Anda di halaman 1dari 9

MOISTURE PADA BATUBARA

Total Moisture batubara adalah persentase air dalam segala bentuk (kecuali air kristal dari bahan
mineral) yang berada dalam matriks batubara .

Berbagai bentuk Moisture dalam batubara dijelaskan sesuai dengan cara di mana mereka diukur
oleh beberapa metode standar yang ditentukan. Berbagai macam moisture pada batubara :

( 1 ) Inherent Moisture ,
( 2 ) Surface atau Free Moisture,
( 3 ) Total Moisture,
( 4 ) Air-Dry Loss Moisture,
( 5 ) Residual Moisture,
( 6 ) As-Received Moisture,
( 7 ) Decomposition Moisture, dan
( 8 ) Water of Hydration of Mineral Matter.

Inherent moisture (bed moisture , equilibrium Moisture, Capacity Moisture) diasumsikan air yang
terdapat dalam sistem pori dan kapiler batubara dan tidak diidentifikasi dengan residual moisture.
Surface Moisture (free Moisture) , sebagai istilah menyiratkan, air yang terdapat pada permukaan
batubara. Total Moisture adalah kelembaban yang ditentukan sebagai hilangnya berat di atmosfer
udara dalam kondisi yang dikontrol oleh suhu, waktu, dan aliran udara (ASTM D - 3302) dan
merupakan Inherent Moisture dan Free Moisture dan juga Air-Dry Loss Moisture dan Residual
Moisture. Air-Dry Loss Moisture adalah hilangnya berat akibat proses pengeringan parsial batubara,
dan Residual Moisture adalah kelembaban yang tersisa dalam sampel setelah penentuan Air-Dry
Loss Moisture dilakukan. As-Received Moisture juga sama dengan jumlah air, atau jumlah dari
Inherent Moisture dan Free Moisture dalam batubara pada saat analisis . Decomposition Moisture
dihasilkan dari dekomposisi/penguraian oleh proses termal dari unsur organik pada batubara .
Water of Hydration of Mineral Matter adalah air yang masuk ke dalam kisi kristal dari lempung dan
mineral anorganik dalam batubara .

Nilai Moisture pada batubara berkisar dari 6% berat dalam batubara antrasit hingga 45% berat
dalam lignit.

Ada berbagai tes standar untuk menentukan kadar air batubara dan dapat diklasifikasikan
tergantung pada jenis Moisture yang diuji, antara lain :

( 1 ) ASTM D - 1412 ( ISO 1018 ) untuk penentuan equilibrium moisture batubara pada 96%
kelembaban - relatif 97% pada suhu 30◦ C,
( 2 ) ASTM D - 2961 untuk penentuan Total Moisture batubara dikurangi ke nomor 8 ( 2,38 mm ) atas
ukuran saringan (metode terbatas - tujuan),
( 3 ) ASTM D - 3173 untuk penentuan kelembaban dalam sampel analisa batubara dan kokas , dan
(4 ) metode D - 3302 untuk penentuan total kelembaban dalam batubara.

Selain metode tes ini, metode menyiapkan sampel untuk analisis batubara ( ASTM D - 2013 )
memberikan petunjuk untuk pengeringan udara sampel batubara. Telah kemukakan bahwa teknik
terbaik adalah untuk menentukan kurangnya moisture selama proses pengeringan di udara ( ASTM
D - 3302 , ISO 11722 ) diikuti dengan distilasi co kelembaban dengan xylene. Atau, nilai moisture
dapat ditentukan dalam oven (pada suhu konstan) yang disemprotkan dengan nitrogen kering atau
gas inert lain ( ISO 589 ) .

Penentuan moisture ( ASTM D - 3173 , ASTM D - 3302 ) tergantung pada sejauh mana persiapan
sampel dan kondisi sampel batubara. Seluruh prosedur untuk menentukan Total Moisture batubara,
setelah mengumpulkan sampel kotor, dimulai dengan mempersiapkan sampel untuk analisis ( ASTM
D - 2013). Jika sampel bruto cukup kering, dapat langsung diayak pada udara kering. Jika sampel
terlalu basah, sample tsb harus ditimbang sebelum pengurangan ukuran dan dikeringkan dengan
menggunakan oven yang diatur 10 sampai 15◦ C ( 18-27◦ F ) di atas suhu kamar dengan suhu oven
maksimum 40◦ C ( 106◦ F), di bawah kondisi suhu lingkungan, suhu ambien harus digunakan. Dengan
cara ini, kelembaban dalam sampel berkurang ke kondisi ekuilibrium dengan udara di laboratorium,
dan perubahan kadar air diminimalkan selama operasi crushing dan grinding dan bahkan selama
analisis. Setelah pengurangan sampel kotor ke nomor 4 atau nomor 8 ukuran atas, dibagi dan
sampel laboratorium yang diambil. Sampel laboratorium kemudian dikeringkan dan dikurangi ke
nomor 8 ukuran atas jika diperlukan. Jika Total Moisture akan ditentukan ( ASTM D - 3302 ), residual
moisture ditentukan dengan pemanasan pada 104-110◦ C ( 219-230◦ F ) selama kurang lebih 1 jam.
Pengeringan udara menghilangkan sebagian besar surface moisture batubara, sementara suhu
sekitar 107◦ C ( 225◦ F ) diperlukan untuk menghilangkan inherent moisture yang melekat. Pada
suhu sekitar 200 sampai 300◦ C ( 392-572◦ F ), kelembaban dari dekomposisi bahan organik
didorong keluar, tapi water of hydration memerlukan sejumlah besar energi untuk dikeluarkan.
Misalnya, air hidrasi dalam mineral lempung mungkin memerlukan suhu lebih dari 500◦ C ( 932◦ F
). Namun, masalah dekomposisi kelembaban dan air hidrasi bahan mineral biasanya tidak dibahas
dalam analisis konvensional karena suhu yang ditentukan dalam metode pengujian untuk
penentuan kelembaban berada jauh di bawah yang dibutuhkan untuk menghilangkan uap air
tersebut. Biasanya, nilai kelembaban pertama yang diperoleh pada sampel batubara adalah air-
dry loss moisture. Moisture yang hilang terjadi selama upaya untuk membawa sampel batubara
pada kondisi equilibrium/keseimbangan dengan atmosfer di ruang persiapan sampel. Praktek
menggunakan suhu di atas suhu kamar dapat mempercepat oksidasi tetapi mempersingkat waktu
yang dibutuhkan untuk pengeringan udara, maka suhu di atas 40 sampai 50◦ C ( 104-122 ◦ F ) tidak
direkomendasikan untuk pengeringan udara .

Dalam metode uji untuk penentuan equilibrium moisture dalam batubara (ASTM D - 1412 , ISO
1018), sampel dibawa ke dalam keseimbangan dalam desikator sebagian dievakuasi pada kondisi
atmosfir 96-97% kelembaban relatif pada 30◦ C ( 86◦ F ) . Namun, seperti semua metode penentuan
kelembaban, tindakan pencegahan harus diambil untuk mendapatkan hasil yang dapat diandalkan
dari metode pengujian ini. Terlalu kering dan / atau hasil batubara yang telah teroksidasi akan
menyebabkan nilai kelembaban rendah . Untuk mencegah overdrying, sampel harus disimpan basah
sebelum tes ini dijalankan, dan menggunakan lingkungan nitrogen kering dapat mencegah oksidasi
batubara selama tes. Selama tes itu sendiri, penting untuk mengamati batas suhu dan waktu untuk
equilibrium (sebagaimana ditentukan dalam metode pengujian). Selanjutnya, penurunan suhu
secara mendadak atau penurunan gelombang udara tiba-tiba ke dalam desikator setelah
equilibrium dapat menyebabkan kondensasi/pengembunan uap air pada batubara. Selain itu,
hilangnya bagian dari sampel batubara ketika penurunan gelombang udara secara tiba-tiba yang
masuk ke desikator yang kosong akan dianggap gagal hasil test nya.
Penanganan sampel harus disimpan minimal selama penentuan kelembaban, sehingga
menghilangkan potensi kekurangan atau kelebihan kelembaban selama penanganan
berkepanjangan. Panas yang dihasilkan oleh crushing dan grinding operasi yang digunakan selama
pengurangan sampel kotor mungkin cukup untuk menyebabkan hilangnya kelembaban. Selain itu,
kelembaban relatif sampel selama persiapan dan kelembaban relatif di laboratorium pengujian juga
berubah selama waktu yang diperlukan untuk analisis lengkap. Langkah pengeringan udara dalam
analisis dan penanganan sampel efisien membantu meminimalkan efek perubahan kelembaban
relatif. Sampel batubara yang terlalu lama pada kondisi atmosfer akan meningkatkan kemungkinan
oksidasi, yang menghasilkan bertambahnya berat sampel batubara yang offset bagian dari hilangnya
kelembaban dan memberikan hasil kelembaban yang benar. Dalam penentuan kelembaban dengan
metode penurunan berat, perlu untuk mencapai berat konstan, yang membutuhkan pemanasan
alternatif dan pendinginan sampel. Proses pemanasan yang lama atau terlalu banyaknya pemanasan
alternatif dan siklus pendinginan harus dihindari, untuk meminimalkan kemungkinan oksidasi.

Kelembaban alami batubara ditentukan ( ASTM D - 1412 , ISO 1018 ) dengan membasahi batubara,
mengeluarkan kelebihan air dengan penyaringan, dan memungkinkan equilibrium moisture terjadi
dengan batubara yang tetap selama larutan jenuh kalium sulfat dalam bejana tertutup, sehingga
mempertahankan kelembaban relatif pada 96-97%. Sample pada vessel harus dievakuasi ke sekitar
30 mm Hg dan seluruh sampel dipertahankan pada 30 ± 0,2◦ C ( 86 ± 0,4◦ F ) selama 48 jam untuk
batubara yang peringkatnya lebih tinggi dari lignit, lignit akan membutuhkan 72 jam untuk mencapai
keseimbangan. Metode ini juga dapat digunakan untuk memperkirakan surface moisture untuk
kelembaban asing dari batubara basah, kelembaban tersebut adalah selisih antara Total Moisture
dan Inherent Moisture.
Pada dasarnya air yang terdapat di dalam batubara maupun yang terurai dari batubara apabila

dipanaskan sampai kondisi tertentu, terbagi dalam bentuk-bentuk yang menggambarkan ikatan serta
asal mula air tersebut di dalam batubara.

Ada dua bentuk/wujud moisture pada batubara yakni air yang terdapat di dalam batubara dalam

bentuk H2O dan air hasil penguraian zat organik yang ada dalam batubara karena adanya oksidasi
terhadap batubara tersebut.

Air yang terdapat dalam batubara dalam bentuk H2O dibagi dalam 3 bentuk yakni.

1. Inherent moisture ialah air yang secara fisik terikat di dalam rongga-rongga kapiler serta pori2

batubara yang relatif kecil, serta mempunyai tekan uap air yang lebih kecil jika dibandingkan dengan
tekanan uap air yang terdapat pada permukaan batubara.

2. Adherent moisture ialah air yang terdapat permukaan batubara atau di dalam pori2 batubara yang
relatif besar. Air dalam bentuk ini mudah menguap pada suhu ruangan.

3. Air kristal ialah air yang terikat secara kimia pada mineral-mineral dalam batubara. Bentuk ini

menguap pada suhu yang cukup tinggi, tergantung dari jenis mineral yang mengikatnya, penguapan

pada umumnya mulai terjadi pada suhu diatas 450 derajat celcius. Beberapa badan standarisasi

international membuat metode untuk penetapan air kristal ini, namun jarang orang

mempergunakannya, amerika menetapkan bahwa air kristal yang terdapat di dalam batubara ialah 8%

dari kadar abu batubara, sedangkan negara-negara eropa menetapkan sebesar 9% dari kadar abu
batubara.

PENGERTIAN MOISTURE PADA BATUBARA

Moisture pada batubara adalah seluruh air yang terdapat dalam pori-pori batubara baik besar maupun
kecil dan yang terbentuk dari penguraian batubara selama pemanasan.

Moisture batubara ialah air yang menguap dari batubara apabila dipanaskan sampai pada suhu 105 –
110 derajat celcius.

Berdasarkan pengertian diatas, serta melihat kembali kepada bentuk2 air yang terdapat di dalam

batubara, maka hanya air dalam bentuk inherent dan bentuk adherent sajalah yang dapat

dikategorikan sebagai moisture batubara, sedangkan 2 bentuk lainnya, yaitu air kristal mineral dan air
hasil penguraian zat organik karena oksidasi, tidak termasuk sebagai air batubara.
ISTILAH YANG DIPAKAI

Berdasarkan bentuk-bentuk air yang dianggap sebagai air batubara, kemudian muncullah bermacam
istilah yang dipergunakan, istilah-istilah tersebut antara lain :

Kondisi 1 : Inherent moisture (moisture holding capacity : bed moisture, equilibrium moisture) dan
Adherent moisture (surface moisture, free moisture).

Kondisi 2 : Total moisture terdiri dari 2 yakni Free moisture (air dry loss, extraneous moisture) dan
Residual moisture.

Kondisi 3 : Free moisture dan moisture (air dried moisture, moisture in the analysis sample)

selain istilah-istilah tersebut masih banyak istilah lainnya yang dipergunakan orang, seperti natural

moisture, internal moisture, critical moisture, chemically combined moisture, as received moisture dan
lain sebagainya.

PEMBAHASAN ISTILAH

Kondisi 1

1. Inherent moisture

Inherent moisture ialah moisture yang dianggap terdapat di dalam rongga-rongga kapiler dan pori-

pori batubara yang relatif kecil, pada kedalaman aslinya yang secara teori dinyatakan bahwa kondisi
tersebut ialah kondisi dengan tingkat kelembapan 100% serta suhu 30 derajat celcius.

Karena sulitnya mengsimulasi kondisi batubara di kedalaman aslinya, maka badan-badan standarisasi
menetapkan kondisi pendekatan untuk dipergunakan pada metode standar pengujian di laboratorium.

Standar internasional, British, Australia dan Amerika menetapkan bahwa kondisi pendekatan tersebut

ialah kondisi dengan tingkat kelembapan 96 – 97 % dengan suhu 30 derajat celcius. sedangkan

standar jepang menetapkan kondisi tersebut pada tingkat kelembapan 67 % dengan suhu 30 derajat

celcius. sehingga hasil yang diperoleh dengan standar jepang selalu lebih kecil dibandingkan dengan
hasil yang didapat dengan standar lainnya.

Banyaknya jumlah inherent moisture dalam suatu batubara dapat dipergunakan sebagai tolok ukur

tinggi rendahnya tingkat rank batubara tersebut. Semakin tinggi nilai inherent moisture suatu
batubara, semakin rendah tingkat rank batubara tersebut.
Bed moisture ialah istilah lain inherent moisture yang banyak dipakai, sedangkan moisture holding

capacity (MHC) ialah istilah yang dipakai oleh international standard (ISO), British Standard (BS) dan

Australia Standard (AS), sedangkan American Standard (ASTM) mempergunakan istilah Residual

moisture, Moisture Holding Capacity dan equilibrium moisture ialah istilah yang dipergunakan untuk
nama pengujian.

2. Adherent moisture

Adherent moisture ialah moisture yang dianggap terdapat pada permukaan batubara dan pori-pori
batubara yang relatif besar.

Surface moisture ialah istilah yang dipergunakan oleh international standard (ISO),BS,AS sedangkan
ASTM mempergunakan istilah free moisture.

Nilai adherent moisture diperoleh dari pengurangan nilai total moisture oleh nilai inherent moisture
(Adherent moisture = total moisture – inherent moisture).

Keberadaan adherent moisture pada batubara dimungkinkan terjadi dalam beberapa situasi, antara
lain :

1. Bercampurnya air tanah dengan batubara pada waktu penambangan maupun pada kondisi

asalnya di dalam tanah.

2. Taburan air hujan pada tumpukan batubara

3. sisa-sisa air yang tertinggal pada permukaan batubara setelah proses pencucian.
4. Air yang disemprotkan untuk mengurangi debu pada tumpukan batubara.

Keberadaan adherent moisture ini dapat dikurangi jumlahnya dengan proses penirisan (drainage),
centrifuge, pengeringan di udara terbuka, pengeringan dengan pemanasan.

Oleh karena sebagian besar moisture ini terdapat pada permukaan batubara, maka semakin luas

permukaan suatu batubara, semakin besar pula jumlah surface moisture-nya, ini berarti bahwa
semakin halus suatu batubara, semakin besar pula surface moisture-nya.

Pada batubara yang halus, keberadaan surface moisture-nya sangat kuat, karena adanya ikatan antara

moisture pada permukaan partikel-partikelnya, yang disebut dengan “bridging” sehingga sulit sekali

untuk dikurangi, dan apabila mencapai jumlah yang cukup besar terlebih lagi kalau mengandung

mineral cukup besar pula, maka akan menimbulkan masalah yang serius pada penanganan batubara

tersebut (coal handling), oleh karena itulah pada waktu pembelian batubara selalu diperiksa jumlah
partikel halusnya.
Kondisi 2

1.Total Moisture ialah seluruh jumlah air yang terdapat pada batubara dalam bentuk inherent dan

adherent pada kondisi saat batubara tersebut diambil contohnya (as sampled) atau pada pada kondisi
saat batubara tersebut diterima (as received).

Nilai total moisture diperoleh dari hasil perhitungan nilai free moisture dengan nilai residual
moisture dengan rumus.

% TM = % FM + % RM x (1 – % FM/100)

Nilai-nilai free moisture dan residual moisture diperoleh dari hasil analisis penetapan total moisture
metode dua tahap (two state determination).

a. Free Moisture (FM) ialah jumlah air yang menguap apabila contoh batubara yang baru diterima atau
yang baru diambil, dikeringkan dalam ruangan terbuka pada kondisi tertentu sampai didapat berat
konstannya.

Berat konstan ialah berat penimbangan terakhir apabila pada dua penimbangan terakhir dicapai
perbedaan berat < 0,1%/jam.

Free moisture istilah yang dipakai ISO, BS dan AS sedangkan ASTM mempergunakan istilah air dry loss

(ADL) . Pada ASTM dikenal juga istilah free moisture akan tetapi istilah tersebut mempunyai pengertian
yang berbeda dengan istilah free moisture yang dipergunakan oleh ISO, BS, AS.

b. Residual Moisture ialah jumlah air yang menguap dari contoh batubara yang sudah kering (setelah
free moisturenya menguap) apabila dipanaskan kembali pada suhu 105 – 110 derajat celcius, proses

pengerjaan untuk mendapatkan nilai residual moisture merupakan tahap kedua dari penetapan total
moisture (metode dua tahap).

Kondisi 3

1. Free Moisture (informatif) ialah istilah yang dipergunakan untuk menggambarkan persen jumlah air

yang menguap dari contoh batubara yang dikeringkan pada kondisi ruangan (suhu dan kelembapan

ruangan) yang kadang2 dibantu dengan hembusan kipas angin. Pengeringan tidak perlu dilakukan

sampai dicapai berat konstan. Pengeringan justru harus mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh

metode standar. Hal ini dilakukan agar pengeringan tidak terlalu berlebihan karena akan terjadi
oksidasi terhadap batubara tersebut sehingga mengurangi nilai calorific value.
Air dry loss ialah istilah yang dipergunakan dalam ASTM . Nilai free moisture ini sifatnya hanya
informatif dan nilainya dari satu laboratorium ke laboratorium lainnya tidak selalu harus sama.

2. Air dried moisture, ISO, BS dan AS mempergunakan ukuran partikel -212 um, sedangkan ASTM

mempergunakan partkel ukuran -250 um. Air dried moisture ialah air yang menguap dari contoh yang

halus apabila dipanaskan pada suhu 105 – 110 derajat celcius dan penetapannya merupakan bagian

dari analisis proximate, istilah lain yang banyak dipergunakan ialah moisture in the analysis sample

atau moisture saja. Nilai moisture ini hanya dipergunakan untuk menghitung hasil-hasil analisis

lainnya, yang ada hubungannya dengan moisture ke dalam basis yang diinginkan. Hal ini perlu

dilakukan apabila kita akan memperbandingkan dua hasil analisis dari contoh yang sama atau
diperlukan juga untuk pengklasifikasian batubara tersebut.

Keberadaan moisture dalam contoh batubara yang halus sangat dipengaruhi oleh tingkat kelembapan

serta suhu dimana contoh tersebut berada, oleh karena itu nilainya dari waktu ke waktu dan dari suatu

tempat ke tempat lainnya dapat berubah mengikuti perubahan kondisi di mana contoh tersebut
berada.

Inherent moisture bukanlah istilah yang tetap untuk moisture ini, walaupun begitu banyak orang yang
tetap mempergunakannya.

Residual moisture yang diperoleh pada penetapan total moisture tahap kedua ialah nilai yang hampir
sama dengan nilai moisture ini, adapun yang membedakannnya ialah :

1. Pengeringan

 Pada residual moisture, moisture dilakukan sampai diperoleh berat konstan

 pada moisture (proximate) tidak perlu dilakukan sampai diperoleh berat konstan tetapi sampai

contoh tersebut cukup kering untuk digiling, dibagi dan dihaluskan saja, pengeringannya pun
harus mengikuti aturan yang terdapat di dalam metode standar.

2. Ukuran partikel contoh

 Pada residual moisture, standar ISO, BS dan AS mempergunakan partikel -3 mm sedangkan

ASTM mempergunakan beberapa ukuran partikel tergantung dari metode yang

dipergunakannya, ukuran tersebut antara lain 2.36 mm, 0,850 mm dan 0,250 mm.

 Pada moisture (proximate) standar ISO, BS dan AS mempergunakan partikel -212 um sedangkan
ASTM mempergunakan partikel berukuran -250 um
3. Sebelum dianalisis

 Pada residual moisture contoh tidak boleh di equilize

 Pada moisture (proximate) contoh sebaiknya di equilize terlebih dahulu selama tidak lebih dari
45 menit.

Catatan :

 Penetapan Moisture Holding Capacity/Equilibrium Moisture (MCH/EqM) akan menghasilkan hasil

yang relatif tetap apabila dilakukan di laboratorium yang berbeda. Hal ini karena penetapan

dilakukan dalam kondisi standar (96-98% Humudity, 30 derajat celcius)

 Penetapan Total Moisture dengan metode two stage Determination, kondisi “ambient” setiap

laboratorium tentunya tidak selalu sama, oleh karena Free Moisture/Air Dry Loss bisa berbeda

dari laboratorium ke laboratorium yang lainnya tergantung dari suhu dan kelembapan. Surface

Moisture tidak diperoleh melalui penetapan tetapi melalui perhitungan ( Surface Moisture =

Total Moisture – Inherent Moisture), begitu dicapai berat konstan penetapan harus segera

dilakukan.

 Penetapan Moisture in Analysis Sample, pengeringan hanya sampai contoh cukup kering untuk

dipreparasi. Pengeringan tidak perlu harus mencapai titik konstan, pengeringan berlebihan

malah akan memperbesar kemungkinan untuk terjadinya oksidasi sehingga akan menurunkan

nilai calorific value. Pengeringan dilakukan sesuai dengan suhu dan lama pengeringan yang
terdapat didalam metode standar, nilai Free Moisture (Air Dry Loss) hanya bersifat informative.

Anda mungkin juga menyukai