12 MIPA 2
SMAN 2 PADANG
PANJANG
TP. 2022/2023
NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KERANGKA PELANGGARAN PEMERINTAHAN
NEGARA
A. Sistem Pembagian kekuasaan NKRI
1. Macam-macam Kekuasaan Negara
a. John Loce
1. Kekuasaan legislatif adalah kekuasaan membuat dan membentuk UU
2. kekuasaan eksekutif adalah kekuasaan untuk melaksanakan UU, termasuk mengadili
setiap pelanggaran terhadap UU
3. Kekuasaan federatif adalah kekuasaan untuk melaksanakan hubungan luar negeri.
b. Montesquieu
Mengemukakan gagasannya tentang pembagian kekuasaan negara yang disebut Trias Political
1. Kekuasaan legislatif adalah kekuasaan membuat peraturan dan undang-undang.
2. Kekuasaan eksekutif adalah kekuasaan melaksanakan atau menjalankan UU
3. Kekuasaan yudikatif adalah kekuasaan yang mengawasi jalannya pelaksanaan peraturan
perundang-undangan dan mengadili pelanggaran UU
B. Kedudukan dan Fungsi Kementerian Negara Republik Indonesiadan Lembaga Pemerintah Non
Kementerian
Kewenangan Presiden Republik Indonesia Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 1945
Kewenangan Presiden Republik Indonesia Kewenangan Presiden Republik Indonesia
sebagai Kepala Negara sebagai Kepala Pemerintahan
a. Memegang kekuasaan yang tertinggi atas a. Memegang kekuasaan pemerintahan (Pasal
Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan 4 Ayat 1)
Udara (Pasal 10)
b. Mengajukan Rancangan Undang Undang
b. Menyatakan perang. membuat perdamaian kepada DPR (Pasal 5 Ayat)
dan perjanjian dengan negara lain dengan
persetujuan DPR (Pasal 11 Ayat 1) e. Menetapkan Peraturan Pemerintah (Pasal 5
ayat 2)
c. Membuat perjanjian. internasional lainnya
dengan persetujuan DPR (Pasal 11 Ayat 2) d. Membentuk suatu dewan pertimbangan
yang bertugas memberikan nasihat dan
d. Menyatakan keadaan bahaya (Pasal 12) pertimbangan kepada Presiden (Pasal 16)
Keberadaan Kementrian Negara Republik Indonesia diatur secara tegas dalam Pasal 17 UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan:
(1) Presiden dibantu oleh menterimenteri negara.
(2) Menterimenteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.
(3) Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.
(4) Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara diatur dalam Undang-Undang.
Ada juga kementerian koordinator yang bertugas melakukan sinkronisasi dan koordinasi urusan
kementerian-kementerian yang berada di dalam lingkup, tugasnya Kementerian koordinator terdiri
atas beberapa kementerian sebagai berikut:
a. Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
1) Kementerian Dalam Negeri
2) Kementerian Hukum dan HAM Kementerian Luar Negeri
3) Kementerian Pertahanan.
4) Kementerian Komunikasi dan Informatika
5) Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
b. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
1) Kementerian Keuangan
2) Kementerian Ketenagakerjaan
3) Kementerian Perindustrian
4) Kementerian Perdagangan
5) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
1) 6)Kementerian Pertanian
6) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
7) Kementerian Agraria dan Tata Ruang Badan Pertanahan Nasional
8) Kementerian Badan Usaha Milik Negara
9) Kementerian Kocerasi dan Usaha Kecil dan Menengah
c. Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
1) Kementerian Agama
2) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 3) Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan
Tinggi 4 Kementerian Kesehatan
6) Kementerian Sosial
7) Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
8) Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
9) Kementerian Pemuda dan Olahraga
d. Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
1) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
2) Kementerian Perhubungan
3) Kementerian Kelautan dan Perikanan
4) Kementerian Pariwisata
Pengertian Hak :
Semua hal yang kita peroleh atau dapatkan.Setiap hak yang diperoleh merupakan akibat dari
dilaksanakannya kewajiban. Dengan kata lain, hak baru bisa diperoleh apabila kewajiban sudah
dilakukan Hak asasi manusia adalah hak dasar atau hak pokok yang melekat pada diri manusia yang
dibawa sejak lahir merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa
Macam macam Hak asasi manusia :
3. Hak asasi pribadi (personal right) :
contohnya hak kebebasan untuk bergerak, hak menyatakan pendapat, hak memilih
agama
4. Hak asasi politik (political right)
Hak untuk memilih dan dipilih
Hak ikut serta dalam pemerintahan
Hak mendirikan partai politik
3. Hak dan Kewajiban Warga Negara dalam Nilai Praksis Sila-Sila Pancasila
Nilai praksis pada hakikatnya merupakan perwujudan dari nilai-nilai instrumental. Atau nilai praksis
merupakan realisasi dari ketentuan-ketentuan yang termuat dalam peraturan perundang-undangan
yang terwujud dalam sikap dan tindakan sehari-hari.
Pelanggaran hak warga negara terjadi ketika warga negara tidak dapat menikmati atau memperoleh
haknya sebagaimana yang ditetapkan oleh undang-undang. Pelanggaran hak warga negara merupakan
akibat dari adanya pelalaian atau pengingkaran terhadap kewajiban baik yang dilakukan oleh
pemerintah maupun oleh warga negara sendiri.
1. Penyebab Terjadinya Pelanggaran Hak dan Pengingkaran Kewajiban Warga Negara
Faktor-faktor Pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara
Sikap egois atau terlalu mementingkan diri sendiri
Rendahnya kesadaran berbangsa dan bernegar
Sikap tidak toleran
Penyalahgunaan kekuasaan
Ketidaktegasan aparat penegak hokum
Penyalahgunaan teknologi
2. Kasus Pelanggaran Hak Warga Negara
Proses penegakan hukum masih belum optimal dilakukan, misalnya masih terjadi kasus
salah tangkap, (Pasal 27 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945
Tingkat kemiskinan dan angka pengangguran di negara kita masih cukup tinggi, (Pasal
27 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945
merebaknya kasus pelanggaran hak asasi manusia seperti pembunuhan, pemerkosaan,
kekerasan dalam rumah tangga, dan sebagainya. (Pasal 28A–28J UUD NRI Tahun 1945
menjamin keberadaan Hak Asasi Manusia.
Masih terjadinya tindak kekerasan mengatasnamakan agama, misalnya penyerangan
tempat peribadatan, (Pasal 29 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945
Angka putus sekolah yang cukup tinggi mengindikasikan belum terlaksana secara
sepenuhnya amanat (Pasal 31 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945
Pelanggaran hak cipta, misalnya peredaran VCD/DVD bajakan, perilaku plagiat dalam
membuat sebuah karya dan sebagainya
3. Kasus Pengingkaran Kewajiban Warga Negara
Pengingkaran kewajiban warga negara banyak sekali bentuknya, mulai dari sederhana sampai
yang berat, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Membuang sampah sembarangan
2. Melanggar aturan berlalu lintas, misalnya tidak memakai helm, mengemudi tetapi tidak
mempunyai Surat Izin Mengemudi, tidak mematuhi rambu- rambu lalu lintas, berkendara
tetapi tidak membawa Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), dan sebagainya.
3. Merusak fasilitas negara, misalnya mencorat-coret bangunan milik umum, merusak jaringan
telepon.
4. Tidak membayar pajak kepada negara, seperti pajak bumi dan bangunan, pajak kendaraan
bermotor, retribusi parkir dan sebaganya.
5. Tidak berpartisipasi dalam usaha pertahanan dan keamanan negara, misalnya mangkir dari
kegiatan siskamling
2. Instrumen HAM
a. Pasal 28A – 28J. (UUD
b. TAP MPR Nomor XVII/MPR/1998.tentnag Hak Asasi Manusia yang disebut Piagam Ham
Indonesia
c. Undang undang organik :
UU RI No 5 tahun 1999 tentang konferensi menentang penyiksaan dan perlakuan atau
penghukuman yang kejam.
UU RI No 39 tahun 1999 tentang HAM.
UU RI No 26 tahun 2000 tentang pengadilan HAM.
UU RI No 11 tahun 2005 tentang konvenan internasional hak sipil dan politik.
UU RI No 12 tahun 2005 tentang konvenan internasional hak ekonomi dan sosial.
d. Perpu No 1 tahun 1999 tentang pengadilan HAM.
e. Peratuhan Pemerintahan
PP No.2 tahun 2002 Tentang Tata Cara Perlindungan terhadap korban dan saksi dalam
pelanggaran HAM yang berat.
PP No. 3 tahun 2002 tentang kompensasi,restitusi,rehabilitasi terhahap korban
Pelanggaran HAM Berat.
f. Ketentuan dan Keputusan presiden (Kepres)
Kepres No.50 tahun 1993 tentnag pengesahan Komisi Nasional HAM
2. Pembentukan PengadilanHAM
Pengadilan HAM dibentuk berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2000.
Pengadilan HAM adalah pengadilan khusus terhadap pelanggaran HAM berat yang diharapkan dapat
melindungi hak asasi manusia, baik perseorangan maupun masyarakat dan menjadi dasar dalam
penegakan, kepastian hukum, keadilan dan perasaan aman, baik perseorangan maupun masyarakat.
Pengadialan ham bertugas dan berwenang memeriksa dan memutuskan perkara pelanggaran ham yang
berat.
Sesuai dengan hukum Laut Internasional yang telah disepakati oleh PBB tahun 1982,
berikut ini gambar pembagian wilayah laut menurut Konvensi Hukum Laut
Wilayah laut Indonesia dapat dibedakan tiga macam:
a) Zona Laut Teritorial
Laut teritorial jarak 12 mil
b) Zona bersebelahan
Berkaitan dengan kedua stelsel tadi, seorang warga negara dalam suatu negara pada dasarnya
mempunyai hal-hal sebagai berikut.
a. Hak opsi, yaitu hak untuk memilih suatu kewarganegaraan (dalam stelsel aktif)
b. Hak repudiasi, yaitu hak untuk menolak suatu kewarganegaraan (stelsel pasif).
Syarat Integrasi
Syarat keberhasilan suatu integrasi disuatu negara adalah sebagai berikut.
A. Anggota-anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi kebutuhan kebutuhan
antara satu dan lainnya.
B. Terciptanya kesepakatan (konsensus) bersama mengenai norma-norma dan nilai-nilai sosial yang
dilestarikan dan dijadikan pedoman.
C. Norma-norma dan nilai-nilai sosial dijadikan aturan baku dalam melangsungkan proses integrasi
sosial
Upaya untuk mencapai integrasi nasional dapat dilakukan dengan cara menjaga keselarasan
antar budaya. Hal itu dapat terwujud jika ada peran serta pemerintah dan partisipasi masyarakat
dalam proses integrasi nasional.
Pengertian Bela Negara
UUD NRI Tahun 1945 Pasal 27 Ayat 3 mengamanatkan bahwa “Setiap warga negara berhak dan wajib
ikut serta dalam upaya pembelaan Negara”. Namun, sebelum membahas lebih jauh mengenai bela
negara, sebaiknya kalian memahami terlebih dahulu pengertian bela negara. Menurut penjelasan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2002 Pasal 9 Ayat 1 tentang Pertahanan Negara,
upaya bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar
Adapun ancaman nonmiliter adalah ancaman yang tidak menggunakan senjata, tetapi jika
dibiarkan akan membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan
keselamatan segenap bangsa.
2. Tantangan adalah hal atau usaha yang bertujuan untuk menggugah kemampuan.
3. Hambatan adalah usaha yang berasal dari diri sendiri yang bersifat atau bertujuan untuk
melemahkan atau menghalangi secara tidak konsepsional.
4. Gangguan adalah hal atau usaha yang berasal dari luar yang bersifat atau bertujuan melemahkan
atau menghalangi secara tidak konsepsional (tidak terarah).
Dasar Hukum Bela Negara
Ada beberapa dasar hukum dan peraturan tentang wajib bela negara.
a. Tap MPR No.VI Tahun 1973 tentang konsep Wawasan Nusantara dan Keamanan Nasional.
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 1954 tentang Pokok-Pokok Perlawanan
Rakyat.
c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Hankam
Negara RI, diubah oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1988.
d. Tap MPR No.VI Tahun 2000 tentang Pemisahan TNI dengan POLRI.
e. Tap MPR No.VII Tahun 2000 tentang Peranan TNI dan POLRI.
f. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 Ayat (1)
dan (2) menyatakan “bahwa tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara yang dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan
rakyat semesta oleh TNI dan kepolisian sebagai komponen utama, dan rakyat sebagai kekuatan
pendukung”. Ada pula pada Pasal 27 Ayat (3): “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam upaya pembelaaan negara”.
Ciri-ciri sishankamrata
Kerakyatan, yaitu orientasi pertahanan dan keamanan negara diabdikan oleh dan untuk
kepentingan seluruh rakyat.
Kesemestaan, yaitu seluruh sumber daya nasional didayagunakan bagi upaya pertahanan.
Kewilayahan, yaitu gelar kekuatan pertahanan dilaksanakan secara menyebar di seluruh wilayah
NKRI, sesuai dengan kondisi geografis sebagai Negara kepulauan.
WAWASAN NUSANTARA
PENGERTIAN
1. Menurut Lemhanas Tahun 1999 sebagai berikut.
“Cara pandang dan sikap bangsa untuk mengenai diri dan lingkungannya yang serba beragam
dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan
wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk
mencapai tujuan nasional. “
2. Menurut Sumarsono (2005)
Wawasan Nusantara pada dasarnya merupakan cara pandang terhadap bangsa sendiri. Kata
“wawasan” kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah berasal dari kata “wawas” yang berarti
melihat atau memandang
3. Menurut Prof. Wan Usman
"Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan tanah airnya
sebagai Negara kepulauan dengan semua aspek kehidupan yang beragam."
4. Menurut GBHN 1998,
Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungannya, dengan dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
A. Hakikat Wawasan Nusantara
Hakikat Wawasan Nusantara adalah keutuhan nusantara dalam pengertian cara pandang yang
selalu utuh menyeluruh dalam lingkup nusantara demi kepentingan nasional. Hal tersebut
berarti bahwa setiap warga masyarakat dan aparatur negara harus berpikir, bersikap, dan
bertindak secara utuh menyeluruh demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia.Kita
memandang bangsa Indonesia dengan Nusantara merupakan satu kesatuan.
B. Asas Wawasan Nusantara
a. Kepentingan yang sama. Ketika menegakkan dan merebut kemerdekaan, kepentingan
bersama bangsa Indonesia adalah menghadapi penjajah secara fisik dari bangsa lain.
Sekarang, bangsa Indonesia harus menghadapi penjajahan yang berbeda.
b. Keadilan. Kesesuaian pembagian hasil dengan adil, jerih payah, dan kegiatan baik
perorangan, golongan, kelompok maupun daerah.
c. Kejujuran. Keberanian berpikir, berkata, dan bertindak sesuai realita serta ketentuan yang
benar biarpun realita atau ketentuan itu pahit dan kurang enak didengarnya. Demi
kebenaran dan kemajuan bangsa dan negara, hal itu harus dilakukan.
d. Solidaritas. Diperlukan kerja sama, mau memberi, dan berkorban bagi orang lain tanpa
meninggalkan ciri dan karakter budaya masing-masing.
e. Kerja sama. Adanya koordinasi, saling pengertian yang didasarkan atas kesetaraan sehingga
kerja kelompok, baik kelompok kecil maupun besar dapat mencapai sinergi yang lebih baik.
f. Kesetiaan terhadap kesepakatan bersama untuk menjadi bangsa dan mendirikan negara
Indonesia yang dimulai, dicetuskan, dan dirintis oleh Boedi Oetomo Tahun 1908, Sumpah
Pemuda Tahun 1928, dan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Kesetiaan terhadap
kesepakatan ini sangat penting dan menjadi tonggak utama terciptanya persatuan dan
kesatuan dalam kebhinnekaan. Jika kesetiaan ini goyah, dapat dipastikan persatuan dan
kesatuan akan hancur berantakan
SENTRALISASI
Sentralisasi adalah segala sesuatu diatur dan diurus oleh pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah
tinggal melaksanakannya saja.
Yang dipegang oleh pemerintahan pusat;
1. Politik
2. Pertahanan dan keamanan
3. Moneter dan viskal
4. Yustisi(peradilan)
5. Agama
DESENTRALISASI
Desentralisasi adalah pelimpahan wewenang oleh pemerintahan pusat kpd kepala daerah tingkat 1 (
gubernur) untuk mengurus rumah tangga nya sendiri (otonomi daerah).
Tujuan otonomi daerah adalah untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan
pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan
PRINSIP Otonomi Daerah;
1. Prinsip Kesatuan
Pelaksanaan otonomi daerah harus menunjang aspirasi perjuangan rakyat guna memperkokoh
negara kesatuan dan mempertinggi tingkat kesejahteraan masyarakat lokal.
2. Prinsip Riil dan Tanggung Jawab
Pemberian otonomi kepada daerah harus merupakan otonomi yang nyata dan bertanggung
jawab bagi kepentingan seluruh warga daerah. Pemerintah daerah berperan mengatur proses
dinamika pemerintahan dan pembangunan di daerah.
3. Prinsip Penyebaran
Asas desentralisasi perlu dilaksanakan dengan asas dekonsentrasi. Caranya dengan memberikan
kemungkinan kepada masyarakat untuk kreatif dalam membangun daerahnya.
4. Prinsip Keserasian
Pemberian otonomi kepada daerah mengutamakan aspek keserasian dan tujuan di samping
aspek pendemokrasian.
5. Prinsip Pemberdayaan
Tujuan pemberian otonomi kepada daerah adalah untuk meningkatkan daya guna dan hasil
guna penyelenggaraan pemerintah di daerah, terutama dalam aspek pembangunan dan
pelayanan kepada masyarakat serta untuk meningkatkan pembinaan kestabilan politik dan
kesatuan bangsa.
DAERAH KHUSUS
PROVINSI ACEH
Aceh menegakkan syariat Islam, seperti yang sudah ditetapkan dalam UU 44/1999. Aceh bisa mengatur
dan mengembangkan penyelenggaran kehidupan dengan berlandaskan syariat Islam.
OTONOMI KHUSUS PAPUA
Hal-hal mendasar yang menjadi isi UU Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi
Khusus bagi Provinsi Papua adalah sebagai berikut.
1. Pengaturan kewenangan antara Pemerintah dan Pemerintah Provinsi Papua serta penerapan
kewenangan tersebut di Provinsi Papua yang dilakukan dengan kekhususan.
2. Pengakuan dan penghormatan hak-hak dasar orang asli Papua serta pemberdayaannya secara
strategis dan mendasar.
3. Mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik yang berciri-ciri sebagai berikut.
A. Partisipasi rakyat sebesar-besarnya dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pelaksanaan pembangunan melalui
keikutsertaan para wakil adat, agama, dan kaum perempuan.
B. Pelaksanaan pembangunan yang diarahkan sebesar-besarnya untuk memenuhi
kebutuhan dasar penduduk asli Papua pada khususnya dan penduduk Provinsi Papua
pada umumnya dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip pelestarian lingkungan,
pembangunan berkelanjutan, berkeadilan dan bermanfaat langsung bagi masyarakat.
C. Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang transparan dan
bertanggung jawab kepada masyarakat.
D. Pembagian wewenang, tugas, dan tanggung jawab yang tegas dan jelas antara badan
legislatif, eksekutif, dan yudikatif, serta Majelis Rakyat Papua sebagai representasi
kultural penduduk asli Papua yang diberikan kewenangan tertentu.
PBB
Indo masuk
Indonesia resmi menjadi anggota PBB ke-60 pada tanggal 28 September 1950 dengan suara bulat dari
para negara anggota. Hal tersebut terjadi kurang dari setahun setelah pengakuan kedaulatan oleh
Belanda melalui Konferensi Meja Bundar
Indo keluar
Mulai 7 Januari 1965, sebenarnya Indonesia telah menyatakan akan keluar dari PBB. Pada 20 Januari
1965, Indonesia resmi mengumumkan dan mendeklarasikan keluar dari PBB.
C. Prinsip-Prinsip Demokrasi
Henry B. Mayo Adapun, prinsip-prinsip tersebut sebagai berikut.
a. Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara melembaga.
b. Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu
masyarakat yang sedang berubah.
c. Menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur.
d. Membatasi pemakaian kekerasan sampai minimum.
e. Mengakui serta menganggap wajar adanya keanekaragaman.
f. Menjamin tegaknya keadilan.
Ahmad Sanusi mengutarakan 10 pilar demokrasi konstitusional Indonesia menurut Pancasila dan
Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945:
a. Demokrasi yang Berketuhanan Yang Maha Esa. Seluk beluk sistem
serta perilaku dalam menyelenggarakan kenegaraan RI harus taat
asas, konsisten, atau sesuai dengan nilai-nilai dan kaidah-kaidah dasar
Ketuhanan Yang Maha Esa.
b. Demokrasi dengan kecerdasan. Mengatur dan menyelenggarakan
demokrasi menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 itu bukan dengan kekuatan naluri, kekuatan otot, atau
kekuatan massa semata-mata. Pelaksanaan demokrasi itu justru lebih
menuntut kecerdasan rohaniah, kecerdasan aqliyah, kecerdasan rasional,
dan kecerdasan emosional.
c. Demokrasi yang berkedaulatan rakyat. Kekuasaan tertinggi ada di tangan
rakyat.
d. Demokrasi dengan rule of law. Hal ini mempunyai empat makna penting.
Pertama, kekuasaan negara Republik Indonesia harus mengandung,
melindungi, serta mengembangkan kebenaran hukum (legal truth) bukan
demokrasi ugal-ugalan, demokrasi dagelan, atau demokrasi manipulatif.
Kedua, kekuasaan negara memberikan keadilan hukum (legal justice)
bukan demokrasi yang terbatas pada keadilan formal dan pura-pura.
Ketiga, kekuasaan negara menjamin kepastian hukum (legal security)
bukan demokrasi yang membiarkan kesemrawutan atau anarki.
Keempat, kekuasaan negara mengembangkan manfaat atau kepentingan
hukum (legal interest), seperti kedamaian dan pembangunan, bukan
demokrasi yang justru mempopulerkan fitnah dan hujatan atau menciptakan
perpecahan, permusuhan, dan kerusakan.
e. Demokrasi dengan pemisahan kekuasaan negara. Demokrasi menurut
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bukan
saja mengakui kekuasaan negara Republik Indonesia yang tidak tak
terbatas secara hukum, melainkan juga demokrasi itu dikuatkan dengan
pembagian kekuasaan negara dan diserahkan kepada badan-badan negara
yang bertanggung jawab.
f. Demokrasi dengan hak asasi manusia. Demokrasi menurut Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengakui hak asasi
manusia yang tujuannya bukan saja menghormati hak-hak asasi manusia,
melainkan terlebih-lebih untuk meningkatkan martabat dan derajat
manusia seutuhnya.
g. Demokrasi dengan pengadilan yang merdeka. Demokrasi menurut
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menghendaki diberlakukannya sistem pengadilan yang merdeka
(independen) yang memberi peluang seluas-luasnya kepada semua pihak yang
berkepentingan untuk mencari dan menemukan hukum yang seadil-adilnya.
h. Demokrasi dengan otonomi daerah. Otonomi daerah merupakan
pembatasan terhadap kekuasaan negara, khususnya kekuasaan legislatif
dan eksekutif di tingkat pusat, dan lebih khusus lagi pembatasan atas
kekuasaan presiden.
i. Demokrasi dengan kemakmuran. Demokrasi itu bukan hanya soal
kebebasan dan hak, bukan hanya soal kewajiban dan tanggung jawab,
bukan pula hanya soal mengorganisir kedaulatan rakyat atau pembagian
kekuasaan kenegaraan. Demokrasi itu bukan pula hanya soal otonomi
daerah dan keadilan hukum.
j. Demokrasi yang berkeadilan sosial. Demokrasi menurut Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menggariskan keadilan sosial di antara
berbagai kelompok, golongan, dan lapisan masyarakat.
Menurut Andi Hamzah, perlindungan hukum dimaknai sebagai daya upaya yang dilakukan secara sadar
oleh setiap orangmaupun lembaga pemerintahan dan swasta yang bertujuan mengusahakan
pengamanan, penguasaan dan pemenuhan kesejahteraan hidup sesuai dengan hak-hak asasi yangada.
Menurut simanjuntak, perlindungan hukum sebagai segala upaya pemerintah untuk menjamin adanya
kepastian hukum serta memberi perlindungan kepada warga nya agar hak-haknya sebagai seorang
warga negara tidak dilanggar, dan bagi yangmelanggarnya akan dapat dikenakan sanski sesuai peraturan
yangberlaku.
Tugas ketentuan hukum :
1. Menjamin kepastian hukum bagi setiap orang di dalammasyarakat
2 .Menjamin ketertiban, ketentraman, kedamaian, keadilan,kemakmuran, kebahagian dankebenaran.
3. Menjaga jangan sampai terjadi perbuatan main hakim sendiridalam pergaulanmasyarakat.
Perlindungan hukum terhadap konsumen diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang
perlindungan konsumen. UU ini mengatur segala hal yang menjadi hak dan kewajiban antara produsen
dankonsumen.
• Perlindungan hukum di Indonesia diberikan juga kepada hak atas kekayaan intelektual (HaKI).
Pengaturan meneganai hak atas kekayaan intelektual meliputi, hak cipta dan hak atas kekayaan industri.
• Pengaturan mengenai hak atas kekayaan intelektual tersebut telah dituangkan dalam seejumlah
peraturan seperti perundang-undangan, seperti
1. UU No. 28 Tahun 2014 tentang HakCipta
2. UU No. 15 Tahun 2001 tentangMerek
3. UU No. 13 Tahun 2016 tentangPaten
4. UU No. 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman, dsb.
• Perlindungan hukum diberikan juga kepada tersangka sebagai pihak yang diduga telah melakukan
pelanggaranhukum.
• Hukum dapat secara efektif menjalankan fungsinya untuk melindungi kepentingan manusia, apabila
ditegakkan. Dengan kata lain, perlindungan hukum dapat terwujud apabila proses penegakan
hukumdilaksanakan.
Sesuai Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2003, seorang advokat mempùnyai hak dan kewajiban
yang dilindungi undang-undang. Adapun yang menjadi hak advokat adalah sebagai berikut.
a. Advokat bebas mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam membela perkara yang menjadi
tanggung jawabnya di dalam sidang pengadilan dengan tetap berpegang pada kode etik profesi
dan peraturan perundang-undangan.
a. Advokat bebas dalam menjalankan tugas profesinya untuk membela perkara yang menjadi
tanggung jawabnya dengan tetap berpegang pada kode etik profesi dan peraturan perundang-
undangan.
b. Advokat tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana dalam menjalankan tugas
profesinya dengan iktikad baik untuk kepentingan pembelaan klien dalam sidang pengadilan.
c. Advokat berhak memperoleh informasi, data, dan dokumen lainnya, baik dari instansi
pemerintah maupun pihak lain yang berkaitan dengan kepentingan tersebut yang diperlukan
untuk pembelaan kepentingan kliennya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
d. Advokat berhak atas kerahasiaan hubungannya dengan klien, termasuk perlindungan atas
berkas dan dokumennya terhadap penyitaan atau pemeriksaan dan perlindungan terhadap
penyadapan atas komunikasi elektronik advokat.
e. Advokat tidak dapat diidentikkan dengan kliennya dalam membela perkara klien oleh pihak yang
berwenang dan/atau masyarakat.
Kewajiban yang harus dipatuhi oleh seorang advokat di antaranya adalah sebagai berikut.
a. Advokat dalam menjalankan tugas profesinya dilarang membedakan perlakuan terhadap klien
berdasarkan jenis kelamin, agama, politik, keturunan, ras, atau latar belakang sosial dan budaya.
b. Advokat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui atau diperoleh dari kliennya karena
hubungan profesinya, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang.
c. Advokat dilarang memegang jabatan lain yang bertentangan dengan kepentingan tugas dan
martabat profesinya.
d. Advokat dilarang memegang jabatan lain yang meminta pengabdian sedemikian rupa sehingga
merugikan profesi advokat atau mengurangi kebebasan dan kemerdekaan dalam menjalankan
tugas profesinya.
e. Advokat yang menjadi pejabat negara tidak melaksanakan tugas profesi advokat selama
memangku jabatan.
1. Tegas berarti adanya aturan yang telah dibuat secara material telah diatur dalam peraturan
perundang-undangan. Misalnya,hukum pidana mengenaisanksidiaturdalam Pasal 10 KUHP.
Dalam pasal tersebut, ditegaskan bahwa sanksi pidana berbentuk hukuman yang mencakup:
(1) Hukuman pokok, yang terdiri atas:
a) Hukuman mati;dan
b) Hukuman penjara yang terdiri atas hukuman seumur hidup dan hukuman sementara waktu
(setinggi-tingginya 20 tahun dan sekurang-kurangnya 1tahun).
(2) Hukuman tambahan, yang terdiri atas:
a) Pencabutan hak-haktertentu;
b) Perampasan (penyitaan) barang-barang tertentu;dan
c) Pengumuman keputusan hakim.
2. Nyata berarti adanya aturan yang secara material telah ditetapkan kadar hukuman berdasarkan
perbuatan yang dilanggarnya. Contoh: Pasal 338 KUHP, menyebutkan “barang siapa sengaja
merampas nyawa orang lain, diancam, karena pembunuhan, dengan pidana penjara paling lama
lima belas tahun.
Sanksi hukum diberikan oleh negara, melalui lembaga-lembaga peradilan, sanksi sosial diberikan oleh
masyarakat, misalnya dengan cemoohan, dikucilkan dari pergaulan, bahkan yang paling berat diusir dari
lingkungan masyarakat setempat.
PENGARUH KEMAJUAN IPTEK TERHADAP NKRI
A. HAKIKAT NKRI
1. Konsep negara kesatuan (unitarisme)
Istilah negarakesatuan sudah tertanam dalam pola pikir kita selaku Warga Negara Indonesia
(WNI). Menurut C.F. Strong dalam bukunya A History of Modern Political Constitution
(1963:84)
• Negara kesatuan : bentuk negara dimana wewenang legislative tertinggi dipusatkan
dalam suatu badan legislatif nasional. Kekuasaan negara dipegang oleh pemerintah
pusat. Pemerintah pusat dapat menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada daerah
berdasarkan hak otonomi, tetapi pada tahap terakhir kekuasaan tetap berada di tangan
pemerintah pusat.
• Hakikat Negara Kesatuan Yang Sesungguhnya; Kedaulatan tidak terbagi-bagi baik ke luar
maupun ked lam dan kekuasaan pemerintah pusat tidak dibatasi.
2. Karakter NKRI
Kesatuan Republik Indonesia dalam lima Pasal, yaitu:
• Pasal 1 ayat (1), berbunyi “Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk
Republik”
• Pasal 18 ayat (1), berbunyi “Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-
daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan Kota, yang tiap-tiap
provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan
undang-undang”
• Pasal 18B ayat (2), berbunyi “Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan
masyarakat hukum adat serta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai
dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia,
yang diatur dalam undang-undang”
• Pasal 25A
Pasal 37 ayat (5) UUD NRI Tahun 1945 serta rumusan pasal-pasal yang mengukuhkan Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dan keberadaan lembaga-lembaga dalam UUD NRI Tahun
1945.
Prinsip kesatuan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia dipertegas dalam alinea
keempat Pembukaan UUD NRI Tahun 1945, yaitu “…. dalam upaya membentuk suatu
Pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia”. Karakteristik Negara Kesatuan Indonesia juga dapat dipandang
dari segi kewilayahan. Pasal 25A UUD NRI Tahun 1945 menentukan bahwa “Negara
Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara
dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan oleh undang-undang”
Istilah Nusantara dalam ketentuan tersebut dipergunakan untuk menggambakan kesatuan
wilayah perairan dan gugusan pulau-pulau Indonesia yang terletak di antara Samudra Pasifik
dan Samudra Indonesia serta di antara Benua Asia dan Benua Australia.
Kesatuan wilayah tersebut juga mencakup :
1) kesatuan politik;
2) kesatuan hukum;
3) kesatuan social budaya;
4) kesatuan ekonomi serta
5) kesatuan pertahanan dan keamanan.