Proposal: Pendidikan Kesehatan
Proposal: Pendidikan Kesehatan
PENDIDIKAN KESEHATAN
JUDUL KEGIATAN :
TEMA :
MANAJEMEN RELAPSE
2
BAB 1
PENDAHULUAN
3
adalah untuk mengamankan ODS agar tidak terjadi tindakan kekerasan
(Mundakir, 2015).
4
Pasca pengobatan, keluarga merupakan faktor utama yang memengaruhi
keadaan ODS selanjutnya. Penelitian yang dilakukan oleh Taufik (2014)
menyebutkan bahwa terdapat hubungan negatif antara dukungan keluarga
dengan tingkat kekambuhan pasien skizofrenia di Poliklinik Rumah Sakit
Grhasia Yogyakarta yang menunjukkan bahwa semakin baik dukungan
keluarga, maka semakin menurun tingkat kekambuhan pasien skizofrenia,
begitu pula sebaliknya (Taufik, 2014).
5
antara lain: intervensi farmakologi, intervensi psikososial, dan inisiatif
membangun aliansi dengan ODS dan perawat. Intervensi psikososial salah
satunya dapat dilakukan secara efektif menggunakan terapiberbasis keluarga
dengan salah satu tujuannya yaitu membantu ODS untuk membangun
kepercayaan dimasyarakat dan untuk membangun kembali serta
mempertahankan tingkat kemandirian ODS (Taylor, et al., 2005).
6
BAB II
ODGJ
7
2. Model edukasi tentang manajemen relapse (kekambuhan) pada ODGJ
ODGJ
8
BAB III
METODE PENELITIAN
9
gangguan jiwa dengan bekerja sama dan berkolaborasi bersama seluruh elemen
yang ada di keluarga baik itu dari komunitas ataupun kelompok masyarakat
lainnya.
10
BAB 4
11
BAB V
Jumlah
NO JENIS kuantitas
(Rp.)
1 Print proposal 2 40.000
2 Snack (gift) 5 50.000
3 Print leafleat 20 30.000
Selasa
Menyiapkan persiapan
1 14-02- 06.20 igd
pendidikan kesehatan
2023
igd
Selasa
Breafing kelompok dan berdoa
2 14-02- 06.50
sebelum acara di mulai
2023
igd
Selasa
3 14-02- 07.00 Pembukaan oleh MC
2023
igd
Selasa
4 14-02- 07.05 Pemateri menyampaikan teori
2023
igd
Selasa
4 14-02- 07.20 Proses pertanyaan dan evaluasi
2023
12
igd
Selasa
5 14-02- 07.30 Penutupan oleh MC
2023
13
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Biodata Ketua dan Anggota Program Penerapan
Iptek di Masyarakat
BIODATA
Lampiran 1. Biodata
1. Ketua
a. Identitas Diri
2. Anggota
a. Identitas Diri
Wisnu Husnul Murni 221FK04042 Zaqiah Nursolehah 221FK04044
Restu Nur Fitriani 221FK04081 Allecia Putri Berliana 221FK04057
Tita 221FK04092 Mochammad Rafly 221FK04047
Rachman
Ari Desyana Fitri 221FK04008 Mia Nurhayati 221FK04099
Ellysa Dwi Hartini 221FK04012 Dina Nisa Nurjanah 221FK04015
Yosep Pebi Yulianti 221FK04093 Irva Nurfadila 221FK04024
Mega Suryani 221FK04028 Sumirat Fitriandini 221FK04039
14
Lampiran 2. Peta Lokasi kegiatan (menunjukkan jarak mitra dari Lembaga litbang
Perguruan Tinggi pengusul).
15
Lampiran 3. Surat Pernyataan Kesediaan bekerjasama dari mitra bermeterai Rp
10.000,-
Nama Kelompok :
Jabatan :
Alamat :
Nomor HP :
Nama Ketua :
Fakultas :
Alamat :
Nomor HP :
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya dan tanpa paksaan dari
pihak manapun.
Bandung,……………
(….....................)
16
Lampiran 4. Surat Pernyataan tidak sedang diusulkan untuk mendapatkan
pembiayaan dari sumber lain
....................................................................................................................................
..............................................................................................
Yang diusulkan untuk tahun anggaran .................., bersifat original dan belum
pernah dibiayai dan tidak sedang diusulkan untuk pendanaan dari sumber
maka saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar- benarnya.
Bandung, ...................
Pengusul,
Materai + ttd
……………………………….
NIDN : ...............
1
SAP PENKES
“PERAN KELUARGA SEBAGAI CAREGIVER TERHADAP
MANAJEMEN RELAPSE (KEKAMBUHAN) PADA ODGJ”
Disusun Oleh:
Kelompok R. Garuda & R. Merpati
1
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
1
satu penyebab relapse (kambuh) pada ODGJ yaitu tidak patuhnya ODGJ
dalam melakukan pengobatan dan konsumsi obat yang tidak teratur akibat
dari faktor ekonomi keluarga.
Penanganan pasca pengobatan penting dilakukan agar ODGJ tidak
mengalami relapse serta ODGJ juga memiliki keharusan untuk beradaptasi di
lingkungan barunya (Putri & Ambarini, 2012). Penanganan yang dapat
dilakukan keluarga adalah mengontrol konsumsi obat pada ODGJ. Pada
kondisi ini, dukungan keluarga terhadap konsumsi obat yang biasa terlihat
adalah keluarga menyiapkan obat setiap hari, memberi pengertian dan
nasehat pada ODGJ agar mau minum obat, serta memiliki perasaan kasihan
terhadap ODGJ (Minarni & Sudagijono, 2015). Walaupun ODGJ rutin
mengonsumsi obat, tetapi keadaan relapse tetap tidak dapat diprediksi.
Relapse atau kambuh dapat diartikan sebagai munculnya gejala yang sama
seperti sebelumnya dan mengakibatkan ODGJ harus dirawat kembali (KPSI,
2015)
Terdapat beberapa penyebab relapse antara lain faktor ekonomi,
ketidakpatuhan ODGJ dalam menjalani pengobatan, mendapatkan perlakuan
kasar dan pertengkaran yang terus-menerus dengan saudara kandung,
konflik yang berkepanjangan dengan pasangan (suami atau istri), dan emosi
marah yang diekspresikan secara berlebihan oleh keluarga (Amelia &
Anwar, 2013). Pasca pengobatan, keluarga merupakan faktor utama yang
memengaruhi keadaan ODGJ selanjutnya. Penelitian yang dilakukan oleh
Taufik (2014) menyebutkan bahwa terdapat hubungan negatif antara
dukungan keluarga dengan tingkat kekambuhan pasien skizofrenia di
Poliklinik Rumah Sakit Grhasia Yogyakarta yang menunjukkan bahwa
semakin baik dukungan keluarga, maka semakin menurun tingkat
kekambuhan pasien skizofrenia, begitu pula sebaliknya (Taufik, 2014).
Dukungan sosial yang buruk memiliki kontribusi terhadap kekambuhan
pada skizofrenia. Tanpa adanya dukungan keluarga atau sosial, ODGJ
cenderung lalai dalam melakukan pengobatan karena tidak diawasi. Faktor
lain yang memengaruhi proses pengobatan yaitu tidak adanya motivasi serta
2
adanya masalah keuangan yang dialami ODGJ. Kurangnya dukungan
sosial dapat pula menyebabkan tanda-tanda awal relapse tidak disadari
dan ditangani dengan baik sehingga akan muncul relapse (Rao, 2013).
Relapse pada skizofrenia yaitu munculnya gejala yang sama seperti
sebelumnya setelah masa remisi. Keadaan ini dapat mengakibatkan ODGJ
dirawat kembali di rumah sakit. Gejala atau tanda relapse yang paling jelas
adalah peningkatan atau kemunculan simtom positif. Relapse juga dikaitkan
dengan prognosis yang buruk dan kemampuan kognitif yang menurun, lebih
banyak berada pada keadaan yang tidak sehat, risiko cedera, stigma yang
meningkat terutama pasca rawat inap, penurunan kualitas hidup, kehilangan
harga diri, dan gangguan sosial.
Dukungan keluarga dapat dilihat dari bagaimana cara keluarga melakukan
manajemen skizofrenia. Manajemen skizofrenia jangka panjang memiliki
tujuan yaitu untuk meningkatkan kualitas hidup ODGJ, memperoleh
kembali tingkat kemandirian, mendorong ODGJ untuk membangun
kepercayaan dimasyarakat, dan meminimalisir kemunculan relapse.
Manajemen skizofrenia jangka panjang dapat menggunakan 3 strategi
utama, antara lain: intervensi farmakologi, intervensi psikososial, dan
inisiatif membangun aliansi dengan ODGJ dan perawat. Intervensi psikososial
salah satunya dapat dilakukan secara efektif menggunakan terapi berbasis
keluarga dengan salah satu tujuannya yaitu membantu ODGJ untuk
membangun kepercayaan dimasyarakat dan untuk membangun kembali serta
mempertahankan tingkat kemandirian ODGJ (Meiantari & Herdiyanto, 2018)
Salah satu strategi yang dapat digunakan untuk meminimalisir kemunculan
relapse yaitu menggunakan terapi berbasis keluarga. Hal ini menunjukkan
bahwa keluarga merupakan salah satu faktor yang mampu melakukan suatu
manajemen untuk mengontrol kemunculan relapse. Salah satu hal yang
dapat dilakukan keluarga adalah dengan melakukan manajemen relapse.
Manajemen relapse merupakan salah satu cara untuk melihat bagaimana
keluarga melakukan persiapan dalam menghadapi kemunculan relapse pada
ODGJ. Kesiapan dalam menghadapi relapse dapat membantu keluarga
2
untuk memastikan gejala-gejala yang muncul dapat diketahui lebih awal
sehingga ODGJ dapat mendapatkan penanganan yang tepat. Memperbaiki
sikap anggota keluarga dapat secara substansial mengurangi kemungkinan
relapse pada ODGJ dan mendorong terbentuknya kepercayaan pada
lingkungan sosial (Meiantari & Herdiyanto, 2018).
Berdasarkan hal tersebut, pendidikan kesehatan ini berfokus pada
bagaimana peran keluarga dalam melakukan manajemen relapse
(kekambuhan) pada ODGJ. Manajemen relapse yang dimaksud pada
penelitian ini lebih menekankan pada usaha pencegahan dan penanganan
yang dilakukan keluarga ketika ODGJ mengalami relapse.
2. Tujuan
A. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 45 menit, audiens mampu
mengetahui pentingnya peran keluarga sebagai caregiver terhadap
manajemen relapse (kekambuhan) pada ODGJ.
B. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 45 menit, sasaran dapat:
a. Menyebutkan pengertian relapse (kekambuhan)
b. Menyebutkan penyebab relapse (kekambuhan)
c. Menyebutkan tanda dan gejala relapse (kekambuhan)
d. Menyebutkan pencegahan relapse (kekambuhan)
e. Menyebutkan penanganan relapse (kekambuhan)
f. Menjelaskan pentingnya hubungan peran keluarga terhadap relapse
(kekambuhan)
3. Kepanitiaan
A. Ketua Pelaksana :
B. Sekretaris 1 : Irva Nurfadilah
C. Sekretaris 2 : Mochammad Rafly Rachman Alriady
D. Humas : Sumirat Fitriandini
E. Divisi Acara : 1. Tita
2. Mega Suryani
2
3. Yosef Pebi Yuliana
4. Ari Desyana Fitri
F. Logistik : 1. Wisnu Husnul Murni
2. Zaqiah Nursolehah
3. Restu Nurfitriani
G. Fasilitator : 1. Ismi tazkiyah
2. Ellysa Dwi Hartini
3. Mia Nurhayati
4. Dina Nisa Nurjanah
5. Allecia Putri Berliana
4. Metode
a. Diskusi
b. Tanya jawab
5. Media
a. Leaflet
b. Kuesioner pre & post test
6. Kegiatan
1) Petugas Acara
a. MC : Tita
b. Notulen : Irva Nurfadhila
c. Pemateri : Mega Suryani
Yosef Pebi Yuliana
Ari Desyana Fitri
d. Logistik : 1. Wisnu Husnul Murni
2. Zaqiah Nursolehah
3. Restu Nurfitriani
e. Fasilitator :1. Ismi tazkiyah
2. Ellysa Dwi Hartini
3. Mia Nurhayati
4. Dina Nisa Nurjanah
5. Allecia Putri Berliana
2
2) Pengorganisasian
a. MC : Membuka, menutup dan mengatur acara
penyuluhan
b. Notulen : Mencatat hasil diskusi
c. Pemateri : Menyajikan Materi
d. Logistik : Menyediakan kebutuhan logistik selama penkes
f. Fasilitator : Mendampingi audiens, mendokumentasi kegiatan
serta menyebarkan kuesioner pre post test dan
absensi penyuluhan
7. Materi
a. Pengertian relapse (kekambuhan)
b. Penyebab relapse (kekambuhan)
c. Tanda dan gejala relapse (kekambuhan)
d. Pencegahan relapse (kekambuhan)
e. Penanganan relapse (kekambuhan)
f. Pentingnya hubungan peran keluarga terhadap relapse (kekambuhan)
8. Setting Tempat
2
Serangkaian Kegiatan:
Kegiatan
Waktu Penyuluhan Sasaran
Penyuluhan
Pembukaan:
a. Salam a. Memberi salam a. Menjawab salam
5 b. Perkenalan b. Memperkenalkan diri b. Mendengarkan
menit c. Tujuan c. Menjelaskan tujuan pendidikan c. Memperhatikan
d. Pemberian kesehatan d. Menerima leaflet
leaflet d. Memberikan leaflet
Inti:
Menjelaskan materi Menjelaskan materi tentang Peran Menyimak dan Mendengarkan
20
secara sistematis keluarga sebagai caregiver
menit
terhadap manajemen relapse
(kekambuhan) pada ODGJ
Evaluasi: Tanya a. Memberikan kesempatan a. Memberikan pertanyaan
jawab pada audiens untuk bertanya b. Menyampaikan kesimpulan hasil
b. Memberikan kesempatan penyuluhan
15
kepada audien untuk
menit
menjelaskan kembali
kesimpulan dari materi yang
telah disampaikan
Penutup: a. Membacakan kesimpulan a. Mendengarkan
Kesimpulan materi kepada pasien. b. Mendengarkan
Terima kasih b. Mengucapkan terimakasih c. Menjawab
5
Salam atas peran serta pasien salam
menit
c. Mengucapkan
salam
penutup
2
9. Penutup
A. Evaluasi Struktural
1) Sasaran hadir sesuai dengan kontrak waktu
2) Materi sudah siap dan dipelajari 2 hari sebelum penyuluhan.
3) Media sudah siap 2 hari sebelum penyuluhan.
4) Tempat sudah siap 1 jam sebelum penyuluhan.
5) SAP sudah siap 2 hari sebelum penyuluhan.
B. Evaluasi Proses
1) Sasaran antusias terhadap materi penyuluhan.
2) Sasaran aktif bertanya dan dapat menyimpulkan hasil penyuluhan.
3) Media dapat digunakan secara efektif
C. Evaluasi Hasil
1) Sasaran mampu menyebutkan kembali pengertian peran keluarga
sebagai caregiver terhadap manajemen relapse (kekambuhan) pada
ODGJ
2) Sasaran mampu menyebutkan kembali 2 dari 5 pentingnya peran
keluarga sebagai caregiver terhadap manajemen relapse
(kekambuhan) pada ODGJ
3) Sasaran mampu mengetahui manfaat peran keluarga sebagai caregiver
terhadap manajemen relapse (kekambuhan) pada ODGJ
4) Sasaran mampu mengetahui faktor yang berhubungan dengan peran
keluarga sebagai caregiver terhadap manajemen relapse
(kekambuhan) pada ODGJ.
2
LAMPIRAN MATERI
klien tidak melakukan kontrol secara teratur sehingga mengalami putus obat
(Puspitasari, 2017). Relapse juga dikaitkan dengan prognosis yang buruk dan
kemampuan kognitif yang menurun, lebih banyak berada pada keadaan yang
tidak sehat, risiko cedera, stigma yang meningkat terutama pasca rawat
inap, penurunan kualitas hidup, kehilangan harga diri, dan gangguan sosial
a. Faktor ekonomi
2
Tanda gejala Relapse (Kekambuhan) pada ODGJ menurut Meiantari and
1. Pra Relapse
Keluarga yang biasa mengurus ODGJ biasanya akan peka atau menyadari
apabila terdapat tingkah laku yang berbeda pada ODGJ yang menunjukkan
diketahui bahwa gejala pra-relapse yang biasa muncul secara perilaku pada
ODGJ yaitu gangguan tidur (tidak bisa tidur atau merasa selalu mengantuk).
Keluarga akan melihat perbedaan yang terjadi ketika ODGJ mulai tidak
bisa tidur atau bahkan ODGJ merasa selalu mengantuk dan langsung
mulai tidak jelas. Pada kondisi ini keluarga harus memahami gejala-gejala
khusus yang dialami ODGJ karena setiap ODGJ akan memunculkan gejala
yang berbeda. Gejala yang diketahui lebih awal akan membantu keluarga
2. Relapse
2
dipikirkan tersebut tidak pernah terjadi. Pikiran-pikiran ini yang
dilakukan maka dapat diketahui bahwa salah satu bentuk relapse secara
kognitif yaitu curiga yang tidak beralasan dan berlebihan yang dipikirkan
meminta izin terlebih dahulu pada istrinya. Hal ini juga membatasi gerak
stabil.
2
Berdasarkan hasil dari wawancara dan observasi yang telah
yaitu ketika ODGJ berada dalam fase relapse maka ODGJ akan menjadi
agresif, lebih banyak berbicara, sulit untuk minum obat dan berobat ke
dokter, ODGJ menjadi diam saja (hanya duduk dengan posisi yang
sama dalam waktu yang cukup lama pada satu tempat yang sama),
(makan berlebih atau tidak mau makan), sulit tidur, mengonsumsi obat
di sekitarnya.
D. Pencegahan Relapse
dengan harapan akan membuat ODGJ bertahan lebih lama pada kondisi
stabilnya. Berdasarkan hasil dari wawancara yang telah dilakukan maka dapat
berupa meminta triase (merupakan suatu tanda yang diberikan pada mahasiswa
yang memiliki riwayat penyakit tertentu) pada saat orientasi studi dan
(perlindungan) dari stresor, menjaga agar ODGJ minum obat secara teratur
dan mengajak ODGJ untuk rutin melakukan kontrol ke rumah sakit atau
3
Setiap pencegahan yang dilakukan keluarga merupakan hasil konsultasi
atau saran dari dokter. Pencegahan juga dapat berasal dari pengalaman-
ODGJ.
E. Penanganan Relapse
usaha keluarga untuk membuat ODGJ yang berada dalam keadaan relapse
ODGJ ke rumah sakit, memberikan obat atau bertanggung jawab atas konsumsi
3
dukungan keluarga adalah keteraturan dalam konsumsi obat. ODGJ memang
mengawasi konsumsi obat yang dijalani ODGJ. Hal ini ditunjang dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Amelia dan Anwar (2013) yang menyebutkan
bahwa salah satu penyebab relapse (kambuh) pada ODGJ yaitu tidak patuhnya
ODGJ dalam melakukan pengobatan dan konsumsi obat yang tidak teratur
obat pada ODGJ. Pada kondisi ini, dukungan keluarga terhadap konsumsi
obat yang biasa terlihat adalah keluarga menyiapkan obat setiap hari,
memberi pengertian dan nasehat pada ODGJ agar mau minum obat, serta
Walaupun ODGJ rutin mengonsumsi obat, tetapi keadaan relapse tetap tidak
dapat diprediksi.
3
sosial dapat pula menyebabkan tanda-tanda awal relapse tidak disadari dan
Hal ini menunjukkan bahwa keluarga merupakan salah satu faktor yang
3
pada ODGJ dan mendorong terbentuknya kepercayaan pada lingkungan sosial
1. Sebagai faktor penyaring dan deteksi awal terhadap klien gangguan jiwa
2. Pemberi perawatan klien dengan gangguan jiwa saat di rumah dan mencegah
3
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, D., & Anwar, Z. (2013). Relaps pada pasien skizofrenia. Jurnal Ilmiah
Psikologi Terapan.
Idaiani, S., Yunita, I., Prihatini, S., & Indrawati, L. (2013). Riset kesehatan dasar.
KPSI. (2015). Pencegahan kekambuhan pada orang dengan gangguan kejiwaan.
KPSI & Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Kusumawaty, I., Pastari, M., Vokasional, P., & Palembang, P. K. (2020).
PENDAMPINGAN PSIKOEDUKASI : PENGUATAN CARING OLEH
CAREGIVER KELUARGA TERHADAP ORANG DENGAN GANGGUAN
JIWA PSYCHEDUCATION ASSISTANCE : STRENGTHENING CARE BY
FAMILY CAREGIVER TO PEOPLE WITH MENTAL DISORDER. 7, 73–90.
Lestari, W., & Wardhani, Y. (2014). Stigma dan penanganan penderita gangguan
jiwa berat yang dipasung. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 17, 157–166.
Meiantari, N., & Herdiyanto, Y. (2018). Peran Keluarga terhadap Manajemen
Relapse (Kekambuhan) pada Orang Dengan Skizofrenia (ODGJ). Jurnal
Psikologi Udayana, 5(2), 317–330.
Minarni, L., & Sudagijono, J. (2015). Dukungan keluarga terhadap perilaku
minum obat pada pasien skizofrenia yang sedang rawat jalan. Jurnal
Experienta, 3(2), 13–22.
Mundakir. (2015). Faktor yang mempengaruhi pemasungan pada pasien gangguan
jiwa. The Sun, 2, 4–11.
Puspitasari, E. (2017). Faktor yang mempengaruhi kekambuhan Orang Dengan
Gangguan Jiwa.
Putri, P., & Ambarini, T. (2012). Makna hidup penderita skizofrenia pasca rawat
inap. Jurnal Psikologi Klinis Dan Kesehatan Mental, 1(3), 118–123.
Rao, S. (2013). Management of relapse in schizophrenia. The Singapore Family
Physician, 39(1), 22–25.
Sumiatin, T., Ningsih, W., Jannah, R., Su’udi, Bahrudin, M., Dari, T., & Maimuna,
S. (2022). PEMBERDAYAAN KELUARGA DALAM MERAWAT ODGJ
(ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA) DI RUMAH MELALUI
PSIKOEDUKASI DAN PENDAMPINGAN SEBAGAI UPAYA RELAPSE
PREVENTION. Jurnal Pengabdian Masyarakat Kesehatan Stikes Pemkab
Jombang, 8(2).
Taufik, Y. (2014). Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kekambuhan
pada pasien skizofrenia di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY.