas
yang diterbitkan oleh BSrE 215/MG.06/ untuk Transportasi Jalan
DMT/2021 19 Agustus 2021
b. Keputusan Menteri ESDM No. 47.K/ 2) Potensi pemanfaatan BBG dari sisi teknis,
HK.04/MEM.M/2021 tentang Peta Jalan keekonomian dan lingkungan
(Roadmap) Pemanfaatan Bahan Bakar Gas Penggunaan energi yang bersih dan ramah
Untuk Transportasi Jalan dan Penugasan lingkungan menjadi komitmen pemerintah untuk
Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar mendorong terciptanya transisi energi, antara
Gas untuk Transportasi Jalan Tahun 2020 – lain melalui pemanfaatan Bahan Bakar Gas (BBG)
2024 kepada PT Pertamina (Persero) dan PT untuk transportasi. Selain itu, perlu ada tindakan
Perusahaan Gas Negara Tbk.; dan inovasi untuk mengatasi ketergantungan
c. Keputusan Menteri ESDM No. 48.K/HK.04/ terhadap konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM)
MEM.M/2021 tentang Alokasi dan Harga yang selama ini didominasi suplainya oleh impor.
Gas Bumi dari Kontraktor Kontrak Kerja
Sama dalam Pemanfaatan Bahan Bakar Gas Teknis
untuk Transportasi Jalan Tahun 2020 – 2024. Pemanfaatan BBG untuk transportasi cukup
potensial untuk dikembangkan mengingat telah
Berdasarkan tugas pokok dan fungsi Direktorat dibangun 57 unit SPBG/MRU (Mobile Refueling
Jenderal Minyak dan Gas Bumi saat ini, maka Unit) yang tersebar di beberapa provinsi di wilayah

54 Vol. 4
Indonesia, dimana tingkat utilisasinya belum baik Pemerintah dan teknologi konverter kit untuk
karena rendahnya pengguna kendaraan BBG. mengkonversi bahan bakar minyak menjadi
gas sudah sangat maju sehingga penggunaanya
Seperti diketahui jumlah SPBG saat ini jauh lebih efektif dan efisien. Hal tersebut akan
lebih sedikit dibanding jumlah SPBU yang sudah sangat meringankan masyarakat pengguna BBM
mencapai ribuan. Jika dilihat dari perspektif lain, bersubsidi.
jumlah SPBG yang terbatas ini membuat CNG
untuk transportasi di Indonesia lebih cocok Keekonomian
digunakan untuk transportasi umum. Kondisi Menurunnya produksi minyak bumi di Indonesia
eksisting ini merupakan potensi bagi diversifikasi berdampak kepada pendapatan negara dari
BBM ke BBG. subsektor Migas. Akibatnya sejak tahun 2005,
nilai impor BBM Indonesia lebih besar dari nilai
Bahan bakar gas lebih mudah dilakukan konversi ekspor. Hal ini menyebabkan beban pengeluaran
dibandingkan energi primer lainnya seperti batu untuk subsidi Bahan Bakar Minyak (“BBM”)
bara atau Energi Baru Terbarukan (EBT). SPBG semakin membengkak. Dalam rangka mengatasi
di Indonesia sudah banyak di bangun, program hal tersebut Pemerintah mengembangkan
reaktivasi SPBG secara progresif telah dilakukan berbagai regulasi terkait diversifikasi energi.

TARGET BAURAN ENERGI


REALISASI BAURAN ENERGI
NASIONAL 2021
TAHUN 2025 BERDASARKAN
PERPRES NO. 5 TAHUN 2006
EBT
Batu Bara
Minyak Bumi

EBT
Gas Bumi

Gas Bumi Batu Bara

Minyak Bumi

Sumber : Kementerian ESDM


Elastisitas Energi < 1

Gambar 2.10. Realisasi Bauran Energi 2021 dan Target Bauran Energi 2025

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


55
Bagian II
Ditjen Migas menuju Net Zero Emission

Berdasarkan diagram realisasi Bauran Energi Pengoperasian atas ketiga SPBG di Kota Semarang
Nasional 2021, penggunaan bahan bakar minyak tersebut oleh Subholding Gas Pertamina PT PGN
di tahun 2021 masih mencapai 31,2%, gas bumi Tbk dengan profil sebagai berikut:
19,3%, batubara 38%, dan EBT 11,5%. Subsidi a. SPBG Kaligawe berfungsi sebagai Mother
bahan bakar minyak di Indonesia masih menjadi Station dengan berkapasitas 1 MMSCFD
salah satu beban besar untuk APBN. Pemerintah atau 30.000 liter setara premium (lsp) per hari
mendorong percepatan kebijakan diversifikasi dengan harga jual Rp 4.500 per liter setara
bahan bakar dengan target. Pemanfaatan gas premium.
bumi sebagai energi primer mencapai 30% di b. SPBG Penggaron dan SPBG Mangkang
tahun 2025. masing-masing memiliki kapasitas 0,5
MMSCFD atau 20.000 lsp.
Lingkungan c. SPBG Mangkang telah selesai dimodifikasi
Melalui konversi penggunaan Bahan Bakar dari Online Station menjadi Daughter Station.
Minyak menjadi Bahan Bakar Gas, emisi gas Sedangkan SPBG Penggaron dibangun
buang dari penggunaan energi menjadi lebih sebagai Daughter Station.
bersih, dan kualitas udara menjadi lebih baik.
Dengan demikian upaya ini diharapkan dapat Pembangunan dan pengoperasian tiga SPBG di
memberikan kontribusi terhadap program Kota Semarang merupakan bentuk komitmen dan
penurunan emisi karbon dan transisi energi kerja sama dari Kementerian ESDM, Pertamina
Indonesia. Group dan Pemerintah Kota Semarang untuk
menginisiasi terciptanya ekosistem yang ramah
Dari aspek lingkungan, konversi minyak ke lingkungan. Hal ini diharapkan dapat menjadi
gas akan mengurangi emisi karbon sebesar 95 proyek percontohan pemanfaatan gas untuk
persen, emisi karbon dioksida sebesar 25 persen, daerah-daerah lain dalam menggunakan energi
emisi hidrokarbon sebesar 80 persen, dan emisi bersih yang ramah lingkungan, murah dan aman.
NOx sebesar 30 persen sehingga diversifikasi ke
gas ini merupakan solusi yang ramah lingkungan. Pemerintah Kota Semarang dibantu oleh PT PGN
Tbk berkomitmen untuk melakukan penyelesaian
Penggunaan BBG sebagai bahan bakar alternatif konversi kendaraan Bus Rapid Transit (BRT)
untuk kendaraan bermotor dapat mengurangi Trans Semarang sebanyak 117 armada bus, truk
emisi CO2 sekitar 20-30%, CO sekitar 75-95%, sampah dan mobil dinas Pemkot.
NO2 sekitar 89%. Hal ini disebabkan CNG
memiliki kadar carbon yang rendah dan nilai 4) Rencana optimalisasi BBG sebagai bahan bakar
oktan yang lebih tinggi dibandingkan BBM. pada transportasi publik di Kota Palembang

Dari fakta-fakta tersebut, dapat disimpulkan Di kota Palembang saat ini sudah terpasang 4
bahwa BBG adalah salah satu pilihan sumber SPBG, namun baru 1 SPBG yang beroperasi.
energi terbaik dalam periode transisi energi ini. Agar semua SPBG terpasang digunakan, Pemkot
merencanakan percepatan program konversi
3) Pemanfaatan BBG sebagai bahan bakar pada BBM ke BBG untuk semua transportasi publik
transportasi publik di Kota Semarang (Trans Musi, taksi, dan angkot) dengan teknologi
konverter kit bekerja sama dengan pihak-pihak
Pemanfaatan BBG di Kota Semarang dimulai terkait.
dari pengoperasian Stasiun Pengisian Bahan
Bakar Gas (SPBG) Kaligawe pada tahun 2021 5) Konversi BBM ke BBG pada kendaraan logistik
dan dilanjutkan peresmian pengoperasian SPBG milik PT Pertamina (Persero)
Penggaron dan SPBG Mangkang pada tanggal 14 PT Pertamina (Persero) telah menggunakan truk
Juli 2022 di Kota Semarang, Jawa Tengah. berbahan bakar BBG sebagai kendaraan logistik

56 Vol. 4
dengan teknologi konverter kit yang sangat maju - Edukasi kepada masyarakat mengenai
sehingga penggunaanya lebih efektif dan efisien. keamanan penggunaan BBG untuk
kendaraan
6) Tantangan yang dihadapi: teknis dan non
teknis 7) Rencana ke depan

Tantangan yang dihadapi Pemerintah Pendekatan kepada semua pihak terkait antara
kedepannya: lain pemerintah daerah yang memiliki potensi
a. Aspek Teknologi Konverter Kit sumber daya gas, pengusaha angkutan (taksi,
- Pengadaan konverter kit yang murah angkutan barang, bus), industri otomotif untuk
dan mudah terjangkau. Untuk itu perlu dapat mendukung pemanfaatan BBG bagi semua
didorong berkembangnya industri kendaraan.
konverter dalam negeri, termasuk
dukungan dari perusahaan-perusahaan
otomotif. II.4.2. SUBTITUSI BAHAN BAKAR (FUEL
- Mempertimbangkan subsidi konverter SWITCHING) MELALUI PEMANFAATAN
kit bagi konsumen masyarakat yang akan GAS BUMI UNTUK RUMAH TANGGA
beralih ke BBG. (JARGAS)
- Efektifitas, efisiensi, dan pemeliharaan
konverter kit menjadi salah satu hal yang Berdasarkan Peraturan Presiden No. 6 tahun
diperhatikan. Kerja sama dengan bengkel- 2019 tentang Penyediaan dan Pendistribusian
bengkel yang terpercaya di Indonesia Gas Bumi Melalui Jaringan Transmisi dan/atau
perlu diperhatikan. Distribusi Gas Bumi Untuk Rumah Tangga dan
- Edukasi terkait pemeliharaan konverter Pelanggan Kecil. Produksi gas bumi nasional
kit yang baik dan benar perlu dilakukan harus dimanfaatkan secara maksimal untuk
untuk mencegah kerusakan dan menekan kebutuhan dalam negeri khususnya untuk rumah
biaya yang lebih besar di masyarakat. tangga.
b. Aspek Penyediaan
- SPBG yang tersedia masih terbatas, Jaringan gas untuk rumah tangga (jargas) adalah
sehingga perlu memperbanyak SPBG yang jaringan distribusi gas bumi untuk rumah tangga
murah dan memiliki performa yang bagus. dan pelanggan kecil beserta infrastruktur
- Tidak boleh ada kekosongan suplai pendukungnya, yaitu jaringan pipa yang dibangun
sehingga menyebabkan kelangkaan akibat dan dioperasikan untuk penyediaan dan
belum adanya infrastruktur yang memadai. pendistribusian gas bumi untuk rumah tangga
- Pembaharuan kontrak kerja sama di sektor dan pelanggan kecil.
hulu migas perlu diperhatikan terkait
penyediaan sumber gas bumi di Indonesia. Tujuan program jargas adalah untuk memenuhi
c. Aspek Permintaan kebutuhan bakar bagi rumah tangga dan
- Kurangnya permintaan karena harga pelanggan kecil, mengurangi subsidi LPG dan
konverter kit yang mahal sehingga banyak menyediakan bahan bakar yang lebih aman, bersih
SPBG yang sudah dibangun tetapi tidak dan efisien. Berkaitan dengan LPG, produksi LPG
beroperasi. dalam negeri diproyeksikan mencapai 2 juta
- Reaktivasi SPBG-SPBG perlu kajian MT di 2030 sedangkan kebutuhan gas dalam
mendalam terhadap permintaan pasar. negeri sekitar 7 juta MT. Kekurangan pasokan
- Apabila penggunaan BBG sudah massif, LPG tersebut dapat dipenuhi dari pemanfaatan
suplai gas bumi pada setiap SPBG harus gas bumi untuk rumah tangga. Hal ini juga akan
terjamin. mengurangi biaya subsidi LPG.

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


57
Bagian II
Ditjen Migas menuju Net Zero Emission

Pemanfaatan gas bumi untuk rumah tangga bakar rendah karbon untuk pencapaian target
menjadi salah satu upaya subtitusi bahan penurunan emisi di sub sektor migas.

GAMBARAN PROSES PENYALURAN GAS BUMI

1
2 1 Sumur Migas

3 4 2 Plant Proses

3 Pipa Transmisi

4 Stasiun Kompresor
5
6 5 Storage Tanks

6 Utilitas

7 Pipa Distribusi
8 9 8 Pipa Servis
7 0 0 0 2 5 6 7

9 Meter Gas
10 10 Kompor Gas

Gambar 2.11. Gambaran Proses Penyaluran Gas Bumi untuk rumah tangga.

Rencana Jargas 2020 - 2024



Peraturan Presiden No. 18 tahun 2020 termasuk ke dalam aksi mitigasi gas rumah kaca
tentang Rencana Pembangunan Jangka sektor migas yang diperhitungkan dalam aksi
Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020- mitigasi sektor energi. Realisasi reduksi emisi
2024 menargetkan infrastruktur jaringan gas dari kegiatan pemanfaatan gas bumi untuk rumah
kota mencapai 4 juta Sambungan Rumah (SR) tangga tahun 2021 mencapai 234.515 Ton CO2e
sebagaimana terlihat pada gambar dibawah ini. yang berasal dari 535.555 ribu sambungan
rumah.
Selain berperan untuk substitusi LPG,
pemanfaatan gas bumi untuk rumah tangga juga

58 Vol. 4
RENCANA JARGAS 2020 - 2024
SP-1. TERWUJUDNYA KETAHANAN DAN KEMANDIRIAN ENERGI MIGAS
RPJMN PN-5. MEMPERKUAT INFRASTRUKTUR UNTUK MENDUKUNG RENSTRA MELALUI PASOKAN MIGAS YANG MEMADAI DAN DAPAT DIAKSES
2020-2024 PENGEMBANGAN EKONOMI DAN PELAYANAN DASAR 2020-2024 MASYARAKAT PADA HARGA TERJANGKAU SECARA BERKELANJUTAN

TARGET TARGET TARGET TARGET TARGET


PEMBANGUNAN PEMBANGUNAN PEMBANGUNAN PEMBANGUNAN PEMBANGUNAN

APBN: APBN: KPBU: KPBU: KPBU:


266.070 SR 100.070 SR 839.555 SR 800.000 SR 800.000 SR
KPBU:
BUMN: Pilot Project di 2
50.000 SR
50.000 SR BUMN: kota Palembang
583.930 SR & Batam (OBC)

2020 2021 2022 2023 2024


TARGET 2024: 4 JUTA SR
Target hingga tahun 2024 sejumlah 4 juta SR
Pendanaan Pembangunan Jargas dengan APBN berakhir pada tahun 2022, selanjutnya dengan skema KPBU
Studi Pendahuluan KPBU telah dilaksanakan pada 2020-2021 di 23 lokasi

Gambar 2.12. Rencana Pembangunan Jargas kota berdasarkan RPJMN tahun 2020 sd 2024

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


59
Bagian III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

ATLAS
Keselamatan Migas Vol. 4
Menuju Net Zero Emission
dengan tetap menjaga Keselamatan Migas

60 Vol. 4
BAGIAN III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


61
Bagian III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

Pengalaman adalah guru, adalah pedoman, adalah kemudi yang


sangat berharga. Pengalaman yang tidak diperhatikan akan
menghantam roboh kita sendiri.”
(Bung Karno)

K
ecelakaan adalah hal yang tidak pernah atau bahkan diamplifikasi menjadi program yang
diinginkan oleh siapapun juga, apalagi di lebih besar lagi dampaknya. Dengan semangat
industri migas yang pada dasarnya punya perbaikan yang berkelanjutan, harapan kita agar
risiko yang sangat tinggi. Oleh karena itu, belajar industri migas dapat berlangsung dengan aman dan
dari pengalaman kecelakaan migas yang pernah tanpa kecelakaan (zero accident)
terjadi adalah hal yang sangat baik. Fokus kita bukan
untuk menyalahkan pihak tertentu, tapi memetik Pada bagian ini akan ada pelajaran berharga dari
pelajaran dari pengalaman agar kejadian yang serupa 8 kejadian kecelakaan hulu migas, 9 kejadian
tidak terulang. Lebih dari itu, melalui buku Atlas ini, kecelakaan hilir migas dan ringkasan kejadian
kita juga akan mengetahui berbagai program dan tumpahan minyak (oil spill) yang dapat kita cermati
strategi yang telah dilakukan berbagai perusahaan bersama. Mengulang pernyataan dari proklamator
migas Indonesia untuk menjaga Keselamatan Migas. kita, Bung Karno, “Pengalaman yang tidak diperhatikan
Tujuannya tentu saja agar program-program yang akan menghantam roboh kita sendiri”. Jadi, selamat
baik dapat direplikasi oleh perusahaan migas lain, memetik pelajaran untuk kita semua!

62 Vol. 4
DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI
63
Bagian III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

III.1. KECELAKAAN HULU MIGAS

III.1.1. KECELAKAAN FATAL PT PERTAMINA HULU ENERGI KAMPAR

PENDAHULUAN

Pada tanggal 5 Desember 2019 telah terjadi


kecelakaan fatal di PT Pertamina Hulu Energi Kampar
(PT PHE Kampar) dalam kegiatan pemeliharaan
sumur Bingo-01 di Blok Kampar, Riau.

PT PHE Kampar merupakan operator untuk


Blok Kampar sejak tahun 2015 yang sebelumnya
dioperasikan oleh PT Medco E&P Indonesia. Blok
Kampar juga pernah dioperasikan oleh PT Stanvac
Indonesia sejak 1993. Kemudian, blok tersebut
diambil alih oleh PT Medco E&P Indonesia pada
1995 dan berakhir masa kontraknya pada 2013.
Pada periode 2013 - 2015, pemerintah memberikan
penugasan kepada PT Medco E&P untuk
mengoperasikan sementara blok tersebut.

Gambar 3.1. Lokasi Sumur Eksplorasi Bingo-01

64 Vol. 4
KRONOLOGI KEJADIAN

• PT PHE Kampar sedang melaksanakan program memasang kunci tong ke string untuk membuka
perawatan sumur Bingo1. Pada hari Kamis, kelly bersama 3 orang floorman. Pada pukul 19.10,
tanggal 05 Desember 2019, setelah dilakukan saat kunci tong terpasang, tiba-tiba rotary table
tail gate meeting dan crew change pukul 19.00, berikut dengan rotary tong berputar sehingga
kru malam melakukan flow check. Seorang sling penahan tong sebelah kiri menjepit paha
assistant driller (injured person/IP) membantu kanan korban.

POSISI #1POSISI #1 POSISI #2POSISI #2


Sebelum Sebelum
Kejadian Kejadian Setelah Kejadian
Setelah Kejadian
Tahanan Rotay Tahanan Rotay Tahanan Rotay Tahanan Rotay Tahanan Rotay Tahanan Rotay Tahanan Rotay Tahanan Rotay
Tong ODS Tong ODS Tong DS Tong DS Tong ODS Tong ODS Tong DS Tong DS

Stand DP Stand DP Stand DP Stand DP

Sling menjepit Sling menjepit


IP IP

Rotari Tong Rotari Tong


Rotari Tong Rotari Tong
Floor Man 3 Floor Man 3 Floor Man 2 Floor Man 2 Floor Man 3 Floor Man 3 Floor Man 2 Floor Man 2

Ast Driller (IP) Ast Driller (IP) Floor Man 1 Floor Man 1 Ast Driller (IP) Ast Driller (IP)

Rotari Table Rotari Table


Rotari Table Rotari Table

Manifold Manifold Drilling Drilling Manifold Manifold Floor Man 1 Floor Man 1 Drilling Drilling
Stand Pipe Stand Pipe Console Console Stand Pipe Stand Pipe Console Console

Break Out Break Out Make Up Make Up Break Out Break Out Make Up Make Up
Cat Head Cat Head Cat Head Cat Head Cat Head Cat Head Cat Head Cat Head

Floor Man 4 Floor Man 4 Driller Driller Floor Man 4 Floor Man 4 Driller Driller

Draw Work
Draw Work Draw Work
Draw Work

Gambar 3.2. Sketsa Kejadian

• Segera setelah kejadian, rekan kru lainnya ambulans ke RS Medika Center di Sorek-Riau.
melakukan pertolongan pertama dengan Setelah itu diputuskan untuk dievakuasi lanjut
membuka jepitan rotary tong. Korban segera ke RS Awal Bros - Pekanbaru. Setelah dirawat,
dievakuasi dan diberangkatkan pukul 19.25 WIB tanggal 06 Desember pukul 13.25 korban
dari lokasi sumur Bingo-01 dengan menggunakan dinyatakan meninggal dunia.

FAKTA DAN TEMUAN

Pekerjaan pencabutan drill string yang dilakukan orang Tool Pusher yang sedang berada di dog house.
merupakan suatu pekerjaan rutin dalam kegiatan Kejadian terjadi beberapa saat setelah hand over dari
kerja ulang sumur. Berdasarkan dokumen yang shift pagi ke shift malam (setelah tail gate meeting).
disampaikan di lapangan kegiatan ini sudah diatur
dalam Tata Kerja Individu (TKI) PT Pertamina Drilling Pengoperasian drilling console yang dilakukan oleh
Services Indonesia (PT PDSI) selaku kontraktor driller sangat rawan terhadap human error mengingat
pelaksana. Personel yang berada di rig floor saat seorang driller harus membagi konsentrasi terhadap
kejadian adalah korban (asisten driller), 1 orang driller, banyak hal antara lain: parameter instrumentasi,
4 orang floorman, serta 1 orang HSE Officer dan 1 koordinasi pekerjaan di rig floor dan tuas-tuas pada

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


65
Bagian III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

III.1. KECELAKAAN HULU MIGAS

drilling console. Selain itu, ditemukan bahwa dua sling CCTV yang mengarah ke rig floor yang disediakan
pengaman masing-masing untuk make up tong dan oleh PT PDSI namun dilaporkan berada dalam
break out tong yang seharusnya ditambatkan pada kondisi tidak berfungsi dan diketahui tidak dilengkapi
tiang pengaman tidak dipasang oleh pekerja. Untuk dengan fitur untuk merekam.
kelengkapan kegiatan instalasi rig, terdapat dua

Gambar 3.3. Drilling Console Throttle

ANALISIS PENYEBAB KEJADIAN

1) Penyebab Langsung 2) Penyebab Dasar

Penyebab langsung kecelakaan adalah korban a. Inadequate Procedure


terjepit sling penahan tong yang terjadi karena Prosedur kerja tidak memadai dengan tidak
adanya tindakan tidak aman dan kondisi tidak adanya syarat untuk pengecekan posisi transmisi
aman: dan pemasangan alat pengaman pada rotary table
a. Tindakan tidak aman (Unsafe act) dan kunci tong.
Driller tidak memeriksa posisi transmisi rotary b. Inadequate Inspection
table dalam keadaan netral atau tidak Melanjutkan pekerjaan tanpa melalui proses
b. Kondisi tidak aman (Unsafe condition) inspeksi meskipun ada kondisi tidak aman.
• Penerangan yang tidak memadai di lokasi drill c. Lack of Competence
floor dan drilling console Pekerja belum memiliki kompetensi yang sesuai
• Proteksi untuk tong tidak terpasang. untuk jenis pekerjaan berbahaya
• Modifikasi pada drilling console yang dapat
menyebabkan kesalahan

66 Vol. 4
d. Inadequate Leadership and Supervision ada, dilaksanakan dan telah memenuhi kaidah
Kurangnya pengawasan dan pembinaan oleh keselamatan yang berlaku
manajemen untuk memastikan prosedur kerja

PEMBELAJARAN DAN REKOMENDASI

Sebagai pembelajaran agar kejadian yang 3. Aspek pembinaan dan pengawasan sangat
serupa tidak terulang kembali pada kegiatan perlu dilakukan secara ketat untuk mencegah
usaha migas, maka berikut ini ada beberapa adanya penyimpangan atau ketidak sesuaian
rekomendasi yang perlu mendapat perhatian dengan persyaratan yang berlaku
antara lain: 4. Manajemen dalam hal ini para Katek wajib
menjamin terpenuhinya Keselamatan Migas
1. Perusahaan harus selalu menerapkan dalam operasinya dan memastikan bahwa
persyaratan keselamatan yang ketat untuk semua persyaratan keselamatan dipenuhi
kegiatan berisiko tinggi seperti perawatan dalam operasi
sumur. 5. Setiap kegiatan perawatan sumur, wajib
2. Para pekerja yang terlibat dalam kegiatan dilengkapi dengan analisis risiko yang
perawatan sumur harus diberi pembekalan, komprehensif, job safety analysis dan
kompetensi dan pemahaman akan tugas dan pedoman kerja yang jelas dan dipahami oleh
pekerjaannya masing-masing semua pekerja.

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


67
Bagian III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

III.1. KECELAKAAN HULU MIGAS

III.1.2. KECELAKAAN FATAL DI KSO PT PERTAMINA EP–QUEEN ENERGY


INDONESIA (QEI) LOYAK TALANG GULA, PT PERTAMINA EP ASSET 2

PENDAHULUAN

Pada tanggal 9 Januari 2020 telah terjadi kecelakaan Talang Gula terletak sekitar 170 km dari Palembang
fatal di PT Pertamina EP – QEI Loyak Talang Gula, PT dan memiliki luas 15.24 km2 yang berlokasi di
Pertamina EP Asset 2 dalam kegiatan pemeliharaan wilayah Muara Enim. KSO Pertamina EP - QEI Loyak
sumur Candi Tiga dengan menggunakan rig EP108 Talang Gula mengoperasikan kembali sumur-sumur
di wilayah kerja Loyak Talang Gula, Muara Enim, yang sudah ada meliputi Candi Dua dan Candi Tiga.
Sumatera Selatan.
Area operasi Loyak Talang Gula memiliki tiga
Kegiatan dilaksanakan oleh QEI yang merupakan lapangan memiliki cadangan minyak 3 juta barrel
perusahaan migas nasional yang berkerja sama (MMBO) untuk Original Oil in Place (OOIP) dan 162
dengan PT Pertamina EP dalam mengoperasikan miliar kaki kubik (BCF) atau setara 30 juta barrel
wilayah kerja Loyak Talang Gula. Area operasi Loyak setara minyak untuk Original Gas in Place (OGIP).

KRONOLOGI KEJADIAN

• Rabu, 8 Januari 2020 Pukul 17.00 WIB. Selesai • Pukul 11.20 WIB. IP dievakuasi oleh rekan kru
swab job, sumur dinyatakan flowing setelah dengan menggunakan mobil ke Puskemas Tanah
itu sumur di-shut-in sementara (seluruh valve Abang untuk mendapatkan penanganan lebih
manifold /kerangan ditutup, shut in pressure: lanjut.
1.400 psig). • Pukul 11.45 WIB. Tiba di Puskesmas, korban
• Kamis, 9 Januari 2020 Pukul 07.00-10.30 WIB. diberikan oksigen untuk pernapasan, sedangkan
Cuaca tidak mendukung sehingga rencana luka pada kepala dilakukan tindakan 2 jahitan, dan
memproduksikan sumur ditunda. pada tangan 8 jahitan. Kemudian langsung dirujuk
• Pukul 10.30 WIB. Dilakukan Pre-Job Safety ke RS Bunda Prabumulih menggunakan mobil
Meeting (PJSM) dan diskusi rencana lanjut untuk ambulans Puskesmas didampingi oleh rekan kru
proses memproduksikan sumur. beserta paramedis Puskesmas Tanah Abang.
• Pukul 11.00 WIB. Pekerjaan dilanjutkan karena • Pukul 12.30 WIB. Ambulans tiba di RS Bunda
cuaca cukup cerah. Rangkaian pekerjaan yang Prabumulih, kemudian langsung di rujuk ke RSUD
dilakukan yaitu: Prabumulih.
1. Kerangan dibuka 6 drat, coba di monitor (P: • Pukul 12.45 WIB, Tiba di RSUD Prabumulih,
500 psig) IP dibawa ke IGD dan dilakukan CPR (Cardio
2. Pada saat tekanan 500 psig, tiba-tiba Pulmonary Resuscitation).
terdengar ledakan dari arah Mud Gas • Pukul 13.15 WIB, IP dinyatakan meninggal.
Separator (MGS) dan ternyata MGS terlempar
dan mengenai IP, Company-Man langsung
menutup valve pada floor, dan X-mas tree.

68 Vol. 4
FAKTA DAN TEMUAN

• Korban ditemukan tergeletak 4,5 m dari posisi bernapas. Posisi MGS terpental 23,5 m dari posisi
awal dekat MGS dengan kondisi tidak sadarkan awal ke arah Tank on Site (TOS).
diri, denyut nadi masih bisa dirasakan dan masih

Gambar 3.4. Sketsa Lokasi Kejadian Gambar 3.5. Kondisi MGS pasca kejadian

• Surat Persetujuan Operasi Rig EPI 08 No. kebocoran pada tambalan gas pada body MGS,
663/56-566/PLO/DMT/2019 tanggal 05 namun tidak mendapat perhatian dari pihak yang
November 2019 berlaku sampai dengan tanggal berwenang, antara lain company man.
23 Oktober 2023. • Surat Izin Kerja ada namun belum lengkap.
• Tidak tersedia dokumen engineering yang meliputi • MGS tidak dilengkapi dengan PSV dan labrang
spesifikasi teknis/hasil engineering evaluation atau atau pasak/anchor.
manufacture data engineering untuk MGS • Tidak tersedia prosedur pengaliran fluida sumur
• Body MGS penuh tambalan las. Terdapat menggunakan MGS ke flaring dan swab tank.

ANALISIS PENYEBAB KEJADIAN

1) Penyebab langsung. • Tidak ditemukan data pemeriksaan teknis


yang komprehensif terhadap MGS.
a. Memakai Peralatan yang Tidak Aman. • NDT dilakukan tidak menyeluruh pada body.
• Menggunakan MGS dengan body yang Kalkulasi enjiniring seperti MAWP (maximum
ditambal-tambal, tanpa disertai kalkulasi allowable working pressure) dsb tidak dilakukan
enjiniring dan inspeksi teknis serta analisis pada modifikasi tambalan pada body.
risiko. • MGS tidak dilengkapi dengan PSV dan anchor
guyline

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


69
Bagian III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

III.1. KECELAKAAN HULU MIGAS

• Sesuai good engineering practices, seharusnya 2) Penyebab dasar.


ball valve pada outlet MGS tidak ada. Sesuai
dengan API 521, jika terdapat valve pada a. Lack of Knowledge
outlet MGS, perlu ditambahkan PSV untuk Kurang memahami penyusunan analisis risiko/
menghindari overpressure akibat blocked gas Job Safety Analysis (JSA), sehingga tidak seluruh
outlet. potensi bahaya diakomodir (bahaya over
• Peralatan MGS adalah homemade (karena pressure akibat kualitas welding repair yang tidak
tidak didukung dengan ketersediaan data memenuhi standard procedure).
manufaktur) serta tidak ada kalkulasi b. Inadequate Change
enjiniring dan hasil inspeksi teknis yang Pekerjaan welding repair pada MGS tidak
lengkap. mengikuti prosedur MOC.
• Tidak tepat menggunakan MGS untuk c. Inadequate Leadership, Supervision and Coaching
pekerjaan mengukur ataupun observasi Company man tidak melakukan pengawasan
kestabilan tekanan aliran sumur (shut-in 1500 secara efektif. Sebagai contoh pemeriksaan SIKA
psi), seharusnya menggunakan test separator. dan JSA tidak dilakukan secara komprehensif.
b. Gagal mengidentifikasi bahaya terutama terkait d. Inadequate Work / Procedure Standard
kualitas tambalan las (repair welding) terhadap Tidak ditemukan prosedur/standar pekerjaan
tekanan yang bekerja. seperti welding repair, observasi kestabilan
c. Informasi tidak memadai dimana tidak tersedia tekanan aliran sumur dan lain-lain.
informasi teknis MGS (Kapasitas, MAWP dll) serta
tidak tersedia tagging (open/closed) pada valve.

PEMBELAJARAN DAN REKOMENDASI

Sebagai pembelajaran agar kejadian yang dilakukan oleh personil yang kompeten dan
serupa tidak terulang kembali pada kegiatan terampil.
usaha migas, maka berikut ini ada beberapa 3. Peralatan rig harus menggunakan peralatan
rekomendasi yang perlu mendapat perhatian standar pabrikan yang dilengkapi dokumen
antara lain: teknis/sertifikasi.
4. Perubahan rekayasa peralatan, prosedur/
1. Pemimpin dan pengawas harus konsisten standar dan organisasi harus mengikuti
dan berkomitmen untuk menerapkan prosedur MOC dan analisis risiko.
dan mematuhi persyaratan HSSE serta 5. Peralatan MGS yang digunakan pada rig harus
melakukan intervensi terhadap hal yang dilengkapi dengan pressure safety valve (PSV),
tidak sesuai. anchor dan guyline.
2. Safety training para pekerja harus dilakukan 6. Seluruh kegiatan berisiko tinggi harus
seperti JSA, SIKA, MOC, dan lain-lain untuk memiliki prosedur kerja aman dan job safety
memastikan setiap pekerjaan operasi hanya analysis yang komprehensif.

70 Vol. 4
III.1.3. KEBAKARAN PADA WELL HEAD PLATFROM CAMAR
RESOURCES CANADA INC.

PENDAHULUAN

Pada tanggal 29 Februari 2020 terjadi kecelakaan Blok Bawean terdiri dari 2 area, yaitu Area Camar
kebakaran pada instalasi di CPP (Central Prosessing dan Area Tuban. Area Camar memproduksi minyak
Platform) Camar Resources Canada Inc yang terletak dengan fasilitas terdiri dari sumur produksi di WPP
di lepas pantai sebelah utara pulau Madura, Jawa (Well Protector Platform), CPP (Central Prosessing
Timur. Saat itu sedang dilakukan operasi preloading Platform) dan Storage Accommodation Tanker /
pada Jackup Rig KS Java Star dimana ketiga kaki Floating Storage and Offloading (SAT/FSO), serta
jackup rig diturunkan secara bertahap. fasilitas pendukung lainnya seperti pipa penyalur
(pipeline). Saat ini CRC hanya memproduksi migas
Camar Resources Canada, Inc. (CRC) adalah dari CPP dengan 4 sumur (2 sumur minyak yang
perusahaan migas operator Production Sharing memproduksikan sekitar 550 BOPD, 1 sumur
Contract (PSC) di Blok Bawean. Blok Bawean PSC gas yang memproduksikan 2,11 MMSCFD dan 1
merupakan aset produksi minyak lepas pantai yang sumur dalam kondisi shut-in). Pada tahun 2020 CRC
berlokasi di Jawa Timur, dengan produksi sekitar berencana mengebor 2 sumur yaitu CS-5 dan CS-6
500 BOPD. melalui fasilitas produksi di CPP Platform.

KRONOLOGI KEJADIAN

• Pada tanggal 29 Februari 2020 pukul 15.30 WIB (di bagian yang dekat dengan koneksi sumur).
dilakukan persiapan pengeboran sumur CS-5 Seketika terjadi kebakaran dilokasi wellhead deck
dengan melakukan operasi preload pada semua di CPP Platform pada pukul 19.30 WIB.
kaki jackup rig KS Java Star secara simultan. • Kemudian dilakukan usaha pemadaman dengan
Namun starboard leg (salah satu kaki jackup menyemprotkan air laut dari jackup rig KS Java
rig) amblas sehingga rig mengalami kemiringan Star dan memutus koneksi dari sumur ke fasilitas
sekitar 5 derajat dan membentur CPP platform produksi di platform CPP.

Gambar 3.6. Kerusakan pada Mezzanine Deck

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


71
Bagian III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

III.1. KECELAKAAN HULU MIGAS

• Api terlihat keluar dari production header dan (dua hari dari awal kebakaran) sekitar pukul
diatasi dengan cara menutup tree valve di bawah 02.00 WIB api telah padam seluruhnya. Setelah
master valve. Pemadaman dengan penyemprotan kejadian kebakaran, dilakukan observasi pada
air laut terus dilakukan sampai apinya padam. kondisi area yang terbakar dan sekitarnya. Tidak
Ternyata masih ada api di outlet annulus 9-5/8”x3- ada korban jiwa, baik dari pekerja di CPP Platform
1/2” dan penyemprotan dengan air laut terus maupun pekerja di Rig KS Java Star dan tidak ada
dilakukan. Akhirnya pada tanggal 02 Maret 2020 tumpahan minyak yang terdeteksi.

FAKTA DAN TEMUAN

Bagian CPP yang mengalami kerusakan dievakuasi oleh tugboat Perkasa ke Floating
1. Mezzanine deck Storage Offshore (FSO) Pegasus. Setelah itu
2. Flowline wellhead disusul oleh lima orang yang masih ada di CPP
3. System Wellhead Panel Control (WHCP) CRC. Sementara tiga orang yang masih tersisa
4. Line menuju ke separator di CPP CRC berupaya memadamkan api. satu
5. Conductor casing CS-2 orang dari sembilan yang melompat ke laut
6. Bracing well structure akhirnya kembali lagi ke CPP dan membantu
7. Piping system menuju Manifold pemadaman api.
8. Walkway pada area System Wellhead Panel Control • Dua menit setelah Rig KS Java Star menyentuh
(WHCP) CPP terjadi vapour cloud di area wellhead dan
sesaat kemudian muncul api.
Bagian Rig yang mengalami kerusakan • Tidak terdapat korban jiwa dalam kejadian ini.
1. Pagar pengaman Cantilever Rig Floor. Semua peralatan yang ada di CPP belum memiliki
2. Kompartemen lantai bor. Sertifikat Kelayakan Penggunaan Peralatan/
3. Kaki jackup rig. Persetujuan Penggunaan/ Keterangan Hasil
Inspeksi/Sertifikat Inspeksi.
Fakta kondisi lapangan saat kejadian • Menurut informasi, soil boring di lokasi
platform pernah dilakukan pada tahun 1983.
• Personnel on Board (POB) di Rig KS Java Star Pada tahun 1989 pengeboran menggunakan
saat kejadian berjumlah 81 orang, sedangkan rig dan setelahnya perawatan sumur hanya
POB di CPP CRC saat kejadian berjumlah menggunakan snubbing unit (rigless). Saat
12 orang. Empat orang pertama di CPP CRC kejadian, pengeboran CS-5 jackup rig melakukan
langsung melompat ke laut dari area titik penetrasi di titik yang diyakini sudah sama seperti
kumpul dengan menggunakan life jacket dan pengeboran pada tahun 1989.

72 Vol. 4
dilakukan preloading menyebabkan rig miring
dan membentur CPP Platform
b. Presence of Flammable / Explosive Atmosphere
Akibat benturan terjadi kerusakan pada
peralatan di wellhead dan menyebabkan
kebocoran hidrokarbon serta memicu kebakaran
c. Inadequate Warning System & Failure to Detect
and Measure
Kegagalan/tidak bekerjanya sistem emergency
shutdown CPP Platform sempurna sehingga
aliran gas tetap mengalir ke dalam sistem.

2) Penyebab Dasar

a. Inadequate Change and Facilities


Tidak dilakukannya seabed survey / kajian
dengan kondisi lapangan yang terbaru
b. Inadequate assessment of needs and risks
Tidak dilakukan kajian risiko sebelum dilakukan
pekerjaan pengeboran
Gambar 3.7. Wellhead yang terbakar c. Inadequate Instructions/ Procedures & Failure to
Communicate/Coordinate
Instruksi/prosedur yang tidak lengkap
ANALISIS PENYEBAB KEJADIAN d. Inadequate Maintenance and Inspection
Tidak bekerjanya sistem emergency shutdown.
1) Penyebab Langsung e. Lack of Knowledge & Skill
Prosedur evakuasi dari platform dan pemadaman
a. Inadequate Condition of Floor / Surface api tidak dipahami dengan baik oleh pekerja
Amblasnya salah satu kaki jack up rig saat pada saat keadaan darurat

PEMBELAJARAN DAN REKOMENDASI

Sebagai pembelajaran agar kejadian yang 2. Pemeliharaan sistem instrumentasi pada


serupa tidak terulang kembali pada kegiatan emergency shutdown system harus dilakukan
usaha migas, maka berikut ini ada beberapa secara berkala sesuai dengan prosedur yang
rekomendasi yang perlu mendapat perhatian telah ditetapkan
antara lain: 3. Pelatihan tanggap darurat harus dilaksanakan
secara rutin sesuai dengan prosedur yang
1. Setiap kegiatan pengeboran atau kegiatan telah ditetapkan dan dilakukan procedure
operasional yang sudah lama tidak dilakukan review secara berkala
harus dibuat kajian ulang tentang analisis
risiko yang komprehensif antara lain seabed
survey dan lain-lain

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


73
Bagian III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

III.1. KECELAKAAN HULU MIGAS

III.1.4. KEBAKARAN PADA THERMAL OXIDIZER (TOX)


CPP GUNDIH PT PERTAMINA EP ASSET 4 FIELD CEPU

PENDAHULUAN

Pada hari Kamis, 9 April 2020 sekitar pukul 09.31 PT Pertamina EP Asset 4 terdiri dari Field Cepu,
wib telah terjadi kebakaran pada bagian Top Thermal Field Poleng, Field Sukowati, Field Donggi-Matindok
Oxidizer Unit (TOX) di Central Processing Plant (CPP) dan Field Papua. Fasilitas pemurnian gas CPP
Gundih Pertamina EP Asset-4 Field Cepu. Bagian Gundih berlokasi di Field Cepu dengan wilayah
yang terbakar merupakan Waste Heat Recovery Unit kuasa pertambangannya berada pada tiga kabupaten
(WHRU) yang terletak di atas ruang bakar (combustion yaitu Kabupaten Blora, Kabupaten Bojonegoro dan
chamber) TOX. Di dalam WHRU terpasang sejumlah Kabupaten Tuban.
unit hot oil coil tubes yang terbuat dari baja karbon
dengan spesifikasi ASTM A-106 Gr.B dan dengan
design metal temperature 561°F (294°C).

Gambar 3.8. Landscape CPP Gundih

Fasilitas pemurnian CPP Gundih, memproses gas sebesar 46 MMSCFD (50 BBTUD) dan kondensat
sumur-sumur produksi dan injeksi Lapangan Gundih sebesar 460 BCPD. Komposisi gas yang diproses
sebanyak 10 sumur yang terdiri dari 9 sumur produksi selain gas alam, juga ada CO2 (20%) dan H2S (5200
dan satu sumur injeksi. Saat ini produksi Lapangan ppm), sehingga lapangan ini juga mempunyai produk
Gundih adalah feed gas sebesar 68 MMSCFD, sales sulfur berupa pellet dan slurry.

74 Vol. 4
KRONOLOGI KEJADIAN

• Kamis 9 April 2020 Pukul 07.00 WIB, Operasi • Pukul 09.09 WIB, Untuk menjaga sirkulasi hot
Normal: oil di dalam TOx, maka dilakukan start pompa
- Gas Turbin Generator (GTG) yang beroperasi emergency P-1304 (kapasitas 10% dari pompa
tiga unit yaitu GTG A, GTG C dan GTG D dari sirkulasi hot oil).
total empat unit GTG yaitu GTG A, GTG B, • Pukul 09.10 WIB, Terjadi indikasi kenaikan level
GTG C dan GTG D. dan tekanan pada Expansion Drum (D- 1301) yang
- Pompa Motor Booster Solvent Acid Gas Removal terbaca di Distributed Control System (DCS).
Unit yang sedang beroperasi satu unit yaitu • Pukul 09.21 WIB, Running GTG B (GTG yang
P-0202 A dari total dua unit pompa yaitu beroperasi menjadi 2 unit yaitu GTG A dan GTG
P-0202 A dan P-0202 B. B).
- Pompa sirkulasi hot oil yang beroperasi dua • Pukul 09.22 WIB, Sales menuju PT SPP ditutup
unit yaitu P-1301 B dan P-1301 C dari total karena Gas Off Spec terbaca di monitoring system
empat unit pompa yaitu P-1301 A, P-1301 B, di CPP Gundih dan PT SPP.
P-1301 C dan P-1304 (emergency pump). • Pukul 09.25 WIB, Pada saat akan running P-1301
• Pukul 09.07 WIB, A, terjadi over flow hot oil dari expansion drum (D-
- Schedule Switching pompa motor P-0202 A 1301) sehingga Operator di lapangan tidak dapat
ke P-0202 B (Pompa Booster Solvent Acid Gas melakukan start pompa karena kondisi hot oil panas
Removal Unit) sesuai dengan jadwal running (posisi P-1301 A berada di bawah venting D-1301).
hours pompa. Operator kemudian menuju ke Security Safety Office
- Pada saat dilakukan start pompa P-0202B, untuk mengambil APD (baju tahan api).
GTG C dan GTG D mengalami Trip. GTG A • Pukul 09.31 WIB, Muncul api di top TOX (Thermal
masih dalam keadaan beroperasi. Oxidizer).
- Akibat dari GTG C dan GTG D mengalami trip, • Pukul 09.32 WIB, Emergency Shut Down (ESD)
Pompa sirkulasi Hot Oil Non Esensial (P-1301 diaktifkan melalui Distributed Control System
B dan P-1301 C) shut off. (DCS).
- Pompa P-1301 A belum dapat di-running • Pukul 09.36 WIB, Tim PKD melakukan cooling di
dikarenakan untuk menghidupkan satu unit area TOX (Thermal Oxidizer) dengan menggunakan
pompa hot oil membutuhkan dua unit GTG SCBA dan pengukuran kandungan gas H2S.
running. • Pukul 10.21 WIB, Operator menurunkan level
- Operator akan menghidupkan GTG B, Expansion drum (D-1301) melalui drain ke sump
namun memerlukan waktu untuk start up drum (D-1302) dengan tujuan untuk mengurangi
yaitu menunggu tekanan udara mencukupi level hot oil di Waste Heat Recovery Unit (WHRU).
kebutuhan start up GTG (kebutuhan 140 psig • Pukul 10.36 WIB, Api di top TOX berhasil
sedangkan tekanan yang tersedia 138 psig). dipadamkan dan dilanjutkan proses cooling.

FAKTA DAN TEMUAN

Berdasarkan data yang disampaikan Tim Pertamina • Pompa Hot Oil 1301 B dan C shut off mengakibatkan
EP Asset 4, melalui rapat video conference diperoleh aliran fluida hot oil menurun, operator mengatasi
urutan (sequence) kejadian sebagai berikut: dengan menjalankan Pompa Emergency Sirkulasi
• Operator menjalankan pompa 0202B pompa Hot Oil P-1304 (kapasitas 10% pompa hot oil
Amine System AGRU, tiba-tiba GTG C dan G P-1301 A/B/C).
mengalami trip sehingga suplai listrik ke unit
proses terganggu (power failure).

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


75
Bagian III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

III.1. KECELAKAAN HULU MIGAS

• Berkurangnya aliran Hot Oil mengakibatkan suhu di chamber (WHRU) meningkat mencapai
terjadi kenaikan level dan tekanan pada Expansion 1864 0F (setting temperatur maksimal 1550
Drum (D-1301) sehingga kemudian terjadi 0F); Burner tetap menyala, tidak mati pada setting
overflow. temperature.
• Unit GTG B dapat dioperasikan kembali, tetapi • Kondisi ini mengakibatkan short-term overheating
operator tidak berhasil menjalankan pompa pada hot oil coil tube di area convection section
P-1301 A karena kondisi posisinya berada di (WHRU).
bawah venting D-1301. Operator mengambil • Overheating mengakibatkan tube Hot Oil WHRU
APD dan dalam periode waktu itulah terjadi bocor dan terjadi semburan hot oil.
kebakaran. • Semburan hot oil dalam kondisi panas, langsung
• Berkurangnya aliran Hot Oil mengakibatkan menyala dan terjadi kebakaran.

Gambar 3.9. Unit yang terbakar

ANALISIS PENYEBAB KEJADIAN

1) Penyebab Langsung Faktor-faktor yang berkontribusi pada kejadian


kebakaran:
Defective Tool/Equipment & Inadequate a. Gas Turbine Generator (GTG) Failure
Operational Mode Terdapat empat unit GTG A/B/C/D dengan
Pecahnya tube coil dari hot oil system karena kapasitas masing-masing 2,25 MW. Dalam
short time overheating di area convection section kondisi normal, ada tiga unit (unit GTG A,
(WHRU) sehingga minyak panas menyembur C dan D) yang beroperasi dan 1 (satu) unit
masuk ruang chamber dengan suhu tinggi yang standby (GTG B).
menyebabkan terjadinya kebakaran.

76 Vol. 4
Gambar 3.10. Process Area CPP Gundih

Kedua generator trip ini terjadi karena adanya Pre-Incident Planning CPP Gundih sebanyak
Ground Fault sewaktu menghidupkan Pompa 30 skenario, tidak tersedia skenario khusus
Amine System (Pompa Booster Solvent AGRU): untuk kegagalan tenaga akibat tripnya
P-0202B, dengan tujuan switch dari pompa generator GTG. Hanya secara umum, ada
P-0202A yang dilakukan setiap 2 minggu. skenario gangguan operasi yang tidak spesifik
Akibat tripnya dua generator sekaligus, maka untuk generator GTG failure.
suplai listrik ke unit proses langsung turun.
b. Hot Oil Circulation Pump Failure
Kemungkinan lain terjadinya trip pada Pompa sirkulasi hot oil yang beroperasi dua
GTG ada hubungannya dengan kegagalan/ unit yaitu P-1301 B & C dari total empat
kerusakan pada hot path component(s) dari GTG unit pompa sirkulasi yaitu P-1301 A/B/C dan
tersebut. Umumnya hot path component(s) P-1304 (emergency pump). Untuk catatan
ini memiliki umur yang terbatas, maximum kapasitas debit aliran pompa emergency ini
4x overhaul (atau 4x 25.000 service hours), sangat kecil, hanya 10% dibandingkan masing-
tetapi bisa juga lebih pendek tergantung pada masing pompa sirkulasi normal P-1301 A/BC.
kondisi operasi dan/atau maintenance. Yang
termasuk hot path component(s) pada GTG Pada pukul 09.09 AM pompa sirkulasi
meliputi a.l. : combustion liner, transition piece, emergency kapasitas kecil (spec 10% kapasitas
nozzle (vane) dan rotating blades, dengan suhu pompa utama) menyala otomatis. Karena
operasi bisa mencapai 800-1100 0C. Masalah untuk menjalankan pompa sirkulasi esensial
kegagalan pada hot path component(s) ini juga P-1301 A, butuh dua generator beroperasi
sebagai akibat inadequate of maintenance. sekaligus.

Dengan tidak berfungsinya 2 (dua) unit Dalam waktu 16 menit, hanya pompa sirkulasi
GTG ini dan berkurangnya pasokan listrik ke emergency hot oil yang beroperasi dengan
unit proses, maka keadaan ini sudah dapat kapasitas 10% dari pompa sirkulasi normal.
digolongkan sebagai Power Failure. Dalam

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


77
Bagian III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

III.1. KECELAKAAN HULU MIGAS

c. Coil Tube @ WHRU Failure TOX, terlihat tidak ada interlock shutdown
Di dalam WHRU terpasang unit hot oil coil TSHH pada hot oil tube yang akan menutup
tubes yang terbuat dari baja karbon dengan suplai fuel gas ke furnace. Fuel gas distop secara
spesifikasi ASTM A-106 Gr.B, dan dengan manual.
design metal temperature 561°F (294°C).
2) Penyebab Dasar
Dari informasi yang diperoleh, pada saat
kejadian kebakaran, tercatat bahwa tube a. Lack of Risk Assesment
metal temperature sempat mencapai 1864°F Dari review HAZOPS yang telah dilakukan
atau sekitar 1000°C. Saat itu burner yang mengenai Hot Oil System ditemukan bahwa
terpasang dibagian bawah ruang bakar tetap dampak low flow dan high temperature
menyala. Diketahui bahwa LDMT (limiting terhadap hot oil tube tidak dideteksi.
design metal temperature) material tube yang Akibatnya kemungkinan terjadinya kebocoran
terbuat dari ASTM A-106 Gr B adalah sekitar akibat pipa over pressure atau over heating
540°C. Dengan kondisi tersebut diduga tidak dikaji.
kuat bahwa hot oil coil tubes di WHRU telah
mengalami short-term overheating, sehingga Dalam kajian HAZOPS, harusnya jika safety
dalam hitungan menit sejak temperatur guard temperature alarm high berfungsi
mencapai diatas 540°C tube akan pecah dengan baik akan dapat memberikan signal ke
(burst) dan menimbulkan semburan hot oil operator untuk mematikan burner atau secara
yang disertai dengan kebakaran. Penyebab otomatis dapat dilakukan interlock untuk plant
short-term overheating pada coil tube adalah shutdown. Waktu yang tercatat sejak GTG
berkurangnya debit aliran hot oil akibat mati (09.07) sampai terjadinya kebakaran
kegagalan pompa, sedangkan burner tetap (09.31) adalah 24 menit, waktu yang cukup
menyala. lama untuk memanaskan hot oil tube.

d. Pompa Amine System (Pompa Booster b. Lack of Engineering


Solvent AGRU) Failure Dari sudut keteknikan secara umum, instalasi
Sesuai skedul switching dari pompa P-0202A, CPP sudah memenuhi persyaratan, bahkan
pindah dengan menghidupkan pompa sudah memiliki SKPI. Namun dengan kejadian
P-0202B. Terjadi ground fault pada sistem ini masih terlihat ada beberapa aspek yang
pompa P-0202B yang menyebabkan kedua perlu ditingkatkan terutama menyangkut
generator GTG C & D trip. Diduga terdapat process safety pada unit WHRU.
control failure pada unit proteksi relay SEPAM
Schneider. Verifikasi lanjut dari vendor c. Lack of Maintenance
diperlukan. (lihat lampiran FTA). Tidak bekerjanya sistem intrumentasi di
TOX seperti TE,TT, TAHH pada setting design
e. Burner Control Failure temperature karena kurang memadai program
Jika terjadi process upset, memang burner akan pemeliharaan instrumentasi di unit peralatan
tetap menyala. Dari skematik P&ID sistem tersebut.

78 Vol. 4
PEMBELAJARAN DAN REKOMENDASI

Sebagai pembelajaran agar kejadian yang 4. Melakukan Failure Analysis terhadap semua
serupa tidak terulang kembali pada kegiatan peralatan/equipment yang terdampak oleh
usaha migas, maka berikut ini ada beberapa kebakaran ini, khususnya untuk bagian hot oil
rekomendasi yang perlu mendapat perhatian coil tubes yang bocor.
antara lain: 5. Menentukan root cause terjadinya “trip” pada
1. Melakukan inspeksi ulang seluruh peralatan, GTG berikut dengan upaya pencegahan agar
terutama yang sudah melampaui batas kejadian serupa tidak terjadi lagi.
inspeksinya. 6. Menganalisis kembali kebutuhan organisasi
2. Memutakhirkan dengan mengulang kembali untuk mengoperasikan instalasi dengan aman
HAZOPS yang ada terutama untuk hot oil terutama untuk menghadapi kondisi darurat.
system dan sistem kelistrikan (electrical 7. Menyempurnakan SOP untuk menangani
Hazops), antara lain shedding system. keadaan anomali sehingga pekerja/operator
3. Melakukan pemeriksaan/inspeksi secara dapat mengambil tindakan dengan cepat
mendalam, termasuk melakukan Residual Life dan benar khususnya untuk kondisi spesifik
Assessment (RLA) terhadap status kondisi seperti halnya kegagalan tenaga (power
hot oil coil tubes apakah masih layak dipakai failure).
lagi atau harus dilakukan penggantian tube 8. Meningkatkan skill & knowledge para pekerja/
(retubing) secara keseluruhan mengingat operator khususnya dalam masalah process
tube wall temperature saat kejadian tercatat safety tentang menangani keadaan anomali
mencapai temperatur sekitar 1,000 0C. (darurat)

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


79
Bagian III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

III.1. KECELAKAAN HULU MIGAS

III.1.5. KECELAKAAN FATAL DI PT PERTAMINA HULU


KALIMANTAN TIMUR

PENDAHULUAN

Pada tanggal 20 April 2020 terjadi kecelakaan fatal di Kalimantan sebelumnya dikelola Chevron Indonesia
Lapangan Melangin, PT Pertamina Hulu Kalimantan Co. (CICo) memiliki 15 lapangan dimana salah satu
Timur (PHKT) pada pekerjaan perawatan sumur saat nya adalah Lapangan Melangin
memasang master link ke hook crane untuk mereposisi
Injector Head (IH) menggunakan crane di barge. Asset yang dikelola PHKT antara lain terdiri dari 73
Anjungan Lepas Pantai (Platform), lebih dari 624,484
PT PHKT merupakan salah satu anak perusahaan km pipa bawah laut (465,755 km pipa aktif) dan 3
PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI) yang mengelola fasilitas darat, dengan kapasitas produksi sekitar
Wilayah Kerja (WK) eks terminasi, yaitu WK East 11,176 BOPD dan 56 mmscfd gas.
Kalimantan & Attaka. Wilayah Kerja (WK) East

KRONOLOGI KEJADIAN

Pada hari Senin tanggal 20 April 2020, bertempat (IP) ditugaskan membantu pelaksanaan pekerjaan
di Melangin Platform, perusahaan melakukan ini.
pekerjaan perawatan sumur (stabbing) dengan cara
memasang master link ke hook crane untuk mereposisi IP telah siap berdiri di atas injector head dengan
Injector Head (IH) menggunakan crane di barge. Untuk menggunakan alat pelindung diri (APD) yang lengkap
mendapatkan jangkauan dan sudut penggunaan termasuk harness yang diikatkan pada shackle goose
crane platform yang lebih baik, seorang asisten teknisi neck.

Gambar 3.11. Dokumentasi Kejadian

80 Vol. 4
Saat kondisi laut tenang, signal man memberikan kondisi laut kembali tenang, signal man memberikan
signal untuk menurunkan crane hoist agar bisa instruksi agar hoist diturunkan untuk melepas hand
dipasang pada master link IH. Tiba-tiba terjadi ombak rail yang tersangkut di hook crane. Tiba-tiba ombak
besar, akibatnya hoist block terayun ke arah gas buster besar kembali terjadi, akibatnya hoist mengayun liar
(disebelah injector) sehingga hook crane tersangkut di bersama handrail yang tersangkut. Signal man lalu
handrail gas buster dan handrail tersebut terlepas. Saat memberikan signal agar hoist dinaikkan.

Gambar 3.12. Sketsa Lokasi Kejadian

Pada saat hoist naik, hoist terayun dan handrail • Pukul 10.45 Dokter dan MERT Tirta Rajawali
tersangkut di injector yang menyebabkan injector telah melakukan penanganan awal dengan secure
terangkat miring 50 cm dan injector tumbang Primary Survey
bersama IP. Pada saat jatuh, helm IP terlepas dan • Pukul 11.00 IP mengalami Cardiac Arrest (henti
kepala IP membentur master link yang ada di lantai jantung henti napas). Sudah dilakukan penanganan
Top Deck. ACLS (Advance Cardiac Life Support) selama 45
menit. Namun IP tetap tidak ada respon. Pupil
Selanjutnya dilakukan penanganan segera kepada IP midriasis maksimal, refleks cahaya negatif, refleks
yakni: kornea negatif, akral dingin.
• Menghentikan pekerjaan dan mengaktifkan MERT • Pukul 11.45 WITA, IP dinyatakan meninggal dunia
(Medical Emergency Response Team) di lokasi oleh Barge Doctor

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


81
Bagian III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

III.1. KECELAKAAN HULU MIGAS

FAKTA DAN TEMUAN

• Injector Head (IH) yang diserahkan untuk proses terkait aman tidaknya kondisi rolling and pitching
maintenance pada awal kontrak dilengkapi barge.
dengan extension sling. • Pekerjaan pengangkatan menunggu hingga
• Pada saat diterima setelah maintenance (yang kondisi rolling and pitching barge dalam kondisi
digunakan saat insiden) tidak dilengkapi dengan aman (pitching/rolling < 2 degree).
extension sling. • Surat Izin Kerja Aman (SIKA) untuk pekerjaan
• Pemeriksaan alat sebelum pekerjaan dimulai pengangkatan CTU tidak direvalidasi lagi oleh
(commissioning inspection) untuk awal kontrak Coil Pengawas Tenaga Kerja/Kontraktor (PTK) &
Tubing Unit (CTU) tidak mencakup pemeriksaan Performing Authority (PA) terkait dengan adanya
persyaratan master link equipment. bahaya/risiko alun ombak terhadap pekerjaan
• Sebelum pengangkatan CTU dimulai, crane pengangkatan.
operator berkomunikasi dengan radio operator

Gambar 3.13. Ilustrasi IP Naik ke atas Injector Head

• Crane operator memutuskan untuk mulai • Proses verification and validation (V&V) tidak
melakukan proses pengangkatan CTU (dengan diterapkan pada perawatan sumur karena
menurunkan hoist crane) saat kondisi laut sudah keterbatasan jumlah personnel V&V di lapangan.
tenang tanpa mempertimbangkan faktor interval • Pengangkatan dilakukan dalam kondisi crane
alunan ombak terjadinya rolling and pitching barge. operator tidak dapat melihat pergerakan beban
• Signal man yang bertugas saat kejadian tidak (blind lift).
kompeten dan penugasannya tidak melalui • IP dan/atau signal man diperkirakan masuk
proses verification and validation (V&V) untuk kategori pegawai yang harus mengikuti proses
pekerjaan perawatan sumur. Short Service Employee (SSE) namun proses
tersebut tidak dilaksanakan.

82 Vol. 4
Program SSE membantu memastikan bahwa • Kelemahan TKO (prosedur) Lifting & Rigging
semua orang di lokasi kerja aman dan mengambil Standard.
tindakan pencegahan yang tepat ketika bekerja - QA/QC commissioning inspection tidak
dengan seseorang di lokasi kerja yang mungkin mencakup pemeriksaan persyaratan ukuran
baru atau memiliki pengalaman yang lebih sedikit masterlink (4 kaki dari deck) pada equipment
daripada kru lainnya. sebagaimana ukuran yang disyaratkan pada
Proses SSE secara definisi tidak mencakup kontrak.
pekerja yang belum familiar terhadap kondisi - Tidak terdapat QA/QC process pada
kerja & area kerja sebagai SSE. equipment yang selesai dilakukan maintenance
• Prosedur untuk melakukan securing guy line tidak oleh pihak kontraktor
menjelaskan secara lengkap persyaratan teknis - Tidak terdapat QA/QC process pada
dalam melakukan securing guy line. equipment yang dikirim oleh pihak kontraktor
• Lifting Plan: saat diterima di Port Supply Base (PSB).
- Tidak mencakup risiko dan mitigasi terkait • Pekerjaan pengangkatan CTU berlangsung dalam
blind lift dalam kondisi laut bergelombang kondisi berisiko (terjadinya alun ombak). Sesuai
- Tidak mencakup batasan interval waktu yang SWP untuk Critical Roles setiap personnel yang
aman (allowable) terhadap terjadinya alun bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang
ombak dilakukan harus familiar terhadap proses kerja
- Tidak mencakup risiko terkait tahapan pekerja (CTU job) dan lokasi kerja (offshore platform).
yang naik ke atas IH saat memasang masterlink • Signal man gagal dalam mengarahkan crane
• Pengaturan terkait batasan alun ombak (pitching operator dalam mengelola pergerakan hook crane
and rolling) serta intervalnya untuk pekerjaan yang terayun liar secara aman sehingga membuat
pengangkatan tidak terdapat di dalam Safe hook tersangkut pada IH dan membuat IH
Working Procedure (SWP) Lifting and Rigging terangkat.
PHKT.

Gambar 3.14. Kondisi Lokasi Tempat Kerja

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


83
Bagian III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

III.1. KECELAKAAN HULU MIGAS

• Personnel yang ditunjuk oleh tim sebagai signal untuk menggunakan sling yang mencegah
man dalam pekerjaan pengangkatan tidak pekerja naik ke atas equipment untuk memasang
kompeten (qualified and authorized) karena tidak masterlink).
memiliki bukti kompetensi SIO Migas & bukti • Tidak ada pekerja yang melakukan upaya
training CLOVER (SIMPER untuk Lifting and pencegahan terhadap tindakan tidak aman
Rigging). yang dilakukan IP yang naik ke atas IH saat akan
• IP melakukan tindakan tidak aman dengan berada melakukan pemasangan masterlink pada hook
dan berdiri di atas IH untuk memasang master link crane.
pada hook crane (harness dikaitkan bukan pada • Para pekerja yang terlibat pada pekerjaan
independent anchor point). saat insiden terjadi tidak memahami konsep
• Pihak kontraktor mengirim equipment IH keselamatan terkait bekerja di ketinggian
pengganti dengan sling yang berukuran pendek (Working at Height/WAH).
dan tanpa extension sling (kontrak mensyaratkan

ANALISIS PENYEBAB KEJADIAN

1) Penyebab Langsung • Proses V&V tidak diterapkan


• QA/QC pada commissioning inspection dan
a. Unsafe Act penerimaan equipment tidak diterapkan
• IP berdiri di lokasi yang tidak stabil dengan baik
• Mengoperasikan crane dalam kondisi
berbahaya b. Lack of Knowledge (Skill)
• IP tidak menggunakan peralatan • Signal man tidak memiliki kompetensi
keselamatan lengkap • Para pekerja tidak memahami bahaya di
• Crane Operator langsung melakukan tempat kerja
proses pengangkatan CTU tanpa • Para pekerja tidak memiliki sertifikasi yang
mempertimbangkan faktor interval alunan dipersyaratkan
ombak terjadinya rolling and pitching barge
• Crane operator tidak dapat melihat c. Inadequate Tool Equipment
pergerakan beban (blind lift) • IH tidak dilengkapi dengan extension sling

b. Unsafe Condition d. Inadequate Change


• Hoist yang tersangkut handrail terayun dan • Pekerjaan perawatan sumur (stabbing)
membentur IH di lepas pantai tidak mengindentifikasi
• Kondisi laut yang tidak stabil adanya perubahan kondisi laut / alunan
• IH tidak dilengkapi dengan extension sling ombak (rolling and pitching barge) terhadap
• Proses V&V pada pekerjaan perawatan tongkang (barge)
sumur tidak diterapkan
e. Inadequate Leadership
2) Penyebab Dasar • Untuk pekerjaan terpadu tidak
a. Inadequate Work Procedure Standard dipersyaratkan dalam satu kontrak
• SIKA tidak dijalan dengan baik (personil barge berbeda kontrak dengan IP
• SSE tidak dijalankan dengan baik dan signal man yang bekerja di platform)

84 Vol. 4
PEMBELAJARAN DAN REKOMENDASI

Sebagai pembelajaran agar kejadian yang 3. Memastikan semua prosedur kerja tentang
serupa tidak terulang kembali pada kegiatan Lifting Operation di lepas pantai telah
usaha migas, maka berikut ini ada beberapa mempertimbangkan faktor cuaca serta
rekomendasi yang perlu mendapat perhatian pergerakan barge, baik untuk dynamic maupun
antara lain: blind lifting.
4. Memastikan penerapan prosedur
1. Memastikan setiap kontraktor sebelum Simultaneous Operations (SIMOPS) untuk
mobilisasi dan bekerja ke wilayah kuasa mengidentifikasikan pekerjaan yang secara
pertambangan memiliki perencanaan (HSE simultan dilakukan oleh dua atau lebih
Plan) yang baik tentang Keselamatan Migas, kontraktor yang berbeda dalam satu lokasi
kajian risiko dan kompetensi personil. pekerjaan.
2. Memastikan agar analisis risiko untuk 5. Memastikan CSMS telah dijalankan secara
pekerjaan yang berisiko tinggi telah efektif, disosialisasikan, dikomunikasikan dan
diverifikasi dan divalidasi oleh personil yang dipahami oleh semua pihak terkait.
kompeten dan independen.

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


85
Bagian III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

III.1. KECELAKAAN HULU MIGAS

III.1.6. KECELAKAAN FATAL


DI PT PERTAMINA EP ASSET 1 FIELD RAMBA

PENDAHULUAN

Pada hari Rabu tanggal 6 Mei 2020 sekitar PT Pertamina EP (PEP) Asset 1 Field Ramba adalah
pukul 01.00 WIB terjadi kecelakaan saat sedang satu dari lapangan produksi PEP Asset 1, yang
berlangsung pekerjaan well service sumur RB # 43 merupakan bagian dari unit usaha PT Pertamina EP
di Pertamina Rig #1 wilayah operasi PT Pertamina (PEP) yang bergerak di kegiatan usaha hulu Migas di
EP Asset 1 Ramba Field, Sumatera Selatan yang Indonesia, yang meliputi beberapa lapangan operasi
mengakibatkan seorang pekerja cidera dan kemudian produksi antara lain Rantau Field, Pangkalan Susu
meninggal setelah upaya medis dilakukan. Field, Lirik Field, Jambi Field, dan Ramba Field.

Gambar 3.15. Peta Ramba Field

Pada tahun 2020 ini, produksi minyak bumi dari PEP 276 sumur dalam status ditangguhkan, 26 sumur
Asset 1 Ramba Field berada di kisaran 4.600 - 4.800 pengamatan, 44 sumur injeksi air, dan 36 sumur yang
BOPD. Adapun jumlah sumur yang dikelola berjumlah sudah ditinggalkan.
561 sumur yang terdiri dari 179 sumur produksi,

86 Vol. 4
KRONOLOGI KEJADIAN

• Senin, 4 Mei 2020 – Selasa, 5 Mei 2020 oleh derrickman dari atas monkeyboard. Setiap
- Program perawatan sumur / pembersihan scale rabbit diluncurkan oleh derrickman ke dalam
pada well RB-43 dimulai dengan menggunakan tubing, rabbit akan jatuh di matting board.
Rig # 01.
Catatan: Rabbit adalah piranti yang dijatuhkan,
• Rabu, 6 Mei 2020 ditarik, didorong melalui bagian pipa untuk
- Pekerjaan memasukkan rangkaian pipa memastikan bahwa pipa dapat dilalui oleh
produksi (RPP) ke dalam sumur (sudah sampai piranti itu dengan bebas (Referensi: SNI 13-
joint tubing ke-66) 6910-2002 Operasi pemboran darat dan lepas
- Sebelum koneksi tubing tersebut dimasukkan pantai yang aman di Indonesia – Pelaksanaan)
ke sumur, terlebih dahulu dilakukan drift test

Gambar 3.16. (a) Contoh Rabbit (b) Ilustrasi Drift Test

• Pukul 01.00 WIB,


- Korban (seorang Tool Pusher) naik ke working stick dengan posisi tubuh berjongkok di pinggir
platform pada saat tubing joint ke-68 akan tubing door dan berhasil. Pada saat bersamaan
dimasukkan ke dalam sumur. roustabout sedang melaksanakan perhitungan
- Korban membantu mengambil rabbit yang tubing yang berada di pipe rack atas perintah
berada di atas matting board menggunakan dari korban.

Gambar 3.17. Ilustrasi posisi korban saat berusaha mengait rabbit menggunakan stick

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


87
Bagian III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

III.1. KECELAKAAN HULU MIGAS

- Selanjutnya pada saat menyambung rangkaian sehingga terjatuh ke matting board landasan
tubing joint ke-70, korban melakukan tubing tersebut (tinggi 1,72 meter), pinggul
pengambilan rabbit kembali dengan mendarat terlebih dahulu (terduduk),
menggunakan bantuan stick untuk drift test berdasarkan keterangan langsung dari korban
tubing berikutnya. Pada saat mengambil dan saksi yang menolong korban.
rabbit, korban kehilangan keseimbangan

Gambar 3.18. Ilustrasi posisi korban setelah terjatuh

- Korban dievakuasi dari matting board - Pemeriksaan kedua dilakukan oleh dokter
menggunakan tandu tipe stretcher oleh crew klinik yang bertugas dengan hasil yang sama
lainnya, dan dilakukan pengecekan fisik oleh dimana tidak ditemukan adanya indikasi
HSE Officer Rig dimana tidak ada luka terbuka benturan di area kepala. Anggota tubuh
dan korban masih bisa berkomunikasi. bagian atas maupun bawah dapat digerakkan.
Korban merasakan sakit pada bagian - Dilakukan pemeriksaan auskultasi tidak
pinggang. didapatkan kelainan. Pupil mata isokhor.
- Pengawas rig segera melaporkan kejadian ke Tidak terdapat defisit neurologis. refleks
pimpinan Work-over/Well Services (WOWS) fisiologis (+), refleks patologis (-).
Ramba dan membawa korban ke medic - Dilakukan pengukuran tanda-tanda vital
di Ramba camp menggunakan kendaraan (TTV), pemberian O2 dan pemberian
double cabin. analgetik suppos, pasien dalam keadaan
sadar (GCS 15. TD: 120/80mmHg, N: 95x/i
• Pukul 02.08 WIB, dan RR: 22x/i).
- Korban tiba di klinik Ramba langsung - Selanjutnya korban diminta istirahat di
ditangani paramedis, diberikan oksigen dan medical Ramba.
dilakukan pemeriksaan fisik.
- Pemeriksaan fisik yang dilakukan yaitu
pengamatan visual dan pemeriksaan palpasi • Pukul 07.35 WIB,
oleh paramedik dan tidak ditemukan adanya - Korban dirujuk ke RS Sekayu untuk
luka terbuka dan kesakitan saat dilakukan mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut
palpasi. tentang keluhan nyeri pinggang.

88 Vol. 4
- Telah disiapkan ambulans untuk proses • Pukul 20.00 WIB
evakuasi namun korban tidak mau berbaring - Pasien disiapkan untuk dipindah dari RSUD
sehingga proses evakuasi dilakukan Sekayu ke RS Charitas.
menggunakan mobil operasi milik kontraktor. - Selanjutnya korban diberangkatkan dari
- Dalam perjalanan, korban dalam kondisi RSUD Sekayu ke RS Charitas menggunakan
sadar dan dapat berkomunikasi dengan baik ambulans dimana korban mengalami
(GCS: 15, TD: 140/90 mmHg, N: 97x/i, dan penurunan kesadaran
RR: 22/i). Setelah itu, korban mengalami
muntah. • Kamis, 7 Mei pukul 01.00 WIB
- Field Manager Ramba baru diinformasikan - Dilakukan pemeriksaan CT Scan dan
tentang insiden yang terjadi pada pagi hari didapatkan diagnosa ICH Multiple Frontal
sekitar jam masuk kantor. Tidak diberitahu dan Parietal kanan.
langsung sesaat setelah kejadian sekitar - Pukul 05.00 WIB Dokter Klinik Ramba terus
pukul 01.00 WIB dinihari. berkomunikasi dengan dokter jaga ICU TS
Charitas untuk mendapat informasi kondisi
• Pukul 10.50 WIB korban. Didapatkan data pasien terintubasi,
- Korban sampai di RSUD Sekayu.dan dilakukan TD: 150/90 mmHg, RR: 23, HR:146, saturasi
pemeriksaan fisik dan rontgen Pelvis 100% dengan ETT.
- Korban masih kondisi sadar (GCS 15) dan - Pukul 06.30 WIB Dokter Ramba
tidak ada luka pada seluruh permukaan tubuh menghubungi Dokter Jaga ICU untuk
berdasarkan keterangan dokter IGD RSUD memastikan keadaan pasien dan pasien akan
Sekayu . dirawat selanjutnya oleh dokter spesialis
- Diketahui juga korban mengalami muntah bedah syaraf.
cairan yang kedua. - Pukul 16.27 WIB Dokter spesialis bedah
syaraf melakukan observasi didapatkan
• Pukul 13.00 WIB diagnosa Contusio Cerebri Delayed. (~ 10
- Pada saat di observasi korban muntah yang jam).
ketiga kali.
- Muntah yang ketiga ini terdapat darah, maka • Jumat, 8 Mei pukul 15.30 WIB
pihak RSUD Sekayu melakukan tindakan - Kondisi korban menurun (Drip norepinephrine
berupa CT Scan kepala, didapatkan hasil terakhir tekanan darah 90/70 mmHg HR 69
pendarahan otak. x per menit SPO2 100% dengan ventilator.
Dokter spesialis bedah syaraf memberikan
• Pukul 14.45 WIB saran untuk terapi konservatif kepada pihak
- Dokter Ramba Field menelpon dokter jaga keluarga.
IGD Sekayu untuk memastikan keadaan
pasien. Didapatkan data kesadaran pasien • Sabtu 9 Mei (H+3), pukul 07.30 WIB
turun dari GCS 15 menjadi GCS 14 dan - Kondisi korban terus menurun (TD 104/72
terdapat perdarahan di otak (ICH/Intra Cranial mmHg dengan sisa Drip norepinephrine
Hemorrhage) + Suspect Fracture Compression. kemarin sore. HR 71 RR 12 x per menit.
- RSUD Sekayu mulai membuka komunikasi Dengan ventilator SPO2 99%.
dengan RS Hermina dan RS Charitas - Pukul 08.30 WIB Keluarga menandatangani
Palembang dan dirujuk ke ahli bedah syaraf. persetujuan untuk melepas ventilator
- Sebelum pasien dirujuk, dilakukan - Pukul 11.05 WIB Korban dinyatakan
pemeriksaan Rontgen Thorax dan pemeriksaan meninggal.
Rapid Test. (Protap rujukan saat Pandemi
Covid-19 untuk memastikan keadaan pasien).

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


89
Bagian III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

III.1. KECELAKAAN HULU MIGAS

FAKTA DAN TEMUAN

PT Pertamina EP telah memiliki dokumen SOP yang Yang terjadi di lapangan adalah, rangkaian tubing yang
dinamakan Tata Kerja Individu (TKI) Masuk Rangkaian sudah diangkat dari sumur disusun secara vertikal,
Pipa Produksi (RPP) No. C-053/A2/EP3100/2018-S0 disandarkan di monkeyboard bagian atasnya dan
yang dikeluarkan tanggal 1 Agustus 2018. Pada bagian bawah bertumpu di matting board. Tubing yang
halaman dalam prosedur tersebut menyebutkan disusun vertikal ini terdiri dari 2 joints sekaligus. Tubing
tahapan masuk rangkaian tubing yaitu: tersebut ditumpukan di atas matting board karena
memang tinggi mongkeyboard yang sudah sedemikian
a. Mengangkat, menyusun, dan membersihkan rupa. Apabila monkeyboard lebih tinggi biasanya tubing
tubing di pipe rack, mengukur panjang dan drift ditumpukan di rig floor. Namun tidak seluruh tubing
Internal Diameter (ID) disusun vertikal karena keterbatasan ruang, sehingga
b. Pengangkatan tubing ke working floor/rig floor, sebagian tubing lagi disusun di pipe rack.
penyambungan tubing (connection) dan masuk
rangkaian tubing sesuai kedalaman program kerja. Praktik drift test terhadap tubing tidak dilaksanakan di
pipe rack, melainkan dilakukan pada tubing yang sudah
Didalam TKI ini dijelaskan bahwa setelah tubing tersusun vertikal sebagaimana tersebut di atas, dan
dibawa ke lokasi oleh kendaraan tertentu dan rabbit dimasukkan ke dalam tubing oleh derrickman
telah tersusun di pipe rack, selanjutnya dilakukan dan kemudian rabbit sampai di matting board untuk
pembersihan thread koneksi tubing dan drift test diambil dan dinaikkan kembali ke monkeyboard untuk
menggunakan rabbit yang dimasukkan ke dalam tubing drift test selanjutnya.
sesuai ukurannya.

Gambar 3.19. Ilustrasi tubing yang terdiri dari 2 joints disambung dan disusun vertikal di monkeyboard dan bertumpu
di matting board

90 Vol. 4
Praktik seperti ini tidak diatur di dalam Prosedur Setelah dilakukan CT Scan di RSUD Sekayu,
Perusahaan. barulah diketahui korban mengalami pendarahan
otak (ICH/Intra Cranial Hemorrhage) + Suspect
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa Fracture Compression. Selanjutnya dirujuk ke RS
praktik demikian sudah lama dilaksanakan dan sudah Charitas Palembang setelah mengalami muntah
menjadi kebiasaan pekerja di lapangan serta hal ini sampai 3 kali dan muncul darah pada muntah yang
juga sebetulnya sudah diketahui sebagian pekerja di ketiga. Berdasarkan hasil CT Scan di RS Charitas
Ramba Field. Palembang didapatkan diagnosa ICH Multiple
Frontal dan Parietal kanan yang selanjutnya oleh
Terlepas dari fakta bahwa praktik yang dilaksanakan Dokter spesialis bedah syaraf korban didiagnosa
para personil di lapangan belum/tidak diatur Contusio Cerebri Delayed.
perusahaan, korban yang berposisi sebagai tool
pusher berinisiatif untuk membantu mengambil Antara keterangan korban, HSE Officer, Paramedik,
rabbit yang sudah ada di matting board. Posisi dan Dokter Field Ramba dibandingkan hasil
korban ada di tubing door pada rig floor, gestur diagnosa berdasarkan CT Scan belum dapat
badan jongkok dengan sedikit membungkuk dan ditarik kesimpulan hubungannya. Kapan terjadinya
tangan kanan memegang “stick” untuk mengaitkan benturan di kepala belum dapat disimpulkan, data
ke simpul tali pada rabbit sebelum diangkat ke rig yang dimiliki yaitu hanya ketika korban jatuh dari rig
floor lalu diangkat kembali ke monkeyboard untuk floor.
drift test selanjutnya.
Tidak ada dokter atau paramedik di lokasi pekerjaan
Korban berhasil mengambil rabbit untuk drift test sumur RB-43. Tidak ada mobil ambulans di lokasi.
koneksi tubing ke-68, pada saat akan mengambil Korban dibawa menggunakan mobil “double cabin”
rabbit untuk drift test selanjutnya korban dilaporkan di kursi baris kedua dengan posisi seperti tidur
hilang keseimbangan dan terjatuh. tetapi bagian kepala dipangku rekan kerjanya.
Kondisi tidak disediakannya ambulans di lokasi
Tidak ada keterangan dari saksi atau korban banyak terjadi khususnya di pekerjaan perawatan
mengapa korban kehilangan keseimbangan. Tidak sumur. Untuk pekerjaan pengeboran secara umum
ada laporan korban tersenggol rekan atau peralatan selalu disediakan ambulans di lokasi sumur.
di rig floor, tidak ada keterangan apakah korban
tergelincir walaupun sekitar 4 jam sebelumnya Berdasarkan wawancara diketahui bahwa waktu
kegiatan dihentikan sementara karena hujan deras. tempuh dari lokasi sumur ke klinik Ramba Field
visibilitas dilaporkan baik, tidak ada keluhan fisik adalah sekitar 1 jam. Korban dibawa ke RSUD
dari korban. Sekayu, namun menolak menggunakan mobil
ambulans sehingga mengunakan mobil lapangan
Berdasarkan wawancara, tidak ada saksi yang perusahaan (double cabin) dengan alasan sakit
melihat langsung bagaimana korban terjatuh. pinggang tidak nyaman berbaring. Protokol
Korban menyampaikan bahwa yang terbentur Covid-19 di RS juga turut menambah waktu yang
adalah bagian pingggul. Rekan lain menemukan diperlukan untuk penanganan korban.
korban dalam posisi terduduk di matting board
dengan safety helmet masih terpasang di kepala. Berdasarkan wawancara, Company Man
Berdasarkan observasi visual oleh HSE Officer di menyampaikan bahwa ia bertanggung jawab 24
lokasi, paramedik dan dokter dari Ramba Field, serta jam dalam sehari. Adapun waktu istirahat beliau
observasi awal di RSUD Sekayu tidak ditemukan ketika senggang dan kira-kira kondisi aman
indikasi luka luar di seluruh tubuh. Korban masih terkendali sesuai tahap pekerjaan di lapangan.
dapat berkomunikasi dengan baik. Korban hanya Pada saat kejadian korban terjatuh, beliau berada
mengeluh sakit pinggang dan sempat muntah di sekitar lokasi sumur namun sedang beristirahat
pertama kali. di dalam mobil. Kebijakan dan praktik seperti ini

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


91
Bagian III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

III.1. KECELAKAAN HULU MIGAS

meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan akibat Individu (TKI) Masuk Rangkaian Pipa Produksi
kurangnya pengawasan akibat kelelahan dan/ (RPP) No. C-053/A2/EP3100/2018-S0 yang
atau berkurangnya motivasi kerja. Company Man dikeluarkan tanggal 1 Agustus 2018 khususnya
juga mengakui tidak familiar dengan isi Tata Kerja terkait drifting tubular atau drift test.

ANALISIS PENYEBAB KEJADIAN

1) Penyebab Langsung mengambil rabbit yang kedua kali (tubing joint ke-
70) setelah sebelumnya yang pertama kali baik-
Penyebab langsung kejadian kecelakaan lebih baik saja (tubing joint ke-68). Korban naik ke atas
disebabkan oleh tindakan tidak aman. Tindakan rig floor kemungkinan karena seorang floorman
tidak aman yang dimaksud dapat dijabarkan sebagai terpaksa menggantikan posisi derrickman
berikut: yang sakit. Berdasarkan wawancara, aktivitas
mengambil rabbit tersebut biasanya dilakukan
a. Gagal mengikuti prosedur oleh floorman juga dengan cara yang relatif sama
Kegiatan drifting pipa produksi yang dilakukan dan berpegangan ke pagar rig floor. Diduga korban
bersama kru rig lainnya tidak sesuai dengan tidak berpegangan ke pagar rig floor. Apabila
prosedur Tata Kerja Individu (TKI) Masuk sedang tidak sibuk, rabbit juga bisa diambilkan
Rangkaian Pipa Produksi (RPP) No. C-053/ oleh roustabout dengan cara mengambilkan dari
A2/EP3100/2018-S0 yang dikeluarkan bawah dan mengantarnya ke rig floor.
tanggal 1 Agustus 2018. Tindakan mengambil d. Gagal memperingatkan
rabbit di matting board dari rig floor tidak Dalam hal ini, Company Man yang bertugas
ada di dalam prosedur tersebut sehingga sebagai pengawas lapangan telah gagal untuk
dalam hal ini terjadi pelanggaran prosedur. menjaga agar kegiatan dilaksanakan sesuai
Berdasarkan wawancara, aktivitas yang prosedur yang berlaku. Berdasarkan wawancara,
tidak sesuai prosedur tersebut sebenarnya diketahui bahwa Company Man yang bertugas
sudah lama dipraktikkan di Ramba Field. tidak mengetahui secara detail prosedur Tata
Kerja Individu (TKI) Masuk Rangkaian Pipa
b. Posisi tubuh tidak aman Produksi (RPP) No. C-053/A2/EP3100/2018-S0
Tubing door pada dasarnya adalah bagian dari rig tersebut di atas, dan bahkan membiarkan para
floor sebagai jalur tempat keluar masuk rangkaian kru yang bekerja mempraktikkan metode drift test
terkait pipa produksi. Pada saat tidak ada pipa lain yang tidak diatur dalam prosedur tersebut.
produksi yang akan dinaikkan atau diturunkan Berdasarkan wawancara, Company Man juga
maka digunakan rantai pengaman untuk menutup belum terlalu memahami isi seluruh prosedur TKI
area terbuka menghindari pekerja terjatuh. tersebut.
Namun yang terjadi adalah korban melakukan
aktivitas lain di tubing door yaitu berjongkok Beberapa potensi lain dari sisi kondisi tidak aman
dan berusaha mengait rabbit di matting board, yang mungkin menjadi faktor yang berkontribusi
dan pada saat itu rantai pengaman juga tidak menyebabkan korban terjatuh antara lain:
disiapkan.
a. Lingkungan tidak aman
c. Operasi tanpa otorisasi Pada tanggal 05 Mei, pukul 20.30 - 21.00
Tindakan korban mengambil rabbit adalah WIB pekerjaan dihentikan sementara karena
merupakan inisiatif sendiri. Berdasarkan hujan deras karena dianggap unsafe condition.
wawancara, korban terjatuh pada saat akan Setelahnya pekerjaan dilanjutkan kembali

92 Vol. 4
seperti biasa sejak pukul 21.00 WIB tersebut. berdasarkan dua faktor yaitu Faktor Pekerjaan (Job
Berdasarkan wawancara dilaporkan oleh salah Factor) dan Faktor Pribadi (Personal Factor).
satu kru bahwa kondisi rig floor masih agak licin.
Namun demikian, korban terjatuh tanggal 06 a. Dari sisi Faktor Pekerjaan (Job Factor)
Mei Pukul 01.00 WIB hanya dilaporkan hilang • Penyebab dasar kejadian kecelakaan adalah
keseimbangan dan tidak ada saksi mata yang Kurangnya Pengawasan / Kepemimpinan.
mengetahui apakah korban sempat tergelincir
atau tidak. Berdasarkan keterangan beberapa orang yang
diwawancarai, pada dasarnya kegiatan drift
b. Pelindung / Pembatas tidak layak test dalam posisi tubing vertikal sebagaimana
Pada dasarnya pekerja di rig floor tidak dibekali dibahas dalam bab sebelumnya sudah lama
dengan body harness. Untuk melindungi pekerja dipraktikkan di Ramba Field.
dari terjatuh maka digunakan pagar pembatas
di sekeliling rig floor. Khusus untuk di tubing door Namun manajemen PT Pertamina EP
(atau v-door) biasanya dipasang rantai pengaman khususnya di Asset 1 cenderung membiarkan
bila tidak ada pipa yang naik turun. Dengan praktik tersebut. Selain itu, Company
menyadari kondisi tanpa body harness dan rantai Man sebagai pengawas yang mewakili PT
pada tubing door tidak terpasang kondisi menjadi Pertamina EP di lapangan tidak mengetahui
tidak aman apabila ada pekerja yang beraktivitas secara detail prosedur Tata Kerja Individu
di sekitar tubing door tersebut. (TKI) Masuk Rangkaian Pipa Produksi (RPP)
No. C-053/A2/EP3100/2018-S0 yang
c. Ruang kerja sempit / terbatas berlaku yang mana didalamnya mengatur
Pada saat kejadian, di atas rig floor terdapat bahwa drift test dilakukan di pipe rack dalam
empat orang, yaitu driller, dua orang floorman, posisi tubing horisontal.
dan korban (Tool Pusher), yang ikut naik
membantu untuk mengambil rabbit. Pada Setelah ditetapkan pada tahun 2018, prosedur
koneksi tubing joint ke-68, dilaporkan bahwa ini seharusnya sudah tersosialisasikan dan
korban membantu mengambil rabbit pertama diawasi pelaksanaannya oleh Company Man
kali pada saat itu dan berhasil. Namun pada saat yang bertugas. Untuk memastikan bahwa
akan dilakukan drift test untuk koneksi tubing pelaksanaan Tata Kerja yang berlaku telah
joint ke-70, ketika mengambil rabbit untuk kedua dijalankan dengan baik juga menjadi tugas
kali, korban terjatuh. Mengingat bahwa kedua dan tanggung jawab Kepala Teknik dan
floorman sedang beraktivitas di rig floor, ada Manajemen PT Pertamina EP. Apabila praktik
kemungkinan floorman bersinggungan tubuh drift test dalam metode lain akan diakomodir,
dengan korban ataupun bersinggungan dengan maka wajib dilakukan terlebih dahulu kajian
peralatan yang dioperasikan floorman. Akan risiko sebelum dimasukkan dalam revisi
tetapi terkait dugaan ini, tidak ada laporan rekan prosedur kerja atau Tata Kerja Individu yang
kerja maupun dari korban. berlaku. Terbukti bahwa praktik mengambil
rabbit yang dilakukan korban adalah
d. Penerangan tidak layak berbahaya.
Berdasarkan wawancara visibilitas dilaporkan
cukup baik namun bagaimana penglihatan korban • Terlepas dari tidak dijalankannya prosedur
tidak diketahui pasti. yang berlaku, Prosedur kerja yang berlaku
tidak cukup komprehensif.
2) Penyebab Dasar

Berdasarkan hasil analisis, tim menyimpulkan


beberapa penyebab dasar kejadian kecelakaan

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


93
Bagian III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

III.1. KECELAKAAN HULU MIGAS

Prosedur kerja yang berlaku dalam hal ini Tata tidak ada keluhan. Ada kesan bahwa Tool Pusher
Kerja Individu (TKI) Masuk Rangkaian Pipa ingin membantu dengan terjun langsung ke rig
Produksi (RPP), hanya menjelaskan sedikit floor agar pekerjaan lebih cepat diselesaikan.
mengenai drift test. TKI sekilas menjelaskan
bahwa setelah tersusun di pipe rack, tubing c. Kurang Pengendalian (Lack of Control) terhadap
dibersihkan, diukur panjangnya, dan dilakukan penyebab dasar kejadian
drift test sebelum diangkat ke rig floor. Tidak Awal dari semua penyebab dasar kejadian
jelas tahapan-tahapan kerja dalam drift test kecelakaan adalah akibat kurangnya pengendalian
yang dimaksud, dan juga pembagian tugas (lack of control) dari Pimpinan Perusahaan.
dan tanggung jawab tidak disebutkan secara Pimpinan Perusahaan telah gagal mengetahui
spesifik. dan bahkan terkesan sudah lama membiarkan
para pekerja di lapangan melakukan praktik
• Faktor pekerjaan lain yang mungkin pekerjaan yang tidak sesuai prosedur. Selain itu,
berkontribusi menjadi penyebab dasar yaitu prosedur yang telah ada dan berlaku pun masih
jumlah pekerja yang kurang. kurang mendetail menjelaskan tahapan-tahapan
Korban secara inisiatif naik ke rig floor untuk kerja dan tugas tanggung jawab masing-masing
membantu mengambil rabbit, berdasarkan pekerja di dalamnya.
wawancara, salah seorang floorman dilaporkan
naik ke monkeyboard untuk menggantikan Terkait hal ini, dengan mengacu kepada
derrickman yang sedang sakit. Walaupun Pedoman Sistem Manajemen HSSE PT
korban selaku Tool Pusher adalah tenaga ahli Pertamina EP No. A-001/A3/EP0300/2018-S0
tertinggi di lokasi, floorman lebih terbiasa Revisi 5 yang berlaku sejak 1 Mei tahun 2018,
melakukan pekerjaan tersebut (walaupun terdapat kelemahan pelaksanaan Elemen 1.
aktivitas tersebut tidak diatur dalam prosedur Kepemimpinan dan Akuntabilitas sub elemen
yang berlaku). Komitmen Manajemen, disebutkan bahwa
seluruh manajemen di tingkat pusat hingga
b. Dari sisi Faktor Pribadi (Personal Factor) pimpinan unit kerja terkecil harus menunjukkan
• Dapat disimpulkan bahwa kejadian kecelakaan sikap kepemimpinan dan memiliki komitmen
dipicu akibat kurangnya pengetahuan untuk selalu menerapkan dan meningkatkan
terhadap risiko bahaya dari kegiatan yang kinerja HSSE.
dilakukan.
Selain Elemen 1 tersebut di atas, perlu
Korban dan para kru lain telah melanggar diperhatikan juga Elemen 3. Organisasi, Tanggung
prosedur kerja yang berlaku dan melakukan Jawab, Sumber Daya, dan Pemenuhan Peraturan/
praktik metode lain yang belum ada kajian Standar sub elemen Tanggung Jawab Manajemen
resikonya. Korban seharusnya mengetahui yang menyebutkan bahwa Pimpinan Fungsi
bahwa posisi atau tempat dia berusaha HSSE dan Pimpinan Fungsi mempunyai tanggung
mengambil rabbit dengan stick di tubing door jawab antara lain meninjau ulang kebijakan HSSE
adalah bukan posisi yang aman. minimal setiap tiga tahun sekali.

• Dari kemungkinan-kemungkinan lain antara


lain kondisi fisik dan mental korban dilaporkan

94 Vol. 4
PEMBELAJARAN DAN REKOMENDASI

Sebagai pembelajaran agar kejadian yang Kerja Individu sesuai jenis pekerjaannya
serupa tidak terulang kembali pada kegiatan agar disosialisasikan secara berkala kepada
usaha migas, maka berikut ini ada beberapa Pengawas di lapangan (Company Man) dan
rekomendasi yang perlu mendapat perhatian kemudian kepada para pekerja di lapangan.
antara lain: 5. Mengevaluasi kembali penanganan bagi
1. Meningkatkan frekuensi “management pekerja yang terjatuh atau terkena benturan
walk through” khususnya untuk memeriksa agar sesegera mungkin dilakukan pemeriksaan
penerapan prosedur kerja. radiologi di RS tanpa melalui penanganan di
2. Melakukan peninjauan ulang kebijakan Field ramba yang peralatannya terbatas.
keselamatan kerja khususnya terkait 6. Menyediakan kendaraan ambulans dan
pekerjaan drifting tubular. tenaga medis di lokasi sumur yang sedang ada
3. Prosedur atau Tata Kerja Individu (TKI) Masuk kegiatan pengeboran dan kerja ulang sumur.
Rangkaian Pipa Produksi agar dilakukan 7. Mengevaluasi pemberlakukan durasi kerja
revisi mengingat kurang detailnya prosedur satu orang Company Man yang bertanggung
terkait kegiatan drifting pipa produksi. Hal- jawab selama 24 jam penuh di lokasi tanpa
hal yang perlu didetailkan antara lain proses jam kerja dan jam istirahat yang jelas.
tahapan kerja serta pembagian tugas dan 8. Menerapkan program reward and punishment.
tanggung jawab personil yang terlibat. Bagi pekerja yang berprestasi dan
4. Memastikan Company Man sebagai pengawas menjalankan pekerjaan dengan baik diberi
di lapangan mengetahui dan memahami rewards, sebaliknya yang tidak mengikuti
seluruh prosedur kerja yang telah disusun prosedur dengan konsisten perlu diberi
Perusahaan serta memastikan kepatuhan punishment.
para kru di lapangan. Prosedur atau Tata

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


95
Bagian III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

III.1. KECELAKAAN HULU MIGAS

III.1.7. KECELAKAAN FATAL


DI PT PERTAMINA HULU SANGA SANGA

PENDAHULUAN

Pada tanggal 4 November 2020 terjadi kecelakaan Wilayah Kerja (WK) eks terminasi WK Sanga Sanga.
fatal yang menimpa seorang pekerja kontraktor
PT Pertamina Hulu Sanga Sanga (PT PHSS) ketika PT PHSS mulai aktif beroperasi sejak Agustus 2018
melaksanakan pengerjaan pengecoran beton dengan mengelola sebuah wilayah dengan luas sekitar 1,942
menggunakan truk concrete mixing. km2 di Teluk Kutai, Kalimantan Timur yang terdiri
dari 73 Sumur, 4 fasilitas pengolahan minyak dan gas,
PT PHSS merupakan salah satu anak perusahaan PT lebih dari 624,484 km pipa penyalur. Produksi saat
Pertamina Hulu Indonesia (PT PHI) yang mengelola ini sekitar 11,176 BOPD dan 56 MMSCFD gas.

KRONOLOGI KEJADIAN

Pekerja/korban mengalami kecelakaan pada


lengan kanan bagian atas terkena concrete
mixing yang beroperasi dan mengakibatkan
luka terbuka dengan pendarahan pada saat
sedang memegang selang air untuk persiapan
pembuatan beton. Setelah dilakukan tindakan
medis, korban dinyatakan meninggal dunia.

Uraian kejadian secara lengkap sebagai


berikut:

• 4 November 2020
Pekerjaan pengecoran pembuatan beton
menggunakan mixer truck yang telah
dimodifikasi dengan menambah hopper di
bagian belakang truk.

• Pukul 13.10 WITA


- Operator mixer truck menghidupkan
mesin mixer.
Gambar 3.20. Wilayah Kerja Sanga Sanga

96 Vol. 4
• Pukul 13.26 WITA • Pukul 13.40 WITA
- IP naik ke atas truck mixer (berdiri di atas - Dokter klinik PT PHSS melakukan upaya
platform) dan meminta sekop kepada rekan penghentian pendarahan dan imobilisasi
kerja di bawahnya. Kondisi platform tempat IP tangan. Dokter memasang infus untuk
berdiri sempit mengganti cairan tubuh dan memberikan obat
- Loading material semen dengan menggunakan anti nyeri.
excavator ke dalam mixer - Kondisi IP sadar, normal dan stabil (denyut
nadi, pernafasan dan tekanan darah normal).
• Pukul 13.28 WITA
- IP memperbaiki posisi selang untuk
mengarahkan air ke dalam hole mixer. IP diduga • Pukul 15.00 WITA
memasukan tangannya ke dekat mixer yang - IP selanjutnya dirujuk ke rumah sakit
berputar akibatnya lengan kanan atas bagian Siaga Al Munawarah di Samarinda dengan
dalam tergerus sehingga menyebabkan luka menggunakan ambulans.
terbuka. - IP dalam kondisi sadar dan stabil, pendarahan
- IP berteriak “stop mesin“ kepada operator terkontrol.
mixer untuk menghentikan mesin sambil
mengayunkan tangan kirinya. • Pukul 16:05 – 17:55 WITA
- Operator mixer mendengar IP berteriak dan - Korban tiba di RS dan direncanakan untuk
segera menekan tombol Emergency Shutdown dilakukan tindakan operasi.
(ESD). - Kondisi korban mengalami penurunan dan
- Korban di evakuasi oleh rekan kerjanya dibawa ke ruang operasi untuk operasi darurat.
dari atas platform ke tempat yang aman dan - Korban mengalami henti jantung dan dilakukan
diberikan tindakan P3K. Selanjutnya IP dalam tindakan resusitasi namun tidak berhasil.
kondisi sadar dan stabil dibawa ke klinik - Pukul 17:55 korban dinyatakan meninggal
PT PHSS dengan menggunakan kendaraan dunia.
operasi.

FAKTA DAN TEMUAN

• Bundwall burn pit di Badak Plant mengalami batu split) dan mencampurnya untuk menjadi
kerusakan sehingga perlu diperbaiki. Persiapan beton siap pakai.
pembuatan campuran beton dilakukan di atas • Dari gambar terlihat adanya celah sempit antara
truk mixer yang telah dimodifikasi di dekat lokasi bagian bawah hopper dan lubang mixer yang
burn pit. digunakan untuk mengalirkan air dan memeriksa
• Kontraktor melakukan modifikasi pada truk mixer kondisi campuran material beton. Di sisi kanan
dengan cara memasang hopper di bagian belakang belakang ada platform kecil untuk pekerja
truk untuk menuang bahan beton (semen dan memeriksa kondisi campuran beton.

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


97
Bagian III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

III.1. KECELAKAAN HULU MIGAS

Hopper yang ditambahkan di belakang mixer


untuk menuang material beton.

Bagian bawah
hopper untuk
mengalirkan
material ke mixer.
Karet hitam
digunakan untuk
mengikat selang air

Gambar 3.21. Truk Mixer yang dimodifikasi

• IP adalah pekerja kontraktor berpengalaman pelatihan tentang K3. IP ditugaskan untuk


sebagai helper dan memiliki pengetahuan tentang menggantikan pekerjaan foreman tetapi IP tidak
pencampuran beton serta sudah mengikuti pernah berpengalaman sebagai seorang foreman.

98 Vol. 4
Gambar 3.22. Reka Ulang Posisi Korban Sesaat Sebelum Kejadian

• Kontraktor telah melakukan kajian risiko (JSA) jangan menggunakan pakaian yang longgar.
sebagai persiapan pekerjaan. Di dalam JSA • Kontraktor telah mendapat SIKA dari PT PHSS.
disebutkan adanya bahaya posisi tangan yang Dari dokumen izin kerja ini, tidak disebutkan
tidak aman (terjepit) pada saat memasukkan adanya bahaya tangan terjepit pada saat bekerja
material beton ke dalam mixer, namun tidak dekat dengan mixer dan hopper. Selain itu juga
menjelaskan tentang bahaya peralatan tidak disyaratkan penilaian risiko bekerja di
yang berputar. Sebagai tindak pengendalian ketinggian.
disebutkan antara lain memasukkan material • Korban dirujuk ke RS Siaga yang tidak termasuk
dengan aman (tidak dijelaskan lebih lanjut) dan ke dalam daftar rumah sakit rujukan di Samarinda.

ANALISIS PENYEBAB KEJADIAN

1) Penyebab Langsung truk/mixer yang telah dikaji dan disetujui


oleh PT PHSS tidak tersedia.
a. Tidak ada pelindung (Inadequate Guards • Risiko, ijin kerja dan toolbox talk tidak
or Barriers), Tidak ada rambu peringatan secara spesifik menyebutkan bahaya mixer
(Inadequate Warning System). yang berputar dan dapat mengakibatkan
b. Instruksi/prosedur yang tidak lengkap tangan terjepit.
(Inadequate Instructions/ Procedures), Failure to c. Posisi pekerja tidak aman (Improper Position
Communicate/Coordinate for Task). IP bekerja di tempat kerja yang
• Dokumen manajemen perubahan sempit dan dekat dengan peralatan yang
(Management of Change) untuk perubahan berputar (mixer) tanpa ada penghalang fisik.

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


99
Bagian III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

III.1. KECELAKAAN HULU MIGAS

d. Inadequate monitoring standard of standard. b. Kajian kebutuhan dan risiko tidak memadai
Tidak tepat memilih rumah sakit rujukan. (Inadequate assessment of needs and risks).
Rumah sakit rujukan biasanya sudah di-review/ Ijin kerja /SIKA dan analisis risiko tidak secara
diaudit oleh perusahaan tentang kelengkapan spesifik menyebutkan bahaya dan risiko untuk
sarana dan prasarananya, keahlian dan pekerjaan pencampuran material beton yang
kompetensi tenaga medisnya, serta cepat dan dilakukan pada mixer yang sudah dimodifikasi.
akuratnya membantu proses penanganan c. Prosedur dan komunikasi penugasan tidak
korban keadaan darurat. memadai (Inadequate communication /
implementation / procedure, practices or
2) Penyebab Dasar guidelines).
IP mengerjakan sesuatu yang bukan tugas­
a. Manajemen perubahan tidak memadai nya tanpa adanya analisis pekerjaan dan
(Inadequate management of change). kompetensi secara jelas.
Kontraktor melakukan modifikasi truk d. Lack of Knowledge / Skill
mixer tanpa melakukan analisis risiko yang IP belum diberikan pelatihan/penjelasan
mendalam. Perubahan dilakukan pada truk/ setelah truk/mixer dimodifikasi, termasuk
mixer dengan memasang hopper di belakang identifikasi bahaya mixer berputar dan cara
truk tanpa menyediakan tempat yang kerja aman terkait bahaya tersebut.
aman bagi pekerja yang naik ke atas untuk
memeriksa.

PEMBELAJARAN DAN REKOMENDASI

Sebagai pembelajaran agar kejadian yang kerja, inspeksi terhadap semua peralatan dan
serupa tidak terulang kembali pada kegiatan material yang akan dikirim ke lokasi kerja.
usaha migas, maka berikut ini ada beberapa 3. Memastikan semua prosedur kerja aman yang
rekomendasi yang perlu mendapat perhatian telah ditetapkan (CSMS, MOC, SIKA, dan
antara lain: lain-lain) harus dilaksanakan secara disiplin
1. Memastikan bahwa setiap perubahan dan konsisten sesuai dengan prosedur dan
pada suatu kegiatan, peralatan, dan/ atau dilakukan audit secara berkala.
organisasi yang mengandung risiko tinggi 4. Memastikan bahwa prosedur tanggap
wajib dilengkapi dengan Manajemen darurat telah ditetapkan, diimplementasikan
Perubahan (Management of Change), dan dilakukan latihan simulasi untuk berbagai
termasuk analisis risiko sebelum perubahan skenario. Sebagai contoh penentuan rumah
dilakukan. Sebagai contoh modifikasi sakit rujukan mempertimbangkan faktor-
peralatan truk mixer dan penugasan helper faktor antara lain fasilitas/sarana, kompetensi
sebagai foreman. tenaga medis, jarak/lokasi dan lain-lain,
2. Memastikan agar setiap kontraktor sehingga penanganannya dapat dilakukan
menerapkan CSMS Pre-Job Activity sebelum dengan tepat dan cepat.
memulai kegiatan seperti mobilisasi ke area

100 Vol. 4
III.1.8. KECELAKAAN FATAL
PT PERTAMINA HULU ROKAN

PENDAHULUAN

Pada tanggal 09 Desember 2021 telah terjadi PT PHR adalah operator pengelola Wilayah Kerja
kecelakaan fatal pada kegiatan rig move Airlangga-55 (WK) Rokan meliputi 104 lapangan yang semuanya
dari sumur Bekasap-P14 ke sumur Bekasap-206 berlokasi di Provinsi Riau. Beberapa lapangan
yang berada di wilayah kerja PT Pertamina Hulu terbesar WK Rokan antara lain Minas, Duri, Bangko,
Rokan (PHR), Provinsi Riau. Bekasap, Balam South, Kotabatak, Petani, Pematang,
Petapahan dan Pager, dengan kapasitas produksi
161 ribu barel per hari.

KRONOLOGI KEJADIAN

• Tanggal 09 Desember 2021 dilakukan kegiatan kepalanya keluar jendela cabin dan menoleh ke
rig move Airlangga-55 dari sumur Bekasap-P14 arah belakang agar dapat melihat ke arah gantry
ke sumur Bekasap-206. yang sedang ditegakkan.
• Sekitar pukul 20.00 WIB, satu unit truk • Operator crane menggulung wire dari crane agar
lowbed carrier yang memuat sebuah crawler selalu dalam kondisi “under tension” sehingga
crane (kapasitas 55 ton) tiba di lokasi Sumur tidak kusut.
Bekasap-206. • Tanpa disadari oleh operator crane (karena yang
Boom pada crawler crane disandarkan pada bersangkutan melihat ke belakang ke arah gantry
dudukan berbentuk gawang yang dapat dipindah- crane) boom crane kemudian terangkat.
pindahkan untuk menopang boom selama berada • Dua orang swamper yang berdiri di dekat lowbed
di atas lowbed carrier. carrier tanpa menunggu aba-aba dari operator
• Kegiatan penurunan crawler crane dari lowbed crane spontan bersama naik ke atas lantai lowbed
carrier pun dimulai dengan membuka tali pengikat untuk menggeser dudukan gawang penopang
dan menurunkan ramp door sambil menunggu boom.
operator crane yang sedang beristirahat. • Ketika gawang sedang digeser, tiba-tiba boom
• Operator crane tiba di lokasi Sumur Bekasap-206 crane terjatuh dan mengenai kepala dari salah
dan masuk ke dalam cabin crane untuk satu swamper (IP) dan IP jatuh tergeletak di lantai
mengoperasikan crane yang akan diturunkan dari lowbed carrier.
lowbed carrier. • IP segera dibawa dengan ambulans ke fasilitas
• Operator crane menghidupkan mesin lalu medis yang terletak di dalam Duri Camp dan
menegakkan gantry yang terletak di belakang kemudian dinyatakan meninggal pada pukul
cabin. Operator crane harus menjulurkan 21.30 WIB.

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


101
Bagian III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

III.1. KECELAKAAN HULU MIGAS

FAKTA DAN TEMUAN

• Kegiatan pengeboran yang dilakukan di WK Rokan ketika itu yang bersangkutan baru pertama kalinya
berlangsung sangat masif dan membutuhkan mengoperasikan crane dengan tipe tersebut.
banyak tenaga short service employee (SSE). • Baik operator crane maupun swamper dilaporkan/
Banyak diantara tenaga SSE tersebut tidak diketahui tidak pernah memperoleh penjelasan
memiliki pengalaman yang memadai. secara tertulis tentang prosedur penurunan crane
• Operator crane saat kecelakaan bertindak sebagai dari lowbed carrier.
operator pengganti (yang bersangkutan sudah • Boom crane mengalami deformasi permanen pada
selesai jadwal shift ketika kecelakaan terjadi) dan bagian yang berbenturan dengan dudukan boom.

Gambar 3.23. Foto Crane Saat Kejadian

ANALISIS PENYEBAB KEJADIAN

1) Penyebab Langsung
b. Operator crane mengoperasikan peralatan dengan
a. Boom crane tidak berfungsi dengan baik, dapat cara tidak aman (sambil menoleh ke belakang).
bergerak naik turun tanpa dikendalikan oleh c. IP berada pada posisi tidak aman, tepat dibawah
operator. boom crane.

102 Vol. 4
2) Penyebab Dasar
c. Inadequate maintenance / inspection
a. Lack of Knowledge / Skill Boom crane tidak berfungsi dengan baik, dapat
Operator crane belum berpengalaman bergerak tanpa kendali operator.
mengoperasikan jenis crane ini. d. Inadequate Assessment of Operational Readiness
Pekerja swamper direkrut dari kontrak SSE Sebelum kegiatan rig move, tidak dilakukan JSA
sehingga belum menguasai kondisi pekerjaan. secara komprehensif sejak lokasi keberangkatan,
b. Lack of Supervision sepanjang perjalanan dan sampai di lokasi.
Pekerjaan dilakukan tanpa pengawasan kerja. Tidak dilakukan pre-use inspection sebelum
mengoperasikan crane.

Gambar 3.24. Truk Mixer yang dimodifikasi

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


103
Bagian III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

III.1. KECELAKAAN HULU MIGAS

PEMBELAJARAN DAN REKOMENDASI

Sebagai pembelajaran agar kejadian yang terlibat dalam kegiatan menurunkan crane
serupa tidak terulang kembali pada kegiatan dari lowbed.
usaha migas, maka berikut ini ada beberapa 3. Memastikan kontrak SSE dilaksanakan
rekomendasi yang perlu mendapat perhatian dengan disiplin dan baik yang meliputi
antara lain: proses perekrutan, assessmen kompetensi
1. Memastikan agar JSA (Job Safety Analysis) dan program pendampingan kepada kru SSE
dilaksanakan untuk setiap kegiatan. Sebagai yang masih belum berpengalaman bekerja di
contoh kegiatan menurunkan crane dari kegiatan operasi pertambangan migas.
lowbed dan dikomunikasikan dalam tool box 4. Memastikan adanya prosedur keselamatan
meeting. operasi tertulis yang detil dan menjadi acuan
2. Memastikan agar setiap kegiatan yang dalam pelaksanaan setiap kegiatan operasi di
berisiko harus ada pengawas pekerjaan. lapangan dan memastikan prosedur tersebut
Sebagai contoh harus ada pengawas yang dimengerti/dipahami dan diterapkan oleh
mengawasi dan memberikan aba-aba yang setiap pekerja.
jelas dan dimengerti oleh setiap kru yang

104 Vol. 4
III.2.1. KEBAKARAN DI SPBU PT SHELL INDONESIA

PENDAHULUAN

Pada tanggal 1 Januari 2020 sekitar pukul 21.09 WIB dispenser islands dimana masing-masing dilengkapi
telah terjadi kebakaran di SPBU PT Shell Indonesia, dua dispenser. SPBU ini juga mempunyai 6 unit
jalan Daan Mogot, Jakarta Barat. Sebelumnya terjadi tangki pendam untuk tiga produk (Diesel, Super dan
hujan lebat dan banjir yang merendam area SPBU. V Power) dengan kapasitas setiap tangki sebesar
Kebakaran berasal dari BBM yang keluar dari tangki 45 kilo liter (kl). Tangki pendam yang digunakan
pendam akibat kemasukan air banjir. merupakan tangki double wall yang dilengkapi
Automatic Tank Gauge (ATG) dan overfill alarm. SPBU
SPBU Daan Mogot adalah SPBU milik SHELL juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti
yang mulai beroperasi sekitar tahun 2007, dengan coffee shop dan bengkel perbaikan kendaraan.
mempekerjakan sekitar 40 orang. SPBU memiliki tiga

Gambar 3.25. Kondisi SPBU Setelah Kebakaran

KRONOLOGI KEJADIAN

• Tanggal 31 Desember 2019, sejak tengah malam kontraktor jasa perbaikan/maintenance SPBU.
Jakarta dilanda hujan deras dan terjadi banjir Pihak kontraktor menyarankan petugas untuk
mengaktifkan emergency shutdown system.
• Tanggal 1 Januari 2020 - Pukul 12.02 WIB, alarm menyala di tangki
- Sekitar pukul 09.00 WIB banjir mulai memasuki pendam No 3 menunjukan angka 45,507 liter
area SPBU dan menutupi area pengisian BBM. yang mengindikasikan terjadi overfill pada
- Pukul 11.51 WIB, petugas yang berada di lokasi tangki yang diduga akibat masuknya air ke
mencium bau BBM dan segera menghubungi dalam tangki pendam.

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


105
Bagian III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

III.2. KECELAKAAN HILIR MIGAS

Gambar 3.26. Air menggenangi area SPBU

- Pukul 12.10 WIB, petugas menutup lokasi diantaranya area forecourt (toko), pintu masuk
SPBU dengan memasang barikade di pintu dan pintu keluar.
masuk dan pintu keluar SPBU. - Pukul 21.09 WIB, staf melihat api merambat
- Pukul 16.52 WIB, petugas menghubungi di atas permukaan air. Setelah api berhenti
kontraktor pemeliharaan untuk datang ke merambat, staf langsung menjalankan sistem
lokasi, namun teknisi pemeliharaan mengalami tanggap darurat kebakaran. Seorang petugas
kesulitan untuk mencapai lokasi karena banjir. langsung mematikan seluruh instalasi listrik
- Pukul 17.00 WIB, para petugas bersiaga di dan mengecek apakah aman untuk melewati
berbagai lokasi dimana terus tercium bau BBM genangan air di depan toko.

Gambar 3.27. Kebakaran pada Area SPBU

106 Vol. 4
- Pukul 21.11 WIB, setelah dinyatakan aman, lokasi untuk membantu pengamanan lokasi.
petugas kembali ke dalam toko dan membawa - Pukul 23.33 WIB, staff Shell pertama tiba di
2 buah alat pemadam api ringan (APAR) keluar. lokasi untuk melakukan koordinasi keadaan
dua orang petugas lain juga keluar untuk darurat.
mengambil alat pemadam api beroda (APAB)
dan mulai memadamkan api. • Tanggal 2 Januari 2020, petugas melanjutkan
- Pukul 21:16 WIB, semua api berhasil penanggulangan dengan mendatangkan bantuan
dipadamkan dari OSCT untuk mengamankan area sekitar
- Pukul 21.21 WIB, Damkar DKI tiba di lokasi SPBU menggunakan oil boom dan absorbent pad.
SPBU
- Pukul 21.30 WIB, Retailer (pengelola SPBU) • Tanggal 3 Januari 2020, air dijalan sudah mulai
menghubungi pihak Shell untuk melaporkan surut. Kontraktor pemeliharaan tiba di lokasi untuk
terjadinya insiden. mengumpulkan absorbent, pengecekan kelistrikan,
- Pukul 22:40 WIB, pengelola menghubungi pemasangan pagar seng dan mengeluarkan air
Oil Spill Combat Team (OSCT), kontraktor dari area tangki pendam.
oil spill untuk menyiapkan tim dan peralatan
penanggulangan tumpahan minyak. • Tanggal 4 - 7 Januari 2020, pengurasan dan
- Pukul 23.00 WIB, tim Security tambahan tiba di pengosongan tangki pendam masih berlangsung.

FAKTA DAN TEMUAN

Berdasarkan tinjauan lapangan, diskusi serta • Operator/saksi melihat api yang menjalar dari arah
wawancara dengan manajemen dan pekerja jalan raya dan kemudian menimbulkan kebakaran
ditemukan beberapa fakta sebagai berikut: diarea dispenser.
• Banjir telah merendam seluruh area SPBU hingga • Tutup dombak/manhole pada ketiga tangki yang
mencapai ketinggian 40 cm mengakibatkan semua terlepas ditemukan tidak kedap air sehingga
tangki pendam dan sarana lainnya terendam air. air dapat masuk melalui lubang manhole dan
• Alarm overfill dan kadar air pada tangki pendam no mengakibatkan tutup dombak terangkat ke atas
3 berfungsi baik menunjukkan bahwa tangki telah akibat tekanan air dari sisi bawah.
kemasukan air. • Perusahaan mendatangkan tim OSCT lengkap
• Tutup dombak/manhole pada tiga tangki yang dengan oil boom dan absorbent pad untuk
memiliki berat sekitar 15 kg terlepas dan tutup mengamankan area sekitarnya.
fiber/plastik mengambang dipermukaan air.
• Petugas mencium ada bau BBM yang keras dan
melihat ada genangan BBM dipermukaan air.

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


107
Bagian III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

III.2. KECELAKAAN HILIR MIGAS

Gambar 3.28. Tutup Dombak / manhole bagian dalam yang terlepas mengapung dan terbakar

Gambar 3.29. Pengunaan Oil Boom dan Absorbent Pads

108 Vol. 4
ANALISIS PENYEBAB KEJADIAN

Dari fakta dilapangan sebagai penyebab kebakaran b. Faktor Alam yaitu banjir yang mengakibatkan
adalah sebagai berikut SPBU terendam.

1) Penyebab Langsung 2) Penyebab Dasar

a. Adanya tumpahan BBM yang kemudian menyebar a. Faktor teknis (Inadequate Product Standard/
kesekitarnya dan kontak dengan sumber api. Design/Specification)
Dalam keadaan kondisi banjir dan sebaran minyak Diduga ada kelemahan dalam desain sistem tangki
sampai ke area sekitar, sumber api dapat dari pendam yang tidak kedap air mengakibatkan air
berbagai sumber seperti dari kendaraan, listrik, masuk ke dalam tangki.
pejalan kaki dan lain-lain .

PEMBELAJARAN DAN REKOMENDASI

Sebagai pembelajaran agar kejadian yang 3. Sistem tanggap darurat sebaiknya


serupa tidak terulang kembali pada kegiatan dilengkapi dengan sarana tambahan untuk
usaha migas, maka berikut ini ada beberapa menanggulangi genangan BBM, tidak hanya
rekomendasi yang perlu mendapat perhatian menggunakan absorben tetapi juga dispersan
antara lain: yang efektif dalam kondisi banjir.
1. Pemilihan lokasi SPBU perlu mempertim­ 4. Koordinasi sistem dukungan teknis dan
bangkan kondisi area, apakah termasuk lainnya dalam kondisi darurat sangat
rawan banjir atau bahaya lainnya diperlukan terutama saat bencana alam
2. Rancang bangun SPBU di area potensi banjir terjadi seperti banjir atau lainnya.
khususnya tangki timbun perlu dikaji ulang
untuk memastikan tangki dan instalasi aman
terhadap banjir.

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


109
Bagian III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

III.2. KECELAKAAN HILIR MIGAS

III.2.2. KEBAKARAN SPPBL PT SEMAR GEMILANG

PENDAHULUAN

Pada tanggal 28 Januari 2020 sekitar pukul skid tank pembongkaran terputus dan sumber api
00.30 WIB telah terjadi kebakaran di Stasiun menyambar cairan LPG yang menyembur keluar.
Pengisian dan Pengangkutan Bulk LPG (SPPBL)
PT Semar Gemilang yang berlokasi di Desa Instalasi Pengisian Tabung LPG diatas mulai beroperasi
Sukaringin, Kecamatan Sukawangi, Kabupaten sejak tahun 2018. Perusahaan menggunakan instalasi
Bekasi. Kebakaran terjadi saat truk skid tank tersebut untuk memindahkan LPG non subsidi dari skid
pengisian dipindahkan posisinya, menyebabkan tank berukuran 6 – 8 ton ke dalam tabung berukuran
selang pengisian LPG yang masih tersambung ke 50 kg untuk selanjutnya dijual ke konsumen.

KRONOLOGI KEJADIAN

Senin 27 Januari 2020, • Pengemudi tidak menyadari bahwa hose


• Sekitar pukul 17.00 wib perusahaan menerima belum dilepas dan ketika kendaraan
truk skid tank kapasitas 8 ton membawa LPG bergerak tiba-tiba hose putus dan cairan LPG
dari Gresik. menyembur.
• Isi tangki langsung dipindahkan ke skid tank • Semua pekerja yang ada di lokasi dan di pintu
yang lebih kecil dengan kapasitas 6 ton panik dan berusaha mengatasi kebocoran.
sehingga tersisa sebanyak 2 ton. • Kebocoran dan sebaran LPG meluas sampai
• Sesuai rencana, sisa LPG akan dibongkar ke jalan dan lapangan di depan pabrik dengan
keesokan harinya dan pembongkaran area mencapai 25 meter.
dihentikan. • Petugas berusaha mematikan lampu
• Pengemudi lupa melepas hose pengisian penerangan.
karena mengira pembongkaran akan • Tiba-tiba sebelum lampu mati terjadi ledakan
dilanjutkan. yang menyambar paparan LPG di area
sekitarnya (vapor cloud explosion).
Selasa 28 Januari 2020 • Petugas yang bertugas dan berusaha
• Sekitar pukul 00.30 WIB dini hari, pengemudi menyelamatkan instalasi terkena ledakan dan
diminta memindahkan posisi kendaraan dari luka bakar.
area pembongkaran karena ada truk kapasitas • Kebakaran dapat dipadamkan sekitar pukul
15 ton yang akan lewat. 02.00 WIB dengan bantuan Damkar Bekasi
• Pengemudi menaiki truk dan bermaksud
memindahkan kendaraan.

110 Vol. 4
perusahaan ditemukan beberapa fakta sebagai
berikut:
• Perusahaan belum mempunyai SOP bongkar
muat LPG ke tangki yang lain.
• Bongkar muat LPG ke tangki yang lebih kecil
dengan menyambungkan hose tank to tank.
• Setelah tangki dengan kapasitas 6 ton terisi
penuh, proses pemindahan LPG dihentikan.
Namun valve belum ditutup dan hose masih
tetap terpasang. Pengemudi beranggapan bahwa
Gambar 3.30. Kondisi Truk Pengangkut Tabung Paska
pekerjaan akan dilanjutkan besok paginya.
Kejadian
• Pengemudi memindahkan posisi kendaraan dari
area pembongkaran karena ada truk kapasitas
FAKTA DAN TEMUAN 15 ton yang akan lewat, tanpa menyadari selang
masih tersambung.
Berdasarkan tinjauan lapangan, diskusi serta • Tidak adanya peringatan dini kebocoran gas dari
wawancara dengan manajemen dan pekerja alarm detector gas

ANALISIS PENYEBAB KEJADIAN

Dari fakta dilapangan sebagai penyebab kebakaran 2) Penyebab Dasar


adalah sebagai berikut :
a. Lack of Risk Assesment
1) Penyebab Langsung • Perusahaan tidak memiliki SOP
pemindahan LPG tank to tank.
a. Tindakan tidak aman dari pengemudi • Petugas yang memindahkan LPG dari
menjalankan kendaraan tanpa memeriksa tank to tank tidak mempertimbangkan
kondisi sekitar dimana hose masih terpasang kemungkinan bahaya jika valve tidak ditutup
dan valve belum dalam kondisi tertutup dan hose tidak dilepas.
b. Hose terlepas akibat tarikan dan mengakibat­
kan cairan LPG menyembur ke sekitarnya b. Lack of Engineering
c. Kebakaran disebabkan adanya kebocoran/ • Perusahaan tidak mempunyai static storage
tumpahan cairan LPG yang mengakibatkan tank yang berkapasitas lebih besar daripada
terjadi akumulasi uap LPG sekitar area yang skid tank, sehingga skid tank digunakan juga
kemudian kontak dengan sumber panas. sebagai storage tank tergantung dari kondisi
d. Sumber api/panas diduga berasal dari percikan operasi sehari-hari.
listrik lampu jalan atau kegiatan masyarakat • Tumpahan terlambat ditanggulangi karena
di depan instalasi pengisian tabung LPG milik tidak tersedia emergency shutdown valve
perusahaan. pada skid tank sebagai pengaman pada
mobil tangki LPG.

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


111
Bagian III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

III.2. KECELAKAAN HILIR MIGAS

c. Lack of Competence pemindahan LPG sebelumnya yang belum


• Pengemudi truk skid tank yang bertugas tuntas dilaksanakan sementara selang truk
tidak terlatih untuk menganalisis potensi skid tank masih tersambung ke instalasi.
bahaya jika pekerjaan dihentikan dan • Operator instalasi memerintahkan penge­
dilanjutkan lagi keesokan harinya. mudi untuk memindahkan truk skid tank 8
Pengemudi tidak tahu langkah pengamanan ton karena ada truk skid tank kapasitas 15
yang perlu dilakukan. ton akan masuk.
d. Lack of Coordination & Communication • Tidak ada koordinasi dan komunikasi antara
• Operator instalasi tidak mengetahui proses operator dan pengemudi.

PEMBELAJARAN DAN REKOMENDASI

Sebagai pembelajaran agar kejadian yang 4. Melengkapi SOP proses bongkar muat
serupa tidak terulang kembali pada kegiatan termasuk pembuatan sistem check-list bagi
usaha migas, maka berikut ini ada beberapa kendaraan yang masuk dan meninggalkan
rekomendasi yang perlu mendapat perhatian Stasiun Pengisian LPG.
antara lain: 5. Memeriksa ulang gas detector yang terpasang
1. Memastikan agar Job Safety Analysis (JSA) dilokasi Stasiun Pengisian LPG untuk
dilaksanakan untuk setiap kegiatan (sebagai memastikan bahwa alat tersebut berfungsi
contoh kegiatan pemindahan LPG dari truk dengan baik (memberikan warning pada saat
skid tank ke instalasi) terjadi kebocoran LPG).
2. Memastikan setiap kegiatan beresiko harus 6. Melakukan latihan tanggap darurat secara
dilakukan analysis risiko/HAZOPS (sebagai berkala agar kewaspadaan para pekerja tetap
contoh perlu peningkatan desain kelayakan terjaga dalam menghadapi kondisi darurat
operasi seperti pemasangan switch/shut off bocoran LPG.
valve pada line pipa pembongkaran LPG dari 7. Mengatur kembali sistem jam kerja guna
skid tank) mencegah kelelahan dalam bekerja khususnya
3. Melakukan kajian FSA (Fire & Safety Analysis) pekerjaan berbahaya yang dilaksanakan
untuk tangki LPG SKID Tank sesuai dengan malam hari.
surat Kepala Inspeksi Migas No 69/18.01/
DMT/2013 tanggal 03 Januari 2013.

112 Vol. 4
III.2.3. KEBAKARAN TANGKI DI PT KILANG PERTAMINA
INTERNASIONAL RU VI BALONGAN

PENDAHULUAN

Pada hari Senin tanggal 29 Maret 2021 pukul ke terminal BBM Plumpang, Jakarta. Kilang RU VI
00.57 WIB terjadi kebakaran dan ledakan di area Balongan memiliki 4 kompleks unit yaitu:
tangki 42T-301EFGH milik PT Pertamina (Persero)
RU VI Balongan, Indramayu, Jawa Barat, yang • Hydro Skimming Complex (HSC) yang terdiri dari
mengakibatkan empat unit tangki terbakar (total Distillation & Treating Unit (DTU) dan Naphta
loss), dua orang penduduk meninggal dan empat Treating Unit (NPU)
orang luka bakar. • Distilation & Hydrotreating Complex (DHC)
yang terdiri dari Atmospheric Residue
RU VI Balongan adalah salah satu kilang milik PT Hydrodemetalization Unit (AHU) dan Hydro
Kilang Pertamina Internasional berkapasitas 125 Treating Unit (HTU)
MBSD yang menghasilkan berbagai jenis produk • Residue Catalytic Complex (RCC) yang terdiri dari
BBM untuk memenuhi kebutuhan utama BBM Residue Catalytic Unit (RCU) dan Light End Unit
untuk daerah Jawa Barat dan Jabodetabek yang di (LEU)
transfer melalui pipa penyalur dari Balongan sampai • Propylene Olefine Complex (POC)

KRONOLOGI KEJADIAN

• Pada hari Minggu, 28 Maret 2021 pukul 14.30 • Pada pukul 23.15 WIB. Operator lapangan
WIB operator melakukan kegiatan blending melaporkan bahwa terlihat kabut/vapor pada
dengan HOMC 92 untuk mendapatkan produk tangki 42T-301G dan melihat bocoran di atas
Pertalite (RON 90) di tangki 42T-301G dan water sprinkler bagian bawah di sekitar tangga
dihentikan pada level 12.303 mm. Dari hasil membentuk pancaran/tumpahan minyak. Petugas
analisis laboratorium dan pengambilan composite langsung bertindak untuk mengurangi ketinggian /
sampling level RON belum tercapai sehingga level tangki 42T-301G dengan memindahkan isi
perlu dilanjutkan sampai mencapai mutu yang produk ke tangki 42T-301F melalui gravitasi.
ditetapkan. Kondisi cuaca dilaporkan cerah dan • Pada hari Senin, 29 Maret 2021, proses
tidak hujan. pemindahan isi tangki terus berjalan berjalan
• Pada pukul 23.07 WIB, dari pemantauan melalui secara gravitasi dan telah menunjukan kenaikan
ATG di ruang kontrol, level tangki menunjukkan level pada tangki 42T-301D/F. Pada pukul 00.57
penurunan secara drastis, rata-rata sekitar WIB, tiba-tiba terdengar bunyi ledakan yang
3.750 m3/jam dengan laju alir maksimum sekitar disusul dengan bunyi gemuruh yang hebat, dan
5.236 m3/jam. empat tangki 301E/F/G/H terbakar.

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


113
Bagian III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

III.2. KECELAKAAN HILIR MIGAS

Gambar 3.31. Luasan Area Terdampak Paparan Panas Kebakaran

Gambar 3.32. Drone View Area Terdampak Kebakaran

114 Vol. 4
FAKTA DAN TEMUAN

Dari hasil investigasi di lapangan ditemukan dll) dan instalasi penyalur petir (lightning
beberapa fakta, antara lain : protection)
• Ditemukan penutup Trafo 24-PTR1-01A (20
• Pada pukul 23.07 WIB, dari layar monitor terlihat KV/3,15 KV) terlepas dan terpental lurus ke
adanya penurunan level pada tangki 42T-301G, depan sejauh ± 50 meter.
sebagai indikasi terjadi kebocoran yang kemudian • Dari informasi operator tangki yang bertugas
uap gas menyebar ke daerah sekitar nya. melihat ada kebocoran pada dinding tangki yang
• Area tangki 42T-301EFGH belum dilengkapi posisi nya diantara dua water sprinkler system
dengan early warning system (alarm, gas detector, seperti disimulasikan pada gambar berikut ini

Gambar 3.33. Simulasi Posisi Area Kebocoran Tangki

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


115
Bagian III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

III.2. KECELAKAAN HILIR MIGAS

Gambar 3.34. Posisi Area Kebocoran Tangki

ANALISIS PENYEBAB KEJADIAN

Dari fakta dilapangan sebagai penyebab kebakaran • Oxygen tersedia di udara terbuka.
adalah sebagai berikut : • Sumber panas/api
Sumber panas/api kemungkinan berasal
1) Penyebab Langsung dari area tangki atau dari luar area tangki.
a. Kebakaran terjadi karena adanya tiga faktor - Sumber panas/api dari area tangki
segitiga api yaitu bahan bakar, oksigen dan antara lain: spark/suhu tinggi akibat
sumber panas. gesekan/faktor mekanis, peralatan
• Sumber bahan bakar (Hidrokarbon) listrik atau sistem mixer didalam tangki
berasal dari dalam tangki yaitu adanya saat proses blending.
produk Gasoline (Pertalite Grade) yang bocor - Sumber panas/api dari luar area tangki
di area Tangki 42T-301G. Ada berbagai antara lain: instalasi peralatan listrik,
kemungkinan faktor penyebab kebocoran trafo area SS-24, dan faktor dari
yaitu antara lain akibat -Localized Corrosion lingkungan sekitar seperti motor di jalan
di sekitar area HAZ (Heat Affected Zone) raya, pemukiman penduduk, atau petir.
sambungan las tangki (stress corrosion,
fatigue corrosion, pitting corrosion, galvanic Dari berbagai faktor diatas, diduga kuat
corrosion, dll), penipisan lokal akibat anomaly sumber api berasal dari trafo area SS-24
gerakan naik/turun roof, atau sobekan pada karena paparan gas yang telah mencapai
dinding tangki akibat beban impact yang batas flammable range telah mencapai area
sangat besar oleh petir. trafo yang berada pada jarak sekitar 100
Dengan ditemukannya sobekan pada meter dari tangki.
dinding tangki disekitar daerah HAZ patut b. Terdapat pekerjaan Site Acceptance Test di
diduga kuat bahwa kebocoran yang terjadi area Sub Station 24 yang mensuplai listrik ke
disebabkan oleh faktor korosi. Disamping New WWTP (Wastewater Treatment Plant)
itu kecil kemungkinannya tangki disambar pada Minggu, 28 Maret 2021 dan hari-hari
petir mengingat saat kejadian dilaporkan sebelumnya.
cuaca dalam keadaan cerah dan tidak hujan.

116 Vol. 4
2) Penyebab Dasar d. Lack of Leadership/Supervision
a. Lack of Engineering elum optimalnya sistem pengawasan dalam
Tidak tersedia peralatan detektor kebocoran menghadapi kejadian diluar keadaan normal.
gas (gas detector) di area tangki. e. Inadequate Hazard Identification/Risk Assessment
b. Lack of Competence - Belum optimalnya penerapan analisis risiko
Pemahaman petugas menjalankan operasi terutama pada kegiatan operasi tangki,
dalam keadaan berbahaya seperti menghadapi klasifikasi area berbahaya dan pekerjaan-
kebocoran BBM belum optimal. pekerjaan diluar operasi normal seperti
c. Inadequate Communication/Information pemasangan trafo baru.
Belum optimalnya komunikasi dalam - Belum optimalnya pelaksanaan pem­
menghadapi keadaan darurat, baik internal belajaran dari kasus kebocoran tangki
maupun eksternal. sebelumnya.

PEMBELAJARAN DAN REKOMENDASI

Sebagai pembelajaran agar kejadian yang sekitar, desain peralatan dan sistem deteksi
serupa tidak terulang kembali pada kegiatan yang sesuai.
usaha migas, maka berikut ini ada beberapa 3. Memastikan penerapan risk assessment telah
rekomendasi yang perlu mendapat perhatian berjalan efektif, khususnya penerapan RBI
antara lain: dan predictive maintenance pada pemeliharaan
1. Memastikan penerapan SMK Migas instalasi migas di daerah yang berbahaya.
telah dilaksanakan secara komprehensif 4. Memastikan para pekerja terkait yang
khususnya tentang komitmen manajemen bertugas di daerah berbahaya mendapat
dalam meningkatkan budaya keselamatan. pembinaan kompetensi yang sesuai untuk
2. Memastikan sistem perancangan dan menghadapi keadaan darurat
penetapan aspek keteknikan harus sesuai 5. Memastikan sistem komunikasi dalam keadaan
dengan standar keselamatan yang berlaku darurat telah ditetapkan, dilaksanakan dan
seperti penggunaan peralatan dalam daerah disosialisasikan kepada semua pihak terkait,
berbahaya, jarak aman dengan masyarakat baik internal maupun eksternal perusahaan.

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


117
Bagian III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

III.2. KECELAKAAN HILIR MIGAS

III.2.4. KECELAKAAN FATAL DI KAPAL PENGANGKUT


LNG AQUARIUS

PENDAHULUAN

Pada hari Jumat, 16 April 2021 terjadi kecelakaan bisnisnya, perusahaan ini mengoperasikan kapal
fatal pada Kapal Pengangkut LNG Aquarius yang pengangkut gas alam cair berkapasitas 125.000
sedang lego jangkar menunggu proses sandar ke meter kubik, kapal tunda untuk mendukung kapal
Floating Storage & Regasification Unit Nusantara pengangkut gas alam cair, satu unit Floating Storage
Regas 1 (FSRU – NR 1). Pipa utama superheated Regasification Unit (FSRU – NR 1) berkapasitas
steam bertekanan tinggi di kapal pecah, uapnya 125.000 meter kubik dan kapasitas regasifikasi
menyembur dan mengenai enam orang pekerja 50 MMscfd, serta jaringan pipa gas bawah laut
yang berada di area Turbine Generator 1 (TG 1). sepanjang 15 km berkapasitas 750 MMscfd.
Akibatnya satu korban meninggal dunia, empat
korban mengalami luka bakar antara 10%-55% Perusahaan menggunakan kapal pengangkut LNG
dan satu korban luka ringan. Aquarius untuk pengangkutan LNG dari kilang
LNG Bontang untuk diregasifikasi di fasilitas FSRU
PT Nusantara Regas (PT NR) adalah anak NR 1 yang terletak di Teluk Jakarta, lepas pantai
perusahaan patungan antara PT Pertamina Muara Karang dan selanjutnya menyalurkan gas
(Persero) dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk hasil regasifikasi untuk memasok gas ke PLTGU
(Persero) yang bergerak di bidang niaga gas bumi, Muara Karang, PLTGU Tanjung Priok dan PLTGU
khusus dalam penyimpanan dan regasifikasi gas Muara Tawar.
alam cair di atas laut. Untuk mendukung kegiatan

KRONOLOGI KEJADIAN

• Pada hari Jumat tanggal 16 April 2021, kapal (TG1) di alirkan ke Auxiliary Condenser 1 untuk
lego jangkar menunggu proses sandar ke Floating dikondensasikan. Produksi superheated steam
Storage & Regasification Unit Nusantara Regas adalah 30 Ton/hari, dengan tekanan 890 psig dan
1 (FSRU – NR 1), kegiatan operasional di kapal suhu 9500F (512 0C).
berjalan normal.
Untuk mengendalikan dan mengontrol tekanan
Saat itu boiler menggunakan bahan bakar gas di pipa utama superheated steam digunakan
(BBG) dengan memanfaatkan Boil-off Gas (BOG) bypass valve (istilah operasional dump valve) yang
untuk memproduksi uap sebagai penggerak mem-bypass uap menuju Main Condenser. Saat
turbin generator. Uap dari Turbin Generator 1 itu, posisi bukaan dump valve sekitar 30%.

118 Vol. 4
Superheated steam
menuju main steam
turbine
Main Turbine
Posisi off Dump system-2

Dump system-1

1-MS-15 1-MS-16
4b
03 3b 33%
Spray Water Cooling
Water
30T/day Turbine valve
Main line
3a 44% (OPEN)

MAIN
CONDENSER

SUPERHEATER
SSTG1
Boiler 1
EVAPORATOR 02 Generator

Boiler Feed Pump


4a SSTG1/auxiliary Condenser 05
Condensate Pump
ECONOMIZER
Cooling
Water
To Condensate system

01
From Condensate Pump
Condensate
MFO BOG system

Bahan bakar
To Condensate system

Gambar 3.35. Skema sistem aliran uap Boiler-1, operasi normal

• Pukul 23.40 WIB diinformasikan ada kebocoran TG1 untuk memutar poros turbin secara manual
di pipa utama superheated steam dari Boiler 1 ke supaya tidak terjadi deformasi (bending) di poros
Turbin Generator 1. turbin pada saat turbin tidak beroperasi.
• Pukul 23.41 WIB, Chief Engineer meng­ • Pukul 23.48 WIB, untuk mengurangi produksi
instruksikan untuk mematikan TG1 dengan uap lanjut, sebagian operator melakukan
menutup aliran steam ke turbin generator 1 dan penggantian BBG dengan Marine Fuel Oil (MFO),
mengalirkan seluruh steam ke Main Condenser sebab nilai kalor MFO lebih kecil dari nilai kalor
melalui by pass dump steam valve (posisi BBG. Penggantian ini dilakukan dengan cara
pembukaan dump steam valve diamati sebesar membuka valve di area TG 1 dan menaikkan
30%). kecepatan putaran pompa MFO ke posisi high
• Pukul 23.43 WIB, agar produksi steam menurun, speed. Posisi pompa pada lantai yang sama yaitu
maka dilakukan pengurangan konsumsi bahan di level 27.
bakar gas (BBG). Penurunan konsumsi BBG • Pukul 23.49 WIB dimulai persiapan firing MFO.
berakibat naiknya tekanan di tangki LNG. Posisi • Pukul 23.50 WIB di tengah upaya penggantian
pembukaan dump valve diamati turun menjadi BBG ke MFO, pipa utama superheated steam
28%. pecah. Uap panas bertekanan tinggi (890 psig,
• Pukul 23.45 WIB, TG1 sudah berhenti. Saat itu 512 0C). menyembur dan mengenai enam
penunjukan tekanan pipa steam utama dan posisi orang pekerja yang berada disekitar area TG 1.
pembukaan dump valve di control room, tidak Semburan uap panas 512 0C mengakibatkan 1
diamati secara visual. korban meninggal dunia, 4 korban mengalami luka
• Pukul 23.46 WIB, enam orang operator menuju bakar antara 10%-55% dan 1 korban luka ringan.

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


119
Bagian III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

III.2. KECELAKAAN HILIR MIGAS

• Sabtu 17 April 2021 pukul 01.45 WIB dini hari • Pukul 12.50 WIB, para korban secara bertahap
dilakukan proses evakuasi korban ke dermaga, dievakuasi ke RSPP untuk dilakukan tindakan
tiba pukul 02.20 WIB dan selanjutnya dibawa operasi. Pada pukul 18.45 WIB, semua korban
ke RS Koja (IGD), tiba pukul 02.55 WIB untuk sudah berada di RSPP dan dioperasi secara
mendapat pertolongan pertama. bergantian.

Gambar 3.36. Bagian pipa yang pecah dan rompal

FAKTA DAN TEMUAN

• Sebelum pukul 23.40 WIB, operasi normal - Produksi steam diupayakan menurun, maka
saat kapal tidak jalan (lego jangkar). Boiler 1 dilakukan pengurangan konsumsi bahan
memproduksi superheated steam dengan bahan bakar gas (BBG). Penurunan konsumsi BBG
bakar BOG (Boil of Gas), untuk menggerakkan berakibat naiknya tekanan di tangki LNG.
TG1. Superheated steam dari TG1 lalu dialirkan Posisi pembukaan dump valve diamati turun
ke auxiliary condenser #1 untuk dikondensasikan. menjadi 28%.
Saat itu produksi superheated steam sebesar 30 - TG 1 sudah berhenti, tetapi tekanan
Ton/day, tekanan 890 psig dan suhu 9500F (512 pipa utama superheated steam dan posisi
0
C). pembukaan dump valve tidak diamati secara
• Pukul 23.40 WIB diinformasikan ada kebocoran visual.
di pipa utama superheated steam dari Boiler ke - Selanjutnya operator menuju TG 1 untuk
Turbin Generator. memutar poros turbin secara manual supaya
• Antara pukul 23.41-23.49 WIB dilakukan tidak terjadi deformasi (bending) pada poros
kegiatan penanggulangan sebagai berikut: turbin saat turbin tidak beroperasi.
- Chief Engineer menginstruksikan untuk - Untuk mengurangi produksi superheated
mematikan TG1 dengan cara menutup valve steam, dilakukan penggantian BBG dengan
superheated steam menuju turbin generator Marine Fuel Oil (MFO). Penggantian ini
TG1 dan mengalirkan seluruh steam ke Main dilakukan dengan cara membuka valve di
Condenser melalui by pass dump steam valve area TG 1 dan menaikkan kecepatan putaran
(posisi pembukaan dump steam valve diamati pompa MFO ke posisi high speed. Kemudian
sebesar 30%). dilakukan persiapan firing MFO.

120 Vol. 4
• Pukul 23.50 WIB di tengah upaya penggantian permukaan laut) dan satu korban luka ringan
BBG ke MFO, pipa utama superheated steam berada di level 12 feet (DPL) di area Auxiliary
pecah. Uap panas bertekanan tinggi (890 Condenser, di ruang yang berbeda dengan pipa
psig, 512 0C). menyembur dan mengenai steam yang pecah.
enam orang pekerja yang berada disekitar • Pipa steam yang pecah berada di ruang tertutup
area TG 1. Saat itu lima korban berada di area di level 27 feet DPL berjarak sekitar 15 meter
Turbine Generator #1, di level 27 feet (DPL: dari dari TG1 dan setinggi 5 meter di atas lantai kerja.

Gambar 3.37. Visualisasi Pipa yang Pecah

• Respon tindakan darurat oleh para korban • Kapal LNG Carrier Aquarius dilengkapi dengan
berbeda-beda, berakibat berbedanya tingkat instalasi proses pendinginan gas tetapi tidak
keparahan luka bakar yang dialami, karena memiliki prosedur untuk menilai kelayakan
berbeda waktu paparan terhadap superheated operasi instalasi proses migas, kapal hanya
steam bertekanan tinggi. menggunakan izin kelaikan laut dari Ditjen Hubla.
- Korban luka bakar 10%, 22% dan 28% • Awal peristiwa kebocoran pipa steam
menyelamatkan diri dengan naik tangga ditindaklanjuti dengan memutuskan aliran steam
menuju titik kumpul (muster point) di lantai ke TG 1 dengan asumsi bahwa kejadian ini masih
yang lebih tinggi. dalam operasi normal. Penghentian operasi
- Korban meninggal dunia dan luka bakar 55% dilakukan dengan menghentikan peralatan
menyelamatkan diri dengan turun tangga ke secara individual.
level 12 feet DPL, untuk selanjutnya turun ke
ballast room.

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


121
Bagian III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

III.2. KECELAKAAN HILIR MIGAS

ANALISIS PENYEBAB KEJADIAN

1) Penyebab Langsung a. Faktor Pekerjaan


• Inadequate Communication/Information
a. Kondisi tidak aman (Substandard/Unsafe Tidak tersedia SOP emergency response
Condition) terhadap bahaya kebocoran pipa
• Keandalan (integrity) peralatan tidak superheated steam yang menyebabkan
memadai. Kondisi tidak aman diawali tindakan penutupan aliran superheated
dengan adanya kebocoran pipa utama steam masuk TG 1 tanpa mengurangi
superheated steam berdiameter 6 inch produksi superheated steam pada Boiler 1
yang memiliki umur pakai (44 tahun, secara signifikan.
seusia kapal yang dibuat tahun 1977) • Inadequate maintenance/inspection
tanpa dilakukan inspeksi. Tidak tersedia sistem manajemen
• Pipa utama superheated steam yang bocor pemeliharaan untuk pipa superheated
kemudian pecah akibat penutupan aliran steam, sehingga tidak pernah dilakukan
superheated steam masuk TG 1 yang inspeksi.
menimbulkan back pressure, dikarenakan: Pemeliharaan dan pemeriksaan pipa steam
- Guard/barrier yang ada tidak memadai, tidak ada
pada kasus ini dump valve tidak dapat • Lack of supervisory/management job
terbuka maksimal. knowledge
- Moda operasional salah/tidak Prosedur penanganan kebocoran tidak
memadai, dalam hal ini Main sesuai dengan risiko sistem keselamatan
condenser tidak mampu mendinginkan proses produksi steam untuk turbine
superheated steam generator
• Posisi yang tidak tepat/aman untuk • Inadequate hazard identification/risk
bekerja. Para korban sedang bekerja di evaluation
area dekat titik pecahnya pipa. Superheated Tindakan awal memutus aliran steam ke
steam bertekanan dan bertemperatur turbin generator (versi individual), jika
tinggi menyembur keluar dari pipa yang dilihat sebagai satu rangkaian proses
pecah, mengenai para korban merupakan tindakan yang kurang tepat,
sebab produksi steam bertekanan dan
b. Perilaku tidak aman (Substandard/Unsafe bertemperatur tinggi tidak berkurang.
Act) Proses ini berakibat beban pipa steam
• Mengambil keputusan yang tidak tepat/ dari boiler ke turbin bertambah. Hal ini
lack of judgment. Tindakan penutupan mempercepat proses pecahnya pipa steam
aliran superheated steam masuk TG 1 tanpa yang berawal dari bocor yang terjadi
mengurangi produksi uap pada Boiler 1 sebelumnya.
secara signifikan yang menyebabkan
kenaikan tekanan superheated steam di b. Faktor Pribadi
pipa utama. • Lack of knowledge/Skill
• Gagal mengikuti prosedur yang aman. - Kurangnya pengetahuan para pekerja
Tindakan penyelamatan diri para korban dalam mengatasi keadaan darurat pada
yang tidak sesuai dengan prosedur bocornya pipa superheated steam.
sehingga meningkatkan keparahan. - Kurangnya pelatihan dan keahlian para
pekerja dalam melakukan tindakan
2) Penyebab Dasar darurat dari pecahnya pipa superheated
steam.
Kecelakaan fatal dan luka bakar ini dari penyebab
dasarnya dapat diuraikan sebagai berikut:

122 Vol. 4
PEMBELAJARAN DAN REKOMENDASI

Sebagai pembelajaran agar kejadian yang d.


Penyediaan program pemeliharaan
serupa tidak terulang kembali pada kegiatan terpadu untuk setiap peralatan sesuai
usaha migas, maka berikut ini ada beberapa standar yang diacu.
rekomendasi yang perlu mendapat perhatian
antara lain: 3. Melakukan monitoring pemenuhan Kese­
1. Melakukan inspeksi dan pemeriksaan lamatan Migas dan ketentuan Contractor
keselamatan pada setiap peralatan dan Health Safety Environment Management
instalasi, termasuk fasilitas yang dioperasikan System (CHSEMS) terhadap kegiatan yang
oleh kontraktor. dilaksanakan oleh kontraktor, antara lain:
2. Mengevaluasi kembali terkait persyaratan a. Melakukan kunjungan berkala ke tempat
teknis dalam seleksi dan pemilihan kerja yang meliputi lingkungan kerja
kontraktor, sesuai ketentuan Contractor kontraktor.
Health Safety Environment Management b. Melakukan identifikasi semua potensi
System (CHSEMS), antara lain: bahaya dan rencana pengendaliannya.
a. Penyediaan sumber daya yang diperlukan c. Melaksanakan program pembinaan dan
untuk mendukung Keselamatan Migas. pelatihan yang terencana dan terstruktur,
b. Penyediaan prosedur tanggap darurat termasuk pengendalian manajemen krisis
yang mencakup semua kasus yang dapat dan tanggap darurat.
terjadi, termasuk kasus kebocoran pipa d. Membuat program pengukuran dan
steam. pemantauan berkaitan dengan kondisi
c. Penyediaan sistem dokumentasi Kese­ operasi serta disosialisasikan kepada
lamatan Migas dan sistem mengelola semua pekerja kontraktor.
rekaman operasional.

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


123
Bagian III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

III.2. KECELAKAAN HILIR MIGAS

III.2.5. KEBAKARAN TANGKI PARAXYLENE DI PT KILANG


PERTAMINA INTERNASIONAL RU IV CILACAP

PENDAHULUAN

Pada hari Jumat tanggal 11 Juni 2021 pukul 19.34 PT Kilang Pertamina Internasional Refinery
WIB terjadi kebakaran di PT Kilang Pertamina Unit IV Cilacap merupakan salah satu dari 7 unit
Internasional RU IV Cilacap, Jawa Tengah di kilang refinery di Indonesia, memiliki kapasitas produksi
paraxylene yaitu pada tangki 39T-205 Benzena Day terbesar yakni 348.00 barrel per hari, dan
Tank dan tangki 39T-203 Clay Tower ChargeTank. terlengkap fasilitasnya. Kilang ini bernilai strategis,
Kebakaran menyebabkan tangki 39T-205 rusak memasok 34% kebutuhan BBM nasional atau 60%
total (collapsed), dengan atap tangki terlempar kebutuhan BBM di Pulau Jawa. Kilang ini juga
ke sisi tangki. Tangki 39T-203 terbakar pada memproduksi aspal, base oil dan paraxylene untuk
dinding sebelah barat, mengalami deformasi dan memenuhi kebutuhan pembangunan infrastruktur
kerusakan pada sistem perpipaan. dan industri kimia di tanah air.

KRONOLOGI KEJADIAN

• Hari Jumat, 11 Juni 2021 pukul 17.15 WIB • Pukul 20.15 WIB
operasi kilang paraxylene berjalan dengan Ketika api dan asap berkurang diketahui bahwa
normal. Operasi perpindahan benzena dari dan kondisi tangki 39-T-205 sudah dalam keadaan
ke tangki 39- T-205 selesai. kolaps seluruhnya dan atapnya sudah terlempar
• Pukul 18.30 WIB terjadi hujan lebat disertai ke sisi utara tangki tersebut.
dengan petir di lokasi kilang RU IV. • Pukul 20.40 WIB
• Pukul 19.34 WIB - Sistem perpipaan tangki 39-T-203 terpapar
- Berdasarkan data PLN terjadi kilatan petir di panas dari kebakaran benzena di area drain pit,
area 39 tangki paraxylene. maka pemompaan benzena ke kilang berhenti.
- Disaat yang hampir bersamaan petugas - Akibat paparan panas, flensa di tangki 39-T-
pemadam kebakaran sedang berpatroli 203 meregang sehingga cairan benzena dari
melihat nyala api dan segera menuju lokasi. tangki 39-T-203 keluar dan terbakar mengenai
Ketika mendekati area tersebut ditemukan dinding tangki 39-T-203 dan menyebabkan
tangki 39-T-205 dan bundwall terbakar kerusakan (deformasi).
disekitar drain pit. • Hari Jumat 11/06/21 pukul 20.15 WIB s/d
• Pukul 19.34 s/d 20.00 WIB Minggu 13/06/21 pukul 10.40 WIB
Petugas pemadam kebakaran melakukan Upaya pemadaman kebakaran di tangki 39-T-203
upaya pemadaman dengan menggunakan busa terus berlangsung.
pemadam dan pendinginan dengan air pada • Pada hari Minggu, 13 Juni 2021 pukul 10.40 WIB
tangki 39-T-205, bundwall dan tangki – tangki - Api di tangki 39-T-203 padam total.
disekitarnya. - Total waktu pemadaman sejak kebakaran
• Pukul 20.00 WIB tangki 39-T-205 adalah 40 jam.
Cairan benzena dalam tangki 39-T-203 • Pukul 17.17 WIB
dipompakan ke kilang paraxylene. Area Tangki 39 dinyatakan aman setelah dilakukan
pendinginan tangki dan asesmen lingkungan

124 Vol. 4
FAKTA DAN TEMUAN

• Pada hari Jumat, 11 Juni 2021 sekitar pukul • Semua tangki yang terletak di Area 39 Kilang RU
18.30 WIB, area kilang dalam kondisi hujan lebat IV Cilacap telah dilengkapi dengan 17 menara
dan disertai petir. Sistem Penyalur Petir / Lightining Protection
• Dari rekaman CCTV disekitar tangki area 39 System (LPS) eksternal tambahan yang mulai
terlihat sambaran petir dan diikuti dengan digunakan pada bulan Maret 2021, 5 dari 17
kebakaran. menara tersebut berada di dalam bundwall tangki
• Kebakaran tangki 39-T-205 padam pada pukul 39-T-205 dan tangki-tangki sekitarnya.
20.15 WIB dan ditemukan tangki dalam keadaan • LPS yang dipasang di area tangki 39 dirancang
kolaps serta atap tangki terlempar ke sisi utara dengan kemampuan salur untuk petir ≥ 18 kA
tangki. berdasarkan probabilitas 85% yang dilaksanakan
• Perpipaan tangki 39-T-203 rusak dan tangki oleh konsultan.
terbakar pada dinding sebelah barat dan • Tangki 39-T-205 dilengkapi dengan nitrogen
mengalami deformasi. blanketing system untuk mengurangi kemungkinan
• Lokasi sistem perpipaan tangki 39-T-203 dekat terjadinya campuran mudah terbakar antara uap
(kurang dari 15 meter) dengan drain pit bundwall. benzena dan oksigen (dari udara) sesuai API
• Dinding tangki 39-T-201, 39-T-202, 39-T-204, Standard 2000 Venting Atmospheric and Low-
39-T-208, 39-T-209 beserta sistem perpipaan pressure Storage Tanks.
rusak terkena paparan panas dan jelaga. • Pencatatan tekanan nitrogen di dalam tangki 39-
• Sistem penyalur petir telah terpasang di area T-205 dilakukan secara manual satu kali setiap
kilang RU IV dan untuk area tangki 39 dipasang hari pada pukul 10:00 pagi.
penyalur petir baru sebagai tambahan sebanyak • Lokasi tangki di area 39 dilengkapi dengan
17 tower yang dioperasikan pada Maret 2021. detektor gas dari jenis gas chromatograph yang
a. 5 dari 17 sistem penyalur petir baru tersebut didesain untuk pengukuran dan peringatan
dipasang di dalam area bundwall tangki 39-T- akan bahaya benzena bagi manusia/pekerja
203 dan 39-T-205. karena nilai ambang batas (NAB) yang sangat
b. 2 (dua) unit sistem penyalur petir baru ini, rendah (Permenkes no.70/2016: 0,5 ppm Time
yang masing–masing terletak di dekat tangki Weighted Average, TWA dan 2.5 ppm Short Term
39-T-203 dan 39-T-205, setelah kebakaran Exposure Limit, STEL-15 menit); NIOSH: 0,1 ppm
dalam keadaan jatuh dan rusak. Recommended Exposure Limit, REL dan 1 ppm
• Pemantauan kondisi sistem penyalur petir STEL).
dilakukan secara berkala dengan hasil baik. • Waktu tanggap (response time) dari detektor gas
• Terdapat CCTV (CCTV 10, CCTV 11 dan CCTV chromatograph secara desain, sistemnya tidak
area RDMP) yang memantau sebagian area 39, dapat memberikan waktu yang cepat untuk
namun untuk area tangki yang terbakar 39-T-203 tanggap darurat. Dari data rekaman pengukuran
dan 39-T205 tidak terpantau secara langsung sensor gas chromatograph pada saat kejadian
oleh kamera CCTV tersebut. kebakaran didapatkan bahwa nilai pengukuran
• Pada pukul 19.34 WIB terdapat sambaran petir detektor gas yang melebihi high level alarm (1.0
yang dicatat oleh Lightning Detection System ppm) terjadi sekitar 25 menit setelah kebakaran
milik PT PLN (Persero) di area radius 15 Km dari (sensor di drain pit).
Tangki 39-T-205. • Bahaya sambaran petir ada disebutkan di dalam
• Dari rekaman CCTV (CCTV CT10, CT11 dan dokumen Hazid Revalidation Study. Hazid spesifik
Proyek RDMP) ditemukan adanya sambaran untuk tangki area 39 tidak disebutkan secara
petir di sekitar tangki 39-T-205 dan diikuti jelas, yang ada hanya untuk keseluruhan unit area
dengan kebakaran.

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


125
Bagian III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

III.2. KECELAKAAN HILIR MIGAS

39 kilang Paraxylene. Studi menyebutkan bahwa kajian lebih mendalam dan beberapa tidak
sambaran petir hanya mengenai gas yang keluar ada rekomendasi untuk mencegah skenario
(seperti cold vent stack) bukan pada peralatan (kegagalan) atau mengatasi konsekuensi dari
proses/tangki. Nilai risiko untuk sambaran petir kegagalan tersebut.
pada peralatan dinyatakan rendah. • Pelatihan keselamatan petugas belum
• Tidak ditemukan kajian bahaya untuk diprioritaskan. Anggota Fireman belum
penanggulangan keadaan darurat di dokumen mendapatkan pelatihan dan informasi mengenai
Hazid. Dari pengamatan lapangan diketahui bahaya-bahaya khusus (misalnya benzena) yang
bahwa foam injection dan katup semburan air ada di Kilang RU IV.
(water spray) untuk pemadaman dan pendinginan • Area tangki 39 Kilang Paraxylene belum masuk
area tangki 39 berada di sisi barat (downwind) kategori MAH (Major Accident Hazard) dengan
sehingga petugas dapat terpapar pada panas dan bahaya khususnya (benzena) sehingga Tim
uap benzena. Pemadam RU IV belum melakukan latihan
• Karena kilang sudah beroperasi, maka perusahaan pemadaman di area berbahaya khusus ini.
membuat Restrospective HAZOP (2018). Studi • Posisi/lokasi injeksi foam untuk tangki penimbun
Hazop ini dilakukan untuk meyakinkan bahwa di dalam bundwall sekitar 39-T-205 dan 39-T-
fasilitas (termasuk area 39) yang ada memadai 203 berada di bawah angin sehingga pada saat
untuk tujuan desain dan operasi dan tidak kebakaran tidak bisa digunakan.
terekspos pada risiko yang tidak bisa diterima • Saat kejadian kebakaran, penggunaan foam
pada manusia, lingkungan, asset dan reputasi. concentrate 3% belum efektif, karena jumlah
Industri mengklasifikasikan dokumen HAZOP persediaan (stock) foam concentrate 3% di RU IV
sebagai salah satu persyaratan keselamatan terbatas. Pemadam jenis serbuk kimia kering (dry
(Safety Critical Document). chemical) kapasitas besar (Gorilla/Triple Agent)
• Dalam studi Hazop ini ditemukan beberapa untuk memadamkan api bertekanan (jet fire) tidak
skenario terkait kegagalan pada tangki 39-T- tersedia harus dipinjam dari RU VI Balongan.
205 belum lengkap, karena tidak diikuti dengan

Gambar 3.38. Kondisi Tangki dalam satu bundwall setelah terbakar

126 Vol. 4
Gambar 3.39. Kondisi Spesifik Tangki Setelah Kebakaran

ANALISIS PENYEBAB KEJADIAN

1) Penyebab Langsung

a. Terjadinya kebakaran dan ledakan di tangki atau terperangkap didalam tangki dan
karena sudah dipenuhinya unsur segitiga api, bercampur dengan uap benzena karena
yaitu ada sumber panas/api, ada bahan mudah nitrogen blanketing system tidak berfungsi
terbakar yaitu benzena yang tersedia dan ada dengan baik.
oksigen di udara atau lingkungan sekitarnya. b. Kondisi lingkungan dan/atau sistem yang
• Sebagai sumber panas/api adalah tidak aman. Saat kejadian instalasi proses
terjadinya sambaran petir yang merusak terpapar pada kondisi hujan dan petir.
tangki 39T-205 melalui dua kemungkinan Kemungkinan sambaran petir langsung pada
yaitu sambaran langsung (direct strike) tangki terjadi karena dari hasil inspeksi oleh
mengenai dinding/atau atap tangki perusahaan inspeksi pada bulan Juni 2020
sehingga ada hot spot dan sobek yang ketebalan sebagian besar dinding tangki 39-T-
merusak tangki. Kemungkinan lainnya 205 (antara 4,23 mm sampai 4,70 mm) kurang
adalah sambaran petir mengenai pressure dari persyaratan minimum 4,8 mm sebagai
vacuum valve (breather valve) di atas atap penyalur petir (self-protection). Sambaran
tangki 39-T-205 dan api merambat masuk langsung menyebabkan kerusakan pada
ke dalam tangki karena nitrogen blanketing badan tangki dan terjadi ledakan internal
system tidak efektif. (deflagration) dan isi tangki terbakar.
• Sebagai bahan yang mudah terbakar c. Kemungkinan lainnya sambaran petir
adalah ada tersedianya benzena mengenai pressure vacuum valve (breather
dan uapnya karena tangki rusak dan valve) di atas atap tangki 39-T-205 dan api
bocor akibat sambaran petir langsung. merambat masuk ke dalam tangki karena
Sedangkan oksigen ada di udara bebas nitrogen blanketing system tidak efektif.

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


127
Bagian III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

III.2. KECELAKAAN HILIR MIGAS

d. Sistem penyalur petir eksternal tambahan e. Sistem perpipaan di tangki 39-T-203 ada
di area tangki 39 didesain untuk intensitas pada jarak yang tidak aman jika terjadi
petir ≥ 18 kA (probabilitas 85%) tidak efektif kebakaran di drain pit yang berada di dalam
untuk intensitas petir 13 kA (berdasarkan bundwall. Lokasinya dekat (kurang dari 15
data rekaman petir PLN pada waktu meter) dengan bundwall drain pit. Jarak
kejadian). Berdasarkan simulasi rolling sphere aman merujuk ke NFPA 30 Flammable and
(bola gelinding) untuk intensitas 13 kA petir Combustible Liquids Code: para 22.12.2 adalah
berpotensi mengenai tangki 39-T-205. minimum 15 meter (50 ft).

Gambar 3.40. Data Sambaran Petir

128 Vol. 4
Gambar 3.41. Rekaman CCTV

2) Penyebab dasar

Penyebab dasar yang diidentifikasi antara lain: • Inspeksi nilai tahanan bonding dari bolting
a. Inadequate Inspection, Repair, Maintenance di tangki 39- T-205 tidak memadai untuk
• Hasil inspeksi ketebalan dinding tangki persyaratan Inherently Self Protection
berdasarkan pengukuran tahun 2020 tangki terhadap sambaran petir. Tidak
sebagian besar (antara 4,23 mm sampai tersedia data pengukuran nilai tahanan
4,70 mm) kurang dari 4,8 mm tidak bonding dari bolting di tangki 39- T-205
memadai untuk persyaratan Self Protection selain koneksi Automatic Tank Gauging
tangki terhadap sambaran petir. NFPA (ATG) dan sangkar Faraday untuk
780, Para. 7.2.2. Inherent Protection emergency vent. NFPA 78, Para A.3.2.2
mensyaratkan tebal dinding tangki mensyaratkan nilai tahanan bonding dari
minimum 4,8 mm. bolting dibawah 200 mili ohm.

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


129
Bagian III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

III.2. KECELAKAAN HILIR MIGAS

b. Inadequate design process/standard/spe­ • Desain peralatan pemadam tidak


cification/criterion memenuhi syarat keselamatan. Lokasi
• Desain jarak sistem perpipaan tangki foam Injection berada di bawah angin pada
39-T-203 ke drain pit di bundwall tidak saat pemadaman api.
memenuhi syarat keselamatan, kurang
dari 15 meter. NFPA 30 Flammable and d. Inadequate communication/technique used
Combustible Liquids Code, para 22.12.2.1 • Gas detektor dipasang pada area tangki 39
mensyaratkan drain pit berjarak minimal untuk memberi peringatan akan bahaya
15 m (50 ft) untuk mencegah akumulasi benzena bagi manusia/pekerja karena
cairan apapun di bawah perpipaan. Nilai Ambang Batas (NAB) nya yang
• Desain penyalur petir eksternal tambahan sangat rendah. Desain waktu tanggap dari
yang tidak efektif. Diketahui petir yang detektor tidak dapat memberikan waktu
pertama menyambar berkekuatan yang cepat untuk kondisi darurat.
(intensitas) 13 kA. Sistem penyalur petir • Di lokasi kejadian tidak tersedia CCTV
independen (LPS) di tangki didesain yang bisa memantau langsung ke arah
dengan kemampuan salur untuk petir ≥ 18 bundwall tangki area 39 sebelah barat
kA. Dengan simulasi metode rolling sphere termasuk pantauan untuk pagar.
(bola gelinding) petir berkekuatan 13 kA
(< 18 kA) tersebut berpotensi tidak dapat e. Inadequate communication of safety and health
ditangkap oleh Air Terminal LPS ≥ 18 kA data
yang terpasang. • Upaya pemadaman kebakaran dan
• Desain dan operasi nitrogen blanketing pendinginan tangki-tangki sekelilingnya
system tidak memadai untuk memantau tidak memenuhi persyaratan. Tim
keselamatan proses. Tekanan nitrogen Penanggulangan Keadaan Darurat (TPKD)
dicatat secara manual satu kali sehari, tidak secara komprehensif mengetahui
sehingga mekanisme inerting/purging penanggulangan bahaya kebakaran
tangki dan kapasitas flow rate nitrogen benzena yang bisa menyebabkan kanker
tidak dapat dipantau secara kontinu. dan belum pernah melakukan pelatihan di
daerah berbahaya khusus.
c. Inadequate HSEQ hazard identification/risk • Penyediaan APD yang sesuai dengan
evaluation in design bahaya di lokasi tidak memenuhi
• Kualitas, cakupan dan kedalaman kajian persyaratan. Penanggulangan kebakaran
risiko kurang memadai. Studi Hazid untuk di tangki benzena membutuhkan full
area 39 tidak dilakukan dengan tepat mask (Self Contained Breathing Apparatus/
dan mendalam. Bahaya sambaran petir SCBA), bukan half mask.
ada diidentifikasi. Sambaran petir hanya
mengenai gas yang keluar (seperti cold vent f. Inadequate orientation dan Inadequate Initial
stack) bukan pada peralatan proses/tangki. Training
Nilai risiko untuk sambaran petir pada Kompetensi dan pelatihan petugas tidak
peralatan dinyatakan rendah. Ditemukan memenuhi syarat keselamatan. Petugas
ketebalan dinding tangki 39- T-205 kurang pemadam belum pernah mengikuti pelatihan
dari persyaratan inherent self-protection, awal dan orientasi mengenai bahaya benzena.
data pengukuran nilai tahanan semua
bonding dari bolting yang ada di tangki g. Inadequate HSEQ/Asset Strategy
tidak tersedia, instalasi penyalur petir Ketersediaan media pemadam yang
eksternal tidak efektif dan jarak perpipaan digunakan seperti busa pemadam dan serbuk
tangki 39-T-203 ke drain pit terlalu dekat. kimia kering tidak memenuhi persyaratan.

130 Vol. 4
Busa pemadam tidak dalam jumlah yang basis operasional harian para pekerja, karena
cukup dan serbuk kimia kering berkapasitas akses terhadap dokumen yang terbatas
besar tidak tersedia. dan dokumen tidak diklasifikasikan sebagai
persyaratan keselamatan (safety critical
h. Inadequate Management Information document) dengan tidak tersedianya HAZOP
Manajemen informasi tidak memadai. saat awal beroperasi tahun 1990.
Dokumen HAZOP tidak digunakan sebagai

PEMBELAJARAN DAN REKOMENDASI

Sebagai pembelajaran agar kejadian yang Flammable and Combustible Liquids Code.
serupa tidak terulang kembali pada kegiatan 5. Mengkaji ulang nitrogen blanketing
usaha migas, maka berikut ini ada beberapa system di area tangki 39 dan area lainnya
rekomendasi yang perlu mendapat perhatian untuk meyakinkan bahwa desain dan
antara lain: pengoperasiannya telah sesuai dengan
1. Memastikan seluruh perusahaan me­ persyaratan
nerapkan SMKM Migas dan seluruh 6. Memastikan alat penangkal petir (LPS) yang
subtansinya sesuai dengan lingkup kegiatan terpasang memiliki kapasitas dan instalasi
masing-masing secara konsisten. yang aman untuk mengendalikan kekuatan
2. Memastikan kajian risiko yang dibuat selalu petir maksimal yang dapat terjadi.
dimutakhirkan untuk kualitas, cakupan dan 7. Mengkaji penambahan CCTV untuk
kedalamannya, antara lain: memantau area tangki 39 sebelah barat yang
a. Mengklasifikasikan area tangki 39 tidak terliput sebelumnya untuk pengamatan
sebagai MAH mengingat bahaya bahan proses dan keamanan
kimianya (paraxylene dan benzena) yang 8. Melakukan kajian engineering untuk
besar. Dokumen Respon Tanggap Darurat pemasangan detektor gas yang tepat di area
sebaiknya tidak membedakan skenario tangki 39 mengingat bahaya benzena yang
MAH dan non-MAH, karena hanya besar (mudah terbakar dan karsinogenik)
memenuhi kebutuhan pihak asuransi 9. Memastikan jenis dan jumlah persediaan
b. Mengkaji ulang klasifikasi, ketersediaan peralatan serta media pemadam sesuai
dan aksesibilitas dokumen-dokumen setiap saat pemadaman kebakaran, termasuk
di Gedung Central File khususnya Alat Pelindung Diri (APD) (misalnya Self
dokumen yang masuk dalam persyaratan Contained Breathing Apparatus / SCBA)
keselamatan (Safety Critical Document). harus selalu tersedia di kendaraan Tim
3. Memastikan keandalan dan kelaikan Penanggulangan Keadaan Darurat (TPKD)
semua instalasi, termasuk tangki timbun untuk kasus skenario terburuk.
memenuhi standar dan memastikan semua 10. Meningkatkan program pembinaan dan
perlengkapan dan sistem pengamanannya pelatihan untuk anggota TPKD, termasuk
berfungsi dengan baik, khususnya untuk mendapat informasi tentang bahaya dari
mencegah sambaran petir. upaya–upaya penanggulangan keadaan
4. Mengkaji ulang letak sistem perpipaan darurat di area yang memiliki bahaya khusus
tangki penimbun bahan yang mudah (mudah meledak, terbakar dan beracun).
terbakar agar mengacu kepada NFPA 30

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


131
Bagian III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

III.2. KECELAKAAN HILIR MIGAS

III.2.6. KEBAKARAN TANGKI PERTALITE


DI PT KILANG PERTAMINA INTERNASIONAL RU IV CILACAP

PENDAHULUAN

Pada hari Sabtu tanggal 13 November 2021 dan terlengkap karena terintegrasi dengan
terjadi kebakaran dan ledakan di tangki 36T-102 Kilang Petrokimia. Kilang ini bernilai strategis
milik PT Kilang Pertamina International (KPI) – karena memasok 34% kebutuhan BBM nasional
Refinery Unit IV (RU IV) Cilacap, Jawa Tengah, atau 60% kebutuhan BBM di Pulau Jawa. Kilang
yang mengakibatkan kerusakan parah untuk tangki ini merupakan satu-satunya kilang di tanah
yang terbakar tersebut dan tidak ada korban jiwa. air yang memproduksi aspal untuk kebutuhan
pembangunan infrastruktur di tanah air, serta
PT KPI - RU IV Cilacap merupakan salah satu dari memproduksi lube base oil sebagai bahan dasar
7 Unit Pengolahan di Indonesia yang memiliki minyak pelumas untuk keperluan automotive,
kapasitas produksi terbesar yakni 348 MBSD, industri serta produk-produk petrokimia.

KRONOLOGI KEJADIAN

Kamis, 11 November 2021 • Pukul 19.00 WIB


Kegiatan blending dihentikan karena level 36T-
• Pukul 22.00 WIB 102 sudah mencapai 15.900 mm (sesuai order),
Memulai pengisian produksi komponen Pertalite serta mixer dimatikan karena kondisi cuaca saat
dari beberapa unit kilang ke tangki 36T-102 itu hujan disertai petir
dengan level awal di 2.406 mm, pengisian • Pukul 19.10 WIB
berlanjut hingga hari Sabtu tanggal 13 November Dari CCTV yang berada di Rooftop kantor
2021. Maintenance Office (MO) terlihat kilatan petir
menyambar area tangki 36 dan diikuti dengan
Sabtu, 13 November 2021 kebakaran pada tangki 36T-102
• Pukul 19.11 WIB
• Pukul 14.40 WIB - Tim patroli fireman menerima info dari fire station
Pengisian produksi komponen Pertalite selesai di yang melihat dari CCTV bahwa terjadi kebakaran
level 14.076 mm dan pengisian dihentikan. dan langsung menuju ke lokasi tangki 36T-102.
• Pukul 14.50 WIB - Petugas pemadam kebakaran melakukan
Kegiatan blending dengan penambahan Naphta upaya pemadaman dengan menggunakan busa
dari Tangki 36T-105. pemadam pada tangki 36T-102 dan bundwall.
• Pukul 18.30 WIB - Petugas pemadam kebakaran melakukan
Hujan mulai turun deras disertai peningkatan pendinginan dengan menggunakan semburan air
intensitas petir. pada tangki 36T-101 dan 36T-103.
• Pukul 18.45 WIB • Pukul 19.22 WIB
Tim patroli fireman melakukan patroli ke area Pernyataan keadaan darurat oleh GM RU IV
tangki sesuai dengan prosedur ketika hujan Cilacap
deras.

132 Vol. 4
• Antara pukul 19.25 WIB – 23.00 WIB Minggu,14 November 2021
- Persiapan pemasangan High Capacity Fire
Extinguisher (HCFE) • Pukul 07.45 WIB – 23.00 WIB
- Dilakukan pemindahan produk dari tangki - Api berhasil dipadamkan dengan proses
36T-102 ke tangki T 71-21 yang berada di pendinginan tetap berlangsung
area 70 - Pernyataan kondisi aman diterbitkan oleh
- Pemadaman menggunakan HCFE di bagian General Manager RU IV Cilacap dan sirine
utara tangki untuk membantu proses kondisi aman dibunyikan
pemadaman sedangkan Tim Fire fokus dari - Menghentikan pendinginan tangki dan
bagian selatan tangki pemompaan produk karena fluida di dalam
- Dilakukan penambahan line baru ke Tangki tangki 36T-102 telah mencapai level terendah.
T71-2 untuk mempercepat pemindahan
produk dari tangki 36T-102.

FAKTA DAN TEMUAN

• Sebelum terjadi kebakaran, cuaca di area kilang • Penangkal/ penyalur petir eksternal pada area
dalam kondisi hujan dan disertai petir. tangki 36 tidak tersedia.
• Sambaran petir ke tangki 36 T-102 terpantau • Detektor flammable gas pada area Tangki 36 tidak
langsung dari CCTV yang terpasang di atap tersedia.
kantor Maintenance Office (MO) dan dash camera • Setelah terbakar, bagian atap dan dinding bagian
mobil pekerja pada pukul 19.10 WIB atas tangki kolaps, panel-panel Aluminium Dome
• Tangki 36 T-102 adalah jenis tangki Internal Roof (ADR) dan IFR meleleh masuk ke dalam
Floating Roof (IFR) dengan atap dome roof. Di area tangki produk.
36, tangki 36 T-102 merupakan tangki tertinggi • Peralatan yang terpasang di atas atap tangki
dengan ketinggian 28,99 meter dari bottom rusak dan dinding bagian bawah mengalami
sampai puncak dome roof. deformasi karena paparan panas.
• Tangki 36 T-102 dilengkapi dengan N2 blanketing • Tangki yang berada disebelah kanan dan kiri dari
system tetapi tidak dilengkapi dengan Pressure tangki yang terbakar dapat diselamatkan oleh
Indicator (PI) N2 tersendiri untuk tangki 36T-102. petugas pemadam kebakaran dengan melakukan
Hal ini tidak sesuai dengan gambar di P&ID. pendinginan menggunakan semburan air (water
• Ditemukan adanya indikasi kebocoran (terdapat spray), sehingga kedua tangki tersebut tidak
bubble) pada sambungan PI menuju alat ukur mengalami kerusakan.
tekanan N2 (di header N2).

ANALISIS PENYEBAB KEJADIAN

• Diduga sambaran petir langsung (direct strike) • Material IFR dan Geodesic Dome Roof
mengenai bagian atap (roof) tangki 36T-102 yang menggunakan aluminium, dimana aluminium
menyebabkan adanya kebakaran secara cepat memiliki suhu leleh yang jauh lebih rendah
sehingga atap tangki (Aluminium Dome Roof) dibandingkan carbon steel.
terangkat akhirnya jatuh ke dalam tangki (terlihat
pada CCTV).

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


133
Bagian III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

III.2. KECELAKAAN HILIR MIGAS

• Ketebalan aluminium yang terpasang untuk • Tidak ada penyalur petir eksternal yang terpasang
dome roof yaitu 1,27 mm mengacu pada API 650 pada area tangki 36.
Annex G, namun jika mempertimbangkan bahaya • Diduga ada campuran uap hidrokarbon di ruang
petir maka sesuai dengan standard NFPA 780 antara dome dan IFR yang konsentrasinya
tebal yang terpasang kurang dari persyaratan memungkinkan terjadinya kebakaran.
inherently self-protecting dimana minimum • Tidak ada indikator N2 blanketing yang
material metal yang mampu menerima sambaran terpasang pada tangki untuk memantau bahwa
petir sebesar 4.8 mm, sedangkan jika mengacu tekanan/ volume N2 di dalam dome roof mampu
kepada BS EN / IEC 62305 ketebalan minimum menjalankan fungsi blanketing system.
aluminium sebesar 7mm.

BAHAN
API/PANAS
BAKAR

UDARA / O2

Terdapat akumulasi uap BBM di dalam Udara luar masuk ke dome melalui PVRV akibat vakum di ruang dome
dome selama pengoperasian tangki Direct Strike petir yang
akibat sistem N2 blangketing tidak Udara dari luar masuk ke dome akibat panel Aluminium Dome Roof menyambar ADR
berfungsi optimal (ADR) rusak disambar petir

PVRV

ADR DIRECT STRIKE


PETIR
Udara Mixed gas
Δp

Uap bbm DOME Uap bbm

N2 LINE SEAL
N2 NOZZLE IFR N2 NOZZLE
TANGKI

RUANG BBM

Gambar 3.42. Ilustrasi Penyebab Kebakaran

1) Penyebab Langsung Kebakaran terjadi karena adanya tiga faktor


segitiga api yaitu bahan bakar, oksigen dan
Diduga sambaran petir langsung (direct strike) sumber panas.
mengenai bagian atap (roof) tangki 36T-102 yang
menyebabkan adanya kebakaran secara cepat • Bahan Bakar
sehingga atap tangki (Aluminium Dome Roof) Akumulasi Bahan Bakar pada ruang Dome
terangkat akhirnya jatuh ke dalam tangki (terlihat bisa terjadi akibat kondisi operasi normal
pada CCTV). yang dikenal dengan istilah working loss dan

134 Vol. 4
static loss. Working loss adalah ketika IFR naik lebih rendah (667o C) dibandingkan carbon
turun, maka dipastikan akan ada uap bahan steel (1535oC)
bakar yang naik dari bawah tangki ke ruang - Ketebalan aluminium yang terpasang
dome. Dan Static loss adalah ketika kondisi untuk dome roof yaitu 1,27 mm mengacu
IFR diam, uap bahan bakar akan tetap naik pada API 650 Annex G, namun jika
karena penguapan akibat panas dari udara mempertimbangkan bahaya petir maka
luar. Sehingga Working Loss dan Static Loss ini sesuai dengan standard NFPA 780 tebal
adalah hal yang pasti dan tidak perlu di telaah yang terpasang kurang dari persyaratan
lebih lanjut. inherently self-protecting dimana minimum
material metal yang mampu menerima
Di samping itu, adanya bahan bakar di ruang sambaran petir sebesar 4.8 mm, sedangkan
dome juga dapat terjadi jika N2 blanket system jika mengacu kepada BS EN / IEC 62305
tidak berfungsi sehingga uap bahan bakar ketebalan minimum aluminium sebesar
merembes melalui celah IFR. 7mm.
- Tidak ada penyalur petir eksternal yang
• Oksigen terpasang pada area tangki 36.
Penyebab adanya oksigen di dalam ruang - Tidak ada indikator N2 blanketing yang
dome terjadi akibat kegagalan N2 blanket terpasang pada tangki untuk memantau
system atau oksigen masuk melalui celah bahwa tekanan/ volume N2 di dalam dome
Dome yang rusak akibat petir. roof mampu menjalankan fungsi blanketing
system.
Kegagalan N2 blanket system dapat terjadi - Penelaahan semua desain dilakukan
dengan indikasi berikut: sendiri/internal tidak melibatkan pihak
- Perhitungan laju volume N2 blanket system independen yang kompeten.
tidak memenuhi kebutuhan laju volume untuk
mencegah tangki vacuum sehingga udara akan b. Lack of Maintenance
masuk melalui PVRV. - Perawatan N2 blanket system tidak
- Sambaran petir merusak dome sehingga memadai (perpipaan instrumen, dll)
nitrogen keluar dan udara luar masuk ke menyebabkan sistem tidak berfungsi
dalam tangki. Akibatnya terbentuk campuran sehingga uap hidrokarbon masuk ke dalam
uap dan udara mudah terbakar (flammable ruang antara dome dan IFR.
mixture) dalam waktu yang sangat singkat
langsung meledak. c. Inadequate Risk Assessment
• Desain penangkal petir pada tangki belum
• Sumber api/panas memenuhi standar yang berlaku
Sumber api/panas adalah sambaran petir - Tangki ini harus didesain untuk
seperti yang terpantau di CCTV. Sedangkan meniadakan arus listrik akibat petir.
sumber api/panas selain petir dapat diabaikan Berdasarkan pasal 5 ayat 2 PP No.
karena tidak ada data dan bukti yang 11/1979 tentang Keselamatan Kerja
mendukung. pada Pemurnian dan Pengolahan Migas
bahwa, “Semua peralatan, bangunan
2) Penyebab Dasar dan instalasi yang dapat menimbulkan
kemungkinan terjadinya arus listrik
a. Lack of Engineering yang diakibatkan oleh petir, arus liar,
- Material IFR dan Geodesic Dome Roof muatan statis dan sebagainya, harus
menggunakan aluminium, dimana dilengkapi dengan suatu sistem untuk
aluminium memiliki suhu leleh yang jauh meniadakannya”.

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


135
Bagian III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

III.2. KECELAKAAN HILIR MIGAS

- Desain sistem peniadaan arus listrik petir, minimal memiliki ketebalan 4.8
akibat petir dapat menggunakan tangki mm termasuk roof, struktur, tangga,
itu sendiri (self-protection) maupun dan bagian lain yang terikat permanen
penangkal petir eksternal. Pemilihan dan (Material Requirement).
perhitungan sistem peniadaan arus listrik
akibat petir wajib mengacu pada peraturan Berdasarkan standar API 650 untuk
perundang-undangan yang berlaku. material requirement tangki, maka tangki
- Ketebalan dome telah memenuhi syarat 36T-102 dinilai telah sesuai, baik ADR
konstruksi namun untuk kebutuhan maupun struktur tangki. Pada ADR memiliki
penangkal petir belum memenuhi ketebalan 1,27 mm dan strukturnya
persyaratan sesuai dengan standar- memiliki ketebalan di atas 6 mm. Namun
standar berikut ini: berdasarkan standar NFPA 780 diatas
untuk Lightning Protection, tangki tersebut
Berdasarkan standar NFPA 780, setiap belum memenuhi persyaratan menjadi self-
peralatan dengan struktur metal dapat protection karena terdapat bagian metal
menjadi sistem peniadaan petir (self- yang terekspos kurang dari 4,8 mm.
protection) dengan beberapa syarat yaitu:
• Seluruh bagian metal harus Berdasarkan standar BS EN/IEC 62305
tersambung sempurna untuk dapat ketebalan minimum untuk aluminium
menyalurkan petir (sistem bonding); sebesar 7 mm. Apabila tangki memiliki
• Aliran listrik akibat petir dapat dialirkan tebal kurang dari persyaratan, maka wajib
dengan sempurna ke dalam tanah memiliki Strike Determination Device (SDD)
(sistem grounding); dan yang terpisah dari bagian tangki.
• Metal yang terekspos pada sambaran

PEMBELAJARAN DAN REKOMENDASI

Sebagai pembelajaran agar kejadian yang memperhitungkan semua aspek seperti


serupa tidak terulang kembali pada kegiatan kelebihan, kekurangan/kelemahan atau risiko
usaha migas, maka berikut ini ada beberapa yang dapat terjadi akibat perubahan desain
rekomendasi yang perlu mendapat perhatian peralatan yang dibangun serta kesiapan
antara lain: sarana dan peralatan dan manusia untuk
1. Memastikan bahwa manajemen risiko menerapkan perubahan.
diterapkan dengan baik dan konsisten untuk 3. Memastikan inspeksi dan pemeriksaan
semua kegiatan migas yang berisiko tinggi keselamatan telah dilaksanakan untuk
seperti pada tangki timbun mulai dari tahap seluruh peralatan dan instalasi termasuk alat
rancang bangun, konstruksi, operasi dan pengaman sesuai regulasi yang berlaku dan
pemeliharaan. dilakukan oleh personil yang kompeten.
2. Memastikan setiap perubahan jika 4. Memastikan semua desain sebelum proses
dilakukan wajib dilengkapi dengan MOC pembangunan ditelaah ulang oleh pihak
disertai dengan analisis risiko lengkap yang independen yang kompeten.

136 Vol. 4
III.2.7. KEBAKARAN FIN-FAN
DI PT KILANG PERTAMINA INTERNASIONAL RU V BALIKPAPAN

PENDAHULUAN

Pada hari Jumat tanggal 04 Maret 2022 sekitar PT KPI RU V Balikpapan merupakan salah satu dari
pukul 10.32 WITA telah terjadi kebakaran 7 unit pengolahan di Indonesia yang merupakan
pada Fin-Fan Ea-3-02BN di Kilang Pertamina kilang terbesar ke-2 setelah RU IV Cilacap. Kilang ini
Internasional (KPI) Refinery Unit V (RU V) memiliki kapasitas produksi sebesar 260 juta barrel
Balikpapan. Kebakaran berhasil dipadamkan per hari (MBSD), memasok 25,5% kebutuhan BBM
sekitar pukul 14.28 WITA. Kebakaran ini tidak nasional dan didistribusikan di area Kalimantan oleh
menimbulkan korban jiwa, tetapi menyebabkan PT Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan. RU
kerugian properti meliputi kerusakan 4 unit Fin- V Balikpapan memproduksi Mogas (Pertalite dan
Fan banks berikut dengan peralatan pendukung Pertamax), ADO, Diesel, Avtur, Pertadex, LPG, Non
dan kerugian produksi. BBM dan lainnya.

KRONOLOGI KEJADIAN

Jumat, 04 Maret 2022 - Tim Fire Brigade melakukan upaya pemadaman


api di area bocoran dengan air dan foam.
• Pagi hari, Kilang RU V beroperasi normal sesuai • Pukul 11.03 WITA
dengan rencana produksi, CDU IV 160MBSD - Api dapat dikendalikan dan tim Fire Brigade
dan CDU V 60 MBSD. Unit HCU-A dan HCU-B melakukan proses pendinginan.
beroperasi normal dengan intake masing masing - Dilakukan depressure system mencapai 1,28
24 MBSD pada tekanan High Pressure Separator kg/cm2g dibandingkan kondisi normal operasi
(HPS) normal pada 163 kg/cm2. 163 kg/cm2g.
• Pukul 10.32 WITA • Pukul 14.28 WITA
- Terjadi kebocoran pada Fin-Fan Ea-3-02 BN - Api telah padam dan kondisi dinyatakan aman
HCU-B diikuti dengan jet fire. Berdasarkan - Persiapan assesment/pengecekan dilakukan
rekaman CCTV, selisih waktu antara di HCU-B (area yang terbakar).
kebocoran awal sampai terjadinya kebakaran - HCU-A tetap beroperasi normal dengan
sekitar 28 detik. kapasitas 17 MBSD dan CDU IV juga
- Operator Control Room segera melakukan beroperasi normal dengan kapasitas 160
emergency shutdown unit HCU-B (depressure MBSD.
reactor) dan pengamanan unit.

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


137
Bagian III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

III.2. KECELAKAAN HILIR MIGAS

Gambar 3.43. Lokasi Kejadian

FAKTA DAN TEMUAN

• Kerugian: c. Bank Ea-3-02-BN dibuat tahun 2007


a. Korban Manusia: nihil menggantikan bank lama yang telah beroperasi
b. Kerusakan Materi: selama 25 tahun sejak 1982. Terdapat
4 Unit Fin-Fan Banks BL, BM, BN dan BP be­­ perbedaan spesifikasi antara bank yang
serta peralatan pendukungnya yaitu 4 motor dibangun tahun 1982 dan 2007 yaitu untuk
22 KW yang terbakar. bank yang dibuat tahun 1982 dilakukan Post
c. Kehilangan produksi (production loss) selama Weld Heat Treatment (PWHT) (owner spec)
39 hari kalender (4 Maret – 11 April 2022) sedangkan bank yang dibuat tahun 2007 tidak
karena HCU-B tidak beroperasi. dilakukan PWHT mengacu ASME B31.3 edisi
• Berdasarkan telaah dokumen, peninjauan tahun 2002.
lapangan, diskusi serta wawancara dengan d. Tipe Header Bank Ea-3-02-BN adalah Pipe
manajemen dan pegawai RU V Balikpapan Header yang tidak memungkinkan dilakukan
ditemukan beberapa fakta sebagai berikut: internal mechanical cleaning dan internal
a. Tanggal 17 Januari 2022, Fin-Fan Ea-3-02 BN inspection secara komprehensif.
mengalami kebocoran pada tube no. 20 dari e. Jumlah bank eksisting ada 10 (Non Perpendicular
sisi timur di area Heat Affected Zone (HAZ) Header) yang secara best practice tidak sesuai
sambungan las. Pada saat itu penanggulangan dengan kaidah Balanced Perpendicular Header
kebocoran dilakukan dengan menggunakan 2n (2, 4, 8, 16, 32, dst) sesuai dengan kaidah dari
insert plug with weld pada sisi inlet dan outlet lisensor UOP terbaru yang mengakibatkan
tube yang bocor. Dari hasil perhitungan velocity low velocity karena distribusi fluida service
diperoleh bahwa jumlah tube maksimum yang pada setiap bank tidak merata. Hal ini akan
diizinkan untuk dilakukan plug ada 4. Hasil mendukung terbentuknya deposit di tube
perhitungan menunjukkan bahwa velocity akibat proses pencucian yang kurang baik.
untuk rate normal dan outlet temperature f. Komposisi fluida inlet Ea-3-02B adalah
masih dapat diterima sesuai dengan referensi Hidrogen, Hidrokarbon dan Air.
lisensor UOP. - Hidrogen berasal dari Plant #8 hidrogen
b. Pada tanggal 4 Maret 2022 Fin-Fan Ea-3-02 dan Plant #5 Platforming. Hidrogen yang
BN kembali mengalami kebocoran yang diikuti berasal dari Platforming plant #5 berpotensi
oleh kebakaran. Posisi tube yang bocor di bank mengandung Chlorine.
Ea-3-02-BN adalah no. 28 dari sisi timur di - Hidrokarbon berasal dari High Vacuum
area HAZ.

138 Vol. 4
Gasoil (HVGO) menunjukkan kandungan - Pada saat kebocoran yang terjadi pada tanggal
Nitrogen berada di antara 425 – 600 ppm- 17 Januari 2022, BRIN telah melalukan
wt dan mencapai puncak di 1200 ppm-wt. failure analysis pada sampel tube Ea-3 -02
Nilai ini masih dalam range impurities yang BN yang bocor. Hasil analisis menunjukkan
ditetapkan RU V yaitu 850 ppm-wt namun pembentukan kerak tebal yang memicu
jauh lebih besar dibandingkan spesifikasi terjadinya korosi lokal (under deposit corrosion),
desain General Operating Manual (GOM) mengakibatkan terjadinya penipisan dinding
UOP yaitu 360 ppm-wt. dalam tube (internal local corrosion) terjadi di
- Injeksi wash water berfungsi untuk semua tube.
menghilangkan ammonia (NH3) dari
recycle gas sehingga purity recycle gas - Terdapat indikasi kenaikan impurities N, H2
tetap terjaga baik dan dapat mencegah dan Cl yang berasal dari hidrokarbon HVGO
pembentukan fouling di heat exchanger dan H2 Platforming. Ketiga unsur ini dapat
akibat terbentuknya endapan garam-garam membentuk endapan garam ammonium
ammonium di area kebocoran tube. di internal tube yang menyebabkan korosi
• Kualitas air. Persyaratan minimum internal lokal
aliran wash water adalah 9 m3/h dan - Untuk mengantisipasi terjadinya stress
tidak mengandung oksigen dan chlorine. corrosion, pada tahun 1982 dilakukan PWHT
Pada kondisi normal digunakan wash pada Bank Ea-3-02B tube meskipun tidak
water dengan sumber demin water dan disyaratkan di standar. Pada saat penggantian
stripped water ex SWS Plant 17 dengan Ea-3-02 tube bank BN tahun 2007, tidak
rasio 50% - 50%, dimana stripped dilakukan PWHT di area pengelasan stub-
water ex SWS Plant 17 berpotensi coupling ke tube bank BN (area sekitar bocoran
mengandung chlorine (Cl) dan Oksigen. tahun 2022) karena belum adanya standar
• Pompa injeksi wash water. Pompa yang mengatur. Pada tahun 2014, ada studi
injeksi ini terdiri dari pompa utama G-3- tentang common practice pelaksanaan PWHT
02 C berkapasitas 9 m3/h dan pompa pada tube REAC meskipun ketebalan pipa <
cadangan G-3-02 D berkapasitas 7,1 19 mm (based on API 932 B: 8.6.2.3; 8.6.2.4)
m3/h. karena area HAZ memiliki residual stress lebih
Pada tahun 2020-2021 tercatat pompa tinggi dibandingkan area lainnya.
cadangan digunakan sebanyak 48 - Dari pantauan CCTV kelihatan api berasal
kali ketika pompa utama mengalami dari rumah kompresor/furnace menuju
kerusakan dan diperbaiki. sumber kebocoran menimbulkan jet fire.

ANALISIS PENYEBAB KEJADIAN

1) Penyebab Langsung %), air (5%) dan hidrogen (79%) ke udara


bebas yang kaya akan oksigen.
Kebakaran terjadi karena adanya tiga faktor c. Sumber panas
segitiga api yaitu bahan bakar, oksigen dan Sumber panas berasal dari berbagai faktor
sumber panas. antara lain:
a. Sumber bahan bakar - Peralatan yang beroperasi sekitar area Fin-
Adanya kebocoran pada tube no 28 sisi timur Fan antara lain compressor, heater (dapur)
inlet EA-3-02BN. - Peralatan listrik antara lain lampu
b. Sumber oksigen penerangan, motor listrik dan lainnya.
Kondisi pada saat kebocoran tube - Terjadi gesekan (mechanical friction) pada
menyemburkan campuran hidrokarbon (16 saat terjadi semburan

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


139
Bagian III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

III.2. KECELAKAAN HILIR MIGAS

- Auto ignition. Semburan H2 mempunyai karena menggunakan pompa cadangan yang


cukup energi untuk mencapai (MIE H2 menyebabkan terbentuknya endapan garam-
untuk menyala adalah 0,017 mJ dengan garam amonium di area kebocoran tube.
kecepatan semburan ke atmosphere ±15,3 d. Inadequate availability of tool / equipment /
m/s). Diketahui auto ignition temperature machinery / device
hidrogen pada suhu 500-571o C. Kapasitas pompa wash water utama eksisting,
G-3-02 C sebesar 9 m3/h sudah memenuhi
Dari pantauan CCTV kelihatan api berasal dari minimum requirement 5% - vol fresh feed (GOM
rumah kompresor/furnace menuju sumber UOP), namun pompa cadangan G-3-02 D
kebocoran menimbulkan jet fire. memiliki kapasitas lebih rendah (7,1m3/h atau
hanya 4% vol fresh feed). Hal ini mengakibatkan
2) Penyebab Dasar flow wash water tidak memenuhi minimum
requirement injeksi kontinyu apabila terdapat
a. Inadequate maintenance/inspection gangguan pada pompa G-3-02 C (readiness
Konfigurasi bank tube Ea-3-02 B eksisting rendah). Dalam history pemakaian pompa
tidak memungkinkan untuk dilakukan internal cadangan G-3-02 D sering dioperasikan.
mechanical cleaning sehingga terjadi akumulasi e. Inadequate work/production standard
deposit dari waktu ke waktu RU V belum memiliki prosedur yang mengatur
b. Inadequate monitoring of standard compliance time based replacement untuk peralatan yang
Konfigurasi piping header eksisting tidak tidak dapat diinspeksi secara menyeluruh.
sesuai dengan standar terbaru UOP (2n) yang Berdasarkan history maintenance RU V, Ea-3-
mengakibatkan low velocity sehingga terjadi 02 B bank BN pertama dilakukan penggantian
maldistribusi aliran fluida service pada setiap pada tahun 2007 dan belum ada metode
bank. inspeksi yang bisa diterapkan untuk mengetahui
c. Inadequate product specification kondisi internal peralatan Ea-3-02 B dengan
Terdapat kenaikan impurities dari feed tipe pipe header sehingga kajian RLA tidak dapat
HVGO (N & Cl) dan feed H2 serta kurang menggambarkan secara utuh umur layan dari
optimalnya kapasitas pompa wash water Ea-3-02 B.

PEMBELAJARAN DAN REKOMENDASI

Sebagai pembelajaran agar kejadian yang dijalankan dan di terapkan untuk semua
serupa tidak terulang kembali pada kegiatan peralatan dan instalasi khususnya yang sudah
usaha migas, maka berikut ini ada beberapa berusia lanjut meliputi RLA, Hazop, RBI dan
rekomendasi yang perlu mendapat perhatian lainnya.
antara lain: d. Memastikan bahwa semua alat yang
a. Memastikan semua peralatan dan instalasi digunakan mudah untuk dilakukan
selalu dalam keadaan baik dan layak operasi. maintenance/inspection.
b. Memastikan prosedur operasi sesuai dengan e. Memberikan perhatian khusus terhadap
persyaratan operasi khususnya batasan referensi desain peralatan termasuk
minimum/maksimum peralatan yang aman. perubahan dan pemutakhiran referensi
Dan bila ada perubahan dalam parameter (regulasi, standar, guideline, best practice) yang
operasi perlu dilakukan manajemen diterbitkan oleh lembaga terkait (Pemerintah,
perubahan. Institusi Standarisasi Nasional/Internasional,
c. Memastikan bahwa analisis risiko telah Asosiasi dan Lisensor).

140 Vol. 4
III.2.8. LEDAKAN GAS TRANSPORT MODULE
DI SPBG PT GAGAS ENERGI INDONESIA

PENDAHULUAN

Pada tanggal 5 Mei 2022 telah terjadi ledakan kendaraan transportasi dan kebutuhan industri.
satu unit tabung pada truk Gas Transport Module Sumber gas berasal dari Stasiun Muara Bekasi milik
(GTM) kapasitas 10 feet (44 unit tabung) di SPBG PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk.
Purwakarta milik PT Gagas Energi Indonesia (GEI).
Kejadian ini tidak menimbulkan korban manusia tetapi Gas dari stasiun Muara Bekasi dikirim melalui
mengakibatkan kerusakan properti atau material pipa penyalur dengan tekanan 10-15 bar ke SPBG
antara lain GTM, plafon/kanopi SPBG, pagar area Purwakarta. Titik serah milik PT PGN dengan PT
peralatan utama, dan satu unit kendaraan operasional. Gagas Energi Indonesia berada di metering regulating
station (MRS) milik PT PGN yang belokasi di SPBG,
PT Gagas Energi Indonesia merupakan Badan Usaha dengan tekanan sekitar 5 bar. Skema pengaliran gas
Niaga Minyak dan Gas Bumi, yang memiliki fasilitas melalui pipa ke SPBG, serta CNG supply chain PT
Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) di Gagas Energi Indonesia adalah sebagai berikut.
Purwakarta. SPBG Purwakarta ini melayani pengisian

Off-take Station
Jaringan pipa
transmisi PGN
Jaringan pipa
Stasiun Kompresi transmisi PGN
Gas Bumi (SPBG)

Stasiun Kompresi
Gas Bumi (SPBG)
GTM (Gas
Transport Module)

Pelanggan
PRS (Pressure CNG
Pembangkitan Energi
Listrik melalui PT Widar Regulated System)
Mandripa Nusantara

Mobile Refuelling
Unit (MRU)

Pelanggan BBG
Transportasi

Gambar 3.44. Skema pengaliran gas melalui pipa ke SPBG

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


141
Bagian III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

III.2. KECELAKAAN HILIR MIGAS

KRONOLOGI KEJADIAN

• Pada pukul 11.30 WIB, truk GTM tiba di SPBG • Pada pukul 12.35 WIB operator menutup
milik PT GEI dan langsung masuk ke area valve GTM karena pengisian telah selesai, dan
pengisian (dispenser). Selanjutnya operator membuka venting valve yang ada di dispenser
melakukan persiapan pengisian dengan untuk membuang tekanan sisa di flexible hose.
memasang cone di depan truk GTM, membuka Tekanan release dilakukan secara bertahap,
valve GTM, memasang sambungan coupler flexible yaitu dimulai dengan tahap 1 hingga tekanan
hose, dan membuka valve pengisian. Operator mencapai 100 bar, kemudian dilanjutkan ke
melakukan pengisian GTM dari dispenser, tahap 2 dengan membuka kembali venting valve
dengan mengoperasikan satu unit krompresor sampai tekanan habis atau mencapai 0 bar. Pada
C-102. Proses berlangsung sekitar 60 menit. saat proses release yang ke-2, ketika tekanan
Secara sistem operasi, kompresor akan mati jika belum mencapai 0 bar, terjadi ledakan pada satu
indikator pengisian sudah penuh pada tekanan unit tabung GTM.
215 bar.

FAKTA DAN TEMUAN

• Data teknis atau Manufacturing Data Record


(MDR) tabung pada GTM tidak tersedia, namun - Working Pressure : 207 Bar
berdasarkan name plate terdapat informasi - Working Temperature : 21° C
sebagai berikut: - Expired Dat : 06/2021
- Standard : ISO 11439:2000 - Instruksi pada name plate : ” Do Not Use
- Tipe : CNG Type 2 After 06/2021”
- Kapasitas : GTM 10 feet dengan
total 44 tabung
(@121 liter)

Gambar 3.45. Name plate pada tabung GTM

142 Vol. 4
• Truk GTM tidak memiliki sertifikat inspeksi terdampak terlihat warna hitam dan berminyak
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang diduga juga berasal dari kondesat.
yang berlaku dan tidak ditemukan riwayat • Pengoperasian SPBG milik PT GEI diatur
inspeksi serta pemeliharaan. Sesuai dengan pada tekanan 215 bar untuk kebutuhan
name plate, expired date adalah bulan Juni 2021 industri. Tekanan tersebut ditentukan tanpa
dan dilengkapi dengan tulisan Do Not Use After mempertimbangkan data teknis/desain
06/2021. GTM yang kemungkinan besar akan berbeda
• Pada GTM tidak ditemukan adanya alat tergantung spesifikasi dari masing-masing GTM.
pengaman, baik berupa pressure safety valve, • Tidak ada data hasil analisis komposisi gas CNG
pressure relief valve atau rupture disk maupun jenis yang diambil setelah melewati dryer pada SPBG
alat pengaman lainnya. Purwakarta, data yang ada hanya komposisi gas
• Pada tabung yang rusak terlihat bahwa dinding dari stasiun Muara Bekasi.
bagian dalam tabung berwarna hitam dan basah • Tidak ada informasi tentang kalibrasi yang pernah
yang diduga berasal dari air dan kondensat. dilakukan pada pressure gauge yang digunakan di
• Tabung lainnya dan area dispenser yang SPBG dan GTM.

Gambar 3.46. Kerusakan truk GMT

ANALISIS PENYEBAB KEJADIAN

1) Penyebab Langsung b. Perusahaan menggunakan tabung GTM


yang telah kadaluarsa (telah melewati umur
a. Tabung GTM tidak mampu menahan tekanan layannya) padahal pada tabung tersebut telah
pengisian (over pressure) di SPBG sebesar tertulis larangan penggunaan setelah Juni
215 bar. Tekanan tersebut melebihi tekanan 2021.
kerja yang diizinkan sesuai name plate yaitu c. Ditemukannya cairan pada bagian tabung
sebesar 207 bar dan berlangsung selama terus yang meledak. Cairan tersebut dapat memicu
menerus di SPBG Purwakarta dalam kurun terjadinya stress corrosion cracking pada dinding
waktu tiga tahun. bagian dalam tabung.

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


143
Bagian III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

III.2. KECELAKAAN HILIR MIGAS

d. Inspeksi dan pemeliharaan GTM tidak pemeriksaan kendaraan GTM beserta


dilakukan secara berkala fasilitas lainnya yang terpasang.
e. Sebelum dilakukan pengisian CNG di SPBG • Tidak ada SOP tertulis tentang perubahan
Purwarkarta, tidak dilakukan pengecekan mode atau adjustment terkait besaran
kondisi GTM tekanan pengisian untuk GTM untuk
f. Tidak terpasang alat pengaman baik berupa kebutuhan industri dan kendaraan.
pressure safety valve / pressure relief valve/
rupture disk, maupun jenis alat pengaman b. Inadequate hazard identification/risk evaluation
lainnya. Tidak adanya analisis risiko yang komprehensif
g. Tidak dilakukan monitoring secara rutin untuk untuk mengidentifikasi setiap potensi bahaya
spesifikasi/komposisi gas (CNG) di SPBG. antara lain terjadinya overpressure.
h. Tidak ada informasi tentang kalibrasi yang c. Inadequate product standard
pernah dilakukan pada pressure gauge yang • Standar dan spesifikasi teknis serta desain
digunakan di SPBG dan GTM. kurang memadai sehingga ditemukannya
cairan di dalam tabung.
2) Penyebab Dasar • Tidak ada standar kadar air (moisture) yang
terkandung dalam gas setelah keluar atau
a. Inadequate work procedure/standard melewati dryer (gas siap jual).
• Perusahaan belum memiliki standard d. Inadequate maintenance and inspection
operating procedure (SOP)/instruksi Pelaksanaan pemeliharaan dan inspeksi kurang
kerja/ checklist yang komprehensif terkait memadai, terutama untuk drain system.

PEMBELAJARAN DAN REKOMENDASI

Sebagai pembelajaran agar kejadian yang 3. Memastikan semua pengoperasian peralatan


serupa tidak terulang kembali pada kegiatan dan instalasi migas (khususnya GTM dan
usaha migas, maka berikut ini ada beberapa SPBG) sesuai instruksi manufaktur untuk
rekomendasi yang perlu mendapat perhatian kondisi operasi termasuk tekanan, temperatur,
antara lain: dan umur layan.
1. Memastikan semua kendaraan BBG (dalam 4. Memastikan tersedianya prosedur kerja
hal ini GTM) yang akan melakukan pengisian untuk setiap kegiatan seperti instruksi kerja
di SPBG telah dilaksanakan inspeksi dan dan checklist untuk melakukan pemeriksaan
pemeriksaan keselamatan sesuai dengan peralatan dan instalasi migas sebelum
peraturan yang berlaku terkait inspeksi digunakan.
teknis dan pemeriksaan keselamatan 5. Memastikan tersedianya prosedur tentang
instalasi dan peralatan pada kegiatan usaha pemantauan kualitas produk gas (spesifikasi/
migas. komposisi) dan pelaksanaannya rutin
2. Memastikan analisis risiko dilakukan untuk dilakukan.
semua kegiatan di instalasi dan peralatan
SPBG.

144 Vol. 4
III.2.9. KECELAKAAN FATAL
DI PT KILANG PERTAMINA INTERNASIONAL RU V BALIKPAPAN

PENDAHULUAN

Pada tanggal 4 Mei 2022 telah terjadi kebocoran produksi 60.000 barel per hari dan Kilang II (CDU
pada pipa 6” outlet C-5-05 yang digunakan untuk IV) dengan kapasitas produksi 200.000 barel
mengalirkan hidrogen dari Net Gas Wash Column per hari. Kilang ini memasok sekitar 26% BBM di
menuju unit Hydrocracking dan Naphtha Hydro Indonesia dan merupakan kilang terbesar kedua.
Treating di PT KPI (Kilang Pertamina Internasional) Kilang mengolah minyak mentah menjadi produk
Refining Unit (RU) V Balikpapan. Penanggulangan bahan bakar seperti Premium, Pertalite, Pertamax,
sementara kebocoran dilakukan dengan meng­ Solar, LPG, Avtur, Pertamina Dex dan berbagai
gunakan temporary clamp. Selanjutnya pada tanggal produk lainnya.
15 Mei 2022 sekitar pukul 10.29 WITA terjadi
ledakan dan kebakaran pada pipa outlet C-5-05 saat Salah satu unit proses yang dioperasikan adalah unit
dilakukan pemasangan online leak sealing (OLS) untuk Platforming yaitu berupa reaktor yang digunakan
menggantikan temporary clamp dan mengakibatkan untuk mengkonversikan naphta menjadi HOMC (high
6 orang korban, yaitu 1 orang meninggal dunia dan octane mogas component) dengan menggunakan
5 orang cedera luka bakar. Disamping itu, ledakan/ klorida sebagai pengaktif katalis. Unit Platforming
kebakaran juga mengakibatkan kerusakan pada piping ini berfungsi untuk mengolah sweet naphta menjadi
dan instrumentasi serta kerugian produksi (production reformate. Salah satu peralatan yang digunakan dalam
loss) berupa Pertamax sekitar 60 MB, Pertalite 135 proses tersebut adalah C5-05 (Net Hydrogen Gas
MB, Solar 24 MB dan Avtur 13 MB. Wash Column) yaitu berupa column yang berfungsi
untuk menghilangkan atau membersihkan sisa
PT KPI RU V Balikpapan mengoperasikan dua unit klorida yang digunakan sebagai pengaktif katalis.
kilang, yaitu Kilang I (CDU V) dengan kapasitas

Gambar 3.47. Diagram proses pada Plant 5

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


145
Bagian III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

III.2. KECELAKAAN HILIR MIGAS

KRONOLOGI KEJADIAN

Pada tanggal 4 Mei 2022 clamp, untuk menurunkan tingkat Low Explosive
Limit (LEL) dari gas maka dilakukan pengaliran
• Ditemukan kebocoran pada line 6” outlet C-5- uap panas (steam) beberapa kali ke arah clamp.
05 dengan diameter sekitar 1,5 mm. Kebocoran • Pukul 10.29 WITA, terjadi suara desisan
ini berjarak 313 mm setelah orifis dengan tag kecil pada saat pemasangan OLS berlangsung.
number FE-114 yang digunakan sebagai alat ukur Petugas melakukan pengaliran steam pada area
laju alir Hidrogen. clamp untuk pengamanan. Setelah itu suara
• Kebocoran diatasi dengan pemasangan temporary desisan semakin besar, diikuti dengan munculnya
clamp yang terbuat dari carbon steel dengan api (flash fire) dari celah bagian kuping OLS dan
ketebalan 6 mm. Untuk menghindari terjadinya kemudian terdengar suara dentuman serta
metal to metal contact, maka antara pipa dan kobaran api. Api menyambar para pekerja yang
clamp dilapisi dengan bahan karet. berada di sekitarnya.
• Temporary clamp dipasang sambil menunggu • Pukul 10.34 WITA, Truk Fire Brigade tiba
fabrikasi permanent clamp berupa Online Leak dilokasi dan petugas pemadam melakukan upaya
Sealing (OLS) berukuran ID = 7 inch dan L = 30 pemadaman dan penyelamatan korban.
cm. • Pukul 10.45 WITA, petugas mengendalikan
kobaran api terhadap peralatan sekitar dan terus
Pada tanggal 15 Mei 2022 melakukan pemadaman/pendinginan.
• Pukul 11.31 WITA, kebakaran berhasil
• Pukul 08.00 WITA, dilakukan penggantian dipadamkan dilanjutkan dengan upaya
temporary clamp menjadi permanent clamp pendinginan.
dengan OLS. Saat dilakukan proses penggantian

FAKTA DAN TEMUAN

• Tanggal 4 Mei 2022 seorang operator kilang • Saat dilakukan desain dan persiapan pembuatan
yang sedang patroli melihat kebocoran pada OLS pada pipa yang bocor, kontraktor melakukan
pipa 6” di outlet C-5-05. Kebocoran tersebut pengukuran pipa pada titik kebocoran hanya di
dilaporkan kepada bagian pemeliharaan kilang dua arah saja (jam 3 dan jam 9). Tidak terdapat
yang kemudian melakukan observasi kebocoran. prosedur maupun standar acuan yang digunakan
Hasil observasi menunjukkan ukuran diameter untuk melakukan pengukuran pada pipa tersebut.
kebocoran sekitar 1.5 mm. • Sebelum dilakukan pengukuran, JSA telah
disiapkan dan izin kerja (SIKA) telah diberikan
• Untuk menutup kebocoran tersebut dilakukan sesuai dengan ketentuan di area Kilang.
pemasangan temporary clamp yang dibuat di
workshop kilang

146 Vol. 4
Gambar 3.48. Drawing desain Online Leak Sealing (OLS)

• Kondisi Operasi Saat Kejadian suhu dan laju alir sementara terekam penurunan
Data operasi pada saat pemasangan OLS di tekanan pada Recontact Drum.
control room adalah sebagai berikut: • Kondisi Clamp setelah kebakaran
- Tekanan : 37,5 kg/cm2 Ditemukan sobekan pada pipa sepanjang kurang
- Temperatur : 52,6 oC lebih 13 cm pada lokasi tidak jauh dari lubang
- Laju alir : 24.932 Nm3/h kebocoran awal (lingkaran merah pada gambar
- Fluida : Hidrogen (H2) dibawah). Sobekan berada pada posisi jam 3,
sedangkan lubang kebocoran awal terletak pada
• Pada saat kegiatan pemasangan OLS terdapat posisi jam 2. Pada sekitar lubang kebocoran dan
enam orang pekerja dengan rincian tugas yaitu sobekan, ketebalan pipa mengalami penipisan
dua orang sebagai pemasang OLS, satu orang hingga mencapai sekitar 2 mm. Sedangkan di luar
pengawas HSE, satu orang pengawas pekerjaan daerah lubang kebocoran dan sobekan, ketebalan
dan dua orang operator yang mengatur dan pipa masih normal (sekitar 6 mm).
mengawasi aliran steam kearah clamp. Dari enam
pekerja pemasangan OLS hanya satu orang Pada sisi kebocoran yang mengalami erosi/
(korban fatal) yang menggunakan body harness. penipisan (di bagian yang sobek) tidak
• Pukul 10.28 WITA sesaat sebelum terjadi diketemukan adanya deposit. Namun deposit
ledakan/kebakaran, terekam adanya kenaikan ditemukan pada sisi yang berlawanan.

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


147
Bagian III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

III.2. KECELAKAAN HILIR MIGAS

Gambar 3.49. Kondisi clamp (OLS) pasca kebakaran

Gambar 3.50. Posisi lubang kebocoran awal (jam 2) dan posisi sobekan (jam 3)

• KPI RU V telah merencanakan melakukan • Menurut informasi, kontraktor OLS yang sama
Turn Around (TA) seluruh unit kilang pada pernah mengerjakan pemasangan OLS di Kilang
tanggal 1 November 2021. Sehubungan RU V Balikpapan pada tanggal 14 Juli 2021,
dengan pertimbangan operasional, kegiatan TA namun hasilnya belum maksimal untuk menutup
mengalami pengunduran beberapa kali dan yang kebocoran yang terjadi. Hal tersebut diketahui
terakhir setelah dilakukan kajian mechanical dari hasil pengukuran gas yang menunjukkan
integrity diputuskan untuk diundur ke bulan konsentrasi gas dikisaran 6-9%. Bahkan ke-
Agustus 2022. Salah satu kegiatan TA yang akan esokan harinya pada tanggal 15 Juli 2021 hasil
dilakukan adalah mengganti pipa-pipa yang perlu pengukuran ulang konsentrasi gas menunjukkan
diganti. peningkatan menjadi 69%.

148 Vol. 4
ANALISIS PENYEBAB KEJADIAN

1) Penyebab Langsung
Terjadinya kebakaran karena telah memenuhi sumber api, dan oksigen (lihat ilustrasi dibawah
unsur segitiga api yaitu adanya bahan bakar, ini).

Sumber
hidrokarbon/Kebocoran Sumber Api/Panas

Akibat kebocoran line 6 inch outlet C5-05


saat dilakukan penggantian temporary
Sumber panas akibat proses
penggantian temporary clamp dengan
1
clamp dengan OLS, dengan kronologi OLS, dengan dugaan antara lain:
sbb:

Diawali dari ditemukannya kebocoran Saat pengencangan baut clamp ( ada


kecil pipa aliran hydrogen akibat gessekan atau pukulan logam dengan
penipisan lokal pipa di zona beberapa logam )
sentimeter setelah orifice flowmeter Ada gesekan intergranular saat mulai
terjadi retakan sebelum kebocoran
Kebocoran pipa ini untuk sementara besar
ditutup dengan menggunakan
Ada gesekan aliran hydrogen
temporary clamp untuk menunda TA
kecepatan tinggi melalui retakan awal
pipa sesaat sebelum penyalaan
Ada Pemanasan logam (clamp/pipa)
Kebakaran terjadi saat dilakukan
saat dialiri steam untuk mendilusi
penggantian temporary clamp
kebocoran gas hydrogen saat terjadi
dengan OLS untuk menunda TA
desisan

2
Sumber panas bukan akibat proses
penggantian temporary clamp
Oksigen dan penyalaan dengan OLS

Medan elektrostatik atau sumber panas


yang lain di zona sekitar bocoran

Gambar 3.51. Diagram alir kejadian kebakaran

a. Adanya bahan bakar disebabkan oleh terjadinya


kebocoran di peralatan dengan analisis sebagai
berikut:

Gambar 3.52. Diagram alir analisis penyebab kebocoran awal pipa hydrogen

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


149
Bagian III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

III.2. KECELAKAAN HILIR MIGAS

• Kebocoran pipa line 6” yang mengalirkan sekitar jam 2 (dilihat dari arah berlawanan
gas hidrogen karena adanya penipisan pada dengan aliran fluida) dengan ukuran lubang
dinding pipa bagian dalam akibat adanya yang lebih besar dibandingkan dengan
perubahan fenomena aliran setelah gas ukuran sebelumnya. Sedangkan sobekan yang
hidrogen melewati orifis (flowmeter). terbentuk akibat rupture saat insiden terjadi
• Dari gambar di bawah ini menunjukkan bahwa terlihat memanjang (longitudinal) dengan
lokasi lubang bocoran awal terletak pada posisi panjang sekitar 13 cm.

Gambar 3.53. Kondisi sobekan setelah kejadian kebakaran

Sobekan yang terbentuk terlihat tidak melalui sekitar jam 3 yaitu disekitar celah (gap) dari
lubang bocoran awal dan terletak pada posisi kuping OLS yang saat kejadian dalam proses
pemasangan.

• Akibat pengencangan OLS - Gambar 3: OLS terpasang di pipa dan


- Gambar 1: OD pipa diukur pada satu baut clamp belum dikencangkan (OLS
tempat, dan terukur 6 inch (152,4 mm) menggantung di permukaan bidang atas
- Gambar 2: OLS didesain dengan ID bidang pipa)
kontak sekitar 170 mm

150 Vol. 4
- Gambar 4: baut clamp OLS sudah Pada saat terjadi retakan, hidrogen mengalir
dikencangkan, dan diduga pengencangan melalui retakan dengan kecepatan tinggi
95%. Bidang atas dan bidang bawah OLS yang mengakibatkan self ignition (hidrogen di
sudah menekan pipa dengan gaya masing- temperatur 500 – 570 o C).
masing P1. Pada posisi ini, pipa yang tertekan - Faktor eksternal
dari atas dan bawah diduga mengalami Sumber api dari kegiatan mekanik
deformasi ke sisi samping, dan bagian pengencangan baut, listrik statis (pengaliran
paling lemah (paling tipis) akan mengalami steam, pakaian pekerja dsb) dan/atau dari
retakan kecil, sehingga terdengar desisan. sumber lainnya.
- Gambar 5: pengencangan dilanjutkan, gaya
tekan dari bidang atas dan bidang bawah Dari beberapa faktor diatas, maka diperkirakan
OLS ke permukaan pipa semakin besar bahwa sumber api yang paling mungkin sebagai
P2, yang mengakibatkan retakan semakin pemicu kebakaran adalah faktor mekanis akibat
besar. Akibat tekanan aliran fluida dari gesekan pada bagian pipa yang retak/sobek
dalam pipa, retakan kecil akan membesar di bagian celah (gap) sekitar kuping OLS. Hal
membuat kebocoran semakin besar. ini juga didukung kesaksian para korban yang
• Dengan adanya penipisan pada sisi menginformasikan bahwa titik api bermula dari
pipa yang bocor ditambah dengan celah sekitar kuping tersebut.
pengencangan OLS, diduga mengakibatkan
retakan yang menyebabkan sobekan pada 2) Penyebab Dasar
pipa.
• Penanggulangan kebocoran awal dengan Dari hasil analisis berbagai data, fakta dan bukti,
menggunakan temporary clamp terbukti penyebab dasar (basic cause) kebakaran meliputi
tidak efektif, karena dari hasil pengukuran, aspek manajemen, keteknikan, dan human factor.
konsentrasi gas masih tinggi (17% di bawah a. Lack of Engineering (Design)
LEL). Pelaksanaan Online Leak Sealing (OLS) mengacu
• Saat pemasangan OLS kebocoran gas ke Tata Kerja Organisasi (TKO) tentang
masih terdeteksi dan terlihat lebih besar. Pelaksanaan Perbaikan Temporary pada
Kemudian terjadi kebocoran lanjut akibat Kebocoran Pipa atau Peralatan Mechanical
sobekan posisi arah jam 3 yaitu pada arah menggunakan On Line Leak Sealing atau Clamp.
memanjang mengikuti celah kuping OLS. Prosedur belum memuat lebih detail mengenai
tata cara desain clamp, baik dari segi material,
b. Sumber api (ignition source) diduga berasal dari ukuran hingga detil pengukuran.
tiga kemungkinan, yaitu:
- Faktor mechanical/metalurgi b. Lack of Maintenance and Inspection
Saat terjadi retakan yang kemudian • Program maintenance and inspection belum
menimbulkan sobekan pada dinding pipa arah optimal, kebocoran pada pipa outlet C-5-
jam 3, timbul gesekan antar permukaan retakan 05 tidak teridentifikasi sebelumnya dalam
yang diperkirakan dapat memicu terjadinya kegiatan inspeksi internal maupun inspeksi
percikan api (spark), mengingat material pipa yang dilakukan oleh pihak ketiga.
terbuat dari baja karbon (carbon steel). Dari • Inspeksi UT thickness tahun sebelumnya
profil retakan pada area pipa yang bocor/sobek tidak mengidentifikasi lokasi kritikal dari
terlihat berbentuk seperti anak tangga (steps), suatu perpipaan.
sehingga diperkirakan tingkat gesekan yang • Penentuan condition monitoring location
terjadi cukup besar; atau (CML) pada perpipaan belum dilaksanakan,
- Faktor thermal fluids aliran hydrogen

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


151
Bagian III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

III.2. KECELAKAAN HILIR MIGAS

khususnya terkait dengan perpipaan perusahaan harus terlibat langsung dan


yang dilengkapi dengan instrumentasi lebih intensif, tidak hanya menyerahkan
pengukuran termasuk flow meter, dan/atau pengawasannya kepada pihak kontraktor.
lainnya. e. Lack of Management Commitment
c. Lack of Competence • Turn Around (TA) merupakan hal yang
Pemahaman tentang damage mechanisms sangat penting untuk menjaga integrity dan
terkait dengan kondisi operasi, fluida performa dari suatu Instalasi, terutama
proses dan jenis material yang digunakan untuk Instalasi yang memiliki usia yang
belum komprehensif sehingga masih terjadi sudah tua dan banyak pekerjaan perbaikan/
kegagalan/kerusakan pada peralatan. Sebagai rekondisi yang harus dilakukan. TA
contoh pemahaman damage mechanisms seharusnya tidak dilakukan penundaan
untuk peralatan dengan servis gas hydrogen kecuali untuk hal-hal yang sangat krusial.
hanya mempertimbangkan dan mengantisipasi • Seandainya terpaksa dilakukan penundaan,
kerusakan akibat hydrogen embrittlement, wajib dilakukan kajian risiko yang
tanpa mempertimbangkan faktor erosi dan komprehensif dan melibatkan stakeholder
lain-lain. terkait.
d. Lack of Supervision
Untuk pekerjaan yang berisiko tinggi,

PEMBELAJARAN DAN REKOMENDASI

Sebagai pembelajaran agar kejadian yang dan Lingkungan Migas, khususnya bagian
serupa tidak terulang kembali pada kegiatan instalasi yang kritikal seharusnya dilakukan
usaha migas, maka berikut ini ada beberapa kajian maupun pertimbangan teknis yang lebih
rekomendasi yang perlu mendapat perhatian komprehensif.
antara lain: 3. Memastikan agar setiap program inspeksi
1. Memastikan bahwa semua kegiatan operasi khususnya inspeksi pipa minyak dan gas untuk
khususnya yang berbahaya dan mengandung menentukan titik lokasi pengukuran ketebalan
risiko tinggi telah dilengkapi dengan prosedur agar dilakukan dengan melibatkan corrosion
yang lebih spesifik, mulai dari kajian risiko, engineer yang kompeten. Titik lokasi ini agar
perencanaan (termasuk detail desain), diberi tanda khusus untuk memudahkan
pelaksanaan (termasuk kualifikasi kontraktor pemantauannya.
pelaksana) serta evaluasi hasil pekerjaan 4. Memastikan agar kegiatan OLS terutama
(seperti pada pelaksanaan pemasangan OLS). untuk instalasi dengan fluida berbahaya telah
2. Membuat kebijakan manajemen agar program dilakukan kajian risiko termasuk mitigasi
Turn Around terhadap Instalasi dilakukan tepat penanggulangan keadaan darurat.
waktu sesuai rencana yang telah disusun. 5. Memastikan semua kontraktor pelaksana
Apabila terjadi perubahan harus dilengkapi OLS memiliki kompetensi dan sertifikat yang
dengan kajian risiko secara komprehensif mendukung pekerjaan pemasangan OLS di
dan dilaporkan kepada Direktorat Teknik lingkungan migas.

152 Vol. 4
III.3. TUMPAHAN MINYAK

III.3. TUMPAHAN MINYAK

Kejadian tumpahan minyak pada kegiatan fluida yang mengandung hidrokarbon ke lingkungan
usaha migas adalah peristiwa tumpahan cairan alam sekitarnya. Di Indonesia, terdapat beberapa
hidrokarbon baik berupa minyak mentah (crude oil), peraturan yang terkait dengan tumpahan minyak,
kondensat, bahan bakar minyak, pelumas, ataupun diantaranya:

1. Undang-Undang No. 22 tahun 2001 tentang a. Peraturan Menteri ESDM No. 32 Tahun 2021
Minyak dan Gas Bumi, pasal 40 tentang Inspeksi Teknis dan Pemeriksaan
a. Ayat 2: Badan Usaha atau Bentuk Usaha Keselamatan Instalasi dan Peralatan Pada
Tetap menjamin keselamatan dan kesehatan Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi.
kerja serta pengelolaan lingkungan hidup dan b. Keputusan Direktur Teknik dan Lingkungan
mentaati ketentuan peraturan perundangan- Minyak dan Gas Bumi selaku Kepala
undangan yang berlaku dalam kegiatan usaha Inspeksi No. 21.K/MG.06/DMT/2022
migas. tentang Pedoman dan Tata Cara Pelaporan
b. Ayat 3: Pengelolaan lingkungan hidup Keselamatan Minyak dan Gas Bumi.
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) berupa 4. Peraturan Menteri Pertambangan Republik
kewajiban untuk melakukan pencegahan dan Indonesia No. 04/P/M/Pertamb/1973 tentang
penanggulangan pencemaran serta pernulihan Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran
atas terjadinya kerusakan lingkungan Perairan dalam Kegiatan Eksplorasi dan atau
hidup, termasuk kewajiban pasca operasi Eksploitasi Minyak dan Gas Bumi.
pertambangan. 5. Peraturan Menteri Perhubungan No. 58 Tahun
2. Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021 tentang 2013 tentang Penanggulangan Pencemaran di
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Perairan dan Pelabuhan.
Lingkungan Hidup. 6. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
3. Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1974 Kehutanan No. 74 tahun 2019 tentang Program
tentang Pengawasan Pelaksanaan Eksplorasi dan Kedaruratan Pengelolaan Bahan Berbahaya Dan
Eksploitasi Minyak dan Gas Bumi di Daerah Lepas Beracun Dan/Atau Limbah Bahan Berbahaya Dan
Pantai, dan turunannya yaitu: Beracun.

Gambar 3.55. Ilustrasi tumpahan minyak di darat dan laut

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


153
Bagian III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

III.3. TUMPAHAN MINYAK

Sebagai instansi pembina kegiatan usaha migas, melalui mekanisme pelaporan dari perusahaan migas
Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Ditjen atau yang biasa disebut Badan Usaha/Bentuk Usaha
Migas) turut melakukan kegiatan pembinaan Tetap (BU/BUT), serta investigasi lapangan. Statistik
dan pengawasan terkait pengelolaan lingkungan, kejadian tumpahan minyak tahun 2020 hingga 2022
KEJADIAN TUMPAHAN MINYAK
termasuk inventarisasi kejadian tumpahan minyak pada kegiatan usaha hulu migas ditunjukan pada
pada kegiatan usaha hulu dan hilir migas. Metode gambar dibawah ini.
inventarisasi dan pengumpulan dataTAHUN dilakukan 2020 - 2022

2 117 1 20 0 5

> 15 bbl < 15 bbl


Gambar 3.56. Statistik Kejadian Tumpahan Minyak
Tahun 2022 - 2022 pada Kegiatan Usaha Hulu Migas

Dari data statistik di atas, dapat diketahui bahwa substandar serta vandalisme yang dilakukan oleh pihak
secara garis besar kejadian tumpahan minyak yang tidak bertanggung jawab.
terjadi berada pada volume di bawah 15 barel dengan
jumlah kejadian terbanyak pada tahun 2020 yaitu 117 Pada semester I tahun 2022, volume tumpahan
kejadian. Sementara tahun 2021 dan 2022 (sampai minyak tercatat sejumlah 27,12 barel yang berasal dari
dengan Juni), jumlah kejadian tumpahan minyak kegiatan usaha hulu migas. Tumpahan minyak tersebut
masing-masing sebanyak 20 kejadian dan 5 kejadian. berasal dari lima kejadian pada lima perusahaan. Data
Berbagai kejadian tumpahan minyak ini umumnya statistik tumpahan minyak pada semester I tahun 2022
terkait dengan kondisi peralatan dan operasi yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.1. Statistik Tumpahan Minyak Tahun 2022 Semester I

Jumlah
Hulu Hilir Jumlah Recovery Recovery
Bulan Recovery
(Barel) (Barel) (Barel) Hulu (Barel) Hilir (Barel)
(Barel)
Januari 14.17 0.00 14.17 9.47 0.00 9.47
Februari 1.70 0.00 1.70 1.70 0.00 1.70
Maret 10.00 0.00 10.00 9.12 0.00 9.12
April 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Mei 1.25 0.00 1.25 1.25 0.00 1.25
Juni 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Total 27.12 0.00 27.12 21.54 0.00 21.54

154 Vol. 4
Berdasarkan tabel statistik di atas diketahui bahwa tumpahan minyak yang dapat dilakukan recovery
volume tumpahan minyak yang terjadi setiap adalah sebesar 21,54 barel atau setara dengan
bulan berada di bawah 15 barel dan untuk setiap 79,42% dari total keseluruhan kejadian tumpahan
STATISTIK TUMPAHAN MINYAK
peristiwa tumpahan minyak telah dilakukan upaya minyak (27,12 barel).

TAHUN 2022
recovery atas tumpahan tersebut. Total jumlah

14,17 0 1,70 0 10 0 0 0 1,25 0 0 0

Hulu Hilir

Gambar 3.57. Statistik Tumpahan Minyak Semester I Tahun 2022

Dalam melakukan penanggulangan tumpahan


minyak, beberapa tindakan dapat dilakukan
seperti monitoring dan evaluasi kondisi tumpahan,
penanganan tumpahan secara mekanikal,
perlindungan garis pantai, pembersihan garis
pantai, dan penggunaan bahan kimia seperti
dispersan. Selain itu, personil yang berperan dalam
kegiatan penanggulangan tumpahan minyak juga
merupakan faktor penting sehingga setiap personil
diharuskan memiliki kualifikasi dan kompetensi
sesuai dengan persyaratan dari lembaga terkait
seperti International Maritime Organization (IMO).

Tulisan berikut ini dapat dijadikan pembelajaran


(lesson learned) tentang kasus kejadian tumpahan
minyak beserta respon tanggap daruratnya pada
kegiatan usaha migas.
Gambar 3.58. Presentase Jumlah Tumpahan Minyak
pada Tahun 2022

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


155
Bagian III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

III.3. TUMPAHAN MINYAK

INSIDEN TUMPAHAN MINYAK


DI ANJUNGAN LEPAS PANTAI YYA PHE ONWJ

PENDAHULUAN

Pada tanggal 12 Juli 2019 terjadi semburan liar 1 melalui relief well. Estimasi total volume tumpahan
hidrokarbon (blow out) ketika PT Pertamina Hulu minyak di lepas pantai tersebut adalah 43,147 barrel.
Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ)
melakukan pekerjaan re-entry Sumur YYA-1 di PT PHE ONWJ merupakan Kontraktor Kontrak
anjungan (platform) YYA, lepas pantai Laut Jawa. Kerja Sama (KKKS) kegiatan usaha hulu migas yang
Kejadian akibat kegagalan operasi ini (blow out) berlokasi di Laut Jawa mulai dari utara Cirebon di
menyebabkan insiden tumpahan minyak yang timur hingga Pulau Seribu di barat. Aset yang dikelola
mencemari lingkungan. Minyak yang tersembur PHE ONWJ antara lain terdiri dari 219 anjungan
terbawa arus laut hingga mencapai pesisir pantai lepas pantai (platform), lebih dari 1600 km pipa
pada beberapa kabupaten di Provinsi Jawa Barat, bawah laut (1300 km pipa aktif), 1 floating storage
Provinsi DKI Jakarta, dan Provinsi Banten. Semburan offloading (FSO) dan 4 fasilitas darat. Produksi Blok
liar berhasil dihentikan pada tanggal 21 September ONWJ saat ini yaitu sekitar 28 MBOPD dan 110
2020 dengan cara intervensi ke dalam sumur YYA- MMSCFD.

Gambar 3.59. Ikhtisar pengelolaan Blok ONWJ

156 Vol. 4
KRONOLOGI KEJADIAN

Berikut ini menunjukkan kronologi kejadian • 17 Juli 2019


tumpahan minyak di Platform YYA yang dikelola oleh Muncul cairan minyak bumi dari titik keluarnya
PHE ONWJ yang dimulai pada tanggal 12 Juli 2019. gelembung gas.
Kejadian ini mengakibatkan munculnya semburan • 1 Agustus 2019
minyak dan telah menyebar hingga Kabupaten Dilakukan pengeboran sumur relief well YYA-1RW
Karawang, Kabupaten Bekasi, Kabupaten menggunakan Rig Soehanah untuk mengatasi
Administrasi Kepulauan Seribu, dan DKI Jakarta. semburan liar.
• 21 September 2019
• 12 Juli 2019 Penutupan semburan liar di sumur YYA-1 berhasil
Pada pukul 01.30 WIB, muncul gelembung gas di dilaksanakan.
sekitar Platform YYA setelah rangkaian kegiatan • 1 Desember 2019
perforasi dilakukan pada sumur YYA-1 dan terjadi - PHE ONWJ melaporkan estimasi total volume
premature gun fired. tumpahan minyak di lepas pantai adalah
• 12 s.d. 14 Juli 2019 43,147 barel. Seluruh tumpahan minyak di
Dilakukan upaya penanganan gelembung gas laut berhasil dikumpulkan kembali (recovery).
yang muncul. - Total tumpahan minyak di daratan yang
• 15 Juli 2019 berasal dari hasil pembersihan di area pesisir
Posisi platform YYA mengalami kemiringan/tidak pantai, diperkirakan sejumlah 17,830.59
simetris terhadap Rig Ensco 67. barel.

Gambar 3.60. Semburan Minyak dari Platform YYA

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


157
Bagian III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

III.3. TUMPAHAN MINYAK

Gambar 3.61. Insiden Tumpahan Minyak PHE ONWJ – YYA Platform

FAKTA DAN TEMUAN

• Strategi Penanggulangan Tumpahan Minyak kejadian tumpahan minyak tersebut dengan


Pada tanggal 17 Juli 2019, PHE ONWJ menyiapkan kapal, oil boom, oil catcher, tangki
menginformasikan bahwa minyak bumi mulai dan peralatan penanggulangan tumpah minyak
muncul dari titik semburan dan berdasarkan terkait lainnya. Sebaran minyak tidak dapat
analisis diketahui bahwa jenis minyak bumi dari dibatasi sepenuhnya sehingga menyebar ke area
titik semburan sama dengan sumur pada YYA- sekitar wilayah kerja.
1. Selanjutnya, PHE ONWJ mengantisipasi

Gambar 3.62. Area Terdampak dan Potensi Terdampak Tumpahan Minyak

158 Vol. 4
Strategi penanggulangan tumpahan minyak Selain itu, dikerahkan sebanyak 3.131 personil
di perairan laut dan pesisir pantai, dilakukan yang terbagi dalam dua kelompok yaitu 978
dengan cara penggelaran oil boom sepanjang personil bertugas di perairan dan sebanyak
8.700 meter dan utilisasi giant oil skimmer 2.153 personil bertugas di daratan. Dukungan
sebanyak 8 - 16 set. Giant oil skimmer digunakan personil ini terdiri atas unsur TNI, Polri, Tim
untuk memblokir dan mengumpulkan kembali Penanggulangan Tumpahan Minyak dan elemen
(recovery) tumpahan minyak di perairan laut dan masyarakat sekitar.
di pesisir pantai.

Gambar 3.63. Penanggulangan Tumpahan Minyak di Laut menggunakan Oil Boom dan Oil Skimmer

Strategi penanggulangan tumpahan minyak


di laut dilakukan dengan menggelar dua lapis
oil boom untuk meminimalkan tumpahan
minyak yang sampai ke pesisir pantai. Operasi
pembersihan tumpahan minyak di laut dilakukan
dengan mengerahkan 45 unit kapal, terdiri dari
4 unit kapal oil combat dan selebihnya untuk
mengisolasi dan mengumpulkan minyak yang
tercecer (oil skimmer dan oil boom), mengangkut
tumpahan minyak, melakukan patroli dan
sebagai back-up memadamkan kebakaran.
Untuk memudahkan pengawasan area sebaran
tumpahan minyak, digunakan drone dan bantuan
foto satelit.

Gambar 3.64. Skema formasi oil boom di laut

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


159
Bagian III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

III.3. TUMPAHAN MINYAK

Gambar 3.65. Foto Udara yang Memperlihatkan Formasi Oil Boom di Laut

Penggelaran oil boom dilakukan dengan formasi Untuk penanganan tumpahan minyak di area
dua lapis (layer) untuk memastikan tumpahan daratan/pesisir pantai, digelar 19,520meter
minyak yang lolos dari lapisan pertama static oil boom yang tersebar di wilayah
(sepanjang 4.950 meter) dapat ditahan oleh oil administratif kabupaten Karawang, Bekasi,
boom di lapisan kedua (sepanjang 3.150 meter). Kepulauan Seribu dan Serang. Sejenis jaring ikan
Oil boom pada lapis pertama hampir mengelilingi (fishnet) dipasang juga oleh nelayan setempat
seluruh area sumur YYA-1, sedangkan lapisan sepanjang lebih kurang 21 kilometer di area
kedua mengikuti hasil pemodelan tumpahan pesisir pantai Karawang yang bertujuan untuk
minyak dan arah pergerakan tumpahan minyak. menahan tumpahan minyak agar tidak sampai
Selain itu, ditempatkan pula moveable oil boom ke darat.
sepanjang 200 meter yang ditarik oleh kapal.

Gambar 3.66. Static oil boom yang dipasang di area pesisir pantai

160 Vol. 4
Menurut laporan PT PHE ONWJ pada tanggal - Re-perforate YY-51, YY-75 and YY-76.
1 Desember 2019, estimasi total volume - Complete the well with 3-1/2” x 2-7/8” Dual
tumpahan minyak di lepas pantai (offshore) adalah Completion.
43,147 barel, seluruhnya berhasil di-recovery dan
ditampung di kapal dengan tangki, kemudian Instalasi yang digunakan untuk melaksanakan
dibawa ke gudang di kawasan berikat Marunda - kegiatan re-entry sumur adalah Jackup Rig
Tanjung Priok untuk diproses lebih lanjut sesuai ENSCO-67 yang memiliki SKPI (Sertifikat
standar dalam pengelolaan limbah B3. Kelayakan Penggunaan Instalasi) Migas yang
masih berlaku. Platform YYA telah memiliki
Dilaporkan juga estimasi total tumpahan minyak COI (Certificate of Inspection) dari Perusahaan
di daratan (onshore) yang berasal dari hasil Inspeksi yang masih berlaku.
pembersihan di area pesisir pantai sebesar
17,830.59 barel. Tumpahan minyak di daratan Pada tanggal 12 Juli 2019 pukul 01.30 WIB,
ditampung dalam karung sebanyak 7,003,617 muncul gelembung gas di sekitar platform YYA
karung dengan bobot rata-rata adalah 4,6 kg per setelah suatu rangkaian kegiatan perforasi
karung, kadar minyak rata-rata 10% dan sisanya pada sumur YYA-1 dilakukan. Diinformasikan
debris berupa pasir, lumpur dan lainnya. juga bahwa sebelum munculnya gelembung
gas sempat terjadi premature gun fired sebelum
• Drilling (re-entry) program sumur YYA-1 kegiatan perforasi dilanjutkan kembali.
Objektif dari pekerjaan sumur YYA-1 sebagai Premature gun fired terjadi sebelum mencapai
berikut: target layer YY-51, saat perforasi dengan run-in
- Re-entry well in full compliance with HSE and TCP gun 7 inch.
operation procedure.
- Drill out cement and cement retainer in 9-5/8”
and 7” casing.

ANALISIS PENYEBAB KEJADIAN

1) Penyebab langsung (immediate cause) • Lack of Knowledge


Premature gun fired saat perforasi dan perforasi Desain re-entry sumur YYA-1 mengacu
lanjutannya diduga menjadi penyebab terjadinya pada data original (data subsurface sumur
semburan liar (blow out) yang mengakibatkan eksplorasi YY-4 tahun 2011). Karena pada
kejadian tumpahan minyak di lepas pantai. sumur ini belum diproduksikan dari sumur
lainnya, perusahaan menggunakan asumsi
2) Penyebab dasar (basic cause) bahwa kondisi relatif masih sama dengan
• Lack of Supervision kondisi pada tahun 2011. Asumsi ini tidak
Sumur YYA-1 adalah sumur yang dibor tahun memadai dan menunjukkan kurangnya
2011 yang diaktifkan kembali. Pengecekan pemahaman tim mengenai kondisi sumur
well integrity seharusnya sudah dilakukan terkini.
sebelum well intervention didesain. • Lack of Engineering
• Lack of Coordination Penggunaan data kondisi sumur yang
Pada saat telah diketahui terjadi premature kurang akurat berikut dengan perhitungan
gun fired, langkah-langkah koordinasi operasi keteknikan (engineering) mengindikasikan
tanggap kejadian tidak tergambarkan secara adanya kelemahan dalam membuat program/
jelas siapa pihak-pihak yang terlibat dalam proses re-entry sumur YYA-1.
membuat keputusan strategis umum dan
keputusan operasional di lapangan.

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


161
Bagian III
Lesson Learned Kecelakaan Migas

III.3. TUMPAHAN MINYAK

PEMBELAJARAN DAN REKOMENDASI

Sebagai pembelajaran agar kejadian yang 3. Memastikan pengawasan yang lebih ketat
serupa tidak terulang kembali pada kegiatan terhadap pekerja yang terlibat dalam kegiatan
usaha migas, maka berikut ini ada beberapa pengeboran, khususnya pekerja kontraktor
rekomendasi yang perlu mendapat perhatian yang melakukan perforasi.
antara lain: 4. Memastikan semua prosedur kerja dan Tata
Kerja Organisasi yang berkaitan dengan
1. Memastikan semua kegiatan yang pekerjaan perforasi telah tersedia dan di
mengandung risiko tinggi wajib dilengkapi implementasikan dengan konsisten serta
dengan analisis risiko yang dilakukan oleh terukur.
pihak yang kompeten. 5. Meningkatkan koordinasi yang lebih baik
2. Memastikan program pengeboran sumur terutama dalam menanggulangi keadaan
dibuat oleh personil/tim yang kompeten darurat berskala besar karena melibatkan
menggunakan data-data terkini (data pihak internal dan eksternal yang banyak,
geologis sumur, teknologi dan operasi) dan termasuk koordinasi kesiapan peralatan dan
ditelaah ulang oleh pihak/manajemen terkait. personil yang dibutuhkan.

162 Vol. 4
BAGIAN IV
Ragam Isu Migas

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


163
Bagian IV
Ragam Isu Migas

Dua hal yang menjadi perhatian dalam industri migas akhir-akhir ini yaitu pertama
meningkatnya kematian pekerja karena penyakit, baik akibat kerja maupun bukan
akibat kerja dan yang kedua permasalahan fasilitas migas yang telah mencapai usia
desain. Pada buku Atlas Keselamatan Migas Vol. 4 ini, Tim Independen Pengendalian
Keselamatan Migas (TIPKM) dan Perkumpulan Ahli Keselamatan dan Keteknikan Migas
Indonesia (PAKKEM) berkontribusi untuk berbagi pandangan mengenai isu penting
pada kegiatan usaha migas seperti tersebut diatas.

Sebelumnya pada edisi buku Atlas Keselamatan dapat memberikan pandangan untuk menjelaskan
Migas Vol. 3 telah dimuat sejumlah tulisan yang penentuan kecelakaan kerja karena penyakit akibat
terkait benchmarking untuk hal-hal positif yang kerja atau penyakit akibat hubungan kerja.
telah diterapkan oleh beberapa BU/BUT dalam
meningkatkan budaya Keselamatan Migas di wilayah Selanjutnya terkait dengan isu permasalahan
kerja masing-masing. fasilitas migas yang telah mencapai usia desain,
PAKKEM akan menyampaikan pandangan mengenai
TIPKM yang anggotanya terdiri dari berbagai pengoperasian dan pemeliharaan fasilitas migas
disiplin ilmu sudah membantu Ditjen Migas sejak yang berusia tua atau telah mencapai usia desain.
tahun 2008 dimana salah satu tugasnya yaitu PAKKEM merupakan suatu wadah bersama bagi
memberikan masukan tentang aspek Keselamatan profesi keselamatan migas untuk membantu dan
Migas. Meningkatnya angka pekerja meninggal berperan aktif dalam menjadikan industri migas
dunia akibat penyakit (Illness Fatality) telah menjadi yang aman, andal dan selamat serta bermanfaat bagi
perhatian khusus Ditjen Migas dalam 5 tahun masyarakat.
terakhir. Terkait dengan isu illness fatality, TIPKM

164 Vol. 4
IV.I. PANDANGAN TIM INDEPENDEN PENGENDALIAN KESELAMATAN MIGAS
(TIPKM) TENTANG KEMATIAN PEKERJA KARENA PENYAKIT BUKAN AKIBAT
KERJA (ILLNESS FATALITY)

Kasus Kecelakaan Migas


Kematian Pekerja Karena Penyakit Bukan Akibat Kerja
(Illness Fatality)

PENDAHULUAN

Dalam beberapa tahun terakhir kasus kematian mendapat kompensasi JKK mengacu pada Undang-
atau fatality di tempat kerja atau sedang bekerja di Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem
lingkungan Industri Migas Indonesia sering terjadi Jaminan Sosial Nasional, Undang-Undang Nomor
seperti pekerja mengalami serangan jantung di 24 Tahun 2011 tentang BPJS dan peraturan
tempat kerja, penyakit bawaan dan lainnya. pelaksaannya antara lain Keputusan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor
Hal ini sering menjadi permasalahan dari pihak 609 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyelesaian
perusahaan untuk menentukan apakah kasus ini Kasus Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja
termasuk kecelakaan kerja migas atau bukan. Jika dan Permenaker No 5 Tahun 2021 tentang Tata
masuk dalam kecelakaan migas maka akan tercatat Cara Penyelenggaraan Program JKK, JKM dan JHT.
dalam statistik dan akan berpengaruh terhadap Pedoman ini mengatur pelaporan kecelakaan kerja
kinerja jam kerja aman perusahaan tersebut. Kasus dengan jaminan finansial kecelakaan kerja bagi para
seperti ini bukan hanya terjadi di sektor migas, tetapi pekerja.
juga dapat terjadi di sektor lainnya yang mengalami
kesulitan dalam menentukan klasifikasi kecelakaan Di lingkungan migas ada pedoman yang ditetapkan
khususnya yang bersifat fatality. Untuk itu perlu oleh Kepala Teknik migas mengenai kriteria
adanya suatu pedoman dalam menentukan kriteria kecelakaan kerja migas di dalam Keputusan
kecelakaan kerja migas yang akan dapat digunakan Direktur Teknik dan Lingkungan Migas Nomor
oleh semua pihak. 0107.K./18/DMT/2019 tentang Pedoman
Investigasi Kecelakaan Migas. Pedoman ini
Secara umum penentuan kecelakaan kerja sudah menetapkan kriteria apakah suatu kecelakaan itu
banyak diatur dan ada berbagai standar baik termasuk kecelakaan kerja atau bukan kecelakaan
nasional maupun global. Perusahaan migas banyak kerja. Untuk kecelakaan kerja migas ada lima
menggunakan standar OSHA log 300 sebagai kriteria yang ditetapkan yaitu:
pedoman menentukan kecelakaan akibat kerja.
Ada juga standar lainnya seperti ANSI Z 16.3 yang i. Kecelakaan yang benar-benar terjadi,
juga mengatur tentang klasifikasi kecelakaan kerja. ii. Menimpa karyawan atau orang yang diberi izin
Standar-standar ini digunakan untuk menyamakan oleh Kepala Teknik,
pelaporan standar pencapaian kinerja keselamatan iii. Terjadi pada jam kerja,
dan kesehatan kerja di suatu industri. iv. Sedang melakukan aktifitas kegiatan Migas, dan
v. Terjadi di dalam wilayah kerja dan/ atau kejadian
Di Indonesia regulasi tentang kecelakaan kerja yang terjadi di dalam area tanggung jawab Kepala
merujuk ke Permenaker No 3 Tahun 1998 tentang Teknik sesuai dengan izin.
Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan
sebagai peraturan pelaksanaan Pasal 11 Undang- Namun pertanyaan yang timbul adalah bagaimana
Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dengan kasus sakit atau penyakit apakah termasuk
Kerja. Regulasi tentang kecelakaan kerja yang kecelakaan kerja atau kecelakaan migas?

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


165
Bagian IV
Ragam Isu Migas

ACUAN PEDOMAN TENTANG KECELAKAAN KERJA which under slightly different circumstances, could
have resulted in harm to people, damage to property
Ada berbagai regulasi, pedoman atau standar yang or loss to process-could or does result in loss. It is
dapat diacu dalam menentukan kecelakaan kerja usually the result of a contact with a source of energy
antara lain: (i.e. kinetic, electrical, chemical, thermal, radiation,
mechanical, etc) above the threshold limit of the body
a. Peraturan Presiden Indonesia Nomor 7 Tahun or structure’.
2019 tentang Penyakit Akibat Kerja
b. Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1979 tentang Menurut Peraturan Menteri Ketenagakerjaan
Keselamatan di Pemurnian dan Pengolahan Nomor 3 tahun 1998, kecelakaan adalah suatu
c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga
Indonesia Nomor: Per.03/Men/1998 Tentang sebelumnya yang dapat menimbulkan korban
Tata Cara Pelaporan Dan Pemeriksaan manusia dan/atau harta benda. Bahwa suatu
Kecelakaan kasus dinyatakan kasus kecelakaan kerja apabila
d Permenaker No 5 Tahun 2021 tentang Tata Cara terdapat unsur rudapaksa yaitu cedera pada tubuh
Penyelenggaraan Program JKK, JKM dan JHT manusia akibat suatu peristiwa atau kejadian seperti
e. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan terjatuh, terpukul, tertabrak dan lain-lain. (Refer:
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 609 Kepmenakertrans No.609/2012). Kriteria suatu
Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyelesaian kecelakaan adalah adanya kontak dengan sesuatu
Kasus Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat sumber energi yang mengakibatkan seorang cedera,
Kerja alat rusak dan menimbulkan dampak negatif
f. Kepdirjen Binawas No 84 Tahun 1998 tentang
Tata Cara Pengisian Formulir Pelaporan dan KECELAKAAN KERJA
Analisis Statistik Kecelakaan
g. Keputusan Direktur Teknik dan Lingkungan Secara umum kecelakaan (accident) dapat dibagi atas
Migas No 0107.K./18/DMT/2019 tentang dua jenis yaitu yang menyangkut manusia (personal
Pedoman Investigasi Kecelakaan Migas, injury) dan yang menimbulkan kerusakan (property
h. OSHA Record keeping 29 CFR Part 1904 (Log damage). Kecelakaan pada manusia dapat dibagi
300) atas kecelakaan berhubungan dengan pekerjaan
i. ANSI Z.16.3 Employee Off-The-Job Injury (wok related incident) dan kecelakaan yang tidak
Experience - Recording and Measuring berhubungan dengan pekerjaan (not work related).
j. SNI 13-6618-2001 Metoda Perhitungan Yang dihitung atau masuk dalam statistik adalah
Tingkat Kekerapan dan Tingkat Keparahan di kecelakaan yang berhubungan dengan pekerjaan
Pertambangan Umum atau work related. Hal ini dapat digambarkan pada
diagram dibawah ini.
PENGERTIAN TENTANG KECELAKAAN

Menurut Frank Bird dalam bukunya Loss Control


Management, “an incident is an undesired event that,

166 Vol. 4
FRAMEWORK OF ACCIDENT Incident
CLASSIFICATION Near Miss

Accident

Personal Injury Property Damage


Environmental Harmful

Record in
Not Work Related Work Related Spearate Logs

Non Recordable Recordable Classification

Employees 1. Fatality
2. LTI
3. RTWC
4. MTC
Contractors 5. FA

Gambar 4.1. Kerangka klasifikasi Kecelakaan Kerja

Pengertian tentang klasifikasi kasus kecelakaan atau pengobatan, diluar P3K namun tidak
recordable dari diagram diatas sebagai berikut: mengakibatkan keterbatasan kerja/transfer kerja
(RWTC) atau lost time accident.
1. Fatality adalah kecelakaan atau sakit akibat 5. FA (First Aid), adalah setiap pengobatan
kerja yang menimpah pekerja dan menyebabkan minor akibat kecelakaan antara lain, tergores,
kematian. terpotong, terbakar dan pasang perban/indoplast
2. LTI (Lost Time Accident) adalah insiden yang dan seterusnya diikuti pergi ke klinik dengan
berhubungan dengan kerja (cedera atau sakit) tujuan hanya untuk observasi. Menurut standar
yang menimpa pekerja, dimana petugas medis/ ANSI maupun OSHA kasus FA tidak masuk
dokter berwenang menyarankan untuk tidak perhitungan statistik (dalam standar OSHA telah
bekerja dalam waktu tertentu (sampai sembuh) dijelaskan pengobatan minor yang termasuk dan
dikarenakan kecelakaan tersebut. tidak termasuk kecelakaan FA).
3. RTWC (Restricted Work /Transfer Case), adalah
kecelakaan atau penyakit akibat kerja dimana Kepmenakertrans Nomor 609/2012 menye­
pekerja tidak dapat melaksanakan tugas butkan definisi kecelakaan kerja adalah kecelakaan
rutinnya. RWTC terjadi sebagai konsekuensi dari yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja,
kecelakaan atau penyakit akibat kerja dimana termasuk penyakit yang timbul karena hubungan
pekerja dipindahkan kerja ke bagian lain yang kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam
memungkinkan untuk kondisi sakitnya perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat
4. MTC (Medical Treatment Case) adalah setiap kerja dan pulang kerumah melalui jalan yang biasa
cedera atau sakit yang berhubungan dengan atau wajar dilalui. Dengan demikian termasuk
kerja dan membutuhkan perhatian medis seluruh kecelakaan on the job dan off the job incident.

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


167
Bagian IV
Ragam Isu Migas

Kecelakaan Kerja Kecelakaan


Industri
On the Job incident
Masuk statistik
Kecelakaan Kompensasi

Kecelakaan
Kompensasi
Kecelakaan Biasa
Off the Job incident
Tidak masuk statistik Tidak masuk statistik
Tidak ada Kompensasi Kompensasi

Gambar 4.2. Klasifikasi kecelakaan kerja, biasa dan kompensasi

Kecelakaan yang tidak berhubungan langsung terjadi tumpang tindih, karena untuk jaminan BPJS
dengan pekerjaan, dalam regulasi ketenagakerjaan mengenai tunjangan kecelakaan akan dihitung semua
yang berlaku tetap dianggap kecelakaan kerja kecelakaan baik work related atau non work related
dan dapat kompensasi namun tidak masuk dalam dan semuanya dikategorikan sebagai kecelakaan
statistik kecelakaan atau sering disebut kecelakaan dalam hubungan kerja.
kompensasi (off the job incident). Disini sering

Kec. Industri
Kec. Kompensasi

Gambar 4.3. Kecelakaan kompensasi

Di industri migas, merujuk kepada Keputusan yang memenuhi kelima kriteria kecelakaan kerja
Direktur Teknik dan Lingkungan Migas Nomor migas yaitu i. kecelakaan yang benar-benar terjadi,
0107.K./18/DMT/2019 tanggal 29 April 2019 ii. menimpa karyawan atau orang yang diberi izin oleh
tentang Pedoman Investigasi Kecelakaan Pada Kepala Teknik, iii. terjadi pada jam kerja, iv. sedang
Kegiatan Usaha Migas, menyebutkan definisi melakukan aktifitas kegiatan Migas dan v. terjadi di
Kecelakaan Kerja Migas adalah setiap kecelakaan dalam wilayah kerja dan/ atau kejadian yang terjadi

168 Vol. 4
di dalam area tanggung jawab Kepala Teknik sesuai a) Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang
dengan izin. disebabkan oleh pekerjaan dan/ atau lingkungan
kerja (pasal 1 ayat 1).
Pedoman diatas selanjutnya menyebutkan definisi b) Pekerja yang didiagnosis menderita Penyakit
kecelakaan adalah kejadian yang tidak terencana/ Akibat Kerja berdasarkan surat keterangan
disengaja dan tidak terkendali yang disebabkan dokter (a. dokter; atau b. dokter spesialis, yang
oleh manusia, peralatan/instalasi, situasi/faktor berkompeten di bidang kesehatan kerja). berhak
lingkungan atau kombinasi faktor-faktor tersebut atas manfaat Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)
yang mengganggu proses kerja dan/atau dapat meskipun hubungan kerja telah berakhir (pasal 2
menimbulkan cedera, kematian, kerusakan properti/ ayat 1 dan pasal 3).
sarana dan prasarana, termasuk kondisi darurat. c) Penyakit Akibat Kerja sebagaimana dimaksud
Jenis kejadian yang dimaksud adalah kecelakaan pada butir b diatas (pasal 2 ayat 1) meliputi jenis
kerja, kebakaran, ledakan, pencemaran lingkungan penyakit: a. yang disebabkan pajanan faktor yang
berupa kebocoran dan/atau tumpahan (minyak, gas timbul dari aktivitas pekerjaan; b. berdasarkan
dan bahan berbahaya dan beracun lainnya) melebihi sistem target organ; c. kanker akibat kerja; dan d.
15 barrel, kerusakan properti melebihi US$ 10.000, spesifik lainnya. (pasal 2 ayat 3).
gangguan operasi termasuk blow out, kerusakan d) Jenis Penyakit Akibat Kerja sebagaimana
peralatan, kegagalan tenaga (power failure) dan dimaksud pada butir c diatas (pasal 2 ayat 3)
lain-lain, gangguan keamanan, termasuk sabotase, tercantum dalam lampiran yang merupakan
vandalisme, terorisme, huru-hara serta bencana bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Presiden
alam dan lainnya. ini (pasal 2 ayat 4).
e) Dalam hal terdapat jenis Penyakit Akibat
Dari tingkat keparahannya kecelakaan kerja migas Kerja yang belum tercantum dalam Lampiran
dikategorikan atas kecelakaan fatal, berat, sedang sebagaimana dimaksud dalam butir d diatas
dan ringan. Kecelakaan meninggal atau fatal yaitu (Pasal 2 ayat (4), penyakit tersebut harus memiliki
kecelakaan yang menimbulkan kematian segera hubungan langsung dengan pajanan yang dialami
atau dalam jangka waktu 24 jam setelah terjadinya pekerja. (pasal 4 ayat 1).
kecelakaan. f) Penyakit sebagaimana dimaksud pada butir e
diatas (pasal 4 ayat 1) harus dibuktikan secara
Dari ketentuan di atas, maka kecelakaan kerja ilmiah dengan menggunakan metode yang tepat.
migas adalah kategori kecelakaan industri (on the (pasal 4 ayat 2).
job accident) yang berhubungan langsung dengan g) Pembuktian sebagaimana dimaksud pada butir f
pekerjaan yang dilakukan atau terjadi dalam diatas (pasal 4 ayat 2) dilakukan oleh dokter atau
lingkungan kerja migas. dokter spesialis yang berkompeten di bidang
kesehatan kerja. (pasal 4 ayat 3).
KEMATIAN KARENA PENYAKIT AKIBAT KERJA
Menurut OSHA Log 300, kecelakaan bukan dalam
Bagaimana dengan pekerja yang menderita sakit, hubungan kerja adalah:
kemudian meninggal di tempat kerja, apakah a) Cidera diluar jam kerja yang terjadi selama proses
termasuk kecelakaan kerja Migas? Jika meninggalnya akomodasi/ perjalanan, di tempat tinggal dinas,
karena penyakit akibat kerja sebagaimana diatur dapur perusahaan, dan diluar area kerja.
didalam Perpres Nomor 7 tahun 2019 si pekerja b) Gejala yang muncul dikarenakan faktor luar
berhak atas manfaat Jaminan Kecelakaan Kerja seperti cidera, sakit atau kematian yang terjadi
(JKK). karena kejadian alam (badai, gempa bumi dan
kilat/petir) yang tidak berkaitan dengan operasi.
Lebih jauh tentang beberapa pasal di Perpres ini
dijelaskan seperti dibawah ini:

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


169
Bagian IV
Ragam Isu Migas

c) Cidera atau penyakit termasuk gejala dan tanda- diakibatkan dari paparan terhadap faktor yang
tanda yang muncul saat bekerja namun dihasilkan berhubungan dengan pekerjaan dan sesuai
dari bukan dalam hubungan kerja atau paparan dengan ketentuan pencatatan kejadian (Refer:
yang terjadi diluar lingkungan area kerja (misal OSHA)
pekerja mengalami penurunan daya pendengaran
namun pekerja tersebut tidak bekerja di area PENYAKIT AKIBAT HUBUNGAN KERJA (WORK
bising). RELATED DISEASE)
d) Pekerja sebagai bagian dari masyarakat, tamu dan
pemerintahan, pekerja yang sedang menunggu Penyakit Akibat Hubungan Kerja/Penyakit Terkait
kendaraan untuk pulang. Kerja (work related disease) adalah penyakit yang
e) Cidera atau penyakit yang terjadi dari partisipasi/ dicetuskan atau diperberat oleh pekerjaan atau
keikutsertaan dalam kegiatan sukarela dalam lingkungan kerja tidak termasuk PAK, namun yang
program kebugaran (wellness), fitness, aktivitas bersangkutan memperoleh Jaminan Pemeliharaan
rekreasi, donor darah, pemeriksaan fisik, Kesehatan (JPK) (Refer: Peraturan Presiden Nomor
vaksinasi, dan kegiatan olahraga. 7/2019 dan Kepmenakertrans No.609/2012).
f) Cidera atau penyakit yang diakibatkan karena
makan, minum atau penyediaan makanan untuk MENINGGAL MENDADAK
konsumsi pribadi. (kecuali petugas / pekerja yang
ditugasi untuk penyediaan konsumsi perusahaan). Meninggal mendadak di tempat kerja pada
g) Cidera atau penyakit yang terjadi akibat tugas hakekatnya bukan kecelakaan kerja (not work
pribadi, aktivitas yang tidak berhubungan dengan related), namun pemerintah memberikan kebijakan
tugas perusahaan. dan dianggap sebagai kecelakaan kerja dan diberikan
h) Cidera atau penyakit yang terjadi akibat jaminan kecelakaan kerja. Dengan demikian,
perawatan pribadi, obat-obat pribadi, dan sakit mendadak di tempat kerja tidak tergolong
pengobatan sendiri untuk kondisi yang tidak recordable incident. (Refer: Kepmenakertrans Nomor
berhubungan dengan kerja. 609/2012).
i) Cidera atau penyakit yang terjadi akibat
kecelakaan kendaraan bermotor dari dan menuju KESIMPULAN
tempat bahkan jika kecelakaan terjadi ditempat
parkir. (kecuali pekerja yang bertugas ditempat 1. Meninggal mendadak akibat sakit bukan
parkir). termasuk kecelakaan kerja namun tetap
j) Batuk dan pilek. mendapat kompensasi apabila memenuhi kriteria
k) Gangguan kejiwaan. (Refer Permenaker No 5 Tahun 2021):
a. Meninggal saat sedang bekerja di tempat
PENYAKIT AKIBAT KERJA (OCCUPATIONAL kerja
DISEASE) b. Mengalami serangan penyakit diibawa ke
fasilitas kesehatan dan meninggal < 24 jam
Menurut ketentuan yang berlaku, penyakit akibat 2. Meninggal mendadak karena dipicu oleh
kerja adalah: suatu faktor dari lingkungan/pekerjaan dapat
1. Penyakit Akibat Kerja yang selanjutnya disingkat dipertimbangkan menjadi kecelakaan dalam
PAK (Occupational Disease) yaitu penyakit yang hubungan kerja dan recordable
disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja 3. Penentuan kecelakaan kerja atau bukan, perlu
dan hal ini sesuai dengan Perpres Nomor 7/2019. dilakukan kasus per kasus dengan melibatkan
(Refer: Kepmenakertrans Nomor 609 tahun 2012) dokter kesehatan kerja yang kompeten/
2. Penyakit Akibat Kerja adalah suatu penyakit berwenang, dan apabila diragukan dapat
terkait pekerjaan ditentukan oleh dokter atau dikonsultasikan dengan Migas atau pengawas
tenaga ahli kesehatan yang profesional yang ketenagakerjaan.

170 Vol. 4
IV.2. PANDANGAN PERKUMPULAN AHLI KESELAMATAN DAN KETEKNIKAN
MINYAK DAN GAS BUMI INDONESIA (PAKKEM) TENTANG AGEING
INFRASTRUCTURE

Mengelola Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan (K3LL)


di Lapangan Migas yang Sudah Berumur (Mature Fields)

Gambar 4.4. Foto Ilustrasi lapangan SPS, PT Pertamina Hulu Mahakam

PENDAHULUAN

Lapangan migas yang sudah berumur sangat Biaya operasi OPEX per barel oil naik, hal ini sangat
memerlukan pengelolaan K3LL dengan pendekatan wajar karena terjadi penurunan volume produksi,
berbeda. Hal tersebut disebabkan lapangan berumur sedangkan disisi biaya cenderung sama bahkan
mempunyai karakteristik yang unik dan umumnya meningkat. Tidak jarang manajemen melakukan
ditandai dengan hal-hal berikut; usaha pemangkasan biaya yang dianggap tidak
penting (low value added cost). Tantangannya adalah
Laju produksi terus menurun, sehingga tidak jarang tidak selalu mudah membedakan yang penting
dilakukan inovasi berbiaya murah dengan sedikit dengan yang tidak penting terutama terkait aspek
kompromi dispesifikasi teknis dan keselamatan keselamatan yang umumnya merupakan “potential/
seperti melakukan perforasi di shallow & sandy hiden hazards” dan tidak secara langsung terlihat
reservoir sehingga mengakibatkan pasir terbawa pada perhitungan revenue bisnis.
ke surface facilities dan menyebabkan erosi pada
choke atau penumpukan pasir di separator sehingga Peralatan pengaman (safety device) sering gagal,
menyebabkan penyumbatan pada drain system atau tanda lapangan berumur yang lain adalah sering
instrumentasi pengaman di surface facilities lainnya. terjadi kegagalan pada sistem pengaman atau

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


171
Bagian IV
Ragam Isu Migas

keselamatan seperti fault alarm, transmitter error, hari-hari mereka dimana mereka sudah terbiasa
beberapa logic di by-pass, actuator di inhibit/override, punya cara sendiri yang kadang sulit diterima akal
pengaman mekanis macet karena korosi, sistem ataupun spesifikasi teknis. Mereka menyelesaikan
control obsolete (discontinued) perlu di upgrade dan masalah tersebut di level front-liner bahkan tanpa
lain-lain. Hal ini menyebabkan biaya maintenance diikuti laporan maupun investigasi mendalam.
naik,
Contohnya, suatu pagi seorang supervisor mendapat
Sering terjadi insiden kecil yang berpotensi informasi melalui radio tentang gas-compressor yang
menjadi insiden besar, seperti tumpahan minyak mati karena gas-detector active. Supervisor tersebut
karena pipa bocor, tangki tumpah, dan sambungan menjawab “Ok diamati dulu, pastikan tidak ada orang
perpipaan sering mengalami kebocoran yang mendekat” sambil melanjutkan minum kopi dan
disebabkan oleh korosi, erosi, gasket yang rusak, ngobrol di smoking-corner dengan rekannya.
baut patah (fatigue) sehingga tidak mampu menahan
tekanan fluida didalamnya dan menyebabkan loss of Pengelolaan K3LL Pada Lapangan Berumur
primary containment.
Di industri migas pengelolaan K3LL mencakup
Pekerja (People), pekerja pada lapangan berumur tiga fase utama yaitu; i. pengelolaan perancangan
umumnya adalah pekerja yang sudah sangat matang, pembangunan/ design & construction management,
berpuluh-puluh tahun di lapangan mengurus hal- ii. pengelolaan produksi & operasi/ production
hal yang sama, mereka itu adalah orang-orang yang operations management dan iii. pengelolaan
over-competent. Kebocoran minyak, kebakaran kecil, pelepasan asset dari operasi/ asset abandonment
instrumentasi rusak sudah menjadi bagian dalam management.

MENGELOLA K3LL DI MATURE FIELDS


Inherently Safer Design
Risk Assesment and Design Safely Review
Evaluation (PTR, PSRR)
Major Threat & SECE Derogations to standard/
Identification Specifications
Design Safer & Layer Pre Start Up Safety
01 Design Engineering &
Construction
Protection Selectioans Review

Policy,
Strategy &
Compliance Production Operations Management System (POMS)
Management of
SECE & Non-SECE Managing Temporary
Down Graded Situation
Management Repair
DGS

PROCESS KPI Monitoring & Turn Around Emergency


SAFETY
MANAGEMENT
02 Operations Analysis Management Response Plan

Control of Safe Operations


Management of Human Audit/Inspection &
(Procedure, Permit to work
Factors (handovers etc.) Improvement
etc.)

Management of Change Risk Monitoring & Process Safety Review


Retro-5 yearly?

Leadership

03 Post Operations Management of unused installations

Installation Preservation Installation Abandonment

Equipment Reutilization

In a full life cycle of business

Gambar 4.5. Mengelola K3LL di Lapangan Berumur

172 Vol. 4
Pada gambar diatas lapangan berumur berada pada bermasalah menyebabkan pompa tidak bisa jalan.
tahapan 2 & 3, namun dalam rangka pengembangan Permintaan ini langsung di eksekusi. Perubahan
bisnis tidak jarang dilakukan pembangunan instalasi ini tidak dicatat didalam shift handover sehingga
baru berdampingan dengan lapangan berumur shift malam tidak memahaminya dan baru tahu
yang sedang berproduksi, operasi ini sering disebut setelah terjadi tumpahan serta melihat trend
sebagai Simultaneous Operations (SIMOPS) yang juga level tangki flat 65% terus sejak sore.
memerlukan mitigasi risiko yang handal.
Didalam operasi lapangan berumur sangat
Tulisan ini akan berforkus pada pengelolaan membutuhkan proses review dan approval yang
lapangan berumur terkait proses di kotak-kotak cepat dan dinamis, maka dari itu standarisasi
berwarna merah pada gambar diatas yang kemudian proses-proses dibawah ini menjadi sangat
dikelompokkan kedalam dua kelompok besar penting;
yaitu; Pencegahan bahaya sekala besar (Process
Safety) & Pencegahan bahaya menengah dan kecil Mengelola perubahan didalam industri migas
(Occupational Safety) adalah wajib. Perubahan yang dimaksud disini
tidak terbatas pada perubahan/modifikasi
PENCEGAHAN BAHAYA SKALA BESAR instalasi dilapangan namun mencakup semua
(PROCESS SAFETY & ASSET INTEGRITY) aspek perubahan seperti perubahan organisasi,
perubahan tugas & tanggung jawab, perubahan
Pada dasarnya instalasi sudah dirancang dan dibangun prosedur kerja, perubahan set-point/process
sedemikian hingga aman untuk di operasikan dari parameter dan lain-lain. Penerapan MOC dapat
potensi kebocoran, kebakaran/ledakan, tumpahan dibagi sebagai berikut:
minyak dan insiden lainnya yang ber-sekala
besar. Namun di usia yang sudah memasuki masa a. Comprehensive-MOC,
mature, instalasi sudah mulai mengalami degradasi Pada umumnya MOC diawali dari pengajuan
dibandingkan dengan kondisi saat awal dibangun. perubahan yang mencakup tujuan dan benefit
Degradasi ini akan meningkatkan risiko sehingga perubahan. Kemudian dilakukan kajian teknis
harus dilakukan mitigasi risiko diantaranya dengan dan dilanjutkan dengan kajian keselamatan.
melakukan i. MOC, ii. Temporary Repair, iii. DGS, iv. Dari kajian tersebut akan dikeluarkan
Unused/Disused Equipment dan v. Improved Handover rekomendasi teknis maupun rencana-
rencana penurunan risiko. Selanjutnya
1. Management of Change (MOC) masuk ke tahapan review dan approval dari
pejabat/otoritas terkait. Perubahan baru
Pada umumnya Management of Change terkait boleh dilakukan setelah semua rangkaian
operasi menjelaskan tentang langkah-langkah proses diatas selesai yang umumnya akan
MOC mulai dari mengisi formulir, dilakukan initial memakan waktu beberapa minggu bahkan
risk assessment, dikirim ke kantor pusat untuk bulan tergantung ukuran dari perubahannya.
dilakukan safety review, dibuat list rekomendasi,
disetujui kemudian dieksekusi. Sebagai contoh, di b. Simple MOC (S-MOC)
suatu malam ketika semua pekerja sedang tidur Pada lapangan berumur, perubahan-
terlelap, operator shift malam melaporkan ke perubahan di level operasi sangat dinamis
control room bahwa terjadi tumpahan minyak dari sehingga dibutuhkan proses yang lebih
tangki yang sedang mereka isi. Panel operator sederhana, cepat dan tetap menjamin aspek
bingung karena level tangki dilayar monitor masih keselamatan dengan menggunakan Simple-
65%, tidak ada catatan apapun di log-book shift MOC (S-MOC) yang meliputi:
sore. Ternyata belakangan diketahui shift sore • Diskripsi usulan perubahan (modifikasi),
meminta tim control system untuk melakukan tujuan, keuntungan dan kerugian,
forcing-value 65% di PLC karena level transmitter

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


173
Bagian IV
Ragam Isu Migas

• Risk Asssessment: potensi bahaya, risiko solver sehingga selalu terdeteksi nilai bagus.
awal, tindakan penurunan risiko dan risiko Override biasanya dilakukan dengan menahan
akhir. Analisis risiko ditahap ini setidaknya aksi logic solver agar final element tidak
dilakukan oleh tim yang terdiri dari tim berubah. Semua inhibition, override, logic by-
Produksi, Maintenance dan HSE. pass harus diatur sehingga mencakup:
• Proses approval oleh kepala lapangan: • Formulir pengajuan, tujuan dan alasan
disetujui/ditolak, berapa lama, jika sifatnya • Analisis risiko potensi bahaya dari
permanen maka harus dibuatkan usulan pemasangan Inhibition/Override/By-pass,
comprehensive MOC sebagai regularisasi. rekomendasi untuk menurunkan risiko,
Kesalahan umum yang sering terjadi dan nilai risiko akhir
dalam penggunaan S-MOC ini adalah • Persetujuan/approval dan catatan
dengan memberikan rekomendasi “supaya tambahan yang mencakup lama
dilakukan comprehensive-MOC, study persetujuan, rencana pengembalian ke
dan safety-review mendalam untuk solusi kondisi normal
jangka panjang” yang sebenarnya tidak • Semua inhibition/override/by-pass
termasuk dalam prinsip S-MOC. dimasukkan ke dalam register yang
dimonitor setiap minggu (boleh berbeda
2. Temporary Repair tergantung risiko ataupun aturan di
perusahaan)
Temporary repair adalah perbaikan yang dilakukan
untuk solusi sementara agar produksi tetap terjaga. 3. Downgraded Situation (DGS)
Di bawah ini adalah contoh-contoh temporary repair
pada lapangan migas: Downgraded situation atau situasi dimana terjadi
peningkatan risiko akhir operasi/instalasi yang
i. Temporary Clamp: menutup kebocoran dikarenakan hilangnya beberapa fungsi pengaman
menggunakan clamp adalah termasuk atau ada operasi lain disekitar.
perbaikan sementara, meskipun ada beberapa
jenis clamp yang dalam spesifikasinya dapat Aturan dasar untuk DGS adalah:
dipertimbangkan sebagai permanen repair. a. Jika ada situasi downgraded (DGS) maka instalasi
harus shutdown/stop/dimatikan
Penggunaan temporary clamp ini harus b. Hanya jika terdapat upaya mitigasi yang dapat
diatur dengan prosedur yang baik, meliputi: dilakukan sehingga risiko akhir dari DGS ini
clamp register yang berisi diskripsi, lokasi, kembali ke ALARP level maka instalasi boleh
foto, risiko akhir setelah di clamp, estimasi dibiarkan berjalan. Semua mitigasi risiko harus
clamp-expired dan frekuensi clamp inspection dilakukan dan dimonitor setiap minggu (periodik).
(umumnya bulanan disesuaikan dengan
tingkat risikonya). Aspek terpenting setelah Downgraded Situation harus dilengkapi dengan
temporary clamp terpasang adalah apa dan proses dibawah ini:
kapan rencana tindak lanjut (permanent a. DGS harus dilakukan analisis risiko dan tindakan
solution) mitigasi risiko yang memadai guna memastikan
risiko akhir dapat dikendalikan.
ii. Inhibition, Override, By-pass logic: istilah ini b. DGS harus dimonitor dalam rapat mingguan,
umumnya dipakai untuk intervensi/menahan rencana remedial action harus terus dipantau, jika
aksi dari sistem instrumentasi pengaman ada proses pembelian sparepart harus masuk ke
atau control system umumnya untuk fastrack request, dan seterusnya.
mempertahankan proses produksi. c. Semua pekerja yang bekerja didekat DGS
harus mendapatkan sosialisasi dan mengerti
Inhibition biasanya dilakukan dengan memutus potensi bahaya dan batasan-batasan dari DGS
signal input dari sensor yang menuju logic- didekatnya.

174 Vol. 4
d. DGS harus dimasukkan kedalam DGS register safety review untuk memastikan tidak ada potensi
dan secara rutin di-update setiap minggu. bahaya serta mengetahui tindakan mitigasi apa
saja yang diperlukan.
d. Deklarasi sebagai unused/disused equipment,
Catatan Penting: Sistim DGS ini bukan sekedar deklarasi ini sangat penting salah satunya sebagai
untuk menandai bahwa instalasi sedang tidak lampiran untuk meniadakan semua program
normal, yang paling penting adalah sistem DGS ini inspeksi ataupun maintenance sehingga dapat
menjadi tool decision making untuk Kepala Teknik menghemat biaya
Tambang (KATEK) dan Wakil Kepala Teknik Tambang
(WAKATEK) untuk memutuskan apakah instalasi 5. Improved Handover
masih boleh dioperasikan.
Kegagalan dalam menyampaikan informasi kritikal
4. Unused/Disused Equipment saat pergantian shift atau pergantian crew sangat
berpotensi menyebabkan kecelakaan besar. Contoh
Peralatan/instalasi produksi yang sudah tidak kasus kecelakaan besar akibat kegagalan/kesalahan
dipergunakan harus dilakukan abandonment. Namun proses handover diantaranya adalah kebakaran
dengan beberapa pertimbangan, tidak sedikit platform Piper Alpha, kebakaran kilang Texas City, dll.
abandonment ini harus ditunda sehingga instalasi Handover harus dibuat standard dan runut, hal-hal
tersebut tetap berada di lapangan tetapi statusnya yang dianggap penting wajib di highlight pada saat
tidak dipergunakan (unused/disused). Untuk melakukan handover.
menurunkan biaya operasi rutin (OPEX), biasanya
instalasi ini tidak lagi dilakukan inspeksi ataupun Catatan Penting: Inhibitions, Override, By-pass,
maintenance, sehingga statusnya menjadi tidak jelas Temporary modifications, downgraded-situation,
apakah masih aman atau tidak. harus dimasukkan kedalam register masing-masing
terpisah dan menjadi bagian yang di-handoverkan
Salah satu contoh, pada tahun 2013 terjadi insiden pergantian shift ataupun pergantian crew.
tumpahan minyak di salah satu lapangan migas
berumur. Di lapangan tersebut terdapat unused- Pencegahan bahaya menengah dan ringan
installation yang secara fisik masih terhubung (Occupational Safety)
dengan instalasi yang masih aktif beroperasi melalui
sebuah manual-valve sebagai pembatas. Program Untuk lapangan yang tergolong bahaya menengah
maintenance dan inspection pada manual valve dapat dilakukan program, diantaranya dengan i.
tersebut sudah lama dimatikan. Pada suatu hari tiba- permit to work system, ii. safety campaign, iii. fit to
tiba sejumlah baut penahan flanges patah sehingga work & fit to task, iv. KPI monitoring & analysis
terjadi kebocoran pada flange tersebut.
1. Permit to Work System
Berdasarkan pengalaman tersebut, maka untuk Sistem ijin kerja merupakan salah satu bagian
lapangan berumur sangat penting menerapkan penting di dalam pengendalian risiko di dalam
management unused/disused equipment yaitu pekerjaan, tidak terkecuali di lapangan berumur.
meliputi: Tahapan dalam ijin kerja mulai dari perencanaan
a. Unused equipment harus physically disconnected/ pekerjaan, penilaian risiko, pelaksanaan serta
positively isolated dengan instalasi yang masih pengawasan pekerjaan, hingga audit dari sistem
beroperasi. ijin kerja itu sendiri.
b. Semua hidrokarbon didalamnya supaya
dibersihkan dengan cara di drain, venting ataupun Di dalam organisasi lapangan berumur, di mana
flushing. Jika diperlukan dapat di isi dengan pekerja telah berpuluh tahun bekerja di lapangan
preservation fluid seperti treated water dll. tersebut, seringkali ijin kerja dianggap sebagai
c. Sebelum di deklarasikan sebagai unused tugas administratif yang tidak diperlukan. Pekerja
equipment, terlebih dahulu harus dilakukan dengan jam terbang tinggi akan mudah menjadi

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


175
Bagian IV
Ragam Isu Migas

“complacent” dan cenderung meremehkan risiko dalam budaya keselamatan. Di dalam mature
pekerjaan. Bahkan tidak jarang terjadi, pekerjaan fields, ide-ide seringkali datang pula dari lapangan.
dilakukan tanpa implementasi sistem ijin kerja. Rasa memiliki dan keinginan untuk bersama-
Hal ini harus dihindari, sistem ijin kerja harus sama berkembang di kalangan pekerja lapangan
dilaksanakan secara ketat di lapangan. menjadi potensi besar yang dapat dimanfaatkan
untuk keselamatan. Tantangan di lapangan
2. Safety Campaign berupa keengganan pekerja untuk melaporkan/
menghentikan kegiatan/ tindakan tidak aman
Kampanye dapat menjadi salah satu cara yang dijawab dengan kampanye positif “Tegur Jika
efektif untuk memotivasi pekerja dan membuat Saya Tidak Aman”.
pekerja berpikir jernih mengenai keselamatan
dirinya dan orang lain di tempat kerja. 3. Fit to Work & Fit to Task

Kesalahan yang umum terjadi dari program Tidak dapat dipungkiri, semakin berumur suatu
keselamatan adalah kecenderungan untuk lapangan, maka populasi pekerja “berumur” juga
mengulangi konsep yang sama setiap akan semakin banyak. Perusahaan harus memastikan
tahun. Hal ini membosankan dan dapat bahwa pekerja berada dalam keadaan sehat dan
mengakibatkan berkurangnya antusiasme bugar untuk bekerja, sesuai dengan tugas yang
pekerja dalam aspek keselamatan. Komitmen diamanahkan kepadanya. Program pemeriksaan
dan dedikasi manajemen sangat diperlukan kesehatan yang komprehensif perlu dilaksanakan
untuk melibatkan pekerja dalam kampanye secara konsisten untuk memastikan setiap pekerja
yang menarik yang mengingatkan kembali yang bekerja di lapangan berada dalam tingkat
topik lama yang penting dalam cara yang lebih kesehatan yang baik. Terlebih pekerja lapangan, di
menarik dan menyegarkan. mana akses ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap
sulit untuk dijangkau, maka persyaratan tingkat
Kampanye yang direncanakan dan dilaksanakan kesehatan pekerja dikaji kembali, agar pekerja dapat
dengan baik akan membantu pekerja untuk fokus bekerja dengan tetap sehat dan produktif, hingga
pada produktivitas serta kerja tim. Manfaat dari masa purna tugasnya.
kampanye yang dilaksanakan dengan baik tidak
hanya berdampak pada kampanye itu sendiri, 4. KPI Monitoring & Analysis
namun juga dapat berkontribusi pada peningkatan
berkelanjutan dan budaya keselamatan. a. HSE Global Review
KPI HSE digunakan untuk mengukur,
Perusahaan perlu untuk terus berinovasi dalam mengevaluasi dan memantau kinerja
kampanye ini. Seiring dengan kemajuan teknologi HSE. Pemantauan KPI secara aktif akan
serta perkembangan ilmu perilaku, maka mengungkapkan seberapa efektif HSE MS telah
pendekatan kampanye keselamatan harus terus dijalankan. Organisasi dengan lapangan berumur
dimutakhirkan. memiliki catatan kinerja yang panjang yang jika
dianalisis dengan baik, akan dapat memberikan
Kampanye perilaku dalam bahasa yang positif informasi berharga untuk penetapan strategi
adalah salah satu contoh kampanye yang peningkatan yang baik.
mengintegrasikan konsep pendekatan baru

176 Vol. 4
Data analisis KPI dikaji oleh manajemen yang robust agar organisasi tetap dapat terus
tertinggi setidaknya dua kali setahun. Praktik belajar dari insiden yang pernah terjadi.
ini memberikan semacam “pulse check”
bagi organisasi serta gambaran “helicopter PENUTUP
view” terkait dengan isu yang perlu segera
ditangani, serta memberikan umpan balik Tentunya masih banyak barrier penting lainnya
dengan mengidentifikasi praktek baik yang dalam mengelola K3LL di instalasi migas yang
mempromosikan budaya keselamatan. sudah berumur, diantaranya pengelolaan human
factors, kontraktor, masyarakat sekitar, keamanan
b. Incident Investigation & Anomaly Analysis dan lingkungan, kesiapan tanggap darurat dan
Analisis KPI HSE yang efektif tidak dapat lain-lain yang tentunya memerlukan pendekatan
terlepas dari kualitas investigasi serta analisis sangat berbeda dibandingkan dengan instalasi
insiden. Proses ini merupakan salah satu baru.
sumber informasi penting yang dapat memandu
sebuah organisasi dalam meningkatkan kinerja Dari sisi instalasi juga diperlukan pengelolaan
HSEnya, dengan mencegah terulangnya kejadian yang baik terkait desain teknis dan organisasi yang
serupa. Konsistensi dalam penerapan proses berbiaya murah seperti konsep fit for purpose, lean
pembelajaran dari kejadian sangat penting bagi architecture, risk based design, system derogation
organisasi dengan mature fields. dan sebagainya.

Fokus perhatian tidak hanya diberikan pada Dari sisi operasi yang perlu menjadi perhatian
kasus cedera, namun juga pada kasus dengan adalah bagaimana mengelola keselamatan terkait
potensi risiko tinggi. Terlebih pada lapangan Turn Around (TA/TAR). Keselamatan dalam
berumur dimana operasi dilakukan di instalasi pelaksanaan TA/TAR tidak hanya terbatas pada
tua dengan isu korosi, erosi, dan lain-lain. Pre-shutdown & Pre-Start Up safety review namun
Penyelidikan insiden dapat membantu organisasi juga harus mencakup safety review terhadap hasil
untuk mencegah major accident. Sebagai setelah pelaksanaan TAR (postponement) dan lain-
contoh, kecelakaan pengangkatan, kecelakaan lain.
transportasi, kebocoran hidrokarbon, harus
diinvestigasi dan dianalisis agar organisasi dapat Disclaimer : Foto illustrasi diambil dari Lapangan
melaksanakan tindakan perbaikan yang tepat dan Senipah Peciko & South Mahakam
efektif. (SPS) PT. Pertamina Hulu Mahakam

Catatan panjang dari lapangan berumur Disiapkan oleh:


menyimpan pelajaran berharga. Seluruh hasil PAKKEM (Diah Kusumawati)
investigasi dan analisis disimpan dalam database

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


177
Bagian V
Penutup

BAGIAN V
Penutup

178 Vol. 4
Sebagai penutup, Ditjen Migas berharap agar Atlas
Keselamatan Migas Vol. 4 ini dapat memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya bagi kita semua dalam upaya meningkatkan
budaya Keselamatan Migas di Indonesia serta menambah
pengetahuan juga motivasi kita untuk mendukung program
pengurangan emisi karbon dan transisi energi. Karena setiap
dari kita bisa menjadi bagian untuk mewujudkan cita-cita Zero
Accident, Zero Unplanned Shutdown, dan Zero Emission.

P
ada kesempatan ini tidak lupa Ditjen Migas berkenan dalam penulisan Atlas Keselamatan Migas
menyampaikan ucapan terima kasih kepada Vol. 4 ini.
semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan buku ini. Di samping itu tidak lupa pula Sekian dan terima kasih, semoga Tuhan Yang
kami menyampaikan ucapan permohonan maaf Maha Kuasa selalu memberikan perlindungan dan
jika ada kekurangan atau ada hal-hal yang kurang anugerahnya kepada kita semua.

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI


179
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

ATLAS
Keselamatan Migas Vol. 4
TIM PENULIS:
DIREKTORAT TEKNIK DAN LINGKUNGAN MIGAS
PENGARAH
Mirza Mahendra

KOORDINATOR
Wijayanto
Joko Hadi Wibowo
Yuki Haidir
Bambang Eka Satria
Kusnandar

PENULIS
Onne Aswin Alamsyah
Jihad Oktova Arief Rahmawan
Wahyu Hidayat
Erni Indriyaningsih
M. Bharata Purnama Putra
Andi Muller
Agung Nur Wachid
Rendha Padmodwiputra
Revi Adib Pramudita
Venessa Allia
Fahrur Rozi Firmansyah
Tunjung Sugandika
Ridho Pradana Mahaputra
Jauhar Fuadi
Tio Angger Pertama
Asti Murdaningsih
M. Arief Wibowo
Andi Octavia Saputro
Siti Nurbayanah
Aulia Fazlur Rahman
Bayu Sampurna
Rinna Santi Sijabat
Fitria Titisari

TIM EDITOR:
TIM INDEPENDEN
PENGENDALIAN KESELAMATAN MIGAS

EDITOR
Soehatman Ramli
Samsi Yarno Samoeri
Komar Adiwijaya
Dewa Nyoman Adnyana
Abdul Halim Hamid

LAYOUT DAN GRAFIS


Okto Berbudi
Yogi
BUDAYAKAN
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

TIM INDEPENDEN PENGENDALIAN KESELAMATAN MIGAS

Gedung Ibnu Sutowo


Jl. H. R. Rasuna Said Kav. B-5, Kuningan,
Jakarta 12910 - Indonesia
T, (021) 5268910 (Hunting)
F. (021) 5269114
e-mail: migas@migas.esdm.go.id
www.migas.esdm.go.id

Anda mungkin juga menyukai