Anda di halaman 1dari 36

PROPOSAL

PENDIDIKAN KESEHATAN

JUDUL KEGIATAN :

PERAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER TERHADAP


MANAJEMEN RELAPSE (KEKAMBUHAN) PADA ODGJ

TEMA :
MANAJEMEN RELAPSE

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
2023
DAFTAR ISI
BAB 1................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................3
BAB II...............................................................................................................7
SOLUSI DAN TARGET LUARAN.................................................................7
2.1 Solusi Untuk Penanganan Masalah.........................................................7
2.2 Target Luaran............................................................................................7
BAB III..............................................................................................................9
METODE PENELITIAN..................................................................................9
3.1 Keterlibatan Pihak Lain dalam Pelaksanaan Program.........................9
3.2 Tahapan Pelaksanaan kegiatan................................................................9
3.3 Deskripsi Perubahan Yang Akan Terjadi Di Masyarakat....................9
3.4 Menjaga Keberlanjutan Program............................................................9
3.5 Evaluasi Program......................................................................................10
BAB IV..............................................................................................................11
KEBUTUHAN JENIS KEPAKARAN.............................................................11
4.1 Jenis Kepakaran yang Diperlukan Dalam Menyelesaikan
Persoalan Mitra...............................................................................................11
4.2 Tim Pengusul dan Uraian Tugas..............................................................11
BAB V...............................................................................................................12
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN...............................................................12
5.1 Anggaran Biaya..........................................................................................12
5.2 Jadwal Kegiatan..........................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN.................................................................................14
SATUAN ACARA PENYULUHAN.................................................................18
MANAJEMEN RELAPSE..................................................................................27

2
BAB 1

PENDAHULUAN

Kesehatan menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 yaitu


keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan memiliki dua
aspek, antara lain kesehatan fisik dan kesehatan mental (Indonesia, Undang-
undang no. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, 1992). Kemampuan dalam
menyeimbangkan aspek fisik dan mental tentu akan menghasilkan kesehatan
yang baik, namun apabila terjadi ketidakseimbangan pada salah satu aspek
maka akan menimbulkan gangguan, seperti gangguan pada mental.
Gangguan mental yang timbul dapat berupa gangguan mental organik,
gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan psikoaktif, skizofrenia,
gangguan skizotipal dan gangguan waham, gangguan suasana perasaan,
gangguan neurotik dan retardasi mental (Maslim, 2013).

Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan


utama dalam pikiran, emosi, dan perilaku (Davison, Neale, & Kring, 2014).
Prevalensi gangguan jiwa berat seperti skizofrenia di Indonesia adalah 1,7
kejadian per 1000 penduduk yang merupakan hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2013. Bali menjadi peringkat ketiga wilayah dengan
gangguan kejiwaan berat di Indonesia dengan prevalensi mencapai 2,3
kejadian per 1000 penduduk (Idaiani,Yunita, Prihatini, & Indrawati, 2013).

Gangguan jiwa berat menimbulkan beban berat bagi pemerintah,


keluarga, dan masyarakat dikarenakan produktivitas pasien menurun dan
akhirnya menimbulkan beban biaya yang besar bagi ODS (Orang dengan
Skizofrenia) dan keluarga. Biaya pelayanan kesehatan yang besar
menyebabkan masih banyak terdapat pemasungan dan perlakuan yang
kurang tepat pada ODS di Indonesia (Idaiani, Yunita, Prihatini, & Indrawati,
2013). Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi pemasungan pada ODS,
antara lain ketidaktahuan pihak keluarga, rasa malu pihak keluarga, penyakit
ODS tidak kunjung sembuh, tidak adanya biaya pengobatan dan tujuan
pemasungan

3
adalah untuk mengamankan ODS agar tidak terjadi tindakan kekerasan
(Mundakir, 2015).

Kurangnya pengetahuan keluarga dan masyarakat akan deteksidini


dan penanganan pasca pengobatan di rumah sakit jiwa menyebabkan ODS
tidak memperoleh penanganan dengan baik (Lestari & Wardhani, 2014).
Faktor yang memengaruhi kestabilan ODS pasca pengobatan yaitu di
samping dukungan keluarga adalah keteraturan dalam konsumsi obat. ODS
memang sangat bergantung dengan obat, sehingga diperlukan peran keluarga
dalam mengawasi konsumsi obat yang dijalani ODS. Hal ini ditunjang
dengan hasil penelitian yang dilakukanoleh Amelia dan Anwar (2013) yang
menyebutkan bahwa salah satu penyebab relapse (kambuh) pada ODS yaitu
tidak patuhnya ODS dalam melakukan pengobatan dan konsumsi obat yang
tidak teratur akibat dari faktor ekonomi keluarga (Amelia & Anwar, 2013).

Penanganan pasca pengobatan penting dilakukan agar ODS tidak


mengalami relapse serta ODS juga memiliki keharusan untuk beradaptasi di
lingkungan barunya (Putri & Ambarini, 2012). Penanganan yang dapat
dilakukan keluarga adalah mengontrol konsumsi obat pada ODS. Pada
kondisi ini, dukungan keluarga terhadap konsumsi obat yang biasa terlihat
adalah keluarga menyiapkan obat setiap hari, memberi pengertian dan
nasehat pada ODS agar mau minum obat, serta memiliki perasaan kasihan
terhadap ODS (Minarni & Sudagijono, 2015). Walaupun ODS rutin
mengonsumsi obat, tetapi keadaan relapse tetap tidak dapat diprediksi.
Relapse atau kambuh dapat diartikan sebagai munculnya gejala yang sama
seperti sebelumnya dan mengakibatkan ODS harus dirawat kembali
(Pencegahan kekambuhan pada orang dengan gangguan kejiwaan, 2015).

Terdapat beberapa penyebab relapse antara lain faktor ekonomi,


ketidakpatuhan ODS dalam menjalani pengobatan, mendapatkan perlakuan
kasar dan pertengkaran yang terus- menerus dengan saudara kandung,
konflik yang berkepanjangan dengan pasangan (suami atau istri), dan emosi
marah yang diekspresikan secara berlebihan oleh keluarga (Amelia &
Anwar, 2013).

4
Pasca pengobatan, keluarga merupakan faktor utama yang memengaruhi
keadaan ODS selanjutnya. Penelitian yang dilakukan oleh Taufik (2014)
menyebutkan bahwa terdapat hubungan negatif antara dukungan keluarga
dengan tingkat kekambuhan pasien skizofrenia di Poliklinik Rumah Sakit
Grhasia Yogyakarta yang menunjukkan bahwa semakin baik dukungan
keluarga, maka semakin menurun tingkat kekambuhan pasien skizofrenia,
begitu pula sebaliknya (Taufik, 2014).

Dukungan sosial yang buruk memiliki kontribusi terhadap


kekambuhan pada skizofrenia. Tanpa adanya dukungan keluarga atau sosial,
ODS cenderung lalai dalam melakukan pengobatan karena tidak diawasi.
Faktor lain yang memengaruhi proses pengobatan yaitu tidak adanya
motivasi serta adanya masalah keuangan yang dialami ODS. Kurangnya
dukungan sosial dapat pula menyebabkan tanda- tanda awal relapse tidak
disadari dan ditangani dengan baik sehingga akan muncul relapse (Rao,
2013).

Relapse pada skizofrenia yaitu munculnya gejala yang sama seperti


sebelumnya setelah masa remisi. Keadaan ini dapat mengakibatkan ODS
dirawat kembali di rumah sakit. Gejala atau tanda relapse yang paling jelas
adalah peningkatan atau kemunculan simtom positif (Burns et al. dalam
Taylor, et al., 2005). Relapse juga dikaitkan dengan prognosis yang buruk
dan kemampuan kognitif yang menurun, lebih banyak berada pada keadaan
yang tidak sehat, risiko cedera, stigma yangmeningkat terutama pasca rawat
inap, penurunan kualitas hidup, kehilangan harga diri, dan gangguan sosial
(Taylor, et al., 2005)

Dukungan keluarga dapat dilihat dari bagaimana cara keluarga


melakukan manajemen skizofrenia. Manajemen skizofrenia jangka panjang
memiliki tujuan yaitu untuk meningkatkan kualitas hidup ODS, memperoleh
kembali tingkat kemandirian, mendorong ODS untuk membangun
kepercayaan dimasyarakat, dan meminimalisir kemunculan relapse.
Manajemen skizofrenia jangka panjang dapat menggunakan 3 strategi utama,

5
antara lain: intervensi farmakologi, intervensi psikososial, dan inisiatif
membangun aliansi dengan ODS dan perawat. Intervensi psikososial salah
satunya dapat dilakukan secara efektif menggunakan terapiberbasis keluarga
dengan salah satu tujuannya yaitu membantu ODS untuk membangun
kepercayaan dimasyarakat dan untuk membangun kembali serta
mempertahankan tingkat kemandirian ODS (Taylor, et al., 2005).

Salah satu strategi yang dapat digunakan untuk meminimalisir


kemunculan relapse yaitu menggunakan terapi berbasis keluarga. Hal ini
menunjukkan bahwa keluarga merupakan salah satu faktor yang mampu
melakukan suatu manajemen untuk mengontrol kemunculan relapse. Salah
satu hal yang dapat dilakukan keluarga adalah dengan melakukan
manajemen relapse. Manajemen relapse merupakan salah satu cara untuk
melihat bagaimana keluarga melakukan persiapan dalam menghadapi
kemunculan relapse pada ODS. Kesiapan dalam menghadapi relapse dapat
membantu keluarga untuk memastikan gejala-gejala yang muncul dapat
diketahui lebih awal sehingga ODS dapat mendapatkan penanganan yang
tepat. Memperbaiki sikap anggota keluarga dapat secara substansial
mengurangi kemungkinan relapse pada ODS dan mendorong terbentuknya
kepercayaan pada lingkungan sosial (Taylor, et al., 2005)

6
BAB II

SOLUSI DAN TARGET LUARAN

2.1 Solusi Untuk Penanganan Masalah

Solusi yang dapat diterapkan dalam menangani permasalahan mengenai

Peran keluarga sebagai caregiver terhadap manajemen relapse (kekambuhan) pada

ODGJ adalah sebagai berikut:

1. Edukasi mengenai pentingnya peran keluarga terhadap ODGJ

2. Edukasi mengenai caregiver terhadap ODGJ

3. Edukasi secara berkala mengenai manajemen relapse

(kekambuhan) pada ODGJ

2.2 Target Luaran

Target luaran yang diharapkan dari penkes ini adalah:

1. Terjadinya peningkatan pengetahuan anggota keluarga tentang

caregiver terjadap manajemen relapse (kekambuhan) pada

ODGJ

2. Terjadinya peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat

anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa sebagai

upaya menurunkan kekambuhan

3. Program edukasi secara berkala yang berfokus pada Peran

keluarga sebagai caregiver terhadap manajemen relapse

(kekambuhan) pada ODGJ

2.2.1 Luaran Pembangunan

1. Model kesetiakawanan sosial

7
2. Model edukasi tentang manajemen relapse (kekambuhan) pada ODGJ

2.2.2 Luaran administratif

1. Membuat letfleat mengenai manajemen relapse (kekambuhan) pada

ODGJ

2. Membuat vidio dokumentasi hasil pendidikan kesehatan dengan tema

"manajemen relapse (kekambuhan) pada ODGJ

8
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Keterlibatan Pihak Lain dalam Pelaksanaan Program


Pelaksanaan program ini di dilakukan oleh mahasiswa program Studi
Ners Universitas Bhakti Kencana yang sedang melakukan praktik lapangan di
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat, dengan pendampingan oleh dosen
pembimbing stase jiwa dan bekerjasama dengan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa
Barat sebagai pengarah kegiatan dan sarana prasarana untuk melakukan
pelaksanaan program ini.

3.2 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan.


Sebelum kegiatan ini dilaksanakan, terdapat beberapa tahap yang telah
dilakukan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan penyuluhan kesehatan, dimulai
dari merumuskan topik melalui diskusi dan bimbingan kepada pembimbing
akademik dan pembimbing lapangan mengenai topik pembahasan yang sesuai bagi
sasaran di ruang rawat jalan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. Selanjutnya
ialah tahap akhir yaitu penyuluhan kesehatan mengenai tema yang sudah
disepakati yakni mengenai "Peran Keluarga Sebagai Caregiver terhadap
Manajemen Relapse (kekambuhan) pada ODGJ"

3.3. Deskripsi Perubahan yang akan Terjadi di Masyarakat


Setelah program ini tercapai sesuai dengan tahapan yang
di lakukan diharapkan terdapat perubahan sikap dan prilaku yang signifikan di
keluarga terkait peran keluarga sebagai caregiver terhadap manajemen relapse
(kekambuhan) pada orang dengan gangguan jiwa dimana perubahan ini tentunya
ke arah yang lebih baik.

3.4 Menjaga Keberlanjutan Program


Setelah program yang dilaksanakan ini telah selesai
diharapkan keluarga dapat mempertahankan dan mengembangkan peran
caregiver terhadap manajemen relapse (kekambuhan) pada orang dengan

9
gangguan jiwa dengan bekerja sama dan berkolaborasi bersama seluruh elemen
yang ada di keluarga baik itu dari komunitas ataupun kelompok masyarakat
lainnya.

3.5 Evaluasi Program


Tercapainya program ini mencakup perubahan peran keluarga juga
merupakan salah satu fungsi keluarga dalam upaya pemeliharaan kesehatan salah
satu fungsi keluarga dalam upaya pemeliharaan kesehatan seluruh anggota
keluarga, tempat pengambilan keputusan (decision making) dan perantara yang
efektif dalam berbagai usaha-usaha kesehatan masyaratat.

10
BAB 4

KEBUTUHAN JENIS KEPAKARAN

4.1. Jenis Kepakaran Yang Diperlukan Dalam Menyelesaikan Persoalan


Mitra
Kegiatan Pendidikan Kesehatan ini memerlukan peran pakar atau keahlian.
Jenis kepakaran yang diperlukan dalam mendukung keberlangsungan Pendidikan
kesahatan ini di antaranya pembimbing akademis dan pembimbing klinis dalam
membimbing pembuatan proposal dan pelaksanaan kegiatan.

4.2. Tim Pengusul Dan Uraian Tugasnya


No Nama Lengkap Uraian Tugas
1. Tita MC
2. Mega Suryani Pemateri 1
3. Yosep Pebi Yuliana Pemateri 2
4. Ari Desyana Fitri Pemateri 3
5. Irva Nurfadila Sekretaris 1
6. Mochammad Rafly Rachman Alriadhy Sekretaris 2
7. Sumirat Fitriandini Humas
8. Wisnu Husnul Murni Logistik 1
9. Zaqiah Nursolehah Logistik 2
10. Restu Nur Fitriani Logistik 3
11. Ismi Tazkiyah Fasilitator 1
12. Ellysa Dwi Hartini Fasilitator 2
13. Mia Nurhayati Fasilitator 3
14. Dina Nisa Nurjanah Fasilitator 4
15. Allecia Putri Berliana Fasilitator 5

11
BAB V

BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

5.1 Anggaran Biaya

Jumlah
NO JENIS kuantitas
(Rp.)
1 Print proposal 2 40.000
2 Snack (gift) 5 50.000
3 Print leafleat 20 30.000

Total Rp. 120.000


5.2 Jadwal Kegiatan

No Hari Waktu Jenis Kegiatan Tempat

Selasa
Menyiapkan persiapan
1 14-02- 06.20 igd
pendidikan kesehatan
2023

igd
Selasa
Breafing kelompok dan berdoa
2 14-02- 06.50
sebelum acara di mulai
2023

igd
Selasa
3 14-02- 07.00 Pembukaan oleh MC
2023

igd
Selasa
4 14-02- 07.05 Pemateri menyampaikan teori
2023

igd
Selasa
4 14-02- 07.20 Proses pertanyaan dan evaluasi
2023

12
igd
Selasa
5 14-02- 07.30 Penutupan oleh MC
2023

13
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Biodata Ketua dan Anggota Program Penerapan
Iptek di Masyarakat
BIODATA
Lampiran 1. Biodata

1. Ketua

a. Identitas Diri

2. Anggota
a. Identitas Diri
Wisnu Husnul Murni 221FK04042 Zaqiah Nursolehah 221FK04044
Restu Nur Fitriani 221FK04081 Allecia Putri Berliana 221FK04057
Tita 221FK04092 Mochammad Rafly 221FK04047
Rachman
Ari Desyana Fitri 221FK04008 Mia Nurhayati 221FK04099
Ellysa Dwi Hartini 221FK04012 Dina Nisa Nurjanah 221FK04015
Yosep Pebi Yulianti 221FK04093 Irva Nurfadila 221FK04024
Mega Suryani 221FK04028 Sumirat Fitriandini 221FK04039

14
Lampiran 2. Peta Lokasi kegiatan (menunjukkan jarak mitra dari Lembaga litbang
Perguruan Tinggi pengusul).

15
Lampiran 3. Surat Pernyataan Kesediaan bekerjasama dari mitra bermeterai Rp
10.000,-

SURAT PERNYATAAN KESEDIAN KERJASAM

Yang bertanda tangan dibawah ini, SayaNama :

Tempat dan Tanggal Lahir :

Nama Kelompok :

Jabatan :

Alamat :

Nomor HP :

Dengan ini menyatakan bahwa saya bersedia bekerjasama dengan Mahasiswa


Universitas Bhakti Kencana Bandung untuk melaksanakan kegiatan Pendidikan
Kesehatan.

Nama Ketua :

Fakultas :

Alamat :

Nomor HP :

Dalam melaksanakan kegiatan penerapan Iptek ke masyarakat dengan judul :

.........................................................................................................................

.........................................................................................................................

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya dan tanpa paksaan dari
pihak manapun.

Bandung,……………

Yang membuat pernyataan

ttd, materai 10.000

(….....................)

16
Lampiran 4. Surat Pernyataan tidak sedang diusulkan untuk mendapatkan
pembiayaan dari sumber lain

SURAT PERNYATAAN KETUA PELAKSANA

Yang bertandatangan di bawah ini :


Nama :
NIP/NIDN :
Jabatan :

Dengan ini menyatakan bahwa proposal saya dengan judul :

....................................................................................................................................
..............................................................................................
Yang diusulkan untuk tahun anggaran .................., bersifat original dan belum

pernah dibiayai dan tidak sedang diusulkan untuk pendanaan dari sumber

lain. Bilama dikemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini,

maka saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan

mengembalikan seluruh biaya penugasan yang sudah diterima ke LPPM.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar- benarnya.
Bandung, ...................

Pengusul,

Materai + ttd

……………………………….
NIDN : ...............

1
SAP PENKES
“PERAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER TERHADAP
MANAJEMEN RELAPSE (KEKAMBUHAN) PADA ODGJ”

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh:
Kelompok R. Garuda & R. Merpati

Wisnu Husnul Murni 221FK04042 Zaqiah Nursolehah 221FK04044


Restu Nur Fitriani 221FK04081 Allecia Putri Berliana 221FK04057
Tita 221FK04092 Mochammad Rafly 221FK04047
Rachman
Ari Desyana Fitri 221FK04008 Mia Nurhayati 221FK04099
Ellysa Dwi Hartini 221FK04012 Dina Nisa Nurjanah 221FK04015
Yosep Pebi Yulianti 221FK04093 Irva Nurfadila 221FK04024
Mega Suryani 221FK04028 Sumirat Fitriandini 221FK04039

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
2023

1
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok pembahasan :Peran keluarga sebagai caregiver terhadap


manajemen relapse (kekambuhan) pada ODGJ
Sasaran : Keluarga Pasien Rawat Jalan RSJ Provinsi Jawa
Barat
Hari/Tanggal : 14 Februari 2023
Jam/Waktu : 07.00
Tempat : Rawat Jalan
Penyuluh : Mahasiswa Profesi Ners Universitas Bhakti
Kencana Bandung
1. Latar Belakang
Gangguan jiwa berat menimbulkan beban berat bagi pemerintah,
keluarga, dan masyarakat dikarenakan produktivitas pasien menurun dan
akhirnya menimbulkan beban biaya yang besar bagi ODGJ (Orang dengan
gangguan jiwa) dan keluarga. Biaya pelayanan kesehatan yang besar
menyebabkan masih banyak terdapat pemasungan dan perlakuan yang
kurang tepat pada ODGJ di Indonesia (Idaiani et al., 2013). Terdapat beberapa
faktor yang memengaruhi pemasungan pada ODGJ, antara lain ketidaktahuan
pihak keluarga, rasa malu pihak keluarga, penyakit ODGJ tidak kunjung
sembuh, tidak adanya biaya pengobatan dan tujuan pemasungan adalah
untuk mengamankan ODGJ agar tidak terjadi tindakan kekerasan (Mundakir,
2015).
Kurangnya pengetahuan keluarga dan masyarakat akan deteksi dini dan
penanganan pasca pengobatan di rumah sakit jiwa menyebabkan ODGJ
tidak memperoleh penanganan dengan baik. Faktor yang memengaruhi
kestabilan ODGJ pasca pengobatan yaitu di samping dukungan keluarga
adalah keteraturan dalam konsumsi obat. ODGJ memang sangat bergantung
dengan obat, sehingga diperlukan peran keluarga dalam mengawasi konsumsi
obat yang dijalani ODGJ. Hal ini ditunjang dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Amelia and Anwar (2013) yang menyebutkan bahwa salah

1
satu penyebab relapse (kambuh) pada ODGJ yaitu tidak patuhnya ODGJ
dalam melakukan pengobatan dan konsumsi obat yang tidak teratur akibat
dari faktor ekonomi keluarga.
Penanganan pasca pengobatan penting dilakukan agar ODGJ tidak
mengalami relapse serta ODGJ juga memiliki keharusan untuk beradaptasi di
lingkungan barunya (Putri & Ambarini, 2012). Penanganan yang dapat
dilakukan keluarga adalah mengontrol konsumsi obat pada ODGJ. Pada
kondisi ini, dukungan keluarga terhadap konsumsi obat yang biasa terlihat
adalah keluarga menyiapkan obat setiap hari, memberi pengertian dan
nasehat pada ODGJ agar mau minum obat, serta memiliki perasaan kasihan
terhadap ODGJ (Minarni & Sudagijono, 2015). Walaupun ODGJ rutin
mengonsumsi obat, tetapi keadaan relapse tetap tidak dapat diprediksi.
Relapse atau kambuh dapat diartikan sebagai munculnya gejala yang sama
seperti sebelumnya dan mengakibatkan ODGJ harus dirawat kembali (KPSI,
2015)
Terdapat beberapa penyebab relapse antara lain faktor ekonomi,
ketidakpatuhan ODGJ dalam menjalani pengobatan, mendapatkan perlakuan
kasar dan pertengkaran yang terus-menerus dengan saudara kandung,
konflik yang berkepanjangan dengan pasangan (suami atau istri), dan emosi
marah yang diekspresikan secara berlebihan oleh keluarga (Amelia &
Anwar, 2013). Pasca pengobatan, keluarga merupakan faktor utama yang
memengaruhi keadaan ODGJ selanjutnya. Penelitian yang dilakukan oleh
Taufik (2014) menyebutkan bahwa terdapat hubungan negatif antara
dukungan keluarga dengan tingkat kekambuhan pasien skizofrenia di
Poliklinik Rumah Sakit Grhasia Yogyakarta yang menunjukkan bahwa
semakin baik dukungan keluarga, maka semakin menurun tingkat
kekambuhan pasien skizofrenia, begitu pula sebaliknya (Taufik, 2014).
Dukungan sosial yang buruk memiliki kontribusi terhadap kekambuhan
pada skizofrenia. Tanpa adanya dukungan keluarga atau sosial, ODGJ
cenderung lalai dalam melakukan pengobatan karena tidak diawasi. Faktor
lain yang memengaruhi proses pengobatan yaitu tidak adanya motivasi serta

2
adanya masalah keuangan yang dialami ODGJ. Kurangnya dukungan
sosial dapat pula menyebabkan tanda-tanda awal relapse tidak disadari
dan ditangani dengan baik sehingga akan muncul relapse (Rao, 2013).
Relapse pada skizofrenia yaitu munculnya gejala yang sama seperti
sebelumnya setelah masa remisi. Keadaan ini dapat mengakibatkan ODGJ
dirawat kembali di rumah sakit. Gejala atau tanda relapse yang paling jelas
adalah peningkatan atau kemunculan simtom positif. Relapse juga dikaitkan
dengan prognosis yang buruk dan kemampuan kognitif yang menurun, lebih
banyak berada pada keadaan yang tidak sehat, risiko cedera, stigma yang
meningkat terutama pasca rawat inap, penurunan kualitas hidup, kehilangan
harga diri, dan gangguan sosial.
Dukungan keluarga dapat dilihat dari bagaimana cara keluarga melakukan
manajemen skizofrenia. Manajemen skizofrenia jangka panjang memiliki
tujuan yaitu untuk meningkatkan kualitas hidup ODGJ, memperoleh
kembali tingkat kemandirian, mendorong ODGJ untuk membangun
kepercayaan dimasyarakat, dan meminimalisir kemunculan relapse.
Manajemen skizofrenia jangka panjang dapat menggunakan 3 strategi
utama, antara lain: intervensi farmakologi, intervensi psikososial, dan
inisiatif membangun aliansi dengan ODGJ dan perawat. Intervensi psikososial
salah satunya dapat dilakukan secara efektif menggunakan terapi berbasis
keluarga dengan salah satu tujuannya yaitu membantu ODGJ untuk
membangun kepercayaan dimasyarakat dan untuk membangun kembali serta
mempertahankan tingkat kemandirian ODGJ (Meiantari & Herdiyanto, 2018)
Salah satu strategi yang dapat digunakan untuk meminimalisir kemunculan
relapse yaitu menggunakan terapi berbasis keluarga. Hal ini menunjukkan
bahwa keluarga merupakan salah satu faktor yang mampu melakukan suatu
manajemen untuk mengontrol kemunculan relapse. Salah satu hal yang
dapat dilakukan keluarga adalah dengan melakukan manajemen relapse.
Manajemen relapse merupakan salah satu cara untuk melihat bagaimana
keluarga melakukan persiapan dalam menghadapi kemunculan relapse pada
ODGJ. Kesiapan dalam menghadapi relapse dapat membantu keluarga

2
untuk memastikan gejala-gejala yang muncul dapat diketahui lebih awal
sehingga ODGJ dapat mendapatkan penanganan yang tepat. Memperbaiki
sikap anggota keluarga dapat secara substansial mengurangi kemungkinan
relapse pada ODGJ dan mendorong terbentuknya kepercayaan pada
lingkungan sosial (Meiantari & Herdiyanto, 2018).
Berdasarkan hal tersebut, pendidikan kesehatan ini berfokus pada
bagaimana peran keluarga dalam melakukan manajemen relapse
(kekambuhan) pada ODGJ. Manajemen relapse yang dimaksud pada
penelitian ini lebih menekankan pada usaha pencegahan dan penanganan
yang dilakukan keluarga ketika ODGJ mengalami relapse.
2. Tujuan
A. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 45 menit, audiens mampu
mengetahui pentingnya peran keluarga sebagai caregiver terhadap
manajemen relapse (kekambuhan) pada ODGJ.
B. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 45 menit, sasaran dapat:
a. Menyebutkan pengertian relapse (kekambuhan)
b. Menyebutkan penyebab relapse (kekambuhan)
c. Menyebutkan tanda dan gejala relapse (kekambuhan)
d. Menyebutkan pencegahan relapse (kekambuhan)
e. Menyebutkan penanganan relapse (kekambuhan)
f. Menjelaskan pentingnya hubungan peran keluarga terhadap relapse
(kekambuhan)
3. Kepanitiaan
A. Ketua Pelaksana :
B. Sekretaris 1 : Irva Nurfadilah
C. Sekretaris 2 : Mochammad Rafly Rachman Alriady
D. Humas : Sumirat Fitriandini
E. Divisi Acara : 1. Tita
2. Mega Suryani

2
3. Yosef Pebi Yuliana
4. Ari Desyana Fitri
F. Logistik : 1. Wisnu Husnul Murni
2. Zaqiah Nursolehah
3. Restu Nurfitriani
G. Fasilitator : 1. Ismi tazkiyah
2. Ellysa Dwi Hartini
3. Mia Nurhayati
4. Dina Nisa Nurjanah
5. Allecia Putri Berliana
4. Metode
a. Diskusi
b. Tanya jawab
5. Media
a. Leaflet
b. Kuesioner pre & post test
6. Kegiatan
1) Petugas Acara
a. MC : Tita
b. Notulen : Irva Nurfadhila
c. Pemateri : Mega Suryani
Yosef Pebi Yuliana
Ari Desyana Fitri
d. Logistik : 1. Wisnu Husnul Murni
2. Zaqiah Nursolehah
3. Restu Nurfitriani
e. Fasilitator :1. Ismi tazkiyah
2. Ellysa Dwi Hartini
3. Mia Nurhayati
4. Dina Nisa Nurjanah
5. Allecia Putri Berliana

2
2) Pengorganisasian
a. MC : Membuka, menutup dan mengatur acara
penyuluhan
b. Notulen : Mencatat hasil diskusi
c. Pemateri : Menyajikan Materi
d. Logistik : Menyediakan kebutuhan logistik selama penkes
f. Fasilitator : Mendampingi audiens, mendokumentasi kegiatan
serta menyebarkan kuesioner pre post test dan
absensi penyuluhan
7. Materi
a. Pengertian relapse (kekambuhan)
b. Penyebab relapse (kekambuhan)
c. Tanda dan gejala relapse (kekambuhan)
d. Pencegahan relapse (kekambuhan)
e. Penanganan relapse (kekambuhan)
f. Pentingnya hubungan peran keluarga terhadap relapse (kekambuhan)

8. Setting Tempat

2
Serangkaian Kegiatan:
Kegiatan
Waktu Penyuluhan Sasaran
Penyuluhan
Pembukaan:
a. Salam a. Memberi salam a. Menjawab salam
5 b. Perkenalan b. Memperkenalkan diri b. Mendengarkan
menit c. Tujuan c. Menjelaskan tujuan pendidikan c. Memperhatikan
d. Pemberian kesehatan d. Menerima leaflet
leaflet d. Memberikan leaflet
Inti:
Menjelaskan materi Menjelaskan materi tentang Peran Menyimak dan Mendengarkan
20
secara sistematis keluarga sebagai caregiver
menit
terhadap manajemen relapse
(kekambuhan) pada ODGJ
Evaluasi: Tanya a. Memberikan kesempatan a. Memberikan pertanyaan
jawab pada audiens untuk bertanya b. Menyampaikan kesimpulan hasil
b. Memberikan kesempatan penyuluhan
15
kepada audien untuk
menit
menjelaskan kembali
kesimpulan dari materi yang
telah disampaikan
Penutup: a. Membacakan kesimpulan a. Mendengarkan
Kesimpulan materi kepada pasien. b. Mendengarkan
Terima kasih b. Mengucapkan terimakasih c. Menjawab
5
Salam atas peran serta pasien salam
menit
c. Mengucapkan
salam
penutup

2
9. Penutup
A. Evaluasi Struktural
1) Sasaran hadir sesuai dengan kontrak waktu
2) Materi sudah siap dan dipelajari 2 hari sebelum penyuluhan.
3) Media sudah siap 2 hari sebelum penyuluhan.
4) Tempat sudah siap 1 jam sebelum penyuluhan.
5) SAP sudah siap 2 hari sebelum penyuluhan.
B. Evaluasi Proses
1) Sasaran antusias terhadap materi penyuluhan.
2) Sasaran aktif bertanya dan dapat menyimpulkan hasil penyuluhan.
3) Media dapat digunakan secara efektif
C. Evaluasi Hasil
1) Sasaran mampu menyebutkan kembali pengertian peran keluarga
sebagai caregiver terhadap manajemen relapse (kekambuhan) pada
ODGJ
2) Sasaran mampu menyebutkan kembali 2 dari 5 pentingnya peran
keluarga sebagai caregiver terhadap manajemen relapse
(kekambuhan) pada ODGJ
3) Sasaran mampu mengetahui manfaat peran keluarga sebagai caregiver
terhadap manajemen relapse (kekambuhan) pada ODGJ
4) Sasaran mampu mengetahui faktor yang berhubungan dengan peran
keluarga sebagai caregiver terhadap manajemen relapse
(kekambuhan) pada ODGJ.

2
LAMPIRAN MATERI

A. Pengertian Relapse (Kekambuhan)

Relapse atau kambuh dapat diartikan sebagai munculnya gejala yang

sama seperti sebelumnya dan mengakibatkan orang dengan gangguan jiwa

harus dirawat kembali (KPSI, 2015). Kekambuhan ini biasanya diakibatkan

klien tidak melakukan kontrol secara teratur sehingga mengalami putus obat

(Puspitasari, 2017). Relapse juga dikaitkan dengan prognosis yang buruk dan

kemampuan kognitif yang menurun, lebih banyak berada pada keadaan yang

tidak sehat, risiko cedera, stigma yang meningkat terutama pasca rawat

inap, penurunan kualitas hidup, kehilangan harga diri, dan gangguan sosial

(Meiantari & Herdiyanto, 2018)

B. Penyebab Relapse (Kekambuhan)

Menurut Amelia and Anwar (2013) dalam Meiantari and Herdiyanto

(2018) terdapat beberapa penyebab relapse, antara lain

a. Faktor ekonomi

b. Ketidakpatuhan odgj dalam menjalani pengobatan

c. Mendapatkan perlakuan kasar dan pertengkaran yang terus-menerus

dengan saudara kandung

d. Konflik yang berkepanjangan dengan pasangan (suami atau istri)

e. Emosi marah yang diekspresikan secara berlebihan oleh keluarga

f. Tidak adanya motivasi

g. Kurangnya dukungan sosial

C. Tanda Gejala Relapse (Kekambuhan)

2
Tanda gejala Relapse (Kekambuhan) pada ODGJ menurut Meiantari and

Herdiyanto (2018) adalah sebagai berikut:

1. Pra Relapse

Pra-relapse digambarkan sebagai gejala awal munculnya relapse.

Keluarga yang biasa mengurus ODGJ biasanya akan peka atau menyadari

apabila terdapat tingkah laku yang berbeda pada ODGJ yang menunjukkan

gejala awal munculnya relapse.

Berdasarkan hasil dari wawancara dan observasi yang dilakukan dapat

diketahui bahwa gejala pra-relapse yang biasa muncul secara perilaku pada

ODGJ yaitu gangguan tidur (tidak bisa tidur atau merasa selalu mengantuk).

Keluarga akan melihat perbedaan yang terjadi ketika ODGJ mulai tidak

bisa tidur atau bahkan ODGJ merasa selalu mengantuk dan langsung

melakukan pencegahan agar gejala relapse tidak muncul. Gejala pra-

relapse juga ditunjukkan ketika ODGJ mengalami pusing dan perkataannya

mulai tidak jelas. Pada kondisi ini keluarga harus memahami gejala-gejala

khusus yang dialami ODGJ karena setiap ODGJ akan memunculkan gejala

yang berbeda. Gejala yang diketahui lebih awal akan membantu keluarga

memberikan tindakan yang tepat bagi ODGJ.

2. Relapse

Terdapat beberapa bentuk relapse yang dibedakan menjadi:

1. Bentuk Relapse Secara Kognitif

Relapse pada bentuk ini dapat berwujud pikiran-pikiran negatif

yang dirasakan oleh ODGJ walaupun pada kenyataannya apa yang

2
dipikirkan tersebut tidak pernah terjadi. Pikiran-pikiran ini yang

menyebabkan kondisi ODGJ menurun, menimbulkan kecemasan dan

menimbulkan gejala relapse.

Berdasarkan hasil dari wawancara dan observasi yang telah

dilakukan maka dapat diketahui bahwa salah satu bentuk relapse secara

kognitif yaitu curiga yang tidak beralasan dan berlebihan yang dipikirkan

oleh ODGJ. Kecurigaan ini membuat keluarga sulit melakukan

aktivitas terutama yang berhubungan dengan interaksi dengan

lingkungan sekitar, misalnya suami yang memiliki istri seorang ODGJ

sulit melakukan interaksi dengan tetangga maupun saudara yang

berlawanan jenis karena istrinya sering curiga dengan suaminya.

Curiga yang berlebihan juga memengaruhi pekerjaan dari

responden karena ketika akan berangkat bekerja responden harus

meminta izin terlebih dahulu pada istrinya. Hal ini juga membatasi gerak

responden karena takut menimbulkan pikiran curiga pada istrinya.

2. Bentuk Relapse Secara Perilaku

Relapse pada bentuk ini dapat berwujud perilaku-perilaku yang

tidak sesuai dengan kebiasaan-kebiasaan ODGJ ketika dalam kondisi

stabil atau sebelum mengalami skizofrenia, atau dapat dikatakan bahwa

perilaku-perilaku yang muncul ketika ODGJ mengalami relapse

berlawanan dengan perilaku yang muncul ketika ODGJ dalam kondisi

stabil.

2
Berdasarkan hasil dari wawancara dan observasi yang telah

dilakukan diperoleh bahwa bentuk relapse secara perilaku antara lain

yaitu ketika ODGJ berada dalam fase relapse maka ODGJ akan menjadi

agresif, lebih banyak berbicara, sulit untuk minum obat dan berobat ke

dokter, ODGJ menjadi diam saja (hanya duduk dengan posisi yang

sama dalam waktu yang cukup lama pada satu tempat yang sama),

namun ada pula

ODGJ yang mengamuk ketika relapse, mengalami gangguan makan

(makan berlebih atau tidak mau makan), sulit tidur, mengonsumsi obat

secara berlebihan dan memukul menggunakan barang-barang yang ada

di sekitarnya.

D. Pencegahan Relapse

Pencegahan yang efektif merupakan usaha yang dilakukan oleh keluarga

dengan harapan akan membuat ODGJ bertahan lebih lama pada kondisi

stabilnya. Berdasarkan hasil dari wawancara yang telah dilakukan maka dapat

diketahui bahwa usaha pencegahan efektif yang dilakukan keluarga dapat

berupa meminta triase (merupakan suatu tanda yang diberikan pada mahasiswa

yang memiliki riwayat penyakit tertentu) pada saat orientasi studi dan

pengenalan kampus (Ospek).

Pencegahan lain yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan protect

(perlindungan) dari stresor, menjaga agar ODGJ minum obat secara teratur

dan mengajak ODGJ untuk rutin melakukan kontrol ke rumah sakit atau

dokter serta mengajak ODGJ untuk beraktivitas.

3
Setiap pencegahan yang dilakukan keluarga merupakan hasil konsultasi

atau saran dari dokter. Pencegahan juga dapat berasal dari pengalaman-

pengalaman sebelumnya yang menunjukkan efektivitas terhadap kondisi

ODGJ.

E. Penanganan Relapse

Penanganan yang dilakukan merupakan usaha untuk mengurangi perilaku

relapse bahkan menghilangkan perilaku yang muncul ketika relapse sehingga

ODGJ dapat kembali ke keadaan stabil. Penanganan yang efektif merupakan

usaha keluarga untuk membuat ODGJ yang berada dalam keadaan relapse

menjadi kembali normal. Berdasarkan hasil dari wawancara dan observasi

dapat diketahui bahwa bentuk penanganan yang efektif untuk membuat

ODGJ kembali stabil dari fase relapse yaitu dengan membawa

ODGJ ke rumah sakit, memberikan obat atau bertanggung jawab atas konsumsi

obat yang dilakukan ODGJ, dan memberikan perhatian keluarga.

Perhatian keluarga juga dapat diartikan sebagai dukungan keluarga pada

ODGJ. Dukungan keluarga dapat berupa kesediaan keluarga untuk

mengantar ODGJ ke rumah sakit, melakukan kontrol terhadap konsumsi obat

dan merawat ODGJ.

F. Hubungan Peran Keluarga Terhadap Manajemen Relapse (Kekambuhan)

Kurangnya pengetahuan keluarga dan masyarakat akan deteksi dini dan

penanganan pasca pengobatan di rumah sakit jiwa menyebabkan ODGJ

tidak memperoleh penanganan dengan baik (Lestari & Wardhani, 2014)

Faktor yang memengaruhi kestabilan ODGJ pasca pengobatan


3
yaitu di samping

3
dukungan keluarga adalah keteraturan dalam konsumsi obat. ODGJ memang

sangat bergantung dengan obat, sehingga diperlukan peran keluarga dalam

mengawasi konsumsi obat yang dijalani ODGJ. Hal ini ditunjang dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Amelia dan Anwar (2013) yang menyebutkan

bahwa salah satu penyebab relapse (kambuh) pada ODGJ yaitu tidak patuhnya

ODGJ dalam melakukan pengobatan dan konsumsi obat yang tidak teratur

akibat dari faktor ekonomi keluarga (Amelia & Anwar, 2013).

Penanganan yang dapat dilakukan keluarga adalah mengontrol konsumsi

obat pada ODGJ. Pada kondisi ini, dukungan keluarga terhadap konsumsi

obat yang biasa terlihat adalah keluarga menyiapkan obat setiap hari,

memberi pengertian dan nasehat pada ODGJ agar mau minum obat, serta

memiliki perasaan kasihan terhadap ODGJ (Minarni & Sudagijono, 2015).

Walaupun ODGJ rutin mengonsumsi obat, tetapi keadaan relapse tetap tidak

dapat diprediksi.

Pasca pengobatan, keluarga merupakan faktor utama yang memengaruhi

keadaan ODGJ selanjutnya. Penelitian yang dilakukan oleh Taufik (2014)

menyebutkan bahwa terdapat hubungan negatif antara dukungan keluarga

dengan tingkat kekambuhan pasien skizofrenia di Poliklinik Rumah Sakit

Grhasia Yogyakarta yang menunjukkan bahwa semakin baik dukungan

keluarga, maka semakin menurun tingkat kekambuhan pasien skizofrenia,

begitu pula sebaliknya.

Tanpa adanya dukungan keluarga atau sosial, ODGJ cenderung lalai

dalam melakukan pengobatan karena tidak diawasi. Kurangnya dukungan

3
sosial dapat pula menyebabkan tanda-tanda awal relapse tidak disadari dan

ditangani dengan baik sehingga akan muncul relapse (Rao, 2013).

Dukungan keluarga dapat dilihat dari bagaimana cara keluarga melakukan

manajemen relapse. Dukungan tersebut merupakan bentuk caring keluarga

selaku caregiver penderita (Kusumawaty et al., 2020). Manajemen relapse

jangka panjang memiliki tujuan yaitu untuk meningkatkan kualitas hidup

ODGJ, memperoleh kembali tingkat kemandirian, mendorong ODGJ untuk

membangun kepercayaan dimasyarakat, dan meminimalisir kemunculan

relapse. Manajemen relapse jangka panjang dapat menggunakan 3 strategi

utama, antara lain: intervensi farmakologi, intervensi psikososial, dan

inisiatif membangun aliansi dengan ODGJ dan perawat. Intervensi psikososial

salah satunya dapat dilakukan secara efektif menggunakan terapi berbasis

keluarga dengan salah satu tujuannya yaitu membantu ODGJ untuk

membangun kepercayaan dimasyarakat dan untuk membangun kembali serta

mempertahankan tingkat kemandirian ODGJ (Meiantari & Herdiyanto, 2018).

Hal ini menunjukkan bahwa keluarga merupakan salah satu faktor yang

mampu melakukan suatu manajemen untuk mengontrol kemunculan relapse.

Manajemen relapse merupakan salah satu cara untuk melihat bagaimana

keluarga melakukan persiapan dalam menghadapi kemunculan relapse pada

ODGJ. Kesiapan dalam menghadapi relapse dapat membantu keluarga untuk

memastikan gejala-gejala yang muncul dapat diketahui lebih awal sehingga

ODGJ dapat mendapatkan penanganan yang tepat. Memperbaiki sikap

anggota keluarga dapat secara substansial mengurangi kemungkinan relapse

3
pada ODGJ dan mendorong terbentuknya kepercayaan pada lingkungan sosial

(Meiantari & Herdiyanto, 2018).

Adapun peran keluarga sebagai caregiver terhadap kejadian relapse

(kekambuhan) pada ODGJ menurut Sumiatin et al (2022) adalah sebagai berikut:

1. Sebagai faktor penyaring dan deteksi awal terhadap klien gangguan jiwa

2. Pemberi perawatan klien dengan gangguan jiwa saat di rumah dan mencegah

terjadinya kekambuhan klien

3. Meningkatkan produktifitas ODGJ

4. Memberikan pertolongan pertama psikologis apabila muncul gejala yang

mengarah pada kesehatan jiwa

3
DAFTAR PUSTAKA

Amelia, D., & Anwar, Z. (2013). Relaps pada pasien skizofrenia. Jurnal Ilmiah
Psikologi Terapan.
Idaiani, S., Yunita, I., Prihatini, S., & Indrawati, L. (2013). Riset kesehatan dasar.
KPSI. (2015). Pencegahan kekambuhan pada orang dengan gangguan kejiwaan.
KPSI & Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Kusumawaty, I., Pastari, M., Vokasional, P., & Palembang, P. K. (2020).
PENDAMPINGAN PSIKOEDUKASI : PENGUATAN CARING OLEH
CAREGIVER KELUARGA TERHADAP ORANG DENGAN GANGGUAN
JIWA PSYCHEDUCATION ASSISTANCE : STRENGTHENING CARE BY
FAMILY CAREGIVER TO PEOPLE WITH MENTAL DISORDER. 7, 73–90.
Lestari, W., & Wardhani, Y. (2014). Stigma dan penanganan penderita gangguan
jiwa berat yang dipasung. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 17, 157–166.
Meiantari, N., & Herdiyanto, Y. (2018). Peran Keluarga terhadap Manajemen
Relapse (Kekambuhan) pada Orang Dengan Skizofrenia (ODGJ). Jurnal
Psikologi Udayana, 5(2), 317–330.
Minarni, L., & Sudagijono, J. (2015). Dukungan keluarga terhadap perilaku
minum obat pada pasien skizofrenia yang sedang rawat jalan. Jurnal
Experienta, 3(2), 13–22.
Mundakir. (2015). Faktor yang mempengaruhi pemasungan pada pasien gangguan
jiwa. The Sun, 2, 4–11.
Puspitasari, E. (2017). Faktor yang mempengaruhi kekambuhan Orang Dengan
Gangguan Jiwa.
Putri, P., & Ambarini, T. (2012). Makna hidup penderita skizofrenia pasca rawat
inap. Jurnal Psikologi Klinis Dan Kesehatan Mental, 1(3), 118–123.
Rao, S. (2013). Management of relapse in schizophrenia. The Singapore Family
Physician, 39(1), 22–25.
Sumiatin, T., Ningsih, W., Jannah, R., Su’udi, Bahrudin, M., Dari, T., & Maimuna,
S. (2022). PEMBERDAYAAN KELUARGA DALAM MERAWAT ODGJ
(ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA) DI RUMAH MELALUI
PSIKOEDUKASI DAN PENDAMPINGAN SEBAGAI UPAYA RELAPSE
PREVENTION. Jurnal Pengabdian Masyarakat Kesehatan Stikes Pemkab
Jombang, 8(2).
Taufik, Y. (2014). Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kekambuhan
pada pasien skizofrenia di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY.

Anda mungkin juga menyukai